Laporan Praktikum 1.docx
March 16, 2018 | Author: Khusnul Fatima | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Praktikum 1.docx...
Description
Laporan Praktikum 1 Agroklimatologi
Pengenalan Alat Stasiun Klimatologi
Nama
: Andi Khusnul Fatima Bahar
NIM
: G111 16 504
Kelompok
:5
Asisten
: Nursyamsih Taufik
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atmosfer, daratan, dan perairan menyediakan bahan penunjang bagi kehidupan makhluk hidup. Penerimaan radiasi surya di bumi merupakan sumber energi untuk berlangsungnya proses kehidupan tersebut. Bola bumi merupakan salah satu diantara Sembilan planet yang mengalami rotasi atau perputaran pada sumbu sambil beredar dan melakukan revolusi dengan kecepatan dan posisi yang khas. Rotasi bumi mengakibatkan terjadinya siang dan malam di suatu tempat sehingga mengakibatkan gejala fisika atmosfer atau cuaca periode 24 jam. Sedangkan revolusi bumi mengakibatkan perubahan kedudukan arah utara dan selatan dari surya terhadap suatu tempat, berlangsung bulan demi bulan selama periode setahun. Hal ini menimbulkan gejala perubahan rata-rata cuaca bulan demi bulan yang membentuk pola siklus periode setahun. Perbedaan antara aspek cuaca dan aspek iklim di bumi terletak dalam hal lingkup ruang dan waktu. Ditiap tempat, cuaca hari demi hari selalu berubah. Setelah satu tahun perubahan tersebut bisa membuat pola siklus tertentu. Setelah beberapa tahun dari rata-rata tiap nilai unsure-unsur cuaca akan mencerminkan sifat atmosfer yang dikenal sebagai iklim.Mengingat iklim adalah sifat cuaca dalam jangka waktu panjang dan pada daerah yang luas, maka data cuaca yang digunakan untuk menyusunnya hendaklah dapat mewakili keadaan atmosfer seluas mungkin di tempat atau wilayah yang bersangkutan. Demikian pula datanya haruslah terhindar dari gangguan local yang bersifat sementara. Pada prinsipnya, iklim harus terbentuk dari data cuaca yang dapat mewakili secara benar (representative) keadaan atmosfer suatu tempat yang luas dan jangka waktu sepanjang mungkin. Pertanian yang menjadi segmen penting bagi pembangunan Indonesia memiliki ketergantungan pada kondisi iklim dan cuaca. Semakin stabil kondisi atmosfernya, maka akan stabil pula produksi pertaniannya. Jika sebaliknya, maka akan terjadi penurunan produksi pertanian yang berujung pada terhambatnya fungsi pembangunan.
Jumlah cuaca dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, melalui kontribusinya terhadap ketersediaan air dalam tanah. Data curah hujan akan sangatb membantu dalam rangka meramalkan pola curah hujan ke depan, dan member gambaran mengenai kejadian banjir dan kekeringan yang pada gilirannya akan bermanfaat bagi penentu kebijakan menyusun program antisipatif
guna
menghindari
peristiwa-peristiwa
iklim
yang merugikan
pembangunan pertanian. Stasiun iklim merupakan unit pelaksana teknis Badan Meteorologi dan Geofisika dalam melaksakan tugas pokok dan fungsinya bergantung kepada sumber daya manusia, sarana, dan prasarana yag dimiliki, yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada kepala badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Stasiun Meteorologi alat merupakan suatu tempat, dimana didalamnya mengadakan pengamatan secara berkala terhadap keadaan lingkungan, baik itu berhubungan dengan iklim maupu dengan cuaca. Dalam penentuan lokasi harus tepat, yaitu lokasi yang mewakili lingkungan alam yang tidak mudah berubah, sehingga data yang diperoleh dapat terjamin. Lokasi stasiun Klimatologi harus memenuhi standar yaitu: dibangun di areal lahan yang jauh dari bangunan fisik sebab untuk melakukan pengamatan cuaca dan iklim tidak boleh terhalang oleh bangunan, karena akan berpengaruh dalam mengamati unsur-unsur iklim mulai dari temperature, curah hujan, dan kelembaban. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum pengenalan alat stasiun klimatologi untuk mengetahui tentang hubungan klimatologi dengan pertanian, alat-alat klimatologib dan stasiun klimatologi. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain: 1. Untuk mengetahui hubungan antara pertanian dengan klimatologi, 2. Untuk mengetahuin alat-alat yang berperan dalam klimatologi terhadap bidang pertanian 3. Untuk memahami dengan baik penggunaan dan penempatan alat-alat klimatologi.
1.3 Manfaat Adapun manfaat dari praktikum ini antara lain: 1. Menambah wawasan pengetahuan mengenai sejarah klimatologi dan kaitannya engan pertanian, 2. Menambah pengetahuan mengenai stasiun serta macam-macam alat yang digunakan dalam klimatologi dan pengetahuan mengenai unsur cuaca dan iklim agroklimatologi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klimatologi Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data yang banyak dehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004). Klimatologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang iklim sangat berpengaruh besar terhadap bidang pertanian. Klimatologi yang membahas penerapan ilmu iklim untuk memecahkan berbagai masalah praktis yang dihadapi masyarakat memiliki salah satu cabang ilmu yang disebut sebagai Agroklimatologi. Agroklimatologi merupakan bidang yang membahas permasalahan iklim dalam seKtor pertanian baik secara positif maupun negative (Handoko, 2010). Klimatologi didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mencari gambaran dan keterangan-keterangan dari sifat-sifat iklim dan hubungannya dengan aktivitas manusia, atau ilmu pengetahuan yang mempelajari macam-macam iklim di muka bumi serta factor-faktor penentunya. Unsur-unsur iklim antara lain suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, tekanan udara, angin dan lama penyinaran matahari. Unsur-unsur ini berbeda dari waktu ke waktu serta dari tempat ke tempat lain disebabkan oleh adanya unsur pengendali iklim (Supriyanto, 2010). Klimatologi dibagi menjadi beberapa cabang keilmuan iklim berdasarkan metode pendekatan keilmuan, ruang lingkupnya di atmosfer dan pemanfaatannya. Mengingat bahwa iklim adalah suatu sumber daya yang penggunaannya sangat luas dan pada berbagai bidang kegiatan, maka metode pendekatanhya, ruang lingkup serta pemanfaatannya sangat beragam. Berdasarkan pendekatan kelimuan, klimatologi dapat dibagi menjadi empat cabang yaitu klomatografi, klimatologi fisik, klimatologi dinamik, dan klimatologi terapan. Berdasarkan ruang lingkupnya di atmosfer, klimatologi dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu mikroklimatologi, meso klimatologi, dan makro klimatologi (Handoko, 2010).
2.1.1. Pengertian Klimatologi Klimatologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang membahas sintesis atau statistik unsur-unsur cuaca hari demi hari dalam periode beberapa tahun di suatu tempat atau wilayah tertentu. Sintesis unsur-unsur cuaca meliputi nilai ratarata, maksimum dan minimum, frekuensi kejadian nilai unsur cuaca tertentu dan penyimpangannya. Mengingat besarnya pengaruh fisiografi (tata bumi) terhadap sifat cuaca dalam jangka panjang maka ilmu iklim ditekankan pemahaman penggunaan ilmu fisika, statistika dan geografi (Handoko, 2010). Defenisi klimatologi menurut beberapa ahli dan literature, klimatologi memiliki beberapa pengertian dari sudut padang berbeda. Iklim didefenisikan merupakan “konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang. Iklim sebagai “peluang statistik dari berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi disuatu tempat dengan waktu yang panjang”. Menurut kementerian Lingkungan Hidup Iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sector kehidupan manusia (Kamaluddin, 2012). Pembagian iklim didasarkan pada efek-efek yang mempengaruhi niklim, biasanya dengan meninjau kekeringan sebagai dasar klasifikasi iklim. Masalah klasifikasi iklim dan batas-batas iklim menjadi kompleks dengan tidak adanya defenisi
yang sesuai dan kadang-kadang tidak ada garis jelas yang
menggambarkan batas iklim dengan memuaskan antara daerah iklim yang satu dengan yang lain. Pengkajian iklim suatu daerah dan kemungkinan perubahannya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kehidupan manuisa kini dan masa yang akan datang (Ali, 2012). Adanya perbedaan iklim yang besar di berbagai tempat di dunia memberi pengaruh terhadap kemampuan manusia menduduki dan mengolah bumi sebagai tempat yang cocok ditinggali. Iklim tergantung pada hubungan yang kompleks terjadi antara lautan, daratan, dan atmosfer. Faktor utama yang mempengaruhinya adalah suhu, curah hujan dan angin (Hutabarat dan Evans, 2008).
2.1.2. Hubungan Pertanian dengan Klimatologi Klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data yang banyak sehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik. Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis-jenis dan sifatsifat iklim bisa menentukkan jenis-jenis tanaman yg tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu, kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan (Tjasyono, 2004). Iklim merupakan salah satu factor pembatas dalam proses pertumbuhan dan produksi tanaman. Jenis-jenis dan sifat-sifat iklim bisa menentukan jenis-jenis tanaman yang tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu, kajian klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan (Supriyanto, 2010) Perubahan iklim berdampak pada pergeseran musim. Perlu upaya untuk mengajak petani beradaptasi dan mengubah pola tanam yang selama ini sudah menjadi tradisi. Jika dicermati saat musim kemarau beberapa wilayah berpola monsoon dapat melihat aspek positif dari anomaly iklim ini. Curah hujan yang diatas normal pada musim kemarau ini secara umum berdampak positif bagi wilayah yang dipengaruhi tipe cuaca monsoon. Wilayah dengan pola monsoon hanya mengalami puncak hujan sekali setahun dan mengalami periode musim kemarau pada April hingga September dan musim hujan pada Oktober sampai Maret. Pada daerah yang berpola monson dapat menambah masa tanam dengan menanam palawijaya (Handoko, 2010). Varietas tanaman juga bergantung pada iklim. Pengembangan varietas padi bermutu tinggi terus dilakukan, saat ini lebih dari 200 varietas telah dikembangkan melalui pemuliaan konvensional sejak tahun 1930-an. Tapi yang paling banyak dihasilkan antara tahun 1990-an sampai 2000-an. Termasuk dalamnya delapan varietas yang dapat ditanam pada berbagai kondisi agroekosistem (Kamaluddin, 2012). Pada bidang hama dan penyakit tanaman, perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap pertanian dalam kasus serangan organisme pengganggu tanaman. Ledakan hama penyakit hanyalah satu diantara faktor kerentanan lain
yang bdihadapi petani terkait dengan perubahan iklim. Faktor utama adalah ketidakpastian akan ketersediaan air. Hal ini sangat terkait dengan musim yang mulai berubah keteraturannya, pada suatu saat terjadi musim kering panjang namun di tempat lain terjadi musim hujan dengan intensitas tinggi. Dinamika populasi dan intensitas kerusakan OPT banyak dipengaruhi oleh iklim. Perubahan iklim yang begitu cepat saat ini dari El Nino menjadi La Nina basah, yang berarti musim kemarau yang basah. Fenomena basah kemudian diikuti kering akan terjadi multiplikasi OPT yang berdampak terhadap tingginya kerusakan pada tanaman padi (Kamaluddin, 2012). 2.2. Agroklimatologi Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam kehidupan tanaman (Tjasyono, 2007). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
klimatologi yang
membahas penerapan ilmu iklim untuk memecahkan berbagai masalah praktis yang dihadapi masyarakat memiliki salah satu cabang ilmu yang disebut sebagai Agroklimatologi.
Agroklimatologi
merupakan
bidang
yang
membahas
permasalahan iklim dalam sector pertanian baik secara positif maupun negative. Klimatologi sangat penting dalam bidang pertanian karena menimbulkan dampak negative maupun dampak positif bagi pertumbuhan tanaman dan lingkungannya, dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan telah dirasakan berupa meningkatnya frekuensi bencana alam yang dapat menggagalkan panen, serta terjadinya kecenderungan peningkatan gangguan organisme pengganggu tanaman, yang sangat merugikan produksi bahan pangan (Kamaluddin, 2012). Pertanian adalah sektor strategis penyokong ketahanan pangan, penghidupan mayoritas rakyat dan generator pembangunan pedesaan. Selain sensitive terhadap perubahan iklim, pertanian juga merupakan penyumbang bagi emisi gas rumah kaca. Diperlukan perhatian khusus untuk pengembangan kerangka adaptasi sector pertanian di tengah tantangan kebutuhan pangan yang harus meningkat.
Perubahan iklim telah membuat permasalahan dalam bidang pertanian yang semakin kompleks karena dampak iklim telah dirasakan (Kamaluddin, 2012). 2.3. Stasiun Berdirinya Stasiun Klimatologi pada suatu daerah didasari pada kebutuhan masyarakat akan perlunya pengamatan iklim untuk diinformasikan pada masyarakat luas agar dalam melakukan kegiatan bercocok tanam mereka mengetahui masa tanam dan masa panen yang baik. Bagi stasiun klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam dan tinggi dasar awan, durasi penyinaran matahari dan suhu tanah. Persyaratan stasiun klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun dan lingkungan sekitar yang tidak mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili keadaan pada stasiun (Prawirowardoyo, 2010). Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh BMKG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah.Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan adanya pelaksanaan (Setiawan, 2007). Stasiun iklim merupakan unit pelaksana teknis Badan Meteorologi dan Geofisika dalam melaksakan tugas pokok dan fungsinya bergantung kepada sumber daya manusia, sarana, dan prasarana yag dimiliki, yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada kepala badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Stasiun meteorologi alat merupakan suatu tempat, dimana didalamnya mengadakan pengamatan secara berkala terhadap keadaan lingkungan, baik itu berhubungan dengan iklim maupu dengan cuaca (Setiawan,2007). Klimatologi yang pengukurannnya dilakukan secara kontinyu dan meliputi periode waktu yang lama paling sedikit 10 tahun, bagi stasiun klimatologi
pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembapan, macam dan tinggi dasar awan, banglash horizontal, durasi penyinaran matahari dan suhu tanah (Prawirowardoyo, 1996). 2.3.1. Pengertian Stasiun Stasiun adalah unit pelaksana teknis BMG. Stasiun klimatologi melakukan pencatatan data setiap jam atau pengamatan sekurang-kurangnya tiga kali dalam sehari sebagai tambahan data yang diperoleh alat-alat perekamStasiun klimatologi terdiri dari stasiun hujan atau stasiun untuk tujuan khusus. Stasiun ini diakukan oleh observer volunteer yang observasinya dilakukan harian (Tjasyono, 2004). Prakiraan cuaca baik harian maupun prakiraan musim, mempunyai arti penting dan banyak dimanfaatkan dalam bidang pertanian. Prakiraan cuaca 24 jam yang dilakukan oleh BMKG, mempunyai arti dalam kegiatan harian misalnya untuk pelaksanaan pemupukan dan pemberantasan hama. Misalnya pemupukan dan penyemprotan hama perlu dilakukan pada pagi hari atau ditunda jika menurut prakiraan sore hari akan hujan lebat. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah.Jadi, bidang pertanian ini memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai dengan adanya pelaksanaan (Setiawan, 2007). Stasiun iklim merupakan unit pelaksana teknis Badan Meteorologi dan Geofisika dalam melaksakan tugas pokok dan fungsinya bergantung kepada sumber daya manusia, sarana, dan prasarana yag dimiliki, yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada kepala badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Stasiun meteorologi alat merupakan suatu tempat, dimana didalamnya mengadakan pengamatan secara berkala terhadap keadaan lingkungan, baik itu berhubungan dengan iklim maupu dengan cuaca (Setiawan,2007). 2.3.1 Pengertian Stasiun Klimatologi yang pengukurannnya dilakukan secara kontinyu dan meliputi periode waktu yang lama minimal 10 tahun. Stasiun klimatologi pengamatan utama yang dilakukan meliputi unsur curah hujan, suhu udara, arah dan laju angin, kelembaban, macam dan tinggi dasar awan, banglash horizontal, durasi
penyinaran matahari dan suhu tanah . Persyaratan stasiun klimatologi ialah lokasi, keadaan stasiun dan lingkungan sekitar yang tidak mengalami perubahan agar pemasangan dan perletakan alat tetap memenuhi persyaratan untuk menghasilkan pengukuran yang dapat mewakili (Prawirowardoyo, 2010). Stasiun klimatologi pertanian merupakan suatu tempat yang mengadakan pengamatan secara terus-menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek pertanian lainnya. Stasiun klimatologi pertanian hendaknya juga dapat mengukur atau menaksir hubungan alamiah antara iklim, tanah, air dan tanaman. Tingkat ketelitian tergantung pada tujuan pengukuran data, segi teknis, dan seberapa jauh kemungkinan pelaksanaannyadapat dicapai (Supriyanto, 2010) Stasiun iklim/cuaca didirikan dengan tujuan antara lain agar ketepatan dan keamanan data yang diperoleh terjamin. Unsur-unsur yang diamati diharapkan menggambarkan keadaan umum iklim/cuaca setempat. Untuk itu stasiun dibangun pada lokasi yang dapat mewakili keadaan sekitarnya secara luas dengan menghindari lokasi yang ekstrim.Stasiun klimatologi merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dan dipiimpin oleh seorang kepada stasiun (BMKG, 2017). 2.3.2
Pembagian Stasiun Menuru BMKG (2017), ada beberappa macam kelas stasiun dengan tingkat
kelengkapan macam data unsur-unsur cuaca/iklim yang diamati. Macam macam stasiun tersebut (1) Stasiun Klimatologi kelas I (2) Stasiun Klimatologi kelas II (3) Stasiun Klimatologi kelas III (4) Stasiun Klimatologi kelas IV. Stasiun klimatologi kelas I maros didirikan pada tahun 1972, di daerah antang, Panakukang. Tetapi pada tahun 1988 dipindahkan di daerah Maros dengan alasan karena lokasi tersebut digunakan oleh departemen lain dan klimatologi karena sudah banyak bangunan fisik. sehingga stasiun tersebut dipindahkan kekabupaten maros, dan terminal penelitian pertanian berpusat di daerah Maros. Dan diresmikan sendiri oleh bapak kepala balai (Khaeruddin,2010).
Lokasi stasiun Klimatologi Kelas 1 Maros sudah sangat memenuhi standar karena dibangun diareal lahan yang jauh dari bangunan fisik. Sebab, untuk melakukan pengamatan cuaca dan iklim tidak boleh terhalang oleh bangunan, karena akan berpengaruh dalam mengamati unsur-unsur iklim mulai dari temperatur, curah hujan, dan kelembaban (Khaeruddin, 2010). 2.3.3 Syarat Penempatan Stasiun Dalam penentuan lokasi harus tepat, yaitu lokasi yang mewakili lingkungan alam yang tidak mudah berubah, sehingga data yang diperoleh dapat terjamin. Lokasi stasiun Klimatologi harus memenuhi standar yaitu: dibangun di areal lahan yang jauh dari bangunan fisik sebab untuk melakukan pengamatan cuaca dan iklim tidak boleh terhalang oleh bangunan, karena akan berpengaruh dalam mengamati unsur-unsur iklim mulai dari temperature, curah hujan, dan kelembaban (Supriyanto, 2010). Lokasi stasiun klimatologi harus memenuhi standar yang menyangkut bangunan disekitarnya yang jelas berpengaruh terhadap pengamatan. Dalam persetujuan internasional, suatu stasiun klimatologi juga harus paling sedikit mengamati keadaan selama 10 tahun hingga akan mendapatkan gambaran umum keadaan iklimnya, batas-batas ekstrim dan juga pola siklusnya (Supriyanto, 2010). Taman tempat peralatan yang dipakai untuk mengukur unsur cuaca/iklim secara kontinyu disebut Stasiun Klimatologi.Taman ini merupakan lahan datar yang ditumbuhi rumput yang luasnya di atur sesuai banyak dan macam alat yang digunakan di stasiun tersebut (Estiningtyas, 2011). Stasiun iklim merupakan unit pelaksana teknis BMKG melaksakan tugas pokok dan fungsinya bergantung kepada sumber daya manusia, sarana, dan prasarana yag dimiliki, yang berada dibawah dan tanggung jawab kepada kepala badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika (Setiawan, 2007). Menurut Estiningtyas (2011),Suatu stasiun iklim paling sedikit mengamati keadaan iklim selama 10 tahun berturut-turut, sehingga akan didapat gambaran umum tentang rerata keadaan iklim suatu tempat. Agar diperoleh hasil pemgamatan yang akurat, maka dibutuhkan persyaratan sebagai berikut (1) Penempatan lokasi stasiun harus mewakili keadaan lahan yang luas (2) Masing-
masing alat harus dapat memberikan hasil pengukuran parameter cuaca yang absah (tepat dan akurat), sederhana, kuat atau tidak mudah rusak, mudah penggunaan dan perawatannya (3) Pengamatan harus dapat dipercaya, terlatih, dan terampil.Stasiun meteorologi harus ditempatkan pada daerah terbuka dan representatif (mewakili). Secara umum. Luas daerah terbuka bagi suatu stasiun meteorologi pertanian dengan peralatannya lengkap kira-kira 2-2,5 ha. Menurut Taufik (2010), dalam penempatan stasiun klimatologi pertanian diutamakan di stasiun percobaan Agronomi, Hortikultura, Peternakan, Kehutanan, hidrologi, lembaga penelitian tanah, Kebun raya ataupun cagar alam serta daerah yang perubahan cuacanya sering menyebabkan kerugian terhadap produksi pertanian. Menurut Taufik (2010), Penempatan stasiun klimatologi/meteorology sedapat mungkin memenuhi syarat antara lain (1) Sekeliling luasan terpelihara dengan tanaman penutup (rerumputan atau tanaman yang rendah) sebatas pada pengaruh gerakan angina (2) Disekitar atau dekatnya tidak ada jalan raya (jalan besar) (3) Tempatnya pada tanah yang datar (4) Bebas atau jauh dari bangunan dan pohon-pohon besar (5) Letak stasiun jangan terlalu jauh dengan pengamat dan keperluan pengamatan. Hal ini akan lebih baik dalam ketepatan waktu dan kondisi yang dapat dipercaya. 2.3.4 Kesalahan Penempatan Stasiun Ada alat yang boleh atau harus ditempatkan terkena radiasi matahari, seperti Shunsing-recorder. Sedangkan Rain-gauga harus bebas menangkap curahan air hujan. Mangkuk anemometer dan Wind-directionharus ditempatkan pada ketinggian 10-15 meter diatas permukaan tanah (Rafii, 2009). Termometer tanah harus terhindar dari penyinaran langsung matahari sebab fungsinya untuk mengukur suhu tanah, tetapi harus juga terhindar dari gangguan dalam tanah. Untuk itu thermometer tersebut (50 dan 100 cm) ditempatkan dalam tabung logam yang dibenamkan dalam tanah (Rafii, 2009). Tidak semua alat itu dapat mengadakan recording di lapangan terbuka, karena terhindar dari hujan dan radiasi matahari. Pesawat-pesawat tersebut harus diletakkan di suatu ruang tertutup dan laboratorium, tetapi dapat bekerja karena
dihubungkan dengan transmitter oleh kabel magnetik. Alat atau pesawat di laboratorium tersebut ialah Combination Anemometer, Electronic Polyrecorder, Rain Gauge (recorder), Android Barometer, Psycrometer, Barometer Standard, Altimeter, dan Chronometer serta semua perlengkapan recording. Sedangkan komputer sangat penting untuk mengolah data meteorologi (Ali, 2007).
BAB III METODOLOGI 3.1
Waktu dan Tempat Praktikum Pengenalan Alat ini dilakukan pada hari Jumat, 03 Maret 2017
pukul 08.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium I Agroklimatologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. 3.2
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Panci Evaporasi, High
Volume Sampler, AWS (Automatic Weather System), Sangkar Cuaca, Termometer Bola Kering dan Bola Basah, Termometer Maksimum-Minimum, Termometer Tanah, Actinograph, Gun Bellani, Anemometer, Penakar Hujan, Campble Stokes, LCD dan laptop, sedangkan bahan yang digunakan adalah alat tulis-menulis seperti pulpen, kertas dan spidol. 3.3
Metode Praktikum Pada metode praktikum ini diperkenalkan alat-alat klimatologi dengan cara
menampilkan alat yang ada dilaboratorium. Setelah itu dijelaskan pula cara kerja, prinsip kerja dan fungsi alat-alat tersebut.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Hasil
Gambar 1. Campbell Stoke
Gambar 2. Aktinograf
Gambar 3. Automatic Solar Radiation System (ASRS)
Gambar 4. Gun Bellani
Gambar 5. Penakar hujan tipe Hellman
Gambar 6. Alat klimatologi dalam sangkar klimatologi
Gambar 7. Perangkat panci penguapan kelas A
Gambar 8. Penakar hujan OBS
Gambar 9. Menara iklim
Gambar 10. Termometer tanah gundul
Gambar 11. Termometer tanah berumput
Gambar 12. Automatic Weather System (AWS)
Gambar 13. Lysimeter
Gambar 14. Sun fotometer
Gambar 15. High volume sampler (HVS)
Gambar 16. ARWS
4.1.1. Deskripsi Alat 1.
Campbell Stock a. Fungsi : Untuk mengukur pinaran matahari dengan cara difokuskan, serta untuk mengukur lama penyinaran matahari. b. Kondisi Alat : Ada dudukan untuk memasang kertas, ada skala waktu pada kertas dan jenis-jenis kertas pias yang berbeda untuk setiap musimnya, ada pengaturan kedataran. Alat ini bisa digeser untuk menyesuaikan lintang c. Cara Kerja : Sinar matahari yang masuk difokuskan agar membakar kertas pias namun jangan sampai berlubang. Walaupun kertas pias basah terkena hujan, kertas pias masih dapat dipakai kembali. d. Cara Pengamatan : Sebelum matahari terbit atau terbenam (pagi atau sore hari). Dipasang selama 12 jam, lalu kertas diambil dan diukur dari jejak gosong hingga berlubang. Setiap interval garis menandakan 1 jam. Jika pembakaran kertas pias keluar jalur berarti terjadi kesalahan.
2.
Aktinograf a. Fungsi : Untuk mengukur jumlah energi matahari per satuan waktu per satuan luas. b. Kondisi Alat : Masih bagus, namun pegasnya rusak. Terdapat 3 lempengan logam (putih-hitam-putih). c. Cara Kerja : 1. Pasang kertas pias aktinograf yang masih kosong, lalu putar pegasnya (prinsip seperti pada kotak musik). 2. Pasang tabung sesuaikan dengan waktu pemasangan. 3. Saat terjadi pemuaian pada logam hitam, tuas akan menggerakkan pena. Semakin melengkung logam (pemuaian tinggi), pena akan semakin bergerak naik. d. Cara Pengamatan : Kertas diganti setiap jam 20.00 WITA. 1 kali putaran = 24 jam. Walaupun begitu, kadang pegas tetap harus diputar kembali agar tidak berhenti saat sedang melakukan pengukuran. Cara membaca kertas piasnya yaitu dengan menghitung luasan grafik energi.
3.
Automatic Solar Radiation System (ASRS) a. Fungsi : Untuk mengukur radiasi matahari secara otomatis, namun masing-masing perangkat dapat mengukur variabel yang berbeda-beda. 1. Net Radio Meter : untuk mengukur raediasi matahari dari angkasa dan pantulan dari bumi. 2. Pyranometer : untuk mengukur radiasi hamburan sinar matahari. 3. Plant Quantum Sensor : untuk mengukur kebutuhan cahaya matahari yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis. 4. Ultraviolet Sensor : untuk mengukur ultraviolet. b. Kondisi Alat : Baik. c. Cara Kerja : Terdapat resistor dan transistor. Prinsip kerjanya yaitu cahaya matahari diubah menjadi arus listrik, lalu diukur kekuatan arus listriknya. d. Cara Pengamatan : Pencatatan bervariasi, ada yang 1 menit, 10 menit, dan 1 jam.
4.
Gun Bellani a. Fungsi : Untuk mengukur radiasi total sinar matahari. b. Kondisi Alat : Gabus sudah tua, sehingga alat (terutama bola) berada di bawah tanah. Seharusnya bola berada sejajar dengan permukaan tanah. c. Cara Kerja : Menggunakan prinsip penguapan air. 1. Bola dibasahi, lalu balik kembali. 2. Ukur volume air yang tersisa (tidak terserap di bola hitam). 3. Simpan di tempatnya, dan biarkan selama 24 jam. 4. Air di dalam bola hitam akan menguap, lalu terjadi pengembuhan karena suhu dingin. d. Cara Pengamatan : Alat diambil untuk pengukuran pukul 07.00 WITA. Air selama 1 hari yang dapat diuapkan oleh matahari merupakan kekuatan radiasi matahari. Semakin tinggi pengapan air, berarti semakin tinggi radiasi matahari.
5.
Penakar hujan tipe Hellman a. Fungsi : Untuk mengukur curah hujan.
b. Kondisi Alat : Cukup bagus, terkadang alat pemutar berhenti sendiri. c. Cara Kerja : Alat ini bekerja secara otomatis. 1. Air hujan masuk ke dalam corong (200 mm/m2) 2. Lalu air masuk ke tabung. Di tabung ini ada pelampung yang terhubung dengan tuas. Tuas tersambung dengan pena. 3. Saat pelampung naik, maka pena juga akan bergerak naik. 4. Saat air hujan sudah di posisi 10 mm, air hujan yang tertampung akan otomatis dibuang hingga tabung kosong. d. Cara Pengamatan : Skala horizontal menunjukkan waktu, sedangkan skala vertikal menunjukkan skala curah hujan. Menghitung pergerakana posisi grafik. Takaran 1 mm maksudnya dalam luasan 1 m2, ketinggian air tergenang adalah 1 mm. Kertas diganti setiap jam 07.00 WITA, pengoperasian berlangsung selama 24 jam. 6.
Alat klimatologi dalam sangkar klimatologi a. Fungsi : Untuk melindungi alat-alat dari air hujan, matahari, dan terpaan angin. b. Kondisi Alat : Cukup bagus, masih memnuhi standar. c. Cara Kerja :
Sensor TBK & TBB menggunakan air raksa.
Tmax memiliki penyempitan pipa (kapiler). Jika suhu naik, air raksa akan memuai terus. Namun saat suhu turun, air raksa akan terputus sehingga pengukuran tidak akan bergerak turun.
Index Tmin bisa turun, namun tidak bisa naik.
Evaporimeter Pische mengukur suhu udara yang basah (suhu titik embun) dari bukan badan air, untuk mewakili pelepasan transpirasi.
d. Cara Pengamatan : 7.
Perangkat panci penguapan kelas A a. Fungsi : Untuk mengukur besarnya penguapan air. b. Kondisi Alat : memiliki diameter >1 m. Tidak terdapat termometer apung (berfungsi untuk mengukur suhu penguapan air) karena rusak.
c. Cara Kerja : Air harus rata dengan mata pancing, lalu catat. Ketinggian air dari mulut panci idealnya 5 cm. d. Cara Pengamatan : mengukur penguapan air yang hilang dengan cara menghitung selisih. Pengamatan dilakukan 3 kali, yaitu pukul 07.30 WITA, 13.30 WITA, dan 17.30 WITA. Satuan sama seperti satuan curah hujan. 8.
Penakar hujan observatorium (OBS / Ombrometer) a. Fungsi : Untuk menakar curah hujan b. Kondisi Alat : Begus, sesuai standar. c. Cara Kerja : Alat ini bekerja secara manual. 1. Air hujan tertampung di dalam alat. 2. Saat hendak diamati, air dalam alat ditakar menggunakan gelas ukur (satuan mm). d. Cara Pengamatan : Air hujan ditakar menggunakan gelas ukur (satuan mm). Air takaran tidak boleh menguap, meresap, maupun mengalir. Jam penakaran untuk keperluan pertanian (agro) yaitu pukul 07.30 WITA, 13.30 WITA, dan 17.30 WITA. Jam penakaran untuk keperluan pertukaran data (sinoptik) dilakukan setiap 3 jam sekali.
9.
Menara iklim a. Fungsi : Untuk mengukur profil iklim mikro pada ketinggian 4 m, 7 m, dan 10 m dari permukaan tanah. b. Kondisi Alat : Bagus. c. Cara Kerja : Terdapat alat klimatologi dalam sangkar klimatologi, dan cup counter anemometer. d. Cara Pengamatan : Pada pengukuran cup counter anemometer menggunakan satuan km/jam. Sedangkan pada alat-alat klimatologi dalam sangkar klimatologi menggunakan °C.
10. Termometer tanah gundul a. Fungsi : Mengukur suhu tanah gundul dari beberapa kedalaman. b. Kondisi Alat : Masih bagus.
c. Cara Kerja : Terjadi pemuaian jika suhu naik maka air raksa dalam reservoir akan naik, kemudian mencatat angka yang ditunjukkan oleh termometer. d. Cara Pengamatan : Pengamatan dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 07.30 WITA, 13.30 WITA, dan 17.30 WITA. 11. Termometer tanah berumput a. Fungsi : Mengukur suhu tanah berumput dari beberapa kedalaman. b. Kondisi Alat : Masih bagus. c. Cara Kerja : Terjadi pemuaian jika suhu naik maka air raksa dalam reservoir akan naik, kemudian mencatat angka yang ditunjukkan oleh termometer. d. Cara Pengamatan : Pengamatan dilakukan 3 kali sehari yaitu pukul 07.30 WITA, 13.30 WITA, dan 17.30 WITA. 12. Automatic Weather System (AWS) a. Fungsi : Untuk mengukur unsur-unsur cuaca secara otomatis. b. Kondisi Alat : Bagus, sesuai standar. c. Cara Kerja : Semua sensor akan mengirim masing-masing datanya ke dalam logger dan di terjemahkan sendiri oleh logger selanjutnya akan dikemas dalam bentuk file dan dikirim ke server. d. Cara Pengamatan : Untuk temperatur (5-6 kali dalam satu menit), untuk kecepatan angin tiap-tiap detik akan dicatat secara otomatis. 13. Lysimeter a. Fungsi : Untuk mengukur evapotranspirasi b. Kondisi Alat : c. Cara Kerja : Setiap pukul 17.00 WITA ketiga bak lysimeter disiram dengan air masing-masing 10 liter dan di biarkan selama 24 jam. Air yang tidak mengalami evapotranspirasi akan terserap ke dalam tanah lalu pada puku 17.00 hari berikutnya, air di pompa dari dalam tanah kemudian dihitung selisih antara air yang disiramkan dengan air yang dipompa dari dalam tanam maka itulah nilai evapotranspirasinya. d. Cara Pengamatan : Setiap pukul 17.00 WITA.
14. Sun fotometer a. Fungsi : Untuk mengukur intensitas cahaya hamburan di atmosfer. b. Kondisi Alat : Masih bagus. c. Cara Kerja : Pada saat sinar matahari ditangkap oleh sensor maka akan terjadi perubahan sifat kelistrikan yang selanjutnya akan dideteksi oleh suatu rangkaian elektronik. d. Cara Pengamatan : Pembacaan dilakukan secara otomatis selama 24 jam. 15. High Volume Sampler (HVS) a. Fungsi : Untuk mengetahui konsentrasi debu di udara yang berukuran 1 µ (mikron). b. Kondisi Alat : Alat masih bagus. c. Cara Kerja : 1. Menimbang kertas (kelembapan < 50%). 2. Memasang kertas di HVS. 3. Mengeringkan kertas menggunakan desikator, lalu meningmbang kertas. d. Cara Pengamatan : Pengamatan dilakukan 6 kali. Pengukuran dilakukan dengan menghitung selisih berat kertas sebelum dan sesudah dipasang di HVS. 16. ARWS a. Fungsi : Untuk mengambil sampel air hujan yang berguna untuk mengetahui kualitas air hujan (pH, daya hantar listrik, kation & anion, serta kandungan partikel) b. Kondisi Alat : Alat otomatisnya rusak, sehingga pengamatan dilakukan secara manual. c. Cara Kerja : Mengambil sampel 10 mm air hujan yang tertampung di dalam RWS. Setelah dipakai, bersihkan RWS menggunakan aquades. d. Cara Pengamatan : Pengambilan sampel dilakukan setiap hari Senin, pukul 07.00 WITA.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Musa. 2007. Laporan Praktikum Meteorologi. Bandung: Program Studi Meteorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral Institut Teknologi Bandung. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, 2017. http://www.bmkg.go.id. Dikutip pada Rabu, 08 Maret 2017. Estiningtyas, B.W. 2011. Analisis Efisiensi dan Kehilangan Air Pada Jaringan Utama Daerah Irigasi Air Sagu. Jurnal Teknik Sipil 1.1 (2011):80-93. Hutabarat, S dan Evans, S.M. 2008. Pengantar Oseanografi.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 1985. Kamaluddin, Apiaty. 2012. Berjaga Di Setiap Musim: Adaptasi Petani Padi Terhadap Perubahan Iklim Di Sulawesi Selatan. Makassar: Nala Cipta Litera. Khaeruddin, M.E. 2010. Alat-alat pengujur Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian. Bag. Klimatologi Pertanian. IPB (2010):148 Prawirowardoyo, Susilo. 2010. Meteorologi. Bandung : Intstitut Teknologi Bandung. Rafii, M. 2009. Estimasi Unsur-unsur Cuaca Untuk Mendukung Sitem Peringkat Bahaya Kebakaran Hutan dengan Data Modis. Jakarta: LAPAN. Setiawan, M.E. 2007. Alat Pengukuran Cuaca di Stasiun Klimatologi Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian. 67 hal (2003). Supriyanto, E., Syahbuddin, H., dan Pramudina, A. 2010. Validasi Model Pendugaan Evapotranspirasi : Upaya Melengkapi Sistem Database Iklim Nasional. Jurnal Tanah dan Iklim 27:8-9 Taufik, S.T. 2010. Produksi Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) di Daerah Bercurah Hujan Tinggi di Kabupaten Bogor. Purwakarta: Dinas Kehutanan dan Perkebunan/Konservasi Sumber Daya Alam Kabupaten Purwakarta. Tjasyono, Bayong. 2007. Klimatologi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
View more...
Comments