Laporan Praktek Kerja Lapangan Pt. Pertamina (Persero) Ru v Balikpapan

February 13, 2017 | Author: Satria Nugraha | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Praktek Kerja Lapangan Pt. Pertamina (Persero) Ru v Balikpapan...

Description

ANALISA PENGENDALIAN RESIKO PEKERJAAN PEMBERSIHAN HEAT EXCHANGER DAN KONDENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK ASSESSMENT (Studi Kasus di PT. Pertamina RU V Balikpapan)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Nama No. Mahasiswa

: Satria Nugraha : 10 522 131

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2014

ii

Disclaimer Sesuai UU No. 14 tahun 2008, seluruh data dan informasi pada laporan PKL ini adalah milik PT Pertamina (Persero). Dilarang menyalin, memperbanyak, dan meperjual belikan isi laporan tanpa seijin dari PT Pertamina (Persero). Pelanggaran ketentuan ini akan ditindak sesuai hukum yang berlaku.

iii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN Laporan Kerja Praktek yang dilaksanakan di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan periode Februari 2014 sampai dengan April 2014 telah kami setujui.

Nama

: Satria Nugraha

NIM

:10522131

Balikpapan, Supply Chain Section Head,

Maret 2014

Pembimbing Kerja Praktek,

Muhammad Alaidin

Aries Arthanto

Nopek. 720319

Nopek. 747474

iv

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISA PENGENDALIAN RESIKO PEKERJAAN PEMBERSIHAN HEAT EXCHANGER DAN KONDENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK ASSESSMENT (Studi Kasus di PT. Pertamina RU V Balikpapan)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Disusun Oleh: Satria Nugraha (10522131)

Menyetujui, Dosen Pembimbing Kerja Praktek

Ir. Hartomo, M.Sc., Ph.D.

Mengetahui, Ketua Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia

Drs. H. Mohammad Ibnu Mastur., MSIE

v

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek selama kurang lebih 2 bulan di PT. Pertamina RU V Balikpapan dengan baik dan menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja Praktek ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Kerja Praktek sebagai syarat akademis yang wajib dipenuhi dalam kurikulum di Program Studi Teknik Industri Universitas Islam Indonesia. Selain itu Kerja Praktek dirasa dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mengenal dunia kerja sehingga diharapkan dapat mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri. Selama pembuatan sampai terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.

Kedua orang tua dan kakak saya yang telah mendukung, memberikan perhatian, dan selalu memberikan doa restu.

2.

Bapak Muhammad Alaidin dan Bapak Aries Arthanto, selaku pembimbing dari bagian Supply Chain yang telah banyak membantu dalam memberikan nasehat, masukan, dan motivasi selama Kerja Praktek.

3.

Bapak Rusdi Rachmani, Bapak Subagio, Mas Dodi, Bu Endang, dan rekan-rekan lainnya selaku bagian Refinery Planning yang telah banyak membantu dalam memberi bimbingan serta pengarahan dalam menjalankan program Kerja Praktek ini

4.

Bapak Johnni dan para staff lainnya selaku bagian Hydroskimming Complex yang sangat membantu dalam proses pengambilan data Kerja Praktek ini.

5.

Bapak Joyo dari bagian Maintenance Area 1 yang telah banyak memberikan info dan penjelasan tentang proses pembersihan unit Heat Exchanger dan Kondensor pada Area Utilities dan Power Plant

6.

Bapak Bayu Prabowo dari Maintenance Area 3 yang membantu dalam proses pengambilandata selama kegiatan Kerja Praktek di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dan juga banyak memberi inspirasi dan masukan serta berbagi pengalaman.

vi

7.

Bapak Hartomo Ir. M.Sc., Ph.D , selaku dosen pembimbing Kerja Praktek yang telah memberikan bimbingan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan ini.

8.

Seluruh staf bagian Hydroskimming Complex, Hydrocracker Complex, Utilities dan Power Plant, Diswax, Oil Movement, Process Engineering, Facility Engineering, Rotating Engineering, Stationary Engineering, Maintenance Area 1 dan 3, Health, Safety, Security and Evironment dan bagian-bagian lainnya atas penjelasan dan bimbingan selama masa orientasi di area Kilang di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan.

9.

Ibu Puput Dewanthy dan Ibu Ayu dari Public Relation PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan yang telah memberikan pengarahan dan membantu proses perijinan untuk kegiatan Kerja Praktek (KP).

10. Bapak Said, Bapak Sugiyanto, Bapak Mustofa, dan rekan-rekan selaku bagian Security Administration PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan yang telah membantu dalam proses pembuatan Badge PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. 11. Kedua orang tua dan Saudara Rachmad Sujono yang telah menyediakan tempat untuk tinggal dan transportasi selama kegiatan Kerja Praktek di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. 12. Rachmad Sujono, Verdianto Prada, Ary Bhinuko, Orryza, Annisa, Nevi, dan kawan-kawan lainnya sebagai rekan selama Kerja Praktek yang telah bekerja sama dengan baik dari awal pelaksanaan Kerja Praktek hingga terselesaikannya laporan ini. 13. Teman-teman Teknik Industri 2010 UII yang telah memberikan dukungan dan semangat selama Kerja Praktek. 14. Semua officer di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan yang telah membantu selama pelaksanaan Kerja Praktek. 15. Alat Pelindung Diri yang selalu melindungi didalam area kilang. 16. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu baik selama Kerja Praktek maupun dalam pembuatan laporan ini.

vii

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari sempurna dan dengan penuh kerendahan hati penulis mohon maaf serta mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bukan saja bagi penulis tetapi juga bermanfaat bagi pihak perusahaan dan memperluas pengetahuan dan wawasan pembaca, khususnya rekan–rekan mahasiswa. Selamat membaca, terima kasih Balikpapan,

Maret 2014

Penyusun

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i Disclaimer .................................................................................................................. ii Halaman Pengesahan ................................................................................................. iii Halaman Pengesahan ................................................................................................ iv Kata Pengantar ........................................................................................................... v Daftar Isi .................................................................................................................... viii Daftar Tabel ............................................................................................................... x Daftar Gambar ........................................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1 1.2 Tujuan Kerja Praktek .............................................................................. 3 1.3 Batasan Kerja Praktek ............................................................................ 4 1.4 Waktu dan Lokasi Kerja Praktek ........................................................... 3 1.5 Metode Penulisan Laporan ..................................................................... 4 1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................ 4 1.7 Manfaat Kerja Praktek ............................................................................ 5 BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero) dan RU V Balikpapan ........................ 6 2.2 Logo Perusahaan .................................................................................. 13 2.3 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) dan RU V Balikpapan ............ 14 2.4 Tata Nilai .............................................................................................. 15 2.5 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan .............................. 15 2.6 Produksi PT. Pertamina (Persero) ....................................................... 19 2.7 Status Kepemilikan .............................................................................. 20 2.8 Distribusi dan Pemasaran Produk ......................................................... 20 2.9 Unit Kerja ............................................................................................. 23 BAB III DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI 3.1 Sistem dan Manajemen Produksi ......................................................... 25 3.2 Human Capital Management ................................................................ 32

ix

3.3 Pemasaran dan Distribusi ..................................................................... 39 3.4 Sistem Informasi Manajemen ............................................................... 40 BAB IV TUGAS KHUSUS 4.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 43 4.2 Rumusan Maasalah .............................................................................. 45 4.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 45 4.4 Batasan Masalah ................................................................................... 45 4.5 Landasan Teori ..................................................................................... 46 4.6 Metode Penelitian ................................................................................. 53 4.7 Hasil dan Pembahasan .......................................................................... 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.8 Kesimpulan ........................................................................................... 61 4.9 Saran ..................................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamia (Persero) RU V ................. 11 Tabel 2.2 Kapasitas Produksi PT. Pertamina (Persero) ............................................ 19 Tabel 2.3 Kapasitas Terpasang Kilang I ................................................................... 23 Tabel 2.4 Kapasitas Terpasang Kilang II .................................................................. 24 Tabel 2.5 Fasilitas Pendukung Lainnya .................................................................... 24 Tabel 3.1 Perbandingan antara Teori A dan Teori Z ................................................ 38 Tabel 4.1 Nilai tingkat kemungkinan ........................................................................ 50 Tabel 4.2 Nilai tingkat keparahan ............................................................................. 51 Tabel 4.3 Skala tingkatan resiko ............................................................................... 51 Tabel 4.4 Identifikasi kegiatan dan resiko pekerjaan ................................................ 54 Tabel 4.5 Penilaian resiko pekerjaan ........................................................................ 56 Tabel 4.6 Pengkategorian resiko pekerjaan .............................................................. 57 Tabel 4.7 Penanganan Resiko ................................................................................... 59

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Monumen Sumur Pertama ”Mathilda” ................................................ 7

Gambar 2.2

Lokasi Refinery Unit Pertamina di Seluruh Indonesia ......................... 10

Gambar 2.3

Perkembangan Logo PT. Pertamina (Persero) ..................................... 13

Gambar 2.4

Logo PT. Pertamina (Persero) .............................................................. 13

Gambar 2.5

Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan .............................. 16

Gambar 2.6

Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan via Satelit............. 17

Gambar 2.7

Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ...................... 18

Gambar 2.8

Alur Pendistribusian PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan........ 22

Gambar 3.1

Sistem Produksi existing refinery PT Pertamina RU V Balikpapan ... 26

Gambar 3.2

Visualisasi pola-pola data .................................................................... 30

Gambar 3.3

Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ......... 34

Gambar 3.4

Teori Kebutuhan Maslow ..................................................................... 36

Gambar 3.5

Tampilan Halaman Utama Website PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ............................................................................................ 41

Gambar. 3.6 Tampilan Halaman Website Online Owner Estimasi (O2E) ............... 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Disadari atau tidak, ternyata pemahaman keilmuan yang didasari hanya pada tataran teoritis kerap tidak dapat memberikan hasil yang optimal. Banyak hal, ketika dalam operasionalnya tidak dapat diselesaikan hanya dengan dasar-dasar teori belaka. Dilain pihak sampai saat ini perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi dalam dunia industri, tidak selalu dapat diikuti oleh pihak universitas, sebagai sebuah institusi pendidikan yang memiliki kewajiban mempersiapkan tenaga kerja. (Hermawan Kertajaya, 1996). Dalam mengikuti perkembangan khususnya di bidang industri, pihak Jurusan Teknik Fakultas Tekonologi Industri Universitas Islam Indonesia sudah semestinya menerapkan sistem Kerja Prakterk (KP) bagi para mahasiswanya. Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan skill dari mahasiswa tersebut agar dapat memenuhi tuntuan di dunia kerja nantinya. Selain itu hasil yang didapatkan dari Kerja Praktek ini adalah sebagai penjembatan antara pihak Jurusan Teknik Fakultas Tekonologi Industri Universitas Islam Indonesia dengan industry-industri yang ada agar saling membagi informasi tentang perkembangan dunia industry dijaman sekarang ini. Pada zaman sekarang ini kegiatan industri di berbagai negara sangatlah berkembang maju. Untuk dapat mengikuti bahkan menyaingi pesaing-pesaing dari perusahaan lain tentunya perusahaan diwajibkan untuk dapat menghasilkan produk dengan mutu yang baik. Akan tetapi hal tersebut tidak melupakan aspek-aspek lain yang mendukung dalam kegiatan yang ada didalam sebuah industri. Keselamatan kerja pekerja dan kesehatan para pekerja harus diperhatikan oleh perusahaan supaya dengan SDM yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula. Industri saat ini, terutama industri-industri yang sudah sangat besar sudah pasti menerapkan kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja bagi

2

para pekerjanya. Akan tetapi kebijakan-kebijakan yang telah dibuat belum tentu memberikan jaminan terhadap perlindungan terhadap para pekerjanya. Kecelakaan kerja masih sering terjadi di dalam sebuah industri besar. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan para pekerja hingga pada pekerjanya sendiri. Pengkajian terhadap kegiatankegiatan yang ada didalam industri harus dilakukan setiap harinya. Untuk itu identifikasi-identifikasi yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja harus dilakukan secara rutin dan penanggulangan tentang resiko pekerjaan harus dilakukan evaluasi setiap harinya. Pada perusahaan PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan memiliki sebuah bagian yang membuat kebijakan-kebijakan berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya. HSE (Health Safety Environment) dimana bagian HSE itu sendiri terdari dari beberapa bagian lagi, yaitu bagian safety section head, Fire & section head, Environment section head, Occupational health section head. Dan setiap bagian pada HSE (Health Safety Environment)

juga memiliki tugas yang berbeda-beda sesuai

dengan bidangnya masing-masing. Salah satu bagian pekerjaan yang memiliki resiko pekerjaan yang tinggi adalah bagian dari Maintenance Area. Maintenance Area ini dibagi menjadi empat bagian yaitu Maintenance Area 1 (MA1), Maintenance Area 2 (MA2), Maintenance Area 3 (MA3), dan Maintenance Area 4 (MA4). Setiap bagian memiliki tanggun jawab untuk melakukan maintenance area kerja masing-masing. Salah satu area yang paling utama dan paling penting disini adalah area MA1 yaitu pada bagian utilities dan power plant satu dan power plant dua. Dari beberapa bidang yang ada pada bagian HSE dapat menunjang peningkatan kinerja sebuah perusahaan terutama di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan karena setiap pekerjaan yang dilakukan di bagian-bagian kilang PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sendiri telah diatur sesuai dengan tingkat kecelakaan yang memungkingkan terjadi. Sehingga HSE (Health Safety Environment) sangat perlu karena untuk meminimalisir tingkat kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Untuk mengantisipasi agar suatu pekerjaan yang beresiko dapat digolongkan tingkat resikonya serta meminimalisir terjadi nya kecelakaan kerja maupun gangguan kesehatan pada saat bekerja, dibutuhkan analisa tentang kesehatan dan

3

keselamatan kerja terutama pada pengendalian resiko kerja yang akan terjadi di PT. Pertamina RU V Balikpapan.

1.2 Tujuan Kerja Praktek Tujuan kerja praktek di lingkungan PT. Pertamina RU V Balikpapan ini adalah 1. Mengetahui manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan manajemen resiko yang ada di PT. Pertamina RU V Balikpapan. 2. Dapat membandingkan serta mengaplikasikan teori yang sudah didapat di bangku kuliah ke kehidupan nyata yang ada dilapangan. 3. Dapat memberikan rekomendasi terhadap pelaksanaan manajemen kesehatan dan keselamatan serta pengendalian resiko kerja di PT. Pertamina RU V Balikpapan. 1.3 Batasan Kerja Praktek Untuk pembahasan tema kerja praktek yang diambil tentang manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan manajemen resiko adalah kegiatan-kegiatan operasional yang berada di PT. Pertamina RU V Balikpapan. Penerapan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan manajemen resiko yang sudah ada dibandingkan dengan pengamatan langsung dan literatur yang ada kemudian dianalisa untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang ada.

1.4 Waktu dan Lokasi Kerja Praktek Kerja praktek ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan : Tanggal : 3 Februari 2014 – 3 April 2014 Tempat

: PT. Pertamina (Persero) RU V , Jalan Yos Sudarso No. 1 Balikpapan

1.5 Metode Penulisan Laporan Penyusunan laporan kerja praktek ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

4

1. Pengamatan Sistem Dilakukan dengan mengamati sistem dan proses kerja secara langsung dari divisi Maintenance Area 1 dan Health Safety Environment PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. 2. Perumusan Masalah Melakukan identifikasi masalah berdasarkan hasil pengamatan langsung sesuai dengan topik permasalahan. 3. Pengumpulan Data Mengumpulkan data yang diperlukan melalui sumber-sumber sebagai berikut: - Studi Literatur Penulis mempelajari berbagai sumber tertulis yang berhubungan dengan topik. - Pengambilan Data Meminta data historis dari pihak terkait. - Wawancara Melakukan wawancara dengan pihak terkait dengan topik pembahasan. 4. Analisis Data Menganalisis data dengan mengaplikasikan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas sehingga dapat tercapai suatu kesimpulan.

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini tersusun sebagai berikut : BAB I

PENDAHULUAN

Memuat latar belakang kerja praktek, tujuan kerja praktek, batasan kerja praktek, manfaat dari kerja praktek yang dilakukan, waktu dan tempat pelaksanaan, metode penulisan laporan, dan sistematika penulisan.

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

Memuat kondisi umum mengenai PT. Pertamina (Persero) secara keseluruhan dan PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan pada khususnya yaitu visi dan misi, status kepemilikan, sejarah singkat, lokasi, hasil produksi, pemasaran produk serta unit kerja.

5

BAB III

DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI

Memberikan penjelasan mengenai proses produksi berbagai macam produk yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dari bahan baku, pengadaan bahan baku, proses produksi sampai dihasilkan produk olahan yang siap untuk dipasarkan kepada masyarakat. BAB IV TUGAS KHUSUS Memuat tugas khusus yang diberikan perusahaan tempat kerja praktek yaitu PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan atau dosen pembimbing yang membahas permasalahan tentang sistem industri secara mendalam di perusahaan. Tema tugas khusus diarahkan ke bidang sistem produksi atau manufaktur, ergonomi, atau manajemen industri khusunya pengendalian resiko pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger pada area Utilities dan Power Plant. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Memuat rangkuman pelaksanaan kerja praktek yang relevan dengan tujuan kerja praktek dan tugas khusus yang diberikan. 2. Saran Memuat beberapa saran yang perlu diperhatikan mengenai pelaksanaan kerja praktek dan perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan tempat kerja praktek dalam hal ini yaitu PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan.

1.7 Manfaat Kerja Praktek Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek di PT. Pertamina RU V Balikpapan adalah : 1. Mendapatkan pengalaman bekerja langsung melalui kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di PT. Pertamina RU V Balikpapan. 2. Mengetahui persaingan dunia kerja saat ini. 3. Mengetahui implementasi metode risk assessment untuk resiko pekerjaan di PT. Pertamina RU V Balikpapan pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger pada area Utilities dan Power Plant.sebagai penerapan ilmu yang didapatkan dibangku kuliah. 4. Menambah wawasan tentang industri.

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero) dan PT. Pertamina RU V Balikpapan Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka ragam sumber daya alam, seperti minyak bumi dan gas alam. Minyak bumi dan gas alam telah mulai dikelola sejak masa penjajah Belanda. Minyak bumi sendiri banyak digunakan untuk menghasilkan energi (bahan bakar) dan pembangkit tenaga listrik. Bagi Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena disamping untuk dikonsumsi dalam negeri, juga diekspor sehingga meningkatkan devisa negara. Kendati telah dieksploitasi selama hampir 2 abad, ternyata masih banyak yang belum diberdayakan. Tercatat baru sekitar 30 cekungan yang telah dieksploitasi dan umumnya berada di wilayah barat Indonesia. Diperkirakan masih ada 30 cekungan lagi di wilayah timur Indonesia yang masih menunggu sentuhan eksplorasi dan eksploitasi di masa depan. Pada zaman penjajahan Belanda, sejak tahun 1871, orang-orang Belanda telah mulai berusaha mendapatkan minyak bumi di Indonesia dengan jalan melakukan pemboran di daerah-daerah sumber minyak untuk diolah menjadi minyak lampu. Pada tanggal 15 Juni 1885, seorang pemimpin perkebunan Belanda bernama Aeilco Janszoon Zylker berhasil melakukan pemboran yang pertama di Telaga Tunggal dekat Pangkalan Berandan di Sumatera Utara pada kedalaman kira-kira 400 kaki. Sejak penemuan ini, pencarian minyak bumi terus berlanjut, dimana pada saat yang hampir bersamaan telah ditemukan pula sumber minyak bumi di Indonesia, seperti di desa Ledok Jawa Tengah, di desa Minyak Hitam di daerah Muara Enim Palembang dan Riam Kiwa dekat Sangasanga di Kalimantan Timur.

7

Gambar 2.1 Monumen Sumur Pertama ”Mathilda” Di Indonesia penemuan minyak bumi mengakibatkan tumbuhnya banyak perusahaan minyak asing, dimana pada akhir abad XIX tidak kurang dari 18 buah perusahaan asing secara aktif mengusahakan sumber-sumber minyak di Indonesia. Karena usaha eksplorasi dan kekuatan finansialnya, maka pada tahun 1902 Royal Dutch Company, yaitu perusahaan yang mengambil ahli konsesi Zylker, dapat menyisihkan perusahaan-perusahaan yang ada pada waktu itu. Pada tahun 1907, Royal Dutch Company bergabung dengan Shell Transport and Trading Company, dimana perusahaan yang beroperasi dari kelompok Royal Dutch dan Shell di Indonesia adalah Bataafshe Petroleum Maatschappij (B.P.M.), dan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang beroperasi di Indonesia sampai tahun 1911. Pada tahun 1912 Standard Vacum Oil Company (STANVAC), suatu anak perusahaan Standard Oil (New Jersey) dan Vacum Oil Company mulai beroperasi di Indonesia. Perusahaan tersebut mengerjakan lapangan-lapangan minyak di Talang Akar dan Pendopo Sumatera Selatan. Untuk menghadapi saingan dari Standard Oil ini, maka pada tahun 1930 oleh pemerintah kolonial Belanda dan B.P.M, dibentuklah suatu campuran yaitu N.V. Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij (N.I.A.M.) pada tahun 1935, CALTEX yaitu sebuah anak perusahaan Standard Oil of California and Texas Company mulai beroperasi di Indonesia, dimana lapangan produksinya terletak di Minas dan Duri di daerah Daratan Riau. Pada tahun 1935, dibentuk perusahaan minyak bernama Nederlandsche

Nieuw

Guinea

Petroleum

Maatschappij

(N.N.G.P.M)

untuk

mengeksploitasi Irian Jaya (sekarang disebut Papua) bagian barat, dengan sahamnya dengan dari Royal Dutch-Shell, Stanvac, dan Caltex. Kilang minyak yang ada sebelum

8

perang dunia II ada 6 buah yaitu di Plaju (B.P.B), Sungai Gerong (STANVAC), Balikpapan (B.P.M.), Cepu (B.P.M), Wonokromo (B.P.M.) dan Pangkalan Brandan (B.P.M.). Dengan berakhirnya Perang Dunia II, karena serbuan bala tentara Jepang ke Indonesia dan politik bumi hangus pemerintah Hindia Belanda, sebagian besar instalasiinstalasi kilang minyak hancur, terutama kilang minyak Pangkalan Brandan. Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, satu-satunya lapangan minyak yang dapat dikuasai oleh pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia adalah lapangan minyak sekitar Pangkalan Brandan dan daerah Aceh, bekas milik Shell-B.P.M, yang selanjutnya merupakan perusahaan minyak Indonesia yang pertama dan diberi nama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (P.T.M.N.R.I.). Pada tahun 1945 B.P.M. berhasil meneruskan produksi minyak mentahnya di Tarakan, dan pada tahun 1946 Kilang Plaju dan Sungai Gerong dikembalikan kepada B.P.M. dan STANVAC untuk rekonstruksi. Di Jawa Tengah B.P.M. tidak berhasil memperoleh kembali lapangan minyak Kawengan, Ledok, dan kilang minyak Cepu karena telah dikuasai oleh koperasi buruh minyak yang kemudian menjadi perusahaan negara PERMIGAN. Karena sesudah selesainya perjuangan fisik di tahun 1950 P.T.M.N.R.I. juga belum menunjukkan usaha-usaha pembangunannya, maka bulan April 1945 P.T.M.N.R.I. diubah menjadi Tambang Minyak Sumatera Utara (T.M.S.U.). Tindakan ini ternyata juga belum ada manfaatnya, sehingga pada tangggal 10 Desember 1957 T.M.S.U. diubah menjadi P.T. Perusahaan Pertambangan Minyak Nasional (P.T. PERMINA). Setelah kira-kira 3,5 tahun, maka pada tanggal 1 Juli 1961 statusnya dirubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional (P.N. PERMINA). Dengan penyerahan kedaulatan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia, maka pada tanggal 1 Januari 1959 status N.V. N.I.A.M. dirubah menjadi P.T. Pertambangan Minyak Indonesia (P.T. PERMINDO). Untuk itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No.19/1960 tentang perusahaan negara dan UU No. 44/1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (pertambangan minyak dan gas bumi yang hanya boleh dilakukan oleh Negara). Atas dasar kedua UU tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk Perusahaan Negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu : 1. PN PERTAMIN (Perusahaan Pertambangan Minyak)

9

2. PN PERMINA (Perusahaan Minyak Nasional) Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang meliputi bidang gas dan minyak dengan melakukan kegiatan : 1. Eksplorasi. 2. Eksploitasi. 3. Pemurnian dan Pengolahan. 4. Pengangkutan. Pada tahun 1968 kedua perusahaan tersebut digabung menjadi PN PERTAMINA (Perusahaan Pertambangan Milik Nasional). Demi kelanjutan dan perkembangannya, pada tanggal 15 September 1971 pemerintah mengeluarkan UU No.8/1971 tentang Pertamina sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang Minyak Dan Gas Bumi di Indonesia, sehingga pada tanggal 1 Januari 1972 PN PERTAMINA diubah namanya menjadi PERTAMINA. Pertamina terus tumbuh dan berkembang menjadi salah satu BUMN yang handal. Berdasarkan UU No.22 Tahun 2001 dan No.31 Tahun 2003, status Pertamina mengalami perubahan dari Lembaga Pemerintahan Non-Departemen (LPND) menjadi Persero. Dengan adanya perubahan status ini, PT. PERTAMINA (PERSERO) (Persero) berada di bawah stakeholder-nya, dalam hal ini adalah pemerintah yang berperan sebagai profit oriented. PT. Pertamina (Persero) didirikan dengan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 9 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UndangUndang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan No. 12 tahun 1998 dan peralihanya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 “Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)”. Sesuai akta pendirianya, maksud dari perusahaan perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar

10

negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. Adapun tujuan dari perusahaan perseroan adalah untuk: 1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan secara efektif dan efisien. 2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya. 2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendirianya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik perseroan. 3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG. 4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1,2, dan 3. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industry MIGAS dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar.

I

II II

V

V

V

I Gambar 2.2 Lokasi Refinery Unit Pertamina di Seluruh Indonesia

11

Pendirian kilang minyak Pertamina RU V Balikpapan dilatar belakangi ditemukannya sumber minyak mentah (crude oil) di daerah Sanga-sanga pada tahun 1897. Menyusul kemudian ditemukan sumber-sumber minyak lain di Tarakan (1899), Samboja (1911) dan Bunyu (1922). Kemudian pada tahun 1922 mulai dibangun kilang di Balikpapan yang kemudian disebut sebagai Kilang Balikpapan I. Setelah mengalami kerusakan berat dalam masa perang Dunia II (1940-1945) perbaikan dan rehabilitasi mulai dilakukan tahun 1948, kemudian secara berturut-turut dibangun Crude Distillation Unit V (CDU V), Heavy Vacuum Unit II (HVU II), Wax Plant, serta unit-unit yang termasuk dalam proyek pembangunan Kilang Balikpapan II yaitu Hydroskimming Complex (HSC) dan Hydrocracking Complex (HCC). Secara kronologis, perkembangan Kilang Minyak Pertamina RU V Balikpapan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamia (Persero) RU V Masa 1897-1922 1922 1946 1949 1950 1952 1954 1973 April 1981 Nov 1981

Nov 1983 5 Des 1997 Nov 2003 23 Juni 2005

Kejadian Ditemukan beberapa sumber minyak mentah di beberapa tempat di Kalimantan Timur Unit Penyulingan Minyak Kasar (PMK) I didirikan oleh perusahaan minyak BPM Rehabilitasi PMK I, karena mengalami kerusakan akibat Perang Dunia II HVU I selesai didirikan dengan kapasitas 12 MBSD Wax plant dan PMK I selesai didirikan, dengan kapasitas produksi 110 ton/hari dan 25 MBSD Unit PMK II selesai didirikan. Dibangun oleh PT. Shell Indonesia dan didesain ALCO dengan kapasitas 25 MBSD Modifikasi PMK III, sehingga memiliki kapasitas 10 MBSD. Mulai tahun 1985 PMK III tidak beroperasi Modifikasi wax plant, kapasitas 175 ton/hari Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan hak paten proses dari UOP Inc Penetapan kontraktor utama, yaitu Bechtel International Inc. dari Inggris dan consultant supervisor-nya adalah PROCON Inc. dari Amerika Serikat Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia (Presiden Soeharto) Proyek up-grading Kilang Balikpapan I, diresmikan oleh Presiden RI (Presiden Soeharto) Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi Perseroan Terbatas Proyek pembangunan Flare Gas Recovery System dan Hydrogen Recovery System diresmikan.

12

Refinery Unit V Balikpapan terletak di teluk Balikpapan yang menempati areal seluas 2.5 Km2 yang awalnya didesain untuk mengolah crude Handil dan Bekapai. Namun saaat ini mengolah berbagai macam crude (mix crude) baik local atau impor, antara lain: -

Senipah

-

Sepinggan

-

Bunyu

-

Belida, dll. Menurut desainnya kilang Balikpapan mengolah total 260 MBSD minyak mentah.

Kilang Balikpapan I berkapasitas 60 MBSD sedangkan kilang Balikpapan II berkapasitas 200 MBSD. Kilang Pertamina UP V Balikpapan adalah kilang yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan BBM di Indonesia Bagian Timur. Namun pada kasus-kasus insidental, produksi BBM dari Kilang Pertamina UP V Balikpapan juga didistribusikan ke daerah-daerah lain yang membutuhkan. Selain BBM, Kilang Pertamina UP V Balikpapan juga memproduksi Wax (lilin). Sampai saat ini UP V adalah satu-satunya yang memproduksi lilin di Indonesia. Kilang Balikpapan terdiri dari kilang lama dan kilang baru. Pada daerah kilang lama terdiri dari : -

Unit Penyulingan Minyak Kasar I ( PMK I )

-

Unit Penyulingan Minyak Kasar II ( PMK II )

-

Unit Penyulingan Hampa I ( HVU I )

-

Pabrik Lilin ( Wax Plant )

-

Dehydration Plant ( DHP )

-

Effluent Water Treatment Plant ( EWTP )

-

Crude Distilation Unit V ( CDU V )

-

Unit Penyulingan Hampa III ( HVU III ) Mulai Oktober 1997 Unit PMK I, PMK II, dan HVU I fungsinya digantikan oleh

CDU V dan HVU III. Sedangkan kilang Balikpapan II atau kilang baru terdiri dari : 1. Hydro Skimming Compleks ( HSC ) yang meliputi - Crude Distilation Unit IV, Plant 1 - Naphta Hydrotreater, Plant 4 - Platformer Unit, Plant 5

13

- LPG Recovery, Plant 6 - Sour Water Stripper Unit, Plant 7 - LPG Treater, Plant 9 2. Hydro Cracking Compleks ( HCC ) yang meliputi : - Vacuum Distilation Unit (HVU II), Plant 2 - UOP HC Unibon Process Unit, Plant 3 - Hydrogen Plant, Plant 8 - Flare Gas Recovery, Plant 19 - Hydrogen Recovery, Plant 38 2.2 Logo Perusahaan Pada awalnya logo pertaminabukan seperti logo sekarang yang baisa kita temui. Namun ada beberapa logo-logo terdahulu hingga sekarang. Berikut adalah sejarah pergantian logo-logo pertamina dari masa ke masa:

Gambar 2.3 Perkembangan Logo PT. Pertamina (Persero) Pada akhirya logo pertamina yang bertahan hingga sekarang adalah logo berupa anak panah yang menyerupai bentuk huruf P yang menginisialkan PERTAMINA.

Berikut adalah logo pertamina sekarang: Gambar 2.4 Logo PT. Pertamina (Persero) Arti dari logo tersebut, yaitu: a. Merah

: Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam keadaan.

b. Hijau

: Sumber daya energy yang berwawasan lingkungan.

14

c. Biru

: Handal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. Selalu hadir melayani masyarakat, berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan menggalakkan Quality Control.

Dengan adanya perubahan logo PT. Pertamina (Persero) sekaligus meluncurkan slogan (band driver) ALWAYS THERE yang diterjemahkan menjadi SELALU HADIR MELAYANI. Dengan slogan tersebut diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur dan customer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.

2.3 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) dan RU V Balikpapan Setiap perusahaan pastinya memiliki visi dan misi untuk dijadikan landasan dari berjalannya perusahaan tersebut sehingga dapat mencapai target maupun tujuan dari perusahaan yang telah ditentukan. Adapun visi dan misi untuk PT. Pertamina (Persero) secara keseluruhan adalah sebagai berikut: o Visi

: “Menjadi perusahaan energy nasional kelas dunia.”

o Misi

: “Menjalankan usaha minyak, gas, serta energy baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.”

Disamping visi dan misi utama dari keseluruhan perusahaan PT. Pertamina (Persero), juga terdapat visi dan misi untuk menjalankan perusahan pada PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Adapun visi dan misi untuk PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan adalah sebagai berikut: o Visi

: “Menjadi kilang kebanggan nasional yang mampu bersaing dan menguntungkan ”

o Misi

: 1. Mengelola operasional kilang secara aman, handal, efisien dan ramah lingkungan untuk menyediakan kebuthan energy yang berkelanjutan. 2. Mengoptimalkan

fleksibilitas

pengolahan

memaksimalkan valuable product. 3. Memberikan manfaat kepada stakeholder.

untuk

15

2.4 Tata Nilai Dalam mencapai visi dan misinya, Pertamina berkomitmen untuk menerapkan tata nilai sebagai berikut : o Clean (Bersih) Dikelola

secara

profesional,

menghindari

benturan

kepentingan,

tidak

menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. o Competitive (Kompetitif) Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. o Confident (Percaya Diri) Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. o Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan) Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. o Commercial (Komersial) Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. o Capable (Berkemampuan) Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.

2.5 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Kilang minyak PT. PERTAMINA (Persero) UP V Balikpapan berdiri tahun 1922, beberapa tahun setelah ditemukan cadangan minyak yang cukup besar di Kalimantan. Kilang Balikpapan I dan II terletak di kota Balikpapan propinsi Kalimantan Timur, tepatnya di tepi teluk Balikpapan.

16

Lokasi kilang Balikpapan yang berdekatan dengan perairan laut mempermudah transportasi produk dan bahan baku keluar maupun menuju kilang. Selain itu, sumber air laut sebagai air proses ataupun utilitas dapat dengan mudah diperoleh. Kilang Pertamina UP V terletak di Teluk Balikpapan dengan luas area 2,5 km2. Pemilihan Teluk Balikpapan sebagai kawasan kilang dilakukan atas dasar : - Tersedianya pasokan minyak mentah yang cukup banyak dari kawasan sekitarnya -

Lokasinya strategis untuk pendistribusian hasil produksi terutama ke kawasan Indonesia Bagian Timur

-

Tersedianya areal yang cukup luas untuk pendirian kilang

- Tersedianya sarana pelabuhan untuk kepentingan distribusi minyak mentah dan hasil produksi Pemilihan lokasi ini tentu saja diikuti dengan banyak pertimbangan-pertimbangan yang ada. Pada dasarnya lokasi ini disesuaikan dengan lokasi kilang minyak terdahulu yang dipegang oleh belanda sehingga lokasi yang ada dapat digunakan sebagai kilang minyak PT. PErtamina (Persero) RU V Balikpapan. Dismaping itu, lokasi ini juga strategis dengan didukung perairan teluk yang dapat dilewati kapal tanker untuk membawa minyak mentah maupun hasil produk dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ini. Tersedianya fasilitas-fasilitas kilang peninggalan Belanda juga dapat memudahkan dalam proses pengembangan kilang pengolahan minyak di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Adapun lokasi dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

UP.V BALIKPAPAN (260 MBSD)

Gambar 2.5 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

Berikut merupakan panorama posisi kilang di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dilihat menggunakan satelit dengan bantuan Software Google Earth

Gambar 2.6 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan via Satelit

Berikut merupakan peta lokasi dari area PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dari dokumen hasil pemetaan lapangan.

Gambar 2.7 Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

19

2.6 Produksi PT. Pertamina (Persero) Dalam menjalankan perusahaannya, PT. Pertamina (Persero) ini melakukan proses produksi yang mengolah minyak mentah dan gas. Namun yang menjadi prioritasnya yaitu pengolahan minyak mentah atau yang biasa dikenal dengan nama crude. Kapasitas pengolahan minyak mentah di setiap area PT. Pertamina (Persero) berbeda-beda tergantung jumlah kapasitas mesin produksi dan tempat penyimpanannya. Untuk kapasitas pengolahannya minyak mentah oleh PT. Pertamina (Persero) di seluruh Indonesia dapat kita dilihat seperti pada tabel berikut: Tabel 2.2 Kapasitas Produksi PT. Pertamina (Persero) Kilang

Provinsi

RU I Pangkalan Brandan*

Sumatera Utara

RU II Dumai

Riau

Kapasitas (BPSD)

Prosentase

5.000

0.5 %

170.000

16.3 %

RU III Plaju & Sungai Gerong Sumatera Selatan

132.500

12.7 %

RU IV Cilacap

Jawa Tengah

348.000

33.3 %

RU V Balikpapan

Kalimantan Timur

253.500

24.3 %

RU VI Balongan

Jawa Barat

125.000

12.0 %

RU VII Kasim

Irian Jaya

10.000

1.0 %

1.044.000

100.00 %

Total *sudah tidak beroperasi sejak Januari 2007

PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan merupakan daerah pengolahan minyak mentah terbesar kedua setelah PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, yaitu sebanyak 253.500 Barrels Per Stream Daya (BPSD) dengan prosentase dari pengolahan keselurahan PT. Pertamina (Persero) yaitu sebesar 24,30 %. Saat ini kilang Balikpapan mengolah minyak mentah ( crude oil ) yang berasal dari dalam maupun luar negeri, diantaranya berasal dari Minas, Sepinggan, Badak, Handil, Bekapai, Arjuna, Attaka, Sangatta, Duri, Kakap, Tepian Timur, Sanga-sanga, Tanjung, Cinta, Malaysia (Tapis), Australia (Jabiru dan Chalyts), Arabian Light Crude, Amna, Bach Ho, Badin, Brass River, Borrow Island, Bunga Kekwa, Cooper Basin, Dulang, Harriet, Iranian Light Crude, Marrieb, Maul, Miri, Nan Hai, North West Sheif, Palanca, Qua Iboe, Sarir, Tapis, Tantawan Varanus Blend, Xi Chiang dan Zarzaltine. Minyak

20

mentah yang diolah merupakan minyak mentah hasil blending beberapa jenis minyak mentah dengan spesifikasi sesuai dengan spesifikasi desain. Hasil produksi kilang Balikpapan berupa produk BBM dan non BBM, yaitu premium, kerosene (minyak tanah), avtur, solar (minyak diesel), fuel oil (minyak bakar), heavy nafta, LPG, LSWR dan lilin (wax).

2.7 Status Kepemilikan Pertamina merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satu-satunya badan usaha yang mendapat wewenang untuk mengelola kekayaan negara berupa minyak dan gas bumi. Pertamina didirikan tahun 1972 berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1972. Pertamina merupakan penggabungan dari PN PERTAMIN dan PN PERMINA pada tahun 1968. Pertamina berubah menjadi PT (persero) mulai tanggal 1 Oktober 2003 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi.

2.8 Distribusi dan Pemasaran Produk Untuk hasil dari pengolahan di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ini disalurkan ke daerah-daerah di Indonesia, khususnya di daerah Indonesia bagian Tengah dan Timur. Hasil pengolahan dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dibagi menjadi dua pembagian secara umum yaitu dari UPMS VI ,Pusat / UPMS lain, serta langsung dari Refinery Unit V Balikpapan. Dan untuk prosesnya juga terbagi dua, yaitu Operasi Perkapalan serta Pemasaran dan Niaga Pada Operasi perkapalan bertujuan untuk menyalurkan produk dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ke wilayah-wilayah penyimpanan (storage) yang nantinya akan diproses untuk proses pemasaran dan niaga. Untuk proses perkapalan dilakukan dari UPMS VI menuju Depot Balikpapan, Banjarmasin, Samarinda, Kotabaru dan tarakan. Proses perkapalan juga dilakukan dari Pusat / UPMS lain menuju Pare-pare, Makassar, Bitung, Kupang , Tanjung Wangi, Manggis (Bali), Wayame (Ambon), Surabaya, Semarang, Jakarta. Dan proses perkapalan yang langsung dari Refinery Unit V Balikpapan secara khusus menyalurkan Indutry Diesel Oil (IDO) atau Industry Fuel Oil (IFO) langsung menuju Makasar, Pomala, Tanjung Wangi dan Wayame

21

Untuk beberapa proses perkapalan ke beberapa daerah-daerah di Indonesia bagian Tengah Timur, akan dilanjutkan kembali ke operasi Pemasaran dan Niaga. Dari Kotabaru/Tarakan, hasil produksi akan didistribusikan kembali ke daerah Pangkalan Bun, Sampit, dan Pulang Pisau. Sedangkan untk daerah Pare-pare, Makassar, Bitung, Kupang , dan Tanjung Wangi akan diteruskan ke operasi pemasaran dan niaga ke daerah Kendari, Bau-Bau, Palopo, Pare-Pare, Raha, Kolaka, Inco Malili, Gorontalo, Ampana, Aprigi, Tahuna, Luwuk, Banggai, Kolenedale, Toli-Toli, Mountung, dan Poso. Untuk daerah perkapalan di wilayah Manggis (Bali) akan di lanjutkan dengan Operasi Pemasaran dan Niaga ke daerah Benoa, AMpenan, Tanjung Wangi, Larantuka, Bima , Waingapu, Badas, Kalabihi, Dilli(Eksport), Ende, Reo, Maumere, Kupang, dan Atapupu. Dan untuk daerah perkapalan yang terkahir dari Wayane (Ambon) akan dilanjutkan ke operasi permasaran dan niaga ke daerah seperti Biak, Ambon, Dono, Namlea, Jayapura, Mearuke, Labuha, Fak-Fak, Kaimana, Sorong, Saumlaki, Bula, Manokwari,

Ternate,

Serui,

Masohi,

Nabire,

Tual,

Tobelo,

dan

Sanana.

Berikut merupakan alur pendisitribusian hasil produk dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan:

Gambar 2.8 Alur Pendistribusian PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

23

2.9 Unit Kerja Unit kerja dalam lingkungan PERTAMINA RU V Balikpapan memiliki beberapa bagian yang didalamnya terdapat unit-unit yang berkaitan satu sama lain dalam proses produksi, dimana kilang Balikpapan I terdiri atas unit-unit : a. Crude Distillation Unit V (CDU V) b. High Vacuum Unit III (HVU III) c. Dehydration Plant (DHP) d. Wax Plant e. Effluent Water Treatment Plant (EWTP) Tabel 2.3 Kapasitas Terpasang Kilang I Plant Unit Proses Kapasitas Crude Distillation Unit V (CDU V) 60 MBSD High Vacuum Unit III (HVU III) 25 MBSD Dehydration Plant (DHP) 55 MBSD Wax Plant 150 ton/day Effluent Water Treatment Plant (EWTP) 100 m³/h Kilang Balikpapan II terdiri dari dua unit produksi, yaitu unit Hydroskimming Complex (HSC) serta unit Hydrocracking Complex (HCC). Kedua unit ini memproduksi bahan bakar minyak dan LPG. 1. Unit Hydroskimming Complex (HSC), yang meliputi : a. Crude Distillation Unit IV (CDU IV) - Plant 1 b. Naphta Hydrotreater Unit (NHTU) - Plant 4 c. Platformer Unit - Plant 5 d. LPG Recovery Unit - Plant 6 e. Sour Water Stripper Unit (SWS) - Plant 7 f. LPG Treater - Plant 9 2. Unit Hydrocracking Complex (HCC), yang meliputi : a. High Vacuum Unit II (HVU II) – Plant 2 b. Hydrocracking Unit (HCU) – Plant 3 c. Hydrogen Plant – Plant 8 d. Unit-unit penunjang lainnya seperti : Cooling Water Unit (Plant 32), Boiler feed Water System (Plant 31), Fuel Gas System (Plant 15), Nitrogen Plant and Air Instrument (Plant 35), dan Flare System (Plant 19).

24

Tabel 2.4 Kapasitas Terpasang Kilang II

Unit HSC Crude Distillation Unit IV (CDU IV) Naphta Hydrotreater Unit (NHTU) Platformer Unit LPG Recovery Unit Sour Water Stripper Unit (SWS)

Plant Kapasitas 200 MBSD 20 MBSD 20 MBSD 534 ton/day 633 m³/h

Unit HCC High Vacuum Unit II (HVU II) Hydrocracking Unit (HCU) Hydrogen Plant Nitrogen Plant Incinerator Flare Gas Recovery

Sedangkan fasilitas pendukung seperti tabel di bawah berikut : Tabel 2.5 Fasilitas Pendukung Lainnya Fasilitas Unit Proses Kapasitas Crude Oil Tanks 30 unit Product Tanks 74 unit LPG Tanks 2 unit Jetties 8 unit SPM 1 unit

Kapasitas 81 MBSD 55 MBSD 68 MMSCFD 645 Nm³/h 655 Nm³/h 4000 Nm³/h

BAB III

DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI

3.1 Sistem dan Manajemen Produksi Definisi dari sistem produksi adalah suatu aktivitas untuk mengolah atau mengatur penggunaan sumberdaya (resources) yang ada dalam proses penciptaan barang atau jasa yang bermanfaat dengan melakukan optimasi terhadap tujuan perusahaan. Dapat pula dikatakan bahwa sistem produksi adalah keterkaitan antara unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pelaksanaan proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai suatu sistem, sistem produksi mempunyai ciriciri sebagai berikut : 1. Terdiri dari unsur-unsur yang berbentuk satu kesatuan sistem 2. Adanya tujuan dan saling ketergantungan 3. Mengandung mekanisme, atau dapat disebut juga transformasi 4. Adanya lingkungan yang menyebabkan sistem Dalam sistem produksi terdapat komponen struktural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang keberlangsungan operasi dari sistem tersebut. Komponen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari material, mesin dan peralatan, manusia, energi, informasi serta lingkungan kerja. Sedangkan komponen fungsional terdiri dari manajemen dan organisasi, juga dipengaruhi oleh aspek-aspek lain seperti teknologi, ekonomi, sosial dan pemerintah. Sistem produksi pada PT Pertamina RU V Balikpapan pada dasarnya sama dengan sistem produksi industri lainnya, yaitu terdapat beberapa bahan baku sebagai input yang kemudian akan diproses melalui mesin-mesin produksi dan kemudian akan menghasilkan produk atau output.

26

Sistem produksi pada PT Pertamina RU V Balikpapan secara umum dapat digambarkan pada diagram berikut :

Gambar 3.1 Sistem Produksi existing refinery PT Pertamina RU V Balikpapan

3.1.1 Peramalan Produksi Aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan permintaan atau penjualan dan penggunaan produk sehingga dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat sesuai dengan permintaan pasar. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa fungsi peramalan adalah sebagai suatu dasar bagi perencanaan, seperti dasar bagi perencanaan kapasitas, anggaran, perencanaan produksi dan inventori dsb. Kebutuhan akan peramalan meningkat seiring dengan usaha pihak manajemen untuk mengurangi ketidakpastian atau resiko bisnis dalam lingkungan yang semakin kompleks dan dinamis (selalu berubah-ubah). Prinsip Peramalan yang perlu dipertimbangkan :

27

1. Secara umum, teknik peramalan berasumsi bahwa sesuatu yang berlandaskan pada sebab yang sama yang terjadi di masa yang lalu, akan berlanjut pada masa yang akan datang. 2. Peramalan

melibatkan

kesalahan

(error).

Peramalan

hanya

mengurangi

ketidakpastian tetapi tidak menghilangkannya. 3. Peramalan untuk famili produk lebih akurat daripada peramalan untuk produk individu. 4. Peramalan jangka pendek mengandung ketidakpastian yang lebih sedikit (lebih akurat) daripada peramalan jangka panjang, karena dalam jangka pendek, kondisi yang mempengaruhi permintaan cenderung tetap atau berubah lambat. 5. Peramalan sebaiknya menggunakan tolok ukur kesalahan peramalan. 6. Jika dimungkinkan, hitung peramalan daripada meramal permintaan. a. Pendekatan Peramalan Pada dasarnya pendekatan peramalan dapat diklasifikasikan menjadi dua pendekatan, yaitu: pendekatan/teknik kualitatif dan pendekatan/teknik kuantitatif. 1) Pendekatan kualitatif Pendekatan

kualitatif

bersifat

subjektif

dimana

peramalan

dilakukan

berdasarkan pertimbangan, pendapat, pengalaman dan prediksi peramal (forecaster), pengambil keputusan atau para ahli. Pendekatan ini digunakan pada saat tidak tersedia sedikitpun data historis. Yang termasuk pendekatan kualitatif antara lain market research, consumer surveys, delphi method, sales force composite, executive opinions, historical analogy, panel consensus. 2) Pendekatan kuantitatif Pendekatan kuantitatif meliputi metode deret berkala (time series) dan metode kausal (eksplanatoris). Metode deret berkala melakukan prediksi masa yang akan datang berdasarkan data masa lalu tanpa melihat faktor-faktor yang mempengaruhi data tersebut. Tujuan peramalan deret berkala ini adalah untuk menentukan pola data masa lalu dan mengekstrapolasikannya untuk masa yang akan datang. Metode kausal mengasumsikan faktor yang diramal memiliki hubungan sebab akibat terhadap beberapa variabel independent. Tujuan metode kausal ini adalah untuk menentukan hubungan antar faktor (input dan output dari suatu sistem) dan menggunakan hubungan tersebut untuk meramal nilainilai variabel dependent. Sebagai contoh suatu perusahaan minuman ringan

28

ingin mengetahui jumlah volume penjualan produknya selama beberapa periode kedepan. Melalui deret berkala perusahaan akan menduga/meramal kelanjutan jumlah volume penjualan produknya hanya dengan berlandaskan pada data jumlah volume penjualan produk tersebut pada beberapa periode sebelumnya tanpa memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi naik/turunnya jumlah volume penjualan. Namun melalui metode kausal faktorfaktor tersebut justru sangat diperlukan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa peningkatan jumlah penduduk dimana produk tersebut dipasarkan dan pengaruhnya terhadap permintaan, sejauh mana usaha adverstising dapat meningkatkan volume penjualan, penetapan harga terhadap produk tersebut, pengaruh cuaca, dan lain sebagainya. b. Pendekatan kuantitatif dapat diterapkan dengan syarat: 1) Tersedia informasi masa lalu 2) Informasi masa lalu tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data numerik 3) Diasumsikan pola data masa lalu akan berlaku sama untuk masa yang akan datang. Dalam prakteknya, kombinasi dari kedua pendekatan tersebut (kualitatif dan kuantitatif) biasanya lebih efektif karena pada dasarnya peramalan itu merupakan suatu seni dan science. c. Karakteristik Peramalan yang Baik Sebuah peramalan yang baik harus mengandung unsur SMART, yaitu: 1) Simple to understand and use. 2) Meaningful units 3) Accurate 4) Reliable (consitenly) 5) Timely d. Time Series Forecasting (Deret Berkala) Deret berkala adalah suatu urutan waktu observasi yang diambil pada interval waktu tertentu (per jam, harian, mingguan, bulanan, kuartalan, tahunan dsb). Data yang diambil dapat berupa data permintaan, pendapatan, keuntungan, kecelakaan, output, produktivitas dan indeks harga pelanggan, (Pada praktikum ini ditekankan pada data permintaan). Teknik ini dibuat dengan asumsi bahwa nilai pada masa

29

yang akan datang pada deret tersebut dapat diestimasi dari nilai deret tersebut di masa lampau. Analisa data deret berkala menghendaki seorang analis untuk mengidentifikasi perilaku dasar deret data dengan cara membuat plot data secara visual sehingga dapat dilihat pola data yang terbentuk pada masa lalu yang diasumsikan dapat berulang pada periode yang akan datang. Time series mengidentifikasi pola data yang umum terbentuk sebagai berikut: 1) Trend Pola data trend menunjukkan pergerakan data secara lambat/bertahap yang cenderung meningkat atau menurun dalam jangka waktu yang panjang. Pola data trend terdiri dari beberapa tipe, seperti: Linear trend, S-Curve Trend atau Growth curve, Asymptotic trend dan Exponential trend. 2) Seasonality (musiman) Pola data musiman terbentuk jika sekumpulan data dipengaruhi faktor musiman, seperti cuaca dan liburan. Dengan kata lain pola yang sama akan terbentuk pada jangka waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau kuartalan/perempat tahunan). Pada dasarnya pola musiman yang umum terjadi dibedakan menjadi dua model yaitu, additive seasonality dan multiplicative seasonality model. 3) Cycles (Siklus) Pola data siklus terjadi jika variasi data bergelombang pada durasi lebih dari satu tahun. Data cenderung berulang setiap dua tahun, tiga tahun, atau lebih. Fluktuasi siklus biasanya dipengaruhi oleh faktor politik, perubahan ekonomi (ekspansi atau kontraksi) yang dikenal dengan siklus usaha (business cycle). 4) Horizontal / Stasionary / Random variation Pola ini terjadi jika data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata secara acak tanpa membentuk pola yang jelas seperti pola musiman, trend ataupun siklus. Pergerakan dari keacakan data terjadi dalam jangka waktu yang pendek, misalnya mingguan atau bulanan.

30

`Gambar 3.2 Visualisasi pola-pola data Metode Peramalan di PT PERTAMINA Refinery Unit V Balikapapan menggunakan tools GRTMPS (Generalized Refining Transportation Marketing Planning System) dimana software atau aplikasi tersebut digunakan untuk mengoptimisasi crude oil yang akan diolah di masa yang akan datang. Data-data yang dimasukkan yaitu data-data demand forecast, market price, dan refinery feedstock. Setelah mendapat hasil optimisasi tersebut kemudian hasilnya dibawa ke Departemen Supply Chain untuk dilakukan Perhitungan Blending, dan diteruskan ke kantor pusat untuk di simulasikan. 3.1.2 Perencanaan Kapasitas Dalam menentukan perencanaan kapasitas, PERTAMINA RU V Balikpapan memiliki bagian-bagian yang berfungsi untuk mengelola dan mengatur kapasitas bahan baku yang didapatkan dari pusat untuk dijadikan produk akhir yaitu diantaranya yaitu Refinery Planning and Optimization dan bagian Supply Chain and Distribution. Caranya yaitu dengan membuat perhitungan STS, penjadwalan crude, simulasi crude dan rencana transfer. Sehingga ketika bahan baku datang dengan menggunakan kapal, bagian Supply Chain and Distribution langsung membuat rencana produksi dari kapasitas crude yang didapatkan berdasarkan pembagian crude untuk masing-masing RU PERTAMINA di seluruh Indonesia.

31

3.1.3 Manajemen Perawatan Mesin Perawatan mesin dilakukan oleh departemen maintenence. Prinsip yang digunakan adalah lebih baik “mencegah daripada memperbaiki”, sesuai dengan prinsip tersebut perawatan yang lebih banyak dilakukan adalah perawatan pencegahan preventif. Agar perawatan preventif berjalan dengan efektif, semua kegiatan dicatat dalam laporan harian yang berguna untuk menganalisis jenis dan frekuensi kerusakan yang terjadi sehingga dapat dilakukan pencegahan dini. Selain itu dalam pemberian tugas perbaikan atau perawatan dikeluarkan dua jenis surat izin yaitu: 1. Izin kerja dingin (Cold Work Permit) Izin kerja dingin dikeluarkan bagi pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan yang tidak mengandung atau mempergunakan unsur-unsur panas atau api dalam pekerjaannya. 2. Izin kerja panas (Hot Work Permit) Izin kerja panas dikeluarkan bagi pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan yang mengandung atau mempergunakan unsur-unsur panas atau api dalam pekerjaannya. Sebagai penunjang dalam melakukan perawatan pada mesin-mesin produksi PT Pertamina RU V Balikpapan memiliki fasilitas bengkel yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan untuk perawatan permesinan dan lain-lain. Fungsi bengkel di RU IV tidak hanya sebagai perbaikan peralatan, tetapi juga sebagai sarana pembuatan suku cadang pengganti yang diperlukan. Disamping itu dapat melayani perbaikan dan pemeliharaan sarana permesinan bagi industri lainnya.

3.1.4 Penanganan Material Handling Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses adalah bergeraknya material dari suatu tingkat ke tingkat proses produksi selanjutnya. Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material yang disebut dengan material handling. Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasillitas yang diimplementasikan.

32

Beberapa tujuan dau sistem material handling antara lain (Meyers, F.E) : 1. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan memberikan perlindungan terhadap material 2. Meningkatkan keamanan dan mengambangkan kondisi kerja 3. Meningkatkan produkstivitas 4. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas 5. Mengurangi bobot mati 6. Sebagai pengawas persediaan Adapun jenis peralatan material handling yang digunakan pada PT Pertamina RU V Balikpapan antara lain: 1. Conveyor Conveyor digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Tipe conveyor yang dioergunakan adalah roller conveyor 2. Cranes dan Hoists Cranes (derek) dan Hoists (kerekan) adalah peralatan di atas yang digunakan untuk memindahkan beban secara terputus-putus dengan area terbatas. 3. Trucks Trucks yang digerakkan tangan atau mesin dapat memindahkan material dengan berbagai macam jalur yang ada. Yang termasuk dalam kelompok trucks antara lain, fork lift tRUck, hand tRUck, fork tRUks, trailer trains, automated guded vehicles (AGV) dan sebagainya.

3.2

Human Capital Management

3.2.1 Sistem Kepegawaian Dalam kegiatan sehari-hari, PT Pertamina RU V Balikpapan mempunyai pekerjapekerja dilingkungannya. Dengan pembagian jam kerja sebagai berikut: 1. Karyawan Harian Untuk pekerja harian bekerja selama 40 jam setiap minggu dengan perincian sebagai berikut: Hari Senin – Jumat

: 07.00 – 16.00

Istirahat (Senin-Kamis)

: 12.00 – 13.00 (Khusus Hari Jumat : 12.00-13.30)

2. Karyawan Shift

33

Untuk pekerja shift bekerja dengan sistem 3 : 1, artinya 3 hari kerja dan 1 hari libur. Periode tersebut berjalan secara bergantian dari shift pagi, sore, dan malam dengan jam kerja sebagai berikut: a. Untuk Karyawan Operasi: Shift pagi

: 08.00 – 16.00

Shift sore

: 16.00 – 24.00

Shift malam

: 00.00 – 08.00

b. Untuk Karyawan Security: Shift pagi

: 06.00 – 14.00

Shift sore

: 14.00 – 22.00

Shift malam

: 22.00 – 06.00

34 3.2.2

Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan adalah sebagai berikut: SVP OPERATION Struktur Organisasi Pertamina RU V Balikpapan

GM RU V

General Afairs Manager

Reliability Manager

Inventory Section Head

Legal Section Head

Plant Reliability Section

Fire & Insurance Section Head

Purchasing Section Head

Public Relationship Section Head

Equipment Reliability Section

Facilty Eng Section Head

Safety Section Head

Contract Office Section Head

Security Section Head

OPS TEAM

Energy & Loss Control Section Head

Occupational Health Section Head

Service Transport & Warehoushing Section Head

Eng & Dev Manager

HSE Manager

Process Eng Section Head

Environment Section Head

Project Eng Section Head

Procurment Manager

TQM Section Head

Pruduction Manager

VP KEUANGAN

MANAGER HR REFINERY

Manager HR Area

Manager Keuangan Region IV

IT Manager RU V

Head of People Development

Kepala Bagian Kontroler

Bagian Pengembangan

Organitation Development Analyst

Kabag Akuntansi Kilang

Bagian Operasi

Head of Industrial Relation

Kabag Perbendaharaan

Head of Medical

Senior Manager Operation & Manufacturing

Head of HR Service

Manager TA

Refinery Planning & Optimization Manager

Maintenance Planning & Support Manager

Maintenanance Execution Manager

Distilling & Wax Plant Section

Oil Movement Section

Turn Araund Section Head

Refinery Planning Section Head

Planning and Schedulling Section

Maintenance Area I Section Head

Maintenance Area IV Section Head

Hydro Skimming Complex Section

Laboratory Section

Equipment Overhead Section Head

Supply Chain and Distribution Section

Stationery Engineer Section

Maintenance Area II Section Head

General Maintenance SecMarine

Utilities Section

Schedulling & Mat Support SH

Budget and Performance Section

Rotating Equipment Eng Section Head

Maintenance Area III Section Head

Workshop Section Head

Hydro Crecking Complex Section

MAN IT REGION IV

Electrical and Instrument Eng Section

Gambar 3.3 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

3.2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia Manusia berbeda dengan komponen peralatan atau komponen lainnya, karena manusia merupakan komponen yang memiliki perasaaan, memiliki motif-motif tertentu, dimana setiap orang mempunyai perilaku yang unik. Berdasarkan hal tersebut, dalam penanganan sumber daya manusia diperlukan yang sangat berbeda dari penanganan komponen atau peralatan. Pada dasarnya terdapat dua komponen yang sangat mempengaruhi proses perilaku manusia, yaitu komponen fisiologis dan komponen psikologis. Komponen fisiologis berkaitan dengan faktor keturunan (genetik), kematangan/kedewasaan, sistem syaraf, dan kelenjar endrokin yang menghasilakan hormon-hormon. Sedangkan komponen psikologis berkaitan dengan persepsi, belajar, dan motivasi. Motivasi adalah proses psikologis dasar yang mencakup kebutuhan (needs) yang membangkitkan dorongan-dorongan (drives) untuk mencapai tujuan-tujuan (goals). Tidak dapat disangkal bahwa proses motivasi sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini motivasi kerja akan mempengaruhi tingkah laku/ prestasi kerja yang jelas akan berpengaruh terhadap efektivitas sistem dimana manusia itu terlibat didalamnya. Abraham Maslow mengemukakan bahwa, ada 5 tingkatan kebutuhan manusia yang dikenal dalam Teori Hirarki Kebutuhan Maslow yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis. Tingkat yang paling dasar dalam Hirarki Kebutuhan Maslow adalah kebutuhankebutuhan fisiologis yang secara umum berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan primer. Kebutuhan primer yang termasuk kebutuhan fisiologis adalah makan, minum, tidur, dan seks. Dalam kaitan dengan pekerjaan, upah kerja dapat dianggap sebagai kebutuhankebutuhan fisiologis. Menurut teori maslow, kebutuhan fisiologis harus dipenuhi namun bukan merupakan faktor yang memotivasi kerja. Hanya kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi yang akan memotivasi kerja. 2. Kebutuhan akan keamanan. Tingkat kedua dari Hirarki Kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan rasa aman terhadap berbagai hal yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Sebagai contoh, membentuk serikat pekerja. Peraturan-peraturan yang melindungi pekerja merupakan kebutuhan akan keamanan pekerja.

36 3. Kebutuhan sosial. Tingkat ketiga dari Hirarki Kebutuhan Maslow adalah kebutuhan untuk memperoleh rasa kasih sayang atau berafiliasasi. 4. Kebutuhan memperoleh penghargaan. Tingkat ini menunjukan kebutuhan yang lebih tinggi dari manusia. Kebutuhan akan kekuasaan, prestasi dan status dapat dipandang sebagai bagian dari tingkat kebutuhan ini. Maslow secara hati-hati membagi jenis kebutuhan ini kedalam dua bagian yaitu kebutuhan yang didapat dari orang lain dan kebutuhan diri sendiri termasuk otonomi. 5. Kebutuhan aktualisasi diri. Tingkat ini menggambarkan puncak dari kebutuhan manusia. Orang-orang yang telah memenuhi kebutuhan ini berarti telah mampu merealisasikan semua potensi mereka.

Gambar 3.4 Teori Kebutuhan Maslow Menurut Maslow, jika kebutuhan fisik seseorang telah terpenuhi makin kebutuhan yang lebih tinggi akan muncul sehingga perlu dipenuhi akan kebutuhan-kebutuhan tersebut. PT Pertamina RU V Balikpapan sejalan dengan teori motivasi kerja yang dipaparkan oleh Abraham Maslow, hal ini terlihat pada: 1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis Dalam memenuhi kebutuhan fisiologis ini PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan berusaha memberikan yang tebaik bagi karyawannya dalam bidang finansial yang diberikan pada setipa pekerja terdiri dari: a. Gaji setiap bulan sesuai dengan pangkat dan golongannya. b. Jasa produksi dan uang cuti tahunan. c. Premi shift bagi para pekerja shift.

37 Untuk pekerja yang sudah pensiun, menerima uang pensiun setiap bulan. Untuk keperluan cuti, bagi setiap pekerja mendapat kesempatan cuti selama 12 hari kerja setiap tahunnya dan setiap 3 tahun mendapat cuti besar selama 26 hari kerja. Selain itu juga disediakan Perumahan Pertamina RU V Balikpapan. Mobil dinas disediakan sebagai alat transportasi bagi staf senior yang dapat digunakan bagi kegiatan operasional. Serta disediakan beberapa bus sebagai sarana bagi para pekerja, tamu maupun alat tranportasi bagi para anak pekerja ke sekolah. Serta disediakan pula sarana lainnya, meliputi: a. Klinik darurat, terletak di kilang sebagi sarana pertolongan pertama pada kecelakaan kerja. b. Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB), terletak di Komplek Tegal Katilayu yang juga melayani kesehatan bagi masyarakat umum.

2. Pemenuhan kebutuhan keamanan Pekerjaan di PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan termasuk resiko tinggi (High Risk) sehingga dalam melakukan pekerjaanya para pekerja wajib untuk menggunakan alat keselamatan kerja. Untuk perangkat kerja dan keselamatan kerja bagi setiap pekerja.

3. Pemenuhan kebutuhan sosial Sosialisasi antar pekerja dan juga antara pekerja dengan penduduk dijembatani dengan penyediaan sarana olahraga dan gedung pertemuan dan rekreasi. Terdapat

gedung

pertemuan dan rekreasi yang dimiliki oleh Pertamina RU V Balikpapan, yaitu Gedung Banua Patra. Selain itu, tersedia juga sarana olah raga, diantaranya: a. Lapangan sepak bola b. Lapangan bola voli c. Lapangan bulu tangkis dan tenis d. Arena Bowling e. Lapangan basket f. Kolam renang

38 4. Pemenuhan kebutuhan penghargaan Untuk menigkatkan kemampuan dan karir Pertamina juga memberikan kesempatan bagi para pekerjanya untuk mengikuti pendidikan ataupun pelatihan. Selain itu bagia anakanak pekerjanya, disediakan TK dan SD dan terbuka juga untuk umum. Keberhasilan di dalam mengembangkan sumber daya manusia tidak dapat terlepas dari sistem manajemen dan organisasi itu sendiri. Terdapat dua teori organisasi yaitu teori organisasi A dan Z, yang masing-masing mempunyai pendekatan yang berbeda dimana dasarnya teori A mempriotaskan pada pembuatan keputusan dan tanggung jawab individual, sedangkan teori organisasi Z yang dianut dalam manajemen Jepang yang lebih mempriotaskan pembuatan keputusan kolektif melalui sepenuhnya melibatkan partisipasi para pekerja dalam menjalankan perusahaan dan menekankan tata hubungan interpersonal. Teori Z bercirikan kerja sama antar pekerja dan keterkaitan pada

sasaran

perusahaan.

Pemakaian

Teori

Z

mempunyai

sasaran

untuk

mengembangkan kemampuan organisasi orang, bukan teknologi untuk mencapai produktivitas. Upaya ini mencangkup pengembangan ketrampilan pekerja, disamping sebagai penciptaan struktur baru, perangsang, dan falsafah manajemen baru. Ciri-ciri dari kedua teori A dan Z dicantumkan dalam tabel berikut: Tabel 3.1 Perbandingan antara Teori A dan Teori Z No

Teori A

Teori Z

1

Kesempatan kerja jangka pendek

Kesempatan kerja jangka panjang

2

Jalur karier terspesialisasi

Jalur karier tidak terspesialisasi

3

Pembuatan keputusan individu

Pembuatan keputusan kolektif

4

Penilaian sering dilakukan

Penilaian jarang dilakukan

5

Penilaian eksplisit formal

Penilaian implisisf informal

6

Promosi jabatan secara tepat

Promosi jabatan lambat

7

Perhatian terhadap orang secara segementasi

Perhatian terhadap orang secara komprehensif

Organisasi pada PT Pertamina RU V Balikpapan memiliki beberapa ciri-ciri pokok yaitu: 1. Kesempatan kerja jangka panjang. 2. Jalur karier terspesialisasi 3. Pembuatan keputusan kolektif

39 4. Penilaian sering dilakukan 5. Promosi jabatan lambat. 6. Perhatian terhadap orang secara komperhensif. Berdasarkan ciri-ciri organisasi A dan Z yang dikemukakan Robin (1983) maka PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan secara organisasi lebih condong ke tipe Z walaupun tidak secara murni.

3.3 Pemasaran dan Distribusi 3.3.1 Strategi Harga Harga keekonomian” BBM (Harga Beli Pemerintah) adalah harga yang dihitung berdasarkan formulasi yang dikaitkan dengan MOPS serta ditambahkan dengan biaya operasi, margin serta pajak. Dengan kata lain Strategi harga mengikuti MOPS (Mean Oil Platts Singapore) atau dengan kata lain acuan harga minyak mentah yang akan kita olah mengikuti pedoman harga dari Singapura. Harga perencanaan masa depan ditentukan oleh tim sebagai acuan rekan-rekan unit untuk membuat perencanaan. Harga realisasi didapat ketika periode tersebut sudah lewat, harga actual atau realisasi didapat dari keuangan atau kantor pusat, harga real bisa jadi evaluasi. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkanuntuk mempromosikan barang, memberikan insentif kepada para penjual dan pengeluaran-pengeluaran lain yang berhubungan dengan masalah pemasaran produk ( Moore, Jaddicke & Anderson,1997:312 ).

3.3.2 Strategi Promosi yang Dilakukan Ketika ada pameran pembangunan, PT PERTAMINA ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Di PT PERTAMINA juga mempunyai program CSR (Company Social Responsibility) yaitu membangun lingkungan sekitar seperti memberikan tempat buat para kaki lima untuk berdagang di tepi pantai melawai.

40 3.3.3 Jaringan Distribusi dan Transportasi Untuk memelihara keandalan distribusi BBM dalam negeri dan sebagai penunjang industri, disiapkan armada transportasi laut yang andal dan ekonomis. Dengan meningkatnya kebutuhan BBM maka muatan yang di angkut melalui laut ikut meningkat. Jalur distribusi minyak mentah di kilang RU V ini pertama didapatkan dari minyak mentah yang berada di Tanjung, dialirkan melalui pipa sebanyak 170MB/bln ke tangki timbun Balikpapan, lalu minyak mentah dari domestik yang dibawa oleh kapal tanker sebanyak 2400MB/bln di discharge ke tangki timbun Balikpapan. Lalu ada pula minyak mentah import yang dialirkan ke tangki timbun Lawe-Lawe melalui pipa sebanyak 360MB/bln, selain itu ada minyak mentah domestik dan import yang dibawa oleh kapal tanker lalu di alirkan ke SPM untuk dialirkan lagi ke tangki timbun Lawe-Lawe sebanyak 6000MB/bln. Tangki timbun yang ada di Balikapapan dan tangki timbun yang ada di Lawe-:Lawe kemudian dialirkan melalui pipa ke Kilang RU V Balikpapan. 3.3.4 Strategi Produk/Jasa Produk-produk di PT PERTAMINA Refinery Unit V Balikapapan yang sifatnya umum akan dimaksimalkan untuk kebutuhan rakyat banyak. Produk yang bersifat umum ini jalur distribusinya sesuai dengan jalur distribusi yang ada. Contoh transportasinya yaitu kapal. Produk umum yang seperti premium, kerosin, pertamax, solar, dan lain-lain dalam pemasarannya tidak ada strategi khusus. Sedangkan produk khusus sesuai dengan demand atau permintaan konsumen. Salah satu contoh produk khusus di PT PERTAMINA RU V yaitu SF-05 (Smooth Fluid) yaitu produk untuk Fluida campuran lumpur untuk pengeboran minyak. Konsumennya yaitu PSC (Production Sharing Contract). Strategi produk/jasanya yaitu melaksanakan pengenalan produk, melakukan uji laboraturium oleh Baker Huger untuk sumur Vico, setelah uji laboraturium selesai lalu dilakukan uji lapangan.

3.4 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen yang ada di PT PERTAMINA RU V Balikapapan menggunakan intranet yaitu sistem online yang hanya bisa diakses di RU V Balikpapan. Jaringan ini bisa digunakan untuk melihat informasi tentang RU V, seperti visi dan misi,

41 sejarah perusahaan, mengupload laporan-laporan rencana kegiatan, dan lain-lain. Pada gambar 3.5 adalah contoh gambar halaman web RU V.

Gambar 3.5 Tampilan Halaman Utama Website PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan Sistem Informasi Manajemen yang ada di PT PERTAMINA RU V Balikapapan selain intranet ada juga MySAP, PTP ( Procurement To Pay ), O2E ( Online Owner Estimasi ), dan juga IRES ( Integrated Recommendation System ). Adapun penjelasannya antara lain : a. MySAP yaitu software yang dipakai untuk memanagementkan perusahaan. b. PTP ( Procurement To Pay ) yaitu system yang berbasis web yang kegunaannya untuk pembuatan PO ( Purchasing Order ), Penerimaan Servis, Public Relation dan masih banyak lagi. c. O2E ( Online Owner Estimasi ) yaitu sistem yang berbasis web yang sudah disiapkan oleh Planner dan mendapatkan persetujuan pejabat terkait masih berpotensi hilang sifat kerahasiannya karena didalam proses administrasi dan deliverynya masih sangat terbuka untuk terjadi kebocoran informasi. Oleh karena itu kondisi yang diharapkan system pembuatan rekap OE (hasil dari proses estimasi) berikut proses approvalnya dibuat secara elektronik disertai sistem sekuriti yang ketat, sehingga keamanan informasi OE menjadi lebih terjaga sejak saat pembuatan hingga proses pelelangan (comply tehadap GCG). Gambar 4 ini adalah contoh gambar halaman web O2E.

42

Gambar. 3.6 Tampilan Halaman Website Online Owner Estimasi (O2E)

d. IRES ( Integrated Recommendation System ) yaitu sistem yang berbasis web yang kegunaannya untuk membuat rekomendasi. Misalnya data-data rekomendasi yang dibuat oleh Stat.Eng ada di IRES.

BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1 Latar Belakang Masalah Industri pada saat ini sangatlah bermacam-macam dengan kapasitas yang berbeda-beda pula. Kegiatan industri sendiri adalah mengolah suatu input yang diproses lalu menghasilkan sebuah output. Dalam mengolah sebuah input tentunya memerlukan sumber daya untuk menjalankan proses produksinya. Sumber daya sendiri dapat berasal dari alam dan manusianya. Sumber daya alam maupun manusia yang berkualitas akan memberikan hasil yang baik pada output kegiatan sebuah produksi. Untuk kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang baik ditunjang oleh beberapa faktor internal dan eksternalnya. SDM disini merupakan operator yang menjalankan proses produksi. Untuk faktor internal ada dari dalam diri SDM, misalnya softskill, kecerdasan, sifat dan lainnya. Sedangkan faktor eksternal dapat dilihat dari kondisi lingkungan dimana tempat tinggalnya, kondisi tempat kerja dan masih banyak yang lainnya. Hal ini berkaitan juga dengan kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan dimana operator bekerja. Baik tidaknya angka produktivitas sebuah perusahaan dapat berawal dari tingkat kepedulian perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pekerjanya dalam hal ini operatornya. Akan tetapi dalam kenyataannya masih banyak perusahaan yang kurang memperhatikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya. Kecelakaankecelakaan kerja sendiri lah yang mengingatkan para petinggi perusahaan untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya. Langkah untuk pencegahan terjadinya kecelakaan kerja sangatlah beragam. Mengidentifikasi resiko-resiko pekerjaan yang dilakukan dan pengendalian bahaya-bahaya yang ada secara tepat merupakan contoh beberapa cara pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. Hal tersebut menjadikan pengendalian resiko kerja secara cepat dan tepat menjadi sangat penting. PT. Pertamina RU V Balikpapan merupakan sebuah perusahaan minyak kelas dunia yang memproduksi ± 260.000 barel/hari. Kegiatan produksi dengan menggunakan mesin-

44 mesin besar dan kondisi lingkungan yang cukup luas memerlukan tenaga kerja yang besar dengan tingkat intelegensi pekerja yang besar juga. Dengan kapasitas produksi yang sangat banyak mengakibatkan kegiatan produksi yang dilaksanakan memberikan resiko-resiko pekerjaan yang tinggi. Begitu pula dengan bahaya-bahaya yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya. Paparan hazard yang setiap hari dihadapi oleh para pekerja dan lingkungan sekitar pabrik harus diperhatikan dengan baik. Salah satu unit yang ada di PT. Pertamina RU V Balikpapan ini adalah Utilities dan Power Plant. Unit ini sendiri adalah unit yang menyediakan tenaga listrik, tenaga uap, air pendingin, air bersih, bahan bakar cair/gas, angin instrumen (udara bertekanan), dan lainlain. Utilities merupakan jantung bagi proses produksi yang dilakukan di PT. Pertamina RU V Balikpapan. Di unit ini terdapat bermacam-macam resiko pekerjaan dari rendah hingga menyebabkan fatality/kematian. Tingkat resiko ini yang harus dimanajemen dengan baik oleh perusahaan untuk mengurangi resiko kerja yang dapat terjadi. Didalam unit Utilities ini, terdapat suatu alat atau instrument yang merupakan salah satu yang terpenting dari jalannya aktifitas fungsi dan produksi di unit ini yaitu Heat Exchanger dan Kondensor. Kedua alat atau bagian ini memiliki bentuk yang tidak jauh berbeda antara satu sama lain dan memiliki ukuran yang relatif besar. Selain itu kedua alat ini biasanya terletak pada ketinggian diatas 180cm dan juga menghasilkan suhu temperature yang tinggi. Didalam setiap kegiatan rutin pembersihan, kedua bagian ini juga ikut dilakukan pembersihan. Pembersihan yang dilakukan biasanya dengan menurunkan kedua bagian ini. Dilihat dari ukuran dan suhu yang tinggi serta tempat alat ini terpasang, maka penanganan yang dilakukan untuk kegiatan pembersihan juga harus ketat. Dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan ataupun kejadian yang tidak diinginkan, para pekerja harus dapat mengetahui dan memahami potensi-potensi bahaya yang ada.

45 4.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian yang dilakukan adalah a. Bagaimana resiko-resiko yang terdapat dari pekerjaan pembersihan unit Heat Exchanger atau kondensor? b. Bagaimana implementasi

metode Risk Assessment pada setiap resiko pekerjaan

pembersihan unit Heat Exchanger atau Kondensor? c. Bagaimanakategori tingkat resiko dari suatu pekerjaan pembersihan unit Heat Exchanger atau Kondensor? d. Bagaimana Rekomendasi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja?

4.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang telah dilakukan adalah a. Menganalisa resiko-resiko yang terdapat dari pekerjaan pembersihan unit Heat Exchanger atau kondensor? b. Pengimplementasian metode Risk Assessment pada setiap resiko pekerjaan pembersihan unit Heat Exchanger atau Kondensor? c. Pengkategorian tingkat resiko dari suatu pekerjaan pembersihan unit Heat Exchanger atau Kondensor? d. Memberikan Rekomendasi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja?

4.4 Batasan Masalah Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah a. Pengambilan data hanya berfokus pada lingkungan kerja, resiko kerja, kegiatan kerja harian dan alat pelindung diri yang digunakan. b. Pengamatan dilakukan pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power Plant PT. Pertamina RU V Balikpapan.

46 4.5 Landasan Teori 4.5.1. Tenaga Kerja Menurut Aris Ananta dan Tjiptoherjanto (1990), tenaga kerja adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa. Dengan kata lain, tenaga kerja adalah bagian penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa bila ada permintaan akan barang dan jasa tersebut. Sedangkan menurut Payaman Simanjuntak (2001), tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah dan sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga, walaupun tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Tenaga kerja terdiri dari angkata kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang ingin dan yang benar-benar menghasilkan barang dan jasa (BPS,2008). Angkatan kerja terdiri dari: 1. Golongan yang bekerja. 2. Golongan yang menganggur dan mencari kerja. Sedangkan kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri dari: 1. Golongan yang bersekolah. 2. Golongan yang mengurus rumah tangga. 3. Golongan lain-lain atau yang menerima pendapatan. Angkatan kerja yang digolongkan bekerja (BPS, 2008) adalah: 1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau

dengan

keuntungan

yang lamanya bekerja paling sedikit satu jam selama seminggu yang lalu. 2. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan

pekerjaan

atau

bekerja kurang dari satu jam adalah: a. Pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir ataupun perusahaan menghentikan kegiatan sementara. b. Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu hujan untuk menggarap sawah.

47 c. Orang-orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur, dalang, dan lain-lain. Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang mencari pekerjaan (BPS, 2007): 1. Mereka yang belum pernah bekerja pada saat sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. 2. Mereka yang pernah bekerja pada saat pencacahan, sedang menganggur dan berusaha mencari pekerjaan. 3. Mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

4.5.2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Mangkunegara, 2002). Sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Untuk tujuan kesehatan dan keselamtan kerja sendiri menurut Mangkunegara (2002) adalah : - Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologi. - Agar setiap perlengkapan dan perlatan kerja yang digunakan sebaik-baiknya dan seselektif mungkin. - Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. - Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. - Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja. - Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. - Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

48 4.5.3. Alat Pelindung Diri Di dalam dunia industri merupakan salah satu sektor lapangan kerja tertinggi yang sering terjadinya kecelakan kerja. Oleh sebab itu, untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di industri diperlukan beberapa Alat Pelindung Diri (APD) yang disediakan bagi tenaga kerja. Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai

kemampuan

untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Berikut ini uraian jenis-jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang biasanya digunakan di dunia industri beserta fungsinya. a. Safety Helmet Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung. b. Safety Belt Safety belt berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja bekerja/berada di atas ketinggian. c. Safety Shoes Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya. d. Sepatu Karet Sepatu karet (sepatu boot) adalah sepatu yang didesain khusus untuk pekerja yang berada di area basah (becek atau berlumpur). Kebanyakan sepatu karet di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb. e. Sarung Tangan Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. f. Masker (Respirator) Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). g. Cover All Berfungsi sebagai baju kerja pelindung untuk melindungi pekerja dari ancaman bahaya dengan tingkat resiko rendah sampai sedang.

49 h. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses) Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas). i. Penutup Telinga (Ear Plug) Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising. j. Pelindung Wajah (Face Shield) Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda). k. Pelampung Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di atas air atau dipermukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan atau mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada posisi tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di dalam air. Dan masih banyak alat pelindung diri lainnya. 4.5.4. Risk Assessment Resiko adalah kemungkinan yang dapat diukur dari suatu kejadian yang menimbulkan bahaya terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau lingkungan (Majid, A. 2005). Penilaian resiko (Risk Assessment) merupakan suatu cara atau metode untuk mengevaluasi dan menentukan tingkat resiko berdasarkan hasil identifikasi bahaya yang telah dilakukan. Penilaian resiko adalah proses mengukur kemungkinan yang dapat terjadi dari suatu kegiatan dan besarnya kemungkinan yang dapat terjadi dari suatu kegiatan dan besarnya kemungkinan terjadi efek yang merugikan (Keselamatan, kesehatan, ekologi atau financial) selama periode waktu tertentu (Kolluru, 1996). Tujuan dari penilaian resiko ini adalah untuk untuk melihat dan memisahkan antara resiko kecil dan resiko besar sehingga kita tahu mana resiko yang dapat ditoleransi dan mana resiko yang membutuhkan perbaikan. Metode dalm menentukan penilaian resiko ada 3 cara, yaitu analisa kualitatif, analisa semi kuantitatif dan analisa kuantitatif. 1. Analisa kualitatif Analisa kualitatif menggunakan kalimat atau bahasa untuk mendeskripsikan keterkaitan dari konsekuensi yang berpotensi dan kemungkinan seberapa sering konsekuensi tersebut akan terjadi. Skala ini dapat diadaptasi untuk mengatur keadaan dan perbedaan

50 deskripsi boleh digunakan untuk resiko yang berbeda pula. Analisa kualitatif boleh digunakan untuk: - Sebagai kegiatan penyaringan awal untuk mengidentifikasi resiko yang membutuhkan analisa lebih detail. - Dimana data numeric atau sumbernya tidak cocok untuk analisa kualitatif. Analisa kualitatif harus diinformasikan oleh informasi factual dan data harus juga tersedia. 2. Analisa semi-kuantitatif Dalam analisa semi kuantitatif, skala kualitatif seperti yang dideskripsikan diatas adalah memberikan nilai. Tujuannya adalah untuk menghasilkan skala rangking yang lebih besar dari biasanya yang dicapai dalam analisa kualitatif, tidak untuk menyarankan nilai yang realistis untuk resiko seperti percobaan dalam analisa kuantitatif. Bagaimanapun, sejak nilai dialokasikan pada masing-masing deskripsi bukan berarti keterkaitan dari konsekuensi atau kemungkinan terjadi hubungan yang akurat/tepat, nilai tersebut harus dikombinasikan menggunakan rumus yang diijinkan oleh batasan dari jenis skala yang digunakan. Metode ini mengkombinasikan antara angka yang bersifat subjektif pada kemungkinan dan dampak dengan rumus matematika yang menghasilkan tingkat resiko. Metode semi kuantitaif berguna untuk mengidentifikasi dan memberikan rating dari suatu kejadian yang berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang parahseperti kerusakan peralatan, cidera pada manusia, gangguan terhadap bisnis dan lain-lain. Untuk penilaian resiko dilakukan dengan mengkombinasikan/perkalian antara tingkat kemungkinan (likelihood/probability) dengan tingkat keparahan (severity). Dalam menentukan tingkatan tersebut dapat digambarkan pada beberapa tabel berikut: Tabel 4.1 Nilai tingkat kemungkinan Likelihood/Probability

Rating

Deskripsi

Frequent

5

Selalu terjadi

Probable

4

Sering terjadi

Occasional

3

Kadang-kadang dapat terjadi

Unlikely

2

Mungkin dapat terjadi

Improbable

1

Sangat jarang terjadi

51 Tabel 4.2 Nilai tingkat keparahan Severity

Rating

Deskripsi Meninggal dunia, cacat permanen/ serius,

Catastrophic

5

kerusakan lingkungan yang parah, kebocoran B3, kerugian finansial yang sangat besar, biaya pengobatan > 50 juta. Hilang hari kerja, cacat permanen/ sebagian,

Major

4

kerusakan lingkungan yang sedang, kerugian finansial yang besar, biaya pengobatan < 50 juta. Membutuhkan perawatan medis,

Moderate/ Serious

3

terganggunya pekerjaan, kerugian finansial cukup besar, perlu bantuan pihak luar, biaya pengobatan < 10 juta. Penanganan P3K, tidak terlalu memerlukan

Minor

2

bantuan dari luar, biaya finansial sedang, biaya pengobatan < 1 juta Tidak mengganggu proses pekerjaan, tidak

Negligible

1

ada cidera/ luka, kerugian financial kecil, biaya pengobatan < 100 ribu.

Setelah didapatkan nilai kemungkinan terjadinya insiden atau kerugian dan didapatkan nilai dari tingkat keparahan yang terjadi dari suatu kejadian kemudian kiteria penilaian resiko dapat digambarkan pada tabel berikut. Tabel 4.3 Skala tingkatan resiko Risk Rank

Deskripsi

17 – 25

Extreme High Risk – Risiko Sangat Tinggi

10 – 16

High Risk – Risiko Tinggi

5–9

Medium Risk – Risiko Sedang

1–4

Low Risk – Risiko Rendah

52 3. Analisa kuantitatif Analisa kuantitatif menggunakan penilaian angka. Untuk keduanya, yaitu konsekuensi dan kemungkinan menggunakan data dari sumber yang bervariasi. Kualitas dari analisa berdasar pada ketepatan dan kelengkapan dari penilaian angka dan validitas model yang digunakan. Konsekuensi bisa ditentukan dengan memodelkan hasil dari suatu kejadian atau kronologi kejadian, atau dengan extrapolais dari studi percobaan atau data masa lalu. Konsekuensi bisa diekspresikan dalam criteria yang menimpa manusia. Dalam kasus yang sama lebih dari satu nilai angka dibutuhkan untuk mengspesifikasi pada waktu yang berbeda, tempat, kelompok atau situasi.

4.5.5. Bahaya (Hazard) Definisi bahaya menurut Majid A. pada tahun 2005 adalah potensi yang menimbulkan bahaya terhadap kehidupan kesehatan, harta benda atau lingkungan. Berikut ini beberapa jenis atau macam hazard yang sering dijumpai pada lingkungan kerja antara lain : 1. Physical Hazard Untuk bahaya ini yang termasuk didalamnya adalah suhu, tekanan, getaran, pencahayaan, radiasi dan kebisingan. Berikut ini tabel nilai ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja. 2. Chemical Hazard Untuk bahaya ini bersumber dari bahan-bahan yang bersifat kimiadari bahan-bahan yang digunakan selama proses produksi. Yang termasuk dalam bahaya ini contohnya toksisitas bahan kimia, daya ledak bahan kimia, bahan kimia yang mudah terbakar. 3. Biological Hazard Yang termasu kedalam kategori bahay ini adalah virus, jamur, bakteri, tanaman, binatang yang dapat menginfeksi atau memberikan reaksi negative kepada manusianya. 4. Psychological Hazard Gangguan psikologis atau kejiwaan seseorang diakibatkan oleh adanya tekanan atau intervensi yang terjadi didalam lingkungan kerjanya. Sehingga dapat mengakibatkan gangguan terhadap fisik misalnya tekanan darah naik.

53 5. Ergonomic Hazard Gangguan ini dapat bersifat fatal dikarenakan beban kerja yang diterima oleh tubuh pekerja tidak sesuai dengan kekuatan yang dimiliki oleh pekerja bisa juga diakibatkan oleh posisi bekerja yang kurang baik saat bekerja. Sehingga dapat mengakibatkan patah tulang dan lain sebagainya (Siswowardjojo, 2003).

4.6 Metode Penelitian Dalam penyusunan laporan kerja praktek yang baik dan benar diperlukan suatu data dan informasi yang mendukung serta mempunyai nilai kebenaran yang tinggi. Dengan demikian metode yang digunakan dalam penyususnan laporan kerja praktikan, yaitu : a. Observasi Dalam metode ini peneliti melakukan pengamatan dan terjun langsung ke lapangan/lokasi kerja peneliti. Dalam hal ini di PT. Pertamina RU V Balikpapan pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power. b. Wawancara Dalam metode ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan terkait pengumpulan data. Pertanyan-pertanyaan diajukan kepada operator yang bekerja dilapangan langsung yang biasanya bekerja pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power.

4.7 Hasil dan Pembahasan 4.7.1

Pengumpulan Data

Setelah melakukan beberapa hari pengamatan di lapangan secara langsung dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada operator dan pekerja pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power Plant, didapatkan data sebagai berikut :

54

Tabel 4.4 Identifikasi kegiatan dan resiko pekerjaan Kegiatan Pekerjaan Tahap persiapan dan pengamanan: -Ijin kerja (SIKA dan JSA) - Material dan Alat kerja serta - pengamanan area kerja

Pemasangan Scaffolding / perancah

Pemasangan Sorokan

Membuka baut-baut cover, channel cover, floating head

Mengangkat, mencabut, dan menurunkan cover, channel cover, floating head and tube bundle (Forklift, Crane) Mengangkat, membawa, menurunkan tube bundle ke tempat cleaning (Mobil Trailer) Membuka / memasang isolasi

Resiko Dari Pekerjaan Checklist terlewat / tidak terisi Kejatuhan material / tool Gas dan Liquid Berbahaya Radiasi panas Terjatuh dari ketinggian Terjadi Flash/Kebakaran/Ledakan Tertimpa Material/Equipment/Tools Terpeleset / tersandung Terjatuh dari ketinggian Terpeleset / tersandung Tertimpa Material/Equipment/Tools Tangan terjepit dan/ terpukul Scafollding roboh karena tidak kuat menahan beban Terjatuh dari ketinggian Terpeleset / tersandung Tertimpa Material/Equipment/Tools Gas dan Liquid Berbahaya Terkena semburuan liquid Jari tangan terjepit dan atau terpukul Terjadi Flash/Kebakaran/Ledakan Terjatuh dari ketinggian Terpeleset / tersandung Tertimpa Material/Equipment/Tools Gas dan Liquid Berbahaya Terkena semburuan liquid Jari tangan terjepit dan atau terpukul Sling putus dan barang terjatuh Chainblock / crane tidak kuat menahan beban Material yang diangkat membentur equipment lain Sling putus dan barang terjatuh Chainblock / crane tidak kuat menahan beban Material yang diangkat membentur equipment lain Terpapar debu / iritasi mata Gangguan Pernapasan Tangan tergores dan/ terluka Terjatuh dari ketinggian

55 Kegiatan Pekerjaan Cleaning shell, floating head, channel, channel cover, shell cover and tube bundle menggunakan water jet Penggerindaan (jika diperlukan) Pengelasan (jika diperlukan)

Memasang dan membuka test ring

Test tube side dan shell side

Pengecatan

Pembersihan area kerja

4.7.2

Resiko Dari Pekerjaan Mata terkena minyak Gangguan pernapasan Terpeleset / tersandung Tertimpa Material/Equipment/Tools Terkena water jet Terkena percikan gram dan batu gerinda pecah Tersengat aliran listrik Luka Bakar Ringan Terkena panas api las dan mata terpapar sinar las yang menyilaukan Tersengat aliran listrik Terjatuh dari ketinggian Terpeleset / tersandung Tertimpa Material/Equipment/Tools Gas dan Liquid Berbahaya Jari tangan terjepit dan atau terpukul Terjadi Flash/Kebakaran/Ledakan Terkena percikan air Terjatuh dari ketinggian Terpeleset / tersandung Tertimpa Material/Equipment/Tools Gas dan Liquid Berbahaya Jari tangan terjepit dan atau terpukul Terjadi Flash/Kebakaran/Ledakan Gangguan Pernapasan Terjadi Flash/Kebakaran/Ledakan Pemakaian material berbahan kimia dan mudah terbakar Terjatuh dari ketinggian Terpeleset / tersandung Tertimpa Material/Equipment/Tools Terjatuh dari ketinggian Kejatuhan material / tool Terpapar debu /iritasi mata Terjepit

Pembahasan

Berdasarkan data pada tabel 4.4, dapat diketahui bahaya dan resiko pekerjaan yang muncul pada saat kegiatan tersebut dilakukan. Setelah mengetahui bahaya dan resiko pekerjaan yang akan muncul, dari data tersebut dilakukan penilaian terhadap resiko pekerjaannya.

56 Berikut ini tabel penilaian resiko yang dampaknya langsung kepada operator dan pekerjanya. Tabel 4.5 Penilaian resiko pekerjaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Bahaya / Resiko Potensial

Probabilitas terjadinya kecelakaan

Tingkat Keparahan

Total Penilaian

Chainblock / crane tidak kuat 2 5 10 menahan beban Checklist terlewat / tidak terisi 2 4 8 Gangguan Pernapasan 2 3 6 Gas dan Liquid Berbahaya 2 3 6 Jari tangan terjepit dan atau terpukul 3 2 6 Kejatuhan material / tool 3 3 9 Luka Bakar Ringan 2 3 6 Mata terkena minyak 2 3 6 Material yang diangkat membentur 2 3 6 equipment lain Pemakaian material berbahan kimia 4 2 8 dan mudah terbakar Radiasi panas 4 2 8 Scafollding roboh karena tidak kuat 2 5 10 menahan beban Sling putus dan barang terjatuh 2 5 10 Tangan tergores dan/ terluka 3 1 3 Tangan terjepit dan/ terpukul 3 1 3 Terjadi Flash/Kebakaran/Ledakan 1 5 5 Terjatuh dari ketinggian 2 5 10 Terkena panas api las dan mata 4 2 8 terpapar sinar las yang menyilaukan Terkena percikan air 4 1 4 Terkena percikan gram dan batu 4 1 4 gerinda pecah Terkena semburuan liquid 3 3 9 Terkena water jet 2 2 4 Terpapar debu / iritasi mata 4 1 4 Terpeleset / tersandung 3 2 6 Tersengat aliran listrik 2 3 6 Tertimpa Material/Equipment/Tools 2 3 6 Setelah melakukan penilaian terhadap resiko pekerjaan pada pekerjaan pembersihan

Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power, pekerjaan-pekerjaan tersebut dapat dikategorikan kedalam skala tingkatan resiko. Pada umumnya skala resiko didapatkan dari hasil perkalian antara nilai Probabilitas terjadinya kecelakaan dengan

57 tingkat keparahan. Hasil dari perkalian tersebut disesuaikan dengan table skala tingkat resiko. Dari hasil table tersebut dapat dilihat pekerjaan-pekerjaan yang telah tergolongkan kedalam skala tingkat resikonya. Berikut ini tabel pengkategorian resiko pekerjaan yang ada pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power. Tabel 4.6 Pengkategorian resiko pekerjaan Klasifikasi Resiko

Resiko Pekerjaan

Tangan tergores dan/ terluka Tangan terjepit dan/ terpukul Terkena percikan air Low Risk Terkena percikan gram dan batu gerinda pecah Terkena water jet Terpapar debu / iritasi mata Gas dan Liquid Hydrocarbon Gangguan Pernapasan Jari tangan terjepit dan atau terpukul Kejatuhan material / tool Luka Bakar Mata terkena minyak Material yang diangkat membentur equipment lain Medium Risk Pemakaian material berbahan kimia dan mudah terbakar Radiasi panas Terjadi flash, kebakaran, ledakan Terkena panas api las dan mata terpapar sinar las yang menyilaukan Terkena semburuan liquid Terpeleset / tersandung Tersengat aliran listrik Tertimpa Chainblock / crane tidak kuat menahan beban Scafollding roboh karena tidak kuat menahan beban High Risk Sling putus dan barang terjatuh Terjatuh dari ketinggian Suatu pekerjaan yang dinilai biasa-biasa saja dan hanya memiliki dampak resiko yang kecil dapat digolongkan ke dalam pekerjaan yang berisko menengah, tinggi, bahkan sangat tinggi jika diiringi dengan seberapa besar tingkat kejadian tersebut terulang. Jika terulang secara terus menerus, maka pekerjaan yang semulanya dianggap beresiko kecil ini juga dapat digolongkan ke pekerjaan yang beresiko tinggi dan begitu juga sebaliknya.

58 Suatu nilai resiko pekerjaan tidak dilihat hanya dari tingkat akibat dari pekerjaan itu sendiri, namun juga dilihat dari seberapa sering kejadia pekerjaan bersesiko itu terjadi. Perlunya penilaian dari para ahli yang berpengalaman juga banyak membantu dalam pengelompokkan resiko pekerjaan. Setiap resiko pekerjaan harus ada penangananpenangannnya agar dapat meminimalisir akibat dari resiko pekerjaan yang ditimbulkan Dari tabel 4.6 diketahui bahwa untuk tingkat resiko paling tinggi Chainblock / Crane tidak kuat menahan beban, Scaffolding roboh karena tidak kuat menahan beban serta sling putus dan barang terjatuh. Hal ini disebabkan alat Heat Exchanger dan kondensor ini memiliki bobot yang berat dan berada di ketinggian diatas 180 cm, dimana ketinggian ini merupakan batas ketinggian untuk wilayah area bawah. Sedangkan untuk kedua alat ini berada di atas batas keitnggian tersebut Untuk penangan resiko kerja yang tergolong memiliki resiko harus lebih diperhatikan karena pekerjaan yang beresiko tinggi cenderung akan mengakibatkan kerugian yang besar, baik dari segi fisik, material, maupun finansial sehingga dapat mengganggu jalannya proses dari suatu persusahaan. Chainblock atau crane yang tidak kuat menahan beban, scaffolding roboh karena tidak kuat menahan beban, dan sling yang putus sehingga menyebabkan barang yang diangkut terjatuh. Merupakan suatu kejadian dimana suatu alat yang digunakan tidak sesuai dengan kapasitasnya. Alat yang digunakan tidak dapat dipaksakan untuk melakukan pekerjaan yang melebihi kapasitas daya angkatnya. Setiap pekerjaan harusnya diteliti terlebih dahulu spesifikasi-spesifikasi dari pekerjaan tersebut. Berbat beban yang diangkat harus disesuaikan dengan alat pengangkatnya. Jika kapasitas dari alat pengangkat kurang dari kapasitas beban makan hal-hal seperti ini sudah dapat dipastikan dapat terjadi. Dalam memilih alat hendakanya bobot maksimal yang dapat diangkat adalah maksimal 95 persen dari kapasitas angkat alat tersebut. 5% lainnya diisi untuk antisipasi jika ada pengurangan daya tahan dan sebagaimya. Sebagai contohnya, crane dengan kapasitas 100 Ton hendaknya dipakai untuk mengangkat benda denan maksimal berat 95 Ton. Selain itu perawatan alat angkat atau penyangga harusnya dilakukan secara berkala. Hal ini dapat mengantisipasi jika ada alat yang sudah memiliki daya tahan yang berkurang dan dapat ditentukan apakah alat tersebut layak atau tidak untuk digunakan. Dilain hal, kebiasaan untuk tidak membuang langsung alat yang sudah melewati masa pakainya juga

59 dapat berdampak buruk kedepannya. Sering kali orang mengesampingkan jika alat sudah melebihi masa pakainya namun masih terlihat bagus masih tetap digunakan. Namun pada perusahaan besar seperti PT. Pertamina Persero hal seperti ini sudah hampir tidak ada terjadi lagi. Didasarkan dari hasil perhitungan tersebut maka diperlukannya penangan terhadap pengendalian untuk masing-masing resiko pekerjaan tersebut. Adapun penangan yang disarankan untuk menghindari terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dapat dilihat pada table berikut: Tabel 4.7 Penanganan Resiko Resiko Pekerjaan Checklist terlewat / tidak terisi Chainblock / crane tidak kuat menahan beban Gangguan Pernapasan Gas dan Liquid Berbahaya Jari tangan terjepit dan atau terpukul Kejatuhan material / tool Luka Bakar Ringan Mata terkena minyak Material yang diangkat membentur equipment lain

Pemakaian material berbahan kimia dan mudah terbakar Radiasi panas Scafollding roboh karena tidak kuat menahan beban

Sling putus dan barang terjatuh Tangan tergores dan/ terluka Tangan terjepit dan/ terpukul

Rekomendasi Lakukan Control Checklist Pastikan alat pengangkat kuat mengangkat beban Jika menggunakan crane pastikan operator ahli dan bersertifikat Gunakan PPE berupa masker / respirator Lakukan gas test dan masker serta sarung tangan Gunakan Sarung Tangan yang sesuai spesifikasi Memposisikan diri di posisi yang aman dan gunakan PPE berupa Helmet, Cover All, dan Safety Shoes Gunakan PPE berupa jacket / aorin dibagian dada dan lengan Gunakan PPE berupa kacamata Safety / Google Awasi rigger pada saat pengangkatan Setting crane pada permukaan tanah yang rata Tempatkan orang untuk mengawasi material yang diangkat Hindarkan percikan api Siapakan APAR Pemberian tagging Pastikan semua clamp terpasang dengan kuat Ikat semua perlatan / kunci dengan tambang kecol Ikat lantai kerja / papa dengan kawat ikat Tidak menyimpan material yang tidak terpakai di atas Gunakan sling tidak melebihi beban maximum Pastikan kondisi sling layak pakai Gunakan PPE berupa sarung tangan yang sesuai spesifikasi Gunakan Sarung Tangan yang sesuai spesifikasi

60 Resiko Pekerjaan Terjadi Flash/Kebakaran/Ledakan Terjatuh dari ketinggian Terkena panas api las dan mata terpapar sinar las yang menyilaukan Terkena percikan air Terkena percikan gram dan batu gerinda pecah

Terkena semburuan liquid Terkena water jet

Terpapar debu / iritasi mata Terpeleset / tersandung Tersengat aliran listrik

Tertimpa Material/Equipment/Tools

Rekomendasi Sediakan APAR dan selang air Gunakan Fullbody Harness Gunakan PPE berupa Face Protector / Face Seal dengan kaca berwarna gelap (masker las) Gunakan PPE berupa Face Protector / Face Seal atau kacamata safety Gunakan PPE berupa Face Protector / Face Seal Gunakan batu gerinda yang layak pakai dan kapasitas RPM batu gerinda yang sesuai dnegan RPM mesin gerinda Gunakan PPE berupa sarung tangan yang sesuai spesifikasi Gunakan PPE Goggle / Kacamata Safety Gunakan jas hujan dan safety boots Gunakan PPE berupa sarung tangan yang sesuai spesifikasi Gunakan PPE berupa masker / respirator serta kacamata safety Gunakan PPE berupa Safety Shoes yang anti slip dan beri tanda peringatan, eliminasi bahaya terpeleset Pastikan seluruh sambungan kabel tersambung dengan baik Gunakan kabel power standar industry Pasang kabel Grounding pada mesin penyuplai listrik Gunakan PPE berupa sarung tangan yang sesuai spesifikasi Gunakan PPE berupa Safety Shoes dan Helmet

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengumpulan data, analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Resiko pekerjaan dapat dianalisa dari urutan pelaksaan pekerjaan 2. Data resiko pekerjaan dikonversikan kedalam bentuk skala angka dan dilakukan perhitungan dengan metode Risk Assessment sehingga didapatkan presentasi resiko kerja: 24% Low Risk, 60% Medium Risk, 16% High Risk 3. Didapatkan hasil bahwa pekerjaan ini tergolong pekerjaan beresiko tinggi. 4. Diberikan saran kepada pihak pekerja dan perusahaan agar dapat mengurangi potensi terjadinya kecelakaan kerja. 5. Teori yang didapatkan dibangku kuliah dapat diaplikasikan pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power Plant. 6. Implementasi penanganan resiko menggunakan metode risk assessment di PT. Pertamina RU VBalikpapan pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power Plant dapat dilaksanakan. 7. Resiko pekerjaan terbesar pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power Plant adalah gangguan dari kualitas dan daya tahan alat penyangga dan alat angkut. 8. Pekerjaan yang beresiko dapat diantisapasi dengan rekomendasi-rekomendasi yang telah diberikan. 9. Implementasi penangan resiko menggunakan meotde risk assessment sudah dilakukan dengan baik, namun ada masih ada beberapa poin yang masih dilewatkan.

62 5.2 Saran Dari hasil yang didapatkan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Pengadaan evaluasi terhadap penggunaan APD khususnya APD tentang kebisingan pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger dan Kondensor di area Utilities dan Power Plant dan APD standar pada umumnya di PT. Pertamina RU V Balikpapan dilakukan secara rutin. 2. Penggunaan wajib APD sesuai dengan ketentuan bagi operator yang berada di lapangan sehingga dapat mengurangi frekuensi kecelakaan atau gangguan akibat kerja 3. Memberi peringatan pada pekerja yang tidak menggunakan APD standar pada umumnya. 4. Perawatan

terhadap

papan-papan

peringatan

bahaya

agar

pekerja

lebih

memperhatikan peringatan tersebut. 5. Memberikan sanksi yang keras pada setiap pelanggaran tentang Keselamatan, Keamanan dan Keselamatan Kerja. 6. Setiap pekerjaan harus dilakukan oleh pekerja yang berkualifikasi untuk melakukan pekerjaan tersebut. 7. Jika pekerjaan dilakukan oleh pihak luar atau perusahaan lain, maka peraturan dari pihak luar atau perusahaan lain tersebut harus mengikuti aturan kerja yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikapapan. 8. Pihak luar atau perusahaan lain yang mengerjakan pekerjaan, khususnya maintenance di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikapapan harus diuji terlebih dahulu dan disesuaikan dengan tingkat resiko kerja yang telah diketahui. 9. Hendaknya di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikapapan memiliki kontrak yang tetap dengan pihak luar atau perusahaan lain untuk mengerjakan pekerjaan di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikapapan, khususnya bagian maintenance agar kualitas pekerjaan dapat dijaga dan dapat lebih mudah dipercaya.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-48/MENLH/11/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan Imami, R.Z. 2013. Implementasi Hearing Conservation Program (HCP) Di Area Utilities 05 PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap Periode Juli- Agustus 2013. Laporan magang Universitas Indonesia : 45-48, 55-58, 61-63. Pertamina. 2013. Visi dan Misi. (online) : http://www.pertamina.com/vision_and_mission.aspx (24 September 2013) Pertamina. 2013. Visi dan Misi.(online) : http://www.pertamina-up4.co.id/profil.aspx (24 September 2013) Media Proyek .2013. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri. (online) : http://www.mediaproyek.com/2013/07/jenis-jenis-alat-pelindung-diri-apd.html (23 Sepetember 2013) Ari Setia Budi Blog. 2013. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja. (online) : http://arisetiabudiblog.wordpress.com/2013/06/20/kesehatan-dan-keselamatankerja-k3-definisi-indikator-penyebab-dan-tujuan-penerapan-keselatan-dankesehatan-kerja (28 September 2013) Oxy Prima Setiya Blog. 2013. Pengertian Tenaga Kerja. (online) : http://oxyprimasetiya.blogspot.com/2012/02/pengertian-tenaga-kerja.html (23 September 2013) Unstrat. 2013. Undang-Undang K3. (online) : http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_70.htm (23 September 2013)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF