Laporan Prakerin Apotek Rahmat Banjarmasin
July 19, 2019 | Author: M Fikri Nzmi | Category: N/A
Short Description
Laporan Prakerin Apotek...
Description
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN………………………………………………………………i LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………..….. PENGESAHAN …………………………………………………..…..ii ii KATA PENGANTAR ………………………………………………………………iii ………………………………………………………………iii DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ……………………………………………………………………v v BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………...1 PENDAHULUAN…………………………………………………………...1 1.1 Maksud dan Tujuan ……………………………………………………..1 2.1 Istilah-istilah………………………………………………………...…..3 Istilah-istilah………………………………………………………...…..3 BAB II TINJAUAN UMUM……………………………………………… UMUM ………………………………………………..…….9 2.1 Sejarah Apotek ……………………………………………………….. ………………………………………………………..…9 …9 2.2 Visi dan Misi…………………………………………………… Misi……………………………………………………..……...9 ……...9 2.3 2.3 Struktur Organisasi……………………………………………… Organisasi……………………………………………….. ..…....10 …....10 2.4 2.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan…………… Kesehatan…………….....11 .....11 2.4.1 2.4.1
Obat Bebas, Bebas Terbatas, Keras dan Wajib Apotek ……….11 ……….11
2.4.2
Psikotropika dan Narkotika…………………………………..14 Narkotika…………………………………..14
2.4.3
Pengelolaan Barang Kadaluarsa dan Barang Rusak……….....17
2.4.4
Pelayanan Resep dan Pelayanan Informasi Obat…………….18
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………….20 PEMBAHASAN………………………………………………………….20 3.1 Perencanaan…………………………………………...………………..20 3.2 Pengadaan dan Penerimaan…………………………………………….20 3.3 Penyimpanan…………………………………………………………...21 3.4 Pelayanan Pelayanan Obat…………………………………………………………22 3.5 Pelayanan Informasi Obat……………………………………...……….22 3.6 Pelaporan……………………………………………………………….23 BAB IV PENUTUP………………………………………………………………..24 PENUTUP………………………………………………………………..24 4.1 Kesimpulan……………………………………………………………. Kesimpulan…………………………………………………………….24 24 4.2 Saran………………………………………………………………...…25 Saran………………………………………………………………...…25 DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………… PUSAKA………………………………………………………………… LAMPIRAN………………………………………………………………………… LAMPIRAN…………………………………………………………………………
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Maksud dan Tujuan
Dalam era pembangunan nasional khususnya dibidang kesehatan memiliki tujuan agartercapainya derajat kesehatan masyarakat mas yarakat yang optimal. Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan tersebut dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor lingkungan (environment), faktor perilaku (behavior), faktor pelayanan kesehatan (health service), dan faktor keturunan (heredity). Salah satu dari faktor tersebut yaitu faktor pelayanan kesehatan dimana ketersediaan pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Salah satu unit pelayanan kesehatan adalah apotek. Apotek adalah sarana penyaluran kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Apotek berfungsi sebagai sarana atau tempat pengabdian Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah mengucap sumpah jabatan serta sebagai sarana farmasi untuk melakukan pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Profesi farmasi saat ini telah mengalami pengembangan pengembangan yaitu dari berorientasi pada obat menjadi berorientasi pada pasien dengan berdasarkan pada asas Pharmaceutial Pharmaceutial Care,yaitu Care, yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi farmasi dalam pekerjaan kefarmasian untuk mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan kualitas hidup pasien. Dalam mencapai tujuan akhir tersebut Apoteker dan Tenaga Tekhnis Kefarmasian dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam berinteraksi dengan pasien. Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan pendidikan. Untuk mencapai pengalaman belajar pada tatanan yang nyata dan komprehensif komprehensif maka diadakan diadakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) pada unit pelayanan kesehatan yaitu apotek untuk
1
mempersiapkan diri agar dapat langsung terjun ke lingkungan kerja. Sehingga siswa diharapkan dapat mengetahui tugas-tugas dan tanggung jawab seorang apoteker dan tenaga tekhnis kefarmasian ditempat kerjanya. Selain itu maksud diadakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ini adalah sebagai sarana pembanding antara teori yang didapatkan dengan praktik yang dilakukan siswa ditempat yang menjadi objek PRAKERIN. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas dan persiapan kelulusan Siswa Siswi SMK Maestro Islamic School Banjarmasin, maka perlu dibekali ilmu pegetahuan pegetahuan baik secara teoris maupun praktek praktek kerja lapangan. Adapun tujuan dari Praktek Kerja Industri ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Siswa diharapkan mampu memahami pengelolaan sediaan faramasi dan melakukan pelayanan kefarmasian dengan pendekatan pharmaceu pharmaceutical tical care sehingga dapat menjadi tenaga teknis kefarmasian yang terampil. 2. Tujuan Khusus Khusu s Siswa diharapkan mampu : a. Memahami dasar-dasar kefarmsasian b.
Menerapkan tata tertib kerja di laboratorium resep
c. Mendeskripsi Mendes kripsikan kan penggolongan penggol ongan obat d. Memahami penggolongan penggolongan obat obat PKRT dan alat kesehatan e. Memahami dasar-dasar Farmakologi f. Memahami dasar-dasar penyakit g. Menerapkan swamedikasi h. Menerapkan pembuatan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter dibawah pengawasan apoteker i. Menerapkan manajemen dan administrasi dibidang farmasi j. Menerapkan akutansi dalam bidang farmasi k. Menerapkan pembuatan pembuatan sediaan obat obat bebas, bebas terbatas dan obat keras, obat psikotropika l. Menerapkan prinsip-prinsip preformulasi m. Memahami teknik pembuatan sediaan sediaan obat, dalam skala kecil dalam dalam skala industry
2
n. Memahami pengujian pengujian sediaan obat, obat tradisional dan fitofarmaka fitofarmaka o. Membuat obat tradisional dan fitofarmaka p. Menerapkan ilmu keseharan masyarakat 1.2 Istilah- Istilah
1. Apotek Menurut
PP
RI
No.
Kefarmasiaan,apotekadalah
51
tahun
sarana
2009
pelayanan
tentang
Pekerjaan
kefaramasian
tempat
dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. 2. Apoteker Menurut PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. 3. Apoteker Apoteke r Pengelola Pengelol a Apotek Menurut Permenkes No.992/Menkes/Per/X/1993, apoteker pengelola apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA) 4. Tenaga Teknis Kefarmasian Menurut PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Tenaga Teknis Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya
Farmasi,
Analis
Farmasi,
dan
Tenaga
Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker. 5. Bahan Obat Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.04.1.33.12.11.09937 tahun 2011 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik, bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi. 6. Batch Batch Batch adalah jumlah produk yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam dalam satu siklus pembuatan atas suatu s uatu perintah pembuatan tertentu.
3
7.
FEFO First Expired First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang berdasarkan berdasarkan prioritas masa kadaluarsa kadaluarsa obat tersebut Semakin Semakin dekat masa kadaluarsa obat tersebut, maka semakin cepat menjadi prioritas untuk digunakan.
8.
FIFO First In First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang tidak mempunyai masa kadaluarsa. Prioritas penggunaan obat berdasarkan waktu kedatangan obat.Semakin kedatangan obat tersebut, maka semakin menjadi prioritas untuk digunakan.
9.
Industri Industr i Farmasi Menurut Permenkes RI No.l332/Menkes/per/X/2000, industri farmasi adalah pabrik yang memproduksi obat yang dijual kepada pedagang lain seperti PBF, Apotok, Toko Obat Berizin dan sebagainya.
,
10. Infus Adalah sediaan cair yang digunakan dengan cara menyaring simplisia nabati dengan air pada suhu 90C selama 15 menit. 11. Kesehatan Menurut UU RI No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik keadaan fisik, mental, spirit, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 12. Konseling Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Keefarmasian di apotek, konseling adalah suatu proses komunikasi komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker apoteker dan pasien untuk mengindentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. 13. Nomor Bat Nomor Batch ch Nomor Batch adalah penandaan yang terdiri dari angka huruf atau gabungan keduanya yang merupakan tanda pengenal suatu batch tersebut,
4
termasuk tahap-tahap produksi, pengawasan dan distribusi. 14. Obat Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.04.1.33.12.11.09937 tahun 2011 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, peyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia 15. Obat Bebas Berdasarkan menteri kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 tentang Tanda Khusus Untuk Obat Bebas dan Obat Bebas terbatas. Obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi berwarna hitam.Obat bebas adalah obat yang boleh digunakaan tanpa resep dokter. 16. Obat Bebas Terbatas Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983 tentang Tanda Khusus Untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Tanda khusus obat bebas terbatas adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.Obat bebas terbatas masuk dalam daftar "W"singkatan dari "Waarschuwing" yang artinya beri peringatan. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya. 17. Obat Keras Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI No. 02396/A/SK/Vm/l 989 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G adalah lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Obat keras atau daftar G menurut bahasa belanda "G" singkatan dari "Gevaarlijk" artinya berbahaya. 18. Obat Tradisional Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
5
19. Obat Wajib Apotek (OWA) Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek tanpa resep dokter 20. Prekursor Farmasi Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi
yang
mengandung
ephedrine,
pseudoephedrine,
norephed-
rine/phenylpropanolamine, ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat. 21. Obat Narkotika Menurut UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan dapat menimbulkan ketergantungan. 22. Obat Psikotropika Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. 23. Pedagang Besar Farmasi Menurut PP nomor 51 tahun 2009, pedagang besar farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 24. Pekerjaan Kefarmasian Menurut PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, pekerjaan kefamasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
6
25. Perbekalan Kesehatan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/SK/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 26. Resep Adalah suatu permintaa tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan, kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan bagi penderita yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 27. Sediaan Farmasi Menurut PP PJ No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefermaian, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan dan kosmetika. 28. Suppositoria Adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh. 29. Tablet Adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. 30. Kapsul Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain 31. Salep Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan dasar salep larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari dasar salep tersebut 32. Sirup Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam yang minimal mengandung 50% sukrosa. Penambahan bahan obat atau sari tumbuhan
7
dapat merupakan komponen lainnya dari sirup. 33. Inhaler Inhaler adalah suatu alat untuk penggunaan obat secara inhalasi. Inhalasi menurut Farmakope Indonesia Edisi rv (FI TV) adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik. 34. Injeksi Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau ser buk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah 100 ml atau kurang 35. Alat Kesehatan Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan /atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, memnyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh 36. Tanggal Kadaluarsa I Expired Date Tanggal Kadaluarsa / Expired Date adalah tanggal yang menyatakan bahwa sebelum tanggal tersebut suatu batch mutu yang memenuhi syarat.masih memenuhi spesifikasi standar 37. Tetes Mata Adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan untuk mata yang digunakan dengan cara meneteskan obat padda selaput lender mata sekitar kelopak mata dan bola mata.
8
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah Apotek
Apotek Rahmat berdiri pada tahun 2003, yang terletak di jalan Zafri ZamZam No. 11 RT 17 Banjarmastn.Awalnya Apotek Rahmat adalah sebuah toko obat gerobakan yang didirikan oleh Bapak H.sunarto.Beberapa tahun kemudian, toko obat gerobakan tersebut diubah menjadi sebuah apotek oleh bapak H. sunarto. Apotek Rahmat memiliki seorang apoteker yaitu Ibu Erna Prihandiwati S.Farm.Apt. Beliau menjabat sebagai pengelola apotek sampai dengan tahun 2009.Kemudian barulah diganti dengan Ibu Mulia Suraya Purwanti S.Farm.Apt yang merupakan anak dari Bapak H. Sunarto dan menduduki peran sebagai apoteker hingga sekarang di Apotek Rahmat. Mulai pada tahun 2016 Apotek Rahmat telah menjalin kerjasama dengan Olah Raga Nasional Kontingen (KONI) dan Persatuam Gulat Seluruh Indonesia ( PGSI) dalam menyediakan perbekalan faimasi yang dibutuhkan. 2.2 Visi dan Misi
Visi: Menjadi unit pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang bermutu baik. Misi :Menyediakan perbekalan farmasi untuk meningkatkan derajat kesehatan.
9
2.3 Struktur Organisasi
Pemilik Apotek H. Sunarto
Apteker Pengelola Apotek Mulia Suraya Purwanti S.Farm Apt
Tenaga Kerja Kefarmasian :
Non Tenaga Kerja Kefarmasian :
1. Ayu Ramadhani 1. Evie Karina 2. M. Ridha Ansyari 2. Hamalatul Arsyi 3. M. Taufik Ridhoni 3. Rizka Maulani 4. Siti Asma 4. Tika Apriani 5. Suprayogo 6. M. Aditya Rahman
10
2.4 Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalaan kesehatan (teoritis) 2.4.1 Obat bebas, bebas terbatas dan keras a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Perencanaan obat di Apotek umunya dibuat untuk mengadakan dan mencukupi persediaan obat di Apotek, sehingga dapat mencukupi permintaan obat melalui resep dokter ataupun penjualan secara bebas. Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya
kekurangan
atau
kelebihan
persediaan
farmasi
serta
meningkatkan penggunaan persediaan farmasi secara efektif dan efisien. Perencanaan obat didasarkan atas beberapa faktor, antara lain : 1. Obat yang paling banyak dipakai. 2. Persediaan terakhir stok barang. 3. Berdasarkan jenis penyakit yang sedang mewabah. 4. Berdasarkan musim dan cuaca Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat ditiap unit pelayanan kesehatan adalah : a.
Metode konsumsi Yaitu dengan menganalisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengelolaan data, ana-lisa data untuk informasi dan evaluasi dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat
b. Metode epidemologi Yaitu dengan menganalisa kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan, menghitung perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian dengan
11
alokasi dana yang tersedia. c. Metode campuran Yaitu merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode epidemiologi. b. Pengadaan
Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan diApotek yang bertujuan agar tersediannya obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan apotek dengan mutu yang terjamin serta dapat di-peroleh pada saat yang diperlukan. Menurut pedoman praktik apoteker tahun 2013 tentang standar prosedur operasional pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yaitu : a). Memeriksa sediaan farmasi dan alat kesehatan yang sudah habis atau hampir melalui pengamatan dari kartu stok yang kemudian dicatat pada buku defecta atau daftar obat habis. b)
Dilakukan pemesanan sediaan farmasi dan alat kesehatan berdasarkan kebiasaan datangnya PBF baik setiap minggu ataupun perbulan.
c)
Menentukan sediaan farmasi yang akan dipesan.
d)
Menulis blangko disurat pesanan (Dirjen Bina Kefarmasiaan dan IAI, 2013)
c. Penerimaan dan pemeriksaan barang
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola dibawahnya. Barang yang diterima harus diperiksa oleh Tenaga Kefarmasian atau petugas lain bila perlu disaksikan oleh petugas pembelian dengan melakukan pemeriksaan seperti mencocokan surat pengiriman barang dan faktur dengan barang-barang yang nyata-nyata dikirim, baik terhadap nama barang, kemasan, jumlah serta pemeriksaan terhadap kadaluarsa. Pemeriksaan barang merupakan suatu tindakan yang bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh apotek (Depkses RI, 2004).
12
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obatobatan yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia diunit pelayanan kesehatan mutunya dapat dipertahankan. Penyimanan berarti mengelola barang yang ada dalam persediaan, dengan maksud selalu dapat menjamin ketersediaannya bila sewaktuwaktu dibutuhkan pasien, terjadi stock out atau over stock tempat penyimpanan yakni gudang farmasi (Bogadenta,2012). Adapun maksud dan tujuan penyimpanan . 1. Memelihara mutu obat. 2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab. 3. Menjaga kelangsungan persediaan. 4. Memudahkan pencanan dan pengawasan. 5. Menjamin keamanan dari kecurian dan kebakaran.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan : a. Penyimpanan < 25°C (sejuk) : disimpan dalam ruangan ber-Air Conditioner (AC). b. Penyimpanan dingin disimpan dalam lemari pendingin (2-8°C). c. Narkotika disimpan dalam lemari narkotika yang mempunyai aturan sesuai dengan ketentuan. d. Barang mudah terbakar disimpan dalam gudang tahan api yang dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran.
Metode penyimpanan perbekalan farmasi antara lain sebagai berikut: a. Berdasarkan bentuk dan sediaan, penyimpanan sediaan padat (tablet), sediaan cair (sirup), serta alat-alat kesehatan harus dipisahkan sesuai sifat fisika kimianya (ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan). b. Menurut abjad dan alfabetis. c. Menurut farmakoterapi
13
Dalam penyimpanan obat digolongkan menurut: a. Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah menguap seperti aether, anaestheticus. b. Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet, dan sirup. c. Dismpan bersama dengan zat pengering, penyerap lembab (kapur tohor) seperti kapsul. d. Disimpan pada suhu kamar (15-30°C) untuk obat seperti tablet, kaplet dan sirup. e. Disimpan pada tempat sejuk (5-15°C) untuk obat seperti salep mata cream, ovula dan suppositoria. f.
Dismpan ditempat dingin (0-5°C) seperti vaksin.
(
g. Sistem first In First Out (FIFO, First Expire First Oat (FEFO) atau kombinasi keduanya. Untuk sustem FIFO penyimpanan berdasarkan pada obat yang pertama kali masuk, sedangkan system FEFO berdasarkan pada obat yang punya Expire date terdekat (Depkes RI, 2008) e. Pelaporan
Pelaporan dan pencatatan obat di Apotek merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan oleh apotek.Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan,sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber data dalam pelaporan.Selain itu, pencatatan stok obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan pemasukan obat, sehingga mudab dimonitor (Depkes RI, 2008). 2.4.2 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika 1. Perencanaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004,perencanaan ada-lah proses pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang
14
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan dan kelebihan obat. Tujuan perencanaan narkotika dan psikotropika adalah untuk mendapatkan : 1.
Perkiraan Jenis dan jumlah obat narkotika dan psikotropika yang sesuai dengan kebutuhan.
2.
Mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan narkotika dan psikotropika.
3.
Meningkatkan penggunaan sedian farmasi secara efektif dan efisien.
2. Pengadaan
Menurut Undang-undang No.5 tahun 1997 dan Undang-undangNo.35 tahun 2009, pemesanan atau pengadaan narkotika dan psikotropika harus menggunakan surat pesanan yang telah ditandatangani oleh apoteker kepada PBF atau pabrik obat. Apotek melakukan pengadaan narkotika dan psikotropika dengan melakukan beberapa prosedur, diantaranya: 1.
Apotek melihat buku defecta.
2.
APA membuat pesanan melalui SP narkotika atau SP psikotropika (untuk narkotika rangkap 4, psikotropika model khusus rangkap 3).
3.
Kemudian SP dikirim ke PBF.
4.
Berdasarkan SO tersebut, PBF mengirimkan obat narkotika beserta faktur ke apotek.
5. SP narkotika yang berwarna putih, kuning, dan biru untuk PBF dan 1 lembar salinan berwarna merah sebagai arsip. Format SP narkotika atau psikotropika sesuai dengan peraturan perundangundangan wajib : 1. Asli dan dibuat paling sedikit dalam rangkap 2 serta tidak dibenarkan dalam bentuk faksimili dan fotocopy. 2. Ditandatangani oleh penanggung jawab fasilitas distribusi dan dilengkapi dengan nama jelas dan Nomor Surat Izin Kerja (SIK)/Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). 3. Mencantumkan nama dan alamat lengkap, nomor telepon/faksimili, nomor izin dan stempel fasilitas distribusi.
15
4. Mencantumkan nama industri farmasi atau fasilitas distribusi pemasok beserta alamat lengkap. 5. Mencantumkan nama narkotika dan psikotropika, jenis dan kekuatan sediaan, isi kemasan dan jumlah dalam bentuk angka dan huruf. 6. Diberi nomor urut dan tanggal dengan penulisan yang jelas. 7. Dibuat terpisah dari SP obat lain (Umar 2007).
3. Penerimaan dan Pemeriksaan barang
Pada saat menerima barang, petugas memeriksa dan menerima fisikbarang dari supplier atau PBF sesuai dengan SP dan fektur barang.Kemudian membuat tanda terima barang di faktur (stempel dan tanda tangan) berdasarkan fisik barang yang diterirna. Petugas pembelian memeriksa jumlah obat, nomor batch, sediaan obat, nama barang, kondisi fisik obat, waktu kadaluarsa obat, dosis obat dan harga obat sesuai dengan yang dipesan.
4. Penyimpanan
Narkotika yang berada di Apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh MenKes dalam UU No.35 Tahun 2009 pasal 14 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam keputusan MenKes RI No.28/MenKes/per/1978 pasal 5 yaitu apotek harus memiliki tempat khusus Untuk menyimpan narkotika. Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b.
Hams mempunyai kunci ganda yang kuat
c.
Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang berbeda. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamgaramnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua diguanakan un tuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.
d.
Apabila tempat tersebut berukuran 20x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai.
e.
Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain
16
narkotika, f.
Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggug jawab atau pegawai lain yang diberi kuasa.
g.
Lemari khusus diletakkan ditempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh umum. Penyimpanan untuk obat-obatan golongan pskotropika sampai ini belum
diatur dengan suatu perundang-undangan. Namun karena obat-obatan psikotropika ini cenderung untuk disalah gunakan, maka disarankan agar menyimpan obatobatan psikotropika tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus yang terpisah dengan obat-obatan lain, tidak harus dikunci dan membuat kartu stok psikotropika (Bo-gadenta,2012). 5. Pelaporan
Pelaporan obat narkotika 1 bulan sekali dan psikotropika 3 bulan sekali.Laporan
tersebut
dikirimkan
kepada
kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada : a)
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
b) Kepala Badan POM setempat. c)
Arsip
Laporan harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek dengan mencan-tumkan SIK (Surat Izin Kerja), SIA (Surat Izin Apotek), nama jelas dan stempel apotek (DepKes RI, 1997).
2.4.3 Pengelolaan Barang Kadaluarsa dan Barang Rusak
Kadaluarsa adalah obat yang telah melampui batas tanggal yang telah ditentukan oleh suatu produsen dimana obat tersebut dapat dugunakan sebagai obat untuk menyembuhkan dengan kadar 100%. Berdasarkan pasal 12 PerMenKes No.922/MenKes/Per/X/1993, obat rusak atau kadaluarsa yang tidak dapat digunakan lagi harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam dengan cara lain yang telah ditetapkan. Obat rusak atau kadaluarsa dapat dimusnahkan dengan cara dibuat berita acara. Berita acara dibuat 4 rangkap dan dikirim kepada :
17
1) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. 2) Kepala BPOM 3) Kepala Dinkes kabupaten/kota 4) Arsip apotek
Menurut UU RI No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal: 1.
Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan tidak dapat digunakan dalam proses produksi.
2.
Kadaluarsa
3.
Tidak memenuhi persyaratan digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk pengembangan ilmu kesehatan
4.
Berkaitan dengan tindak pidanan
2.4.4 Pelayanan Resep dan Pelayanan Informasi Obat
Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah KepMenKes RI Nomor 1027/MENKES/SK/2004 meliputi:
1. Pelayanan Resep
A.
Skrining resep 1)
Persyaratan administrasi, seperti nama, SIK dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas, informasi lainnya.
2) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkom patibilitas, cara dan lama pemberian. 3) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan Iain-lain. B. Penyiapan obat 1.
Peracikan yang merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencanpur, mengemas, dan memberikan etiket pada wadah.
2.
Etiket harus jelas dan dapat dibaca
18
3.
Kemasan obat yang diberikan harus rapatdan cocok sehingga terjaga kualitasnya.
4. Penyerahan obat kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara jumlah obat dengan resep dan penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat kepada pasien. 5. Apoteker memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat,
etis,
dan
bijaksana.
Informasi
obat
pada
pasien
sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara peyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas yang harus dilakukan dan dihindari serta ma-kanan dan minuman yang harus dihindari saat terapi. 6. Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukan kepada pasien penyakit kronis (hipertensi, diabetes mellitus, TBC, asma, DLL). Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat (Depkes RI, 2006). Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika 1) Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau sama sekali belum dilayani. 2) Untuk narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang memiliki resep aslinya. 3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan iter pada resep yang mengandung narkotika (Depkes RI, 2006).
2.
Pelayanan Informasi Obat
Kemenkes RI No. 1197 tahun 2004 mendefinisikan pelayanan obat (PIO), se bagai kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, dan terkini baik kepada dokter, apoteker, perawat atau profesi kesehatan lainnya dan pasien. Informasi yang diberikan kepada pasien berupa
19
waktu penggunaan, lama penggunaan, cara penggunaan obat yang benar, efek samping, cara penyimpanan obat, dan hal lain yang dianggap perlu. Kegiatan yang dilakukan dalam PIO berupa : 1) Pemeberian informasi kepada pasien secara aktif maupun pasif melalui surat, telepon, atau tatap muka. 2) Pembuatan leaflet, brosur, maupun poster terkait informasi kesehatan. 3) Penyuluhan.
20
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Perencanaan
Perencanaan di Apotek rahmat dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek yang bekerja sama dengan Tenaga Teknik Kefarmasian, jika ada obat dan perbekalan kesehatan dengan jumlah yang sedikit atau hampir habis , maka dicatat dalam buku defecta dengan berdasarkan hal-hal berikut: 1. Dengan melihat obat-obat apa saja yang stoknya menipis, biasanya setiap hari ada pegawai khusus (Pegawai Non-TTK) yang betugas mengecek persediaan obat. 2. Dengan melihat obat periode sebelumnya, untuk obat yang sering dibeli, pemesanannya
diperbanyak
dan
untuk
obat
yang
jarang
dibeli
pemesanannya dikurangi. 3. Epidemi, dengan melihat wabah penyakit yang melihat ditengah-tengah masyarakat sekitar. Perencanaan obat psikotropika dan narkotika di Apotek Rahmat dilakukan setiap hari dengan melihat stok obatnya, sisa obat yang hampir habis akan segera dipesan sesuai dengan kebutuhan Apotek Rahmat.
3..2 Pengadaan dan Penerimaan
Pengadaan dilakukan setiap hari dengan melakukan pengecekan terhadap obat-obat dan perbekalan kesehatan yang hampir habis dan langsung dibuat Surat Pesanan yang sudah ditandatangani oleh Apoteker dan serahkan langsung kepada sales PBF atau bisa langsung menelpon PBF dan Surat Pesanannya bisa diberikan saat barang datang. Untuk Obat-obatan Tertentu dan obat golongan Prekursor mempunyai SP tersendiri, baik SP OOT maupun prekursor sudah menyediakan jenis obat tersendiri di SP nya sesuai dengan PBF nya. Pemesanan OOT dan Prekursor tidak bisa dilakukan via telepon.SP harus diserahkan kepada salesman. Pada SP Psikotropika, satu SP boleh untuk beberapa macam obat tetapi harus
21
dari distributor yang sama. Surat Pesanan psikotropika terdiri dari 3 lembar yaitu masing-masing berwarna putih, merah dan biru. Sedangkan untuk SP narkotika hanya boleh satu macam obat dalam satu SP. Surat Pesanan obat jenis narkotika ditujukan kepada PBF kimia farma, karena hanya PBF tersebut yang berwenang dalam pendistribusian obat-obat Narkotika. SP Narkotika terdiri dari 4 lembar yaitu satu lembar berwarna putih, satu lembar berwama merah, dua lembar berwama biru.SP tersebut harus diserahkan langsung kepada sales pada saat pemesanan, tidak bisa diserahkan saat barang datang. Dalam penerimaan barang, pada saat sales/pengantar barang datang mengantarkan pesanan obat, maka Apoteker atau TTK akan mengecek kesesuaian obat dengan faktur obat meliputi: 1) Jumlah obat 2) Nomor batch 3) Sediaan obat 4) Nama barang 5) Kondisi fisik 6) Waktu kadaluarsa obatnya Apabila sudah selesai melakukan pengecekan maka TTK/Apoteker akan menandatatigani faktur, beserta menuliskan nomor Surat Lzin Apoteker/TTK yang menerima barang dan memberikan stempel apotek.
3.3 Penyimpanan
Penyimpanaan obat di Apotek Rahmat berdasarkan bentuk sediaan obat, golongan obat, tingkat penjualan obat yang sangat laku terjual (fast moving) dan alfabetis. Untuk alkes disimpan dalam rak khusus dibagian depan agar mudah terlihat. Pengaturan obat pada rak etalase didasarkan atas system First In First Out(FlFO), dimana barang yang pertama masuk maka barang tersebut terjual terlebih dahulu dalam sistemFirst Expired First Out (FEFO), dimana barang yang pertama Expired date akan dijual terlebih dahulu. Untuk obat golongan Prekursor disimpan di rak tersendin dan disertai kartu stok masing-masing agar pengeluaran obat terjaga. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika tersimpan sendiri dilemari
22
kayu dengan 2 pintu dan terkunci yang terletak diruangan bagian dalam apotekdisertai dengan kartu stok masing-masing agar keamanannya lebih bisa terjaga dengan baik sehingga penyimpanannya dipisah dengan obat-obat lain. Penyimpanan resep di Apotek Rahmat selama 3 tahun untuk keperluan pasien yang memerlukan obat mereka lagi maka dapat dilihat kembali datanya, apabila lebih dari 3 tahun maka akan dilakukan pemusnahan dengan cara pembakaran terlebih dahulu dibuat berita acaranya yang ditujukan kepada : 1) Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin 2) Kepala Dinas Lesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin 3) Kepala Badan Besar POM Banjarmasin 4) Sebagai arsip apotek. Pemusnahan setidaknya disaksikan sekurang-kurangnya 3 orang yang terdiri dari 2 orang pihak apotek dan 1 orang dari DinKes .
3.4 Pelayanan Obat
Pelayanan obat di Apotek Rahmat ada 2 cara, yaitu: 1. Pelayanan obat berdasarkan resep dokter Fasien datang membawa resep kemudian apoteker /TTK mengerjakan resep tersebut sesuai dengan peraturan. 2. Pelayanan obat tanpa resep dokter Pasien
datang
dan
meminta
obat
yang
diperlukannya,
kemudian
apoteker/TTK akan memberikan obat yang diperlukan pasien (obat-obat bebas, bebas terbatas dan OWA).
3.5Pelayanan Informasi Obat
Di Apotek Rahmat pasien yang telah menerima obat akan diberikan informasi obat tentang khasiat, fungsi, aturan dan cara pemakaian, kegunaan dan efek samping obat. Pelayanan Informasi Obat dilakukan oleh TTK di Apotek Rahmat dibawah pengawasan apoteker.Pelayanan informasi obat dilakukan agar pasien dapat mengetahui dan menjalani pengobatan dengan benar dan patuh sehingga obat dapat bekerja dengan baik dan memberikan efek yang diharapkan dan menghidari kesalahan dalam konsumsi obatnya.
23
3.6 Pelaporan
Pelaporan penggunaan obat golongan Narkotika dan Psikotropika di Apotek Rahmat dilakukan oleh Apoteker yang dibantu oleh TTK.Pelaporan obat golongan Narkotika dan Psikotropika sesuai dengan perundangan yaitu, pelaporan obat golongan narkotika dilakukan setiap 1 bulan sekali dan psikotropika dilakukan setiap 3 bulan. Laporan terdiri dari 3 rangkap yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kota Ban-jarmasin dengan tembusan kepada : 1.
Dinas Kesehatan Provinsi Banjarmasin Kalimantan Selatan
2.
Balai POM Banjarmasin
3.
Arsip bagi Apotek Rahmat
24
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannyapekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. 2. Tugas dan fungsi apotek adalah tempat pengabdian profesi seorang Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat atau sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. 3. Pengelolaan obat di Apotek Rahmat Banjarmasin meliputi : perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pelayanan, dan pelaporan. 4. Perencanaan di Apotek Rahmat dilakukan setiap hari dengan melihat stok obat yang habis kemudian ditulis dibuku defecta. 5. Pengadaan di Apotek Rahmat dilakukan setiap hari dengan melakukan pengecekan terhadap obat-obat dan perbekalan kesehatan yang hampir habis dan akan langsung di buat surat pesanan yang sudah di tandatangani oleh Apoteker dan di serahkan langsung kepada sales PBF atau bisa langsung menelpon PBF. 6. Penerimaan barang di Apotek Rahmat dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian dengan memeriksa kesesuaian antara barang yang datang dengan faktur. 7. Penyimpanan obat-obat di Apotek Rahmat berdasarkan bentuk sediaan, golongan obat, tingkat penjualan, alfabetis dan berdasarkan system FIFO dan FEFO. 8. Pelayanan obat-obat di Apotek Rahmat ada 2 yaitu : pelayanan obat berdasar-kan resep dokter dan pelayanan obat tanpa resep dokter. 9. pelaporan obat narkotika setiap 1 bulan sekali dan obat psikotropika dilakukan 3 bulan sekali.
25
4.2 Saran
Saran saya setelah Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) di Apotek Rahmat adalah : 1.
Perlu ditingkatkan lagi tentang pengawasan tanggal kadaluwarsa obat
2.
Perlu diperbesar lagi ruangan dan meja peracikan obat agar pelaksanaan pengerjaan resep jadi cepat
3.
Perlu diperbesar lagi rak-rak obat agar obat tersusun sesuai abjad dan tidak berantakan
4.
Perlu ditambah/diperlengkap lagi jenis-jenis obatnya agar apotek rahmat memiliki obat yang lengkap dan hal itu bertujuan agar terpenuhinya pelayanan didalam masyarakat
5.
Menambah fasilitas yang menunjang pekerjaan seorang tenaga kerja kefarmasian
6.
Perlu ditingkatkan lagi pengecekan stok obatnya agar obat-obat tidak sempat habis jika ada pasien yang ingin membeli.
26
DAFTAR PUSTAKA
BUKU PANDUAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI ( PRAKERIN )
http://www.mipa-farmasi.com/2016/05/pengertian-salep.html http://nabiungkangkung.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-sirup.html https://storiku.wordpress.com/2010/04/19/inhaler/
27
Lampiran 1 : Skema Alur Pemesanan Obat
Obat yang akan dipesan dicatat dalam buku defekta
SP Narkotka yaitu : 3 Lembar untuk PBF 1 Lembar untuk apotek sebagai arsip
Dibuat surat pemesanan + tanda tangan apoteker
SP Psikotropika yaitu : 2 Lembar untuk PBF 1 Lembar untuk Apoteker sebagai arsip
SP diserahkan melalui Sales PBF
28
Lampiran 2 :Alur Pelayanan
Alur pelayanan resep di Apotek Rahmat adalah sebagai berikut :
Resep
Skrining Resep
Skrining
Cek Obat
Siapkan Obat dan Copy Resep
Harga Obat
Pasien
Penyerahan Obat dan Informasi Obat
Alur pelayanan tanpa resep di Apotek Rahmat adalah sebagai berikut :
Pasien
TTK ( Mengambil Obat dan Menyamaikan harga Obat )
Kasir
Pasien ( Membeli dan Membayar Obat )
TTK ( Pelayanan Informasi Obat )
29
Lampiran 3 : Etiket Apotek Rahmat
30
Lampiran 4 : Copy Resep Apotek Rahmat
31
Lampiran 5 : Kwitansi Apotek Rahmat
32
Lampiran 6 : Kartu Stok Apotek Rahmat
33
Lampiran 7 : Surat Pesanan Obat Bebas
34
Lampiran 8 : Surat Pemesanan Narkotika Rangkap Pertama
35
Lampiran 9 : Rangkap Kedua
36
Lampiran 10 : Rangkap Ketiga
37
Lampiran 11 : Rangkap Keempat
38
Lampiran 12 : Surat Pemesanan Psikotropika Rangkap Pertama
39
Lampiran 13 : Rangkap Kedua
40
Lampiran 14 : Rangkap Ketiga
41
Lampiran 15 : Surat Pemesanan Obat Mengandung Prekursor
42
Lampiran 16 :Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu
43
Lampiran 17 : Apotek Rahmat
44
Lampiran 18 :
Lampiran 19 :
45
Lampiran 20 :
Lampiran 21 :
46
Lampiran 22 :
Lampiran 23 :
47
Lampiran 24 :
Lampiran 25 :
48
Lampiran 26 :
Lampiran 27 :
49
Lampiran 28 :
Lampiran 29 :
50
View more...
Comments