Laporan Pkl Lengkapku

March 5, 2019 | Author: Idhan Khalik | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

laporan pkl...

Description

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak bumi adalah sumber energi yang paling banyak digunakan dalam  pengolahan bahan bakar minyak. Minyak Min yak mentah yang berasal b erasal dari kilang di seluruh Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi terutama kebutuhan suatu kendaraan. Secara teoritis, minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang dihasilkan dari proses penguraian material-material organic, baik tumbuhan maupun hewan yang tertimbun dalam tanah dalam kurun waktu jutaan tahun dan terkonversi menjadi senyawa hidrokarbon. Minyak bumi atau yang dikenal sebagai crude oil dapat diproses dengan berbagai metode menjadi berbagai macam produk, berupa bensin yang dihasilkan terdiri dari tiga jenis, yaitu Premium, Pertamax, dan Pertalite, avtur, dan minyak solar. Kualitas produk tersebut akan secara langsung mempengaruhi kemampuan operasi dan efisiensi mesin. Hal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari bahan bah an  baku (minyak mentah) men tah) sampai proses distribusinya. Oleh karena k arena itu perlu dilakukan  pengujian atau analisis mutu bahan bakar. Adapun metode yang digunakan di laboratorium PT. Pertamina (Persero) RU VII Makassar, yaitu metode standar ASTM (American Society for Testing and Materials) yang ditentukan oleh beberapa parameter antara lain warna, distilasi, densitas, titik nyala, titik didih, kadar air, titik beku, dan Msep. Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

Produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, dalam  penggunaanya akan mengakibatkan kerusakan pada mesin. Apabila ditemukan produk yang tidak memenuhi standar, produk tersebut harus segera ditarik dari peredaran untuk diolah atau diproses kembali.

1.2 Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

1.2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Kerja praktek dilaksanakan di PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassae, selama satu bulan dari tanggal 26 Juli 2016 hingga 26 Agustus 2016. 1.2.2 Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan Pelaksanaan program kerja praktek bagi mahasiswa dalam lingkup program studi D3 Teknik Kimia, antara lain: 1. Mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai salah satu  program wajib di Jurusan Teknik Kimia yang merupakan prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Ahli Madia. 2. Mahasiswa dapat memahami, mendeskripsikan, dan menjelaskan diagram alir  proses dan sistem pemroses yang ada dalam pabrik tempat pelaksanaan kerja  praktek. 3. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran nyata mengenai susunan organisasi  perusahaan, jenjang karir di industri, dan penerapannya dalam rangka mengoperasikan atau membangun suatu sarana produksi, termasuk pengenalan terhadap praktek-praktek pengelolaan dan peraturan-peraturan kerja.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

4. Mahasiswa mendapatkan gambaran nyata mengenai wujud dan pengoperasian sistem pemroses atau fasilitas yang berfungsi sebagai sarana produksi. Sedangkan manfaat dari pelaksanaan kerja praktek ini bisa dirasakan oleh pihak yang terkait, antara lain: A. Bagi Mahasiswa 1. Menambah pengetahuan dan pengalaman kerja yang sebenarnya secara  praktis. 2. Sebagai latihan bagi mahasiswa sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya. 3. Melatih pemahaman tentang aplikasi pengetahuan teknik kimia yang diterapkan di industri. B. Bagi Perguruan Tinggi 1. Mengetahui sejauh mana ilmu yang diserap oleh mahasiswa selama kuliah. 2. Memperoleh gambaran nyata tentang perusahaan sebagai bahan informasi untuk mengembangkan kurikulum yang ada. C. Bagi Perusahaan 1. Merupakan wujud nyata tentang perusahaan dalam mengembangkan bidang  pendidikan. 2. Memperoleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang potensial untuk perusahaan.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

1.2.3

Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan

Ruang lingkup kerja praktek di PT.Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar , meliputi kegiatan orientasi umum, studi literatur, diskusi dengan pembimbing, dan evaluasi di satuan kerja Quality Control . 1.2.4

Tugas Praktek Kerja Lapangan

Tugas praktek kerja lapangan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: 1. Tugas umum Bagian ini membahas mengenai seluruh proses yang terjadi di PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar dalam proses pengolahan minyak bumi menjadi BBM dan BBK. 2. Tugas Khusus Bagian ini berisi laporan tugas khusus yang diberikan pembimbing di satuan kerja Quality Control PT PT. Pertamina (Persero) UPMs VII V II Makassar meliputi  sample

preparation, preparation,

analizing

(Instrument

Laboratory

and

Chemical

 Laboratory).

1.3 Sistematika Laporan

Laporan praktek kerja lapangan ini disusun sesuai dengan sistematika penulisan yang diuraikan sebagai berikut: 

BAB I PENDAHULUAN

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

Bab pendahuluan berisi latar belakang pelaksanaan praktek kerja lapangan, waktu dan tempat pelaksanaan praktek kerja lapangan, tujuan dan manfaat  praktek kerja lapangan, ruang lingkup pelaksanaan praktek kerja lapangan, tugas saat pelaksanaan praktek kerja lapangan dan sistematika laporan. 

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN Bab tinjauan umum membahas sejarah singkat PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar, lokasi dan tata letak pabrik, profil perusahaan, struktur organisasi dan manajemen perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta perjelasan umum tetang nikel.



BAB III DESKRIPSI PROSES Bab ini berisi mengenai proses pengolahan minyak bumi. Pembahasan  berfokus pada satuan kerja Quality Control yang dilakukan di Laboratorium Terminal BBM dan LPG Makassar.



BAB IV PEMBAHASAN Sesuai dengan judul laporan Analisis Mutu BBM & BBK di PT. Pertamina “

(Persero) UPMs VII Makassar . Bab ini berisi perjelasan mengenai hasil ”

analisis parameter kualitas BBM pada satuan kerja Quality Control yang dilakukan di Laboratorium Terminal BBM dan LPG Makassar. 

BAB V PENUTUP Bab terakhir berisi kesimpulan dari laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Pertamina

Sejarah awal terbentuknya PT. Pertamina tidak lepas dari sejarah berdirinya  Negara Republik Indonesia.Diawali pada tahun 1945, ketika Jepang menyerahkan instalasi minyak pangkalan Brandan kepada pemerintah Indonesia.Selanjutnya oleh  pemerintah Indonesia terbentuk PTMRI (Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia). Pada tahun 1956, nama PTMRI diganti menjadi TMSU(Tambang Minyak Sumatera Utara) dan kolonel Dr. Ibnu Sutowo diberikan mandat oleh Kasad Jenderal A. H Nasution untuk memimpin di TMSU. Tanggal 10 Desember 1957, TMSU  berubah status menjadi Perseroan Terbatas dan nama TMSU berubah menjadi PT. TMSU dan diganti lagi menjadi PT. Pertamina (Perusahaan Minyak Nasional) sampai sekarang dan setiap tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari jadi PT. Pertamina. Dengan membaiknya kondisi politik dan stabilitas nasional, pemerintah mulai melakukan pembenahan pada pembangunan sosial ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut dikeluarkan dua UU yang mana keduanya merupakan pelaksanaan makna dari UUD 1945 pada pasal 33 ayat 2 dan 3, yaitu UU nomor 19/1960 mengenai Pendirian Perusahaan Negara dan UU nomor 44/1990 mengenai Pertambangan Minyak dan Gas Minyak sebagai tindak lanjut dari kedua UU tersebut. Tahun 1961 dikeluarkan Peratuan Pemerintah (PP) yaitu PP nomor 03/1961 megenai Perusahaan Negara (PN) dengan alasan efisiensi. Pada tahun 1968 dikeluarkan PP NOMOR 27/1968 mengenai Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

 penggabungan perusahaan Negara Pertmamina menjadi Pertamina (Perusahaan Minyak dan Gas Bumi Negara).Menurut PP nomor 27/1968 diperkuat dengan undangundang. 2.1.1

Visi dan Misi PT. Pertamina

Adapun visi dan misi yang dirancang dan diterapkan PT. Pertamina adalah sebagai  berikut : 2.1.1.1 Visi Pertamina Visi PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar adalah “Menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia”. 2.1.1.2 Misi Pertamina Misi PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar adalah “ Menjalankan usaha inti minyak, gas, dan bahan bakar nabati secara te ritegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat”. 2.1.2

Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar

Laboratorium iniberoperasi mulai Juni 1984 dengan kegiatan awal dipersiapkan untuk melakasanakan pemeriksaan mutu BBM di Indonesia bagian timur (wilayah Pertamina UPMs VII dan VIII) terutama untuk contoh-contoh Avitation Fu el. Laboratorium ini berlokasi di jalan Hatta No.1 Makassar di areal Terminal BBM & LPG Makassar. Laboratorium pertamina difungsikan untuk pemeriksaaan contoh BBM dari tangki timbun untuk penjualan dan tangker discharge serta tangker loading .

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

Luas laboratorim ini yakni (20 x 8)m terdiri dari 1 lantai.Peranan Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar dari tahun ketahun menjadi sangat penting khususnya di daerah bagian timur Indonesia. 2.1.3

Tugas dan Tanggungjawab Laboratorium Terminal BBM & LPG

Makassar

Laboratorium adalah tempat melaksanakan penelitian, pemeriksaan serta  pengujian sampel baik kimia ataupun fisika untuk mengetahui sifat atau karakteristik suatu sampel. Tugas dan tanggung jawab Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar adalah melakukan pemeriksaan secara kimia maupun fisika terhadap sampel BBM dan nonBBM yang dikirim oleh instalasi, depot DPPU dan penjualan di seluruh wilayah Indonesia bagian timur (UPMs VI, UPMs VII DAN UPMs VIII). Kemudian hasil  pemeriksaan disampaikan kepada bagian yan berwenang dalam bentuktest report . Jadi kesimpulannya, laboratorium hanya melaksanakan pemeriksaan sesuai sesuai dengan  prosedur (ASTM, IP, API dll) yang telah ditetapkan. 2.1.4

Sampel Pemeriksaan Uji Laboratorium

Sampel adalah sejumlah contoh yang mewakili jumlah yang lebih besar yang dikirim ke laboratorium untuk diadakan pemeriksan uji laboratorium.Mengingat  pentingnya contoh yang dikirimkan ke laboratorium untuk menentukan hasil uji laboratorium yang representative, maka pengambilan sampel harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan di dalam buku panduan  pengendalian mutu BBM Pertamina dan ASTMD-4057. Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

Adapun macam-macampengambilan contoh/sampel yang lazim dilakukan:

2.1.4.1 Berdasarkan Titik Pengambilan Contoh 1) Top sample (contoh teratas) Contoh yang diambil pada lapisan atas suatu jenis bahan dan tidak melebihi 15 cm dari permukaan bahan tersebut. 2) Upper sample (contoh atas) Contoh bahan yang diambil dari 1/6 dari permukaan bahan. 3)  Middle sample (contoh tengah) Contoh bahan yang diambil dari pertengahan tinggi bahan. 4)  Lower sample (contoh bawah) Contoh bahan yang diambil dari ketinggian 5/6 dari permukaan bahan. 5)  Bottom sample (contoh dasar) Contoh bahan yang diambil dari dasar suatu penimbunan. 6)  Drain sample (contoh saluran penurasan) Contoh bahan yang diambil dari seluruh penurasan suatu penimbunan maupun  penyaluran. 7)  Hoppler sample (contoh saluran pengeluaran) Contoh yang diambil dari seluruh pengeluaran pad a saluran pipa tetap (fixed pipe) maupun pipa ayun (swing pipe).

2.1.4.2 Berdasarkan Penggabungan atau Pencampuran 1)  Average sample (campuran rata-rata) Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

Campuran bahan yang diambil dari contoh bawah, contoh tengah, dan contoh atas dari sarana penimbunan bahan tersebut dengan perbandingan yang sama. Contoh rata-rata diambil melalui suatu lubang bagi yang atas dari sarana  penimbunan dengan menggunakan sampling dan kemudian contoh dipindahkan ke  beaker gelas atau botol sample. 2)  All level sample (contoh semua lapisan) Contoh

yang

 penimbunan.Contoh

diambil diambil

dari

semua

pada

lubang

lapisan disuatu

pada

suatu

sarana

penimbunan.Dengan

menggunakan botol pengambilan sampel (sampling bottle) dengan volume 2/3. 3) Composite Sample (contoh penggabungan) Contoh yang diambil dari beberapa komponen atau container.Contoh gabungan dapat berupa composite upper sample, composite middle sample, dan composite lower sample.

2.1.4.3 Berdasarkan Kepentingan 1. Contoh pemeriksaan visual Contoh diambil untuk pemeriksaan appearance, kejernihan kadar air, dan kotoran serta specivic gravity (S.g)/densitas. 2. Contoh uji lengkap (completed test sample) Contoh diambil untuk pemeriksaan laboratorium dengan tujuan uji lengkap dari bahan tersebut.Contoh diambil dan disimpan dalam kaleng khusus (botol

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

 bewarna gelap).Kaleng atau botol tersebut (dalam kondisi baik, bersih, dan tertutup rapat).

2.1.4.4 Berdasarkan Alasan Pengambilan 1)  Initial batch sample(IBS) Contoh pertama pada tiap-tiap batch dari suatu bahan dalam tangki timbun.Umumnya ditujukan untuk uji lengkap. 2)  Routine corosien test sample (RCTS) Contoh rutin uji korosi yaitu bahan yang di ambil dari bagian bawah (lower  sample). Untuk avtur pengujian copper strip dan silver strip corosine. Untuk avgas  pengujian copper strip corosine. 3)  Periodic complete test sample (PCTS) Contoh yang diambil secara berkala dari dalam stock yang statis untuk  pengujianlengkap di laboratorium. 4) Umpumpable Stock Sample (USS) Contoh bahan dari dalam tangki yang tidak dapat dipompakan lagi, diambil dari contoh tengah untuk uji lengkap. Hal ini dilakukan pada saat akan memanfaatkan umpumpable stock  avtur/ avgas. 5)  Retained sample Contoh dari semua lapisan (all level sample) yang diambil dari tanker umumnya selalu membawa master sampel sebagai referensi terhadap bahan yang dimuat.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

6)  After tank cleaning  Contoh yang diambil pada pengisian pertama setelah dilakukan  pembersihan tangki. Umumnya ditujukan untuk uji lengkap di laboratorium. 7) Contoh Permintaan Khusus Contoh bahan yang diambil berdasarkan permintaan tertentu karena adanya keperluan khusus. Hal yang perlu diperhatikan pada setiap pengiriman sampel ke laboratorium: 1)

Kemasan sampel harus baik dan bersih

2)

Cara pengambilan contoh sampel harus dilakukan sesuai prosedur.

3)

Label harus meliputi: a. Jenis produk  b.  Nomor kode atau contoh c. Asal sampel ex drum/ tangki/ tangker d. Tangker supply dan ATA tangker e.  Nota pengiriman contoh

Tata cara pengiriman contoh ke laboratorium: Untuk BBM penerbangan telah ada prosedur yang berlaku, ditangani oleh  bagian aviasi UPMs VII baik pengiriman contoh maupun penerimaan laporan hasil  pemeriksaan dari laboratorium.Namun dalam hal ini, yang berwenang untuk merilis adalah aviasi UPMs VII.Untuk sampel BBM non penerbangan dan  pelumas dari pabrik atau industri besar dan konsumen lainnya harus melalui bagian  penjualan UPMs VII SE (Sales Engineer). Kemudian SE akan mengirim contoh Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

tersebut ke laboratorium dengan menyertakan memo atau surat pengantar  berisikan tes yang diminta. 2.1.5

Kontaminasi Produk

Kontaminasi adalah suatu peristiwa terjadinya pencampuran dari suatu produk dengan produk lainnya yang tidak diinginkan yang mana akan mempengaruhi sifat kimia dan fisika produk yang terkontaminasi, sehingga produk tersebut mengalami  penurunan mutu/ rusak (off specification). Kontaminasi BBM dapat terjadi karena: 1)

Tercampurnya suatu produk dengan produk lainnya (product to product).

2)

Tercampurnya suatu produk BBM dengan kotoran-ko toran yang terdiri dari benda benda diluar BBM, seperti karat, debu, pasir, dan lain-lain yang dibawa oleh  produk tersebut pada saat perpindahan tempat.

3)

Tercampurnya suatu produk dengan air. Hal ini dapat terjadi karena kondensasi  pada penyimpanan di tangki, flushing produk dengan air atau penyegelan yang kurang baik.

Tercampurnya suatu produk dengan mikroorganisme. 2.1.6

Jenis Pemeriksaan Laboratorium

Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan di Laboratorium Terminal BBM & LPG Makassar, sebagai berikut: 1)

Appereance

Visual

2)

Ash Content

ASTM D 482

3)

Aniline point

ASTM D 611

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

4)

API Gravity

ASTM D 1298

5)

Acidity

ASTM D 3243

6)

Aniline Gravity Product (AGP)

ASTM D 611

7)

Condrason carbone Residue

ASTM D 189

8)

Colour ASTM

ASTM D 1500

9)

Colour Lovibond

IP 17

10) Colour saybolt

ASTM D 156

11) Copper strip corosine

ASTM 130

12) Silver Strip Corosine

IP 227

13) Cetane Index

ASTM D 976

14) Char value

IP 10

15) Conductivity unit

ASTM D 2624

16) Density at 15oC

ASTM D 1298

17) Destillition

ASTM D 86

18) Doctor Test

ASTM D 484

19) Estimate net heat combustions/heat combustions

ASTM D 270

20) Exsistent Gum

ASTM D 381

21) Flash Point Able

IP 170

22) Flash Point COC (clevenland open cup)

ASTM D 92

23) Flash Point PMcc (Pensky Martens close cup)

ASTM D 93

24) Fuel Diluent

IP 16

25) Freezing Point

ASTM D 2386

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

26) Gas Diluent

ASTM D 322

27) Insolubles

ASTM D 893

28) Metal Content (Calcium, Zink, Magnesium)

AAS

29) Odour 30)  pH 31) Phospor Content

ASTM D 91

32) Pour Point

ASTM D 97

33) Reid Vapor Pressure

ASTM D 323

2.1.7

Standard Test Method

Setiap pemeriksaan laboratorium harus berdasarkan pada standard test method yang berlaku. Untuk pemeriksaan petroleum eter (BBM atau non BBM) pada umumnya menggunakan : 1)

ASTM Method (American Society for testin Material)

2)

IP Method (Institute of Petroleum)

3)

Shell Method Series (SMS)

4)

Mobile Oil Method Pada setiap pemeriksaan laboratorium selalu dicantumkan standard metod yang

digunakan karena setiap standard method memiliki kepekaan atau ketelitian yang  berbeda.Untuk menjamin ketelitian dari hasil pemeriksaan laboratorium maka tiap-tiap alat ukur laboratorium harus selalu dikalibrasi secara rutin, disamping itu perlu mengikuti program kolerasi tes antar laboratorium sehingga dapat diketahui apakah

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

ketelitian hasil analisis peralatan atau bahan pereaksi kimia yang dipakai masih memenuhi syarat (Repeatibility dan dan Reproducibility). Untuk laboratorium terminal BBM dan elpigi Makassar UPMs VII, program korelasi yang telah diikuti adalah : 1)

ASCOPE (Asean Coorperation Petroleum)

2)

LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi)

3)

South East Asia-Mobil Oil

4)

LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

2.1.8

Test Report (Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium)

Setiap pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium harus dibuat tes reportnya. Test report tersebut dikirim kepada yang berwenang. Untuk hal-hal yang bersifat mendesak informasi hasil pemeriksaan laboratorium disampaikan melalui telepon terlebih dahulu sebelum dibuat test reportnya. Didalam test report tersebut, umumnya terdapat informasi-informasi berikut : 1)  Nomor Test Report 2)

Tanggal Test Report

3)

Jenis Product

4)  Nomor Contoh/Kode Contoh 5)

Keterangan yang berupa informasi identitas contoh yang di ambil

6)

Jenis pemeriksaan yang dilakukan

7)

Metode pemeriksaan

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

8)

Hasil pemeriksaan

9)

Spesifikasi jenis pemeriksaan (Khusus BBM)

10) Tanda Tangan Kepala Laboratorium Test Report merupakan dokumen penting yang harus disimpan dengan baik, dimana hal-hal tertentu harus dijamin kerahasiaannya. 2.1.9

Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar dikenal sebagai perusahaan kelas dunia yang senantiasa berusaha meningkatkan kinerja perusahaan ke arah yang lebih  baik. Untuk mencapai harapan tersebut, PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar mempunyai komitmen untuk selalu mematuhi setiap peraturan hukum pemerintah, menjaga standar etika, menjaga lingkungan yang sehat bagi karyawan dan keluarganya, menjaga lingkungan hidup dan menopang masyarakat sekitar serta menerapkan  perbaikan kualitas hidup. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu kebijakan yang dibuat oleh PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar untuk menunjang terpenuhinya nilai-nilai dan tujuan perusahaan. PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar sejak lama telah menerapkan program keselamatan kerja dalam strategi  bisnisnya, namun dengan adanya isu baru mengenai dampak lingkungan maka PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar pun turut berperan aktif dalam menerapkan kebijakan yang menyangkut lingkungan hidup dan lingkungan kerja.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

2.2 Tinjauan Umum Tentang Minyak Bumi 2.2.1

Proses Terjadinya Minyak Bumi

Minyak bumi adalah hasil dari peruraian (dekomposisi) materi tumbuhan dan hewan di suatu daerah yang subsidence (turun) secara perlahan. Daerah tersebut  biasanya berupa laut,batas lagoon (danau) sepanjang pantai ataupun danau dan rawa di daratan. Sedimen diendapkan bersama-sama dengan materi tersebut dan kecepatan  pengendapan sedimen harus cukup cepat sehingga paling tidak bagian materi organik tersebut dapat tersimpan dan tertimbun dengan baik sebelum terjadi pembusukan. P ada kondisi sirkulasi dan reduksi tertentu akumulasi hidrokarbon banyak ditemukan pada  bagian air laut dalam. Waktu berjalan terus secara geologis dan daerah pengendapan semakin terbenam ke dalam permukaan bumi yang lebih dalam, karena bertambahnya berat oleh sedimen sedimen dan material yang menimbun di atasnya, atau karena gaya gaya tektonik yang menimbulkan efek subsidence.  Material organik terbenam semakin dalam sehingga mengalami tekanan dan suhu yang semakin tinggi. Proses tersebut akan menimbulkan  perubahan perubahan kimiawi dari material organik tersebut. Perubahan material ini merupakan cikal bakal terbentuknya campuran bahan hidrokarbon yang komposisinya sangat kompleks, baik hidrokarbon yang berupa cairan maupun yang berbentuk gas. Kenaikan suhu terhadap kedalaman rata rata di dunia ini sekitar 20 - 55 derajat celsius per kilometer. Di Sumatera sendiri dapat mencapai kurang lebih sekitar 100 °C/km. Sedangkan habitat minyak baru akan terbentuk pada suhu sekitar 65 -

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

150 °C yang biasanya berada pada kedalaman 1.5 –   3 km. Pada kedalaman 3 –  6 km  batuan reservoar akan lebih didominasi oleh gas daripada minyak. Untuk kedalaman yang lebih dalam lagi suhu akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan menjadi lebih tinggi sehingga gas akan mengalami dekomposisi lebih lanjut. Pada umumnya, minyak bumi biasanya terendapkan dalam batuan sedimen berpori  baik yang memiliki nilai porositas 45% (reservoar yang sangat baik). Karena semakin lama batuan tersebut terendapkan dan tertimbun material di atasnya, maka batuan tersebut akan terkompaksi dan hal ini mengakibatkan nilai porositasnya berkurang. Minyak, gas, dan air akan terkumpul atau tersimpan di ruang pori pori dari batuan  berpori tersebut. Oleh karena tekanan gravitasi, maka fluida tersebut bergerak di dalam  batuan perlahan-lahan. Batuan yang dapat meloloskan fluida disebut sebagai batuan yang permeabel. Permeabilitas batuan dapat memisahkan gas, minyak, dan air secara fisis, yaitu akibat perbedaan densitasnya. Minyak dan gas yang berdensitas lebih ringan daripada air akan bergerak naik sampai ke permukaan sebagai rembesan atau terperangkap di dalam jebakan lalu berhenti terakumulasi sampai perangkap itu penuh. 2.2.2 Komposisi Minyak Bumi

1. Komposisi Hidrokarbon pada Minyak Bumi Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa dalam minyak

bumi

terdiri

atas bermacam-macam

senyawa

hidrokarbon.

AlkanaGolongan alkanana yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah n-

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

alkana dan isoalkana. n-alkana adalah alkana jenuh berantai lurus dan tidak  bercabang, contoh n-oktana.CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 Isoalkana adalah alkana jenuh yang rantai induknya mempunyai atom C tersier dan bercabang,contoh isooktana. CH3 CH3 - C - CH2 –  CH - CH3 CH3

CH3

Alkana disebut juga parafin. Parafin adalah senyawa hidrokarbon tersatuasi yang mengandungrantai lurus atau bercabang yang molekulnya hanya terdiri atas atom karbon (C) dan hidrogen(H).

2. Sikloalkana Sikloalkana adalah senyawa hidrokarbon berantai tunggal dan  berbentuk cincin. Golongan sikloalkana yang terdapat dalam minyak bumi adalah siklopentana seperti metil siklopentana dan sikloheksana seperti etil sikloheksana.

Sikloalkana juga dikenal dengan nama naptena. Naptena adalah senyawa hidrokarbon tersaturasiyang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

karbonnya. Naptena memiliki rumus umum CnH2n dan mempunyai ciri-ciri mirip alkana tetapi mempunyai titik didih yang lebih tinggi. 3. Hidrokarbon Aromatik Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon yang tidak tersaturasi, memiliki satu atau lebih cincin planar karbon-6 atau cincin benzena. Pada struktur ini, atom hidrogen berikatan dengan atomkarbon dengan rumus umum CnHn. Jika hidrokarbon aromatik dibakar, akan menimbulkan asaphitam pekat dan beberapa bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Senyawa hidrokarbon aromatik yang terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa benzena, contoh etil benzena.

2.2.3 Hasil dari Minyak bumi

Hasil dari distilasi minyak bumimenghasilkan beberapa fraksi minyak bumi seperti berikut.

1. Residu Saat pertama kali minyak bumi masuk ke dalam menara distilasi, minyak bumi akan dipanaskandalam suhu diatas 500 oC. Residu tidak menguap dan digunakan sebagai bahan baku aspal, bahan pelapis antibocor, dan bahan  bakar boiler (mesin pembangkit uap panas). Bagian minyak bumiyang

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

menguap akan naik ke atas dan kembali diolah menjadi fraksi minyak bumi lainnya. 2. Oli Oli adalah pelumas kendaraan bermotor untuk mencegak karat dan mengurangi gesekan. Olidihasilkan dari hasil distilasi minyak bumi pada suhu antara 350-500oC. Itu dikarenakan oli tidakdapat menguap di antara suhu tersebut. 3. Solar  Solar adalah bahan bakar mesin diesel. Solar adalah hasil dari  pemanasan minyak bumi antara250-340oC. Solar tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akanterbawa ke atas untuk diolah kembali. 4. Kerosin dan Avtur  Kerosin (minyak tanah) adalah bahan bakar kompor minyak. Avtur adalah bahan bakar pesawatterbang bermesin jet. Kerosin dan avtur dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhuantara 170-250oC. Kerosin dan avtur tidak dapat menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali. 5. Nafta  Nafta adalah bahan baku industri petrokimia. Nafta dihasilkan dari  pemanasan minyak bumi pada suhu antara 70-170oC. Nafta tidak dapat

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

menguap pada suhu tersebut dan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali. 6. Petroleum Eter dan Bensin Petroleum eter adalah bahan pelarut dan untuk laundry. Bensin pada umumnya adalah bahan bakar kendaraan bermotor. Petroleum eter dan bensin dihasilkan dari pemanasan minyak bumi pada suhu antara 35-75oC. Petroleum eter dan bensin tidak dapat menguap pada suhu tersebutdan bagian minyak bumi lainnya akan terbawa ke atas untuk diolah kembali.

7. Gas Hasil olahan minyak bumi yang terakhir adalah gas. Gas merupakan  bahan baku LPG ( Liquid Petroleum Gas) yaitu bahan bakar kompor gas. Supaya gas dapat disimpan dalam tempat yang lebih kecil, gas didinginkan  pada suhu antara -160 sampai -40oC supaya dapat berwujud cair.

2.2.4

Pemeriksaan Mutu BBM

BBM adalah bahan bakar yang dibagi dalam dua kelompok: 2.2.4.1 BBM penerbangan : a.

AVTUR 

 b.

AVGAS

2.2.4.2 BBM non penerbangan a.

Premium

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

 b.

Kerosine

c.

Solar 

d.

MDF

e.

MFO

Setiap BBM ini mempunyai persyaratan atau spesifikasi tersendiri. Persyaratan ini dikeluarkan oleh ditjen MIGAS. Pemeriksaan mutu BBM tersebut disesuaikan dengan spesifikasinya. Setiap BBM yang diterima dari pengolahan atau yang akan dipasarkan selalu diperiksa mutuya. Pemeriksaan yang paling ketat dilaksanakan oleh pengawas mutu terhadap BBM penerbangan, karena menyangkut aspek keselamatan jiwa manusia. Jenis test yang dilakukan terhadap BBM, yaitu :

1. Distilasi Untuk premium, pertalite, pertamax, dan solar di test range destilasinya (batas batas penyulingan) dengan mengamati temperature pada volume 10 ml, 50 ml, 90 ml, dan endpoint. Sedangkan untuk avtur dan kerosine di test range distilasinya (batas batas penyulingan) sama hanya saja disertai dengan mengamati temperatur yang dicapai pada awal penyulingan (initial boiling point).

2. Flash Point Avtur dan Kerosine di tes flash pointnya dengan menggunakan alat flash point Able. Sedangkan untuk Solar menggunakan alat flash point Pensky-Marteens Close Cup. Setiap BBM memiliki batas minimal flash point. Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

3. Freezing Point Test ini dilakukan hanya pada Avtur dan Avgas untuk mengetahui pada temperature berapa timbul atau terjadi proses kristalisasi di dalam BBM. 4. Viscosity Test ini dilakukan pada Solar dan MFO. Untuk Solar dinyatakan d engan cenStoke, sedangkan untuk MFO dinyatakan dalam Redwood I pada suhu 100oF.

5. Water Content Pemeriksaan ini dilakukan pada solar, dimana untuk mengetahui kadar air yang terdapat dalam solar. Agar dalam solar dapat diketahui terbebas dari air atau tidak mengandung air.

6. Water Separation Pemeriksaan ini dilakukan pada avtur.Digunakan untuk mengetahui kemampuan air terhadap pengaruh avtur.

7. Density 15oC Tes ini dilakukan untuk mengatahun berat jenis suatu air dengan menggunakan hydrometer dan temperature. Kemudian dilihat pada referensi suhu 15oC. Suhu 15oC disini merupakan perbandingan antara suhu ruang dan suhu dalam tangki kapal.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

8. Tes Colourimetry Pemeriksaan warna biasanya digunakan pada avtur dan solar. Untuk avtur menggunakan alat tes warna Lavibond.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

BAB III

METODOLOGI KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan mulai tanggal 26 Juli –  26 Agustus 2016 di Laboratorium PT. PERTAMINA (Persero) UPms VII, Makassar.

3.2 Persiapan Sampel

Sampel yang dianalisis adalah jenis bahan bakar Avtur, Premium, Kerosin, Solar, Pertamax, dan Pertalite. 3.3 Prosedur Kerja

3.3.1

Analisis Spesific Gravity Metode

: ASTM 1298

Definisi

: Specific gravity adalah perbandingan bobot sampel terhadap air pada suhu tertentu dengan volume yang sama.

Tujuan

: untuk memeriksa bobot dari minyak yang merupakan cairan.

Lingkup

: Avtur, Premium, Solar, Pertamax, dan Pertalite.

Peralatan

: - Gelas ukur 1000 ml - Hydrometer 15oC - Thermometer 12oC/ 12oF

Prosedur

:

1) Sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur 1000 ml yang bersih.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

2) Hydrometer density 15oC atau hydrometer 60/60 oF dan thermometer ASTM 12oC/ 12oF dimasukkan ke dalam gelas ukur kemudian didiamkan selama  beberapa menit. 3) Dibaca skala pada hydrometer dan thermometer. 4)  Nilai specific gravity dicari pada tabel standar.

3.3.2. Penentuan Flash Point Able Metode

: IP 270

Lingkup

: Avtur

Definisi

: Flash point (titik nyala) adalah suhu terendah dimana uap sampel yang berada di atas permukaan cairannya akan menyala  bila dikenakan api penguji.

Tujuan

: Untuk mengetahui temperatur terendah suatu sampel minyak  bumi dan produk-produknya dimana dapat menimbulkan nyala api pada bagian permukaan bila ada api yang menyambar.

Peralatan

: - Alat Flash Point Able - Oil Cup Thermometer oC/oF - Water Bath Thermometer dan Termometer Sampel oC/oF

Prosedur

:

1)

Alat dibilas dengan sampel yang akan diperiksa.

2)

Thermometer dipasang sesuai sampel bahan bakar yang akan diperiksa.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

3)

Sampel dimasukkan ke dalam mangkok Able sampai tandai batas yang sudah ditentukan dan ditempatkan mangkok pada alat.

4) Ditutup sampel dengan penutupnya. 5)

Ditekan tombol heater dan tombol stirrer dan diubah regurator pada posisi  pemanasan yang sesuai.

6)

Dilakukan pengetesan setiap kenaikan temperatur 0.5oC.

7)

Diamati terus-menerus sampai terjadi sambaran api.

8)

Dicatat suhunya ketika terjadi sambaran api.

3.3.3. Penentuan Flash Point Pensky-Martens Closed Cup Metode

: ASTM D 93

Lingkup

: Minyak Solar

Definisi

: Flash point (titik nyala) adalah suhu terendah dimana uap sampel yang berada di atas permukaan cairannya akan menyala  bila dikenakan api penguji.

Tujuan

: Untuk memeriksa titik nyala dengan alat Pensky-Martens Closed Cup dari sampel minyak bakar, minyak kental, maupun suspensi padat bila tidak diterapkan dengan alat lain.

Peralatan

: - Flash Point Pensky-Martens Closed Cup -

Prosedur

Thermometer ASTM 9oF/oC standart

:

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

1)

Sampel dimasukkan ke dalam mangkok PMcc yang bersih dan kering hingga tanda batas, kemudian ditutup dan dipasang thermometer.

2)

Hubungkan alat dengan sumber listrik dan dibuka supply gas dengan hatihati.

3)

Diputar dan diatur heater control.

4)

Dinyalakan api pencoba diatur nyala api agar diameternya ±10 mm.

5)

Dilakukan pengetesan setiap kenaikan temperatur 1oC.

6)

Diamati terus-menerus sampai terjadi sambaran api.

7)

Dicatat suhunya ketika terjadi sambaran api.

3.3.4. Distilasi Metode

: ASTM D 86

Lingkup

: Avtur, Minyak Solar, Pertamax, Pertalite, dan Premium.

Definisi

: Destilasi adalah pemisahan atau pemotongan-pemotongan fraksi melalui penyulingan sejumlah sampel dengan kondisi tertentu dimana pengamatannya pada pembacaan temperatur dan volume hasil penyulingan.

Tujuan

: Untuk mengetahui jarak didih dari suatu fraksi minyak bumi dan menentukan kemurnian dari sampel minyak bumi.

Peralatan

: - Labu distilasi - Alat distilasi - Gelas ukur 100 ml

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

- Flash support - Shield Prosedur 1)

Dimasukkan 100 ml sampel ke dalam labu distilasi yang bersih, kemudian ditutup dengan gabus yang telah dilengkapi dengan thermometer.

2)

Dipasang pada alat distilasi, kemudian dinyalakan pemanas.

3)

Untuk avtur dan kerosin, dicatat temperaturnya pada tetesan pertama (IBP) dari alat kondensor dan ditampung dalam gelas ukur 100 ml, sedangkan untuk premium, solar, pertamax, dan pertalite, temperatur dicatat pada volume 10 ml.

4)

Temperaturnya dicacat pula pada saat volume distilasi mencapai 10 ml, 50 ml, 90 ml, hingga end point. Catatan: Termometer ASTM 7C digunakan untuk premium, pertamax, dan pertalite dan thermometer ASTM 8C untuk kerosin dan solar.

3.3.5. Penentuan Warna Metode

: ASTM D –  1500

Lingkup

: Minyak Solar

Definisi

: Warna yang dimiliki oleh suatu sampel minyak bumi yang dicocokkan dengan warna standar

Tujuan

: Untuk memeriksa warna dari semua hasil-hasil minyak bumi

Peralatan

: - Petroleum Oil Comparator

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

- Kuvet Prosedur

:

1)

Alat dinyalakan terlebih dahulu

2)

Dituang sampel ke dalam kuvet hingga tanda batas

3)

Dinyalakan lampu pada alat.

4)

Warna sampel diperiksa dengan melihat pada tabung penglihat dan dibandingkan dengan standar warna.

3.3.6. Penentuan Warna Lavibond Metode

: ASTM D 156

Lingkup

: Avtur

Definisi

: Warna yang dimiliki oleh suatu sampel minyak bumi yang dicocokkan dengan warna standar

Tujuan

: Untuk memeriksa warna dari semua hasil-hasil minyak bumi.

Peralatan

: Spectro Colorimeter

Prosedur

:

1)

Dinyalakan alat terlebih dahulu

2)

Ditekan tombol zero, ditunggu beberapa saat

3)

Dimasukkan sampel pada kuvet hingga tanda batas

4)

Masukkan kuvet pada cell

5)

Dipilih menu color measurement

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

6)

Ditekan tombol dan ditunggu beberapa saat hingga hasilnya muncul pada display

7)

Dicatat hasil saybolt

3.3.7. Freezing Point Metode

: ASTM D 2386

Lingkup

: Avtur

Definisi

: Freezing point (titik beku) adalah temperatur dimana kristal hidrokarbon terbentuk pada pendinginan dan akan segera hilang  jika fuels tersebut dipanaskan secara perlahan-lahan.

Tujuan

: Untuk memeriksa separated solid pada avitation reciprocating engine dan turbine engine fuels pada temperature selama  penerbangan dan ditanah (on the ground).

Peralatan

: - Alat Freezing Point - Pompa suntik

Prosedur

:

1)

Pompa suntik dibilas terlebih dahulu dengan sampel.

2)

Dibilas alat freezing point dengan cara diinjeksi sampel dengan pompa suntik.

3)

Pada pilihan ‘Sample’, dimasukkan pilihan ‘avtur’.

4)

Pada pilihan ‘ID’, dimasukkan tujuan sampel.

5)

Pada pilihan ‘Operator’, dimasukkan nama pengguna.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

6)

Diinjeksi sampel dengan pompa suntik, kemudian ditekan ‘start’.

7)

Diamati hingga temperatur yang muncul pada layar bernilai konstan.

3.3.8. Water Separation Metode

: ASTM D –  3948

Lingkup

: Avtur

Tujuan

: Untuk mengetahui kemampuan air terhadap avtur pada mesin  pesawat

Peralatan

: - Pompa suntik - Micrometer separation

Prosedur

:

1)

Dinyalakan alat

2)

Dihilangkan plunger dari tabung suntik

3)

Dipasang penutup di mulut tabung suntik

4)

Dimasukkan 50 ml sampel avtur ke dalam pompa suntik, kemudian Dipasang tabung suntik ke emulsifier mixer

5)

Dimasukkan 20 ml sampel ke dalam tabung kaca.

6)

Ditekan tombol ‘A’ dan ‘start’.

7)

Pada saat mixer berputar, tabung dimasukkan ke dalam dinding turbidimeter.

8)

Setelah pengadukan berhenti, diambil pompa suntik dari emulsifier mixer

9)

Sampel dibuang dari pompa suntik.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

10) Ditambahkan 50 ml sampel avtur 11) Ditambahkan 50 microliter aquadest menggunakan pipet microliter. 12) Dipasang kembali tabung suntik ke emulsifier mixer 13) Ditekan tombol ‘start’, kemudian diambil tabung kaca d an isinya dibuang. 14) Setelah pengadukan berhenti, diambil tabung suntik dari pengaduk 15) Dimasukkan plunger ke tabung suntik, kemudian dilepas penutup mulut tabung 16) Ditekan pompa suntik hingga semua busa yang ada dalam tabung suntik hilang. 17) Dipasang tabung suntik ke syringe drive, maka secara otomatis, pompa suntik akan ditekan. 18) Sampel yang keluar dari tabung suntik ditampung dan dibuang hingga volume 15 ml 19) Pada saat volume 15 ml, sampel diambil dengan tabung kaca 20) Dimasukkan ke dalam turbidimeter 21) Dibaca nilai yang tertera di display.

3.3.9. Water Content Metode

: ASTM D 6304

Lingkup

: Minyak Solar

Definisi

: Water content adalah kuantitas air yang terkandung dalam suatu sampel minyak bumi

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

Tujuan

: Untuk menentukan kadar air sampel minyak bumi

Peralatan

: Syringe

Prosedur

:

1)

Disiapkan sampel yang akan diuji

2)

Dibilas strynge dengan sampel yang akan diuji

3)

Pada alat water content, ditekan tombol ‘sample’, kemudian dimasukkan nilai density dari sampel.

4)

Sampel dipipet hingga 10 ml (jangan ada gelembung udara)

5)

Sampel yang ada dalam strynge kemudian diinjeksi

6)

Diklik tombol start pada alat uji water content

7)

Diulangi percobaan 4-6

8)

Ditunggu beberapa saat hingga hasilnya tercetak.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produk hasil pengolahan minyak bumi yang berupa premium, pertamax,  pertalite, avtur, dan minyak solar dianalisis di Laboratorium PT. Pertamina (Persero) UPMs VII Makassar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui spesifikasi dan mutu dari suatu bahan bakar.

4.1 Hasil Analisis

4.1.1 Hasil Analisis Premium Data hasil analisis premium pada tanggal 15 Agustus 2016 seperti ditunjukkan  pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Analisis Premium Test

Metode

Spesifikasi

Hasil

752.7

Densitas pada 15oC (kg/m3)

ASTM D 1298

715-770

Pengukuran Nilai Oktan (RON)

ASTM D 2699

Min. 88.0

88.0

10% (oC)

Max. 74

58

50% (oC)

75 –  125

96

Max. 180

159

Endpoint (oC)

Max. 215

200

Residu (%vol)

Max. 2.0

1.0

Destilasi :

90% (oC)

Warna

ASTM D 86

Visual

Kuning

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

Kuning

4.1.2 Hasil Analisis Pertalite Data hasil analisis pertalite pada tanggal 19 Agustus 2016 seperti ditunjukkan pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Analisis Pertalite Test

Metode

Spesifikasi

Hasil

755.3

Densitas pada 15oC (kg/m3)

ASTM D 1298

715-770

Pengukuran Nilai Oktan (RON)

ASTM D 2699

Min. 90.0

90.0

Max. 74

53

75 –  125

89

Max. 180

149

Endpoint (oC)

Max. 215

194

Residu (%vol)

Max. 2.0

1.0

Destilasi : 10% (oC) 50% (oC)

ASTM D 86

90% (oC)

Warna

Visual

Hijau

Hijau

4.1.3 Hasil Analisis Pertamax Data hasil analisis pertamax pada tanggal 17 Agustus 2016 seperti ditunjukkan  pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Analisis Pertamax Test

Metode

Spesifikasi

Hasil

735.7

Densitas pada 15oC (kg/m3)

ASTM D 1298

715-780

Pengukuran Nilai Oktan (RON)

ASTM D 2699

Min. 92.0

92.0

Max. 70

62

Destilasi : 10% (oC)

ASTM D 86

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

50% (oC)

77 –  110

105

90% (oC)

Max. 180

160

Endpoint (oC)

Max. 215

198

Residu (%vol)

Max. 2.0

1.0

Biru

Biru

Warna

Visual

4.1.4 Hasil Analisis Minyak Solar Data hasil analisis minyak solar pada tanggal 17 Agustus 2016 seperti ditunjukkan  pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Analisis Minyak Solar Test

Metode

Spesifikasi

Hasil

847.6

Densitas pada 15oC (kg/m3)

ASTM D 1298

815.0 – 860.0

Warna ASTM

ASTM D 1500

Max. 3.0

1.5

Titik Nyala PMcc (oC)

ASTM D 93

Min. 52.0

67.0

Max. 370

370

Max. 500

109.90

Destilasi :

ASTM D 86

90% (oC) Kadar air (mg/kg)

ASTM D 6304

4.1.5 Hasil Analisis Avtur Jenis Produk Keterangan Property

Appereance

: Avtur : 12 Agustus 2016 Satuan

Batas

C&B

Metode

Visual

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

Hasil

Conform

Colour Saybolt

Rating

Report

Destilasi :

ASTM D 156

+30

ASTM D 86

IBP

o

C

Report

158

10%

o

C

Max. 205

180

50%

o

C

Report

204

90%

o

C

Report

237

Endpoint

o

C

Max. 300

262

Residue

%v/v

Max. 1.5

1.5

Loss

%v/v

Max. 1.5

0.5

Flash Point Able

o

Min. 38.0

IP 170

Densitas 15oC

kg/m3

775.0 – 840.0

ASTM D 1298

C

47.0

Upper

805.4

Middle

805.4

Lower

805.4

Composite

805.4

Freezing Point

o

MSEP with SDA

Rating

C

Max. -47.0

ASTM D 2386

-50.1

Min. 70

ASTM D 3948

88

4.2. Pembahasan

Produk dari hasil pengolahan minyak bumi yang berupa bensin (premium,  pertalite, pertamax), minyak solar, dan avtur selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kualitas produk tersebut yang meliputi destilasi, densitas, warna, titik nyala, titik didih, kadar air, titik beku, dan MSEP. Umumnya produk yang dianalisis diambil dari tangki timbun maupun dari kapal. Untuk produk di tangki timbun, dilakukan analisis terlebih dahulu sebelum dimasukkan

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

ke dalam tangki. Jika produk mengalami kerusakan, maka dikembalikan ke kilang dan  jika produk sesuai dengan spesifikasi, maka dapat dimasukkan ke dalam tangki untuk kemudian nantinya diambil dan disalurkan ke masyarakat maupun ke industri, tetapi sebelum disalurkan, produk dianalisis kembali untuk mengetahui tidak adanya kerusakan pada produk tersebut. Produk dari kapal tanker biasanya merupakan produk dari kilang yang akan dikirim ke beberapa daerah, tetapi singgah terlebih dahulu untuk dianalisis dan memastikan bahwa tidak ada kerusakan yang terjadi pada produk tersebut. Jika telah terjadi kerusakan, maka produk dikirim kembali ke kilang asalnya, baik itu kilang Balikpapan, Cilacap, dll, sedangkan jika produk telah sesuai dengan spesifikasi, maka dapat diteruskan ke daerah tujuan.

4.2.1 Pengukuran Nilai Oktan (RON) Penentuan nilai oktan menggunakan metode ASTM D-2699 untuk mengetahui  besarnya nilai oktan dari suatu bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Bilangan oktan adalah ukuran besar energi atau tek anan yang diberikan sebelum bensin mengalami pembakaran secara spontan. Bilangan ini juga sering digunakan sebagai kemampuan anti ketukan yang terjadi di dalam mesin saat proses pembakaran.  Nama oktan berasal dari senyawa iso-oktana yang menjadi komponen utama dalam bensin selain n-heptana. Senyawa ini sangat mudah terbakar dengan sendirinya

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

apabila diberi tekanan yang tinggi, sehingga diberi nilai 100. Sebaliknya, n-heptana sangat sulit terbakar sehingga diberi nilai nol. Pada bahan bakar premium, pertalite, dan pertamax, masing-masing memiliki spesifikasi nilai oktan yang berbeda dari 88 sampai 92 sehingga batasan minimumnya sebesar 88. Spesifikasi dan hasil analisis untuk premium menunjukkan nilai oktan sebesar 88, artinya premium memiliki kandungan iso-oktana dengan jumlah 88% dan n-heptana 12% untuk pertalite memiliki spesifikasi dan hasil analisis nilai oktan sebesar 90, sedangkan pertamax memiliki spesifikasi dan hasil analisis nila oktan sebesar 92. Semakin tinggi bilangan oktan suatu bensin maka kualitas bensin tersebut akan semakin tinggi karena ketukan yang dihasilkan akan semakin sedikit.

4.2.2 Distilasi Distilasi merupakan teknik pemisahan berdasarkan titik didh senyawa-senyawa hidrokarbon dalam suatu bahan bakar. Pengukuran temperatur bertujuan untuk mengetahui kualitas penguapan dari produk berdasarkan %volume pada bahan bakar menggunakan metode ASTM D 86. Pada metode ini, persen volume destilat diukur pada saat 10%, 50%, 90% volume  penguapan, dan endpoint   dengan spesifikasi yang masing-masing telah ditentukan. Pengukuran persen volume dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperature di tiaptiap volume terhadap kinerja mesin. Bila diperoleh temperature lebih tinggi dari nilai spesifikasi, maka bahan bakar tersebut mengandung fraksi berat sehingga

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

menyebabkan sulitnya terjadi penguapan. Hal ini menyebabkan akselerasi mesin  berkurang. Bila diperoleh temperature yang sesuai spesifikasi, maka bahan bakar terbakar dengan sempurna. Pengukuran temperature destilasi menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, sehingga proses pembakaran akan berjalan dengan sempurna karena tidak banyak mengandung fraksi berat. 4.2.3 Densitas Pengukuran nilai densitas berkaitan dengan kandungan fraksi hidrokarbon dalam  bahan bakar. Produk bahan bakar berupa premium, pertamax, pertalite, avtur, dan minyak solar memiliki spesifikasi nilai densitas yang berbeda-beda. Pengukuran ini menggunakan metode ASTM D 1298  Nilai densitas yang tinggi pada suatu bahan bakar menandakan bahwa kand ungan fraksi berat pada bahan bakar tersebut tinggi sehingga untuk proses distilasi membutuhkan suatu penguapan yang lebih tinggi pula. Sebaliknya, jika nilai densitas  pada bahan bakar rendah, menunjukkan bahwa kandungan fraksi berat pada bahan  bakar tersebut rendah sehingga mudah diuapkan pada suhu destilasi. Pengukuran nilai densitas menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh telah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan,menjadi rendah.

4.2.4 Warna Warna adalah ukuran terang atau gelapnya suatu minyak yang ditentukan oleh intensitas yang menembusnya. Hal ini bertujuan sebagai petunjuk awal kemungkinan

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

adanya kontaminasi serta sebagai petunjuk kemungkinan adanya perubahan warna karena oksidasi. Penentuan warna pada untuk produk bensin hanyak menggunakan metode secara visual karena warna pada produk tersebut merupakan warna campuran, bukan warna asli dari bensin, sedangkan untuk produk minyak solar menggunakan metode ASTM D 1500. Hasil yang diperoleh dicocokkan dengan nilai pada warna standar. 4.2.5 Titik Nyala Penentuan titik nyala (Flash Point) bertujuan untuk produk min yak solar dan avtur, dimana produk minyak solar dianalisis menggunakan alat flash point Pensky-Marteens Close Up dengan metode ASTM D 93, sedangkan avtur menggunakan alat flash point Able dengan metode ASTM IP 170. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui temperatur terendah suatu sampel minyak bumi dan produk-produknya dimana dapat menimbulkan nyala api pada bagian permukaan bila ada api yang menyambar.

4.2.6 Kadar Air Analisis kadar air digunakan untuk mengetahui kadar air pada bahan bakar. Jika terdapat air di dalam bahan bakar maka tidak baik digunakan pada mesin karena dapat merusak mesin.

4.2.7 Titik Beku Penentuan titik beku (Freezing Point) hanya ditujukan untuk produk avtur, dimana  produk ini digunakan sebagai bahan bakar pesawat. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui temperatur dimana kristal hidrokarbon terbentuk pada pendinginan dan Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

akan segera hilang jika fuels tersebut dipanaskan secara perlahan-lahan. Pada saat  pesawat berada pada ketinggian, dimana tekanan dan temperatur semakin rendah, sehingga akan mempercepat proses pendinginan pada bahan bakar. Jika terjadi  pembekuan, maka menyebabkan mesin tak dapat berfungsi. Untuk itu, temperatur maksimal yang boleh digunakan adalah -47 oC.

Teknik Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang 2016

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF