Laporan Percobaan III ANALGETIK
August 5, 2018 | Author: rotuaserevina | Category: N/A
Short Description
laporan praktikum farmakologi analgetik...
Description
Percobaan III Analgetik
I.
Tujuan
:
1. Mengenak berbagai cara untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik suatu obat. 2. Memahami dasar-dasar perbedaan daya analgesik berbagai analgetika. 3. Mampu memberikan pandangan yang kritis mengenai kesesuaian khasiat yang dianjurkan bentuk untuk sediaan-sediaan farmasi analgetik.
II.
Landasan teori Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau
menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri kesadaran. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan, berhubungnan dengan adanya potensi kerusakan jarinngan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut.Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri.Nyeri yang dimilliki setiap orang berbeda-beda. Batas nyeri 0
untuk suhu adalah konstan, yakni 44-45 C. mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas dikulit, mukosa, dan jaringan lainnya. Nouceptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang sangat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum lanjutan dan otak tengah.Dari thalamus impuls dilanjutkan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri.
Adapun mediator nyeri yang disebut juga autakoid antara lain serotonin, histamine, bradikinin, lekotrien dan prostaglandin. Bradikinin merupakan po lipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein plasma .Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkatan dimana nyeri dirasakan untuk yang pertama kali.Jadi, intensitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri.Untuk setiap orang, ambang nyeri adalah konstan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator n yeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Berdasarkan efek farmakologisnya, analgetika dapat dibagi dalam 2 kelompok besar : 1. Analgetik Non-narkotik Golongan Analgetik ini dibagi menjadi dua, yaitu : a.
Analgetik perifer yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal
dengan
istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik
Perifer.
Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik). Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdiri dari golongan salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan golongan antranilat. Contohnya Parasetamol, Asetosal, Antalgin. b.
Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs) Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asam mefenamat, ibuprofen.
2.
Analgetik Non-narkotik (analagetik central)
Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan efek sampingnya dapat menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini khusus di gunakan untuk penghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon, Nalorfin. Yang termasuk analgetik narkotik antara lain : a. Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam : Alkaloida candu Zat-zat sintetis Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan. b. Antagonis Opiat, bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor. c. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna.
Mekanisme kerja obat analgesik : a. Analgesik Nonopioid/Perifer ( Non-Opioid Analgesics) Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar b.
Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya.
Kebanyakan
analgesik
OAINS
diduga
bekerja
diperifer
.
Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 13 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010). Ada 3 golongan obat ini yaitu
:
1)
Obat yang berasal dari opium-morfin
2)
Senyawa semisintetik morfin
3)
Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Obat-obat tersendiri 1) Antalgin
a)Mekanisme kerja : Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin merupakan inhibitor selektif dari prostaglandin F2α yaitu: suatu mediator inflamasi yang menyebabkan reaksi radang seperti panas, merah, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada penderita demam rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh b) Efek Samping agranulosis, reaksi hipersensitifitas, reaksi pada kulit.
2) Asam Mefenamat
a) Mekanisme kerja : Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretik. Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai
efek
antiinflamasi,
analgetik
(antinyeri)
dan
antipiretik.
Asam
mefenamat mempunyai khasiat sebagai analgesik dan antiinflamasi. Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukan kerja pusat dan juga kerja perifer. Dengan mekanisme menghambat kerja enziim sikloogsigenase
b) Efek Samping Sangat minimal selama dalam dosis yang di anjurkan. Dapat terjadi gangguan saluran cerna antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa ngantuk,pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia. 3) Ibuprofen
a) Mekanisme kerja : Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionate dari kelompok obat anti inflamasi non steroid. Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu. Prostaglandin berperan pada pathogenesis inflamasi, analgesik dan damam. Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek anti inflamasi dan analgetik-antipiretik. Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek samping lebih ringan terhadap lambung. Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1-2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang di absorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam. b) Efek Samping Efek samping adalah ringan dan bersifat sementara berupa mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri lambung, ruam kulit, pruritus, sakit kepala, pusing, dan heart burn. 4) Parasetamol
a) Mekanisme kerja : Parasetamol adalah derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik di sebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah hingga tidak digunakan
sebagai anti rematik. Pada penggunaan per oral parasetamol di serap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma di capai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parsetamol dieksekresikan melalui ginjal, kurang dari 5 % tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. b) Efek Samping Dosis besar menyebabkan kerusakan fungsi hati.
Dibawah ini beberapa metode yang dapat digunakan untuk uji analgetik : 1. Metode jentik ekor Rangsang nyeri yang digunakan dalam metode ini berupa air panas (50 dimana ekor tikus dimasukkan kedalam air panas dan akan merasakan nyeri panas dan ekor dijentikkan dari air panas tersebut. 2. Metode plat panas Rangsang nyeri yang digunakan berupa lantai kandang yang panas (55-65. Rasa nyeri panas pada kaki mencit akan menyebabkan respon mengangkat kaki depan dan dijilat. Rata-rat hewan mencit memberikan respon dengan metode ini dalam waktu 43-6 detik. 3. Metode siegmunt Rangsang nyeri yang digunakan adalah zat kimia yaitu asam asetat secara intraperitoneal. Respon nyeri berupa geliatan yaitu retraksi abdomen. Hewan mencit dengan rangsang nyeri ni akan memberikan respon minimal 1 kali geliatan dalam 5 menit.
Metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode siegmunt yang menggunakan zat kimia asam asetat sebagai pemberi rangasangan nyeri yang diberikan secara intraperitoneal. Obat analagetik yang diberikan adalah asetosal. Asetosal (asam asetil salisilat) dikenal dengan nama dagang Aspirin, merupakan obat pereda nyeri golongan 'anti radang non steroid' (AINS), sering digunakan untuk mengatasi nyeri reumatik, pereda nyeri (analgesik), dan penurun demam (antipiretik). Asetosal juga mempunyai efek mengurangi daya beku darah, sehingga dalam dosis rendah sering digunakan untuk penderita penyakit jantung koroner dan stroke. Seperti halnya obat-obat analgesik yang lain, ia bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin sendiri adalah suatu sen yawa dalam tubuh yang merupakan mediator nyeri dan radang/inflamasi. Ia terbentuk dari asam arakidonat pada sel-sel tubuh dengan bantuan enzim cyclooxygenase (COX). Dengan penghambatan pada enzim COX, maka prostaglandin tidak terbentuk, dan nyeri atau radang pun reda. Prinsip pengujian efek analgetik secara eksperimental pada hewan percobaan adalah mengukur kemampuan obat untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri yang ditimbulkan secara eksperimental, yang timbul dengan cara-cara fisik ataupun cara-cara kimia.
II. alat & bahan
a.
b.
Alat
Alat suntik 1ml
Timbangan mencit
Stopwatch
Sonde oral
Meja pengamatan
Bahan
Asetosal 200mg/kg bb
Asam asetat 0,2ml
III. cara kerja 1. Hitung nilai VAO Diketahui : BB mencit = 26gram Konsentrasi = 10mg/ml Asetosal = 200mg/kg bb Jawab : VAO( ml ) = BB ( kg ) x Dosis ( mg/kg bb) konsentrasi obat ( mg/ml) = 0,026 kg x 200mg/kg bb 10mg/ml = 0,52ml 2. Berikan obat asetosal 0,52 ml secara oral pada hewan percobaan menggunakan sonde oral. Tunggu selama 30 menit. 3. Setelah 30 menit lalu berikan asam asetat 0,2 ml yang disuntikkan secara intraperitoneal pada hewan percobaan.
4. Amati dan Hitung respon geliatannya yang ditunjukkan oleh mencit selama 1 jam tiap 10 menit
IV. Hasil & pembahasan a. Hasil N
Kelompok
o. 1.
Asam
10men
20men
30men
40men
50men
60men
it
it
it
it
it
it
10
6
15
10
7
5
16
21
20
18
15
16
40
52
35
28
20
6
17
20
16
14
7
4
52
52
49
32
17
13
38
20
11
6
6
2
37
27
20
18
12
9
mefenamat 100mg/kg bb VAO = 0,25ml Na cmc(kontrol) 1% = 0,27 ml 2.
As. Mefenamat 100mg/kg bb VAO = 0,28ml
3.
Asetosal 200mg/kg bb VAO =0,44ml
4.
Asetosal 200mg/kg bb VAO = 0,52ml
5.
Antalgin 200mg/kg bb VAO = 0,46ml
6.
Antalgin
200mg/kg bb VAO = 0,54ml
∑ = 236
∑
∑
∑ (
b. Pembahasan Mahasiswa melakukan praktikum farmakologi dengan materi analgetik. Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari dan mengetahui efektivitas analgetika sedian obat (paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat, dan antalgin) pada hewan uji mencit sehingga kita dapat membandingkan daya analgetika dari obat – obat tersebut setelah mencit diberi induktor nyeri asam asetat 1 %. Percobaan ini menggunakan metode Witkin ( Writhing Tes / Metode Geliat ), dengan prinsip yaitu memberikan asam asetat 1% (indikator nyeri) kepada mencit yang akan menimbulkan geliat ( Writhing ), sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki kebelakang, dan membengkokan kepala ke belakang. Dengan pemberian obat analgetik (asetosal,, asam mefenamat, dan antalgin) akan mengurangi respon tersebut.sebagai control negatif digunakan Na CMC 0,2ml. Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara peroral,setiap mencit diberikan suspensi obat yang berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na, setelah obat diberikan mencit didiamkan selama 30 menit. Kemudian disuntik secara intraperitoneal dengan larutan induksi asam asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara
intraperitoneal karena memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh, cepat memberikan efek, mencegah penguraian asam asetat pada jaringan fisiologik organ tertentu, serta efek merusak jaringan tubuh jika pada organ tertentu. Misalnya apabila asam asetat 1% diberikan per oral, akan merusak saluran pencernaan, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap asam. Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit, ini bertujuan agar obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Selama beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan asam asetat 1% mencit akan menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 10 menit selama 60 menit. Penggunaan asam asetat sebagai induktor dalam percobaan ini karena asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata, sehingga mencit akan menggeliatkan kaki belakang saat efek dari penginduksi ini bekerja. Hasil untuk Asam mefenamat sudah sesuai karena obat memberikan efek analgetik yang lebih ringan disebabkan oleh sifat asam dan efek samping nyeri pada lambung. Sehingga dengan sifat dan efek sampingnya ini justru dapat meningkatkan nyeri pada lambung mencit. Namun hasil ini juga kurang sesuai, karena yang seharusnya Na CMC sebagai kontrol negatif memberikan jumlah geliatan yang besar dari pada jumlah geliatan yang diberikan oleh obat analagetik.karena pada kontrol negative ini tidak diberikan obat analgetik sebagai obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri saat dilakukan pemberian asam asetat sebagai indicator nyeri. Dari data diatas diketahui bahwa seharusnya antalgin memiliki efek analagetik yang terkuat karena antalgin bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan
nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Namun dapat dilihat dari data yang didapat bahwa jumlah geliatan dari obat antalgin ini lebih sedikit dibanding dengan asetosal yang jumlah ∑ sedangkan untuk antalgin ∑ Penyimpangan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu ketika sudah 30 menit setelah pemberian analgetik, tidak segera disuntikan asam asatet sehingga efek obat analgetiknya sudah berkurang, faktor fisiologis dari mencit, yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit stress. Waktu penyuntikan ada larutan yang tumpah sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutan stok (asam mefenamat, asetosal, antalgin) yang tidak dikocok dahulu, sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda, karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk sediaan suspensi, seharusnya dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang diambil, bukan hanya larutannya.
Kesimpulan
Analgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Prinsip pengujian efek analgetik secara eksperimental pada hewan percobaan adalah mengukur kemampuan obat untuk menghilangkan atau mencegah kesadaran sensasi nyeri yang ditimbulkan secara eksperimental, yang timbul dengan cara-cara fisik ataupun cara-cara kimia.
Ada lima klasifikasi dan jenis nyeri:
Nyeri akut, yang dapat ringan, sedang, atau berat
Nyeri kronik
Nyeri superfisial
Nyeri somatik (tulang, otot rangkam dan sendi)
Nyeri viseral, atau nyeri dalam.
Semakin tinggi dosis maka efek terapi obat semakin lama. Hubungan dosisrespon adalah berbading lurus dengan intensitas efek obatnya. Semakin besar dosis yang diberikan semakin cepat obat memberikan efek, karena obat yang didistribusikan lebih banyak sehingga banyak obat yang menduduki reseptor. Namun, obat yang dosisnya terlalu besar dapat mendekati atau malah telah berubah menjadi toksik didalam tubuh, sedangkan dosis obat yang terlalu kecil tidak akan memberikan efek terapi yang berarti, karena obat yang didistribusikan terlalu sedikit sehingga tidak cukup banyak menduduki reseptor yang ada.
Jawaban pertanyaan
a) Kemukakan beberapa implikasi praktis dari hasil pengamatan saudara ? Jawab :
Implikasinya pada mencit yang telah diberikan obat antalgin dosis 200 mg/Kg BB pada waktu diberi induksinya geliatan yang terjadi sedikit dari pada mencit yang diberikan asetosal 200mg/Kg karena efek analgesik antalgin lebih kuat dari pada asetosal. b) Rumuskan dari pengamatan saudara beberapa parameter untuk pengujian efek analgetik ? Jawab :
Parameter yang digunakan pada pengamatan kali ini ketahanan mencit menahan nyeri saat di berikan asam asetat dan seberapa cepat hilangnya nyeri saat di berikan obat analgetika. c) Kemukakan beberapa alasan mengapa saudara mengamati perbedaan-perbedaan dalam daya analgesik obat-obat yang digunakan dalam eksperimen ini ? Jawab :
Untuk mengetahui efek terapi yang terjadi pada tubuh. Karena efek terapi setiap obat berbeda-beda. d) Indonesia index of medical specialities (IIMS) membuat sejumlah analgesikantipiretik yang beredar di indonesia dengan susunan dan indikasinya. Pilih salah satu sediaan yang menurut saudara dinyatakan secara wajar
khasiat dan satu
sediaan yang tidak demikian halnya. Kemukakan alasan saudara. Jawab :
Paracetamol/acetaminophen
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat,
biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan
cofein
yang
berfungsi
meningkatkan
efektivitasnya
tanpa
perlu
meningkatkan dosisnya e) Kemukakan secara spesifik penderita nyeri diperingan oleh masing-masing ergotamine senyawa-senyawa nitrit dan kolkhisin serta cara perwujudan efek ini. Jawab :
Beberapa obat ( yg meskipun tidak digolong analgetik) bekerja secara spesifik untuk meringankan penderita nyeri . contohnya argotamie, senyawa-senyawa nitrit kolkhisin. jenis nyeri beserta terapinya, yaitu: -
Nyeri ringan Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus, nyeri haid, keseleo.Pada nyeri dapat digunakan analgetik perifer seperti parasetamol, asetosal dan glafenin.
-
Rasa nyeri menahun Contohnya: rheumatic dan arthritis. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik anti-inflamasi, seperti: asetosal, ibuprofen dan indometasin.
-
Nyeri hebat Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu empedu. Pada
nyeri
ini
dapat
digunakan
analgetik
sentral
berupa
atropine,
seperti
fentanil,
butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan). -
Nyeri hebat menahun Contoh: kanker, rheumatic, neuralgia berat. Pada
nyeri
ini
digunakan
analgetik
narkotik,
dekstromoramida, bezitramida. f) Kemukakan metode lain untuk uji efek analgesik secara eksperimental Jawab :
Metode lainya adalah dengan metode hot plate test dan metode flick tail.
Metode hotplete menggunakan plat panas dengan suhu ±50˚C, mencit diletakan diatas plat panas sampai melompat atau metasakan sensasi panas dari plate tersebut. Sedangkan pada metode tail flick dilakukan dengan mencelupkan ekor mncit kedalam beker glass yang telah di isi air dan dipanaskan sebelumnya. Berdasarkan literatur, metode hotplate lebih sensitiv memberikan sensasi panas karena pada metode hot plate bagian tubuh yang terkena rangsang panas adalah kaki. Kaki memiliki luas permukaan lebih besar dari pada bagian ekor, sehingga metode
hot
plate
lebih
sensitiv
merasakanpanas.
Daftar pustaka Diphalma, J. R., Digregorio, G. J. 1986. Basic Pharmacology in Medicine. 3th ed. New York: Mcgraw-hill Publishing Company: 319-20 Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. Sunaryo, Wilmana. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit FK UI: 224-33
View more...
Comments