Laporan Pengukuran Tingkat Kontaminasi Dan Dekontaminasi_winahyu S_011500430_tkn 2015
April 17, 2019 | Author: winahyu | Category: N/A
Short Description
Tingkat Kontaminasi dan Dekontaminasi...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM PKR PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI KONTAMINASI “ PENGUKURAN DAN DEKONTAMINASI”
Disusun Oleh:
Nama
: Winahyu Saputri
NIM
: 011500430
Prodi
: Teknokimia Nuklir
Semester
: IV
Asisten
: Puji Astuti, S.ST
Kelompok
:H
Tanggal Praktikum
: 6 April 2017
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL YOGYAKARTA 2017
PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI
I.
Tujuan Instruksional Umum: Peserta dapat melakukan pengukuran tingkat kontaminasi dan melakukan dekontaminasi suatu permukaan bahan menggunakan bahan dekontaminan
II.
Tujuan Instruksional Khusus: Setelah melakukan percobaan ini, peserta mampu untuk; 1. Menghitung tingkat kontaminasi suatu permukaan bahan 2. Melakukan dekontaminasi menggunakan bahan dekontaminan 3. Menghitung faktor dekontaminan 4. Menghitung aktivitas yang tertinggal pada permukaan bahan
III.
TEORI DASAR
Pengukuran tingkat Kontaminasi
Kontaminasi adalah keberadaan substansi radioaktif (sumber terbuka) yang mempunyai potensi bahaya radiasi interna. Pengawasan terhadap kontaminasi radioaktif sangat diperlukan untuk keselamatan kerja di lingkungan yang menangani bahan radioaktif. Pengukuran tingkat kontaminasi radioaktif permukaan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dilakukan dengan meletakkan alat pencacah, langsung di atas permukaan bahan terkontaminasi, sedangkan pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan uji usap menggunakan kertas saring, kemudian kertas saring tersebut dilakukan pencacahan menggunakan sistem pencacah. Tingkat Kontaminasi (TK) zat radioaktif pada suatu permukaan bahan adalah besarnya aktivitas zat radioaktif yang mengkontaminasi permukaan bahan per satuan luas, dinyatakan sebagai: TK
Aktivitas (A)
Luas Permukaan Terkontami nasi (L)
Sebelum melakukan pengukuran tingkat kontaminasi (TK) suatu permukaan bahan, harus ditentukan efisiensi alat, yaitu suatu parameter yang berkaitan antara nilai yang ditunjukkan oleh suatu sistem pencacah dengan aktivitas zat radioaktif yang sedang diukur.
a
Ra
Rb
A p
dengan : a =
Efisiensi Alat
Ra = Laju cacah pengukuran (cps) Rb = Laju cacah latar (cps) A = Aktivitas sumber (Bq) p = Probabilitas pancaran radiasi Rumusan Tingkat Kontaminasi, dinyatakan dengan
TK
Ra
Rb
p L
dengan: 2
TK
= Tingkat Kontaminasi (Bq/cm )
L
= Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm )
2
Untuk pengukuran tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan bahan dengan uji usap, kontaminan yang terambil pada pengusapan tergantung jenis permukaan bahan kontaminan, bahan pengusap dan teknik pengusapan sehingga diperlukan nilai efisiensi usap yang dinyatakan dengan Aktivitas Kontaminan Terambil u
Aktivitas Kontaminan
Rumusan Tingkat Kontaminasi menjadi:
TK
Ru a
p
Rb
u
dengan: 2
TK = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm ) L u
2
= Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm ) = Efisiensi Usap
L
Pengukuran aktivitas secara uji usap yang dilakukan dalam praktikum ini adalah aktivitas total. Nilai batas tertinggi Tingkat Kontaminasi permukaan yang diizinkan bergantung pada faktor resuspensi, yaitu merupakan nilai perbandingan antara Tingkat 2 Kontaminasi maksimum yang diizinkan dalam udara (Bq/cm ) dengan Tingkat Kontaminasi 2 maksimum yang diizinkan pada permukaan (Bq/cm ), sehingga F
Kontaminas i tertinggi yang diizinkan di udara
Kontaminas i tertinggi yang diizinkan pada permukaan
dengan: F = Faktor resuspensi -
Nilai F bergantung pada kondisi laboratorium, dalam keadaan normal nilai F rata-rata 5.10 5 /cm.
Bila diketahui nilai kontaminasi tertinggi yang diizinkan di udara untuk suatu radioisotope, maka dapat ditentukan nilai Tingkat Kontaminasi permukaan tertinggi yang diizinkan. F
-4
5.10 /cm
2
2
Radioisotop
Udara (Bq/cm )
Permukaan (Bq/cm )
I131
7,03 10
I125
9,99 10
S35
11,47 10
P32
5,92 10
118,4
Zn65
22,57 10
-4
45,14
Cr 51
7,77 10
Br 82 Mo99
19,98 10
Tc99
4,07 10
-4
14,06
-4
19,9
-3
-3
229,4
-2
1554
7,77 10
-3
155,4
-3
399,6
-4
8140
Dikutip dari buku”Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi ”
Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses untuk mereduksi/ mengurangi atau bahkan menghilangkan suatu kontaminan zat radioaktif dari suatu bahan yang bernilai ekonomis ke suatu bahan yang
kurang ekonomis, kemudian memperlakukan bahan yang kurang ekonomis tersebut sebagai limbah radioaktif Tujuan dekontaminasi ( menurut IAEA Technical Report Series No.18 1982) adalah: 1. Pertimbangan Keselamatan dan Kesehatan 2. Mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu sehingga diperoleh hasil pencacahan yang baik 3. Memperkecil tingkat Kontaminasi suatu alat sehingga layak dipakai kembali. Faktor dekontaminasi merupakan perbandingan Tingkat Kontaminasi sebelum dan sesudah dekontaminasi, yang berarti menunjukkan perubahan Tingkat Kontaminasi-nya. FD
TK Sebelum Dekontamin asi
TK Sesudah Dekontamin asi
Faktor yang mempengaruhi Faktor Dekontaminasi adalah: 1. Bahan Kontaminan Permukaan Benda 2. Cara Dekontaminasi 3. Bahan Dekontaminan Aktivitas tersisa At adalah kontaminan yang masih tertinggal setelah proses dekontaminasi dapat ditentukan dengan persamaan: At
IV.
PERALATAN DAN BAHAN 1. Bahan : 131 Sumber radioaktif I Aquadest Sabun cair EDTA HNO3 Vinil Keramik Aluminium Kertas saring Kertas merang Label
1
FD
x100%
2. Alat : Detektor GM Detektor kontaminasi Pen dose Mikropipet Pinset Gunting Planset aluminium Sarung tangan Jas lab V.
LANGKAH KERJA PENENTUAN EFISIENSI USAP
1. Pencacahan latar belakang kertas saring dan planset dilakukan sebanyak 3 kali menggunakan sistem pencacah GM 2. Jas lab, sarung tangan karet, dan pendose dikenakan dengan baik. 3. Plat Alumunium disiapkan dan di cacah latar menggunakan monitor kontaminasi. 4. Larutan sumber radioaktif terbuka I131 dipipet sebanyak 100 µL dan diteteskan di atas plat alumunium. 5. Plat alumunium dan zat radioaktif dicacah 3 kali. 6. Plat terkontaminasi tersebut diusap dengan kertas saring dengan metode melingkar ke dalam. 7. Setelah diusap plat dicacah kembali. 8. Kertas saring tersebut di letakkan di atas planset. 9. Kertas saring dan planset tersebut dicacah sebanyak 3 kali menggunakan system pencacah GM selama 60 detik. 10. Setelah dicacah, kertas saring serta planset di buang ke bak sampah aktif . 11. Diulangi langkah 3 hingga 9 dengan 2 bahan yang berbeda yaitu vinil dan keramik. 12. Sarung tangan yang dikenakan di cek terkontaminasi atau tidaknya menggunakan monitor kontaminasi 13. Data-data yang diperlukan dan besar tegangan GM dicatat.
PENENTUAN TINGKAT KONTAMINASI SECARA LANGSUNG DAN PROSES DEKONTAMINASI 1. Jas lab, sarung tangan karet, dan pendose dikenakan dengan baik. 2. Plat keramik disiapkan dan dicacah sebanyak 3 kali sebagai cacah latar menggunakan monitor kontaminasi. 3. Larutan sumber radioaktif terbuka I131 dipipet sebanyak 100 µL dan diteteskan di atas plat keramik tersebut.
4. Plat yang telah terkontaminasi tersebut dicacah 3 kali dan dicatat. 5. Plat terkontaminasi tersebut diusap menggunakan kertas merang dan dicacah kembali. 6. Plat tersebut didekontaminasi menggunakan air dan diusap dengan kertas merang kembali kemudian dicacah menggunakan monitor kontaminasi. 7. Langkah 6 diulangi hingga hasil cacah mendekati atau sama dengan cacah latar. 8. Langkah 2 s.d. 7 diulangi dengan dekontaminan lain yaitu air sabun dan radiowash. 9. Langkah 2 s.d. 8 diulangi dengan plat lain yaitu vinil dan alumunium. 10. Faktor kalibrasi monitor kontaminasi dicatat. 11. Seluruh bahan yang terkontaminasi dibuang di tempat limbah aktif padat yang telah disediakan. 12. Dilepaskan sarung tangan karet, dan dibuang di tempat yang telah disediakan. 13. Setiap praktikan harus mencuci tangan dan diperiksa dengan monitor kontaminasi 14. Sebelum meninggalkan lab, dilepaskan jas lab dan sepatu khuhus (jika digunakan).
VI.
DATA PENGAMATAN 1. Penentuan kontaminasi (metode langsung)
Detektor GM : t = 60 s HV = 800 volt Cacah Latar 37 41 35 Plat No
1
Kontaminasi (cpm) Alumunium
Keramik
Vynil
Cacah latar
40
40
60
Plat + Radioaktif
336
446
450
Setelah diusap
40
70
60
Dicacah
414
270
596
Pencucian 1
40
40
60
2. Penentuan dekontaminasi (metode tak langsung) Volume ZRA = 100 μL
Fk monitor 1X
= 0.0072
Zat Dekontaminasi
No
1
Kontaminasi (cpm)
Air biasa
2
Air Sabun
3
Radiacwash
3. Dosis personal Nama Personil
Plat Alumunium
Keramik
Vynil
Cacah latar
40
40
60
Plat + Radioaktif
330
420
400
Setelah diusap
40
60
60
Pencucian 1
40
40
60
Cacah latar
40
40
60
Plat + Radioaktif
290
420
330
Setelah diusap
60
60
60
Pencucian 1
40
40
60
Cacah latar
40
40
60
Plat + Radioaktif
400
340
410
Setelah diusap
60
60
60
Pencucian 1
40
40
60
Dosis sebelum bekerja (mR)
Dosis sesudah bekerja (mR)
Friscilla Hermatasya
0
0
Surya Muttaqin S
0
0
Winahyu Saputri
0
0
VII. PERHITUNGAN a. Menentukan efisiensi usap: Alumunium Cacah latar Cacah ZRA awal Cacah netto ZRA
= 40 cpm = 336 cpm = 336 cpm - 40 cpm = 296 cpm
Cacah ZRA setelah diusap
= 40 cpm
Cacah ZRA yang terambil
= Cacah ZRA awal – cacah ZRA setelah diusap = 296 cpm – 40 cpm = 256 cpm
Uji usap ini dilakukan pada dekontaminasi alumunium dengan kontaminasi awal 296 cpm dan aktivitas terambil 256 cpm. Sehingga :
Dengan cara yang sama untuk data yang berbeda maka didapat hasil sebagai berikut : Kontaminasi (cpm)
Plat Alumunium
Keramik
Vynil
Cacah latar
40
40
60
Plat + Radioaktif
336
446
450
Plat + Radioaktif Netto
296
406
390
Setelah diusap
40
70
60
Dicacah GM Aktifitas yang terambil
414
270
596
256
336
330
86.486 40
82.758 40
84.615 60
Efisiensi usap (%) Pencucian 1
b. Menentukan tingkat kontaminasi (sebelum dekontaminasi)
Alumunium
() Atau
(̅ ̅ ) Untuk bahan pencucinya merupakan aquades :
Maka:
( ) ( )
Dengan cara yang sama, maka diperoleh : Alumunium
Bahan pencuci Air Air sabun Radiachwash
( )
Keramik ( )
Vynil
( )
2.088 1.8 2.592
2.736 2.736 2.16
2.448 1.944 2.52
c. Menghitung Faktor Dekontaminasi
Alumunium
Rumus :
Untuk pembersih aquadest
⁄ Maka:
7.25 Dengan cara yang sama maka akan diperoleh : Bahan pencuci Air Air sabun Radiachwash
Alumunium ( ) Sebelum 2.088
Sesudah 0.288
1.8 2.592
0.288 0.288
Keramik FD
7.25 6.25 9
( ) Sebelum 2.736
Sesudah 0.288
2.736 2.16
0.288 0.288
Vynil FD
9.5 9.5 7.5
( ) Sebelum 2.448
Sesudah 0.432
1.944 2.52
0.432 0.432
FD
5.67 4.5 5.83
d. Menghitung Aktivitas tersisa (A t) Rumus :
Untuk plat aluminium dengan zat dekon air biasa dengan FD 7.25 .
Dengan cara yang sama untuk nilai FD yang berbeda maka didapat hasil sebagai berikut : Faktor Dekontaminasi
Aktivitas Tersisa (%)
Bahan Dekontaminasi Air Biasa
Aluminium 7.25
Keramik 9.5
Vynil 5.67
Aluminium 13.79
Keramik 10.52
Vynil 17.64
Air Sabun Radiachwash
6.25 9
9.5 7.5
4.5 5.83
16 11.11
10.52 13.33
22.22 17.14
Grafik hubungan aktivitas sisa pada plat vs bahan pencuci 25 20 a s i s s15 a t i v i 10 t k A
Series1 Air biasa
Air sabun Series2 Radiachwash Series3
5 0 Alumunium
1
Keramik 2
Vynil
3
Bahan plat
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur tingkat kontaminasi dan melakukan dekontaminasi suatu permukaan bahan menggunakan bahan dekontaminan. Hal tersebut diharapkan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan menghitung tingkat kontaminasi suatu permukaan bahan, melakukan dekontaminasi menggunakan bahan
dekontaminan, menghitung faktor dekontaminan, dan menghitung aktivitas yang tertinggal pada permukaan bahan. Kontaminasi permukaan adalah terdapatnya zat radioaktif yang tidak diinginkan pada suatu permukaan dalam jumlah yang dapat membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja radiasi dan masyarakat pada umumnya. Pada praktikum kali ini, bahan yang digunakan untuk uji coba kontaminasi permukaan adalah plat alumunium, keramik dan vynil. Sumber radioaktif yang digunakan sebagai bahan kontaminan adalah Dipilihnya
131
Iodium sebagai bahan kontaminan karena
131
131
Iodium.
Iodium memiliki waktu paro yang
relatif singkat, yaitu 8.02 hari. Karena apabila terjadi kontaminasi, maka bahaya radiasi internal yang ditimbulkan akan menjadi semakin kecil karena sumber tesebut akan cepat meluruh. Sedangkan sebagai bahan dekontaminasi digunakan tiga jenis bahan yakni air biasa, sabun dan radiowash (EDTA). Tujuan dari pemilihan tiga jenis dekontaminan yaitu sebagai pertimbangan keselamatan dan kesehatan, mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu, serta memperkecil tingkat kontaminasi suatu permukaan sehingga bisa dipakai kembali. Bahan kontaminan dapat didekontaminasi oleh bahan yang dapat menghilangkan suatu kontaminan zat radioaktif dari suatu bahan yang bernilai ekonomis ke suatu bahan yang kurang ekonomis, kemudian memperlakukan bahan yang kurang ekonomis tersebut sebagai limbah radioaktif. Pengukuran tingkat kominasi pada percobaan pertama dilakukan secara langsung, yaitu pengukuran dengan menggunakan monitor kontaminasi yang diletakkan di atas permukaan bahan yang terkontaminasi. Dari hasil percobaan uji usap, diketahui bahwa pada saat dilakukan kontaminasi sebanyak 100 µL pada plat,
cacah yang terukur untuk
Alumunium sebesar 336 cpm, untuk keramik 446 cpm dan vynil 450 cpm. Dilakukan pengusapan pada plat-plat yang terkontaminasi menggunakan kertas saring dengan arah melingkar ke dalam. Dilakukan perlakuan sedemikian rupa agar kontaminan pada permukaan tidak semakin meluas dan mengkontaminasi area lain. Setelah diusap dilakukan lagi pengukuran secara langsung pada plat alumunium , keramik dan vynil menggunakan monitor kontaminasi. Cacah yang terukur setelah pengusapan yaitu 40 cpm untuk alumunium, 70 cpm untuk kermik dan 60 cpm untuk vinil. Nilai akhir setelah pengusapan ini hampir mendekati
background yaitu 40 cpm. Untuk metode tidak langsung, dilakukan pengusapan menggunakan kertas saring lalu kertas saring dicacah dengan detektor GM. Nilai cacah pada kertas saring hasil usapan yaitu 414 cpm untuk usapan pada alumunium, 270 cpm pada usapan keramik dan 596 cpm pada usapan vynil. Pada perhitungan efisiensi uji usap, aktivitas yang terambil dianggap aktivitas awal sebelum diusap dikurangi aktivitas akhir setelah pengusapan. Seharusnya pada metoda tidak langsung , cacahan kertas saring dapat mewakili aktivitas yang terambil. Namun karena efisiensi antara detector GM dan monitor kontaminasi berbeda dan tidak ada faktor konversi yang dapat menunjukkan bahwa nilai pengukuran GM dan monitor kontaminasi sama, maka cukup menggunakan data dari pengukuran monitor kontaminasi. Aktivitas yang terambil serta efisiensi usap yang diperoleh setelah perhitungan per bahan yaitu sebagai berikut :
Kontaminasi (cpm)
Plat Alumunium
Keramik
Vynil
Plat + Radioaktif Netto
296
406
390
Aktifitas yang terambil
256
336
330
Efisiensi usap (%)
86.486
82.758
84.615
Langkah selanjutnya yaitu melakukan dekontaminasi terhadap kontaminan. Dalam pelaksanaanya, digunakan bahan dekontaminan, yaitu : Air biasa, Air sabun, dan EDTA. Tujuan dari dekontaminasi yaitu sebagai pertimbangan keselamatan dan kesehatan, mengurangi
interferensi
pencacahan
peralatan
tertentu,
serta
memperkecil
tingkat
kontaminasi suatu permukaan sehingga bisa dipakai kembali. Sebelumnya telah dihitung terlebih dahulu tingkat kontaminasi dari masing-masing plat. Tingkat kontaminasi merupakan besarnya aktivitas zat radioaktif yang mengkontaminasi permukaan bahan per satuan luas. Untuk melakukan dekontaminasi semua peralatan yang terkontaminasi akan didekontaminasi beberapa kali sampai tingkat kontaminasinya menurun hingga di bawah batas yang diizinkan. Berikut ini lampiran tentang klasifkasi tingkat kontaminasi.
Alumunium
Bahan
( )
pencuci
Sebelum
Sesudah
Air
2.088
0.288
Air sabun
1.8
Radiachwash
2.592
Keramik ( )
FD
Sebelum
Sesudah
7.25
2.736
0.288
0.288
6.25
2.736
0.288
9
2.16
Vynil ( )
FD
Sebelum
Sesudah
9.5
2.448
0.432
5.67
0.288
9.5
1.944
0.432
4.5
0.288
7.5
2.52
0.432
5.83
Pada plat alumunium, keramik dan vinil, nilai tingkat kontaminasi awal diperoleh 2
2
sekitar 1.8 Bq/cm hingga 2.736 Bq/cm . Dari nilai tersebut dapat ditunjukan bahwa tingkat kontaminasinya berada pada tingkat sedang. Dan setelah dilakukan dekontaminasi, nilai 2
tingkat kontaminasi alumunium dan keramik berada disekitar 0.288 Bq/cm dan tergolong 2
tingkat kontaminasi rendah. Sedangkan untuk vinil adalah 0.432 Bq/cm . Nilai TK tersebut masih berada di tingkat sedang. Faktor kontaminasi dapat digunakan untuk menyatakan kemampuan suatu zat dalam mengkontaminasi suatu bahan. Semakin kecil faktor kontaminasi, maka semakin tinggi nilai kemampuan suatu zat dalam mendekontaminasi suatu bahan. Dalam zat yang sama pada bahan terkontaminasi yang berbeda dapat diketahui faktor kontaminasi terkecil adalah vinil. Hal ini di sebabkan karena vinil memiliki permukaan yang paling halus (licin) dibanding alumunium maupun keramik, sehingga lebih mudah untuk didekontaminasi. Bahan
FD
Aktivitas Tersisa (%)
Dekontaminasi
Aluminium
Keramik
Vynil
Air Biasa
13.79
10.52
17.64
Air Sabun
16
10.52
22.22
Radiachwash
11.11
13.33
17.14
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada bahan terkontaminasi yang sama, zat pendekontaminasi yang paling mampu mengurangi tingkat kontaminasi sehingga aktifitas yang tersisa menjadi sangat kecil yaitu pada plat alumunium adalah radiachwash, untuk plat keramik adalah larutan air biasa atau air sabun , sedangkan untuk vynil adalah radiachwash. EDTA dan air sabun juga baik digunakan untuk bahan dekontaminan karena EDTA merupakan pengkelat, sehingga dapat mengikat bahan radioaktif lebih kuat dibandingkan dengan air kran atau kertas usap. Sedangkan pada air sabun, karena pada air sabun terdiri dari molekul sabun, dimana molekul sabun terdiri dari bagian yang disebut ekor dan kepala. Ekor sabun terdiri dari bahan minyak dan kepala sabun terdiri dari bahan air (lihat bahan pembuat sabun). Karena ekor sabun terdiri dari minyak, maka ekor sabun akan bisa menyatu dengan kotoran yang terdiri dari minyak juga. Sementara itu kepala sabun yang terdiri dari air akan melekat dengan molekul air. Itulah sebabnya sabun bisa membawa minyak dan air sekaligus, selain itu pada sabun cair juga terdapat zat pengkelat. Maka sebab itu, sabun dapat mengikat bahan radioaktif yang tercecer.
IX.
KESIMPULAN
1. Dekontaminasi secara tidak langsung adalah pengukuran tingkat kontaminasi yang ditunda dikarenakan instrument pengukurnya yang tidak ada sehingga diperlukan tes pengusapan yang hasil usapan disimpan dan dibawa ke tempat yang memiliki instrument pengukur tingkat kontaminasi tersebut. Dekontaminasi langsung adalah proses pengurangan intensitas kontaminasi dengan cara melakukan pembersihan secara langsung. 2. Nilai efisiensi usap yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Kontaminasi (cpm) Efisiensi usap (%)
Plat Alumunium
Keramik
Vynil
86.486
82.758
84.615
3. Nilai tingkat kontaminasi awal dan akhir adalah sebagai berikut :
Bahan pencuci
Alumunium
Keramik
Vynil
( )
( )
( )
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Air
2.088
0.288
2.736
0.288
2.448
0.432
Air sabun
1.8
0.288
2.736
0.288
1.944
0.432
Radiachwash
2.592
0.288
2.16
0.288
2.52
0.432
4. Nilai tingkat kontaminasi awal bahan alumunium, keramik dan vynil tergolong tingkat kontaminasi sedang. Nilai tingkat kontaminasi akhir alumunium dan keramik tergolong tingkat kontaminasi rendah. Nilai tingkat kontaminasi akhir bahan vynil masih tergolong tingkat kontaminasi sedang. 5. Nilai Faktor kontaminasi dan aktivitas tersisa adalah sebagai berikut : Bahan Dekontaminasi
Air Biasa Air Sabun Radiachwash
Faktor Dekontaminasi Aluminium Keramik Vynil 7.25 9.5 5.67
6.25 9
9.5 7.5
4.5 5.83
Aktivitas Tersisa (%) Aluminium Keramik Vynil 13.79 10.52 17.64
16 11.11
10.52 13.33
22.22 17.14
6. Vinil memilki nilai faktor kontaminasi paling kecil, karena permukaan vinil paling halus (licin) sehingga lebih mudah didekontaminasi. 7. Semakin kecil aktivitas tersisa, maka semakin baik bahan pencuci untuk mendekontaminasi. Bahan yang paling baik untuk mendekontaminasi adalah air sabun dan radiachwash. EDTA dan air sabun ini memiliki sifat yang dapat mengkhelat dan mengadsorpsi kontaminan.
X.
DAFTAR PUSTAKA
Maria, C. dkk. 2017. “Petunjuk Praktikum Proteksi dan Keselamatan Radiasi”. Modul. Yogyakarta: STTN-BATAN. Rahardjo, Tur. 2011. Pengembangan prosedur baku Dekontaminasi Internal radionuklida. Sumber: http://nhc.batan.go.id/tur1.php, diakses pada tanggal 11 Mei 2017.
Saogi, Akhmad. 2010. Pemantauan Kontaminasi Dan Dekontaminasi Alat Potong Accutom Di Laboratorium Kendali Kualitas Hr-22 Iebe – Ptbn. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir : BATAN Sutoto.
“DEKONTAMINASI
PERALATAN
STAINLESS
STEEL
TERKONTAMINASI CESIUM-137 DENGAN SILIKON ASETAT”. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII. Pusat Teknologi Limbah RadioaktifBATAN. Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK. http://caturrontgen.blogspot.com/2010/01/prosedur-dekontaminasi-pada-radio.html http://digilib.batan.go.id/sipulitbang/abstrak.php?id=0402 http://www.batan.go.id/ptbn/php/index.php?option=com_content&view=article&id=68& Itemid=62
Yogyakarta, 13 Mei 2017 Pembimbing,
Puji Astuti, S.ST
Praktikan,
Winahyu Saputri
View more...
Comments