Laporan Pendahuluan Tumor Spino Orbita

August 12, 2019 | Author: restu afriana | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

spino orbita...

Description

Laporan Pendahuluan Tumor Spino Orbita

A. Pengertian

Tumor spheno orbita adalah tumor komplek yang melibatkan sayap sphenoid, orbit dan kadang-kadang sinus kavernosa dengan hiperostosis tulang dan keterlibatan dural seperti lembaran (NCBI, 2015) Pseudotumor orbita adalah suatu keradangan yang idiopatik bukan merupakan neoplasma yang sebenarnya dan dapat mengenai berbagai macam  jaringan orbita (Mariniello, 2016) Tumor orbita mata adalah tumor yang menyerang rongga orbita (tempat bola mata) sehingga merusak jaringan lunak mata, seperti otot mata, syaraf mata dan kelenjar air mata. Rongga orbital dibatasi sebelah medial oleh tulang yang membentuk dinding luar sinus ethmoid dan sfenoid. Sebelah superior oleh lantai fossa anterior, dan sebelah lateral oleh zigoma, tulang frontal dan sayap sfenoid  besar. Sebelah inferior oleh atap sinus maksilaris. (Heufelder, 2015)

B. Penyebab

1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14) 2. Malformasi congenital 3. Kelainan metabolism 4. Penyakit vaskuler 5. Inflamasi intraokuler 6.  Neoplasma. dapat bersifat ganas atau jinak Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan  jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis 7. Trauma

C. Manifestasi Manifestasi Klinis

Beberapa tanda dan gejala tumor mata yaitu : 1.  Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga merupakan gambaran khas

'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-

kavernosa 2.  Proptosis:  pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering dijumpai, berjalan bertahap dan tak

nyeri dalam beberapa bulan atau

tahun (tumor jinak) atau cepat (lesi ganas). 3.  Pembengkakan kelopak: mungkin jelas pada pseudotumor, eksoftalmos endokrin atau fistula karotid-kavernosa 4.  Palpasi: bisa menunjukkan massa yang menyebabkan distorsi kelopak atau bola mata, terutama dengan tumor kelenjar lakrimal atau dengan mukosel. 5. Gerak mata: sering

terbatas oleh sebab mekanis,

namun bila nyata,

mungkin akibat oftalmoplegia endokrin atau dari lesi saraf III, IV, dan VI pada

fisura

orbital

(misalnya sindroma Tolosa Hunt) atau sinus

kavernosus 6.  Ketajaman penglihatan:  mungkin terganggu langsung akibat terkenanya saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.

D. Klasifikasi

Berdasarkan posisinya tumor mata/orbita dikelompokkan sebagai berikut: 1. Tumor eksternal yaitu tumor yang tumbuh di bagian luar mata seperti: 

Tumor palpebra yaitu tumor yang tumbuh pada kelopak mata Misalnya : Tumor  Adeneksa, tumor menyerang kelopak mata (bagian kulit yang dapat membuka dan menutup)



Tumor konjungtiva yaitu tumor yang tumbuh pada lapisan konjungtiva yang melapisi mata bagian depan

a) Tumor intraokuler yaitu tumor yang tumbuh di dalam bola mata Contoh :  Retinoblastoma(RB). Jenis ini adalah tumor ganas retina dan merupakan tumor primer bola mata terbanyak pada anak.  b) Tumor retrobulber yaitu tumor yang tumbuh di belakang bola mata

E. Patofisiologi

Tumor orbita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang diyakini ikut berpengaruh terhadap tumbuhnya tumor. Sebagian besar tumor orbita pada anak-anak bersifat jinak dan karena perkembangan abnormal. Tumor ganas pada anak-anak jarang, tetapi bila ada akan menyebabkan pertumbuhan tumor yang cepat dan prognosisnya jelek. Tumor Orbita meningkatkan volume intraokular dan mempengaruhi masa. Meskipun masa secara histologis jinak, itu dapat mengganggu pada struktur orbital atau yang berdekatan dengan mata. Dan bisa juga dianggap ganas apabila mengenai struktur anatomis. Ketajaman visual atau kompromi lapangan, diplopia, gangguan motilitas luar mata, atau kelainan pupil dapat terjadi dari invasi atau kompresi isi intraorbital sekunder untuk tumor padat atau perdarahan. Tidak  berfungsinya katup mata atau disfungsi kelenjar lakrimal dapat menyebabkan keratopati eksposur, keratitis, dan penipisan kornea. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sklera ke jaringan orbita dan sinus  paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke dalam badan kaca. Di  permukaan terdapat neovaskularisasi dan pendarahan. Warna iris tidak normal.

F.

Pathway

G. Pemeriksaan

1.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah lengkah, laju sedimentasi (LED) ; menunjukkan anemia sistemik / infeksi. 2.

Pemeriksaan Diagnostik

a) Foto polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (keganasan), dilatasi foramen optik (meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang kalsifikasi (retinoblastoma,

tumor

kelenjar

lakrimal).

Meningioma

sering

menyebabkan sklerosis lokal.  b) CT scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan memperlihatkan adanya setiap perluasan keintrakranial. c) Venografi orbital: mungkin membantu.

Pemeriksaan diagnostic pada mata secara umum sebagai berikut : a) Kartu mata Snellen/ mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ; mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau vitreus Humour, kesalahan refraksi atau penyakit system saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optic.  b) Lapang penglihatan ; penurunanan yang disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak, karotis atau patologis arteri serebral atau Glaukoma. c) Tonografi ; mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) d) Gonioskopi ; membantu membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup  pada glaukoma. e) Oftalmoskopi ; mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina dan mikroanurisme.

H. Komplikasi

1. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan dan kebutaan. 2. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. 3. Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang  pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.

I.

Pencegahan

1. Menjaga pola makan dan konsumsi sayur sayuran yang mengandung  banyak serat dan vitamin, terutama wortel. 2. Menjaga pola hidup bersih, seperti rajin mencuci tangan karena tangan yang kotor dan banyak kuman jika menyentuh bagian mata dapat menyebabkan iritasi pada mata. 3. Hindari pemakaian softlens dalam jangka panjang. Pemakaian lensa kontak dalam jangka panjang dapat membuat mata sulit untuk bernapas dan menghirup udara bersih. 4. Gunakan kaca mata anti debu. Untuk menghindari masuknya debu pada mata, faktor debu dan polusi udara ini dapat menjadi penyebab kanker mata jika debu terakumulasi dalam mata.

J.

Penatalaksanaan

1.

Medis

Penatalaksanaan tumor orbita bervariasi bergantung pada ukuran, lokasi, dan tipe tumor seperti : a) terapi medis (obat-obatan)  b) tindakan yang lebih radikal yaitu mengangkat secara total massa tumor c) lainnya tidak membutuhkan terapi. d) radioterapi (sinar) dan kemoterapi. Penatalaksanaan tumor berdasarkan ganas atau tidaknya tumor yaitu :

a) Tumor jinak

  memerlukan

eksisi, namun bila kehilangan penglihatan

merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan konservatif   b) Tumor ganas: memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi  baik dengan kemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar lakrimal) memerlukan reseksi radikal.

2.

Keperawatan

a. Pengkajian 1) Identitas klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis. 2) Keluhan utama Pada umumnya keluhan utama pada kasus ini adalah adanya penurunan visus, nyeri, diplopia, ploptosis, gangguan pergerakan bola mata, palpebra edema dan konjungtiva kemosis. 3) Riwayat penyakit sekarang Adanya gangguan pada pengelihatan yaitu adanya penonjolan pada bola mata sehingga mempengaruhi pergerakan bola mata. 4) Riwayat penyakit dahulu Adanya penyakit yang menular atau menurun yang dialami klien sebelumnya. 5) Riwayat penyakit keluarga Apakah keluarga atau pernah menderita penyakit seperti apa yang dialami klien saat ini dan apakah ada yang menderita penyakit keturunan atau menular seperti hipertensi, DM, TBC dan lain-lain 6) Pola-pola fungsi kesehatan a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Pada kasus ini tidak akan mengalami perubahan atau gangguan pada  personal higiene, misalnya kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, ganti pakaian, BAB dan BAK.  b) Pola nutrisi dan metabolisme. Pada kasus ini tidak akan mengalami perubahan nafsu makan meskipun sama sedangkan dirumah sakit disesuaikan dengan penyakit dan diit klien. c) Pola eliminasi. Kebiasaan BAB atau BAK sehari-hari tidak mengalami gangguan. d) Pola tidur dan istirahat. Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang biasanya disebabkan rasa cemas / ketidaktahuan tentang penyakitnya. e) Pola aktifitas dan latihan. Aktifitas dan latihan mengalami perubahan atau gangguan akibat kurangnya daya pengelihatan. f) Pola persepsi dan konsep diri. Pada kasus ini akan mengalami gangguan persepsi dan kosep diri karena terjadinya perubahan pada dirinya kx merasa takut cacat / tidak  bisa melihat seumur hidup. g) Pola sensori dan kognitif. Klien mengalami gangguan pada pengelihatan disebabkan adanya  penonjolan pada bola mata. Akan tetapi pada cara berfikir kx tidak mengalami gangguan. h) Pola hubungan peran. Terjadinya hubungan peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu klien merasa tidak berguna lagi dan menarik diri. i) Pola penanggulangan stress. Perlu ditanyakan apakah yang membuat klien menjadi stress dan  biasanya masalah dipendam sendiri atau dirundingkan dengan keluarga.  j) Pola reproduksi dan sexual.

Pada kasus ini tidak mengalami gangguan pada pola reproduksi dan sexual k) Pola tata nilai dan kepercayaan. Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan klien meminta  perlindungan atau mendekatkan diri dengan Allah SWT.

 b. Diagnosa 1.  Nyeri b.d adanya massa pada mata 2. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan  penerimaan sensori dari organ penerima. 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan kepala leher, efek samping

penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh

 pada perubahan penampilan. 4. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra dan  pasca operasi (takut aspek pembedahan).

c.

Perencanaan

1.  Nyeri b.d adanya massa pada mata  NOC : Kriteria hasil : a) Klien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 2-3  b) Ekspresi wajah tenang c) klien dapat istirahat dan tidur  NIC: a) Kaji nyeri secara komprehensif R: Mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor  presipitasi.  b) Observasi reaksi non verbal dari ketidak nyamanan. R: Mengetahui rasa ketidaknyamanan yang di rasakan klien akibat dari nyeri

c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya R: Menumbuhkan rasa percaya klien sehingga memudahkan dalam melakukan pengkajian d) Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,  pencahayaan, kebisingan. R: Lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan rasa rileks sehingga dapat mengurangi nyeri e) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis). R: Membantu mengurangi nyeri f) Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) R: untuk mengatasi nyeri. g) Kolaborasi pemberian analgetik R: untuk mengurangi nyeri. h) Evaluasi tindakan R: Mengetahui pengurangan nyeri/kontrol nyeri.

i) Monitor TTV R: Mengetahui keadaan umum klien

2.

Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan  penerimaan sensori dari organ penerima.

 NOC : Tujuan : Mempertahankan ketajaman lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut. Kriteria hasil

:

a) Berpartisipasi dalam program pengobatan.  b) Mengenal gagguan sensori dan berkompensasi terhadap pengobatan.

c) Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.  NIC

:

a) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain di areanya. R: Memberikan peningkatan, kenyamanan, dan kekeluargaan, serta mampu menurunkan cemas.  b) Letakkan barang yang dibutuhkan atau posisi bell pemanggil dalam  jangkauan. R: memungkinkan pasien melihat objek lebih muda dan memudahkan  panggilan untuk pertolongan bila dibutuhkan. c) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan penglihatan. R: sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total. Meskipun kehilangan penglihatan telah terjadi dan tidak dapat diperbaiki, kehilangan lebih lanjut dapat dicegah. d) Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan  penglihatan, contoh : atur perabot/ permainan, terutama perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam. R: menurunkan bahaya, keamanan, berhubungan dengan perubahan l apang  pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan.

3.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan kepala leher, efek samping

penanganan, factor budaya atau spiritual yang berpengaruh pada

 perubahan penampilan.  NOC: Tujuan : tidak terjadi gangguan citra diri Kriteria hasil :

a) Menyatakan penerimaan situasi diri.  b) Memasukkan perubahan konsep diri tanpa harga diri negatif. Intervensi : a) Gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya. R: meningkatkan keterbukaan klien.  b) Dukung sosialisasi dengan orang-orang disekitar klien. R: meningkatkan harga diri klien c) Anjurakan untuk memakai kacamata hitam. R: menutupi kekurangan dan meningkatkan citra diri klien. d) Beriakan umpan balik positif terhadap perasaan anak. R: umpan balik dapat membuat klien berusaha lebih keras lagi mengatasi masalahnya

4.

Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra dan  pasca operasi (takut aspek pembedahan).

 NOC: Tujuan : memperlihatkan / menunjukkan penurunan atau hilang dari rasa cemas. Kriteria hasil : a) Mengungkapkan

pemahaman

tentang

kejadian

pra

dan

pasca

 pembedahan. b) Cemas berkurang, ekspresi wajah rileks.

 NIC: a) Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra dan pasca bedah meliputi : 

Pemeriksaan laboratorium.



Pemeriksaan foto.



Alasan puasa / tidak puasa.



Obat-obat pra dan pasca operasi.



Tinggal diruang pemulihan.

R: klien dapat mengetahui prosedur pembedahan sehingga membantu mengurangi kecemasan klien  b) Ajarkan klien untuk nafas dalam dan informasikan bahwa batuk, mengejan dihindari selama pembedahan. R: Mengurangi kecemasan dan menghindari hal-hal yang dapat  berakibat fatal pada klien c) Lengkapi pembedahan pre operasi, beritahu tim medis jika ada kelainan laboratorium keruang persiapan alat. R: agar proses selama operasi berjalan lancar d) Tegaskan kembali penjelasan tim medis . R: Agar klien lebih memahami prosedur tindakan pembedahan

Daftar pustaka

Bonavolontà G, Strianese D, Grassi P, et al. 2015.  An analysis of 2,480 spaceoccupying lesions of the orbit from 1976 to 2011 . Ophthalmic Plastic & Reconstructive Surgery. Elsaid Ahmed, Kamal Hazem Mostafa. 2016. Surgical Management of Sphenoorbital Meningiomas En Plaque; Clinical and Radiological Outcome . Egyptian Journalof Neurosurgery 29 :3-8, Heufelder MJ, Sterker I, Trantakis C, et al. 2015.  Reconstructive and ophthalmologic

outcomes

following

resection

of

spheno-orbital

meningiomas. Ophthalmic Plastic & Reconstructive Surgery Mariniello G, Bonavolontà G, Tranfa F, Maiuri F. 2016. Clinical Neurology and  Neurosurgery. Clinical Neurology and Neurosurger  Nurafif, Huda amin dan Hardhi Kusuma. 2016.  Asuhan Keperawatan Praktis berdasarkan penerapan diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam berbagai kasus . Mediaction Jogja : Jogjakarta https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3029659 (Diakses pada tanggal 09 april 2018) https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1878875018300378 (Diakses  pada tanggal 09 april 2018) https://www.scribd.com/document/374025993/Laporan-Kasus-Spheno-OrbitoMeningioma (Diakses pada tanggal 09 april 2018) www.klinikmatanusantara.com/file/859.pd (Diakses pada tanggal 09 april 2018)

Mahasiswa

Restu Afriana

Pembimbing Akademik

Preseptor Ruangan L

 Ns. Fauzan Alfikrie, M. Kep

H. Edi Ermansyah, S.Kep, Ners  NIP : 19750510 199502 1 002

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF