Laporan Pendahuluan STT

July 11, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Pendahuluan STT...

Description

 

LAPORAN PENDAHULUAN STT (SOFT TISSUE TUMOR) AKSILA

A.  KONSEP TEORI  1.  DEFINISI  

Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.  Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker, karsinoma, atau sarkoma tumbuh menyusup (infiltrative) ke jaringan sekitarnya sambil merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan.  Neoplasma jinak ji nak tumbuh dengan batas tegas dan tidak ti dak menyusup, tidak merusak, tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif),

dan

umumnya

tidak

bermetastasis,

misalnya

lipoma.

Klasifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik pada jaringan dan sel tumor. Dari pemeriksaan mikroskopik ini tampak gambaran keganasan yang sangat bervariasi, mulai dari yang relatif jinak sampai ke yang paling ganas. Pada satu organ dapat timbul satu atau lebih neoplasma yang sifatnya berlainan. Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung pada besarnya penyimpangan dalam  pertumbuhan, dan kemampuannya mengadakan infiltrasi danmenyebabkan metastasis.

 

Bila kulit diatas benjolan masih baik dan tidak ada luka berupa borok, kemungkinan benjolan tersebut berasal dari bawah kulit yaitu dari jaringan lunak yang ada dibawah kulit atau bisa juga dari tulang iga, namun kemungkinan paling besar adalah dari jaringan lunak bila pembesarannya relatif cepat dalam waktu yang singkat. Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian. Tumor jaringan lunak dapat terjadi diseluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas. Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS) . Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15 % dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan  pada semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering se ring pada umur sekitar s ekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling p aling banyak pada umur 45-50 tahun. Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha. Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di tempat lainnya, lainn ya, antara lain di dada. Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke paru-paru (paling sering), ke liver, tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah bening.Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit  penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau

 

nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada sarafsaraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Kanker jaringan lunak umumnya pertumbuhannya relatif cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, bila digerakkan agak sukar bergerak dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan  borok dan perdarahan pada pada kulit diatasnya. Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis, adalah dengan pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu  biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan  pengangkatan seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh dokter  patologi anatomi, dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak yang jinak atau ganas. Bila ganas, dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya. Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya tergantung pada  jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak, maka cukup hanya  benjolannnya saja yang diangkat dan tidak ada tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan lunak hasilnya ganas atau kanker, maka pengobatannya  bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakan pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan kemoterapi hanyalah sebagai  pelengkap, namun responsnya kurang begitu baik, kecuali untuk jenis kanker  jaringan

lunak

yang

berasal

dari

otot

yang

disebut

embrional

rhabdomyosarcoma. Untuk kanker yang ukurannya besar, setelah operasi,

 

ditambah dengan radioterapi. Pada kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau tulang. Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. (Brunner and Suddart. 2001). Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal,  progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker. (Price, Sylvia Anderson. 1995) Soft Tissue Tumor   (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker. (http://www.dinkes.kalbar.go.id/).. (http://www.dinkes.kalbar.go.id/) Jadi kesimpulannya, Soft Tissue Tumor  (STT)   (STT) adalah suatu benjolan atau  pembengkakan abnormal abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.

2.  ETIOLOGI

a.  Kondisi genetik  b.  Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor  predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis. c.  Radiasi Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasiinduksi yang mendorong transformasi neoplastic. d.  Lingkungan carcinogens Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak. e.  Infeksi Infeksi virus  Epstein-Barr  dalam   dalam orang yang kekebalannya lemah

 

 juga akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan  jaringan lunak. f.  Trauma Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors  Tumors  nampaknya kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

3.  TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu  benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada sarafsaraf tepi. Dalam tahap awal, jaringan lunak tumors biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumors dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit 4.  PATOFISIOLOGIS

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak Soft Tissue Tumor s (STT)  (STT)  adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kirakira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumors jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor  jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari

 

tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan.  proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi dibagi atas 4 fase yaitu :

  Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.   Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.





  Invasi lokal.



  Metastasis jauh.



5.  PATHWAY

 

6.  PENATALAKSANAAN

Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumors tergantung  pada tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan jaringan lunak tumors tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi. a.  Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors. Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin,  jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki.  b.  Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink Tumors operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam

beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan ditemukan untuk

memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan hidup. c.  Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk

mencegah

penyebaran

jaringan

lunak

tumors

belum

membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi penyakit.

 

Penanganan pada Soft Tissue Tumor (STT) adalah sebagai berikut : a.  Terapi Medis Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal bagian atas misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum atau colon.  b.  Terapi Pembedahan (Surgical Therapy) Pembedahan (complete surgical excision) dengan kapsul sangatlah penting untuk mencegah kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi tergantung lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya.

B.  KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1.  Pengkajian

a. 

 b. 

c. 

Identitas   Nama

:

Umur

:

Jenis Kelamin

:

Status Perkawinan

:

Agama

:

Alamat

:

 No. Register

:

Tanggal Pengkajian

:

Alasan Masuk Rumah Sakit  Alasan Dirawat

:

Keluhan Utama Saat Dikaji

:

Riwayat Kesehatan  Riwayat penyakit sekarang : Riwayat sakitsebelumnya : Riwayat kesehatan keluarga :

d. 

Pemeriksaan Fisik :  Keadaan umum : TTV

:

 

Head To Toe

:

Kepala Rambut Mata Hidung Telinga Mulut dan gigi Leher Thorax Abdomen Alat kelamin luar Anus Extremintas Integumen e.  Psikososial f.  Spiritual g.  Pemeriksaan penunjang Hasil Lab.: Radiologi : Lain-lain : 2.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.  Pre Operatif   1)  Kurang pengetahuan

mengenai

kondisi,

prognosis,

dan

kebutuhan pengobatan. 2)  Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang  penyakit   b.  Intra Operatif   c.  Post Operatif   1)   Nyeri

akut

 jaringan. 

berhubungan

dengan

terputusnya

kontinuitas

 

2)  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya adanya luka post operasi.  3)  Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi.   3.  INTERVENSI KEPERAWATAN

a.  Pre Operatif Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan mengenai kondisi,  prognosis, dan kebutuhan pengobatan. pengobatan. Dapat dihubungkan dengan : Kurangnya pemajanan/mengingat, salah interpretasi informasi. Hasil yang diharapkan :

  Mengutarakan pemahaman proses penyakit/proses praoperasi



dan harapan pasca operasi.   Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan



dari suatu tindakan

  Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut



serta dalam regimen perawatan. INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri Kaji tingkat pemahaman pasien

Tinjau ulang patologi khusus dan antiseptis prosedur  pembedahanm.

Gunakan sumber-sumber bahan  pengajaran, audiovisual sesuai keadaan. Melaksanakan  pengajaran individual;

program praoperatif pembatasan

Berikan fasilitas perencanaan  program pengajaran  pascaoperasi Sediakan pengetahuan  berdasarkan hal di mana pasien dapat membuat pilihan terapi  berdasarkan informasi dan setuju untuk mengikluti  prosedur, dan adanya kesempatan untuk menjelaskan kesalahan konsep. Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan pasien untuk  belajar. Meningkatkan  pemahaman/kontrol pasien dan

dan memungkinkan

partisipasi

 

 prosedur  praoperatif/pascaoperatif, misalnya perubahan urinarius dan usus, pertimbangan diet, tingkat/perubahan aktivitas, latihan pernapasan dan kardiovaskuler, kontrol rasa sakit. Sediakan kesempatan untuk melatih batuk, nafas dalam, dan latihan otot. Informasikan pasien/orang terdekat mengenai rencana  perjalanan, komunikasi dokter/orang terdekat.

dalam perawatan pascaoperasi.

Meningkatkan pengkajian dan aktivitas pascaoperasi. Informasi logistik mengenai  jadwal dan kamar operasi dan  juga di mana dan kapan ahli  bedah akan berkomunikasi dengan orang terdekat untuk mengurangi stres.

1)  Diagnosa Keperawatan : Ketakutan/Ansietas Dapat dihubungkan dengan : krisis situasional, ketidak akraban dengan lingkungan. Ancaman kematian; perubahan pada status kesehatan. Hasil yang diharapkan :

  Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang



sehat dalam berhadapan dengan mereka.

  Tampil santai, dapat beristirahat/tidur cukup.



  Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang



 berkurang ke tingkat yang dapat diatasi. INTERVENSI

RASIONAL

Mandiri Sediakan waktu kunjungan oleh  personel kamar operasi sebelum  pembedahan jika memungkinkan. Diskusikan hal-hal yang harus diantisipasi yang dapat menakutkan/menjadi perhatian pasien, misalnya masker, lampu, IV cuff TD, elektroda, bovie pad, suara autoklaf, tangisan anak-anak.

Dapat menjamin dan meredakan keresahan pasien, dan juga menyediakan informasi untuk  perawatan intraoperasi formulatif. Mengetahui bahwa lingkungan yang asing dapat menakutkan, dan menghilangkan rasa takut yang  berhubungan dengan hal tersebut.

Informasikan pasien/orang terdekat Kembangkan rasa percaya/hubungan,

 

tentang peran advokat perawat intraoperasi. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya  penundaan prosedur pembedahan. pembedahan.

turunkan rasa takut akan kehilangan control pada lingkungan yang asing Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap  prosedur/zat-zat anestesi. Validasi sumber rasa takut. Sediakan Mengidentifikasi rasa takut yang informasi yang akurat dan factual spesifik akan membantu pasien untuk menhadapinya secara raealistis, misalnya kesalahan identifikasi/operasi yang salah, kesalahan anggota tubuh yang dioperasi, penggambaran yang salah, kehilangan harga diri/control, terbangun/sadar terhadap anestesi local. Pasien mungkin mengalami kesalahan interpretasi tentang informasi praoperasi mengenai proses

Catat ekspresi yang  berbahaya/perasaan tidak tertolong. Preokupasi dengan antisipasi  perubahan/kehilangan, perasaan tercekik. Beritahu pasien kemungkinan dilakukannya anestesi local atau spinal dimana rasa pusing atau mengantuk mungkin saja terjadi. Anestesi saja membutuhkanini lebihmungkin banyak obatobatan sedatif dan akan diberikan jika dibutuhkan dan bahwa penggunaan tirai operasi akan menghalangi  pandangan dari ruang operasi. operasi. Perkenalkan staf pada waktu  pergantian ke raung operasi. Bandingkan jadwal operasi, grafik, gelang identifikasi pasien dan tanda tangan persetujuan operasi. Cegah pemajanan tubuh yangtidak diperlikan selama pemindahan atau  pada ruang operasi. Berikan petunjuk/penjelasan yang

 penyakit/pembedahan. Pengalaman sebelumnya, rasa takut dari keluarga/kenalan mungkin tidak dapat dipecahkan. Pasien mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang ditunjukkan dengan antisipasi prosedur  pembedahan/diagnose/prognosa  penyakit. Mengurangi ansietis/rasa takut bahwa  pasien mungkin “melihat” prosedur.  prosedur. 

Menciptakan hubungan dan kenyamanan psikologis. Memberikan identifikasi positif, mengurangi rasa takut bahwa mungkin terjadi prosedur yang salah. Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan untuk control. Ketidakseimbangan dari proses

 

sederhana pada pasien yang tenang.  pemikiran akan membuat pasien Tinjau lingkungan sesuai sesuai menemui kesulitan untuk memahami  petunjuk-petunjuk yang panjang dan kebutuhan  berbelit-belit. Control stimuli eksternal Suara gaduh dan keributan kan meningkatkan ansietas. Konseling professional mungkin Kolaborasi Rujuk pada perawatan oleh dibutuhkan pasien untuk mengatasi rohaniawan/spiritual, spesialis klinis rasa takut.  perawat psikiatri, konseling psikiatri  jika diperlukan. Diskusikan penundaan/penangguhan Mungkin diperlukan jika rasa takut  pembedahan dengan dokter, yang berlebihan tidak anestesiologis, pasien, dan keluarga  berkurang/teratasi. sesuai kebutuhan. Berikan obat sesuai petunuk, misalnya Untuk meningkatkan tiur malam hari sebelum pembedahan; meningkatkan zat-zat sedative, hipnotis; kemampuan koping. Tranqualizer IV. Mungkin dibutuhkan dalam area induksi untuk mengurangi ansietas dan menimbulkan kenyamanan. Catatan: Depresi pernapasan/bradikardi dapat terjadi yang mengharuskan dilakukanya intervensi yang tepat.  b.  Intra Operatif Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadinya hipotermi berhubungan dengan paparan suhu ruangan operasi yang rendah. Hasil yang diharapkan/kriteria hasil : pertahankan suhu tubuh  pasien dalam batas normal.  INTERVENSI Mandiri Catat suhu ruangan praoperasi

RASIONAL

Digunakan sebagai dasar untuk memantau suhu intraoperasi. Dapat membantu dalam mempertahankan/menstabilkan suhu pasien.

Kaji suhu lingkungan dab modifikasi sesuai kebutuhan, misaknya sediakan selimut  penghangat dan pendingin, meningkatkan suhu ruangan. Sediakan selimut penghangat Anastesi inhalasi akan menekan  pada saat-saat darurat untuk hipotalamus, dan mengakibatkan kurngnya regulasi suhu tubuh. anastesi. Kolaborasi

 

Pantau suhu intraoperatif.

mulai

fase Penghangat/pendingin terus menerus yang melembabkan inhalasi anastesi digunakan untuk mempertahankan kelembaban dan keseimbangan suhu pada pohon trakeobronkialis. Tempatkan selimut Pertahankan suhu tubuh yang tetap  penghangat/pendingin di dalam lingkungan ruang operasi yang dingin dan/ demam.  bawah pasien. Berikan dantrolen (dantrium) Tindakan yang segar untuk untuk pemberian IV. mengontrol suhu sangat diperlukan untuk mencegah kematian dari hipertermia malignan. c.  Post Operatif 1) 

Diagnosa Keperawatan : Nyeri Akut

Dapat dihubungkan dengan : Gangguan pada kulit, jaringan, dan integritas otot, trauma muskuloskletal. Hasil yang diharapka :

  Mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol/dihilangkan.



  Tanpak santai, dapat beristirahat/tidur dan ikut serta dalam



aktivitas sesuai kemampuan. INTERVENSI

RASIONAL Mandiri Pendekatan pada manajemen Catat umur dan berat pasien, rasa sakit pascaoperasi masalah medis/psikologis yang  berdasarkan kepada faktormuncul kembali, sensitivitas faktor variasi multipel. idiosinkratik analgesik dan  proses intraoperasi (mis., ukuran/lokasi insisi,  penggantian saluran, zat-zat anastesi) yang digunakan. narkotik dan Ulangi rekaman Munculnya droperidol pada sistem dapat intraoperasi/ruang  penyembuhan untuk tipe menyebabkan analgesik narkotik anastesi dan medikasi yang dimana pasien dibius dengan an diberikan sebelumnya. Fluothane dan Ethrane yang tidak memiliki afek analgesik residual. Selain itu, intraoperatif  blok regional/lokal memiliki  berbagai durasi, misalnya 1-2

 

Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensitas.

Catat munculnya rasa cemas/takit dan hubungkan dengan lingkungan dan  persiapkan untuk prosedur.

Kaji

TTV,

perhatikan

takikardia, hipertensi dan  peningkatan pernapasan,  bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit. Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi.

 jam untuk regional atau 2-6 jam untuk lokal. Sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi. Catatan : sakit kepala frontal dan atau oksipital mungkin  berkembang dalam 24-72 jam yang mengikuti anastesi spinal, mengharuskan posisi terlentang,  peningkatan pemasukan cairan, dan pemberitahuan ahli anatesi. Perhatikan hal-hal yang tidak diketahui (mis., hasil biopsi) dan/atau persiakan inadekuat (mis., apendiktomi darurat) dapat memperburuk persepsi  pasien akan rasa sakit. Dapat mengidentifikasi rasa sakit akut dan ketidaknyamanan.

Ketidaknyamanan mungkin disebabkan/diperburuk dengan  penekanan pada kateter indwelling yang tidak tepat, selang NG, jalur parenteral. penyebab Berikan informasi mengenai Pahami sifat ketidaknyamanan, sesuai ketidaknyamanan kebutuhan. Lakukan reposisi sesuai Mungkin mengurangi rasa sakit

dan Posisi meningkatkan semi Fowlersirkulasi. dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot punggung atritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal. Dorrong penggunaan relaksasi, Lepaskan tegangan emosional seperi relaksasi napas dalam, dan otot; tingkatkan perasaan imajinasi terbimbing, kontrol yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan visualisasi. koping. Berikan perawatan oral reguler. Mengurangi ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan membran mukosa yang kering  pada zat-zat anastesi, restriksi

 petunjuk, misalnya Fowler, miring.

semi-

 

Observasi efek analgesik.

Kolaborasi Berkan obat sesuai petunjuk   Analgesik IV (setelah mengulangi catatan anastesi untuk kkontraindikasi dan/munculnya zat-zat dapat menyebabkan analgesia); menyediakan analgesia setiap saat dengan dosis  penyelamat yang 

oral. Respirasi mungkin menurun  pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efekefek sinergisik dengan zat-zat anastesi.

Analgesik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa sakit, menimbulakan  penghilangan yang lebih efektif dengan obat dosis kecil. Pemberian IM akan memberi waktu lebih lama dan keefektifannya bergantung pada tingkat dan absorpsi sirkulasi.

intermiten. ADP   Analgesik dikontrol Penggunaan mengharuskan instruksi secara  pasien (ADP) detail pada metode  penggunaannyaa  penggunaanny dan harus dipantau secara ketat namun dianggap sangat efektif dalam mengatasi rasa sakit  pascaoperasi dengan jumlah narkotik yang lebih sedikit.



  Anastesi lokal, misalnya Analgesik mungkin diinjeksikan



 blok epidural.

ke dalam lokasi operasi atau

saraf yang mungkin tetap ke lokasi terlindungi pada  pascaoperasi yang segera untuk mencegah rasa sakit. 2)  Diagnosa Keperawatan : Integritas kulit/Jaringan/Kerusakan Dapat dihubungkan dengan : interupsi mekanis pada kulit/jaringan. Perubahan sirkulasi, efek-efek yang ditimbulkan oleh medikasi, akumuliasi drein, perubahan status metabolik. Hasil yang diharapkan :

  Mencapai penyembuhan luka.



 

  Mendemonstrasikan tingkah laku/teknik untuk meningkatkan



kesembuhan dan untuk mencegah komplikasi. INTERVENSI

RASIONAL 

Mandiri Beri penguatan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan teknik aspetik yang keta Secara hati-hati lepaskan perekat ( sesuai arah pertumbuhan rambut) dan  pembalut pada waktu mengganti. Gunakan sealant/barrier kulit sebelum  perekat jika diperlukan. Gunakan  perekat yang halus/silk *hipoalergik atau perekat Montgoumery/elastic untuk membalut luka yang membutuhkan pergantian balutan yang sering. Mandiri Periksa tegangan balutan. Berikan  perekat pada pusat insisi menuju ke tepi luar dari balutan luka. Hindari menutup pada seluruh ekstremitas. Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.

Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi. Mengurangi risiko trauma kulit dan gangguan pada luka. Menurunkan risiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan  perlindungan tambahan untuk kulit atau jaringan yang halus.

Dapat menggunakan membendung sirkulasi pada sekaligus bagian distal ekstermitas.

atau luka dari

Pengenalan akan adanya kegagalan  proses penyembuhan luka/berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius. cairan menandakan Kaji jumlah dan karakteristik cairan Menurunnya adanya evolusi dari proses luka.  penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus menerus atau adanya eksudat yang bau menunjukkan terjadinya komplikasi (misalnya  pembentukan fistula, pendarahan, infeksi). Fasilitasi letak kantong dekat luka, menurunkan risiko terjadinya infeksi dan kecelakaan secara kimiawi pada  jaringan/kulit.

Pertahankan ketepatan saluran  pengeluaran cairan, berikan kantong  penampung cairan pada drain/insis yang mengalami pengeluaran cairan yang berbau Tinggikan daerah yang dioperasi Meningkatkan pengembalian aliran sesuai kebutuhan. vena dan menurutkan pembentukan edema. Catatan : Meningkatkan daerah yang mengalami insufiensi  pada vena mungkin menyebabkan

 

Tekan areal atau insisi abdominal dan dada dengan menggunakan bantal selama batuk atau bergerak. Ingatkan pasienluka.untuk tidak menyentuh daerah Biarkan terjadi kontak antara luka dengan udara sesegera mungkin atau tup dengan kain kasa tipis/bantalan Telfa sesuai kebuthan.

Bersihkan permukaan kulit dengan menggunakan hydrogen peroksida atau dengan air yang mengalir dan sabun lunak setelah daerah insisi ditutup. Kolaborasi Berikan es pada daerah luka jik dibtuhkan.

kerusakan. Menetralisasi tekanan pada luka, meminimalkan risiko terjadinya rupture/dehisens. Mencegah kontaminasi luka. Membantu mengeringkan luka dan menfasilitasi proses penyembuhan luka. Pemberian cahaya mungkin diperlukan untuk mencegah iritasi bila tepi luka/sutura bergesekan dengan linen. Menurunkan kontaminasi kulit; membantu dalam membersihkan cksudat.

Menurunkan pembentukan edema yang mungkin menyebabkan tekanan yang tidak dapat dididentifikasi pada luka selama periode pasca operasi tertentu. Gunakan korset pada abdominal bila Member pengencangan tambahan dibutuhkan.  pada insisi yang berisiko tinggi (misalnya pada pasien yang obesitas). Irigasi luka; bantu dengan melakukan Memberikan jaringan nekrotik/luka  –   debridement sesuai kebutuhan. eksudat untuk meningkatkan  penyembuhan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Ed 8. 8. .  . Jakarta : EGC. Doenges, Marilyan E. 1999.  Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk  Perencanaan dan Pendokumentasian Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses  Penyakit . Edisi 4. Jakarta : EGC Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. I.  I.  Jakarta : Salemba Medika

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF