Laporan Pendahuluan Sinusitis

July 26, 2019 | Author: hiraagustini | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

keperawatan...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS

A.

Kons Konsep ep Dasa Dasarr Sinu Sinusi siti tiss 1. Anatomi fisiologi

Ada delapan sinus paranasal, paranasal, empat buah pada masing-masing masing-masing sisi hidung. hidung. Anatominy Anatominyaa dapat dijelaskan dijelaskan sebagai sebagai berikut: berikut: sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua Semua sinus sinus ini dilapi dilapisi si oleh oleh mukos mukosaa yang yang merupa merupakan kan lanjuta lanjutan n mukos mukosaa hidung hidung,, berisi berisi udara udara dan semua semua bermuar bermuaraa di rongga rongga hidung hidung melalui melalui ostium ostium masing masing-mas -masing ing.. Pada Pada meatus meatus medius medius yang yang merupa merupakan kan ruang ruang dianta diantara ra konka konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris semilunaris yakni muara dari sinus maksila, maksila, sinus frontalis frontalis dan ethmoid anterior. anterior. Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan  atau menjelang bulan ! dan tetap tetap berkem berkemban bang g selama selama masa masa kanak-k kanak-kana anak, k, jadi jadi tidak tidak heran heran jika jika pada pada foto foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid. "ungsi sinus paranasal adalah : 

#embentuk pertumbuhan $ajah karena di dalam sinus terdapat rongga udara sehingga bisa untuk perluasan. %ika tidak terdapat sinus maka pertumbuhan tulang akan terdesak.



Sebagai pengatur udara (air conditioning).



Peringan cranium.



&esonansi suara.



#embantu produksi mukus.

a) Sinus Sinus #aksila #aksilaris ris 

'erbentuk 'erbentuk pada usia fetus bulan ! yang terbentuk dari proses us maksilaris arcus .



entuknya piramid, dasar piramid pada dinding lateral hidung, sedang apenya pada pars *ygomaticus maillae.



#erupakan sinus terbesar dengan +olume kurang lebih  cc pada orang de$asa.

erhubungan dengan : a a+um orbita, dibatasi oleh dinding tipis (berisi n. infra orbitalis) sehingga  jika dindingnya rusak maka dapat menjalar ke mata.  b /igi, dibatasi dinding tipis atau mukosa pada daerah P0 #oar. c 1uctus nasolakrimalis, terdapat di dinding ca+um nasi.  b) Sinus 2thmoidalis 

'erbentuk pada usia fetus bulan !.



Saat lahir, berupa 0-3 cellulae (ruang-ruang kecil), saat de$asa terdiri dari 4- cellulae, dindingnya tipis.



entuknya berupa rongga tulang seperti sarang ta$on, terletak antara hidung dan mata

erhubungan dengan : a "ossa cranii anterior yang dibatasi oleh dinding tipis yaitu lamina cribrosa. %ika terjadi infeksi pada daerah sinus mudah menjalar ke daerah cranial (meningitis, encefalitis dsb).  b 5rbita, dilapisi dinding tipis yakni lamina papiracea. %ika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pecah maka darah masuk ke daerah orbita sehingga terjadi rill 6ematoma.7er+us 5ptikus. c 7er+us, arteri dan +ena ethmoidalis anterior dan pasterior. c) Sinus "rontalis 

Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.



'idak simetri kanan dan kiri, terletak di os frontalis.



!olume pada orang de$asa 8 4cc.



ermuara ke infundibulum (meatus nasi media).

erhubungan dengan : a "ossa cranii anterior, dibatasi oleh tulang compacta.  b 5rbita, dibatasi oleh tulang compacta. c 1ibatasi oleh Periosteum, kulit, tulang diploic.

d) Sinus Sfenoidalis 

'erbentuk pada fetus usia bulan 



'erletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.



!olume pada orang de$asa 8 4 cc.

erhubungan dengan : a Sinus ca+ernosus pada dasar ca+um cranii.  b /landula pituitari, chiasma n.opticum. c 'ranctus olfactorius. d Arteri asillaris rain Stem (atang 5tak) . Definisi

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi, infeksi +irus, bakteri dan jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (angjaya, 0990). Sinusitis merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau +irus. Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang melapisi sinus. iasanya sinus berisi udara, tetapi ketika sinus tersumbat dan  berisi cairan, kuman (bakteri, +irus, dan jamur) dapat berkembang dan menyebabkan infeksi. Sinusitis adalah peradangan pada sinus karena infeksi kuman, +irus, jamur, dan bakteri. !. Klasifi"asi

erdasarkan jenisnya, sinusitis dapat dibagi sebagai berikut: .

Sinusitis akut Sinusitis bersifat akut jika berlangsung selama 3 minggu atau lebih. Penyebab sinusitis akut menurut changjaya, 0993 adalah: 

nfeksi +irus Sinusitis akut dapat terjadi setelah terin+eksi suatu infeksi +irus pada saluran pernafasan bagian atas.



nfeksi bakteri

1idalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal

tidak menimbulkan penyakit (misalnya streptococcus

 pneumonia, haemophilus influen*a, dan staphilus aerus). %ika pertahanan tubuh menurundrainase dari sinus tersumbat akibat pilekinfeksi +irus lainnya, maka bakteri ysng sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang  biak dan menyusup ke dalam sinus. akteri bertanggung ja$ab terhadap meningkatnya ;9< kasus sinusitis akut. 

nfeksi jamur Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan system kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur.



Peradangan menahun pada saluran hidung Pada penderita renitis alergika  bisa terjadi sinusitias akut, demikian pula halnya pada penderita renitis +asomotor.



Penyakit tertentu Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita gangguan system kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir.

Penyebab lain menurut allenger, ==> adalah : 

Semua keadaan anatomikfisiologik yang dapat menimbulkan sumbatan drainase dari sinus, menyebabkan statis secret dan hal ini menyebabkan infeksi.



Polip alergi dengan posisi yang tidak menguntungkan, terutama dekat hiatus semilunaris karena menyebabkan sumbatan relatif terhadap drainase dari kelompok anterior.



nfeksi apical dari sisi yang menonjol ke dalam dasar sinus maksila dapat menyebabkan infeksi

0.

Sinusitis kronik   Sinusitis kronik jika berlangsung selama 3 ? @ minggu dan dapat  berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Penyebab sinusitis kronik : 

Asma



Penyakit alergi



/angguan system kekebalankelainan sekresi maupun pembuangan lendir.



Akti+itas silia yang rusak dapat mengganggu pembersihan sinus yang menyebabkan infeksi sinus berkepanjangan. Sebagai tambahan efek   buruk dari merokok dan polusi udara terhadap akti+itas mukosiliar, de+iasi septum dapat mengubah arus kon+eksi aliran udara inspirasi sedemikian rupa, sehingga terdapat daerah kering yang dapat merusak  akti+itas silia.



5bstruksi hidung kronik akibat rabor dan edema membran mukosa hidung.

#. Etiologi

a. Penjalanan infeksi gigi seperti infeksi periapikal atau abses apikal gigi dari gigi kaninus sampai gigi molar tiga atas. iasanya infeksi lebih sering terjadi pada kasus-kasus akar gigi yang hanya terpisah dari sinus oleh tulang yang tipis, $alaupun kadang-kadang ada juga infeksi mengenai sinus yang dipisahkan oleh tulang yang tebal (&oss, ===).  b. Prosedur ekstraksi gigi. Pencabutan gigi ini dapat menyebabkan terbukanya dasar sinus sehingga lebih mudah bagi penjalanan infeksi (Saragih, 0994). c. Penjalaran penyakit periodontal yaitu dijumpai adanya penjalaran infeksi dari membran periodontal melalui tulang spongiosa ke mukosa sinus (Prabhu Pad$a &obsen &ahbar, 099=). d. 'rauma, terutama fraktur maksila yang mengenai prosesus al+eolaris dan sinus maksila (&oss, ===). e. Adanya benda asing dalam sinus berupa fragmen akar gigi dan bahan tambahan akibat pengisian saluran akar yang berlebihan (Saragih, 0994). f.

5steomielitis pada maksila yang akut dan kronis (#angunkusomo &ifki, 099).

g. Bista dentogen yang seringkali meluas ke sinus maksila, seperti kista radikuler  dan folikuler (Prabhu Pad$a &obsen &ahbar, 099=). h. 1e+iasi septum ka+um nasi, polip, serta neoplasma atau tumor dapat menyebabkan obstruksi ostium yang memicu sinusitis (#angunkusomo dan Soetjipto,0994).

$. %anifestasi "linis

. 7yeri  7yeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena, yaitu : •

Sinusitis maksilaris : nyeri pipi tepat di ba$ah mata, sakit gigi, sakit kepala.



Sinusitis frontalis : sakit kepala di dahi.



Sinusitis etmoidalis : nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi, nyeri tekan di pinggiran hidung, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat.



Sinusitis sfenoidalis : nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang atau kadang menyababkan sakit telinga dan leher.

0. Sakit kepala Sakit kepala merupakan salah satu tanda yang paling umum dan paling penting  pada sinusitis. Sakit kepala akan meningkat jika membungkukkan badan ke depan dan jika badan tiba-tiba digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat menutup mata, saat istirahat atau saat berada di kamar yang gelap. Sakit kepala timbul tiap hari mulai pukul 9 -  dan berakhir pukul 3 - > sore. Pada sinusitis kronik nyeri dan sakit kepala mungkin tidak ada kecuali bila terjadi gangguan drainase dan fentilasi. 3. 7yeri pada pendengaran  7yeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi pada  penyakit di sinus-sinus yang sehubungan dengan permukaan $ajah seperti sinus frontalis, sinus etmoro anterior dan sinus maksila. >. /angguan penghidu ndra penghidu dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium bau yang tidak  tercium oleh hidung normal. Beluhan yang sering adalah hilangnya penghidu (anosmia), terjadi karena sumbatan pada fisura olfaktorius di daerah kontra media. Pada kasus anemia, dapat terjadi karena degenerasi filamen terminal 7. olfaktorius. . Pembengkakanedema

%ika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut dapat terjadi  pembengkakan dan udema kulit yang ringan akibat periostitis. Palpasi dengan  jari mendapati sensasi seperti ada penebalan ringanseperti meraba beludru. ;. Secret nasal Pus dalam rongga hidung dapat berarti empisema dalam sinus, mukosa hidung  jarang merupakan pusat focus peradangan supuratif, sinus-sinus lainlah yang merupakan pusat fukus peradangan semacam ini. Adanya pus dalam rongga menandakan adanya suatu peradangan sinus. /ejala yang lainnya adalah : . 'idak enak badan. 0. 1emam. 3. Cetih, lesu. >. atuk, yang mungkin memburuk pada malam hari. &. Patofisiologi

Besehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam kompleks osteomeatal. Sinus dilapisi oleh sel epitel respiratorius. Capisan mukosa yang melapisi sinus dapat dibagi menjadi dua yaitu lapisan +iscous superficial dan lapisan serous  profunda. airan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk membunuh bakteri maka  bersifat sebagai antimikroba serta mengandungi *at-*at yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara  pernafasan. airan mukus secara alami menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika  jumlahnya berlebihan (&amalinggam, ==9 #angunkusomo dan Soetjipto,0994). "aktor yang paling penting yang mempengaruhi patogenesis terjadinya sinusitis yaitu apakah terjadi obstruksi dari ostium. %ika terjadi obstruksi ostium sinus akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi, yang menyebabkan fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan mukus dengan kualitas yang kurang baik (Bieff dan usaba, 099>). 1isfungsi silia ini akan menyebabkan retensi mukus yang kurang baik pada sinus (6ilger, ==4). Bejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena infeksi bakteri (anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga

 jaringan lunak gigi dan sekitarnya rusak (Prabhu Pad$a &obsen &ahbar, 099=). Pulpa terbuka maka kuman akan masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa sehingga membentuk gangren pulpa. nfeksi ini meluas dan mengenai selaput  periodontium menyebabkan periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama sehingga terbentuk pus. Abses periodontal ini kemudian dapat meluas dan mencapai tulang

al+eolar menyebabkan abses

al+eolar. 'ulang al+eolar 

membentuk dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi mukosa sinus. 1isfungsi silia, obstruksi ostium sinus serta abnormalitas sekresi mukus menyebabkan akumulasi cairan dalam sinus sehingga terjadinya sinusitis maksila (1rake, ==4). 1engan ini dapat disimpulkan bah$a patofisiologi sinusitis ini  berhubungan dengan tiga factor, yaitu patensi ostium, fungsi silia, dan kualitas sekresi hidung. Perubahan salah satu dari factor ini akan merubah sistem fisiologis dan menyebabkan sinusitis. Pat'(a) *. Pemeri"saan +iagnosti,

a. &inoskopi anterior  'ampak mukosa konka hiperemis, ka+um nasi sempit, dan edema.Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak  mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid  posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior.  b. &inoskopi posterior : 'ampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). c. 1entogen : aries gigi (P#,P#0,#) d. 'ransiluminasi (diaphanoscopia) Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi  bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibanding sisi yang normal. e. D "oto sinus paranasalis: Pemeriksaan radiologik yang dibuat ialah Posisi EaterFs, Posteroanterior dan Cateral. Akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid le+el) pada sinus yang sakit.Posisi EaterFs adalah untuk 

memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di ba$ah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid. Posisi Posteroanterior untuk  menilai sinus frontal dan Posisi Cateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid f.

Pemeriksaan ' ?Scan Pemeriksaan '-Scan merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. '-Scan pada sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid le+el, perselubungan homogen atau tidak  homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik).6al-hal yang mungkin ditemukan pada  pemeriksaan '-Scan : a) Bista retensi yang luas, bentuknya kon+eks (bundar), licin, homogen, pada  pemeriksaan

'-Scan

tidak

mengalami

ehans.

Badang

sukar 

membedakannya dengan polip yang terinfeksi, bila kista ini makin lama makin besar dapat menyebabkan gambaran air-fluid le+el.  b) Polip yang mengisi ruang sinus c) Polip antrokoanal d) #assa pada ca+um nasi yang menyumbat sinus e) #ukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsur-angsur oleh massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada ' Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang  pengapuran perifer. g. Pemeriksaan di setiap sinus a) Sinusitis maksila akut Pemeriksaan rongga hidung akan tampak ingus kental yang kadangkadang dapat terlihat berasal dari meatus medius mukosa hidung. #ukosa hidung tampak membengkak (edema) dan merah (hiperemis). Pada pemeriksaan tenggorok, terdapat ingus kental di nasofaring.Pada  pemeriksaan di kamar gelap, dengan memasukkan lampu kedalam mulut dan ditekankan ke langit-langit, akan tampak pada sinus maksila yang

normal gambar bulan sabit di ba$ah mata. Pada kelainan sinus maksila gambar bulan sabit itu kurang terang atau tidak tampak. Gntuk diagnosis diperlukan foto rontgen. Akan terlihat perselubungan di sinus maksila, dapat sebelah (unilateral), dapat juga kedua belah (bilateral ).  b) Sinusitis etmoid akut Pemeriksaan rongga hidung, terdapat ingus kental, mukosa hidung edema dan hiperemis. "oto roentgen, akan terdapat perselubungan di sinus etmoid. c) Sinusitis frontal akut Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak bentuk sinus frontal di dahi yang terang pada orang normal, dan kurang terang atau gelap pada sinusitis akut atau kronis. Pemeriksaan radiologik, tampak pada foto roentgen daerah sinus frontal berselubung. d) Sinusitis sfenoid akut Pemeriksaan rongga hidung, tampak ingus atau krusta serta foto rontgen. -. Penata la"sanaan

. Sinusitis akut 'ujuan pengobatan sinusitis akut adalah mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Pengobatan untuk sinusitis akut biasanya diberika: a 1ekongestan untuk mengurangi penyumbatan 1ekongestan oral yang umum diberikan adalah 1rioral dan 1imetapp sedangkan dekongestan harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke  belakang untuk meningkatkan drainage maksimal.  b Antibiotik untuk mengendalikan infeksi Antibiotik pilihan adalah Amoksisilin dan Ampisilin, bagi yang alergi diganti dengan alternatif 'rimetoprimSulfametoksa*ol (aktrim 5S, Spektra 1S). c 5bat pereda nyeri untuk mengurangi nyeri 1ekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya  boleh dipakai selama $aktu yang terbatas (karena pemakaian jangka

 panjang bisa menyebabkan penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung). Gntuk mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan  peradangan bisa diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid. Babut hangat dan irigasi salin efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainage rabas pulen. 0. Sinusitis kronis Pengobatan untuk mengurangi sinusitis kronis: a. 1iberikan antibiotik dan dekongestan.  b. Gntuk mengurangi peradangan biasanya diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid. c. %ika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid peroral (melalui mulut). 6al-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman : a. #enghirup uap dari sebuah +apori*er atau semangkuk air panas.  b. 5bat semprot hidung yang mengandung larutan garam . c. Bompres hangat di daerah sinus yang terkena. %ika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satu-satunya jalan untuk mengobati sinusitis kronis adalah pembedahan. 'indakan bedah  jarang dilakukan pada terapi sinusitis akut, jika dikerjakan biasanya hanya setelah

gagal

dengan

bermacam-macam

terapi.

Pembedahan

yang

diindikasikan pada sinusitis kronis untuk memperbaiki deformitas structural yang menyumbat ostio (ostium) sinus dengan tujuan mempermudah drainage. Pembedahan dapat mencakup eksisi atau kateterisasi polip,  perbaikan

penyimpangan

septum,

menginsisi

serta

drainase

sinus.

1ianjurkan pindah ke daerah dengan iklim kering. Cuksasi koonka hidung seringkali memperbaiki drainage melalui hiatus semikularis. Gntuk  mencapai hal

ini, analgetik local

pertama-tama dilakukan dengan

meletakkan kapas yang dibasahi  - 0< tetrakain pada permukaan medical dan lateral dari ujung anterior konka media. Setelah 9 menit, luksaso konka dapat dengan mudah silakukan dengan meletakkan alat yang pipih di ba$ah dinding lateral konka dan mematahkan ke arah medial. Perdarahan minimal. Pembedahan yang dapat dilakukan secara intranasal antrostomy dan 5perasi ad$ell Cuch. 1alam pelaksanaannya antrum maksilaris dibuka melalui hidung. Bemudian dengan cara lebih radikal antrum dibuka melalui mulut.

6anya dengan pembukaan kecil dibuat dengan cara intra nasal. Pembedahan model ad$ell Cuch dengan memakai drainage permanen ke dalam hidung. Bedua jenis pembedahan tersebut dilakukan dengan anestesi lokal. . Kompli"asi

Bomplikasi sinusitis adalah kelainan orbital disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Hang paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Belainan yang dapat timbul ialah edema  palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus ka+ernosus (#angunkusomo dan Soetjipto,0994). Bomplikasi lain adalah infeksi orbital menyebabkan mata tidak dapat digerakkan serta kebutaan karena tekanan pada ner+us optikus (6ilger, ==4). 5steomielitis dan abses subperiosteal paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi ('ucker dan Scho$, 099@) nfeksi otak yang paling berbahaya karena penyebaran bakteri ke otak  melalui tulang atau pembuluh darah. ni dapat juga mengakibatkan meningitis, abses otak dan abses ekstradural atau subdural (6ilger, ==4). Bomplikasi sinusitis yang lain adalah kelainan paru seperti bronkitis kronis dan bronkiektasi. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu, dapat juga menyebabkan kambuhnya asma  bronchial yang sukar dihilangkan sebelum sinusitisnya disembuhkan (allenger, 099=). /.

Konsep Dasar Asu'an Kepera(atan 1. Peng"a0ian I+entitas

a. dentitas klien. #eliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam #&S, nomor register, diagnose medis, dan status pernikahan.  b. dentitas penanggung ja$ab klien.

#eliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam #&S, nomor register, status pernikahan, dan hub. 1engan klien. Ri(a)at Kese'atan a. Alasan utama masuk rumah sakit. Alasan atau keluhan pasien saat masuk rumah sakit, dari kapan pasien sudah merasakan sakit yang dialami.  b. Beluhan utama Beluhan utama merupakan keluhan yang paling utama, hanya ada satu keluhan yang paling menganggu pasien atau mengancam nya$a pasien. c. &i$ayat kesehatan sekarang. Penyakit yang dirasakan oleh pasien pada saat pasien datang kerumah sakit. d. &i$ayat kesehatan dahulu. &i$ayat penyakit yang dulu pernah di derita oleh pasien. #isalnya: adanya ri$ayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, dan lain-lain. e. &i$ayat kesehatan keluarga. &i$ayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh keluarga pasien. f. &i$ayat alergi. &i$ayat alergi merupakan apakah pasien ada alergi terhadap makanan tertentu atau tidak. enogram

Adanya genogram untuk mengetahui garis keturunan dari pasien, agar  mengetahui informasi bilamana ada penyakit keturunan pada keluarga pasien. Ri(a)at spi"ososial

a ntrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemassedih)  b nterpersonal : hubungan dengan orang lain. Pola fungsi "ese'atan

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Gntuk

mengurangi

flu

biasanya

klien

menkonsumsi

obat

tanpa

memperhatikan efek samping  b. Pola nutrisi dan metabolism iasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung c. Pola istirahat dan tidur  Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek  d. Pola Persepsi dan konsep diri Blien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun

e. Pola sensorik  1aya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen, serous, mukopurulen). Pemeri"saan fisi"  a Status kesehatan umum: keadaan umum, tanda +ital, kesadaran.  b Pemeriksaan fisik data fokus hidung:  nspeksi: 'ampak adanya pembengkakan pada dahi dan mata, tampak  

adanya kemerahan, dan ingus yang mirip nanah. Palpasi: Ada nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan

 bengkak). Data su2)e"tif : ) 5bser+asi nares: a. &i$ayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frek$ensinya  b. &i$ayat pembedahan hidung atau trauma c. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung: jenis, jumlah, frek$ensinya, lamanya. 0) Sekret hidung: a. Earna, jumlah, konsistensi secret  b. 2pistaksis c. Ada tidaknya krustanyeri hidung. 3) &i$ayat Sinusitis: a. 7yeri kepala, lokasi dan beratnya  b. 6ubungan sinusitis dengan musim cuaca. c. /angguan umum lainnya: kelemahan Data O2)e"tif  . 1emam, drainage ada: Serous #ukppurulen Purulen 0. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang

  Pucat, 5dema keluar dari hidng atau mukosa



sinus 3. Bemerahan dan 5dema membran mukosa >. Pemeriksaan penunjung: a. Bultur organisme hidung dan tenggorokan  b. Pemeriksaan rongent sinus. e Diagnosa "epera(atan

) 7yeri: kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung 0) Betidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi adnya secret yang mengental

3) /angguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung tersumbat, nyeri sekunder   peradangan hidung >) 6ipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh f Inter3ensi

. /angguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung 'ujuan: 7yeri klien berkurang atau hilang Briteria hasil: 

Blien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang



Blien tidak menyeringai kesakitan

INTER4ENSI a. Baji tingkat nyeri klien

RASIONAL a. #engetahui

dalam

tingkat

nyeri

menentukan

klien

tindakan

selanjutnya  b.

%elaskan sebab dan akibat nyeri pada  b.

1engan sebab dan akibat nyeri

klien serta keluarganya

diharapkan

klien

berpartisipasi

dalam pera$atan untuk mengurangi nyeri c.

Ajarkan

teknik

relaksasi

dan c.

distraksi

Blien mengetahui tehnik distraksi dn

relaksasi

sehinggga

dapat

mempraktekkannya bila mengalami nyeri d.

e.

5bser+asi tanda tanda +ital dan d.

#engetahui keadaan umum dan

keluhan klien

 perkembangan kondisi klien.

Bolaborasi dngan tim medis : )

'erapi konser+atif : -

obat

Acetaminopen

Aspirin, dekongestan hidung 0)

1rainase sinus

Pembedahan : -

rigasi Antral : Gntuk sinusitis maksilaris

-

5perasi ad$ell Cuc.

e. #enghilangkan mengurangi keluhan nyeri klien

0. %alan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder dari peradangan sinus 'ujuan: %alan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan Briteria: 

Blien tidak bernafas lagi melalui mulut



%alan nafas kembali normal terutama hidung

INTER4ENSI a. Baji penumpukan secret yang

a.

ada

5bser+asi tanda-tanda +ital.

dan

#engetahui

perkembangan

klien

sebelum dilakukan operasi c.

c.

keparahan

tindakan selanjutnya  b.

 b.

RASIONAL #engetahui tingkat

Boaborasi dengan tim medis

Berjasama

untuk

menghilangkan

 penumpukan secretmasalah

untuk pembersihan secret 3. /angguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder  dari proses peradangan 'ujuan: klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman Briteria: 

Blien tidur ;-@ jam sehari

INTER4ENSI a. Baji kebutuhan tidur klien.

RASIONAL a. #engetahui permasalahan klien dalam

 pemenuhan kebutuhan istirahat tidur   b.

Agar klien dapat tidur dengan tenang

c.

Pernafasan tidak terganggu.

 b.

iptakan suasana yang nyaman.

c.

Anjurkan klien bernafas le$at d.

Pernafasan dapat efektif kembali le$at

mulut

hidung

d.

Bolaborasi dengan tim medis  pemberian obat

>. 6ipertermia berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, 'ujuan :suhu tubuh normal (3; -34 o) INTER4ENSI 5bser+asi tanda ? tanda +ital tiap 3

RASIONAL nfeksi bakteri

atau

+irus

dapat

 jam

mempengaruhi tanda-tanda sehingga tanda-

Anjurkan

klien

untuk

tanda +ital setiap saat dapat berubah banyak  Peningkatan suhu dapat mengakibatkan

mengonsumsi air 8 , ? 0 literhari

 penguapan tubuh meningkat sehungga perlu

erikan kompres hangat

diimbangi asupan cairan yang banyak  #embantu menurunkan suhu tubuh dengan

erikan obat analgetik

dilatasi pembuluh darah #empercepat penurunan suhu tubuh

#. Implementasi mplementasi kepera$atan dilakukan sesuai dengan inter+ensi yang telah dibuat

sebelumnya. $. E3aluasi 2+aluasi dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap kriteria hasil yang ingin dicapai.

DA5TAR PUSTAKA

1oenges, #. /. 0999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, %akarta : 2/ Cab. GP" lmu Penyakit 'elinga, 6idung dan tenggorokan

"B Gnair, Pedoman

diagnosis dan 'erapi &umah sakit Gmum 1aerah dr Soetom "B Gnair, Surabaya Prasetyo , lmu Penyakit '6', 2/ %akarta

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF