LAPORAN PENDAHULUAN RTH

November 13, 2017 | Author: Erwin Firmanza | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download LAPORAN PENDAHULUAN RTH...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGIATAN PENGAMBILAN DATA KONDISI SEBENARNYA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA PRABUMULIH TAHUN 2010

DINAS PERTAMBANGAN, ENERGI, DAN LINGKUNGAN HIDUP

KOTA PRABUMULIH

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada tim pelaksana kegiatan, sehingga dapat menyelesaikan laporan pendahuluan kegiatan “Pengambilan Data Kondisi Sebenarnya RTH di Kota Prabumulih Tahun 2010 dengan baik. Laporan pendahuluan ini dibuat dalam rangka syarat kegiatan di Dinas Pertambangan, Energi, dan Lingkungan Hidup Kota Prabumulih. Selain itu pula, laporan pendahuluan ini diharapkan juga dapat menjadi acuan dan referensi tambahan dalam penataan ruang terbuka hijau di Kota Prabumulih, terlebih lagi menunjang program adipura. Pada kesempatan ini, tim pelaksana kegiatan juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses kegiatan tersebut. Besar harapan atas saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan kegiatan ini. Demikianlah laporan ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat Kota Prabumulih untuk senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan di sekitarnya. Semoga apa yang telah dilakukan ini senantiasa mendapatkan rahmat dan ridho dari Allah SWT. Amin.

Prabumulih, Agustus 2010 Kepala Dinas,

IR.H.DANY FACHRIAL, MT PEMBINA (IV/a) NIP.19611008 199003 1 003

ABSTRAK Perkembangan dan pertumbuhan disertai dengan alih fungsi lahan yang pesat telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung lahan dalam menopang kehidupan masyarakat, terutama di Kota Prabumulih, sehingga perlu dilakukan upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui penyediaan ruang terbuka hijau yang memadai. Fokus kegiatan yaitu pengambilan data sebenarnya kondisi ruang terbuka hijau Kota Prabumulih tahun 2010 sebagai acuan, gambaran, pedoman, dan pertimbangan dalam program pembangunan ruang terbuka hijau.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota adalah lingkungan binaan di wilayah yang relatif sempit dengan pemanfaatan ruang yang intensif. Sebuah kota bercirikan dengan adanya hubungan antara komponen-komponen yang tercakup di dalamnya, baik lingkungan alami maupun lingkungan buatan yang komponennya selalu bertambah. Lingkungan kota dapat dikatakan baik apabila hubungan antara komponen kota dengan masyarakat terorganisasi dengan harmonis dan saling mengisi, dengan kata lain terdapat hubungan yang sinergis antara kedua komponen tersebut. Sebaliknya, lingkungan kota dapat dikatakan buruk bila pengorganisasian berlangsung tidak logis dan tata hubungannya kacau. Pengertian umum kota adalah tempat terkonsentrasinya berbagai kegiatan dan pengelompokkan penduduk yang bersifat dinamis dan heterogen yang dicirikan oleh kegiatan non agraris. Basis ekonomi kota bisa jadi berupa sebuah pusat kegiatan perdagangan, pemerintahan, industri, pendidikan, hiburan, olah raga, atau gabungan dari beberapa kegiatan tersebut.

Semakin banyak jenis kegiatan yang dapat

dilaksanakan, maka akan semakin menarik kota tersebut bagi para pendatang baik dari dalam kota maupun dari sekitar kota.

Semakin kuat dan luas jangkauan basis

ekonomi, maka kota-kota kecil yang berdekatan yang bertindak sebagai kota satelit semakin tinggi tingkat ketergantungannya dengan kota tadi.

Untuk menjalankan

aktivitas penduduk, kota memiliki sistem jaringan yang menghubungkan antara bagian wilayah kota yang berbeda fungsi pelayanan maupun untuk menyalurkan komoditi daerah lain ke pusat-pusat pengolahan dan pusat-pusat distribusi dalam kota. Dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Kadang kota dibangun sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat.

Pada

kenyataannya kota merupakan tempat kegiatan sosial dari banyak dimensi. Manusia dapat saja menganalisisnya dari berbagai perspektif seperti moral, sejarah manusia, hubungan timbal balik antara manusia dengan habitatnya, pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan politik, dan berbagai kenyataan dari kehidupan manusia. Kota merupakan sebuah sistem terbuka, baik secara fisik maupun sosial ekonomi, bersifat tidak statis dan dinamis atau bersifat sementara.

Dalam

perkembangannya, kota sukar untuk dikontrol dan sewaktu-waktu dapat menjadi tidak beraturan. Kota merupakan suatu wilayah berkembangnya kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi perkotaan yang tidak berstatus sebagai kota administratif atau kotamadya. Aktivitas dan perkembangannya mempengaruhi lingkungan fisik seperti iklim.

Watt (1973) dan Stearns dan Montag (1974) mengemukakan pengertian

sebuah kota sebagai berikut: 1.

Suatu tempat dimana terdapat atau terjadi pemusatan penduduk dengan kegiatannya dan merupakan tempat konsentrasi penduduk dan pusat aktivitas perekonomian (seperti industri, perdagangan dan jasa).

2.

Kota merupakan sebuah sistem, baik secara fisik maupun sosial ekonomi, bersifat tidak statis dan sewaktu-waktu dapat menjadi tidak beraturan dan susah dikontrol.

3.

Mempengaruhi iklim, sejauh mana pengaruhnya sangat tergantung kepada perencanaannya. Pembangunan Kota Prabumulih semakin pesat sejak diberlakukannya Undang Undang Otonomi Daerah mulai 1 Januari 2001. Faktor positif dari penerapan Undang Undang tersebut adalah kepercayaan dan wewenang yang lebih luas yang dimiliki oleh daerah, konkrit dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Oleh karena itu Otonomi Daerah harus dipandang sebagai peluang dan tantangan bagi daerah dalam menyikapi seluruh aspirasi yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Investasi mengalir dengan cepat tak terelakkan terutama karena Kota Prabumulih berposisi sebagai Kota Transisi sehingga menjadi kota yang harus tanggap terhadap kebutuhan para pelintas, baik kebutuhan agama maupun fasilitas umum.

Perubahan fisik terlihat sangat jelas dengan berdirinya ruko-ruko baru,

pembangunan dan rehabilitasi kantor-kantor pemerintah, sarana transportasi, tempat peribadatan, jasa-jasa. Pembangunan di bidang fisik tersebut memakan ruang terbuka yang ada sehingga ruang terbuka hijau semakin menyempit. Sejalan dengan itu ekses negatif juga muncul akibat dari pembangunan yang kurang terkoordinasi, antara lain konversi lahan budidaya menjadi lahan terbangun, sistem drainase yang tidak memadai lagi, lalu lintas yang padat, dan masalah sosial yang lain seperti peningkatan angka kriminalitas.

Pembangunan fisik yang tidak diikuti dengan penataan, pengaturan, pengawasan, penegakan hukum, dan disertai dengan pengetahuan dan visi ke depan tentang mutu lingkungan akan menyebabkan perubahan pada iklim mikro. Perubahan nyata terlihat pada hilangnya lahan-lahan yang hijau menjadi bangunan-bangunan pemerintah, swasta, sarana transportasi, dan lain-lain. Hilangnya lahan terbuka berarti daerah peresapan air berkurang dan bila tidak disiapkan sistem drainase yang komprehensif maka, penggenangan air tidak terelakkan. Aktivitas kota akan mempengaruhi kualitas lingkungan perkotaan yang akan berkaitan erat dengan kualitas hidup penghuninya. Makin tinggi derajat mutu lingkungan hidup akan semakin tinggi pula mutu hidup di lingkungan tersebut. Kebutuhan dasar hidup manusia dan kebutuhan dasar untuk memilih hanya dapat terpenuhi jika kebutuhan dasar untuk keberlangsungan hidup hayati terpenuhi. Kebutuhan dasar yang dimaksud adalah adalah kebutuhan dasar untuk memperoleh udara, air, dan pangan dalam kuantitas dan mutu tertentu. Kebutuhan dasar berikutnya adalah kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi, seperti kebutuhan akan pakaian, rumah, energi, agama, lapangan pekerjaan, pendidikan, perlindungan hukum yang adil, dan estetika. Selain itu kebutuhan dasar lainnya adalah kebutuhan untuk memilih. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar di atas, kota membutuhkan vegetasi. Pembangunan yang berjalan pesat di perkotaan sering melupakan pentingnya kehadiran tumbuhan. Hal ini terjadi bahkan sampai di wilayah pedesaan dimana terlihat rumah-rumah penduduk tidak berjarak antara satu dengan yang lain. Jumlah tumbuhan yang ada di pekarangan rumah, perkantoran, ataupun sekolah semakin berkurang akibat kebutuhan ruang dan fasilitas yang semakin meningkat. Sebagai akibatnya fungsi tumbuhan sebagai penghasil oksigen berkurang dan produksi gas karbon dioksida bertambah terutama dari asap kendaraan bermotor, industri, dan aktivitas penduduk yang lainnya. Tumbuhan melalui proses fotosintesanya akan menjaring gas CO2 dan melepaskan gas O2, membentuk zat organik dan karbohidrat. Grey dan Deneke (1978) mengemukakan bahwa setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hidrogen dan membebaskan 400.000 juta ton oksigen ke atmosfir dan menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekivalen dengan CO2 yang dihembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama.

Pentingnya peranan tumbuhan di bumi ini dalam upaya penanganan krisis lingkungan terutama di perkotaan harus disadari oleh semua pihak sehingga sangat tepat bila keberadaan tumbuhan mendapat perhatian serius dalam pelaksanaan penghijauan perkotaan/hutan kota, pembuatan taman kota, atau pembangunan agrowisata. Ketiga jenis bentuk ruang terbuka hijau ini juga dapat menjadi tempat pendidikan yang baik. Oleh karena itu ruang terbuka hijau mutlak dibutuhkan untuk meningkatkan mutu lingkungan dan selanjutnya dapat berkompetensi untuk ikut mendapatkan piala Adipura.

1.2. PERUMUSAN MASALAH Kegiatan pembangunan di kota-kota besar tak terkecuali Kota Prabumulih disertai dengan alih fungsi lahan yang pesat telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan daya dukung lahan dalam menopang kehidupan masyarakat, terutama di Kota Prabumulih, sehingga perlu dilakukan upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan. Dampak yang dihasilkan menjadi tanggung jawab bersama semua elemen pemerintah dan masyarakat. Kegiatan Pengambilan Data Sebenarnya Kondisi Ruang Terbuka Hijau Di Kota Prabumulih merupakan proses upaya pemerintah dalam menyediakan RTH dengan melakukan pengambilan data sebenarnya yang berfungsi sebagai acuan, gambaran, pedoman dan pertimbangan untuk menentukan langkah selanjutnya. Dengan demikian permasalahan yang menjadi acuan dalam kegiatan ini adalah tidak adanya pemeliharaan, penanganan yang serius dari pemerintah dan swasta serta perluasan daerah yang mengatur RTH di Kota Prabumulih. Terlebih lagi pengembangan RTH sebagai sarana kesehatan, pengatur iklim, perlindungan, pengaturan ketersediaan air tanah, pencegah erosi, penyeimbang alam, keindahan, kejiwaan, pendidikan, penciptaan lingkungan hidup, dan sosial ekonomi. Sehingga Piala Adipura yang menjadi kebanggaan setiap Kabupaten/Kota masih belum bias dicapai.

1.3. TUJUAN KEGIATAN Tujuan dari kegiatan pengambilan data kondisi sebenarnya ruang terbuka hijau di kota prabumulih tahun 2010 ini adalah: 1.

Menyusun

gambaran

potensi

wilayah

Prabumulih

untuk

pengembangan RTH. 2.

Mengidentifikasi potensi dan faktor-faktor pendukungnya untuk

dikembangkan menjadi RTH. 3.

Menyusun struktur ruang dan pengembangan RTH sebagai tempat

wisata lokal maupun regional. 4.

Mendapatkan data kondisi ril (sebenarnya) dan koordinat lokasi Ruang

Terbuka Hijau.

1.4.

MANFAAT KEGIATAN Adapun manfaat dari kegiatan pengambilan data kondisi sebenarnya ruang

terbuka hijau di kota prabumulih tahun 2010 ini adalah: 1.

Dipenuhi data kondisi sebenarnya RTH dan koordinat lokasi di Kota

Prabumulih. 2.

Untuk membuat peta lokasi RTH dan koordinat lokasi di Kota

Prabumulih. 3.

Sebagai pedoman dan pertimbangan dalam program pembangunan

Ruang Terbuka Hijau. 4.

1.5.

Sebagai gambaran dan pedoman dalam melanjutkan program Adipura.

RUANG LINGKUP KEGIATAN Adapun ruang lingkup dari kegiatan pengambilan data kondisi sebenarnya

ruang terbuka hijau di kota prabumulih tahun 2010 ini adalah: 1. Pengumpulan data sumber berupa studi literatur, data-data RTH di Kota Prabumulih. 2. Pengumpulan data primer, melalui pengambilan data langsung ke lokasi RTH yang ada di Kota Prabumulih. 3. Membuat peta lokasi RTH dan koordinat lokasi RTH. 4. Membuat laporan pendahuluan dan laporan akhir hasil kegiatan.

BAB II. KONDISI UMUM KOTA PRABUMULIH

2.1. Geografi Kota Prabumulih terletak di perlintasan 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Ilir, memiliki ketinggian antara 10 m – 100 m dpl dengan kondisi tanah/altitude bergelombang. Secara geografis Kota Prabumulih terletak antara 3º sampai 4º Lintang Selatan dan 104ºsampai 105º Bujur Timur dengan luas wilayah Kota Prabumulih adalah 434,50 km2. Kota Prabumulih merupakan kota baru yang dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 6 tahun 2001. Prabumulih merupakan kota perdagangan dan jasa yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di kedua sektor tersebut, di samping mata pencaharian lain seperti petani. Sejak Juli 2007, Kota Prabumulih dimekarkan menjadi 6 kecamatan yang meliputi dua puluh dua kelurahan dan lima belas desa dengan perincian sebagai berikut : Tabel 2.1 Daftar Kecamatan di Kota Prabumulih

No

Rambang Kapak Tengah Kel. Tanjung Rambang Desa Jungai Desa Talang Batu Desa Sinar Rambang

Berikut perbatasan wilayah Kota Prabumulih jika dilihat dari wilayah

1 2 3 4

administratif :

1. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Lembak dan kecamatan Tanah Abang Kabupaten Muara Enim.

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lembak dan Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim.

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Rambang Lubai Kabupaten Muara Enim.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim. Jarak kecamatan terjauh dari ibukota Prabumulih adalah Kecamatan Rambang Kapak Tengah yaitu ± 35 km. Sementara jarak kecamatan terdekatnya adalah Kecamatan Prabumulih Timur yaitu ± 12 km dari ibukota Prabumulih.

2.2. Iklim dan Topografi Kota Prabumulih memiliki iklim tropika basah. Seperti iklim kebanyakan di wilayah Indonesia, secara umum terdapat dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dimana pengaruh arah angin yang bertiup merupakan faktor yang paling besar dalam mempengaruhi perubahan musim tersebut. Pada bulan Juni sampai September, arah angin lebih banyak berasal dari Australia yang tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada bulan Desember sampai Maret, angin pada umumnya bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik, yang melewati beberapa lautan, sehingga banyak mengandung uap air, dan mengakibatkan terjadinya musim penghujan. Pola musim seperti itu berganti setiap enam bulan setelah melewati masa transisi, yaitu pada periode April – Mei dan Oktober – November. Kedua periode tersebut dipengaruhi oleh iklim global, topografi, dan perputaran arus udara. Suhu udara rata-rata pada siang hari berkisar antara 23 - 26ºC. Suhu udara antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya wilayah tersebut terhadap permukaan laut. Dilihat dari ketinggian terhadap permukaan laut, maka wilayah Kota Prabumulih termasuk daerah yang berada di wilayah dataran rendah, dimana ketinggian rata-rata 34 m dari permukaan laut. Sedangkan sebagian dari wilayah Kecamatan Prabumulih Barat, Prabumulih Timur dan Rambang Kapak Tengah mencapai ketinggian 100 m dari permukaan laut. Sementara itu dataran yang mempunyai ketinggian paling rendah, yaitu mencapai 10 m, berada di wilayah Kecamatan Cambai dan Prabumulih Timur. Keadaan lahan terutama rawa-rawa dengan vegetasi utama berupa tumbuhan palmae dan kayu rawa (kayu gelam) dengan kondisi air rawa mengandung karat (kadar Fe tinggi). Sebagian lagi terutama untuk lahan di ketinggian 25 – 100 m dpl memiliki karakteristik vegetasi hutan kerangas dengan dominasi pohon seru (Schima wallici).

Dilihat dari derajat kemiringan, maka pada umumnya cenderung landai, dengan derajat kemiringan yang relatif kecil. Sekitar 92,01 % dari luas wilayah Kota Prabumulih, berada pada wilayah yang mempunyai kemiringan kurang dari 12º, dan sekitar 7,99% mempunyai kemiringan sedang, yaitu antara 12 – 40º. Sebagian kecamatan Cambai dan Prabumulih Timur memiliki ketinggian 0 – 10 m dpl. Kecamatan Prabumulih Barat, Prabumulih Timur dan Rambang Kapak Tengah sebagian besar wilayahnya memiliki ketinggian 10 – 25 m dpl dan sebagian lagi memiliki ketinggian antara 25 – 100 m dpl.

2.3. Demografi Kota Prabumulih memiliki luas wilayah sebesar 434,50 km2 dan jumlah penduduk Kota Prabumulih per 18 Maret 2008 mencapai 157.071 jiwa.

2.4. Keadaan Tanah dan Lahan Secara stratigrafi di daerah Prabumulih tersingkap dua formasi yaitu formasi Muara Enim dan formasi Kasai, dimana di beberapa tempat tertutup oleh endapan alluvial sungai dan rawa-rawa. 1. Formasi Kasai, sebagian besar tersebar di bagian utara dan timur wilayah Kota Prabumulih. Terdiri dari tufa, tufa pasran, dan batu pasir yang mengandung batu apung. Pengendapan pada formasi ini dipengaruhi aktifitas vulkanik yang diperkirakan berasal dari pengangkatan Bukit Barisan. 2. Formasi Muara Enim, tersebar di bagian barat dan selatan Kota Prabumulih yang terdiri dari batu lempung, batu lanau, batu pasir tufan dengan sisipan batu bara.

2.4.1 Struktur Geologi Struktur geologi yang ada di daerah Kota Prabumulih adalah struktur lipatan (fold), sesar (fauld), dan kekar (joint). Daerah Prabumulih merupakan daerah penunjaman dua antiklinorium yaitu Benuang Prabumulih dan Pendopo Limau yang menunjam di bagian selatan Prabumulih. Sesar yang terdapat di Prabumulih diperkirakan sesar turun/normal dengan arah umum relatif sejajar dengan sumbu lipatan dan sesar geser dengan arah umum relatif tegak lurus sumbu lipatan.

2.4.2 Morfologi Morfologi daerah Prabumulih dibagi menjadi dua satuan, yaitu: 1. Satuan perbukitan bergelombang yang meliputi wilayah Kecamatan Rambang Kapak Tengah, Prabumulih Barat, dan Prabumulih Timur. 2. Santuan dataran rendah yang meliputi wilayah Kecamatan Cambai. Secara genetis terbentuk kondisi morfologi yang berbeda tersebut disebabkan adanya perbedaan bantuan dan struktur geologi. Daerah perbukitan tersusun oleh formasi Muara Enim dimana strukturnya berkembang kuat, sedangkan daerah dataran rendah tersusun batuan dari formasi Kasai yang tidak terlalu dipengaruhi oleh struktur. Berdasarkan laporan penelitian dari PT. Titis Sampurna, tanah yang ada di Prabumulih dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.

Tanah Podsolik Tanah Podsolik merupakan tanah yang telah mengalami pencucian

lanjut dan bereaksi masam. Mempunyai bahan induk tuff masam, batu pasir dan bahan sedimen berpasir masam. Terbentuk pada topografi bergelombang hingga berbukit, tekstur yang terdapat berupa tekstur berliat dengan kandungan liat tinggi. 2.

Tanah Alluvial Tanah ini terdapat pada daerah aliran banjir, merupakan hasil endapan

yang membentuk lapisan-lapisan liat, pasir atau bahan lain yang diangkut melalui aliran air yang diendapkan di daerah yang paling rendah. Jenis alluvial ini ditemui di tepi kiri kanan Sungai Lubai dan Sungai Rambang. 3.

Tanah Gleisol Jenis tanah ini dalam proses pembentukan dan perkembangannya

sangat dipengaruhi oleh air, tekstur beragam mulai dari pasir berlempung hingga lempung liat berpasir dan lempung berdebu. Jenis ini terdapat pada kawasan lebak di bagian barat Desa Tanjung Kemala. Sebagian lahan Kota Prabumulih telah dieksploitasi, berupa penambangan tanah liat untuk pembuatan batu bara dan genteng, sedangkan sebagian lainnya merupakan daerah pemukiman, perkebunan dan hutan campuran.

2.4.3 Sistem Hidrologi Dengan morfologi yang relatif datar dan banyaknya sungai besar dan kecil yang mengalir di daerah Kota Prabumulih, maka secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) : 1. DAS Lematang berada di bagian Utara yang meliputi Sungai Menangin, Sungai Sedari, Sungai Modong, Sungai Belida, Air Petai, dll. 2. DAS Kelekar berada di bagian tengah yang meliputi Air Rambai, Air Manau, dan Air Bungin, dll. 3. DAS Rambang berada di bagian Selatan yang meliputi Air Suban, Air Embun, Air Keruh, Air Jambu, Air Senuling, Air Bunut, dll. Tabel 2.3. Sumber Daya Air Permukaan Kota Prabumulih

No 1 2 3 4 5 6 7

Kecamat

Cambai Cambai Pbm Barat, Pbm tim Rambang Kapak Te Rambang Kapak Te Rambang Kapak Te Rambang Kapak Te

Curah hujan di Wilayah Prabumulih dan sekitarnya sebesar ± 1850 mm/th, sehingga termasuk daerah curah hujan kurang-sedang. Berdasarkan aspek litologi, morfologi, struktur geologi, dan sistem hidrologi daerah Prabumulih dan sekitarnya, menunjukkan dua sistem akuifer air bawah tanah yang berkembang yaitu : 1. Sistem Akuifer Dangkal

Sistem akuifer yang berkaitan langsung dengan air permukaan dan

tergantung oleh musim, misalnya sumur dangkal/sumur gali. Sistem ini berkembang pada litologi batu pasir tufan, tufa pasiran, dan batu lanau. 2. Sistem Akuifer Dalam

Berdasarkan data pendugaan geolistrik berkisar kedalaman 40 – 110 m,

di bagian selatan wilayah Prabumulih terjadi penebalan dan penipisan

ketebalan akuifer akibat struktur geologi yang mengenai lapisan batuan daerah tersebut.

Satuan litologi yang berpotensi sebagai lapisan akuifer adalah lapisan batu pasir tufan berbutir kasar sedang dari formasi Muara Enim dan lapisan batu pasir tufaan dari formasi Kasai.

BAB III. METODOLOGI KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan Agustus, September, dan Oktober 2010 di lingkungan Kota Prabumulih. Pengambilan sampel dilakukan pada lokasi ruang terbuka hijau yang telah ditentukan pada tabel berikut ini: Tabel 3.1. : Lokasi Perbatasan No 1 2 3

Lokasi Gerbang Perbatasan Palembang Perbatasan Muara Enim Perbatasan Baturaja

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.2. : Lokasi Median Jalan No 1 2 3

Lokasi Median Jalan Median Jalan RSUD Median Jalan Pasar Median Jalan Terminal

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.3. : Lokasi Pertemuan Jalan No 1 2 3

Lokasi Pertemuan Jalan Prabujaya – Lintas Timur Baturaja – Lintas Timur Jalan Lingkar – Lintas Timur

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.4. : Lokasi Pemukiman Penduduk No 1 2 3 4

Lokasi Pemukiman Perumnas Kepodang Komplek Pertamina

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.3. : Lokasi Pertemuan Jalan No 1 2 3

Lokasi Pertemuan Jalan Prabujaya – Lintas Timur Baturaja – Lintas Timur Jalan Lingkar – Lintas Timur

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.4. : Lokasi Pemukiman Penduduk No 1 2 3 4

Lokasi Pemukiman Perumnas Kepodang Komplek Pertamina

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.7. : Lokasi Jalan Kolektor No Lokasi Jalan Kolektor 1 Jl. Angkatan 45 – Bunda 2 Jl. M. Yamin 3 Jl. Sumatera 4

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.8. : Lokasi Perkantoran Pemerintah No 1 2 3 4 5

Lokasi Perkantoran Pemerintah Pemkot DPRD Lurah Camat

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.9. : Lokasi Perkantoran Swasta No 1 2 3 4 5

Lokasi Perkantoran Swasta Bank Sumsel Bank BNI Bank Mega Bank Syariah Mandiri Bank Rakyat Indonesia

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.10. : Lokasi Sekolah No Lokasi Sekolah 1 SDN 50 Prabumulih 2

(calon peraih adiwiyata) SMPN 5 Prabumulih (calon peraih adiwiyata)

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

3

SMAN 2 Prabumulih (calon peraih adiwiyata) Tabel 3.11. : Lokasi Rumah Sakit dan Klinik

No 1 2 3 4

Lokasi Rumah Sakit/ Klinik RSUD Prabumulih RS. Bunda RS. Pertamina Prabumulih Klinik Raniza

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.12. : Lokasi Stasiun, Terminal, dan Pertokoan No 1 2 3 4

Lokasi Stasiun Prabumulih Pasar Prabumulih Terminal Prabumulih Ruko-ruko di Pasar

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Tabel 3.13. : Lokasi Sempadan Sungai No 1 2 3 4 5 6 7

Lokasi Sempadan Sungai

Koordinat Lokasi

Foto dan Keterangan

Sungai Kelekar Gn. Ibul Sungai Kelekar Ds. Pangkul Sungai Jambat Akar (wonosari) Sungai Jambat Akar Sungai Aliran Komperta Sungai Manau (Ds. Tanjung Raman) Sungai Kubu Betung

3.2 Tahapan Kerja Adapun tahapan kerja yang akan dilakukan dalam kegiatan ini dari bulan Agustus hingga Oktober adalah : Tabel. 3.14. : Rencana Tahapan Kerja

NO

Jeni

3.2.1 Tahapan Persiapan dan Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini merupakan awal dari seluruh kegiatan pengambilan data sebenarnya kondisi RTH di Kota Prabumulih tahun 2010 yang

1

antara lain :

Persiapan dan P > Pem bentukan > Persiapan adm > Persiapan loka pengam bilan sam > Persiapan pera Pekerjaan Lapa > Penentuan / Pe

1. Pembentukan tim pelaksanaan kegiatan

Untuk mencapai sasaran dan tujuan kegiatan, maka disusun tim kerja yang terdiri dari : a.

Ketua Tim

Ketua tim adalah sarjana teknik yang berpengalaman di bidangnya, bertugas mengkoordinir pelaksanaan kegiatan, pengaturan

tim kerja dan bertanggung jawab terhadap hasil kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. b.

Pelaksana Lapangan

Pelaksana lapangan adalah sarjana teknik kimia dan sarjana

MIPA Biologi, Kimia, dan Matematika yang berpengalaman di bidangnya untuk kegiatan ini. c.

Operator Komputer dan Administrasi

Adalah orang-orang yang bertugas membantu kelancaran pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan di kantor secara administrasi.

2

2. Persiapan administrasi kegiatan dalam bentuk surat-menyurat, pembuatan laporan pendahuluan.

3. Persiapan lokasi RTH dan titik – titik pengambilan sampel sebagai kelanjutan laporan sebelumnya. 4. Persiapan peralatan pemantauan seperti GPS, kamera digital, alat tulis, dll.

3.4.2

Tahap Pekerjaan Lapangan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap

sebelumnya. Kegiatan ini akan dilakukan di lokasi yang telah disebutkan pada sub bab 3.1. Berikut kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan ini, antara lain : 1.

Penentuan/ pemetaan lokasi titik-titik sampel, dilakukan

melalui studi literatur dari laporan sebelumnya. 2.

Pengambilan foto-foto kondisi sebenarnya RTH dan

koordinat lokasi di Kota Prabumulih selama bulan Sepetember. 3.

Tahap Analisa Data dan Pengolahan Data Kegiatan pada tahap ini adalah pengisian tabel-tabel lokasi RTH

yang telah disiapkan dan pengolahan data yaitu pembuatan peta lokasi RTH di Kota Prabumulih.

3.4.3

Tahap Pelaporan Pendahuluan Laporan pendahuluan merupakan laporan tahap persiapan (administrasi)

sebelum pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari Bab Pendahuluan, Bab Tinjauan Pustaka, dan Bab Metodologi Kegiatan.

3.4.4

Tahap Pelaporan Akhir Laporan Akhir merupakan laporan hasil dari seluruh pelaksanaan kegiatan

yang terdiri dari laporan pendahuluan ditambah dengan Bab Hasil dan Pembahasan, Bab Penutup, serta lampiran-lampiran yang mendukung laporan tersebut.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF