Laporan Pendahuluan Prom
July 7, 2019 | Author: defi | Category: N/A
Short Description
lp maternitas...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
A. DEFINISI
Ketuban (cairan ketuban) adalah cairan yang bening agak kekuningkuningan, yang mengelilingi bayi yang belum lahir (janin), bila cairan ini sudah tidak bening bahkan kehijau-hijauan memperlihatkan tanda sudah terinfiksi kuman dari luar, infeksi ini mengancam janin atau tergolong dengan gawat darurat janin sehingga janin perlu diselamatkan agar tidak mendrita infeksi dalam kandungan ibunya. (Koes Irianto,2014) Di dalam rahim, bayi mengapung dalam cairan ketuban. Cairan ketuban
mengelilingi
dan
mendukung
bayi
dalam
seluruh
perkembangannya. Jumlah cairan ketuban terbesar adalah sekitar 34 minggu kehamilan. Cairan ketuban terus bergerak (beredar) saat bayi menelan dan menghirup cairan, dan kemudian melepaskan atau menghembuskan cairan melalui urin. Cairan ketuban membantu: 1. Perkembangan gerakan bayi di dalam rahim, yang memungkinkan untuk pertumbuhan tulang yang tepat. 2. Paru-paru bayi berkembang dengan baik 3. Menjaga suhu relatif konstan di sekitar bayi, melindungi dari kehilangan panas. 4. Melindungi bayi dari cedera luar akibat guncangan atau gerakan tiba-tiba. 5. Cairan ketuban yang terlalu sedikit (oligohidramnion) atau terlalu banyak (polihidramnion) dapat berbahaya berbahaya bagi ibu dan bayinya.
Definisi Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah : pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan / sebelum inpartu, pada pembukaan 24 jam).
C. ETIOLOGI
Penyebab KPD maasih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungna erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah: a. Infeksi: Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curetage). c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamelli. d. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai infeksi. e. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. f. Keadaan sosial ekonomi. g. ISK (infeksi saluran kencing) h. Faktor lain: 1. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban. 2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu. 3. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum. 4. Definisi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C). i.
Beberapa faktor risiko dari KPD: 1. Inkompetensi serviks (leher rahim) 2. Polohidramnion (cairan ketuban berlebih) 3. Riwayat KPD sebelumnya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban 5. Kehamilan kembar 6. Trauma 7. Serviks (leher rahim) yang pendek ( 5, induksi persalinan, partus pervaginam
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN a. Identitas ibu b. Riwayat penyakit c. Riwayat kesehatan sekarang ;ibu dating dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi d. Riwayat kesehatan dahulu 1) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion 2) Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual 3) Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus 4) Selaput amnion yang lemah/tipis 5) Posisi fetus tidak normal 6) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek 7) Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi. e. Pemeriksaan fisik 1. Kepala dan leher a.
Mata perlu diperiksa dibagian skelra,konjungtiva
b.
Hidung ,ada atau tidaknya pembebngkakan konka nasalis .Ada /tidaknya hipersekresi mukosa
c.
Mulut :gigi karies/tidak ,mukosa mulut kering dan warna mukosa gigi,
d.
Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB Dan tiroid
2. Dada / Toraks a. Inspeksi
kesimetrisan
dada,jenis
oernapasan
torakaabdominal,dan tidak ada retraksi dinding dada.Frekuensi pernapasan normal. b. Palpasi :payudara tidak ada pembengkakan c. Auskultasi:terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyi napas normal vesikuler
3. Abdomen a. Inspeksi :ada a/tidak bekas operasi ,striae dan linea b. Palpasi:TFU kontraksi ada/tidak ,Posisi ,kansung kemih penuh/tidak c. Auskultasi: DJJ ada/tidak. 4. Genitalia a.
Inspeksi :kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema, discharge, approxiamately); pengeluaran air ketuban (jumlah ,warna,bau 0dan lender merah muda kecoklatan .
b.
Palpasi : pembukaan serviks(0-4)
5. Ekstrimitas : edema ,varises ad/tidak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Ansietas yang berhubungan dengan proses persalinan b. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur infasif,pemeriksaan vagina berulang dan rupture membrane amniotic c. Kurang pengetahuan b.d kurangnya paparan informasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN No.
Dx
TUJUAN/KH
NIC
Dx
1
Ansietas yang
Tujuan : Ansietas pada ibu dapat
berhubungan
teratasi
dengaan proses
Kriteria hasil :
persalinan
a. Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan janin b. Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran caesarea c. Pasien tampak benar – benar rileks d. Menggunakan sumber / system pendukung dengan efektif
1. Kaji respon psikologi pada kejadian d an ketersediaan system pendukung 2. Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan. 3. Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati. 4. Beri penguatan aspek positif dari ibu dan janin 5. Anjurkan ibu dan pasangannya mengungkapkan atau mengekspresikan perasaan 6. Dukung atau arahkan kembali mekanime koping yang diekspresikan 7. Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai kenginan ibu.
2
Risiko tinggi infeksi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
maternal yang
Kriteria Hasil :
berhubungan dengan
1)
Klien bebas infeksi
prosedur infasif,
2)
Pencapaian tepat waktu
pemeriksaan vagina
dalam pemulihan luka tanpa
berulang dan rupture
komplikasi
membrane amniotic
1. Tinjau ulang kondisi factor resiko yang ada sebelumnya. 2. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih atau bau / warna secret vagina. 3. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah. 4. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol. 5. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi. 6. Catat Hb dan Ht catat p erkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahaan. 7. Berikan antibiotic spectrum luas parental pada praoperasi
3
Kurang pengetahuan
Tujuan: Setelah dilakukan
b.d kurangnya
tindakan keperawatan selama
paparan informasi
3×24 jam di harapkan pasien memahami pengetahuan tentang penyakitnya . dengan Kriteria hasil : Pasien terlihat tidak bingung lagi.
1. Kaji apa pasien tahu tentang tanda-tanda dan gejala normal selama kehamilan. 2. Ajarkan tentang apa yang harus dilakukan jika tanda KPD muncul kembali. 3. Libatkan keluarga untuk memantau kondisi pasien .
DAFTAR PUSTAKA
Geri morgan ,2009,obsteri dan ginekologi panduan praktik,Jakarta EGC. Mirzanie, Hanifah dan Desy Kurniawati.2009 .Obgynacea obstetric & ginekologi.Yogjakarta:TOSCA Enterprise. Nugroho, taufan.2010.Obstetric Untuk Mahasiswa Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika. http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-ketuban pecah-dini.html http://www.scribd.com/doc/83328609/Ketuban-Pecah-Dini Saryono.
2010. Metodologi
Penelitian
Kualitatif
Dalam
Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Feryanto, Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba medika. Nugroho, dr Taufan. 2012. OBSGYN OBSTETRI dan GINEKOLOG kebidanan dan keperawatan . Yogyakarta : Nuha Medika Manuaba,Prof.dr.Ide Bagus, dkk. 2012. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Buku Kedoktera EGC
View more...
Comments