Laporan Pendahuluan Perencanaan Jalan
March 20, 2017 | Author: Ongki Ndun | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Pendahuluan Perencanaan Jalan...
Description
PT.ARENCO BINATAMA BAB III METODOLOGI DAN PROGRAM KERJA
3.1
PENDEKATAN
Berdasarkan diskripsi perlunya penyusunan langkah – langkah dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan Perencanaan Jalan Akses Menuju Bandara Long Ampung, maka Konsultan Perencana menyusun suatu Metodologi pelaksanaan yaitu Langkah kerja
yang
sistematis
baik
menyangkut
persiapan,
Langkah
Pengambilan data sekunder, pelaksanaan survey, analisis dan perhitungan data serta Perhitungan dan perencanaan sehingga sasaran yang ingin didapat sesuai Kerangka tersebut dapat dicapai. Dalam pembahasan Pendekatan dan Metodologi pelaksanaan ini akan
menerapkan
beberapa
Metode
dan
pendekatan,
baik
pengambilan data, perhitungan pekerjaan ini, yang tentunyan didasarkan atas Lingkup pekerjaan dan tujuan yang ingin dicapai. Harus diperhatikan bahwa walaupun pada umumnya Prosedur dan Dokumen Kontrak yang merupakan acuan akan tetapi tetap diperlukan
adaptasi
sesuai
dengan
kondisi
yang
sebenarnya
dilapangan. Tanpa melakukan hal ini maka kemungkinan kesulitan yang tidak diperkirakan sebelumnya akan timbul dan ini akan berakibat terlambatnya pelaksanaan dan juga berakibat kepada penambahan biaya.
Laporan Pendahuluan
III-1
PT.ARENCO BINATAMA 3.2
METODOLOGI PERENCANAAN PEKERJAAN
Secara umum langkah kerja perencanaan jalan ini akan mengacu pada Prosedur yang telah ditentukan Oleh Dinas Pekerjaan Umum, dimana seluruh kajian akan mengacu pada prinsip perencanaan jalan, baik menyangkut ketentuan pengambilan data lapangan maupun dasar – dasar perhitungan
3.2.1. Orientasi dan Persiapan Kegiatan Lapangan
Mengacu
pada
kerangka
Acuan
kerja,
kegiatan
survey
lapangan yang harus dilakukan adalah : Survey Topograf Survey Mekanika Tanah Survey Hidrologi Sebelum
survey
tersebut
dilaksanakan,
perlu
dilakukan
orientasi lapangan yang bertujuan untuk mengetahui kondisi lapangan berkaitan dengan pelaksanaan survey tersebut, yang menyangkut daerah yang akan disurvey, menyangkut batas – batas, sehingga dapat dilakukan langkah dan strategi dapat
diambil
diharapkan
dalam
akan
pelaksanaan
dapat
survey
memperlancar
ini,
jalannya
hal
ini
survey
sehingga hal yang diinginkan dapat dicapai.
3.2.3. Tahap Persiapan dan Mobilisasi
Kegiatan awal sebelum memulai kegiatan lapangan adalah tahap persiapan. Dalam tahap persiapan ini Konsultan menyiapkan
segala
sesuatunya
yang
diperlukan
dalam
pelaksanaan pekerjaan baik untuk kegiatan di Kantor maupun Laporan Pendahuluan
III-2
PT.ARENCO BINATAMA untuk
pelaksanaan
survey
lapangan,
baik
menyangkut
Persiapan Personil, Peralatan dan Program kerja. Adapun kegitan persiapan ini secara garis besar meliputi: Penyiapan Rencana dan Program Kerja Penyiapan Time Schedule Penyiapan Surat Menyurat Pengumpulan Data Skunder, yang berupa peta dasar rupa Bumi BAKOSURTANAL Skala 1 : 50.000, Peta Geologi Teknik terdahulu
Skala 1 : 250.000, dan laporan - laporan yang
dapat
memberikan
informasi
yang
berguna dalam pelaksanaan pekerjaan Perencanaan ini. Melakukan Konfrmasi dengan Pemilik Pekerjaan, yang dalam hal ini PPTK Perencanaan, menyangkut kepastian letak dan ruas yang akan di survey. Persipan Personil dan peralatan. Mobilisasi Personil sesuai dengan jadwal kegiatan personil 3.2.4. Survey Pendahuluan
Survey
pendahuluan
Pendukung
untuk
bertujuan
mengumpulkan
melaksanakan
survey
Data
detail
dan
mengumpulkan data lainnya, Sebelum Survey Topograf, Drainase, Hidrologi, Soil, Design Jalan dilaksanakan. Survey Pendahuluan
ini
dapat
berupa
:
Colecting
Data
dan
Reconnaisance Survey. Colecting Data Meliputi Kegiatan-kegiatan : a.
Menyiapkan Peta dasar yang berupa Peta Topograf dengan Skala 1 : 250.000, 1 : 100.000, peta Rupa Bumi BAKOSURTANAL 1 : 50.000 dan Peta Geologi Teknik Skala 1 : 250.000 serta Peta Tata Guna tanah yang dipakai untuk menentukan Trase jalan dan Titik
Laporan Pendahuluan
III-3
PT.ARENCO BINATAMA Akhir
Trase
jalan
secara
garis
besar
dengan
menunjukkan beberapa alternatif trase jalan, Untuk membandingkan jenis lapisan struktur tanah dengan hasil penyelidikan Mekanika Tanah. b.
Mempelajari lokasi rencana Trase Jalan dan daerahdaerah sekitarnya dari segi geografs, Sosial ekonomi secara umum.
c.
Mengumpulkan informasi mengenai Harga Satuan (Basic Price) yang ditetapkan Pemerintah Daerah dan Biaya Hidup Sehari-hari.
d.
Mengumpulkan informasi Sumber Material (Quarry) yang diperlukan
Reconnaisance
Survey
meliputi
Kegiatan-kegiatan
Sebagai berikut : a)
Menganalisa secara visual keadaan tanah pada daerah bencana Trase Jalan.
b)
Mengumpulkan kemungkinan
data
yang
diperlukan
diperlukan
pemasangan
untuk
jembatan,
gorong-gorong dan bangunan pelengkap lainnya. c)
Membuat foto dokumentasi lapangan pada lokasilokasi penting.
d)
Membuat laporan lengkap perihal butir a s/d c dan memberikan
Laporan Pendahuluan
saran-saran
yang
diperlukan
untuk
III-4
PT.ARENCO BINATAMA pekerjaan konstruksi, dengan memperbandingkan alternatif Trase Jalan yang diambil. 3.2.5. Tahap Pekerjaan Lapangan.
Jenis kegiatan lapangan meliputi :
I.
Survey Topograf
Pengukuran topograf adalah kegiatan pengambilan data lapangan untuk mendapatkan data ketinggian dan situasi permukaan tanah dengan menggunakan alat ukur optis. Pekerjaan Survey topograf ini terdiri dari dua bagian kegiatan sebagai berikut : .a
Pekerjaan Perintisan untuk pengukuran.
.b
Pekerjaan pengukuran terdiri dari : Pemasangan Patok Tetap Bench Mark (BM), yang berupa patok kayu. Pengukuran Poligon atau Pengukuran titik kontrol horizontal. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal. Pengukuran situasi Detail Pengukuran
penampang
memanjang
melintang. Pengukuran Khusus. Pekerjaan Perintisan Untuk Pengukuran
Laporan Pendahuluan
III-5
dan
PT.ARENCO BINATAMA Pekerjaan
perintisan
berupa
merintis
atau
membuka sebagian daerah yang akan diukur sehingga pengukuran dapat berjalan. Peralatan yang dipakai untuk perintisan peralatan konvensional (parang). Perintisan diusahakan mengikuti koridor yang telah diplot diatas peta topograf atau atas petunjuk Team Leader atau Geodetic Engineer. Pekerjaan pengukuran topograf sedapat mungkin dilakukan sepanjang rencana as jalan (mengikuti koridor
rintisan)
mengadakan
pengukuran-
pengukuran tambahan pada daerah persilangan dengan
sungai
dan
jalan
lain
sehingga
dimungkinkan diperoleh as jalan sesuai dengan setandar yang ditentukan. Awal pengukuran dilakukan pada tempat yang mudah dikenal dan aman.
Awal dan akhir proyek hendaknya diikatkan pada titik tetap.
II.
Pekerjaan Pengukuran
a. Pengukuran Poligon atau Titik Kontrol Horizontal
Khusus
untuk
profl
memanjang
titik-
titiknya yang terletak disumbu jalan diberi paku dengan dilingkari cat sebagai tanda.
Pengukuran titik kontrol dilakukan dalam bentuk poligon terbuka yang akan diikat pada titik
Laporan Pendahuluan
III-6
PT.ARENCO BINATAMA referensi tetap yang berupa Bench Mark (BM) yang terbuat dari beton bertulang.
Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimal 50 meter diukur dengan pegas ukur (meteran) atau alat ukur jarak elektronis.
Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur Theodolit dalam ketelitian dala second (yang mudah/ umum dipakai adalah Theodolit
Ketelitian untuk pengukuran poligonnya adalah sebagai berikut :
Kesalahan
sudut
diperbolehkan dimana
n
adalah
adalah
yang 10”
jumlah
n
titik
Poligon.
Kesalahan Azimut pengontrol tidak lebih dari 5”
Perhitungan azimuth untuk poligon menggunakan Rumus sebagai Berikut : X1
=
D Sin
Y1
=
D Cos
Dimana :
Laporan Pendahuluan
D
= 100 x (BA – BB) Cos
= Azimuth Antara Patok
III-7
PT.ARENCO BINATAMA b. Pengukuran Titik Kontrol Vertikal.
Jenis alat yang dipergunakan untuk pengukuran Kontrol Vertikal ini alat ukur Waterpass
Wild
NAK – II.
Untuk pengukuran ketinggian dilakukan dengan Pergi dan pulang.
Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 akar D mm, dimana D adalah panjang pengukuran (Km) dalam 1 (satu) hari.
Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian skala jelas dan sama.
Setiap kali pengukuran dilakukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang dalam satuan milimeter.
Benang atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), kontrol pembacaan 2 BT = BA + BB.
c. Pengukuran Situasi Detail
Pengukuran
Situasi
dilakukan
dengan
sistem
Tachymetri.
Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis dengan Theodolit To).
Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua keterangan dan Detail yang ada didaerah sepanjang rencana jalan tersebut.
Laporan Pendahuluan
III-8
PT.ARENCO BINATAMA
Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus).
Tempat-tempat
sumber
material
jalan
yang
terdapat disekitar jalur jalan perlu diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material).
Perhitungan Beda tinggi untuk pengukuran situasi adalah sebagai Berikut :
d
=
D Cos
D
=
100 x (BA – BB) Cos
Dm =
d Cos
100 (BA – BB) Cos2
=
Beda Tinggi : H
100(BA-BB) x ½ Sin 2 + (Ti –
=
Bt) dimana : Ti
= Tinggi Instrumen
Bt
= Bacaan Benang Tengah
= Sudut Baca
d. Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang
Pengukuran penampang memanjang dan melintang dimaksudkan
untuk
mengetahui
keadaan
profl
permukaan Existing, sehingga dapat dibuat suatu rencana yang akan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan lapangan.
Laporan Pendahuluan
III-9
PT.ARENCO BINATAMA
e. Perhitungan dan Penggambaran
Perhitungan didasarkan
koordinat pada
poligon
titik-titik
utama
ikat
yang
dipergunakan seperti yang telah dijelaskan diatas
Penggambaran
titik-titik
poligon
berdasar
hasil perhitungan koordinat.
Peta Situasi digambar dengan skala 1 : 2.000 dan interval kontur 1 meter.
Ketinggian titik dalam gambar akan ditandai dengan Notasi nilai kontur dan untuk masing – masing titik situasi.
Penggambaran
Potongan
Melintang
dan
Memanjang dilakukan pada kertas standart dengan skala Horizontal 1 : 2000 dan skala Vertikal 1 : 200
III.
Penyelidikan Tanah
Maksud
dari
penyelidikan
tanah
ini
adalah
untuk
mendapatkan parameter tanah dan mengetahui keadaan tanah dilokasi pekerjaan yang menyangkut : a. Tingkat stabilitas rencana jalan. b. Pengelompokan
dan
analisa
sifat
tanah
dasar
rencana sub grade hubungannya dengan analisa pekerjaan jalan dan bangunan jalan lainnya. Laporan Pendahuluan
III-10
PT.ARENCO BINATAMA c. Jenis, volume dan lokasi quarry yang ada dilokasi dan yang
dapat
dimanfaatkan
dalam
pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi nantinya. Dalam pelaksanaan Pekerjaan Penyelidikan Tanah ini terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu : Penyelidikan Lapangan Pekerjaan Penyelidikan Lapangan terdiri dari : Test DCP (Dynamic Cone Penetrometer) Maksud dilakukan Test DCP ini adalah untuk mendapat kan nilai CBR (California Bearing Ratio) atau kekuatan tanah dasar dilapangan. Pemeriksaan dengan alat DCP mengahasilkan data kekuatan tanah sampai kedalaman
90
cm dibawah tanah dasar. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) dengan kriteria sebagai berikut : Pemberat seberat 20 lb (9,07 kg). Ketinggian jatuh 20 inch 950,8 cm). Diameter tiang 16 mm. Konus berbentuk kerucut luas 1,61 cm2 dengan sudut 30 o, yang biasa digunakan di Indonesia. Hasil pemeriksaan dapat dinyatakan dengan : Penetrabilitas Skala Penetrometer ( SPP ) yaitu
Laporan Pendahuluan
mudah
atau
tidaknya
melakukan III-11
PT.ARENCO BINATAMA penetrasi
kedalaman
tanah,
yang
dinyatakan dalam cm /tumbukan. Tahanan Penetrasi skala (SPR), yaitu sukar atau
tidaknya
kedalam
melakukan
tanah.
penetrasi
Dinyatakan
dalam
tumbukan/cm. SPR = 1 / SPP Data
lapangan
umumnya
dalam
skala
Penetrabilitas Penetrometer (SPP), tetapi dalan analisis dipergunakan skala Penetrasi tahanan (SPR). Korelasi
nilai
mempergunakan transparan
CBR
diperoleh
kertas
transparan.
tersebut
digeser
–
dengan Kertas
geserkan
dengan tetap menjaga sumbu grafk pada kedua
gambar
garis
komulatif
dengan
salah
sejajar,
sehingga
tumbukan, satu
diperoleh
yang
garis
berimpit
pada
kertas
transparan. Nilai yang ditunjukan oleh garis tersebut merupakan nilai CBR lapangan pada kedalaman
tersebut.
Korelasi
ini
akan
dilakukan pembandingan dengan hasil yang diperoleh dari test CBR dengan nilai DCP dari lokasi ynag berdekatan. pelaksanaan pengujian ini akan dicatat dalam blanko
yang
telah
disiapkan.
Pelaksanaan
pengujian DCP Test ini dilakukan pada interval
Laporan Pendahuluan
III-12
PT.ARENCO BINATAMA 300 meter. Hasil dari test ini akan dikonfrmasi untuk data perencanaan tebal perkerasan.
IV.
Tes Laboratorium
Test Laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan atau mengetahui parameter tanah di lokasi pekerjaan, dimana parameter
ini
akan
digunakan
dalam
perhitungan
perencanaan. Test
Laboratorium
dilakukan
pada
contoh
tanah
terganggu (Disturbed sample) yang representatif untuk satu satuan tanah yang meliputi : Grain Size Analysis (Analiasa saringan) Volume Weigh (Berat Volume) Specifc Gravity Atterberg Limit (LL, PL dan PI) CBR (Calofornia Bearing Ratio) Compaction Modifed.(Nilai Kepadatan) Nilai Permeabilitas (K) Kuat Geser Tanah ( )
V.
Survey Hidrologi
Survey Hidrologi bertujuan untuk mencari data yang diperlukan dalam analisa Hidrologi dan selanjutnya dapat Laporan Pendahuluan
III-13
PT.ARENCO BINATAMA dipakai
dalam
perencanaan
perencanaan drainase
drainase,
sangat
sedangkan
diperlukan
untuk
menentukan jenis dan dimensi dari bangunan-bangunan drainase disamping untuk mentukan bentuk potongan jalan itu sendiri.
Lingkup pekerjaan survey Hidrologi ini meliputi :
Menganalisa pola aliran pada daerah rencana trase jalan untuk mendapatkan Trase Jalan yang paling aman dilihat dari pengaruh pola aliran tersebut.
Dari data lapangan dan hasil perhitungan tersebut diatas selanjutnya menentukan jenis dan dimensi bangunan drainase yang diperlukan seperti jenis saluran
samping
dan
dimensinya,
jenis
dan
dimensinya gorong-gorong serata jenis jembatan yang diperlukan. VI. Curah Hujan Rencana
Perhitungan curah hujan rencana ini digunakan untuk perhitungan kebutuhan air drainasi (drain modul) dan debit banjir. Curah hujan rencana dapat dihitung dengan analisis
frekuensi.
Penggunaan
ini
bergantung
dari
ketersediaan data (akurat), kualitas dan jumlah data, keperluan
dan
pengalaman-pengalaman.
Sedangkan
data-data hujan dilakukan dahulu terhadap kondisi data yaitu dengan cara uji abnormalitas, sebagai berikut : Dari
data
curah
hujan
maksimum
tersebut
diatas
terdapat data curah hujan yang sangat ekstrim, maka
Laporan Pendahuluan
III-14
PT.ARENCO BINATAMA sebelum
dipergunakan
maksimum
ini
data
harus
curah
diuji
hujan
harian
kenormalannya
(Uji
Abnormalitas) Jika ada N buah data yang tersedia dan ada 1 data ekstrim yang akan diuji maka data yang dipakai untuk analisa ini adalah N-1 data. Sedangkan Rumus-rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut. 1.
Baras penyingkaran = 1 – (1-βo)1/n
εo
dimana :
2.
Rumus
ε
=
laju abnormalitas
εo
=
batas penyimpangan
βo
=
laju resiko
n
=
data (N-1)
iwai
untuk
mempekirakan
harga
abnormal : Log (xε + b) = log (xo + b) ± γε * Sx Sx =
X 2 Xo 2
Dimana :
3.
Laporan Pendahuluan
xε
=
harga yang diperiksa
Xo
=
rata-rata data
γε
=
berdasarkan tabel
Perkiraan pertama harga xo :
III-15
PT.ARENCO BINATAMA
n
Log xo = 1/n
log xi
I 1
4.
Perkirakan harga b : n
b
=
1/m
bi, m
I 1
bi
n/10
xs * xt xo 2 xo ( xs xt )
=
dimana :
xs
=
harga
pengamatan
nomor
urut
m
dengan
dari
yang
terbesar xt
= harga
pengamatan
dengan
nomor urut m dari yang terkecil 5.
Perkiraan harga Xo : Xo
=
log (xo + b)
Xo
=
1/n
n
log (xi + b)
I 1
6.
Perkiraan harga c :
2 /(n 1) (log(
xi b 2 ) xo b
1/c
=
1/c
=
√(2n/(n – 1))* √(X2 - Xo2
X2
=
1/n
n
{log (xi + b)}2
I 1
Ada berbagai cara analisa frekuensi, antara lain :
Laporan Pendahuluan
Metode log person type III
III-16
PT.ARENCO BINATAMA
3.3
Metode gumbel
Metode log normal
Program Kerja
Rencana Kerja diselaraskan dengan Pendekatan dan Metodologi pekerjaan yang telah dijabarkan sebelumnya, diantaranya : I.
Perencanaan dan Penggambaran
Dasar dari Perencanaan ini adalah mengikuti Prosedur baku Standart Bina Marga atau seperti yang ditentukan dalam kerangka acuan pekerjaan. Adapun dasar dari perencanaan ini adalah :
Standart Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota – 1990 (Bina marga).
Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13 Th 1970.
Pedoman untuk Pengumpukan Rutin Data untuk desain yang diterbitkan oleh Sub dit. BIPRAN Bina Marga, Oktober 1989.
Bahan-bahan
Overlay
Design
Course
yang
diselenggarakan Central Design Office-BIPRAN, April 1987. Konsultan akan menyiapkan konsep perencanaan teknis (Draft Design) dari setiap detil perencanaan kemudian untuk
melaporkannya
mendapatkan
kepada
persetujuan.
Project
Officer
Draft
Design
tersebut digambarkan diatas kertas milimeter atau langsung diatas kertas standar sheet yang telah ditetapkan.
Laporan Pendahuluan
III-17
PT.ARENCO BINATAMA
Konsep Perencanaan ini meliputi antara lain : Plant (alinyemen horizontal) digambar diatas peta skala
1 : 2.000 dengan interval garis tinggi
satu meter dan dilengkapi dengan indek antara lain
Lokasi dari semua dan nomor-nomor titik kontrol horizontal / vertikal.
Lokasi dari semua data topograf yang penting seperti batas rawa, kebun, hutan lindung, rumah, sungai dan lain-lain.
Elemen-elemen lengkung horizontal (Curva data)
yang
direncanakan
dalam
bentuk
tikungan full circel atau lengkung peralian untuk sudut lengkung > 200.
Lokasi
dari
gorong-gorong
dan
rencana
jembatan. Profle (alinyemen vertikal) Setelah konsep alinyemen horizontal disetujui oleh project officer dan telah di pindahkan ke kertas standar sheet, maka konsep alinyemen vertikal (penampang memanjang) dapat segera dimulai. Konsep alinyemen vertikal ini dapat langsung digambar
langsung
(dengan
pensil)
diatas
standar sheet tadi dibagian bawah dari gambar alinyemen
Laporan Pendahuluan
horizontal.
Alinyemen
vertikal
III-18
PT.ARENCO BINATAMA digambar dengan skala horizontal
1 : 2.000 dan
skala vertikal 1 : 200 yang mencakup hal-hal berikut :
Tinggi muka tanah asli dan tinggi nomor potongan melintang
Pengetrapan
kemiringan
maksimum
dan
lengkung horizontal (diagram super elevasi).
Elemen-elemen
/
data-data
lengkung
horizontal
Lokasi bangunan – bangunan pelengkap dan bangunan-bangunan drainase.
Potongan Melintang (Cross Section) Gambar potongan melintang dibuat menurut peta topograf sesuai keadaan pada lokasi yang ditentukan diatas standar sheet dengan skala 1 : 200 dan skala vertikal 1 : 200. Stationing dilakukan setiap interval 50 meter. Potongan
melintang
Standard
(Typical
Cross
Section) Gambar ini dibuat dalam skala yang pantas dengan memuat semua detail yang perlu antara lain:
Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang bereda-beda.
Bangunan Standard Pelengkap dan Drainase (1 : 10) Gambar ini mencakup semua detail bangunanbangunan
lengkap
dan
bangunan-bangunan
drainase seperti turap pelindung talud, goronggorong, saluran pasangan batu dan lain-lain.
Laporan Pendahuluan
III-19
PT.ARENCO BINATAMA
Dalam
pelaksanaan
Pekerjaan
Perencanaan
ini
dilakukan tinjauan – tinjauan terhadap :
II. Perencanaan Geometrik
a.
Alignement Vertikal
Tinjauan Alignement secara keseluruhan Alignement vertikal merupakan bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau proyeksi tegak lurus bidang
gambar.
alignemen
Ditinjau
vertikal
harus
secara
keseluruhan
dapat
memberikan
kenyamanan dan keamanan pemakai jalan, untuk mencapai
hal
ini
perlu
diperhatikan
hal-hal
berikut :
Sedapat
mungkin
menghindari
broken
backgrade line, artinya jangan sampai kita merencanakan (cekung
lengkung
maupun
vertkal
cembung)
searah
yang
hanya
dipisahkan oleh tangen yang pendek.
Menghindari hidden dip artinya kalau kita mempunyai alignement vertikal yang relatif datar dan lurus, jangan sampai didalamnya terdapat lengkung – lengkung cekung yang pendek yang dari jauh kelihatannya tidak ada atau tersembunyi.
Laporan Pendahuluan
III-20
PT.ARENCO BINATAMA
Landai penurunan yang tajam dan panjang harus diikuti oleh pendakian agar secara otomatis
kecepatan
yang
besar
dari
kendaraan dapat terkurangi. Faktor – faktor yang perlu diperhitungkan dalam perencanan Alignement Vertikal adalah sebagai berikut : Kecepatan Rencana Kecepatan rencana yang diambil harus disesuaikan dengan ketetapan yang telah dipakai
pada
alignement
horizontal,
dengan demikian klasifkasi medan yang telah
ditetapkan
untuk
alignement
horizontal berikut dengan kecepatannya harus
djadikan
pegangan
untuk
menghitung tikungan – tikungan pada alinement horizontal, KLu Hl ini tidak dijaga
akan
diperoleh
ketidak
seimbangan, misalnya suatu pihak kita mempunyai tinggi
kecepatan
untuk
sedangkan
rencana
alignement
alignement
yang
horizontal,
vertikal
hanya
memiliki rencana kecepatan yang lebih rendah atau sebaliknya, ini berarti akan merugikan pemakai jalan atau bahkan bisa membahayakan pemakai jalan.
Topograf Keadaan
Topograf
erat
hubungannya
dengan volume perbedaan tanah, untuk medan yang berat sering kita terpaksa
Laporan Pendahuluan
III-21
PT.ARENCO BINATAMA harus
menggunakan
angka
–
angka
kelandaian maksimum pada alignement vertikal agar volume pekerjaan tanah dapat dikurangi, disamping itu penetapan kelandaian
harus
dipertimbangkan
sehingga tinggi galian ataupun dalamnya timbunan
masih
dalam
batas-batas
kemampuan pelaksanaan.
Tanah Dasar Dalam merencanakan alignement vertikal kita
harus
memperhatikan
ketinggian
tanah dasar terhadap muka air banjir, artinya jangan sampai alignement vertikal tidak
cukup
alignement
tinggi.
vertikal
Kedududkan
harus
sedemikian
sehingga :
Permukaan air banjir tidak mecapai lapisan-lapisan perkerasan.
Cukup
tingg
sampai
kita
dapat
memasang Box Culvert yang betul – betul berfungsi jika diperlukan. Panjang lengkung vertikal cembung diambil dari syarat – syarat ini :
Syarat keamanan : berdasarkan
Jarak pandangan henti (S < Lv atau S > Lv) Pakai grafk III halaman 20 PPGR
Jarak pandangan menyiap Pakai grafk IV halaman 21 PPGR
Laporan Pendahuluan
III-22
PT.ARENCO BINATAMA
Syarat Keluwesan bentuk Lv = 0,6 x V dimana : V = kecepatan rencana (Km/jam)
Syarat Drainase Lv = 40 x A Paling ideal ambil Lv yang terpanjang, dalam merencanakan lengkung vertikal, biasanya
elevasi
PVI
telah
ditentukan
terlebih dahulu, kemudian baru dihitung besaran yang lain.
b. Alignement Horizontal
Alignement Horizontal merupakan Trase Jalan yang terdiri atas :
Garis lurus (tangen) yang merupakan bagian lurus
dari Trase jalan yang dihubungkan
dengan
lengkungan
yang
berupa
busur
lingkaran/ busur peralihan.
Lengkungan
yang
dihubungkan
dengan
tangen yang satu dengan tangen yang lain disebut tikungan atau lengkung horizontal. Tikungan atau lengkungan adalah merupakan bagian yang sangat kritis pada alignemet horizontal yang akan melemparkan kendaraan keluar daerah tikungan yang disebut gaya sentrifugal. Laporan Pendahuluan
Ditinjau
secara
keseluruhan III-23
PT.ARENCO BINATAMA penetapan alignement horizontal harus dapat menjamin keseluruhan ataupun keselamatan bagi
pemakai
jalan.
Untuk
menetapkan
Alignement Horizontal pada suatu arus jalan perlu diketahui terlebih dahulu topograf yang akan dilalui
oleh
trase jalan
yang
akan
direncanakan. Dalam hal ini mengenal tiga jenis klasifkasi medan yang dibedakan oleh besarnya kemiringan medan dalam arah yang kira-kira tegak lurus as jalan yaitu medan datar, bukit dan gunung. Selain kondisi medan (klasifkasi
medan)
elemen-elemen
utama
perencanaan Alignement Horizontal adalah klasifkasi jalan dan besarnya lalu-lintas harian rata-rata (LHR) yang dinyatakan dalam SMP (Satuan Mobil Penumpang). c. Perencanaan Tikungan
Ada
3
(tiga)
macam
bentuk
tikungan
yang
dianjurkan dalam standar yang dikeluarkan oleh Bina marga, sebagai berikut : 1.
Circle – circle Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar dan sudut tangen yang relatif kecil, adapun batasanbatasan yang biasa digunakan di Indonesia dimana diperbolehkan menggunakan bentuk circle-circle adalah sebagai berikut .
Laporan Pendahuluan
Kecepatan rencana
Jari – Jari Minimun
(Km/ jam)
(m) III-24
PT.ARENCO BINATAMA 120
2000
100
1500
80
1100
60
700
40
300
30
180
Untuk tikungan yang jari-jarinya lebih kecil dari
harga
diatas
bentuk
tikungan
yang
dipakai adalah Spiral – Circle – Spiral. Rumus rumus yang digunakan pada tikungan circle – circle ini adalah sebagai berikut : T
= R x Tg 1/2
E
= T x Tg 1/4
L
= /180 x x R
Dimana : T
= Jarak antara Tc dan PI (m)
E
= Jarak PI kelengkung peralihan (m)
L
= Panjang bagian tikungan (m)
R
= Jari – jari tikungan (m)
= Sudut tangen.
Harga delta () dihitung secara analis berdasarkan
koordinat
–
koordinat
(diukur dari gambar). 2.
Spiral – Circle – Spiral Lengkung peralihan (spiral)
Laporan Pendahuluan
III-25
PI
PT.ARENCO BINATAMA Pada bentuk peralihan ini spiral - spiral merupakan peralihan dari bagian lurus kebagian circle sehingga dikenal dengan istilah lengkung peralihan. fungsi utama dari lengkung peralihan adalah :
Menjaga
agar
perubahan
gaya
sentrifugal yang timbul pada waktu kendaraan
memasuki
atau
meninggalkan tikungan dapat terjadi secara
berangsur-angsur
dengan
demikian diharapkan agar kendaraan dapat
melintasi
jalur
yang
telah
disediakan untunya tidak melintasi jalur lain.
Untuk
kemungkinan
mengadakan
perubahan dari lereng jalan normal kekemiringan
sebesar
super
elevasi
yang telah ditentukan secara berangsur –
angsur
sesuai
dengan
gaya
sentrifugal yang timbul. Panjang
lengkung
peralihan
diperhitungkan
(spiral) dengan
mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentrifugal dari nol pada bagian circle jaringan sampai menimbulkan perasaan tidak enak pada pengemudi/ pemakai jalan, untuk itu dikenal rumus (Modifed
Short
Formula)
sebagai
berikut :
Laporan Pendahuluan
III-26
PT.ARENCO BINATAMA Ls min = 0.022((V3 / R)) – 2.727 ((V.k/c)) Dimana : Ls = Panjang Spiral (m) V = Kecepatan rencana (km/jam) R = Jari – jari circle (m) C =
Perubahan kecepatan = 0.4
m/dt K
= Super elevasi.
Ls terdapat pada tabel. Lengkungan (Circle) Radius
circle
sedemikian
yang
sehingga
diambil sesuai
harus dengan
kecepatan rencana yang ditentukan serta tidak
mengakibatkan
adanya
miring
tikungan yang melebihi harga maksimum. Miring tikungan maksimum 0,10 dan untuk urban
Highway.
ditetapkan
Untuk
miring
Rural
tikungan
Highway
maksimum
0,10 dan untuk urban Highway 0,08. Besarnya Rmin ditetapkan dengan Rumus : Rmin
= V2 / 127 (e + fm).
Dimana : R
= jari – jari lengkung minimum
V
= kecepatan rencana
E
= Super elevasi
Fm = Koefisien gesekan maksimum. Laporan Pendahuluan
III-27
PT.ARENCO BINATAMA
Rumus-rumus yang digunakan untuk jenis tikungan adalah sebagai berikut : Ts
= (R+p) tgl / 2 + R
Es = (R+p) sec ½ - R L
= L’ + 2 Ls
Dimana : L’ = ’ / 360 x 2 x n x R ’ = - 2 s
3.
Spiral – spiral Bentuk
tikungan
ini
dipergunakan
pada
tikungan yang tajam, adapun rumus – rumus yang
digunakan
adalah
sama
dengan
tikungan spiral – circle – spiral, hanya perlu dingat bahwa : ’
s = 0
= 0
Rumus – rumus yang digunakan untuk jenis tikungan ini adalah : Ls
= s/ 28.648 x R
Ts
= (R + p) tg /2 + k
Es
= (R + p) sec ½ - R
L
= 2 Ls Kontrol
Dimana : Laporan Pendahuluan
P =
2 Ls < 2 Ts P* x Ls III-28
PT.ARENCO BINATAMA K = 4.
k* x Ls
Kemiringan Melintang Untuk
drainase
permukaan
jalan
dengan
alignement lurus membutuhkan kemiringan melintang yang normal 2% untuk aspal beton atau perkerasan beton dan 3% - 5% untuk perkerasan macadam atau perkerasan lainnya dan jalan batu kerikil. Dari kemiringan normal pada jalan lurus kemiringan melintang jalan akan berubah menjadi kemiringan maksimum (e
mak)
pada
daerah
(tikungan). Nilai
busur
lingkaran
(emak) bergabung pada
kecepatan rencana dan jari-jari tikungan, nilai pendekatan untuk tikungan super elevasi maksimum adalah 10%. Besarnya kemiringan maksimum
(super
elevasi)
diberikan
kecepatabn rencana dan jari - jari tikungan, nilai super elevasi dapat dilihat pada tabel 14 standard Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota (Desember 1990).
III. Perencanaan Perkerasan
Lapisan
perkerasan
meyebarkan
beban
berfungsi lalu
lintas
untuk
menerima
tanpa
dan
menimbulkan
kerusakan yang berarti pada konstruksi jalan itu sendiri, dengan
demikian
memberikan
kenyamanan
kepada
sipengemudi selama masa pelayanan tersebut. Untuk itu
Laporan Pendahuluan
III-29
PT.ARENCO BINATAMA dalam perencanaan perlu dipertimbangkan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi fungsi pelayanan konstruksi perkerasan jalan seperti : Fungsi jalan Kinerja perkerasan (Pavement Performance) Umur Rencana Lalu lintas Sifat tanah dasar Kondisi lingkungan Sifat dan banyaknya meterial yang tersedia dilokasi sebagai lapisan perkerasan. Bentuk geometrik lapisan perkerasan. a. Syarat – syarat berlalu lintas Konstruksi perkerasan lentur dipandang dari segi keamanan dan kenyamanan berlalu lintas harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak berlendut serta tidak berlobang.
Permukaan cukup kaku sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja diatasnya.
Permukaan cukup kesat sehingga memberikan gesekan
yang
baik
antara
beban
dan
permukaan jalan sehingga tidak mudah selip.
Laporan Pendahuluan
III-30
PT.ARENCO BINATAMA
Permukaan tidak mengkilap dan tidak silau jika terkena sinar matahari.
b. Syarat – syarat kekuatan / Struktural Konstruksi
perkerasan jalan ditinjau
dari
segi
kemampuan memikul dan menyebarkan beban, harus lah memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
Ketebalan
yang
cukup
sehingga
mampu
menyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar.
Kedap air sehingga air tidak meresap pada lapisan dibawahnya.
Permukaan mudah mengalirkan air sehingga air hujan yang jatuh diatasnya dapat segera dialirkan.
Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti.
Berdasarkan
bahan
pengikatnya
konstruksi
perkerasan jalan dapat dibedakan atas :
Konstruksi pavement),
perkerasan yaitu
lentur perkerasan
(flexible yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
Konstruksi perkerasan kaku (Rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen
Laporan Pendahuluan
III-31
PT.ARENCO BINATAMA (Portland cement) sebagai bahan Pengikat. Pelat beton atau dengan tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton.
Flexible Pavement
a.
Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan Konstruksi
perkerasan
lentur
(Flexible
pavement) terdiri dari lapisan – lapisan yang diletakkan diatas dasar yang telah dipadatkan. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :
Lapis permukaan (Surface course)
Lapis pondasi atas (Base course)
Lapis
pondasi
bawah
(sub
base
course) b.
Lapis tanah dasar (sub grade)
Lapis Permukaan (surface course) Lapis yang terletak paling atas disebut lapis permukaan, berfungsi antara lain :
Lapis perkerasan penahan beban roda, lapisan mempunyai stabilitas tinggi
Laporan Pendahuluan
III-32
PT.ARENCO BINATAMA untuk menahan beban roda selama pelayanan.
Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap lapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
Lapis aus (wearing course), lapisan yang
langsung
akibat
rem
meneima
kendaraan
gesekan sehingga
mudah menjadi aus.
Lapisan
yang
menyebarkan
beban
kelapisan dibawahnya sehinga dapat dipikul kelapisan lain dengan daya dukung yang lebih jelek. Guna
dapat
memenuhi
fungsi
diatas,
pada umumnya lapisan permukaan dibuat dengan menggunakan beban pengikat aspal
sehingga
menghasilkan
lapisan
yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya dukung yang tahan lama. c.
Lapisan Pondasi Atas (Base course) Lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan
pondasi
bawah
dan
lapis
permukaan dinamakan lapis pondasi atas (base course).
Laporan Pendahuluan
III-33
PT.ARENCO BINATAMA Fungsi lapisan pondasi atas (base course) diantaranya adalah sebagai berikut :
Bagian
perkerasan
yang
menahan
gaya lintang dari beban roda dan meyebarkan
beban
kelapisan
dibawahnya.
Lapisan
peresapan
untuk
lapisan
pondasi bawah.
Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Material yang akan digunakan untuk lapis pondasi atas adalah material yang cukup kuat. Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material
dengan
CBR
>
50%
dan
plastisitas index (PI) < 4%. Bahan – bahan alam seperti batu pecah, kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai lapis pondasi atas. d.
Lapis Pondasi Bawah (sub base course) Lapis perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi
atas
dan
tanah
dasar
dinamakan lapis pondasi bawah (sub base course).
Lapisan
pondasi
bawah
ini
berfungsi sebagai :
Laporan Pendahuluan
Bagian
dari
konstruksi
untuk
menyebarkan
perkerasan
beban
roda
III-34
PT.ARENCO BINATAMA ketanah dasar lapisan ini harus cukup kuat mempunyai CBR >20% dan PI < 10%.
Efsien penggunaan material, material pondasi
bawah
dibandingkan
relatif
murah
dengan
lapisan
perkerasan diatasnya.
Mengurangi
lapisan
perkerasan
diatasnya yang lebih mahal.
Lapisan
pertama,
agar
berjalan
dengan
lancar,
sehubungan dilapangan segera
pekerjaan hal
dengan yang
menutup
kondisi
memaksa tanah
ini
harus
dasar
dari
pengaruh cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dassar menahan roda – roda alat berat. e.
Lapisan Tanah Dasar (sub grade) Lapisan tanah setebal 50 – 100 cm diatas dimana akan diletakan lapisan pondasi bawah dinamakan lapisan tanah dassar. Lapisan tanah dasar dapat berupa lapisan tanah asli yang dipadatkan jika lapisan tanahnya baik, tanah yang didatangkan dati tempat lain dan dipatkan atau tanah yang bahan
distabilisasi lainnya.
dengan
Pemadatan
kapur
atau
yang
baik
diperoleh jika dilakukan pada kadar air
Laporan Pendahuluan
III-35
PT.ARENCO BINATAMA optimum
dan
diusahakan
kadar
air
tersebut konstan selama umur rencana. Hal
ini
dapat
dicapai
jika
dilengkapi
perlengkapan drainase yang memenuhi syarat. Jika ditinjau dari muka tanah asli, lapisan tanah dasar dibedakan atas :
Lapisan tanah dasar, tanah galian
Lapisan tanah dasar, tanah timbunan
Lapisan tanah dasar , tanah asli.
Sebelum
diletakkan
lapisan-lapisan
lainnya tanah dasar dipadatkan terlebih dahulu
sehingga
mencapai
kestabilan
yang tinggi terhadap perubahan volume.
Rigid Pavement
a. Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan Konstruksi
perkerasan
Kaku
(Rigid
pavement) terdiri dari lapisan – lapisan yang diletakkan
diatas
dasar
yang
telah
dipadatkan. Konstruksi perkerasan kaku terdiri dari : Laporan Pendahuluan
Lapis permukaan (Surface course) III-36
PT.ARENCO BINATAMA
Lapis pondasi atas (Base course)
Lapis pondasi bawah (sub base course)
b. Metode Perencanaan Tebal Perkerasan Dalam Perencanaan Tebal Perkerasan kami akan menggunakan Program RDS Versi 5.00 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Prasarana Jalan. Walaupun Cukup banyak terdapat
metode
–
metode
yang
dikembangkan oleh berbagai negara dalam menghitung tebal perkerasan jalan seperti metode AASHTO dari Amerika Serikat yang telah mengalami perubahan secara terus menerus sesuai dengan penelitian yang diperoleh, Metode Bina Marga Indonesia yang merupakan modifkasi dari metode AASHTO, metode NAASRA dari Australia dan lain-lain,
sedangkan
yang
digunakan
di
Indonesia yang sesuai dengan Bina Marga adalah sebagai berikut : c. Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26 1987. Metode analisa komponen SKBI 2.3.26.1987. udc: 265.73 (02) merupakan metode yang bersumber dari metode AASHTO 72 dan modifkasi
sesuai
dengan
kondisi
alam,
lingkungan, sifat tanah dasar dan jenis lapis perkerasan
Laporan Pendahuluan
yang
umum
digunakan
III-37
di
PT.ARENCO BINATAMA Indonesia.
Parameter
perencanaan
perkerasan lentur dengan metode analisa komponen.
Survey Lalu lintas
Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari beban yang hendak dipikul, berarti dari arus lalu
lintas
yang
hendak
memakai
jalan
tersebut. untuk mengetahui hal ini terlebih dahulu
harus
diadakan
survey
terhadap
besarnya arus lalu lintas yang melewati jalan tersebut.
survey
lalu
lintas
dimaksudkan
untuk mendapatkan data – data volume Lalu Lintas Harian Rata–Rata (LHR) yang melewati jalan yang bersangkutan. Volume lalu lilntas dapat diperoleh dengan mencatat jumlah kendaraan pencatat
yang yang
lewat
pada
dianggap
pos
dapat
–
pos
mewakili
setiiap ruas jalan yang direncanakan. untuk perencanaan tebal perkerasan volume lalu lintas dinyatakan dalam kendaraan/hari/ satu arah untuk jalan satu atau dua arah terpisah atau dengan median. volume dari masing – masing
jenis
kendaraan
dihitung
dan
dimasukkan dalam tabel standar Bina Marga, sehingga dari hasil tersebut diperoleh data – data
kebutuhan
perencanaan
sebagai
berikut :
Laporan Pendahuluan
III-38
PT.ARENCO BINATAMA - LHR (Lalu Lintas Harian Rata – rata) - Komposisi dan jenis kendaraan.
Umur Rencana
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat struktural (sampai diperlukan
overlay
lapisan
perkerasan)
selama umur rencana tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilaksanakan, seperti
pelapisan
non
struktural
yang
berfungsi sebagai lapisan aus. Umur rencana untuk perkerasan lentur jalan baru umumnya diambil 10 tahun dan untuk peningkatan jalan 5 tahun. umur rencana yang lebih besar dari 20
tahun
tidak
lagi
ekonomis
karena
perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan
sukar
mendapatkan
ketelitian
yang
memadai. Perkembangan Arus Lalu lintas Perkembangan arus lalu lintas selama umur rencana
antara
analisa
ekonomi
tersebut.
lain
Dinegara
berdasarkan
dam
sosial
sedang
atas
daerah
berkembang
termasuk Indonesia, analisa lalu lintas yang dapat menunjang data perencanaan yang memadai Laporan Pendahuluan
sukar
dilakukan
karena III-39
PT.ARENCO BINATAMA kurangnya data yang diperlukan dan sukar memperkirakan arus lalu lintas yanga akan datang. Angka Ekivalen
Angka
ekivalen
untuk
setiap
jenis
kendaraan ditentukan berdasarkan beban sumbu depan dan belakang dari masing – masing
jenis
perencanaan
tebal
kendaraan. perkerasan
Untuk angka
ekivalen yang diperlukan adalah angka ekivalen berdasarkan berat kendaraan yang diharapkan selama umur rencana. oleh karena itu volume lalu lintas umumnya dikelompokkan atas beberapa kelompok yang masing – masing kelompok diwakili oleh satu jenis kendaraan. Pengelompokan jenis – jenis kendaraan untuk perencanaan
tebal
perkerasan
dapat
dilakukan sebagai berikut : a.
Mobil penumpang, termasuk didalamnya semua kendaraan yang berat total < 2 ton.
Laporan Pendahuluan
b.
Bus
e. Truk 5 as
c.
Truk 2 as
f. semi trailer d. Truck 3 as
III-40
PT.ARENCO BINATAMA Rumus
yang
dipergunakan
untuk
mementukan angka ekivalen adalah sbb: Beban satu sumbu tunggal (kg) Angka ekivalen = (
)
4 Sumbu Tunggal
8160 beban satu sumbu tunggal
(kg) Angka ekivalen = 0.086 (
)
4 Sumbu Ganda Perencanaan
8160 Tebal
Perkerasan
Lentur
Jalan
Raya
dengan Metode Analisa Komponen tahun 1987. a.
Koefsien Distribusi Koefsien distribusi untuk kendaraan ringan dan berat yang melewati jalur rencana yang ditentukan berdasarkan jumlah dan arah kendaraan. Langkah
–
langkah
perencanaan
tebal
lapis
perkerasan dengan menggunakan metode analisa komponen adalah sebagai berikut :
Tentukan nilai Daya Dukung Tanah dasar (DDT)
Daya
Dukung
ditetapkan
Tanah
berdasarkan
Dasar grafk
(DDT) korelasi.
Yang dimaksud dengan CGR disi adalah harga Laporan Pendahuluan
CBR
Lapangan
atau
CBR
III-41
PT.ARENCO BINATAMA laboratorium untuk perencanaan jalan baru digunakan CBR Laboratorium.
Tentukan Umur rencana (UR)
Untuk jalan baru umur rencana biasanya diambil 20 tahun, dan dengan konstruksi bertahap (stage construction) atau tidak. Jika dilakukan konstruksi bertahap maka tentukan tahap pelaksanaannya
Tentukan Faktor Regional (FR)
Faktor
regional
berguna
untuk
memperhatikan kondisi jalan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Bina Marga memberikan angka yang bervariasi antara 0.5 sampai 3.5 . Tentukan lintas ekivalen rencana (LER)
LET
=
½ (LET + LEA)
LER
=
LET X FP
Dimana : LET
=
Lintas Ekivalen tengah
LER
=
Lintas Ekivalen Rencana
LEP
=
Lintas Ekivalen Permulaan
LEA
=
Lintas Ekivalen Akhir
FP
=
Faktor Penyesuaian
UR/ 10 UR
=
Umur Rencana.
Tentukan Index Permukaan Awal (IPo)
Laporan Pendahuluan
III-42
PT.ARENCO BINATAMA Nilai Ipo ditentukan dengan jenis lapis permukaan yang akan digunakan.
Tentukan Index Permukaan Akhir (IPt)
Index
permukaan
berdasakan
akhir
besarnya
ditentukan
lintas
ekivalen
rencana (LER) dan klasifkasi jhalan.
Tentukan Index Tebal Perkerasan (ITP)
Untuk menentukan nilai ITP yaitu dengan menggunakan
Nomogram
1
s/d
9,
pemilihan nomogram berdasarkan nilai Ipt dan IPo yang sesuai.
Tentukan Koefsien Perkerasan (a)
Kekuatan relatif ditentukan setiap jenis lapisan perkerasan yang dipilih besarnya kekuatan relatiif untuk masing – masing bahan.
Dengan menggunakan Rumus :
ITP
= a1 x D1 + a2 x D2 + a3 x
D3 Dimana : a1, a2, a3 = koefsien kekuatan relatif bahan lapis perkerasan D1,D2, D3
= tebal masing-masing lapis perkerasan.
Laporan Pendahuluan
III-43
PT.ARENCO BINATAMA Perkiraan besarnya ketebalan masing – masing
jenis
lapis
perkerasan
ini
tergantung dari nilai minimum yang telah diberikan oleh Bina Marga. Dari hal tersebut diatas untuk perhitungan secara keseluruhan kami akan menggunakan Progran RDS 5.00 (Road Desain System Versi 5.00) yang dikeluarkan Oleh Dirjen PU.
Laporan Pendahuluan
III-44
PT.ARENCO BINATAMA Gambar 5 – 2 SKEMA URUTAN KEGIATAN PEKERJAAN PERENCANAAN JALAN
Start
Persiapan Adminisrasi Peta Dasar Literatur Personil/Peralatan Data sekunder
Survey Pendahuluan Orientasi lapangan Survey Lapangan
Survey Topografi
Survey Hidrologi
Survey Lalulintas
Survey Tanah
Analisis Evaluasi dan Perhitungan data
penggambaran dan Pelaporan hasil survey Detail Desain dan Gambar Desain
Perhitungan Volume
Laporan Pendahuluan
Dokumen Lelang
III-45
PT.ARENCO BINATAMA Gambar 5 - 3 BAGAN ALIR PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN METODE BINA MARGA
Start
Kekuatan Tanah dasar Daya Dukung Tanah dasar (DDT)
Infut Parameter Perencanaan
Faktor Regional (FR) Intensitas curah hujan Kelandaian jalan % Kendaraan Berat Pertimbangan Teknis
Konstruksi Bertahap Ya
Beban Lalu Lintas LER Pada lajur rencana
Konstruksi bertahap atau tidak dan pentahapannya
Tentukan ITPi Tahap I
Tidak Tentukan ITPi Selama UR
Tentukan ITPi + 2 Untuk tahap I Dan tahap II
Indeks Permukaan Awal IPo Akhir IPt
Jenis Lapisan Perkerasan
Tentukan ITPi Tahap I
Tentukan ITPi Tahap I
Finish
Laporan Pendahuluan
III-46
PT.ARENCO BINATAMA
Penyiapan Dokumen Pelaporan
Laporan yang akan diserahkan dalam pekerjaan perencanaan ini terdiri dari : Laporan Pendahulan Laporan
Reconaisance
dapat
laporan
pendahuluan
ini
pula
merupakan
merupakan
uraian
mengenai hasil survey pendahuluan dilapangan yang menyangkut Lokasi Proyek, Program kerja dan
metode
yang
akan
dilaksanakan
dalam
pelaksanaan pekerjaan ini atau yang menyangkut data – data awal pekerjaan yang dilakukan pada saat orientasi lapangan.
Laporan Final Engineering Laporan fnal engineering ini merupakan laporan akhir seluruh kegiatan perencanaan yang meliputi :
Pengumpulan dan pengolahan data lapangan
Analisa volume dan biaya satuan
Lampiran yang berisikan antara lain : peta sumber material (quarry), daftar gorong – gorong dan rencana lokasi jembatan dan bangunan pelengkap lainnya.
Laporan Pendahuluan
III-47
PT.ARENCO BINATAMA
Uraian atau saran untuk menangani setiap item pekerjaan
3.4
Foto-foto lapangan.
Organisasi dan Personil
Organisasi merupakan salah satu fungsi managemen atau alat untuk mencapai tujuan. Agar pekerjaan perencanaan ini dapat berjalan lancar, terarah, terkoordinasi maka perlu adanya organisasi kerja yang baik yang merupakan Team Work.
Team Work
Keahlian
Posisi
Sipil Jalan
Team
Sipil
Leader Road Enginee
Sipil
r Ahli Teknik Hidrolog
Sipil
i Ahli Quantit y Enginee
Sipil
r Surveyo
Sipil
r Assisten Road enginee
Laporan Pendahuluan
III-48
PT.ARENCO BINATAMA
Keahlian
Posisi
Sipil
r CAD Operato
Administr
r Comput
asi
er Operato
Sipil
r Pemban tu Surveyo r
Laporan Pendahuluan
III-49
View more...
Comments