Laporan Pendahuluan Osteoporosis
April 12, 2019 | Author: Ahmad Fauzi | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Pendahuluan Osteoporosis...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOPOROSIS
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama laini. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula disbanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula < 14% (nilai normal pada lansia 14 – 24% ). Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya seseuai dengan pertumbuhan badan (proses remodelling) Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja (growth spurt). Terdapat berbagai factor yang mempengaruhi pembentukan dan pengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan (resorbsi/destruksi) (resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka akan timbul ti mbul osteoporosis. Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatric, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup significant.
Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena kurang pengetahuan, pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factor nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehingga diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan pasien. Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi karena kurangnya pengetahuan. Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akan membantu dalam mengatasi peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan
pengobatan
osteoporosis.
Peran
yang
terakhir
adalah
peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B. Pengertian
Adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma
minimal.
Secara
histopatologis
osteoporosis
ditandai
oleh
berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang. Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya.
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas : 1. Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang dibedakan lagi atas : a. Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama dibagian trabekula b. Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah korteks c. Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab yang tidak diketahui 2. Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain, antara lain hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.
C. Etiologi
1. Determinan Massa Tulang Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara lain : a. Faktor genetic Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang b. Faktor mekanik Beban bertambahnya
mekanik beban
berpengaruh akan
terhadap
menambah
massa
massa
tulang,
tulang
dan
berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata antara
massa
otot
dan
massa
tulang.
Kedua
hal
tersebut
menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar c. Faktor makanan dan hormon Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan
mencapai
maksimal
sesuai
dengan
pengaruh
genetic
yang
bersangkutan 2. Determinan pengurangan Massa Tulang Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massa tulang. a. Faktor genetic Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. fr aktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar. b. Factor mekanis Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia. c. Faktor lain 1) Kalsium Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium
yang
rendah
dan
absorbsinya
tidak
baik
akan
mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif begitu sebaliknya. 2) Protein Parotein
yang
berlebihan
akan
mengakibatkan
kecenderungan kecenderungan keseimbangan kalsium yang negatif 3) Estrogen Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya menurunnya konservasi kalsium kalsium diginjal.
4) Rokok dan kopi Merokok
dan
minum
kopi
dalam
jumlah
banyak
cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebihlebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja. 5) Alkohol Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.
D. Patofisiologi
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause. Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung
kalsium
dan
vitamin
D
harus
mencukupi
untuk
mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
E. Tanda Dan Gejala
1. Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata 2. Nyeri timbul secara mendadadak mendadadak 3. Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
4. Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan seharihari atau karena pergerakan yang salah 5. Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak 6. Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra 7. Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra 8. Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat t idur
F. Pemeriksaan Penunjang
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf. Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis
medis
lain
(missal
;
osteomalasia,
hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang. Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi menganai massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.
G. Penatalaksanaan
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium paa permulaan umur pertengahan, pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah mencegah terjadinya t erjadinya patah tulang yang diakibatkannya. diakibatkannya. Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping (missal : gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.
H. Pengkajian
1. Kemunduran musculoskeletal Indikator
primer
dari
keparahan
imobilitas
pada
system
musculoskeletal musculoskeletal adalah penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara periodik dapat digunakan untuk memantau perubahan dan keefektifan intervensi. 2. Kemunduran kardiovaskuler Tanda dan gejala kardivaskuler tidak memberikan bukti langsung atau meyaknkan tentang perkembangan komplikasi imobilitas. Hanya sedikit petunjuk diagnostic yang dapat diandalkan pada pembentukan trombosis. Tanda-tanda tromboflebitis meliputi eritema, edema, nyeri tekan dan tanda homans positif. Intoleransi ortostatik dapat menunjukkan suatu gerakan untuk berdiri tegak seperti gejala peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan darah, pucat, tremor tangan, berkeringat, kesulitandalam mengikuti perintah dan sinkop 3. Kemunduran Respirasi Indikasi kemunduran respirasi dibuktikan dari tanda dan gejala atelektasis dan pneumonia. Tanda-tanda awal meliputi peningkatan temperature dan denyut jantung. Perubahan-perubahan dalam pergerakan
dada, perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya perluasan dan beratnya kondisi yang terjadi. 4. Perubahan-perubahan Perubahan-perubahan integument Indikator cedera iskemia terhadap jaringan yang pertama adalah reaksi inflamasi. Perubahan awal terlihat pada permukaan kulit sebagai daerah eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat buruk di atas tonjolan tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan dihilangkan 5. Perubahan-perubahan Perubahan-perubahan fungsi urinaria Bukti dari perubahan-perubahan fungsi urinaria termasuk tandatanda fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan batas kandung kemih yang dapat diraba. Gejala-gejala kesulitan miksi termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih dan tekanan atau nyeri pada abdomen bagian bawah 6. Perubahan-perubahan Perubahan-perubahan Gastrointestinal Sensasi subjektif dari konstipasi termasuk rasa tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang tidak sempurna, anoreksia, mual gelisah, depresi mental, iritabilitas, kelemahan, dan sakit kepala. Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernafasan
dapat terjadi akibat perubahan postur dan dan kelemahan kelemahan otot.
Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.
I. Diagnosa Keperawatan Yang Dapat Muncul
1. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi 2. Nyeri b.d spasme otot, fraktur 3. Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi ileus 4. Resiko terhadap cidera : farktur b.d osteoporosis
J. Intervensi Keperawatan
Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan. Pengajaran kepada kelayan dipusatkan pada factor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis, intervensi untuk menghentikan atau memperlambat proses, dan upaya mengurangi gejala. Diet atau suplemen kalsium yang memadai, latihan pembebaban berat badan teratur, dan memodifikasi gaya hidup, bila perlu. Latihan dan aktifitas fisik merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya osteoporosis. Ditekankan pada lansia harus tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari, dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek osteoporosis Meredakan Nyeri. Peradaan nyeri pinggang dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring kesamping selama beberapa hari. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot. Memperbaiki pengosongan usus. Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. Pemberian awal diit tinggi serat, tambahan cairan, dan penggunaan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu meminimalkan konstipasi. Mencegah cidera. Aktifitas fisik sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. Latihan isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
K. Evaluasi
1. Mendapatkan pengetahuan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program penanganannya. a. Menyebutkan hubungan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang b. Mengkonsumsi Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi c. Meningkatkan tingkat latihan d. Menggunakan terapi hormon yang direspkan
2. Mendapatkan peredaan nyeri a. Mengalami redanya nyeri saat beristirahat b. Mengalami ketidaknyamanan ketidaknyamanan minimal selama aktifitas kehidupan sehari-hari c. Menunjukkan berkurangnya berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur 3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal a. Bising usus aktif b. Gerakan usus teratur 4. Tidak mengalami fraktur baru a. Mempertahankan postur yang bagus b. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik c. Mengkonsumsi Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D d. Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (jalan-jalan (j alan-jalan setiap hari) e. Istirahat dengan berbaring
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000 Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta, EGC, 2002 Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika. R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999 Watson, Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC.
View more...
Comments