Laporan Pendahuluan Intertrochanter Femur

January 6, 2019 | Author: akhmad | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Intertrochanter Femur...

Description

Laporan Pendahuluan Close Fraktur Intertrochanter Femur

 A. Definisi Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan (Arif Muttaqin, 2008). Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Santosa, 2013). Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis (Parahita, 2010). Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Santosa, 2013). Definisi fraktur intertrochanter femur adalah terputusnya kontinuitas tulang pada area di antara trochanter mayor dan trochanter minor yang bersifat ekstrakapsular (Galuh, A. N. 2008).

B. Etiologi 1. Trauma Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan otot yang tiba-tiba dan berlebihan. a.

Trauma langsung: dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan, benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat tersebut. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan lunak juga pasti rusak.

 b. Trauma tidak langsung : Bila terkena kekuatan tak langsung,

tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari

tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada. c.

Proses penyakit: kanker dan riketsia.

melompat dari tempat ketinggian ketinggian d. Compresion force: klien yang melompat dapat mengakibatkan fraktur kompresi tulang t ulang belakang. e.

Muscle (otot): (otot): akibat injuri/sakit injuri/sakit terjadi terjadi regangan regangan otot otot yang kuat kuat sehingga dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani).

C. Klasifikasi  Ada 2 tipe fraktur femur, femur, (Handerson, (Handerson, 2007) yaitu : 1. Fraktur intrakapsuler intrakapsuler a. Terjadi didalam tulang sendi, panggul dan kapsula b. Melalui kepala femur c. Hanya dibawah kepala femur d. Melalui leher dari femur 2. Fraktur ekstrakapsuler ekstrakapsuler a. Terjadi diluar sendi dan kapsul, melalui trochanter femur yang lebih besar atau yang lebih kecil atau pada daerah intertrochanter. b. Terjadi dibagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci dibawah trochanter kecil.

Sedangkan klasifikasi untuk intertrochanter adalah berdasarkan stabilitas dari pola fraktur, yaitu f raktur stabil (pola fraktur oblik standar) dan fraktur tidak stabil (pola fraktur oblik reverse). reverse).

Gambar 3. Klasifikasi fraktur femur

1. Fraktur intertrochanter intertrochanter Pada fracture ini, garis fracture melintang dari trochanter mayor ke trochanter minor. Tidak seperti fracture intracapsular, salah satu tipe fracture extracapsular ini dapat menyatu dengan lebih baik. Resiko untuk terjadinya komplikasi non-union dan nekrosis avaskular sangat kecil jika dibandingkan dengan resiko pada fractureintracapsular (Handerson, 2007). Fracture dapat terjadi akibat trauma langsung pada trochanter mayor atau akibat trauma tidak langsung yang menyebabkan twisting  pada daerah tersebut. Berdasarkan

klasifikasi

Handerson

(2007),

fracture

intertrochanteric intertrochanteric dapat dibagi menjadi 4 tipe menurut kestabilan fragmenfragmen tulangnya. Fracture dikatakan tidak stabil jika: a. Hubungan antarfragmen antarfragme n tulang kurang baik. b. Terjadi force  force  yang berlangsung terus menerus yang menyebabkan displaced  tulang   tulang menjadi semakin parah. c. Fracture disertai disertai atau atau disebabkan disebabkan oleh adanya adanya osteoporosis. osteoporosis.

Gambar Klasifikasi Kyle Untuk Fracture I ntertrochanteric. ntertrochanteric.

Gambar Klasifikasi Evan Untuk Fracture Intertrochanteric. Intertrochanteric.



Menurut lokasi fraktur a. Colles’ fraktur : jarak bagian distal fraktur ±1 cm dari permukaan sendi. b. Articular fraktur : meliputi meliputi permukaan permukaan sendi. c. Extracapsular : fraktur dekat sendi tetapi tetapi tidak termasuk ke dalam dalam kapsul sendi. d. Intracapsular : fraktur fraktur didalam didalam kapsul sendi. sendi. e. Apiphyseal : fraktur terjadi terjadi kerusakan kerusakan pada pada pusat ossifikasi.

D. TANDA DAN GEJALA 1. Nyeri hebat di tempat fraktur 2. Tak mampu menggerakkan menggerakkan ekstremitas bawah 3. Rotasi luar dari kaki lebih pendek 4. Diikuti tanda gejala gejala fraktur secara secara umum, seperti seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

E. Komplikasi 1. Komplikasi awal a.

Shock Hipovolemik/traumatic Hipovolemik/traumatic Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) → perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak → shock hipovolemi, Lepuh dan luka akibat gips

b.

Emboli lemak, Cedera saraf, Cedera visceral

c.

Tromboemboli vena Berhubungan dengan penurunan aktivitas/kontraksi otot/bedrest, Otot dan tendon robek

d.

Infeksi Fraktur terbuka: tulang kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda infeksi dan terapi antibiotik. Sendi : Hemartrosis Hemartrosis dan infeksi, Cedera ligament, Algodistrofi

e.

Cedera vaskular (termasuk sindroma kompartemen) kompartemen)

2. Komplikasi lambat a. Tulang 1) Nekrosis avaskular : Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang 2) Delayed union union : Proses penyembuhan penyembuhan fraktur sangat lambat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi. Distraksi/tarikan bagian fragmen tulang. 3) Non union : Proses Proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini disebabkan oleh fibrous union atau pseudoarthrosis. 4) Mal-union  Mal-union   :

Proses

penyembuhan

memuaskan (ada perubahan bentuk)

terjadi

tetapi

tidak

b. Jaringan lunak 1) Ulkus dekubitus 2) Miositis osifikans 3) Tendinitis Tendiniti s dan rupture tendon 4) Tekanan dan terjepitnya saraf 5) Kontraktur volkmann c. Sendi 1) Ketidakstabilan 2) Kekakuan 3) Algodistrofi

Pasien dengan fraktur intertrochanter femur mempunyai resiko menderita penyakit tromboemboli dan mempunyai resiko kematian, sama halnya pada fraktur colum femur. Selain itu resiko osteonekrosis dan non-union minimal, karena suplai darah yang baik pada regiofemur.

F. Pemeriksaan Diagnostik Untuk mendiagnosis fraktur, diperlukan adanya anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, penunjang, sebagai berikut: 1. Anamnesis Biasanya terdapat riwayat cedera (bagaimana proses cederanya), diikuti

dengan

ketidakmampuan

menggunakan

tungkai

yang

mengalami cedera. Setelah jatuh tidak dapat berdiri, kaki lebih pendek dan lebih berotasi keluar dibandingkan pada fraktur collum (karena fraktur bersifat ekstrakapsular) dan pasien tidak dapat mengangkat kakinya. 2. Pemeriksaan Fisik Sedangkan tanda-tanda lokal pada fraktur akan didapatkan, antara lain: a. Penampilan Penampilan (look) Pembengkakan, memar, deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu terlihat utuh atau tidak.

b. Rasa (feel) Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan menguji sensasi. c. Gerakan (movement) Krepitus dan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih oenting untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakkan sendi-sendi di bagian distal cedera. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. 3. Pemeriksaan Pemeriksa an Penunjang a.

Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.

otot meningkatkan meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal. ginjal.  b. Kreatinin: trauma otot c. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)

atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ  jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respons stress normal setelah trauma.

G. Penatalaksanaan Penatalak sanaan Medis 1. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian dirumah sakit. a.

Riwayat kecelakaan kecelakaa n

 b. Parah tidaknya luka c.

Diskripsi Diskrips i kejadian oleh pasien

d. Menentukan kemungkinan tulang yang patah e.  Krepitus

2. Reduksi: reposisi fragmen fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya. Reduksi terbagi menjadi dua yaitu: a. Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau gips. b. Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui pembedahan, biasanyamelalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang langsung kedalam medula tulang. c. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan

fragmen-fragmen

penyembuhan penyembuhan (gips/traksi).

tersebut

selama

d. Rehabilitasi: Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan dilaksanakan bersamaan

dengan

pengobatanfraktur

karena

sering

kali

pengaruh cedera dan program pengobatan hasilnya kurang sempurna(latihan sempurna(latihan gerak dengan kruck).

H. TINDAKAN PEMBEDAHAN

1. Orif (open reduction and internal fixation) a.

Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan

sepanjang

bidanganatomik

menuju

tempat

yang

mengalami fraktur b.

Fraktur diperiksa dan diteliti

c.

Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka

d.

Fraktur direposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali

e.

Sasudah reduksi fragmen-fragmen fragmen-f ragmen tulang dipertahankan dipertahank an dengan alat ortopedik berupa; pin,sekrup, plate, dan paku

Keuntungan: a.

Reduksi akurat

b.

Stabilitas reduksi tinggi

c.

Pemeriksaan struktur neurovaskuler neurovaskuler

d.

Berkurangnya Berkurangn ya kebutuhan alat imobilisasi eksternal

e.

Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat

f.

Rawat inap lebih singkat

g.

Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal

Kerugian : a.

Kemungkinan terjadi infeksi

b.

Osteomielitis

2. Eksternal fiksasi Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya. Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain: a. Observasi letak pen dan area

b. Observasi kemerahan, basah dan rembes c. Observasi status neurovaskuler neurovaskuler distal fraktur d. Fiksasi eksternal Fiksasi Internal Pembidaian

I.

ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a. Identitas Meliputi usia (kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis kelamin (kebanyakan (kebanyak an terjadi pada laki-laki laki-lak i biasanya

sering mengebut

saat mengendarai motor tanpa menggunakan helm). b. Keluhan utama Nyeri akibat dari post operasi fraktur femur dan fraktur antebrachii. c. Riwayat penyakit sekarang Biasanya klien datang dengan keluhan jatuh atau trauma lain. d. Riwayat penyakit dahulu Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit Paget

menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit

menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka dikaki sangat beresiko mengalami osteomilitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses penyembuhan tulang. e. Riwayat penyakit keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang diturunkan secara genetic f.

Riwayat psikososial spiritual Takut, cemas, terbatasn t erbatasnya ya aktivitas.

g. Pemeriksaan Fisik 1) Pre Operasi a) B1 (breathing  (breathing ), ), pada pemeriksaan sistem pernapasan tidak mengalami gangguan. b) B2 (blood  (blood ), ), pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler, dapat terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan

nadi dan respirasi oleh karena nyeri , peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi terutama pada fraktur terbuka. c) B3 (brain), brain), tingkat kesadaran kesadaran biasanya komposmentis. d) B4 (bladder  (bladder ), ), biasanya klien fraktur tidak mengalami kelainan pada sistem ini. e) B5 (bowel), pemenuhan nutrisi dan bising usus biasanya normal, pola defekasi tidak ada kelainan. f)

B6 (bone), bone), adanya deformitas, adanya nyeri tekan pada daerah trauma.

2) Intra Operasi a) B1 (breathing ), ), risiko pola nafas yang fluktuatif dan apneu akibat anastesia. b) B2 (blood ), ), fluktuasi tekanan darah dapat sangat rendah akibat anastesia dan kehilangan darah, rekaman EKG dapat fluktuatif. c) B3 (brain (brain), ), tingkat kesadaran menurun akibat tindakan anastesi. d) B4 (bladder ), ), produksi urine. e) B5 (bowel), akibat dari general anastesi terjadi penurunan peristaltic. f)

B6 (bone), bone), integritas kulit tidak utuh akibat insisi.

3) Post Operasi a) B1 (breathing ), ), biasanya terjadi reflek batuk tidak efektif sehingga terjadi penurunan akumulasi secret, bisa terjadi apneu, lidah kebelakang akibat general anastesi, RR meningkat karena nyeri. b) B2 (blood ), ), pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler, kardiovaskuler, dapat terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi dan respirasi oleh karena nyeri , peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi terutama pada proses pembedahan. c) B3 (brain), brain), dapat terjadi penurunan kesadaran akibat tindakan anastesi, nyeri akibat pembedahan. d) B4 (bladder ), ), biasanya karena general anastesi terjadi retensi urin. e) B5 (bowel ), ), akibat dari general anastesi terjadi penurunan peristaltic. f) B6 (bone), bone), akibat pembedahan klien mengalami gangguan mobilitas fisik.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre operatif a. Risiko kekurangan volume cairan d.d adanya faktor risiko puasa sebelum pembedahan. b. Ansietas b.d ketakutan keberhasilan keberhasilan dan keselamatan pembedahan. pembedahan. c. Risiko ciddera b.d kelemahan tubuh. Intra operatif a. Risiko cidera d.d adanya faktor risiko penurunan kesadaran, terpapar dengan instrument bedah.

b. Penurunan curah jantung b.d efek anastesi anastesi terhadap terhadap jantung. jantung. c. Ketidakefektifan bersihan bersihan jalan nafas b.d efek anastesi anastesi terhadap terhadap paru-paru. d. Hipotermi b.d terpapar suhu lingkungan. e. Risiko perdarahan d.d adanya faktor risiko insisi. f. Risiko infeksi d.d adanya adanya faktor risiko risiko port port de entri saat insisi. insisi. Post operatif  a.

Nyeri akut b.d penurun efek anastesi

b. Risiko perdarahan d.d adanya faktor risiko pemasangan drainage

K. INTERVENSI KEPERAWATAN Pre Operatif

No

Diagnosa Keperawatan Keperawatan

Tujuan dan

Intervensi

Kriteria Hasil

1.

Risiko

kekurangan NOC

NIC

volume cairan ditandai Electrolit and acid

Fluid Management

dengan

1. Monitor

risiko

adanya puasa

 pembedahan

faktor sebelum

base balance

hasil

Hb

Fluid balance

yang sesuai dengan

Hydration

retensi cairan (BUN,

Setelah

dilakukan

tindakan

Pasien

mengalami

Osmolalitas,

urin)

keperawatan selama (….)

Hmt,

tidak

2. Monitor

indikasi

retensi/kelebihan

nyeri,

cairan (cracles, CVP,

dengan kriteria hasil:

edema, distensu vena,

1. Terbebas

dari

edema, efusi, dan anaskara

asites) 3. Kolaborasi  pemberian diuretic

2. Bunyi

nafas

4. Batasi

masukan

 bersih, tidak ada

cairan pada keadaan

dyspnea/ortopneu

hiponatremi

F luid Monito Monitorr ing

3. Terbebas

dari

distensi

vena

1. Tentukan

 jugularis,

reflek

 jumlah

dan

tipe

intake

cairan

dan

hepatojugular (+) 4. Memelihara

eliminasi

tekanan

vena

sentral,

tekanan

kapiler

paru,

output

jantung

dan

riwayat

2. Tentukan kemungkinan faktor risiko

dari

ketidakseimbangan

vitalsign

cairan

(hipertermia,

batas

terapi

diuretic,

dalam normal 5. Terbebas

kelainan renal, gagal dari

kelelahan, kecemasan, kebingungan

 jantung, diaphoresis, disfungsi hati, dll)

dan

3. Monitor berat badan 4. Monitor

serum,

osmolalitas,

dan

elektrolit urine 5. Monitor

tekanan

darah orthostatic dan  perubahan

irama

 jantung 6. Monitor

tanda

dan

gejala edema 2.

Ansietas b.d ketakutan keberhasilan

NOC :

dan 1. Kontrol

Anxiety

Reduction

(penurunan kecemasan)

keselamatan pembedahan

kecemasan

1.

2. Koping

Gunakan  pendekatan

yang

menenangkan Setelah

dilakukan

2.  Nyatakan

dengan

 jelas

harapan

asuhan selama (…)  jam klien kecemasan teratasi

dengan

kriteria hasil: 1. Klien

terhadap  pasien 3.

mampu

mengidentifikasi

Jelaskan

semua

 prosedur

dan

apa

yang

dirasakan

selama prosedur

dan mengungkapkan

4.

keamanan

2. Vital sign dalam

tubuh,

ekspresi

5.

wajah,

Berikan

informasi

faktual

mengenai

diagnosis, tindakan

 bahasa tubuh dan

 prognosis

aktivitas

menunjukkan

dan

mengurangi takut

 batas normal 3. Postur

Temani pasien untuk memberikan

gejala cemas

tingkat

pelaku

6.

Libatkan

keluarga

untuk mendampingi

 berkurangnya

klien

kecemasan 7.

Instruksikan  pasien

pada untuk

menggunakan tehnik relaksasi 8.

Dengarkan

dengan

 penuh perhatian 9.

Identifikasi

tingkat

kecemasan 10. Bantu mengenal

pasien situasi

yang menimbulkan kecemasan 11. Dorong pasien untuk mengungkapkan  perasaan, ketakutan,  persepsi 12. Kelola

pemberian

obat anti cemas 3.

Risiko dengan

cidera adanya

risiko kesadaran,

ditandai NOC faktor

penurunan

NIC

Risk Kontrol

Environment

Setelah

management

dilakukan

terpapar asuhan keperawatan 1. Sediakan lingkungan

dengan instrument bedah

selama

(….)

diharapkan

jam pasien

yang

aman

untuk

 pasien

terbebas dari cedera 2. Identifikasi dengan kriteria hasil:

kebutuhan keamanan

1. Klien

 pasien

terbebas

dari cedera 2. Klien

3. Menghindarkan

mampu

menjelaskan cara mencegah cedera 3. Klien

mampu

menjelaskan faktor resiko dari lingkungan

yang

 berbahaya 4. Memasang side rail tempat tidur  5. Menyediakan tempat tiur yang nyaman 6. Menempatkan saklar

/perilaku personal 4. Mampu

lampu diitempat yang mudah dijangkau

memodifikasi gaya

lingkungan

hidup

mncegah injury 5. Menggunakan

7. Membatasi  pengunjung 8. Menganjurkankeluar  ga menemani pasien

fasilitas yang ada

9. Mengontrol lingkungan

dari

kebisingan 10. Memindahkan barang  barang

yang

membahayakan

Intra Operatif

No

Diagnosa Keperawatan Keperawatan

Tujuan dan

Intervensi

Kriteria Hasil

1.

Risiko dengan

cidera adanya

risiko kesadaran,

ditandai NOC : faktor

NIC :

Risk Kontrol

Environment

Setelah

dilakukan

management

terpapar asuhan keperawatan

1. Sediakan

penurunan

dengan instrument bedah

selama

(….)

diharapkan

jam pasien

terbebas dari cedera

lingkungan

yang

aman untuk pasien 2. Identifikasi

dengan kriteria hasil:

kebutuhan

1.

keamanan pasien

Klien

terbebas

dari cedera 2.

Klien

mampu

menjelaskan cara

mencegah

cedera 3.

Klien

lingkungan

yang

 berbahaya 4. Memasang side rail tempat tidur 

mampu

5. Menyediakan

menjelaskan

tempat

faktor

nyaman

resiko

dari lingkungan

4.

3. Menghindarkan

tiur

yang

6. Menempatkan saklar

/perilaku

lampu

 personal

yang

Mampu

dijangkau

diitempat mudah

memodifikasi gaya

hidup

mncegah injuri 5.

7. Membatasi  pengunjung 8. Menganjurkan

Menggunakan

keluarga menemani

fasilitas

 pasien

yang

ada

9. Mengontrol lingkungan

dari

kebisingan 10. Memindahkan  barang barang yang membahayakan

2.

Penurunan curah jantung  b.d

efek

terhadap jantung

NOC :

NIC :

anastesi Vital Signs

Vital Signs Monitoring

1.

Status

Setelah

dilakukan

Monitor tekanan darah, nadi, suhu,

asuhan keperawatan

dan RR.

selama

Catat adanya

(….)

jam 2.

diharapkan vital sign

fluktuasi tekanan

normal

darah.

dengan

kriteria hasil:

3.

1. Temperatur tubuh dalam

batas

normal

(36,5-

darah saat pasien  berbaring, duduk, atau berdiri,

37,5oC)

sebelum dan

2. Frekuensi jantung apikal

Monitor tekanan

sesudah perubahan

dalam

 posisi.

 batas normal (60- 4.

Auskultasi tekanan

100 x/menit)

darah pada kedua

3. RR dalam batas normal x/menit)

lengan dan

(12-20

 bandingkan. 5.

Monitor tekanan

4. Tekanan

darah

darah, nadi, RR,

sistolik

(TDS)

sebelum, selama,

dalam

batas

normal

(
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF