Laporan Pendahuluan Hipokalemia

July 14, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Pendahuluan Hipokalemia...

Description

 

BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 KONSEP DASAR HIPOKALEMIA 1.1.1.  Pengertian Hipokalemia

Kalium merupakan salah satu dari banyak elektrolit dalam tubuh Anda. Hal ini ditemukan di dalam sel. Tingkat normal kalium sangat penting untuk pemeliharaan  jantung, dan fungsi sistem saraf. Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana kadar atau serum mengacu pada konsentrasi dibawah normal yang biasanya menunjukkan suatu kekurangan nyata dalam simpanan kalium total. (Brunner dan Suddarth, 2009). Hipokalemia didefinisikan sebagai kadar kalium serum yang kurang dari 3,5mEq/L. (Price & Wilson, 2010). 1.1.2.  Etilogi

Menurut Price & Wilson (2010) Penyebab hipokalemia meliputi: 1.  Peningkatan ekskresi (atau kerugian) dari kalium dari tubuh Anda. 2.  Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum termasuk diuretik loop (seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid, licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik tertentu. 3.  Ginjal (ginjal) disfungsi - ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak kalium. k alium. Obat yang menyebabkan me nyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin B.  4.  Kehilangan cairan tubuh karena muntah yang berlebihan, diare, atau berkeringat. 5.  Endokrin atau hormonal masalah (seperti tingkat aldosteron meningkat) aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem

endokrin,

seperti

aldosteronisme,

menyebabkan kehilangan kalium. 6.  Kurangnya diet asupan kalium. 

atau

sindrom

Cushing,

dapat

 

Adapun penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah berulangulang, diare kronik, hilang melalui kemih (mineral kortikoid berlebihan obat-obat diuretik (Ilmu Faal, Segi Praktis, hal 209). 1.1.3.  Patofisiologi

Kalium adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama dalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan  penting dalammenahan cairan di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF, meskipunhanya merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat  berpengaruh dalamfungsi neuromuscular. Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel.Rasio kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama potensial membran selpada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan potensial aksi yang penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kalium ECF jauh lebih rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit perubahan pada kompartemen ECF akanmengubah rasio kalium secara bermakna. Sebaliknya, hanya perubahan kalium ICF dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio ini secara bermakna. Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia berat yang dapat dikurangikegawatannya dengan meingnduksi pemindahan kalium dari ECF ke ICF. Selain berperan penting dalam mempertahankan fungsi nueromuskular yang normal, kalium adalahsuatu kofaktor yang penting dalam sejumlah proses metabolik.Homeostasis kalium tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara ECF dan ICF,juga keseimbangan antara asupan dan pengeluaran. Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting dalam  pengaturan ini, termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan variabel asam basa.Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian adalah sekitar 50-100

 

mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi akan masuk kedalam sel dalam  beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang terutama terjadi melalui ginjal akan  berlangsung beberapa jam. Sebagian kecil (lebih kecil dari20%) akan diekskresikan melalui keringat dan feses. Dari saat perpindahan kalium kedalam sel setelah makan sampai terjadinya ekskresi kalium melalui ginjal merupakan rangkaian mekanisme yangpenting untuk mencegah hiperkalemia yang berbahaya. Ekskresi kalium melalui ginjal dipengaruhi oleh aldosteron, natrium tubulus distal dan laju pengeluaran urine. Sekresi aldosteron dirangsang oleh jumlah natrium yang mencapai tubulus distal dan  peningkatan kalium serum diatas normal, dan tertekan bila kadarnya menurun. Sebagian besar kalium yang di filtrasikan oleh gromerulus akan di reabsorpsipada tubulus proksimal. Aldosteron yang meningkat menyebabkan lebih banyak kalium yang terekskresi kedalam tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+. Kalium yang terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam tubulus distal juga bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan  jumlah cairan yang terbentuk pada tubulus distal (poliuria) juga akan meningkatkan sekresi kalium.Keseimbangan asam basa dan pengaruh hormon mempengaruhi distribusi kalium antaraECF dan ICF. Asidosis cenderung untuk memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis cenderung memindahkan dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini akan meingkat jika terjadi gangguan metabolisme asam basa, dan lebih berat pada alkalosis dibandingkan dengan asidosis. Beberapa hormon  juga berpengaruh terhadap pemindahan kalium antara ICF dan ECF. Insulin dan Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke dalam sel. Sebaliknya, agonis alfaadrenergik menghambat masuknya kalium kedalam sel. Hal ini berperan penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis diabetik (Price & Wilson, edisi 6, hal 341).

 

1.1.4.  Manifesta Manifestasi si klinik

1.  CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang. 2.  Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut) 3.  Saluran

cerna;

menurunnya

motilitas

usus

besar,

anoreksia,

mual

mmuntah.\Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG. 4.  Ginjal; poliuria,nokturia. (Price & Wilson, 2010, hal 344) 1.1.5.  Pemeriksaan Diagnostik

Menurut

Doenges

(2009)

Pemeriksaan Diagnostik Pada pasien dengan

hipokalemia adalah: 1.  Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5 mEq/L. 2.  Klorida serum : sering turun, kurang dari 98 mEq/L. 3.  Glukosa serum : agak tinggi. 4.  Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L. 5.  Osmolalitas urine : menurun 6.  GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit metabolik). 1.1.6.  Penatalaksanaan

Adapun penatalaksanaan menurut Brunner & Suddarth (2009) penyakit hipokalemia yang paling baik adalah pencegahan. Berikut adalah contoh-contoh  penatalaksanaannya : 1.  Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L. 2.  Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot,  jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang). kentan g). 3.  Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol infus. 4.  Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat diberikan melalui jalur sentral bahkan pada hipokalemia yang sangat berat, dianjurkan  bahwa pemberian kalium tidak lebih dari 20-40 mEq/jam (diencerkan secukupnya) : pada situasi semacam ini pasien harus dipantua melalui

 

elektrokardigram (EKG) dan diobservasi dengan ketat terhadap tanda-tanda lain seperti perubahan pada kekuatan otot. 1.1.7.  Pengobatan

1.  Pemberian K melalui oral atau Intravena untuk penderita berat. 2.  Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.

3.  Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,53,5 mEq/L. Bila ada intoksikasi digitalis, aritmia, atau kadar K serum Bila kadar kalium dalam serum > 3 mEq/L, koreksi K cukup per oral.

4.  Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama pada  pemberian secara intravena. 5.  Pemberian K intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang  besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai aritmia atau kelumpuhan otot pernafasan, diberikan dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl isotonik. 6.  Acetazolamide untuk mencegah serangan. 7.  Triamterene atau spironolactone apabila acetazolamide tidak memberikan efek  pada orang tertentu. 1.1.8.  Komplikasi

Adapun komplikasi lain dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai berikut : 1.  Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan. 2.  Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah.(Ilmu Gizi, 2010, hal 99)

 

1.2. 

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.2.1.  Pengkajian

Menurut Marilyn E. Doenges (2009) pengakjian pada pasien dengan hipokalemia adalah: 1.  Aktifitas atau istirahat Gejala :

kelemahan umum, latergi.

2.  Sirkulasi Tanda :

 Hipotensi



  Nadi  Nadi lemah atau menurun, tidak teratur.



 Bunyi jantung jauh.



 Perubahan karakteristik EKG.



 



Disritmis, PVC, takikardia / fibrasi ventrikel. 3.  Eliminasi Tanda :

  Nokturia,  Nokturia, poliuria bila faktor pemberat pada hipokalemia meliputi GJK atau



DM.

 Penurunan



bising

usus,

penurunan

mortilitas,

usus,

ilues

paralitik.

Distensi abdomen. 4.  Makanan / cairan Gejala : Anoreksia, mual, muntah. 5.   Neurosensori Gejala : parestesia Tanda :

 Penurunan status mental / kacau mental, apatis, mengantuk, peka rangsangan,



koma, hiporefleksia, tetani, paralisis.

 Penurunan



bising

usus,

Distensi abdomen 6.   Nyeri / kenyamanan Gejala : nyeri / kram otot

penurunan

mortilitas,

usus,

ileus

paralitik.

 

7.  Pernapasan Tanda : hipoventilasi / menurun dalam pernapasan karena kelemahan atau  paralisis otot diafragma. Karena hipokalemia dapat mengancam jiwa, penting artinya untuk memantau timbulnya hipokalemia pada pasien-pasien yang beresiko. Adanya keletihan, anoreksia, kelemahan otot, penurunan mortilitas usus, parestesia, atau disritmia harus mendorong perawat untuk memeriksa konsentrasi kalium serum. Jika tersedia, elektrokardiogram dapat memberikan informasi yang bernmanfaat. Pasien-pasien yang menerima digitalis yang berisiko mengalami defisiensi kalium harus dipantau dengan ketat terhadap tanda-tanda terjadinya toksisitas digitalis karena hipokalemia meningkatkan aksi digitalis. Pada kenyataannya, dokter biasanya memilih untuk mempertahankan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L (SI : 3,5 mmol/L)  pada pasien-pasien yang menerima digitalis. (Brunner & Suddarth, 2009, hal.261) 1.2.2.  Diagnosa Keperawatan

1.  Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi konduksi listrik   2.   Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,   3.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan anoreksia dan diare. 1.2.3.  Intervensi Keperawatan No 1.

Diagnosa

Tujuan

Keperawatan

Kriteria Hasil

Penurunan

curah

dan

Intervensi

Rasional

Setelah di lakukan 1.  Observasi TTV

1.  tanda

tanda

vital

 jantung berhubungan tindakan dengan disfungsi keperawatan 1 X 24

merupakan awal

konduksi listrik

 jam

melakukan tindakan

Ditandai oleh:

EKG menunjukkan

Ds :

konfigurasi

  Kegelisahan



frekuensi

  Peningkatan suhu dalam



tubuh

normal.

diharapkan diharapkan

jantung 2.   pantau batasan

dan

Dengan

 jantung

  Perubahan status kriteria:   suhu

selanjutnya  

dan





data dalam

tubuh

 pemeriksaan an frekuensi 2.   pemeriksa keteraturan pada

keteraturan jantung merupakan

data

setiap

untuk

melakukan

 pemeriksaan.  pemeriksa an.

tidakan selanjutnya. 

 

3.  Pantau EKG pada 3.  EKG

normal

mental

  KU tenang

Do :

 pasien



  Kelemahan

  Pola



   Nafas pendek pendek

 pemantauan  pemantaua n EKG

nafas



hasil

pemeriksaan

 jantung pada pada pasien  4.  Pemeantauan pasien

kontinu

normal



dengan

merupakan

 

4.  pantau yang

pasien

menggunakan digitalis

yang menggunakan digitalis terhadap distrimia

terhadap

distrimia 2.

Setelah

kebutuhan

tindakan

 berhubungan  berhubunga n dengan

keperawatan

anoreksia,

harapkan

ditanda

dengan:

cairan

Do :

terpenuhi,

  Turgor

Kulit



Buruk

  K.U Lemah

  Menolak

kalium

Tanda

Vital normal

  Keadaan

  Mukosa Pucat

3.  obat

meningkat





makan

 baik

  Perubahan sensasi



pasien, terdekat,

kebutuhan

  Merasa

kenyang

segera

Setelah

mengingesti

yang

sesuai 5.   berikan hygiene oral sebelum

makan

untuk meningkatkan

nutrisi

klien mulut

dapat meningkatkan

 perencanaan  perencana an makanan

rasa

dapat

memenuhi

dan ahli gizi pada 5.  Kebersihan

Ds :

obat

farmakologi

sesuai 4.  Untuk

 program

orang

kalium dam darah

3.  Pemberian

dengan

antiemetik

umum 4.  Libatkan

meningkatkan kadar

dan

makanan ini.

Dan

Membrane

kandungan

  Nafsu   Tanda

  Konjungtiva

tinggi

makanan

anjurkan masukan





tentang

  Turgor kulit baik

Untuk

Makan

makanan

dengan

terjadinya mual dan

pasien 2.  Untuk

volume 2.  Ajarkan dapat

mencegah

muntah

di

kriteria :







sedikit tapi sering





makan 1.  Untuk

dilakukan 1.  Anjurkan

 Nutrisi kurang dari

nafsu makan klien 

 

nafsu makan. 3.

Kekurangan cairan

volume

berhubungan

Setelah

dilakukan 1.   pantau

tindakan

frekuensi 1.  Kehilangan

kehilangan cairan di 2.  observasi

yang

berlebihan

dengan anoreksia dan

keperawatan

diare. Ds :

harapkan cairan

volume dapat

khususnya tehadap

terpenuhi,

dengan

kehilangan cairan 2.  Kehilangan

  Biasanya



pasien

merasa lemas dan haus

kriteria :

  Biasanya

  Haluran



yang seimbang

cairan tidak

yang

berlebihan

lemas,

mengakibatkan

status

mental

dehidrasi

  Tanda



Tanda

dapat

elektrolit

3.  anjurak

membaik,

mental

tinggi

cairan

haus, pasien

status

mengakibatkan dehidrasi

merasa

mengalami  perubahan

dapat

  Tidak



Do : 

yang

cairan

pasien 3.  Mencegah terjadinya dehidrasi

untuk

Vital dalam batas

menginformasika

norma.

n kepada perawat  bila haus 4.  catat

intake- 4.  Keseimbangan

output cairan

intake dan output sangat

baik

bagi

 pasien 5.  atur posisi klien 5.  Memberikan senyaman

kenyamanan kepada

mungkin

 pasien

6.  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.

6.  Pemeberian farmakologi  

obat

 

1.2.4  Implementasi

Implementasi adalah fase ketika perawat menerapkan/ melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Nursalam, 2011). 1.2.5  Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A, 2011).

 

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E.,Moorhouse, M. F., dan Geissler, A. C. (2014).  Rencana Asuhan  Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian  Perawatan Pasien Edisi 3. EGC. Jakarta.

 Nurarif, A.H., dan Kusuma, H. (2015).  Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan  Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. MediAction Publishing. Jogjakarta.

Suyono,Selamet.2009. Buku  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, Jakarta:Balai penerbit FKUI Sudart and Brunner.2009. Buku  Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, edisi 8.Jakarta:EGC Wilkinson, M Judith.2010. Buku  Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC Keperawatan .Jakarta:EGC

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF