LAPORAN PENDAHULUAN halusinasi
March 25, 2017 | Author: Febby Febby Febrianty II | Category: N/A
Short Description
ll...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. Konsep Dasar Teori 1. Pengertian Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Hawari, Dadang. 2001). Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar / terbangun, dasarnya fungsional psikotik maupun histerik (Maramis, 2004). Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekati (baik yang dimulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsangan tertentu (Toesend, 1998). Halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber dari luar meliputi semua sistem panca indera. 2. Tanda dan Gejala Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut : a.
Berbicara, senyum dan tertawa sendiri
b.
Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
c.
Menggerakan bibir tanpa suara
d.
Pergerakan mata cepat
e.
Respon vebal lambat
f.
Menarik diri dari orang lain
g.
Berusaaha untuk menghindari orang lain dan sulit berhubungan dengan orang lain
h.
Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
i.
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal yang tidak nyata
j.
Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri seperti mandi, sikat gigi, memakai pakaian dan berias dengan rapi
k.
Sikap curiga, bermusuhan, menarik diri sulit membuat keputusan ketakutan, mudah tersinggung, jengkel, mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal dan banyak keringat
l.
Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
m. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat n.
Biasa terdapat orientasi waktu, tempat dan orang Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh
Nasution (2003), seseorang yang, mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu : a.
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
b.
Menggerakan bibir tanpa menimbulkan suara
c.
Gerakan mata abnormal
d.
Resp[on verbal yang lambat
e.
Diam
f.
Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang menyakitkan
g.
Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukan ansietas misalnya, peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah
h.
Penyempitan kemampuan konsentrasi
i.
Dipenuhi dengan pengalaman sensori
j.
Mengkin
kehilangan
kemampuan
untuk
membedakan
antara
halisinasi dengan realitas k.
Lebih
cenderung
mengikuti
petunjuk
yang
diberikan
oleh
halusinasinya dari pada menolaknya. l.
Menarik diri atau katatonik
m. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik n.
Tremor
o.
Perilaku menyerang teror atau panik
p.
Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
q.
Kegiatan fisik yang mereflesikan isi halusinasi seperti amuk atau agitasi
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
r.
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
s.
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
3. Jenis-Jenis Halusinasi Menurut Stuart 2007 jenis halusinasi terdiri dari: a.
Halusinasi pendengaran Yaitu klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungannya dengan stimulus yang nyata / lingkungan dengan kata lain orang yang berada disekitar klien tidak mendengar suara / bunyi yang didengar klien.
b.
Halusinasi penglihatan Yaitu klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya stimulus yang nyata dari lingkungan, stimulus dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.
c.
Halusinasi penciuman Yaitu klien mencium sesuatu yang bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata.
d.
Halusinasi pengecapan Yaitu klien merasa merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa yang tidak enak.
e.
Halusinasi perabaan Yaitu klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata.
f.
Cenestetik Merasakan funisi tubuh seperti aliran darah dari vena dan arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.
g.
Kinistetik Merasakan gerakan sementara berdiri tegak.
h.
Halusinasi seksual, ini termasuk halusinasi raba Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizoprenia dengan waham kebesaran terutama menjadi organ-organ.
i.
Halusinasi viseral Timbulnya perasaan tertentu pada tubuhnya.
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
4. Tahapan Halusinasi Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart Lardia (2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda yaitu : a.
Fase I Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Disini kliuen tyersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri. Jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun intensitas persepsi meningkat.
b.
Fase II Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsi. Disini terjadi penin gkatan tandatanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tandatanda vital. Asyik dengan pengalaman sensori danb kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita. Ansietas meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan sensori dan halusionasinya dapat berupa bisikan yang jelas, klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolaholah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
c.
Fase III Klien
menghentikan
perlawanan
terhadap
halusinasi
dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Disini klien sukar berhubungan dengan orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain. Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasi tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
d.
Fase IV Pengalaman sensori menjadi mengancamjika klien mengikuti perintah halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang. Kondisi klien sangat membahayakan. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan selamanya.
5. Level Of Intensity Of Halusinations (Stuart & Sundeen, 1998) Level I : comporting
Characteristic Non psikotik
Observable Patien behaviora Tersenyum / tertawa sendiri,
Cemas sedang
Merasa
Halusinasi
kesepian,
bersedih, mata cepat, bicara pelan, diam
merupakan
sehingga
mencoba dan asyik sendiri.
kesenangan
berfikir
cemas, bicara tanpa suara, pergerakan
hal-hal
yang
menyenangkan Halusinasi masih dapat II : comdemning
dikontrol Non psikotik
Cemas berat
Pengalaman
Halusinasi menjadi menjadi repulsif
klien kontrol
Peningkatan
aktivitas
saraf
sensori otonom : peningkatan TTV
menakutkan, Perhatian terhadap lingkungan
merasa dan
hilang
menyempit dan tidak dapat
merasa membedakan
dilecehkan
halusinasi
oleh dengan realita
pengalaman
sensori
tersebut serta menarik III : controlling
diri dari orang lain. Psikotik
Cemas berat
Klien
Halusinasi dapat ditolak
Mengikuti
perintah
menyerah halusinasinya
tidak terhadap halusinasinya Halusinasi
Sulit
berhubungan
dengan
menjadi orang lain
lebih mengancam dan Perhatian terhadap lingkungan klien
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
merasa hanya beberapa detik / menit
kehilangan
jika Gejala fisik cemas berat seperti
halusinasinya berakhir
berkeringat, tremor, tidak dapat
IV : conquering
Psikotik
mengikuti perintah. Perilaku panik
Panik
Pengalaman
Klien dikuasai oleh menjadi halusinasi
sensori Resti mencederai diri sendiri /
menakutkan orang lain
dan mengancam jika Aktivitas menggambarkan isi klien
tidak
mengikuti halusinasi
perintahnya
seperti
kekerasan,
Halusinasi
gelisah,
perilaku isolasi
dapat sosial, atau katatonia
bertahan berjam-jam / berhari-hari jika tidak segera di intervensi
B. Rentang Respon (Stuart dan Lardia, 2001) Respon
Respon
Adaptif
Maladaptif
• Pikiran Logis • Persepsi akurat • Emosi
• Pikiran
kadang
menyimpang
• Reaksi
• Perilaku sesuai
berlenihan
• Hubungan sosial
kurang
emosional atau
• Ketidakmampuan untuk
mengalami
emosi • Ketidakteraturan • Isolasi sosial
• Menarik diri Pikiran logis yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
/
• Halusinasi
• Perilaku ganjil atau tak lazim
pikiran
delusi
konsisten • Ilusi
dengan pengalaman
• Kelainan
Persepsi akurat yaitu proses diterimanya rangsangan melalui panca indera yang didahului oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada didalam maupun diluar dirinya Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama. Perilaku sesuai : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang berlaku Hubungan sosial harmonis : hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar individu dalam bentuk kerjasama Proses pikir kadang terganggu (ilusi) : manifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui alat panca indera yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di otak, kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya. Emosi belebihan atau kurang : manifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan atau kurang Perilaku tidak sesuai atau biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku Perilaku aneh atau tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-norma sosial atau budaya umum yang berlaku Menarik diri : percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain Halusinasi merupakan respon persepsi yang paling maladaptif. Jika klien
sehat,
persepsinya
akurat
mampu
mengidentifikasi
dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca
indera,
sedangkan
klien
dengan
halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tidak ada.
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
C. Faktor Predisposisi 1. Biologis Abnormalitas otak dapat menyebabkan respon neuro biologik yang maladptif, misal adanya lesi pada area frontal, temporal dan limbik yang paling berhubungan dengan munculnya perilaku psikotik. Perubahanperubahan kimia di otak juga dapat dikaitkan dengan skizoprenia seperti kelebihan neurotransmiter dopamin, ketidakseimbangan dopamin dengan neurotransmiter lain dan masalah pada reseptor. 2. Psikologis Selama lebih dari 20 tahun skizoprenia diyakini sebagai penyakit yang dapat disebabkan oleh keluarga dan sebagian oleh karakter individu itu sendiri. Ibu yang selalu cemas, over protektif, dingin dan tidak berperasaan ayah yang tidak dekat dengan anaknya atau terlalu memanjakan, konflik pernikahan juga dapat menyebabkan gangguan ini. Skizoprenia juga dipandang sebagai kaegagalan membangun tahap awal perkembangan psikososial. Skizoprenia dipandang sebagsi contoh paling berat dari ketidakmampuan mengatasi stress. Gangguan identitas, ketidakmampuan untuk mengontrol insting-insting dasar diduga sebagai teori kunci dari skizoprenia. 3. Sosial budaya Beberapa ahli menyimpulkan bahwa kemiskinan, ketidakmampuan sosial budaya dapat menyebabkan skizoprenia. Ilmuan lain menyatakan bahwa skizoprenia di sebabkan terisolasi dikota atau segera tempat tinggalnya. Walaupun stress yang terakumulasi berhubungan dengan faktor lingungan berkontribusi untuk munculnya skizoprenia dan untuk kekambuhannya, penemuan neurobiologis mengembangkan proses terjadinya gangguan psikotik ini. D. Faktor Presipitasi Faktor sosial budaya : teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan terjadinya respon neurobiologis yang maladaptif misalnya lingkungan yang penuh kritik (rasa bermusuhan), kehilangan kemandirian dalam kehidupan atau kehilangan harga diri, kerusakan dalam hubungan
interpersonal,
kesepian,
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
tekanan
dalam
pekerjaan
dan
kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa stress yang menumpuk dapat menunjang terhadapa terjadinya gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan. E. Mekanisme koping (Stuart dan Sundeen, 1998) 1. Regresi : merupakan upaya klien untuk menanggulangi ansietas 2. Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi mengalihkan tangguang jawab 3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal F.
Proses terjadinya masalah Klien yang mengalkami halusinasi dapoat kehilangan kontrol dirinya sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase keempat, dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. Masalah yang mnenyebabkan halusinasi adalah harga diri rendah dan isolasi sosial akibat rendah diri dan kurangnya berhubungan sosial maka klien menjadi menarik diri dari lingkungan (Keliat, 2006).
G. Masalah keperawatan dan data fokus pengkajian 1. Perilaku kekerasan : resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan 2. Halusinasi 3. Isolasi sosial : menarik diri
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
Data Fokus Pengkajian No 1
Masalah
Data mayor
Data minor
keperawatan Resiko perilaku Ds: kekerasan
Klien
Ds : mengatakan marah
dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar tau mengacakngacak
lingkungannya,
mengancam,
mengumpat
Mengatakan ada yang mengejek Mendengar suara yang menjengkelkan Merasa
orang
lain
mengancam dirinya
dan berbicara keras dan
Do :
kasar
Menjauh dari orang lain
Do:
Katatonia
Agitasi
Mendengar suara-suara
Meninju
Merasa
Membanting
orang
lain
mengancam
Melempar Ada tanda / jejas Perilaku kekerasan pada 2
Halusinasi
anggota tubuh Ds: Klien
Ds:
mengatakan Klien mengatakan kesal dan
mendengar suara bisikan / klien
3
Isolasi
sosial
menarik diri
juga
mengatakan
melihat bayangan
senang mendengar suara-
Do:
suara
Bicara sendiri
Do:
Tertawa sendiri
Menyendiri
Marah tanpa sebab : Ds: Klien
mengatakan
Melamun Ds:
malas Curiga dengan orang lain,
berinteraksi dengan orang mendengar suara / melihat lain, orang
juga lain
mengatakan bayangan, tidak
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
mau berguna
merasa
tidak
menerima dirinya, merasa Do: orang lain tidak selevel
Mematung
Do:
Mondar-mandir
Menyendiri
arah
Mengurung diri Tidak
mau
bercakap-
cakap dengan orang lain
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
tanpa
Tidak berhubungan orang lain
berinisiatif dengan
Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa Keperawatan Halusinasi
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Pasien mampu :
Setelah
• Mengenali
pertemuan,
halusinasi
•
• Mengontrol
pasien •
•
Pasien
Bantu
tidak
mengetahui
apa
mengenal yang didalamnya saat ini, jadi
pasien
halusinasi (isi, waktu, frekuensi,
perawat
membantu
pasien
Isi, waktu frekuensi,
situasi pencetus, perasaan saat mengenalkan tentang apa yang
situasi
terjadi halusinasi)
pencetus, •
perasaan
halusinasinya
Rasional
....x Sp 1
yang dapat menyebutkan :
dialaminya
• Mengikuti
Perencanaan Intervensi
Mampu
program
memperagakan cara
pengobatan
dalam
sedang ia alami sehingga pasien
halusinasi mengerti dengan keadaannya. Cara yang diajarkan perawat dengan cara menghardik : Latih
mengontrol
Jelaskan cara menghardik ialah dengan menghardik suarasuara itu cepat hilang. halusinasi
mengontrol
halusinasi
Peragakan cara menghardik Minta
pasien
memperagakan ulang Pantau cara penerapan cara ini,
beri
pengetahuan
perilaku pasien •
Masukan dalam jadwal kegiatan
pasien Setelah ...x pertemuan, Sp 2
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
Klien
mampu
memperlihatkan
•
pasien mampu : •
Menyebutkan
•
kegiatan
yang
lalu perkembangannya dengan cara latih berbicara dengan orang lain
(Sp1) yang •
kegiatan
Evaluasi Latih
berbicara
sudah dilakukan
dengan
Memperagakan cara
halusinasi muncul
bercakap-cakap
•
orang
/
bercakap sehingga lain saat halusinasinya
•
•
Menyebutkan
Masukan dalam jadwal kegiatan
Evaluasi
Kegiatan kegiatan
yang
yang
lalu memperlihatkan
lalu
dapat
perkembangan
pasien, memaksimalkan aktivitas
(Sp1 dan Sp 2)
sudah dilakukan Membuat
Tahapannya :
yang • jadwal •
kegiatan sehari-hari dan
mampu
memperagakannya
Jelaskan teratur
agar tidak terjadi halusinasi yang aktivitas
untuk
yang
mengatasi
halusinasi Diskusikan
aktivitas
yang
biasa dilakukan oleh pasien Latih
pasien
aktivitas
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
untuk
meringankan gejala Latih kegiatan agar halusinasi dapat halusinasi dan membantu pasien tidak muncul
kegiatan •
dan
pendokumentasian
dengan orang lain pasien Setelah ...x pertemuan, Sp 3 pasien mampu :
menghilangkan
menentukan
berkelanjutan
Susun
jadwal
sehari-hari
aktivitas
sesuai
dengan
aktivitas yang telah dilatih (dari bangun sampai tisur malam) Pantau
pelaksanaan
kegiatan,
berikan
terhadap
perilaku
jadal
penguat pasien
yang positif Setelah ...x pertemuan, Sp 4 •
pasien mampu : •
Menyebutkan kegiatan
yang •
sudah dilakukan •
•
Menyebutkan manfaat program
kegiatan
dari
lalu memperlihatkan
yang
lalu
dapat
perkembangan
pasien.
Tanyakan program pengobatan
kesadaran pasien , mendorong
Jelaskan gangguan jiwa
•
yang
(Sp1 dan Sp 2 dan Sp 3)
penggunaan
pengobatan
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
Evaluasi
Kegiatan
Jelaskan
tingkat
pentingnya agar pasien mau minum obat yang telah diresepkan dan obat pada menjelaskan sesuatu akan
akibat
bila
tidak
digunakan sebagai program •
Jelaskan akibat bila putus obat
•
Jelaskan
cara
Mengkaji
mendapatkan
membuat pasien lebih percaya tebuka,
mendorong
mampu meminum
paisen obat dan
menjalankan peratawan seharihari, pasien mampu meminum
Keluarga mampu: Merawat dirumah menjadi pendukung
obat / berobat
obat
•
Latih pasien minum obat
perawat
•
Masukan dlam jadwal harian pendokumentasian
pasien Setelah ...x pertemuan Sp1
pasien keluarga dan menjelaskan sistem halusinasi
tentang
dalam merawat pasien
halusinasi,
Jelskan tentang halusinasi:
pemahaman
Pengertian halusinasi
efektif untuk pasien
pasien Tanda dan gejala halusinasi merawat
halusinasi berkomunikasi,
pasien (cara pemberian
obat & pemberian aktivitas kepada pasien) •
Sumber-sumber
pelayanan
kesehatan yang bisa dijangkau •
untuk
keluarga keluarga dalam merawat pasien
maslah
Jenis halusinasi yang dialami
Cara
ditemani
Mengkaji maslah yang dihadapi
Identifikasi
•
tanpa dan
mampu •
yang
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
sendiri
Bermain peran cara merawat
dapat
memberikan
pada
keluarga
tentang
halusinasi
sehingga
keluarga
mampu
menghadapi
pasien saat terjadi halusinasi
•
Rencana tidak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk merawat
pasien Setelah ...x pertemuan Sp 2 keluarga
mampu •
Mengkaji kemampuan keluarga
Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat pasien, latihan
menyelesaikan
(Sp1)
akan
kegiatan yang sudah • dilakukan, •
Latih keluarga merawat pasien
meningkatkan
memperagakan
diri
kemampuan
RTL keluarga / jadwal keluarga keluarga dalam merawat pasien
cara
untuk merawat pasien merawat pasien Setelah ...x pertemuan Sp 3 keluarga
membiasakan
mampu •
kemampuan
Evaluasi kemampuan keluarga keluarga merawat pasien secara
menyebutkan kegiatan
(Sp 2)
yang sudah dilakukan, • memperagakan cara •
Latih keluarga merawat pasien
merawat pasien serta
Meningkatkan mandiri
RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
mampu membuat RTL
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
Sp 4
Mengkaji sejauh mana kemajuan
•
kemampuan keluarga dan pasien
Evaluasi kemampuan keluarga
•
Evaluasi kemampuan pasien
•
RTL keluarga : Follow up rujukan
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
dalam mengatasi halusinasi
Daftar Pustaka Maramis, W.E. 2004. Ilmu Keperawatan Jiwa. Surabaya : Airlangga Stuart dan Sundeen, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna, 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Towsend, M.C, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri Edisi 3, Jakarta : EGC Hawari, Dadang, 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Skizoprenia, Jakarta : FKUI Stuart dan Landia. 2001. Principle and Practicew Of Psychiatric Nursing Edisi 6. St. Louis Mosby Year Book Hamid, Achir Yani, 2000. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa 1. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Depkes RI
PPN STIKes A. Yani Cimahi 2011/2012
View more...
Comments