laporan pendahuluan fraktur femur.docx
March 21, 2019 | Author: romadhonnur49 | Category: N/A
Short Description
Download laporan pendahuluan fraktur femur.docx...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN CLOSE FRAKTURE FEMUR
A. Gambaran Umum Fraktur Femur 1. Difinisi Fraktur
a.
Fraktur
adalah
terputusnya
kesinambungan
sebagian
atau
seluruh
tulang/bahkan tulang rawan (Pusponegoro, 2012). b.
Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2012).
c.
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesaui jenis dan luasnya, terjadi pada tulang fibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Muttaqin, 2008).
d.
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang femur, dapat berupafraktur intrakapsular (kapsul sendi piinggul) dan ekstrakapsula di pinggul),sering diikuti oleh jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluhdarah, otot, dan persyarafan (Madhiya, 2009) .
e.
Fraktur Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012).
f.
Kesimpulan dari dari fraktur femur adalah patah tulang yang yang
mengenai daerah
tulang paha yang dikarenakan tekanan, benturan, pukulan akibat dari kecelakaan serta kelainan patologik pada tulang seperti adanya tumor, infeksi, pada pendertia pen yakit paget) yang mengakibatkan kerusakan jaringan tulang paha.
2. Anatomi Fisiologi Fraktur a.
Anatomi
Tulang bukan saja merupakan kerangka penguat tubuh, tetapi merupakan bagian untuk susunan sendi dan di samping samping itu
juga
pada tulang
melekat origo dan insertio dari otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga mempunyai fungsi sebagai tempat mengatur dan menyimpan 1|Page
kalsium, fosfat, magnesium dan garam. Bagian ruang di tengah tulang-tulang tertentu memiliki jaringan hemopoietik yang berfungsi untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih, trombosit . Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang (sekitar 206 tulang) yang membentuk suatu kerangka tubuh yang kokoh. Walaupun rangka rangka utama tersusun dari tulang, rangka di sebagian tempat dilengkapi dengan kartilago (Helmi, 2012). 1)
Tungkai Bawah Secara anatomis, bagian proksimal dari tungkai bawah antara girdel pelvis dan lutut adalah paha, bagian antara lutut dan pergelangan kaki adalah tungkai.
2)
Femur Bahasa latin yang berarti paha adalah tulang terpanjang, terkuat dan terberat dari semua tulang pada rangka tubuh. Ujung proksimal femur memiliki kepala yang membulat untuk beartikulasi dengan asetabulum. Permukaan lembut dari bagian kepala mengalami depresi dan fovea kapitis untuk tempat perlekatan ligamen yang menyanggah kepala tulang agar tetap di tempatnya dan membawa pembuluh darah ke kepala tersebut. Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Kepala femur masuk dengan pas ke asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125˚ dari bagian leher femur. Dengan demikian, batang tulang paha dapat bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat paha bergerak. Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring (kurang dari 125˚) karena pelvis lebih lebar dan femur lebih pendek. Di bawah bagian kepala yang tirus adalah bagian leher yang tebal, yang terus memanjang sebagai batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior dan krista intertrokanter di permukaan posterior tulang membatasi bagian leher dan bagian batang. Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang menonjol. Trokanter besar dan trokanter kecil, sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakan persendian panggul. Bagian batang permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja. Linea aspera, yaitu lekak kasar untuk perlekatan beberapa otot. Ujung bawah batang melebar ke dalam kondilus medial dan kondilus lateral.
2|Page
Pada permukaan posterior, dua kondilus tersebut membesar dengan fosa interkondiler yang terletak di antara keduanya. Area triangular di atas fosa interkondiler disebut permukaan popliteal. Pada permukaan anterior, epikondilus medial dan lateral berada di atas dua kondilus besar. Permukaan artikular halus yang terdapat di antara kedua kondilus adalah permukaan patellar. Yang berbentuk konkaf untuk menerima patella (tempurung lutut). 3)
Komponen Jaringan Tulang a)
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineralmineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikan).
b)
Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.
c)
Matriks organik tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah kolagen tipe I yang kaku dan memberikan ketegaran tinggi pada tulang.
d)
b.
Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan.
Fisiologi
Tiga jenis sel pada tulang menurut Helmi (2012) . 1)
Osteoblas
3|Page
Membangun
tulang
dengan
membentuk
kolagen
tipe
I
dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. 2)
Osteosit Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3)
Osteoklas Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat di absorpsi.
3. Etiologi Fraktur Femur
Menurut Reksoprodjo, 2010 : a.
Trauma Trauma
langsung
:
benturan
pada
tulang
secara
langsung
dan
mengakibatkan terjadi fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung : titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. b.
Fraktur patalogis disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dll.
c.
Fraktur femur dapat ter adi karena beberapa faktor, yaitu: 1.
Trauma: kecelakaan lalu lintas, atuh dari ketinggian dengan posisi berdiri ataududuk sehingga ter adi farktur tulang belakang.
2.
Patologis: sering disebabkan oleh metastase dari tumor.
3.
Degenerasi: ter adi karena proses kemunduran fisiologi dari aringan tulang itusendiri.
4.
Spontan: ter adi karena tarikan otot yang sangat kuat (angulasi fraktur).
4|Page
d.
Ada 2 tipe dari fraktur femur, yaitu : 1.
Fraktur Intrakapsuler femur yang ter adi di dalam tulang sendi, panggul dankapsula.
2.
a)
Melalui kepala femur (capital fraktur)
b)
Hanya di bawah kepala femur
c)
Melalui leher dari femur
Fraktur Ekstrakapsuler; a)
Ter adi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebihbesar atau yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
b)
Teradi di bagian distal menu u leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci dibawah trokhanter kecil.
4. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab, klasifikasi jenis, klasifikasi klinis, klasifikasi radiologis (Helmi, 2012). a.
Klasifikasi Penyebab 1)
Fraktur traumatik Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga terjadi fraktur.
2)
Fraktur patologiS Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat
kelainan
patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi di dalam tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang seringkali menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer maupun metastasis. b.
Klasifikasi Jenis Fraktur Berbagai jenis fraktur tersebut adalah sebagai berikut: 1)
Fraktur terbuka Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam (from within) atau dari luar (from without).
2)
Fraktur tertutup Fraktur tertutup adalah fraktur dimana keadaan kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
5|Page
3)
Fraktur avulsi.
4)
Greenstick fraktur (fraktur lentuk/salah satu tulang patah sedang sisi lainnya membengkok).
5)
Fraktur tranversal Fraktur tranversal adalah fraktur fraktur yang yang garis patahnya
tegak lurus lurus
terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah di reposisi atau di reduksi kembali ketempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya dikontrol dengan bidai gips. 6)
Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen) Fraktur kominutif adalah serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua fragmen tulang.
7)
Fraktur impaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke fragmen lainn ya). Fraktur impaksi atau fraktur kompresi. Fraktur kompersi terjadi apabila dua tulang menumbuk tulang yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya (sering disebut dengan brust fracture). Fraktur pada korpus vertebra ini dapat di diagnosis dengan radiogram. Pandangan lateral dari tulang punggung menunjukan pengurangan tinggi vertikal dan sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa vertebra.
c.
Klasifikasi Fraktur Femur
6|Page
Fraktur femur dibagi dalam fraktur Intertrokhanter Femur, subtrokhanter femur, fraktur batang femur, suprakondiler, dan interkondiler, dan fraktur kondiler femur (Helmi, 2012). 1) Fraktur Intertrokhanter Femur Fraktur intertrokhanter adalah patah tulang yang bersifat ekstrakapsular dari femur. Sering terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini memiliki prognosis yang baik dibandingkan fraktur intrakapsular, di mana resiko nekrosis avaskular lebih rendah. Pada riwayat umum didapatkan adanya trauma akibat jatuh dan memberikan trauma langsung pada trokhanter mayor. Pada beberapa kondisi, cedera secara memuntir memberikan fraktur tidak langsung pada intertrokhanter.
gambar radiografi fraktur intertrokhanter.
7|Page
pasca-reduksi dan pemasangan fiksasi interna.
2) Fraktur Subtrokhanter Femur Fraktur subtrokhanter femur ialah di mana garis patahnya berada 5 cm distal dari trokhanter minor. Fraktur jenis ini dibagi dalam beberapa klasifikasi, tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding & Magliato yaitu sebagai berikut: a)
Tipe 1 : Garis fraktur satu level dengan den gan trokhanter minor.
b)
Tipe 2 : Garis patah berada 1-2 inci di bawah dari batas b atas atas trokhanter minor.
c)
Tipe 3 : Garis patah berada 2-3 inci di distal dari batas atas trokhanter minor.
3) Fraktur Batang Femur Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Patah daerah
ini
dapat
menimbulkan
perdarahan
yang
cukup
banyak,
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok, salah satu klasifikasi klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Secara klinik fraktur batang femur dibagi dalam fraktur batang femur terbuka dan tertutup.
5. Manesfestasi Fraktur Femur
Manifestasi yang sering muncul pada pasien dengan fraktur femur adalah: a.
Rasa nyeri yang berlangsung dan men adi lebih hebat karena per alanan dan tekananpada daerah femur. 8|Page
b.
Hilangnya fungsi pada femur.
c.
Tampak hilangnya deformitas femur bila dibandingkan dengan ekstremitas yangnormal ( perubahan bentuk ).
d.
Gerakan menimbulkan derik / krepitasi.
e.
Edema femur.
f.
Shock (Helmi, 2012).
6. Patofisiologi Fraktur Femur
Apabila
ter
adi
terputusnya
kontinuitas
tulang,
maka
hal
tersebut
akanmempengaruhi berbagai struktur yang ada disekitarnya, seperti otot dan pembuluh darah. Akibat yang ter adi sangat tergantung pada berat ringannya fraktur yang dapatdilihat dari tipe, luas, dan lokasi fraktur itu sendiri. Pada umumnya ter adi edema padaaringan lunak, perdarahan otot dan persendian, dislokasi atau pergeseran tulang,rupture tendon, putus persarafan, kerusakan pembuluh darah, dan perubahan bentuktulang, serta ter adinya deformitas. Bila ter adi patah tulang maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanyater adi disekitar tempat patah dan kedalaman aringan lunak disekitar tulang tersebut.Jaringan lunak biasanya uga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbulsetelah fraktur (Helmi, 2012).
7. Komplikasi Fraktur Femur
Secara umum komplikasi fraktur meliputi : a.
b.
Komplikasi awal 1)
Syok.
2)
Kerusakan Arteri.
3)
Sindrom Kompartemen.
4)
Infeksi.
5)
Avaskular Nekrosis.
6)
Fat Embolism Syndrome.
Komplikasi lama 1)
Delayed union.
2) Non-union. 3)
Mal-union.
9|Page
8. Pemeriksaan Fraktur
a.
Pemeriksaan radiologi Pada diagnosis fraktur, pemeriksaan yang yang penting adalah
menggunakan
sinar rontgen (X-ray). Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membaca gambaran radiologis radiologis adalah 6A, yaitu sebagai berikut : 1)
Anatomi (misalnya proksimal tibia).
2)
Artikular (misalnya intra-Vs ekstra-artikular).
3)
Alignment (misalnya : first plane).
4)
Angulation.
5)
Apeks (maksudnya fragmen distal fraktur).
6)
Apposition. CT scan biasanya dilakukan hanya dilakukan pada beberapa kondisi fraktur yang mana pemeriksaan radiografi tidak
mencapai kebutuhan
diagnosis. b.
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan untuk mengetahui lebih jauh kelainan yang terjadi seperti berikut : 1)
Alkalin fosfat
meningkat pada pad a kerusakan tulang dan menunjukan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. 2)
Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
3)
Enzim otot seperti kreatinin kinase, Laktat Laktat
Dehidrogenase (LDH (LDH -5),
Asparat Amino Transferase (AST), aldolase meningkat pada tahap penyembuhan tulang. c.
Pemeriksaan lainnya 1)
Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas: Dilakukan pada kondisi fraktur dengan komplikasi, pada kondisi infeksi, maka biasanya didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
2)
Biopsy tulang dan otot : Diindikasikan bila terjadi infeksi.
3)
Elektromiografi : Terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
4)
Arthroscopi : Didapatkan jaringan ikat yang rusak rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.
5)
Indium imaging : Pada pemeriksaan pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi.
6)
MRI : Menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
10 | P a g e
9. Penatalaksaan Fraktur
Menurut Deveney (2006) penatalaksanaan fraktur di antaranya : Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan metode ekstensi Buck, atau didahului pemakaian Thomas splint, tungkai ditraksi dalam keadaan ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah kerusakan jaringan lunak lunak lebih lanjut di sekitar daerah yang patah. Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non-operatif atau operatif. Fraktur batang femur pada anak-anak umumnya dengan terapi non-operatif, karena akan menyambung baik. Perpendekan kurang dari 2 cm masih dapat diterima karena di kemudian hari akan sama panjangnya dengan tungkai yang yang
normal. Hal ini
dimungkinkan karena daya proses remodelling anak-anak. a.
Pengobatan non-operatif Dilakukan traksi skeletal, yang sering metode perkin dan metode balance skeletal traction, pada anak di bawah 3 tahun digunakan traksi kulit Bryant, sedangkan anak usia 3-13 tahun dengan traksi Russell.
b.
Metode perkin. Pasien tidur terlentang. Satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman
pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan
3-4 bantal.
Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk kalus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi. c.
Metode balance skeletal traction. Pasien tidur terlentang dan satu jari di bawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman pin. Paha ditopang dengan Thomas
splint, sedang sedang tungkai bawah
ditopang oleh oleh pearson attachment. Tarikan Tarikan dipertahankan dipertahankan sampai 12 minggu atau lebih sampai tulangnya membentuk kalus yang cukup. Kadang-kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8 minggu dipasang gips hemispica atau cast bracing. d.
Traksi kulit Bryant. Anak tidur tidur terlentang terlentang di tempat tidur. Kedua tulang dipasang traksi traksi kulit, kemudian ditegakan ke atas, atas, ditarik dengan tali yang diberikan beban 1-2 kg sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.
e.
Traksi russel. Anak tidur terlentang, di pasang plester dari dari batas lutut. Dipasang sling di daerah
popliteal, sling dihubungkan dengan tali yang yang dihubungkan dengan
beban penarik. Untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips hemispica karena kalus yang terbentuk belum kuat benar. 11 | P a g e
f.
Operatif Indikasi operasi antara lain : 1)
Penanggulangan non-operatif gagal.
2)
Fraktur multipel.
3)
Robeknya arteri femoralis.
4)
Fraktur patologik.
5)
Fraktur pada orang-orang tua.
Pada fraktur 1/3 tengah tengah sangat baik untuk dipasang
intramedullary nail.
Bermacam-macam intramedullary intramedullary nail untuk femur, di antaranya kuntscher nail, AO nail, dan interlocking nail. Operasi dapat dilakukan dilakukan dengan cara terbuka atau cara tertutup. Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit-fasia sampai ke tulang yang patah. Pen dipasang secara retrograde. Cara interlocking nail dilakukan tanpa menyayat di daerah yang patah. Pen dimasukan melalui ujung trokhanter mayor dengan bantuan image intersifier. Tulang dapat direposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragmen bagian distal melalui guide tube. Keuntungan cara ini tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.
B. Gambaran Asuhan Keperawatan Fraktur 1.
Pengkajian
Proses keperawatan adalah kerangka kerja untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional dan berkualitas. Proses keperawatan langsung mengarah
pada
kegiatan
keperawatan
yang
meliputi
promosi
kesehatan,
perlindungan kesehatan dan pencegahan penyakit pen yakit (Debora,2011). Proses keperawatan meliputi empat tahap yaitusebagai berikut : a)
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam berfikir untuk menentukan diagnosa keperawatan.Sedangkan menurut Kozier (2010) pengkajian meliputi beberapa hal yang berkesinambungan yakni pengumpulan data, pengaturan data, validasi data serta pencatatan data (Wilkinson & Nanc y, 2012). 1)
Biodata Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan
nomor
register. 2)
Pola Nutrisi 12 | P a g e
1. Makan bersuhu ekstrem 2. Mengurangi pedas, alkohol, berlemak, kopi, coklat dan jus jeruk 3)
Lingkungan Dengan adanya lingkungan yang bersih maka daya tahan tubuh penderita akan lebih baik daripada tinggal di lingkungan yang kotor.
4)
Riwayat kesehatan a.
Keluhan utama
b.
Riwayat kesehatan dahulu Apakah klien pernah mengalami penyakit serupa.
c.
Riwayat kesehatan sekarang Sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul, keadaan apa yang memperberat dan memperingan keluhan.
d.
Riwayat kesehatan keluarga Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
5)
Pola kesehatan fungsional menurut Gordon a. Pola persepsi dan kesehatan Pandangan klien dan keluarga tentang penyakit dan pentingnya kesehatan bagi klien dan keluarga serta serta upaya apa yang yang dilakukan dalam mengatasi masalah kesehatannya. b. Pola nutrisi dan metabolik Bagaimana pola nutrisi klien sebelum dan selama dirawat, apa porsi makan klien, apakah selalu menghabiskan porsinya, apakah klien mengalami mual, muntah saat makan, apakah ada pantangan makanan. c. Pola istirahat dan tidur Apakah klien mengalami perubahan pola istirahat tidur, berapa frekuensi tidur klien. d. Pola persepsi sensori dan kognitif Bagaimana persepsi klien terhadap nyeri yang dirasakan diukur dengan PQRST. P : Nyeri bertambah saat aktivitas dan berkurang saat istirahat istirahat . Q : Nyeri dirasakan seperti apa . R
: Nyeri terjadi pada daerah atau lokasi mana .
S
: Berapa skala nyeri yang dirasakan klien
T
: Nyeri dirasakan intermitten atau continue
e. Pola aktivitas dan latihan 13 | P a g e
Bagaimana aktivitas klien sehari-hari, apa aktivitas klien. f. Pemeriksaan fisik 1.
Keadaan umum : Lemah atau baik
2.
Tingkat kesadaran : Composmentis
3.
Tanda-tanda : TD : Hipotensi, RR : Takipnea, N : Takikardi, t : Hipertensi
4.
Kepala : Mesochepal
5.
Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik atau tidak
6.
Dada atau paru : I
: Bagaimana kembang kempis dada, simetris atau tidak .
Pa : Bagaimana stermfimitus stermfimitus kanan kiri sama sama atau tidak . Pe : Pekak seluruh lapang paru atau tidak . Au : Suara cordius tampak atau tidak 7.
Jantung I
: Ictus cordius tampak atau tidak.
Pa : Ictus cordius teraba atau tidak . Pe : Konfigurasi normal atau tidak . Au : Terdapat suara abnormal atau tidak 8.
Abdomen I
: Apakah ada pembesaran abdomen
Pa : Dengarkan bising usus 9.
Genetalia : Apakah terpasang kateter atau tidak, bersih bersih atau tidak .
10. Anus
3.
: Apakah ada hemoroid atau tidak
Diagnosa Keperawatan
Menurut Nursing Diagnoses : Definitions and Classification,( 2015-2017). Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis ( fraktur ). b. c.
Resiko infeksi dibuktikan dengan prosedur invasif
d.
Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan saat ini .
Pos Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ( insisi bedah ) . b.
Defisiensi Pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi.
14 | P a g e
15 | P a g e
RENCANA KEPERAWATAN
Rencana keperawatan pre operasi No
Diganosa keperawatan
Tujuan
Rencana
1.
Nyeri Akut berhubungan dengan agen
Setelah dilakukan tindakan sauhan
NIC : Management nyeri
injuri biologis .
keperawatan selama 3X24 jam diharapkan
1.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
klien dapat mengontrol nyeri dengan indikator
2.
Observasi
adanya
petunjuk
nonverbal
mengenai
:
ketidak nyamanan terutama pada mereka yang tidak
NOC : Kontrol nyeri
bisa berkomunikasi secara efektif. efektif.
No Indikator 1
Mengenali kapan nyeri terjadi
2
Menggambarkan faktor
3.
4
bersama
klien
faktor-faktor
yang
dapat
menurunkan atau memperberat nyer1i. 4.
Gunakan tindakan pengontrolan nyeri dan melaporkan nyeri yang terkontrol.
prnyebab nyeri 3
Gali
Melaporkan nyeri yang
5.
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
terkontrol
6.
Berkolaborasi penggunaan analgesik
Menggunakan tindakan pengontrol nyeri tanpa analgesik
5
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
16 | P a g e
2.
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan asuhan
NIC : Kontrol infeksi
prosedur infasif
keperwatan selama 3x24 jam diharapkan klien
1.
Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
dapat mengontrol resiko infeksi dengan
2.
Monitor suhu, nadi dan respirasi.
indikator :
3.
Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan ke klien .
NOC: Keparahan infeksi
4.
Anjurkan klien mengenai teknik mencuci tngan
NO
Indikator
1
Hipotermia
2
Kulit lembab dan dingin.
3
Gelisah
4
Ketidakstabilan suhu
dengan tepat. 5.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
17 | P a g e
4.
Ansietas berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan asuhan
NIC : Pengurangan Kecemasan
ancaman status kesehatan saat ini .
keperawatan selama .. .X.... diharapkan klien
1.
Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan.
dapat mengontrol cemas dengan indikator :
2.
Jelaskan semua prosedure termasuk sensasi yang dirasakan yang mungkin akan dialami klien selama
No
Indikator
1.
Melakukan tindakan unuk
prosedure. 3.
cara yang tepat .
mengurangi gejala 2.
Menggunakan tindakan
Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan
4.
Berikan objeck yang menunjukkan perasaan aman.
pencegahan. 3.
Melaporkan gejala yang terkontrol
18 | P a g e
RENCANA KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan Post OperasI No
1.
Diganosa keperawatan
Tujuan
Rencana
Nyeri Akut berhubungan dengan agen
Setelah dilakukan tindakan sauhan
NIC : Management nyeri
injuri fisik ( insisi bedah ) .
keperawatan selama 3X24 jam diharapkan
1.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
klien dapat mengontrol nyeri dengan indikator
2.
Observasi
adanya
petunjuk
nonverbal
mengenai
:
ketidak nyamanan terutama pada mereka yang tidak
NOC : Kontrol nyeri
bisa berkomunikasi secara efektif. efektif.
No Indikator 1
Mengenali kapan nyeri terjadi
2
Menggambarkan faktor
3.
4
bersama
klien
faktor-faktor
yang
dapat
menurunkan atau memperberat nyer1i. 4.
Gunakan tindakan pengontrolan nyeri dan melaporkan nyeri yang terkontrol.
prnyebab nyeri 3
Gali
Melaporkan nyeri yang
5.
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
terkontrol
6.
Berkolaborasi penggunaan analgesik
Menggunakan tindakan pengontrol nyeri tanpa analgesik
5
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan 19 | P a g e
2.
Defisiensi pengetahuan berhubungan
Setelah dilakukan tindakan asuhan
NIC : Pengajaran : Proses Penyakit
dengan kurangnya informasi .
keperawatan selama ... X... diharapkan
1.
pengetahuan klien dapat bertambah bertambah dengan
Kaji tingkat pengetahuan klien terkait dengan proses penyakit yang spesifik .
indikator :
2.
Jelaskan dan gejala yang umum dari penyakit .
NOC : Pengetahuan Pengetahuan : Proses penyakit
3.
Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
No
diperlukan untuk mencegah komplikasi dan atau
Indikator
1.
Faktor resiko .
2.
Tanda dan gejala komplikasi penyakit.
3.
Pontensisal komplikasi penyakit.
4.
Strategi meminimalkan perkembangan
mengontrol proses penyakit . 4.
Edukasi klien untuk mengontrol / meminimalkan komplikasi .
penyakit .
20 | P a g e
4.
Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan . Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan kepada klien. Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan . Aplikasi yang dilakukan pada klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien (Debora, 2011).
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan serta menilai masalah yang teratasi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya (Debora, 2011).
6.
Dokumentasi
Anda harus mendokumentasikan/mencatat semua apa yang telah anda lakukan sebagai bukti sosial asuhan yang diberikan pada klien dan sekaligus sebagai wahana komunikasi atar perawat menguntip dari Sujono,R (2006).
21 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Kusmalasari.(2013) Congestive Hearth Failure. Failure. Daiakses pada tanggal : Selasa 20 September 2016 : http://eprints.undip.ac.id/43854/3/Etha_Yosy_K_Lap.KTI_Bab2.pd Widyasari, D.( 2007). Gagal Jantung Kongestif (CHF ).Diakses ).Diakses pada tanggal Selasa 20 September 2016 : http://eprints.ums.ac.id/16540/3/Bab_I.pdf
22 | P a g e
View more...
Comments