LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA

April 30, 2017 | Author: Yopi Juliantara | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

SILAHKAN DIDOWNLOAD UNTUK TAMBAHAN MATERI DAN BELAJAR...

Description

LAPORAN PENDAHULUAN Kasus (Efusi Pleura)

A. Definisi  Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. (Baughman C Diane, 2000)  Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).  Efusi pleura adalah penumpukan cairan dalam rongga pleura yang disebakan oleh banyak faktor seperti penyakit dan tekanan abnormal dalamparu-paru. B. Etiologi Menurut jenis cairan yang terakumulasi efusi pleura dapat dibedakan menjadi : 1. Transudat ( filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh). Penyakit yang menyertai transudat :  Gagal jantung kiri.  Sindrom nefrotik.  Obstruksi vena kava superior  Asites pada serosis hati  Sindrom meig’s (asites dengan tumor ovarium). 2. Eksudat ( ekstravasasi cairan kedalam jaringan ). Cairan ini dapat terjadi karena adanya :

 Infeksi  Neoplasma/tumor  Infark paru

C. Tanda dan Gejala 1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas. 2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak keringat, batuk. 3. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu). Gejala yang paling sering ditemukan (tanpa menghiraukan jenis cairan yang terkumpul ataupun penyebabnya) adalah sesak nafas dan nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika penderita batuk atau bernafas dalam). Kadang beberapa penderita tidak menunjukkan gejala sama sekali. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - Batuk - Pernafasan yang cepat - Demam - Cegukan

D. Patofisiologi

Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga pleura.Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir ke dalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter per hari. Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudate kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. (Guytondan Hall , 1997)

E. Patologi + Pathway

Adanya kebocoran antar alveoli dengan rongga pleura

Udara pindah dari alveoli ke rongga pleura

Paru kolaps (menguncup)

Pneumotoraks (udara terdapat didalam rongga pleura)

Infeksi masuk ke

menghambat drainase

tekanan osmotik

rongga pleura

limfatik

plasma

tekanan kapiler paru

transudasi cairan

peradangan permukaan pleua

meningkat

permeabilitas vaskuler

intravaskuler

tekanan hidrostatik

edema

transudasi

cavum pleura Efusi pleura

Penumpukan cairan dalam rongga pleura

Ekspansi paru menurun

Frekuensi paru

Pola nafas tidak efektif

peningkatan O2 & CO2 menurunnya suplai O2

Sesak nafas

Ggn. Pertukaran gas

Nyeri dada

Nafsu makan menurun

Ggn. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

F. Pemeriksaan penunjang  Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan di dapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.  Ultrasonografi  Torakosentesis / fungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, sitologi, berat jenis. fungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8 terdapat cairan yang mungkin serosa (serotorak),berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).  Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.  Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

G. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan berasarkan anamnesa teliti dan pemeriksaan fisik yang baik, foto thorak PA dan lateral dapat membantu diagnosa, sedangkan diagnosis pasti ditegakkan melalui punksi, biopsi, dan analisis cairan pleura. 1. Pada pemerikasaan fisik thoraks ditemukan: Inspeksi: Ø Dinding dada simetris / asimetris Ø Sela iga melebar Ø Cembung Ø Gerakan menurun kesisi yang sehat Palpasi Ø Gerakan fremitus suara menurun. Perkusi: Ø Redup, garis Ellis Domoiseau (+)

Auskultasi: Ø Pada bagian yang sakit, suara napas menurun Pada foto thoraks: Rontgen dada. Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Gambaran Efusi pleura akan tampak sbb: o Cairan pleura tampak berupa perselubungan hemogen menutupi struktur paru yang biasanya relatif radioopak dengan permukaan atas cekung. o Perselubungan berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah. o Kadang-kadang tampak mediastinum terdorong ke arah kontralateral. CT scan dada CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor. USG dada USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan. Torakosintesis Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal). Biopsi dan analisis cairan pleura Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. Bronkoskopi Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.

H. Diagnosis Banding 

Efusi pleura e.c TB paru.



Emfisema paru.



Emboli pulmonal.



Gagal jantung.

I. Prognosis Prognosis sangat bervariasi dan tergantung pada faktor penyebab dan ciri efusi pleura. Pasien yang mencari pertolongan medis lebih dini karena penyakitnya dan dengan diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang tepat pula memiliki angka komplikasi yang lebih rendah. J. Penatalaksanaan Pada pemeriksaan fisik, dengan bantuan stetoskop akan terdengar adanya penurunan suara pernafasan. Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut: 1. Rontgen dada Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. 2. CT scan dada CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor 3. USG dada USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan. 4. Torakosentesis Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis

(pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal). 5. Biopsi Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan. 6. Bronkoskopi Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul. K. Komplikasi a. Fibrotoraks Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura tersebut. b. Atalektasis Atalektasis adalah pengembahan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura. c. Fibrosis Paru fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan baru yang terserang dengan jaringan fibrosis.

L. Proses Keperawatan a. Pengkajian Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :  Identitas Pasien Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.  Keluhan Utama Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.  Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.  Riwayat Penyakit Dahulu Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.  Riwayat Penyakit Keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.

 Riwayat Psikososial Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.  Pemeriksaan Radiologi Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa terlihat. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan kostofrenikus. Pada efusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis

tampak tumpul, diafragma kelihatan meninggi. Untuk

memastikan dilakukan dengan foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).  Pemeriksaan Laboratorium Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara lain : a) Pemeriksaan Biokimia Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut : Transudat

Eksudat

dalam

3

protein

dalam

< 0,5

> 0,5

protein

dalam

-

> 200

< 200

> 200

< 0,6

> 0,6

Berat jenis cairan effusi

< 1,016

> 1,016

Rivalta

Negatif

Positif

Kadar

protein

effusi 9/dl Kadar effuse Kadar serum Kadar LDH dalam effusi (1-U) Kadar LDH dalam effusi Kadar LDH dalam serum

Disamping pemeriksaan tersebut diatas, secara biokimia diperiksakan juga cairan pleura : -

Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakit-penyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma

-

Kadar amilase. Biasanya meningkat pada paulercatilis dan metastasis adenocarcinona (Soeparman, 1990, 787).

b) Analisa cairan pleura -

Transudat

: jernih, kekuningan

-

Eksudat

: kuning, kuning-kehijauan

-

Hilothorax

: putih seperti susu

-

Empiema

: kental dan keruh

-

Empiema anaerob

: berbau busuk

-

Mesotelioma

: sangat kental dan berdarah

c) Perhitungan sel dan sitologi Leukosit 25.000 (mm3)

: empiema

Banyak Netrofil

: pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru

Banyak Limfosit

: tuberculosis, limfoma, keganasan.

Eosinofil meningkat

: emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur

Eritrosit

: mengalami peningkatan 1000-10000/ mm3 cairan tampak

kemorogis,

sering

dijumpai

pada

pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan infark paru, trauma dada dan keganasan. Misotel banyak

:Jika

terdapat

mesotel

kecurigaan

TB

bisa

disingkirkan. Sitologi

: Hanya

50 - 60 % kasus- kasus keganasan dapat

ditemukan sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis (Alsagaff Hood, 1995 : 147,148)

d) Bakteriologis Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter. Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % (Soeparman, 1998: 788).

b. Analisa Data Data DS : pasien mengatakan sesak DO :

Adanya kebocoran antar

Gangguan pola nafas

alveoli dengan rongga

tidak efektif

pleura |

bernafas, RR :32x/i

Udara pindah dari alveoli ke

Kesimpulan radiologis Cardiomegali + suspect TB dupleks lama yang masih aktif + effusi pleura kanan / kiri o Hasil CT scan :

·

Problem

Pasien tampak sulit o Hasil foto : ·

Etiologi

Kesan : tidak tampak SOL maupun kelainan mitaraceribral lainnya

rongga pleura | Paru kolaps (menguncup) | Pneumotoraks (udara terdapat didalam rongga pleura) | menghambat drainase limfatik | tekanan kapiler paru meningkat | tekanan hidrostatik | efusi pleura

| Penumpukan cairan dalam rongga pleura | Ekspansi paru menurun | Frekuensi paru | Pola nafas tidak efektif

DS :

Ketidakseimbangan

Pasien mengatakan tidak

nutrisi kurang dari

selera makan

kebutuhan tubuh.

DO : tampak porsi makan yang disediakan tidak dihabiskan -

BB dahulu : 40 kg

-

BB sekarang : 37 kg

DS : -

pertukaran O2 dan CO2

DO :

terganggu

Terpasang O2 sebanyak 4-6 liter

menurunnya suplai O2

Hasil AGD PH

: 7,55

PCO2 : 72,2 PO2

|

:183,5

Bicarbonat : 49,5

| Resiko tinggi gangguan pertukaran gas

Gangguan pertukaran gas

Total CO2 : 51,7 Saturasi O2 : 99

c. Diagnosa Keperawatan 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan). 2. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan adanya nyeri. 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. 4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran O2 dan CO2 terganggu 5. Nyeri dada berhubungan dengan peradangan pada rongga pleura.

d. Rencana Tindakan Keperawatan No

Diagnosa

Tujuan

Intervensi

Rasional

Keperawatan 1

Pola napas tidak

Tupan :

efektif

Pola napas

etiologi atau faktor

penyebab kolaps

berhubungan

efektif.

pencetus.

perlu untuk

dengan penurunan

1. identifikasi

2. Evaluasi fungsi

1. Pemahaman

pemasangan

ekspansi paru

Tupen :

pernapasan (napas

selang dada yang

(akumulasi

setelah

cepat, sianosis,

tepat dan

udara/cairan)

dilakukan

perubahan tanda

memilih tindakan

intervensi

vital)

terpeutik yang

keperawatan selama 3x24 jam pasien

napas.

lain. 2. Disteres

4. Kaji pasien adanya

pernafasan dan

bisa bernapas

nyeri tekan bila

perubahan pada

dengan normal

batuk, nafas dalam

tanda- tanda vital

dengan kriteria 5. Pertahankan posisi

dapat terjadi

hasil:

nyaman biasanya

karena stress

Menunjukkan

peninggian kepala

foisiologis dan

pola napas

tempat tidur

nyeri qatau dapat

normal/efektif dengan GDA normal, -

3. Auskultasi bunyi

6. Bila selang dada dipasang : -

menunjukan terjadinya syok

periksa

sehubungan

Bebas sianosis

pengontrol

dengan hipoksia/

dan tanda

penghisap,

perdarahan .

gejala hipoksia

batas cairan. -

3. Bunyi nafas

Observasi

dapat menurun

gelembung

atau tak ada pada

udara botol

lobus, segmen

penampung.

paru atau seluruh

-

-

Klem selang

area paru (

pada bagian

unilateral). Area

bawah unit

atelektasis tak

drainase bila

ada bunyi nafas,

terjadi

dan sebagian area

kebocoran.

kolaps menurun

Awasi pasang

bunyinya

surutnya air

-

4. Sokongan

penampung.

terhadap dada

Catat

dan otot

karakter/jumla

abnormal

h drainase

membuat batuk

selang dada.

efektif/

7. Kolaborasi untuk pmberian oksigen melalui kanul/masker

mengurangi trauma. 5. menurunkan resiko obstruksi drainase/ terlepasnya selang 6. Mempertahankan tekanan negative intrapleural sesuai yang diberikan , yang meningkatkan ekspansi optimum dan drainase cairan dan melakukan intervensi

selanjutnya. 7. Alat dalam menurunkan kerja nafas; meningkatkan penghilangan distres respirasi dan sianosis sehubungan dengan hipoksemia. 2

Gangguan pola

Tupan :

istirahat dan tidur

Pola tidur

gangguan tidur

infrmasi dasar

berhubungan

terpenuhi

pasien,

dalam

karakteristik, dan

menentukan

Tupen :

penyebab kurang

rencana

Setelah

tidur.

perawatan.

dengan adanya nyeri.

1. Kaji masalah

dilakukan

2. Lakukan mandi

intervensi

hangat sebelum

keperawatan

tidur

selama 3x24

3. Lakukan masase

jam pola tidur

pada daerah

terpenuhi

belakang, tutup

dengan kriteria

jendela / pintu jika

hasil :

perlu

nyeri

4. Berikan

berkurang

pengobatan seperti analgetik dan sedative setengah jam sebelum tidur.

1. Memberikan

2. Meningkatkan tidur 3. Mengurangi gangguan tidur 4. Mengurangi gangguan tidur

3

Ketidakseimbangan Tupan : nutrisi kurang dari

Tidak terjadi

kebutuhan tubuh

anoreksia.

berhubungan dengan anoreksia.

1. Catat intake dan output. 2. Anjurkan makan dalam porsi kecil

1. Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.

Tupen :

tapi sering.

2. Dapat mencukupi

Setelah

3. Ajurkan untuk

asupan nutrisi

dilakukan

menghindari

yang dibutuhkan

intervensi

makanan yang

tubuh.

keperawatan

berlemak.

3. Dapat

selama 3x24

merangsang mual

jam kebutuhan

dan muntah.

nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil : klien tidak merasakan nausea dan vomitus, 4

Gangguan

Tupan :

pertukaran gas

Tidak terjadi

kedalaman, dan

pernafasan

berhubungan

gangguan

kemudahan

tergantung

dengan penurunan

pertukaran gas.

bernafas.

pada/indikasi

ekspansi paru

1. Kaji frekuensi,

2. Observasi warna

1. Manifestasi ditres

derajat

Tupen :

kulit, membrane

keterlibatan paru

Setelah

mukosa, dan kuku,

dan status

dilakukan

catat adanya

kesehatan umum

intervensi

sianosis perifer

keperawatan

(kuku) atau

menunjukkan

selama 3x24

sianosis sentral

vasokontriksi/res

jam pertukaran

(sirkumoral).

pon tubuh

2. Sianosis kuku

gas dalam alveoli adekuat

3. Awasi frekuensi jantung/irama.

terhadap demam/menggigi

dengan kriteria 4. Pertahankan

l. Namun sianosis

hasil : TTV

istirahat dan tidur.

daun telinga,

klien normal

Dorong

membrane

(TD : 120/80

menggunakan

mukosa dan kulit

mmHg, nadi :

teknik relaksasi

disekitar mulut

60 – 100

dan aktivitas

menunjukkan

x/menit, suhu :

senggang.

hipoksemia

36 – 37 , RR:

5. Tinggikan kepala

sistemik.

16 – 24

dan dorong sering

3. Takikardi

x/menit ),

mengubah posisi,

biasanya ada

bunyi paru

nafas dalam , dan

akibat

normal, tidak

batuk efektif.

demam/dehidrasi

adanya distress 6. Berikan terapi

tetapi dapat juga

pernafasan,

oksigen dengan

sebagai respon

dapat

benar.

terhadap

menunjukkan tehnik nafas

7. Awasi GDA,nadi oksimetri

hipoksemia. 4. Mencegah terlalu

dalam dan

lelah dan

batuk efektif,

menurunkan

tidak ada

kebutuhan/konsu

sianosis, kulit

msi oksigen

hangat.

untuk memudahkan perbaikan infeksi. 5. tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan

pengeluaran secret untuk memperbaiki ventilasi. 6. Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg 7. Mengevaluasi proses penyakit dan memudahkan terapi paru.

5

Nyeri dada

Tupan :

berhubungan

Nyeri dada

karakteristik,

mengevaluasi

dengan peradangan

berkurang

lokasi, waktu, dan

rasa nyeri.

pada rongga pleura

1. Observasi

perjalanan rasa

1. Membantu dalam

2. Membantu

Tupen :

nyeri dada

mengurangi rasa

Setelah

Tersebut

nyeri.

dilakukan

2. Bantu

3. Untuk

intervensi

klien melakukan

mengurangi /

keperawatan

tehnik relaksasi

menghilangkan

selama 3x24 jam pasien mengatakan nyeri dada klien hilang dengan kriteria hasil : nyeri berkurang dan

3. Berikan analgetik sesuai indikasi

rasa nyeri.

pasien tampak tenang.

M. Daftar Pustaka Askep dengan Efusi Pleura - x-asuhankeperawatan.blogspot.com.htm respirasi (efusi pleura)/Laporan Pendahuluan Efusi Fleura.htm Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.respirasi (efusi pleura)/EFUSI PLEURA _ TMC.htm Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF