Laporan Pendahuluan CA Tiroid
April 22, 2019 | Author: Atmaja | Category: N/A
Short Description
lp ca tiroid...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN CA THIROID
A. KONSEP TEORI 1.
Definisi CA TIROID
CA tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kan ker tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada kanker tiroid tipe papiler. Mortalitas paling rendah pada individu dengan usia dibawah 50 tahun dan meningkat tajam pada usia di atasnya, namun sebagian kecil ada pula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal. Angka rekurensi tumor umum pada kanker tiroid tipe papiler, berkisar setinggi 30% jika terapi awal tidak komplit. Angka kematian akibat kanker tiroid 0,4% dari semua kematian akibat kanker atau berkisar 5 kematian per sejuta penduduk pertahun. Angka ketahanan hidup lima tahun relatif kanker tiroid adalah 96%.5 Tujuan utama tata laksana kanker tiroid adalah memperkecil resiko rekurensi dan metastasis jauh, sehingga bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita. Terapi utama dalam tata laksana kanker tiroid adalah operasi, sedangkan terapi adjuvan adalah ablasi tiroid dengan iodine radioaktif, supresi thyrotropin dan radiasi eksternal. (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)
2.
Etiologi CA TIROID
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid : a. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari
kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker. b. Penyinaran
(radiasi ion) pada daerah kepala, leher, leher, dada bagian atas
terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum. c. Faktor genetik. Adanya riwayat keturunan dari keluaraga.
3.
Faktor Resiko CA TIROID
Faktor resiko yang menyebabkan karsinoma tiroid adalah sebagai berikut: a. Usia; terdapat resiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada usia 45 tahun. b. Sex; wanita mempunyai resiko tiga kali lebih besar dari pada pria. c. Riwayat penyakit serupa dalam keluarga; adanya keterlibatan genetic pada karsinoma ini. d. Ras; ras asia dan kulit putih pada umumnya mempunyai resiko tinggi. e. Pernah menderita penyakit pembesaran kelenjar tiroid. Terdapat 5% struma nodosa mengalami degenrasi maligna. f.
Geografis tempat tinggal. Yang berasal dari daerah kaya iodium umumnya menderita karsinoma tiroid papilare sedangkan yang berasal dari dae rah endemik goiter umumnya menderita karsinom tiroid folikulare.
g. Radiasi pada leher dan kepala. Pengaruh radiasi pada kanak-kanak dapat menyebabkan malignansi tiroid 30-50% dan pada dewasa 20%.
4.
Tanda Dan Gejala CA TIROID
Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid. (Jurnal, Oktahermoniza, 2013) a.
Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
b.
Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
c.
Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan selama pemeriksaan fisik.
d.
Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
e.
Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.
f.
Adanya pembengkakan pada leher
g.
Kesulitan menelan
5.
Klasifikasi CA TIROID
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi : 1.
Karsinoma Folikuler. Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
2.
Karsinoma Papilar. Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
3.
Karsinoma Medular. Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50
tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin. 4.
Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
5.
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti: a.
Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
b.
Suara serak.
c.
Disfagia Prognosisnya jelek dan hampir sebagian besar klien meninggal kirakira 1 tahun setelah diagnosa ditetapkan. Klien dengan diagnosa karsinoma anaplastik dapat diobati dengan pembedahan paliatif, radiasi dan kemoterapi.
Stadium Cancer Thyroid : Stadium kanker ini tidak hanya berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasi TNM adalah sebagai berikut: Tipe dan stadium
45 tahun
Papiler Stadium I
Setiap T, setiap N, M0
T1, N1, M0
Stadium II
Setiap T, setiap N, M1
T2-4, N1, M0
Stadium III
Setiap T, N0, M0,
Stadium IV
Setiap T, setiap N, M0
Tipe dan stadium Folikuler
45 tahun
Stadium I
Setiap T, setiap N, M0
T1, N0, M0
Stadium II
Setiap T, setiap N, M1
T2-4, N0, M0
Stadium III
-
Setiap T, N1, M0
Stadium IV
-
Setiap T, setiap N, M0
Stadium I
-
T1, N0, M0
Stadium II
setiap T, setiap N, M0
T2-4, N0, M0
Stadium III
-
Setiap T, N1, M0
Stadium IV
setiap T, setiap N, M1
Setiap T, setiap N, M1
-
-
Stadium I
-
-
Stadium II
-
-
Stadium III
setiap T, setiap N, setiap M
setiap T, setiap N, setiap
Meduler
Tdk dapat dikalsifikasikn
Stadium IV
M
Catatan : Tx : tumor tidak dapat ditentukan T0 : Tidak ada tumor T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm T3 : fikus intraglanduler multiple T4 : tumor primer terfiksasi
5.
Patofisiologi CA TIROID
CA tiroid dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid
Stimulating
Hormon)
dari
kelenjar
hipofise
anterior
disebabkan
berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker, penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama anak-
anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum, serta karena faktor genetik. Karsinoma tiroid merupakan neoplasma yang berasal dari kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal memproduksi hormone tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Kanker ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni didalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC), keganasan (lymphoma). Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Infiltrasi karsinoma tiroid dapat ditemukan di trachea, laring, faring, esophagus, nervus recurrent, pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan kulit. Metastase limfogen dapat meliputi semua region leher sedangkan metastase hematogen biasanya di paru, tulang, otak dan hati. Adenokarsinoma papiler biasanya bersifat multisentrik dan 50% penderita dengan ada sarang ganas dilobus homolateral dan lobus kontralateral. Metastasis mula-mula ke kelenjar limfe regional, dan akhirnya terjadi metastasis hematogen. Umumnya adenokarsinoma follikuler bersifat unifokal, dengan metastasis juga ke kelenjar limfe leher, tetapi kurang sering dan kurang banyak, namun lebih sering metastasisnya secara hematogen. Adenokarsinoma meduller berasal dari sel C sehingga kadang mengeluarkan kalsitonin (sel APUD). Pada tahap dini terjadi metastasis ke kelenjar limfe regional. Adenokarsinoma anaplastik yang jarang
ditemukan, merupakan tumor yang tumbuh agresif, bertumbuh cepat dan mengakibatkan penyusupan kejaringan sekitarnya terutama trakea sehingga terjadi stenosis yang menyebabkan kesulitan bernafas. Tahap dini terjadi penyebaran hematogen. Dan penyembuhan jarang tercapai. Penyusupan karsinoma tiroid dapat ditemukan di trakea, faring, esophagus, N.rekurens, pembuluh darah karotis, struktur lain dalam darah dan kulit. Sedangkan metastasis hematogen ditemukan terutama di paru, tulang, otak dan hati (Barbara,1996).
6.
Pemeriksaan Penunjang CA TIROID
Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001) 1.
Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler. 2.
Radiologis
a. Foto X-Ray Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan badan
psamoma
dapat
terlihat
kalsifikasi
halus
yang
disertai
stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus. b. Ultrasound Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah. c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid d. Scintisgrafi Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat. 3.
Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk
pemeriksaan
sitologi.
Berdasarkan
arsitektur
sitologi
dapat
diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.
7.
Penatalaksanaan CA TIROID Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001) a.
Terapi
Terapi pilihan untuk karsinoma titoid adalah pembedahan untuk mengangkat tumor tersebut.tiroidektomi total atau hampir total di lakukan bila keadaan memungkinkan.Tindakan dikseksi leher yang lebih luas di lakukan jika metastase telah menyampai kelenjar lipe.jaringan paratiroid di upayakan untuk tidak terangkat guna mengurangi resiko hipokalsemia pasca operatif dan tetanus.sesudah pembedahan ,tindakan ablasi di laksanakan untuk menlenyapkan jaringan tiroid yang tersisa bila tumor tersebut bersifat radiosensitif.iodium radiatif juga meningkatkan peluang untuk menemukan metastatis tiroid di kemudian hari bila pemeriksaan pemindai seluruh tubuh
(whole bodi scan) di lakukan.sesudah pembedahan ,hormon tiroid di berikan dengan dosis supresi untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan eutiroid.jika jaringan tiroid yang tertinggal tidak cukup untuk menghasilkan hormon tiroid dengan jumlah memadai,maka preparat tiroksin di butuhkan secara permanen. Radiasi pada kelenjar tiroid atau jaringan leher dapat di lakukan beberapa jalur : pemberian peroral dan lewat pemberian eksternal te rapi radiasi.pasien yang mendapat sumber sumber eksternal terapi radiasi menghadapi resiko untuk
mengalami
kulit,anoreksia,dan
mukositis,kekeringan kelelahan
kemoterapi
mulut,dispagia,kemerahan jarang
di
gunakan
dalam
pengobatan kanger tiroid. b.
Tiroidektomi
Tiroidektomi parsial atau total dapat di laksanakan sebagai terapi primer terhadap karsinoma tiroid,hipertiroidisme atau hipertiroidisme tipe dan luas operasi bergantung pada hasil diagnosis,tujuan pembedahan hasil pronogsis. Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post Operasi: 1. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut: a.)
Inform
Concern
(Surat
persetujuan
operasi)
yang
telah
ditandatangani oleh penderita atau penanggung jawab penderita b.)
Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan cardiovasculer
c.)
Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada
d.)
Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan
e.)
Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan
f.)
Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum suplemen hormone tiroid seumur hidup.
2. Penatalaksanaan
Intra
Operasi
Peran
perawat
hanya
membantu
kelancaran jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator dan Dokter Anesthesi. 3. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar) a) Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil b) Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post o perasi c) Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan d) Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita e) Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum. f) Radioterapi 4. Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas. Radioterapi digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi adalah penggunaan radiasi untuk menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel kanker. Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
a. Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan dan kemoterapi. b. Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar. c. Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman. d. Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif. Jenis radioterapi : a. Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional). Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari lokasi kanker. b. Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)). Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh
obat
radioterapi
melalui
infus
adalah
metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131 untuk mengobati kanker tiroid. 5. Kemoterapi Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat
didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek samping. Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi tergantung jenis obat. a. Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan kecil dan dengan menghindari makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat dingin. b. Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel darah, bisa terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di mana sel darah dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah yang rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau sel darah merah bisa ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk merendahkan risiko pendarahan. 6. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada
jaringan
tiroid
sehat
dan
ganas
yang
tertinggal
setelah
operasi,selanjutnya diberikan terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium ke dalam sel folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel folikuler. Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu: a. Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma. b. Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa jaringan tiroid normal. c. Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang dihasilkan hanya oleh sel tiroid. d. Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total, kadar hormone tiroid diturunkan dengan menghentikan obat Ltiroksin, sehingga TSH endogen terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L. 7. Terapi Supresi L-Tiroksin Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan sembuh total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan kematian karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok risiko tinggi adalah 0,01 mU/L.
8.
Komplikasi CA TIROID
Menurut (Jurnal, Oktahermoniza, 2013) Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah : a. Perdarahan Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan penggunaan drain pada pasien setelah operasi. b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan embolisme udara. c. Trauma pada nervus laringeus rekurens Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
d. Sepsis yang meluas ke mediastinum Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN STROKE 1.
Pengkajian a. Pola kegiatan sehari - hari a)
Aktivitas atau istirahat
Gejala
:
Aneroksia, gaduh dan gelisah, kesulitan menelan,
insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi Tanda b)
: massa pada tiroid
Sirkulasi
Gejala
: Palpitasi, Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi
turun, kelemahan fisik Tanda
: peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang
berat. Takikardia saat istirahat, syok (krisis tirotoksikosis) c)
Eliminasi
Gejala d)
: Urine dalam jumlah banyak, diare.
Integritas / Ego
Gejala
: cemas, Stress, tergantung pada orang lain, masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda e)
: Ansietas peka rangsang
Makanan / Cairan
Gejala
:
Mual
dan
muntah,
suhu
37,4ºC.Pembesaran tiroid, edema non-pitting
meningkat
diatas
terutama di daerah
pretibial, diare atau sembelit. Tanda f)
: pembesaran thyroid.
Neurosensori
Gejala
: Pusing atau pening, kelemahan, gangguan status mental
dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam Tanda g)
: koma (tahap lanjut),
Nyeri / Kenyamanan
Gejala
: wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-
hati. h)
Pernapasan
Gejala
: Merasa kekurangan oksigen, Suara parau dan kadang
sampai tak dapat mengeluarkan suara Tanda i)
j)
2.
Keamanan
Gejala
: Kulit kering , ulkus kulit
Tanda
: lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan otot pernapasan.
Seksualitas
Gejala
: adanya riwayat monopouse dini
Tanda
: Hilangnya tanda – tanda seks sekunder
Diagnose keperawatan
No.
1.
: Sesak napas, suara serak.
Masalah Keperawatan
Intoleransi aktifitas b/d kelelahan, penurunan proses kognitif
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d lambatnya metabolisme tubuh
3.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya perdarahan atau edema pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar paratiroid.
4.
Nyeri berhubungan dengan edema pascaoperasi.
5.
Gangguan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.
6.
Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program untuk pengobatan untuk terapi
7.
Ansietas b/d faktor fisiologis: status hipermetabolik.
Paraf
3.
Intervensi keperawatan
No Diagnosa
Noc
1
Setelah
Intoleransi aktifitas
Nic
di
b/d tindakan
lakukan
Activity therapy
keperawatan
a. Kolaborasikan
kelelahan,
selama..24
jam
klien
penurunan
menunjukan
aktivitas
proses kognitif
sehari-haari
dengan
baik
dengan
tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan
program terapi yang tepat b. Bantu
klien
untuk
Kriteria Hasil:
mengidentivikasi
1. Berpartisipasi dalam
aktivitas yang mampu di
aktivitas fisik tanpa di sertai peningkatan TD,ND, dan RR 2. Mampu
lakukan c. Bantu
untuk
aktivitas
melakukan
yyyang
memilih konsisten
sesuai
dengan
aktivitas sehari-hari
kemampuan
(ADLS)
psikologi dan sosial
Secara
mandiri
fisik,
d. Bantu
untuk
3. TTV normal
mengidentifikasi
4. Energi psikomotor
mendapatkan
5. Level kelemahan
yang di perlukan untuk
6. Mampu
aktivitas yang di inginkan
dengan
berpindah: atau
tanpa
bantuan alat
sumber
e. Bantu
untuk
mendapatkan
7. Status
alat
bantuan aktivitas seperti
kardiopulmunari
kursi roda dan krek
adekuat
f. Bantu
8. Sirkulasi status baik 9. Status
dan
respirasi
untuk
mengidentivikasi :
aktivitas yang di sukai
pertukaran gas dan ventilasi adekuat
g. Bantu
pasien
keluarga
atau untuk
mengidentivikasi kekurangan
dalam
beraktivitas h. Sediakan
penguatan
positif bagi yang aktif beraktifitas i. Bantu
pasien
untuk
mengembangkan motivasi
diri
dan
respon
fisik,
penguatan j. Monitor
emosi, sosial dan spritual 2
Ketidak
Setelah
seimbangan
tindakan
nutrisi
di
lakukan
keperawatan
kurang selama..24
jam
klien
dari kebutuhan menunjukan tubuh lambatnya
b/d peningkatan
Criteria Hasil :
tubuh
1. Adanya peningkatan badan
a. Kaji
adanya
berat
makanan
gizi
untuk
menetukan
jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien c. Anjurkan pasien untuk berat sesuai
dengan tujuan 2. Berat badan ideal
meningkatkan
protein
vitamin C d. Berikan substansi gula e. Yakinkan diet yang di
sesuai dengan tinggi
makan
badan
tinggi
3. Mampu
alergi
b. Kolaborasi dengan ahli
badan
metabolisme
Nutrition Management
mengandung serat
untuk
mencegah konstipasi
mengidentifikasikan kebutuhan nutrisi 4. Tidak
adatanda-
tanda malnutrisi
f. Berikan makanan yang terpilih
(
sudah
konsultasikan dengan ahli gizi )
5. Menunjukan
g. Ajarkan
pasien
peningkatan fungsi
bagaimana
pengecapan
catatan makanan harian
dan
menelan 6. Tidak penurunan
di
membuat
h. Monitor jumlah nutrisi terjadi berat
badan yang berarti
dan kandungan kalori i. Berikan
informasi
tentang kebutuhan nutrisi j. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang di butuhkan Nutrition Monitoring
k. BB pasien dalam batas normal l. Monitor
adanya
penurunan berat badan m. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa di lakukan n. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan o. Monitor
lingkungan
selam makan p. Jadwalkan
pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan q. Monitor
turgor
kulit
monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi r. Monitor
mual
dan
muntah s. monitor pertumbuhan dan perkembangan t. Monitor
pucat,
kemerahan
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva u. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet 3
Bersihan
jalan Setelah
nafas
tidak tindakan
dilakukan Airway Suction keperawatan
a. Monitor
tanda-tanda
efektif
selama ... x 24 jam,
respiratori
berhubungan
klien mempertahankan
sianosis,
dengan
kepatenan jalan nafas
nafas yang berbunyi.
obstruksi akibat dengan
b. Periksa
distres, takipnea
balutan
dan
leher
adanya
Kriteria hasil
setiap jam pada periode
perdarahan atau
1. Mengeluarkan/mem
awal post op, kemudian
edema
pada
tempat
bersihkan
sekret
dan bebas aspirasi.
pembedahan,
2. Menunjukkan
c. Monitor jumlah
kerusakan saraf
perilaku
laringeal
atau
memperbaiki/memt
luka
pada
ertahankan
kelenjar
tiap 4 jam.
untuk
jalan
nafas bersih dalam
frekuensi drainase
dan serta
kekuatan balutan. d. Periksa karena
sensasi
klien
keketatan
disekeliling tempat insisi.
paratiroid.
tingkat
e. Pertahankan klien dalam
kemampuan/situasi
posisi
semi
fowler
dengan diberi kantung es (ice
bag)
untuk
mengurangi bengkak. f. Anjurkan
klien
untuk
berbicara setiap 2 jam tanpa merubah nada atau keparauan suara. 4
Nyeri
setelah
berhubungan
tindakan
dengan
dilakukan Pain Management keperawatan
edema selama ... x 24 jam
pascaoperasi.
klien
menunjukkan
a. Lakukan penkajian nyeri secara
konprehensif
termasuk
lokasi,
Nyeri berkurang/hilang
karakteristik,
durasi,
dengan
frekuensi,
Kriteria Hasil:
faktor presipitasi.
1. Tidak ada rintihan, ekspresi
wajah
rileks,
kualitas
b. Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan.
2. melaporkan
nyeri
c. Kaji
kultur
dapat
mempengaruhi
berkurang/hilang.
nyeri
Dari
dan
skala
7
berkurang menjadi 2.
d. Evaluasi
yang respon
pengalaman
nyeri masa lampau. Analgesic Administration
a. Pilih
analgesik
diperlukan
yang atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih
dari satu. b. Tentukan pilihananalgesik tergantung
tipe
dan
beratnya nyeri. 5
Hambatan
Setelah
komunikasi
tindakan
berhubungan
…..24
dengan
dilakukan Communication keperawatan Enhancement jam
klien a. Antisipasi
cedera menunjukkan
pita suara.
kebutuhan
sebaik mungkin, kunjungi
berkomunikasi dengan baik dengan
pasien secara teratur. b. Gunakan penerjemah jika diperlukan
Kriteria hasil :
1. Mampu
c. Dorong
menciptakan
pasien
berbicara secara perlahan
metode komunikasi d. Pertahankan dimana
untuk
kebutuhan
dapat dipahami.
yang tenang e. Anjurkan
2. Gerakan
lingkungan
untuk
tidak
berbicara terus menerus.
terkoordinasi
: f. Kolaborasikan
dengan
mampu
dokter obat obat yang
menkoordinasi
diperlukan
gerakan
meringankan rasa nyeri
dalam
untuk
menggunakan isyarat.
6
Defisiensi
Setelah
pengetahuan b/d tindakan
di
lakukan Teaching : disease proses
keperawatan a. Berikan penilaian tentang
kurang
selama..24
informasi
menunjukan
jam
klien
tingkat pasien
pengetahuan tentang
proses
tentang program peningkatan
penyakit yang spesifik
untuk
pengetahuan
b. Jelaskan
patofisiologi
pengobatan
Kriteria Hasil :
dari
untuk terapi
1. Pasien dan keluarga
bagaimana
penyakit
dan
hal
ini
menyatakan
berhubungan
pemahaman tentang
anatomi dan fisiologi ,
penyakit,
dengan cara yang tepat
kondisi,
prognosis
dan c. Gambarkan
program pengobatan 2. Pasien dan keluarga mampu
tanda
dan
gejala yang biasa muncul pada
penyakit,
dengan
cara yang tepat
melaksanakan prosedur
dengan
yang
d. Gambarkan di
jelaskan secara benar
proses
penyakit , dengan cara yang tepat
3. Pasien dan keluarga e. Identivikasi kemungkinan mampu menjelaskan
penyebab, dengan
kembali apa yang di
yang tepat
jelaskan tim lainnya
cara
perawat / f. Sediakan informasi pada kesehatan
pasien tentang
kondisi,
dengan cara yang tepat g. Hindaro
jaminan
yang
kosong h. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan i. Dukung
pasien
mengeksplorasi mendapatkan
untuk atau second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
7
Ansietas
b/d Setelah
di
faktor
tindakan
fisiologis: status
selama..24
hipermetabolik
menunjukan
lakukan Anxiety
Reducation
(
keperawatan penurunan kecemasan ) jam
klien a. Gunakan sikap
kontrol emosi
pendekatan
yang menenangkan b. Nyatanya
jelas
harapan terhadap pelaku
Kriteria Hasil :
1. Klien
dengan
mampu
mengidentifikasi
pasien c. Jelaskan semua prosedur
dan
dan apa yang di rasakan
mengungkapkan
selama prosedur
gejala cemas
d. Pahami prespektif pasien
2. Mengidentifikasi,
terhadap situasi stress
mengungkapkan dan e. Temani menunjukan untuk
teknik
mengontrol
cemas 3. Vital
memberikan
untuk
keamanan
dan mengurangi takut f. Dorong keluarga untuk
sign
dalam
batas normal 4. Postur
menemani anak g. Lakukan back / neck rub
tubuh, h. Dengarkan dengan penuh
ekspresi bahasa
pasien
wajah, tubuh
tingkat
dan i. Identifikasi
aktivitas
menunjukan
perhatian tingkat
kecemasan j. Bantu pasien mengenal
berkurangnya
situasi
kecemasan
menimbulkan kecemasan k. Dorong
yang
pasien
untuk
mengungkapkan perasaan, persepsi
ketakutan,
l. Instruksikan menggunakan
pasien teknik
relaksasi m. Berikan
obat
untuk
mengurangi kecemasan
4.
Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,2012. Konsep dan penulisan asuhan keperawatan, Yogyakarta:Graha ilmu)
5.
Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien (Potter, Perry,2009. Fundamental of nursing 7 th edition). Tahapan – tahapan evaluasi terdiri dari: a. Mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi b. Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar telah terpenuhi. c. Menginterpretasi dan meringkas data. d. Mendokumentasikan temuan dan setiap pertimbangan klinis e. Mengehentikan, meneruskan, atau merevisi rencana perawatan.(Potter & Perry,2009)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2003. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Johnson,
M., et
all. 2000. Nursing
Outcomes
Classification
(NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River Kozier, B., Erb, G., Berman, A.and Shirlee J. Snyde, alih bahasa Pamilih Eko Karyuni, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII Volume 1. Jakarta : EGC. Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC. Sudoyo, Aru. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
View more...
Comments