Laporan Pendahuluan CA. Colon
February 20, 2017 | Author: Loeb Qulub | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Pendahuluan CA. Colon...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN CA. COLON
I. KONSEP DASAR A. DEFINISI Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI,2008 : 268). Sedangkan Kanker adalah suatu penyakit yang di tandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177). Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari kolon. Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya( Brunner and Suddarth ,2001: 810 ) Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat di sekitar kolon (usus besar).
B. ETIOLOGI Penyebab dari kanker kolon antara lainnya : 1) Diet Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak trutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus besar. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dlam usus besar. Beberapa kelommpok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran & buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day Adventists). Makanan yang harus di hindari :
Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak, daging atau ikan goreng panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di saring). Makanan yang harus di konsumsi Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir padi yang utuh, cairan cukup terutama air. 2) Kelainan kolon Adenoma di kolon
: degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis
: polip di usus mengalami degenerasi maligna karsinoma.
Kondisi ulserative
: penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinoma kolon.
3) Genetik Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat.
C. PATOFISIOLOGI 1) Anatomi fisiologi kolon Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang transverse), kolon menurun (descending), sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintng sering di sebut dengan “kolon kanan”, sedangkan bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” .
2)
Perubhan patologi Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain di antaranya :
Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang, Otak. Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limfa dan sistem sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor di lakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor di hilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
D.
KLASIFIKASI Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut: A: Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis. B1: kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa. B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria. C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari lima
buah. D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas dan tidak dapat di operasi lagi.
E. KOMPLIKASI Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk : ·
Perforasi usus besar yang di sebabkan peritonitis
·
Pembentukn abses Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan perdarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada di sekitarnya (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
F. MANIFESTASI KLINIS KANKER KOLON Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi. 1. Kanker kolon kanan Isi kolon berupa cairan, cenderung teteap tersamar hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus besar dan feses
masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadangkadang pada epigatrium. 2. Kanker kolon kiri dan rectum Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses bisa kecil dan berbentuk pita. Baik mucus maupun darah segar sering terihat pada feses. Dapat terjadi anemia karena kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenairadiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejalagejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkapsetelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
G. STADIUM KLINIS Tabel : stadium pada ca. Kolon yang di temukan dengan system TMN
STADIUM
TINGKAT PENYEBARAN
TIS
Carsinoma in situ
T1
Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2
Sudah mengenai otot dinding
T3
Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4
Sama dengan T3 dengan fistula
N
Limfonodus terkena
M
Ada metastasis
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1) Endoskopi Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2) Radiologis Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy. 3) Computer Tomografi (CT) Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. 4) Histopatologi Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel. ·5) Laboratorium Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen. ·6) Ultrasonografi (USG) Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut ; a. Pembedahan (operasi) Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. b. Penyinaran (Radioterapi) Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor,
merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan. c. Kemotherapy Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus. d. Kolostomi Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah. Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis Kolostomi. 1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya: a. Sementara Indikasi untuk kolostomi sementara : 1). Hirschprung disease 2). Luka tusuk atau luka tembak 3). Atresia ani letak tinggi 4).
Untuk
mempertahankan
kelangsungan
anastomosis
distal
usus
setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus). 5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan tindakan operasi anastomosis. b. Permanen Indikasi untuk kolostomi permanen : Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi reseksi-anastomosis usus.
2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya : Colostoy Asendens
Lokasi
Colon Asendens
Colostomy
Colostomi
Transversal
Desendens
Colon
Colon Desendens
Tansversum Konsistensi
Cair atau lunak
Lunak
Padat
Mudah terjadi,
Mungkin terjadi
Kadang terjadi
karena kontak
karena lembab
dengan enzim
terus menerus
feses Iritasi kulit
pencernaan Komplikasi
Striktur atau retraksi stoma
3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan : a. Single Barreled Colostomy b. Double Barreled Colostomy c.
Loop Colostomy
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari 1.000 cc/hari minimal. b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji. c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah. d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang berat. e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri pada anus. f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak. g) Pola mekanisme koping dan
toleransi terhadap penyakit. Koping yang
digunakan dan alternatif pemecahan masalah
2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia, lingkungan terapeutik yang terbatas misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis. b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah c. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi) d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon. g. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi.
3. Intervensi Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Tujuan dari
Rencana
keperawatan
kriteria hasil
Tindakan
Perubahan proses
Tujuan :
piker
-
Rasional
Orientasikan
R : karena pasien telah
meningkatkan
kembali pasien
meningkat kesadarannya,
berhubungan
tingkat kesadarn.
secara terus-
maka dukungan dan
dengan gangguan
Criteria hasil:
menerus setelah
jaminan akan membantu
aktivitas dan
pasien mampu
keluar dari
menghilangkan ansietas.
kerja kognitif
mengenali
pengaruh anastesi
(misalnya, pikiran keterbatasan diri
; nyatakan bahwa
sadar, orientasi
dan mencari
operasi telah
realita,
sumber bantuan
selesai dilakukan
pemecahan
sesuai kebutuhan.
masalah, dan
-
Bicara dengan
R : tidak dapat di
penilaian yang
pasien dengan
tentukan kapan pasien
terjadi pada
suara yang jelas
akan sadar penuh, namun
individu)
dan normal tanpa
sensori pendengaran
membentak, sadar
merupakan kemampuan
penuh akan apa
yang pertama kali akan
yang di ucapkan
pulih
Gunakan
R : berikan keamanan
bantalan pada tepi
bagi pasien selama tahap
tempat tidur,
darurat, mencegah
lakukan
terjadinya cedera pada
pengikatan jika
kepala dan ekstermits
diperlukan
bila pasien melakukan
-
perlawanan selama masa disorientasi
2.
Kekurangan
Tujuan :
- Ukur dan catat
R : dokumentasi yang
volume cairan
keseimbangan
pemasukan dan
akurat akan membantu
berhubungan
cairan tubuh
pengeluaran.
dalam mengidentifikasi
dengan
adekuat
Tinjau ulang
pengeluaran
pembatasan
Criteria hasil :
catatan intra
cairan/kebutuhan
pemasukan cairan
tidak ada tanda-
operasi.
penggantian dan pilihan
tubuh secara oral
tanda dehidrasi
yang mempengaruhi
(tanda-tanda vital
intervensi
stabil, kualitas denyut nadi baik, - Kaji pengeluaran
R : mungkin akan terjadi
turgor kulit
urinarius,
penurunan ataupun
normal, membrane
terutama untuk
penghilangan setelah
mukosa lembab
tipe prosedur
prosedur pada sistem
dan pengeluaran
operasi yang di
genitourinarius dan
urine yang sesuai)
lakukan
struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius
-
Pantau tandatanda vital
R : hipotensi, takikardi, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan
- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
R : kulit yang dingin/lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan di butuhkan untuk penggantian cairan tumbuhan.
3.
Nyeri
Tujuan : pasien
- Evaluasi rasa sakit R : sediakan informasi
berhubungan
mengatakan bahwa secara reguler,
mengenai
dengan insisi
rasa nyeri telah
catat karakteristik, kebutuhan/efektivitas
pembedahan,
terkontrol atau
lokasi dan
trauma
hilang.
intensiltas (0-10)
musculoskeletal
Criteria hasil : pasien tampak
- Kaji tanda-tanda
intervensi
R : dapat
rileks, dapat
vital, perhatikan
mengindikasikan rasa
beristirahat / tidur
takikardi,
sakit akut dan
dan melakukan
hipertensi dan
keidaknyamanan
pergerakan yang
peningkatan
berarti sesuai
pernapasan,
toleransi.
bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
- Berikan
R : pahami penyebab
iinformasikan
ketidaknyamanan ,
mengenai sifat
sedangkan jaminan
ketidaknyamanan,
emosional
sesuai kebutuhan
- Observasi efek analgetik
R : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek-efek sinergestik dengan zatzat anastesi.
4.
Kerusakan
Tujuan : mencapai- Kaji kulit dan
R : mengetahui sejauh
integritas kulit
penyembuhan luka
identifikasi pada
mana perkembangan
berhubungan
pada waktu yang
tahap
luka mempermudah
dengan
sesuai.
perkembangan
dalam melakukan
perubahan
Criteria hasil :
luka
tindakan yang tepat.
keadaan kulit
-
tidak ada tanda-
yang tidak di
tanda infeksi
inginkan
seperti pus -
luka bersih tidak lembab dan
- Kaji lokasi,
R : mengindentifikasi
ukuran, warna,
tingkat keparahan luka
bau, serta jumlah
akan mempermudah
dan tipe cairan
intervensi.
tidak kotor -
luka
tanda-tanda vital dalam batas -
Pantau
R : suhu tubuh yang
normal atau dapat
peningkatan suhu
meningkat dapat
di toleransi.
tubuh
diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan
- Jika pemulihan
R : agar benda asing atau
tidak terjadi
jaringan terinfeksi tidak
kolaborasi
menyebar luas pada area
tindakan lanjutan,
kulit normal lainnya.
misalnya debridement.
-
Setelah
R : balutan dapat di ganti
debridement,
satu atau dua kali sehari
ganti balutan
tergantung kondisi
sesuai dengan
parah/tidaknya luka, agar
kebutuhan.
tidak terjadi infeksi
- Kolaborasi
R : antibiotik berguna
pemberian
untuk mematikan
antibiotik sesuai
mikroorganisme patogen
indikasi
pada daerah yang beresiko terjadi infeksi
5.
Perubahan nutrisi
Tujuan : klien -
Kaji sejauh mana
R : menganalisa
kurang dari
mampu
ketidakadekuatan
penyebab melaksanakan
kebutuhan tubuh
mempertahankan
nutrisi pasien
intervensi.
berhubungan
& meningkatkan
dengan mual /
intake nutrisi.
Timbang berat
R : mengawasi
muntah
Criteria hasil :
badan sesuai
kefektifan secara diet
-
-
klien akan
indikasi
memperlihatkan perilaku
-
mempertahankan
Anjurkan makan
R : tidak memberi rasa
sedikit tapi sering
bosan dan pemasukan
atau meningkatkan
nutrisi dapat di
berat badan
tingkatkan
dengan nilai
-
-
-
Tawarkan minum R : dapat mengurangi
laboratorium
saat makan bila
mual dan menghilangkan
normal.
toleran
gas.
dan mengikuti -
Kolaborasi
R : Menstimulasi nafsu
anjuran diet
dengan ahli gizi
makan dan
pemberian
mempertahankan intake
makanan yang
nutrisi yang adekuat.
Klien mengrti
Tidak ada mual / muntah.
bervariasi 6.
Konstipasi
Tujuan : pola
berhubungan
kaji warna dan
R : penting untuk
eliminasi dalam
konsistensi feses,
menilai keefektifan
dengan
rentang yang di
frekuensi,
intervensi, dan
penurunan
harapkan : feses
keluarnya flatus,
memudahkan rencana
frekuensi
lembut dan
bising usus dan
selanjutnya.
defekasi yang
berbentuk.
nyeri tekan
normal pada
Criteria hasil
abdomen
R : keadaan ini dapat
pantau tanda
menjadi penyebab
seseorang di
-
klien akan
-
-
sertai dengan
menunjukkan
gejala rupture
kelemahan otot abdomen
kesulitan
pengetahuan akan
usus.
dan penurunan peristaltik
keluarnya feses
program defekasi
usus, yang dapat
yang tidak
yang di butuhkan
menebabkan konstipasi.
melaporkan
R : mengetahui dengan
lengkap atau
-
keluarnya feses
keluarnya feses -
Kaji faktor
jelas faktor penyebab
yang keras dan
dengan
penyebab
memudahkan pilihan
kering
berkurangnya
konstipasi
intervensi yang tepat
nyeri dan mengejan 7.
Ansietas
Tujuan : ansietas-
Kaji dan
R : memudahkan
berhubungan
berkurang atau
dokumentasikan
intervensi
dengan perasaan
terkontrol.
tingkat
ketidaknyamanan
Criteria hasil :
kecemasan
yang tidak mudah-
klien mampu
pasien.
atau dread yang
merencanakan
di sertai dengan
stategi koping -
Kaji mekanisme
R : mempertahankan
respons
untuk situasi yang
koping yang di
mekanisme koping
autonomis
membuat stress.
gunakan pasien
adaftif, meningkatkan
untuk mengatasi
kemampuan mengontrol
ansietas di masa
ansietas
- Klien mampu mempertahankan
penampilan peran
lalu
- Klien melaporkan tidak ada
-
-
Lakukan
gangguan persepsi
pendekatan dan
sensori
berikan motivasi
Klien melaporkan
kepada pasien
R : pendekatan dan
tidak ada
untuk
motivasi membantu
manisfestasi
mengungkapkan
pasien untuk
kecemasan secara
pikiran dan
mengeksternalisasikan
fisik.
perasaan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata. Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
FESES TETAP
DIIT SERAT,KONSUMSI PENCAHAR, MINUM
RESIKO INFEKSI
KONSTIPASI
GAS
KOLOSTOMI
KEMBUNG
KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
PECAH
BAB BERCAMPUR
RESIKO DEFISIT VOLUME
PATHWAY FAKTOR STADIUM I STADIUM II
DIIT TINGGI LEMAK-ALKOHOLIK
View more...
Comments