Laporan Pendahuluan Buerger Dessease
August 19, 2017 | Author: Ariez-nurantika Capucino | Category: N/A
Short Description
lp...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN “BEURGER DESSEASE” DI RUANG EDELWEIS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Disusun Oleh: Aris 113116008
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP TAHUN AKADEMIK 2016/2017
A. Definisi Cheryl, L. et al. (2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai peradangan nonatherosklerotik, keadaan bendungan yang menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan, menyebabkan lesi segmental dan pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang, kadang-kadang pada vena. Penyakit ini mempunyai insiden terbanyak pada laki-laki muda dengan riwayat pengguna tembakau. Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok. Berdasarkan studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit Buerger dibandingkan dengan siapapun. Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari pembuluh darah yang paling sering ditemukan pada perokok pria yang berusia pertengahan. Sering ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam jarang terkena. Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang pada alat-alat dalam. Penyakit Tromboangitis Obliterans
merupakan
kelainan
yang
mengawali terjadinya obstruksi pada pembuluh darah tangan dan kaki. Pembuluh darah mengalami konstriksi atau obstruksi sebagian yang dikarenakan oleh inflamasi dan bekuan sehingga mengurangi aliran darah ke jaringan. B. Etiologi Penyebabnya tidak jelas, tetapi biasanya tidak ada faktor familial serta tidak ada hubungannya dengan penyakit Diabetes Mellitus. Penderita penyakit ini umumnya perokok berat karena kemungkinan adanya reaksi hipersensitifitas terhadap nikotin yang kebanyakan mulai merokok pada usia muda, kadang pada usia sekolah. Penghentian kebiasaan merokok memberikan perbaikan pada penyakit ini.Walaupun penyebab penyakit Buerger belum diketahui, suatu hubungan yang erat dengan penggunaan tembakau tidak dapat disangkal. Penggunaan maupun dampak dari tembakau berperan penting dalam mengawali serta berkembangnya penyakit tersebut. Hampir sama dengan penyakit autoimune lainnya,
Tromboangitis Obliterans dapat memiliki sebuah predisposisi genetik tanpa penyebab mutasi gen secara langsung. Sebagian besar peneliti mencurigai bahwa penyakit imun adalah suatu endarteritis yang dimediasi sistem imun. Selain penyakit sistem imun diduga ada hubungan dengan penyakit Raynauld. C. Klasifikasi 1. Sumbatan arteri trombotik a.
Arteri yang sakit 1) 2) 3)
b.
ASO TAO arteritides
Arteri normal 1) Keadaan hiperkoagulasi a) Kelainan mielopro literatif b) Penyakit usus ulseratif c) Trombosis arteri sederhana idiopatik 2) Trauma kontusio atau rusaknya arteri yang parah 3) Diseksi aorta
2.
Sumbatan arteri embolik a. Arteri besar, sedang, dan kecil bisa disumbat oleh emboli yang muncul dari : 1) Jantung a) Penyakit jantung reumatik. b) IMA c) Payah jantung dari semua sebab. d) Endokardtis infeksiosa. e) Miksoma artirum kiri. 2) Arteri kecil dan arteriola bisa disumbat oleh debris ateromatosa dari plak ateromatosa proksmal atau trombus mural dalam aneursma arteri (embolisasi ateromatosa atau kolesterol)
3.
Jenis lain dari siumbatan arteri akut: a. Spasme arteri, sekunder terhadap: 1) Ergotisme 2) DOB (4 bromo-2,5dimetoksiamfetamin), obat ”jalanan” 3) Trauma tumpul 4) Suntikan intra arteri b.
Benda asing 1) Kawat pembimbing dan kateter. 2) Embolisme bullient
D. Patofisiologi Mekanisme penyebaran penyakit Buerger sebenarnya belum jelas, tetapi beberapa penelitian telah mengindikasikan suatu implikasi fenomena imunologi yang mengawali tidak berfungsinya pembuluh darah dan wilayah sekitar thrombus. Pasien dengan penyakit ini memperlihatkan hipersensitivitas pada injeksi intradermal ekstrak tembakau, mengalami peningkatan sel yang sangat sensitive pada kolagen tipe I dan III, meningkatkan serum titer anti endothelial antibody sel , dan merusak endothel terikat vasorelaksasi pembuluh darah perifer. Meningkatkan prevalensi dari HLA-A9, HLA-A54, dan HLA-B5 yang dipantau pada pasien ini, yang diduga secara genetic memiliki penyakit ini. Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan patologis : (a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis (b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang yang berkembang menjadi osteomielitis (c) terjadi kontraktur dan atrofi (d) kulit menjadi atrofi (e) fibrosis perineural dan perivaskular (f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari. E. Pathways
Faktor Imunologi
Faktor Genetik
Gaya Hidup: merokok
Iskemi Pembuluh darah
Otot menjadi atrofi
Tulang mengalami osteoporosis
Kelemahan Hambatanotot Mobilitas Fisik
Gangren
Kerusakan Nyeri Integritas
F. Tanda dan Gejala 1. Rasa Nyeri a) Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan merasa nyeri pada ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala tersebut biasanya progresif. b) Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih hebat pada waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi dan gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan berkurang bila direndahkan. c) Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga terganggu, akan ada perasaan hipererestesia. 2. Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya menghilang. 3. Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit. 4. Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi. 5. Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma. Gangren biasanya unilateral dan terdapat pada ujung jari. 6. Tromboflebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang. G. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat : a) Tanda – tanda osteoporosis tulang – tulang. b) Tanda – tanda klasifikasi arteri 2. Arteriografi Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis obliteran’s yaitu bersifat segmental, artinya sumbatan terdapat pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang tersumbat itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi kolateralisasi. 3. Pemeriksaan Doppler Dapat
membantu
mengetahui
kecepatan
aliran
darah
dalam
pembuluh.Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging (MRI) Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
4. Angiografi Tujuan dari angiografi yaitu untuk mengkonfirmasi adanya bendungan 5. Pemeriksaan fisik Pengkajian fisik vaskuler; membandingkan tekanan darah systolic pada lengan dan ankle mungkin dilakukan sebelum dan setelah latihan/olah raga. (Normalnya, tekanan sytolik sama. Pada penyakit atherosklerotik, tekanan di bawah area bendungan kurang dari tekanan di lengan). H. Penatalaksanaan 1. Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus berhenti merokok. 2. Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi: a) Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik LI dan LIII (LI – LIV).Tindakan ini masih kontroversi. b) Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu. 3. Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan darah menuju arteri-arteri. 4. Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio intermiten ialah dengan jangan banyak jalan. 5. Pencegahan dan pengobatan terhadap ulserasi/ gangren dengan cara: a) Mencegah trauma /infeksi penting untuk memelihara kebersihan kaki. b) Direndam dengan larutan permanganat kallikus 1/5000 selama 20 menit setiap hari. c) Antibiotik. 6. Pengobatan spesifik. Dari pengobatan spesifik yang telah ditemukan belum ada yang diterima secara luas, walaupun antikoagulan, dekstran, fenilbutazon, piridinolkarbanat, inositol niasinat dan steroid direkomendasikan.
Lebih baru lagi dikatakan terapi dengan prostaglandin (PGA1 ) dan defibrotide sama baiknya dengan zat pencegah agregasi platelete. Iskemia
tangan
yang
berat
akibat
trombosis
akut
pada
tromboangitis obliterans, secara dramatis membaik dengan infus Urokinase intra arteri yang dilanjutkan dengan angioplasty dengan kateter
balon.
Pada
pembuluh
darah
kecil
dan
pemberian
antikoagulasi. 7. Lakukanlah perawatan lebih awal dan secara agresif pada lula-luka ektremis untuk menghindari infeksi 8. Penderita dengan gangren, luka-luka atau nyeri ketika beristirahat, perlu menjalani tirah baring. 9. Penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang memiliki bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang terbuat dari karet. Penderita juga harus menghindari: a) Pemaparan terhadap dingin b) Cedera karena panas, dingin atau bahan (seperti iodine atau asam) yang c) digunakan untuk mengobati kutil dan kapalan d) Cedera karena sepatu yang longgar/sempit atau pembedahan minor e) Infeksi jamur f) Obat-obat yang dapat mempersempit pembuluh darah.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fokus pengkajian mendapat
suplai
keperawatan
darah
dari
pada
pembuluh
area
yang
darah
yang
mengalami penyumbatan. Pada pengkajian keperawatan didapat adanya keluhan kram pada kaki (terutama di telapak)
atau
intermiten)
yang
tungkai dapat
sehabis
latihan
dihilangkan
(klaudikasi
dengan
istirahat
terkadang rasa nyeri semakin parah akibat gangguan emosi, merokok atau kedinginan.
Nyeri adalah gejala utama pada penyakit buerger. Keluhan nyeri pada istirahat, perasaan terbakar, atau sensitif terhadap dingin mungkin merupakan gejala awal. Nyeri istirahat terjadi terus menerus. Sifat nyeri berubah meskipun pada saat istirahat yang dilanjutkan dengan berbagai jenis parestesia dan perubahan pada denyut nadi melemah atau menghilang. Pada pengkajian fisik klien yang sudah masuk fase kronis sering di dapatkan adanya kerusakan integritas kulit seperti ulkus dan luka gangren dan bersifat lokal. B. Diagnosa 1. Nyeri yang berhubungan dengan penurunan suplai darah
ke
jaringan
sekunder
pembuluh darah perifer. 2. Kerusakan integritas jaringan
dari yang
adanya
oklusi
berhubungan
dengan adanya ulkus dan gangren ekstremitas sekunder akibat terhentinya aliran darah ke ekstremitas. 3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan nyeri 4.
dan kram pada kaki. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan.
C. Intervensi
Dx 1 : Nyeri yang berhubungan dengan suplai darah ke jaringan sekunder dari adanya oklusi pembuluh darah perifer. Tujuan : dalam waktu 1x24 jam terdapat penurunan dari ekstremitas. Kriteria Hasil : secara subjektif klient mengatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal dan wajah rileks. INTERVENSI
RASIONAL
Cacat
karakteristik,
intensitas, penyebarannya. Lakukan
lokasi, Variasi
lama
penampilan
dan
perilaku
dan klien karena nyeri terjadi sebagai
temuan pengkajian. manajemen Posisi fisiologis akan meningkatkan
keperawatan. 1. Atur posisi fisiologis 2. Istirahatkan klien
asupan oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia. Istirahat akan
menurunkan
kebutuhan oksigen jaringan perifer sehingga
akan
kebutuhan
menurunkan
jaringan
membutuhkan
yang
oksigen
untuk
menurunkan iskemia. 3. Manajemen lingkungan : Lingkungan tenang lingkungan
tenang
batasi pengunjung.
dan menurunkan eksternal
stimulus dan
pengunjung meningkatan ruangan
akan
yang
nyeri
pembatasan
akan
membantu
kondisi akan
oksigen berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. 4. Ajarkan tekhnik relaksasi Meningkatkan asupan pernafasan dalam
oksigen
sehingga akan menurunkan nyeri
sekunder dan dari iskemia jaringan. 5. Ajarkan tekhnik distraksi Distraksi ( pengalihan perhatian ) apada saat nyeri
dapat menurunkan stimulus internal dengan produksi
mekanisme endorfin
peningkatan
dan
enkefalin
yang dapat memblok reseftor nyeri untuk tidak di kirimkan ke korteks serebri 6. Lakukan sentuhan
sehingga
persepsi nyeri. manajemen Manajemen sentuhan
menurunkan pada
saat
nyeri berupa sentuhan dukungan
psikologis
dapat
membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah serta dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri
dan
menurunkan
sensasi
nyeri. pemberian Analgetik akan menurunkan sensasi
Kolaborasi analgetik
nyeri dengan menghambat stimulus nyeri
agar
jangan
sampai
di
kirimkan ke korteks serebri.
Dx 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gangren pada ekstermitas sekunder dari terhentinya aliran darah ke ekstremitas. Tujuan : 7 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal. Kriteria Hasil : pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup. INTERVENSI RASIONAL Kaji kerusakan jaringan Menjadi data dasar untuk memberikan lunak
yang
terjadi
pada informasi intervensi perawatan luka,
klien.
alat apa yang digunakan dan jenis
Lakukan perawatan luka :
larutan apa yang akan digunakan Perawatan luka dengan teknik steril
1. Lakukan tekhnik steril
dengan dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka.
2. Kaji
keadaan
luka Manajemen
dengan
membuka
luka
dengan
teknik menguyur larutan NaCl ke kasa dapat
membuka
balutan mengurangi
stimulus
nyeri
mengurangi
stimulus menghindari
nyeri,
bila
melekat pada luka ulkus akibat kasa yang kering
perban
diguyur karena ikut mengering bersama pus
kuat
terjadinya
dan
perdarahan
dengan NaCl yang diserap kasa juga ikut mengering. 3. Lakukan pembilasan Teknik membuang jaringan dan kuman luka dari arah dalam diarea luka diharapkan keluar dari area ke luar dengan cairan luka NaCl 4. Tutup
luka
kasa
dengan NaCl merupakan larutan fisiologis yang
steril
dikompres
atau lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan di dengan bandingkan dengan larutan antiseptik
NaCl dan antibiotik
serta
dengan
antibiotik
dicampur
dapat
dengan
mempercepat
penyembuhan luka akibat infeksi dari osteomelitis nekrotomi Jaringan nekrotik dapat menghambat
5. Lakukan pada
jaringan
yang proses penyembuhan luka
sudah mati 6. Rawat luka setiap hari Memberikan rasa nyaman pada klien atau
setiap
pemblut kotor 7. Evaluasi
kali dan dapat membantu meningkatkan
basah
atau pertumbuhan jaringan luka
pembebat Pemasangan perban elastis yang terlalu
terhadap
resolusi kuat dapat menyebabkan edema pada
edema
daerah distal dan juga menambah rasa nyeri pada klien.
Evaluasi kerusakan, perkembangan, pertumbuhan
Adanya waktu selama 7x24 jam dalam dan melakukan
jaringan. osteomielitis
perawatan menjadi
luka
klien
tolak
ukur
Lakukan
perubahan keberhasilan dan intervensi yang di
intervensi waktu tidak
bila
yang ada
setelah berikan. Apabila masih belum mencapai ditetapkan kriteria evaluasi, maka sebaiknya perlu
perkembangan dikaji
ulang
faktor-faktor
pertumbuhan jaringan yang menghambat optimal
apa
pertumbuhan
yang luka
jaringan.
Dx 3 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan kram pada kaki Tujuan
: Aktivitas klien mengalami peningkatan
Kriteria Hasil : Dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan. Klien tidak mengeluh pusing, alat dan sarana untuk memenuhi aktivitas tersedia dan mudah klien jangkau. TTV dalam batas normal, CRT < 3 detik, urine > 600 ml/hari INTERVENSI RASIONAL Catat frekuensi dan irama Respons klien terhadap jantung, tekanan
serta darah
perubahan dapat selama
sesudah aktivitas. Tingkatkan istirahat,
mengindikasikan
aktivitas respons
dan nyeri yang parah batasi Menurunkan
kerja
kebutuhan
aktivitas, dan berikan aktivitas oksigen jaringan senggang yang tidak berat. Jelaskan pola peningkatan Aktivitas yang maju memberikan bertahap dari tingak aktivitas, kontrol
jantung,
meningkatkan
contoh : bangun dari kursi bila regangan, dan mencegah aktivitas tak ada nyeri, ambulasi, dan berlebih istirahat selama 1jam setelah makan.
Dx 4 : Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman, atau perubahan kesehatan
Tujuan
: Kecemasan klien berkurang
Kriteria
Hasil
:
Dalam
waktu
1x24
jam
kecemasan
klien
berkurang, klien menyatakan kemcemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan, serta wajah rileks. Bantu
INTERVENSI RASIONAL klien mengekspresikan Cemas berkelanjutan memberikan
perasaan
marah,
kehilangan dampak
serangan
jantung
dan takut. selanjutnya Kaji tanda verbal dan nonvebal Reaksi verbal atau nonverbal dapat kecemasan, dampingi klien dan menunjukan rasa agitasi, marah lakukan
tindakan
bila
klien dan gelisah
menunjukan perilaku merusak Mulai melakukan tindakan Mengurangi rangsangan eksternal untuk mengurangi kecemasan. yang tidak perlu Beri
lingkungan
yang
tenang
dan suasana penuh istirahat Beri kesempatan kepada klien Dapat menghilangkan ketegangan untuk
mengugkapkan terhadap kekhawatiran yang tidak
ansietasnya Kolaborasi dokter
:
diekspresikam berikan Meningkatkan
anticemas sesuai indikasi
relaksasi
menurunkan kecemasan
dan
DAFTAR PUSTAKA Baughman,Diane C.2000. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC. Judith M.Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta:EGC. Jennifer P. Kowalak, William Welsh, Brenna Mayer. 2001. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC. Tim Penerjemah EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
View more...
Comments