Laporan Pendahuluan Bronkopneumonia NANDA NIC NOC

May 18, 2018 | Author: ega lestari | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

lp bp nanda nicnoc...

Description

Laporan Pendahuluan Bronkopneumonia NANDA NIC NOC LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA 

KONSEP MEDIS

 A.

PENGERTIAN

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran  berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572) Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris. Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998) Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B.

ETIOLOGI

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. setempat. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 6 82) antara lain: 1.

Bakteri

2.  Virus

: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella. : Legionella pneumoniae

3.

Jamur

: Aspergillus spesies, Candida albicans

4.  Aspirasi makanan, sekresi sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru 5.

Terjadi karena kongesti paru yang lama.

C.

PATHOFISIOLOGI

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut: 1.

Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.

2.

Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soeparman, 1991)

PATHWAY 

Bakteri Stafilokokus aureus Bakteri Haemofilus influezae

  

Penderita akit berat yang dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh Kontaminasi peralatan RS

D.

MANIFESTASII KLINIS MANIFESTAS

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, Takipnea,  bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi, konsolidasi, krekels dan ronchi (Barbara C. long, 1996 :435)

E.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara: eriksaan Laboratorium 

Pemeriksaan darah Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)



Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)



 Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)



Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia



Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

2.

Pemeriksaan Radiologi



Rontgenogram Thoraks Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435)



Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)

F.

KOMPLIKASI

a.  Atelektasis

:Pengembangan paru yang tidak sempurna. sempurna.

 b. Emfisema

: Terdapatnya pus pada rongga pleura.

c.  Abses paru

:pengumpulan pus pada jaringan jaringan paru yang meradang.

d. Infeksi sistomik e.

Endokarditis

:peradangan pada endokardium.

f.

Meningitis

: Peradangan pada selaput otak.

G.

PENATALAKSANAAN

a.  Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.  b. Terapi oksigen (O2) c.

Nebulizer, untuk mengencerkandahak mengencerkandahak yang kental dan pemberian pemberian bronkodilator.

d. Istirahat yang cukup e.

Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/ hari atau

tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN. 1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.

1) Identitas. 2) Riwayat Keperawatan. a.

Keluhan utama.

klien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja  berdarah dengan atau tanpa lendir, lendir, anoreksia dan muntah.  b. Riwayat penyakit sekarang. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama  beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. c.

Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun. d. Riwayat kesehatan keluarga.  Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya. e.

Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga perokok. f.

Imunisasi.

 Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan. h. Nutrisi. Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP). 3) Pemeriksaan persistem. a.

Sistem kardiovaskuler.

Takikardi, iritability.  b. Sistem pernapasan.

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan klien sulit bernapas, pernapasan cuping hdidung, ronki,  wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek. c.

Sistem pencernaan.

klien malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde. d. Sistem eliminasi. klien menderita diare, atau dehidrasi, e.

Sistem saraf.

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung. f.

Sistem lokomotor/m lokomotor/muskuloskeletal. uskuloskeletal.

Tonus otot menurun, lemah secara umum, g. Sistem endokrin. Tidak ada kelainan. h. Sistem integumen. Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit kering, . i.

Sistem penginderaan.

Tidak ada kelainan.

4) Pemeriksaan diagnostik dan hasil. Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 - 40.000 / m  dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat : 

Komplikasi seperti empiema, atelektasis, perikarditis, pleuritis, dan OMA.



Luas daerah paru yang terkena.



Evaluasi pengobatan

Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu atau beberapa lobur. Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg. 2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak nafas. 3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis. 5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O 2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan. 6. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau di are. 7. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri patogen

3. RENCANA KEPERAWATAN

NO

1

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NOC

Bersihan Jalan Nafas  NOC: Respiratory status : tidak efektif   berhubungan Ventilation dengan: Respiratory status : Airway Infeksi, disfungsi  patency neuromuskular, Aspiration Control hiperplasia dinding etelah dilakukan tindakan  bronkus, alergi jalan keperawatan selama nafas, asma, trauma …………..pasien Obstruksi jalan nafas : menunjukkan keefektifan

NIC Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning. Berikan O2 ……l/mnt, metode……… Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Lakukan fisioterapi dada jika perlu Keluarkan sekret dengan batuk

2

spasme jalan nafas, sekresi tertahan,  banyaknya  banyaknya mukus, adanya jalan nafas  buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas. S: Dispneu O: Penurunan suara nafas Orthopneu Cyanosis Kelainan suara nafas (rales, wheezing) Kesulitan berbicara Batuk, tidak efekotif atau tidak ada Produksi sputum Gelisah Perubahan frekuensi dan irama nafas Gangguan Pertukaran gas Berhubungan dengan : -ketidakseimbangan  perfusi ventilasi ventilasi -perubahan membran kapiler-alveolar 

 jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang  bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,  bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang  penyebab. Saturasi O2 dalam batas normal Foto thorak dalam batas norma NOC: Respiratory Status : Gas exchange Keseimbangan asam Basa, Elektrolit Respiratory Status : ventilation Vital Sign Status Setelah dilakukan tindakan DS: keperawatan selama …. - sakit kepala ketika Gangguan pertukaran  bangun  pasien teratasi dengan - Dyspnoe - Gangguan penglihatan kriteria hasi: Mendemonstrasikan DO:  peningkatan ventilasi dan - Penurunan CO2 oksigenasi yang adekuat - Takikardi Memelihara kebersihan - Hiperkapnia  paru paru dan bebas dari - Keletihan tanda tanda distress - Iritabilitas  pernafasan - Hypoxia Mendemonstrasikan batuk - kebingungan efektif dan suara nafas yang - sianosis  bersih, tidak ada sianosis -warna kulit abnormal dan dyspneu (mampu (pucat, kehitaman) mengeluarkan sputum, - Hipoksemia mampu bernafas dengan - hiperkarbia mudah, tidak ada pursed - AGD abnormal lips) - pH arteri abnormal -frekuensi dan Tanda tanda vital dalam kedalaman nafas rentang normal AGD dalam batas normal abnormal

atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator : ……………………… ………………………. ……………………… Monitor status hemodinamik  Berikan pelembab udara Kassa  basah NaCl NaCl Lembab Berikan antibiotik : …………………. …………………. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.

NIC : Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada jika  perlu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan Berikan bronkodilator ; -…………………. -…………………. Barikan pelembab udara Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. Monitor respirasi dan status O2 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular supraclavicular dan intercostal Monitor suara nafas, seperti dengkur  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot Auskultasi suara nafas, catat area  penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental

3

Hipertermia Berhubungan dengan :  penyakit/ trauma trauma  peningkatan metabolisme aktivitas yang berlebih dehidrasi

DO/DS: kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal serangan atau konvulsi (kejang) kulit kemerahan  pertambahan  pertambahan RR  takikardi Kulit teraba panas/ hangat

4

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan dengan : Ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis,  psikologis atau ekonomi. DS:  Nyeri abdomen abdomen Muntah Kejang perut Rasa penuh tiba-tiba setelah makan DO: Diare

Status neurologis dalam  batas normal normal

Observasi sianosis khususnya membran mukosa Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2, Suction, Inhalasi) Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung

NOC: Thermoregulasi

NIC : Monitor suhu sesering mungkin Monitor warna dan suhu kulit Monitor tekanan darah, nadi dan RR  Monitor penurunan tingkat kesadaran Monitor WBC, Hb, dan Hct Monitor intake dan output Berikan anti piretik: Kelola Antibiotik:……………………….. Selimuti pasien Berikan cairan intravena Kompres pasien pada lipat paha dan aksila Tingkatkan sirkulasi udara Tingkatkan intake cairan dan nutrisi Monitor TD, nadi, suhu, dan RR  Catat adanya fluktuasi tekanan darah Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama………..pasien menunjukkan : Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria hasil: Suhu 36 –  36 –  37C  37C  Nadi dan RR dalam dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman

NOC: a.  Nutritional status: status: Adequacy of nutrient  b.  Nutritional Status : food and Fluid Intake c. Weight Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….nutrisi selama….nutrisi kurang teratasi dengan indikator: Albumin serum Pre albumin serum Hematokrit Hemoglobin Total iron binding capacity Jumlah limfosit

Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor lingkungan selama makan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Monitor turgor kulit Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht

Rontok rambut yang  berlebih Kurang nafsu makan Bising usus berlebih Konjungtiva pucat Denyut nadi lemah

5

Monitor mual dan muntah Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor intake nuntrisi Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama makan Kelola pemberan anti emetik:..... Anjurkan banyak minum Pertahankan Pertahankan terapi IV line Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Intoleransi aktivitas NOC : IC : Berhubungan dengan : Self Care : ADLs Observasi adanya pembatasan Tirah Baring atau Toleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas imobilisasi Konservasi eneergi Kaji adanya faktor yang Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan menyebabkan kelelahan Ketidakseimbangan keperawatan selama …. Monitor nutrisi dan sumber sumber energi antara suplei oksigen Pasien bertoleransi terhadap yang adekuat dengan kebutuhan aktivitas denganKriteria Monitor pasien akan adanya Gaya hidup yang Hasil : kelelahan fisik dan emosi secara dipertahankan. Berpartisipasi dalam  berlebihan DS: aktivitas fisik tanpa disertai Monitor respon kardivaskuler Melaporkan secara  peningkatan tekanan darah, terhadap aktivitas (takikardi, verbal adanya kelelahan nadi dan RR  disritmia, sesak nafas, diaporesis, atau kelemahan. Mampu melakukan  pucat, perubahan perubahan hemodinamik) hemodinamik) Adanya dyspneu atau aktivitas sehari hari (ADLs) Monitor pola tidur dan lamanya ketidaknyamanan saat secara mandiri tidur/istirahat pasien  beraktivitas. Keseimbangan aktivitas Kolaborasikan dengan Tenaga DO : dan istirahat Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran terapi yang tepat. Respon abnormal dari Bantu klien untuk tekanan darah atau nadi mengidentifikasi aktivitas yang terhadap aktifitas mampu dilakukan Perubahan ECG : Bantu untuk memilih aktivitas aritmia, iskemia konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Bantu untuk mendpatkan alat  bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek 

Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai Bantu klien untuk membuat  jadwal latihan diwaktu diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan  penguatan Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

6

Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan: Kehilangan volume cairan secara aktif  Kegagalan mekanisme  pengaturan

DS : Haus DO: Penurunan turgor kulit/lidah Membran mukosa/kulit kering Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi Pengisian vena menurun Perubahan status mental Konsentrasi urine meningkat Temperatur tubuh meningkat Kehilangan berat badan secara tiba-tiba Penurunan urine output HMT meningkat Kelemahan

7

Risiko infeksi

Faktor-faktor Faktor-faktor risiko : Prosedur Infasif  Kerusakan jaringan dan  peningkatan paparan

NOC: Fluid balance Hydration  Nutritional Status : Food and Fluid Intake Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil: Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Orientasi terhadap waktu dan tempat baik  Jumlah dan irama  pernapasan dalam batas normal Elektrolit, Hb, Hmt dalam  batas normal normal  pH urin dalam batas normal Intake oral dan intravena adekuat

IC : Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin, total  protein ) Monitor vital sign setiap 15menit  –  1  1 jam Kolaborasi pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan oral Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –  (50 –  100cc/jam)   100cc/jam) Dorong keluarga untuk membantu  pasien makan makan Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk  Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi Pasang kateter jika perlu Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

NOC : Immune Status Knowledge : Infection control Risk control Setelah dilakukan tindakan

NIC : Pertahankan Pertahankan teknik t eknik aseptif  Batasi pengunjung bila perlu Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Gunakan baju, sarung tangan

lingkungan Malnutrisi Peningkatan paparan lingkungan patogen Imonusupresi Tidak adekuat  pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) Penyakit Penyakit kronik  Imunosupresi Malnutrisi Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)

keperawatan selama…… sebagai alat pelindung  pasien tidak mengalami mengalami Ganti letak IV perifer dan dressing infeksi dengan kriteria sesuai dengan petunjuk umum hasil: Gunakan kateter intermiten untuk Klien bebas dari tanda dan menurunkan infeksi kandung gejala infeksi kencing Menunjukkan kemampuan Tingkatkan intake nutrisi untuk mencegah timbulnya Berikan terapi infeksi antibiotik:................................. Jumlah leukosit dalam Monitor tanda dan gejala infeksi  batas normal normal sistemik dan lokal Menunjukkan perilaku Pertahankan Pertahankan teknik isolasi i solasi k/p hidup sehat Inspeksi kulit dan membran Status imun, mukosa terhadap kemerahan, gastrointestinal,  panas, drainase drainase genitourinaria dalam batas Monitor adanya luka normal Dorong masukan cairan Dorong istirahat Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

DAFTAR PUSTAKA 

Smeltzer, Suzanne.2002. Buku Suzanne.2002.  Buku Ajar Keperawatan Keperawatan Medikal bedah.Vol bedah.Vol 1.Jakarta : EGC Zul Dahlan .2000. Ilmu  Ilmu Penyakit Dalam Edisi Edisi III . Jakarta : Balai penerbit FK FK UL Rcevers,Chalene. J et all.2000. Keperawatan  Keperawatan medical medical Bedah. Bedah. Jakarta: Salemba Medika Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Ji lid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF