Laporan Pendahuluan Blighted Ovum
January 10, 2019 | Author: Eko Pramono | Category: N/A
Short Description
vg...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN BLIGHTED OVUM I. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengahtengah rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum.9,20,21 Uterus pada wanita nulipara dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir dengan ukuran 7,5 x 5 x 2,5 cm. Berat uterus normal lebih kurang 30 gram. Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih kurang 2,5 cm. Hubungan besarnya uterus dengan tuanya usia kehamilan sangat penting diketahui, antara lain untuk membuat diagnosis apakah tersebut hamil fisiologik, atau hamil ganda, atau mengalami hamil molahidatidosa dan sebagainya. Pada kehamilan 28 minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di atas pusat atau sepertiga jarak antara pusat ke prosesus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak antara setengah jarak pusat dan prosesus xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prosesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus xipoideus (Saifuddin, 2002). Uterus terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu corpus uteri dan serviks uteri, dimana kedua bagian tersebut menyatu pada bagian yang disebut ismus. Hampir
seluruh dinding uterus diliputi oleh serosa (peritoneum viseral) kecuali di bagian anterior dan di bawah ostium histologikum uteri internum. Uterus mempunyai tiga lapisan sebagai berikut: 1.1 Lapisan serosa (peritoneum viseral). Di bawahnya terdapat jaringan ikat subserosa; lapisan yang paling padat dan terdapat berbagai macam ligamen yang memfiksasi uterus ke serviks. 1.2 Miometrium; lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas serabut-serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah. Miometrium terdiri atas tiga lapisan, otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Ketebalan miometrium sekitar 15 mm pada uterus perempuan nulipara dewasa. 1.3 Endometrium; lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus. Endometrium terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium mengalami perubahan yang cukup besar selama siklus menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan merupakan tempat tuba Falopii kanan dan kiri masuk ke uterus. II. Konsep Blighted Ovum 2.1 Definisi/deskripsi Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu keadaan kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini kantong kehamilan tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong kuning telur juga tidak terbentuk. Kehamilan ini akan terus dapat berkembang meskipun tanpa ada janin di dalamnya. Blighted ovum ini biasanya pada usia kehamilan 14-16 minggu akan terjadi abortus spontan (Sarwono, 2009). Blighted ovum merupakan kehamilan dimana kantung gestasi memiliki diameter katung lebih dari 20 mm akan tetapi tanpa embrio. Tidak dijumpai pula adanya denyut jantung janin. Blighted ovum cenderung mengarah pada keguguran yang tidak terdeteksi (Manuaba, 2010). Blighted ovum adalah kehamilan di mana sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak ada embrio di dalamnya. Telur dibuahi dan menempel ke dinding uterin, tetapi embrio tidak berkembang. Dalam
pemeriksaan urin diperoleh hasil positif hamil. Hasil pembuahan akan terjadi keguguran saat trimester pertama kehamilan (Hummel, 2005). Dapat disimpulkan Blighted Ovum (BO) merupakan kehamilan tanpa embrio. Dalam kehamilan ini kantung ketuban dan plasenta tetap terbentuk dan berkembang, akan tetapi tidak ada perkembangan janin di dalamnya (kosong). Kehamilan ini akan berkembang seperti kehamilan biasa seperti uterus akan membesar meskipun tanpa ada janin di dalamnya. 2.2 Etiologi Blighted ovum terjadi saat awal kehamilan. Penyebab dari blighted ovum saat ini belum diketahui secara pasti, namun diduga karena beberapa faktor. Faktor-faktor blighted ovum (Dwi, 2013) 2.2.1 Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur. 2.2.2 Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol. 2.2.3 Faktor usia dan paritas. Semakin tua usia istri atau suami dan semakin banyak jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong. 2.2.4 Kelainan genetik 2.2.5 Kebiasaan merokok dan alkohol. 2.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik) Menurut (Sanders, 2007), beberapa tanda dan gejala blighted ovum meliputi: 2.3.1
Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan
menunjukkan hasil positif. Wanita merasakan gejala-gejala hamil, dalam seperti mudah lelah, merasa ada yang lain pada payudara atau mual-mual. 2.3.2 Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih kosong. 2.3.3 Meskipun tidak ada perkembangan embrio, tetapi kadar HCG akan terus diproduksi oleh trofoblas di kantong. 2.3.4 Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan. Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk : 2.3.5 2.3.6 2.3.7
Periode menstruasi terlambat Kram perut Minor vagina atau bercak perdarahan
2.3.8 2.3.9
Tes kehamilan positif pada saat gejala Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan
dimana muncul keluhan perdarahan 2.3.10 Hampir sama dengan kehamilan normal 2.3.11 Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, bertambahnya ukuran rahim yang lambat) 2.3.12
Tidak sengaja ditemukan dengan USG
2.4 Patofisiologi Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/ sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya. Hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormone HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan. 2.5 Pathway (diagram)
Krisis situasi dan maturasi
Ansietas
Cedera fisik
Nyeri akut
2.6 Komplikasi 2.6.1 Robekan serviks yang disebabkan oleh tenakulum. Penanganan: Jika terjadi perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk menghentikan perdarahan. 2.6.2 Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat kuretnya. Penanganan: Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian bedah bila ada indikasi untuk dilakukan laparatomi. 2.6.3 Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa hasil konsepsi perdarahan memanjang. Penanganan: Profilaksis dengan pemberian uterotonika, konsultasi dengan bagian bedah dan kuretase ulang. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat. 2.6.4
Jika terjadi atonia uteri dilakukan penanganan atonia
uteri yaitu memposisikan pasien trendelenburg, memberikan oksigen dan merangsang kontraksi uterus dengan cara masase fundus uteri dan merangsang puting susu, memberikan oksitosin, kompresi bimanual ekternal, kompresi bimanual internal dan kompresi aorta abdominalis. Jika semua tindakan gagal lakukan tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau dengan histerektomi (Sarwono, 2009). 2.6.5
Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan
tanda infeksi lainnya Penanganan: Berikan profilaksis dengan pemberian uterotonika. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat. (Manuaba, 2010). 2.7 Prognosis Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim atau kuretase. Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil dengan normal.
2.8 Penanganan medis Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. 2.8.1
Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak
terjadi kejadian berulang. 2.8.2 Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika kemungkina penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum. Dalam kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala dan perubahan suasana hati, dll. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara langsung, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seiringkali lebih tinggi. Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase. III.
Rencana Asuhan Klien dengan Penyakit Blighted Ovum 3.1 Pengkajian 3.1.1 Identitas 3.1.2 Riwayat penyakit 3.1.2.1 Riwayat kesehatan dahulu Untuk mengetahui apakah klien pernah atau tidak pernah menderita penyakit menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun (DM, HT, asma, dll) serta serta penyakit infeksi seperti TORCH. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan terjadinya blighted ovum. 3.1.2.2 Riwayat kesehatan sekarang Untuk mengetahui bagaimana keadaan kesehatan klien saat ini, apakah klien sedang menderita menular (seperti TBC,
kusta),
penyakit
menurun
(jantung,
Diabetes,hipertensi, asma, dll) serta penyakit infeksi seperti TORCH. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan terjadinya blighted ovum. 3.1.2.3 Riwayat kesehatan keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya/ keluarga suaminya ada atau tidak yang mempunyai penyakit menurun
(seperti
menular(TBC,
DM,
Kusta)
HT, serta
asma, ada
dll),
atau
penyakit
tidak
yang
mempunyai keturunan kembar, bila ada siapa. Perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita keluarga yang dapat 3.1.3
menurunatau
menular
pada
ibu
sehingga
mempengaruhi masa kehamilan. Pemeriksaan fisik 3.1.3.1 Kepala dan Wajah Meliputi keadaan rambut, apakah ada edema pada wajah , warna pada sklera mata,warna konjungtiva. 3.1.3.2 Leher Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesran pembuluh limfe, dan pembesaran vena jugularis. 3.1.3.3 Payudara Mengamati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya, puting susu menonjol atau masuk ke dalam. Adanya kolostrum atau cairan lainnya, misalnnya ulkus, retraksi akibat adanya lesi,masa atau pembesaran pembuluh limfe. 3.1.3.4 Abdomen Terdapat linea nigra, striae uvidae/albican,dan terdapat pembesaran abdomene. 3.1.3.5 Genetalia Apakah terdapat varices pada vulva dan vagina, oedema, condilomatalata,
condylomaacuminata,
pembesaran
kelenjar skene dan bartholini, keputihan dan untuk mengetahui adanya kelainan alat reproduksi 3.1.4 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa blighted ovum adalah dengan USG (Ultrasonografi) menunjukkan kantung kehamilan kosong (Hummel, 2005). Diagnosis pasti bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6 – 7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 mm sehingga bisa terlihat lebih jlas. Dari situ juga
akan tampak adanya kantung kehamilan dan tidak berisi janin. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30mm tidak dijumpai struktur mudigah dan kantong telur. 3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 3.2.1 Diagnosa 1: Ansietas 3.2.1.1 Definisi Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan
antisipasi
terhadap
bahaya.
Perasaan
inimerupakan isyarat kewaspadaan yang memperingati bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. 3.2.1.2 Batasan karakteristik 1) Perilaku Penurunan produktivitas, mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup ,
gerakan
yang
tidak
relevan,
gelisah,
memandang sekilas, mnsomnia, kontak mata buruk, resah, menyelidik dan tidak waspada 2) Afektif Gelisah, kesedihan yang mendalam,
distress,
ketakutan, perasaan tidak adekuat , fokus pada diri sendiri, peningkatan kekhawatiran, iritabilitas, gugup, gembira
berlebihan,
nyeri
dan
peningkatan
ketidakberdayaan yang persisten, marah, menyesal, perasaan takut, ketidakpastian, khawatir. 3) Fisiologis Wajah tegang, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan,
terguncang,
gemetar/tremor,
suara
bergetar. 4) Parasimpatis Nyeri abdomen, penurunan TD, nadi, diare, pingsan, keletihan, mual, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering berkemih. 5) Simpatis Anoreksia, mulut kering, wajah kemerahan, jantung berdebar-debar,
peningkatan
TD,
nadi,
reflek,
pernapasan, dilatasi pupil, kesulitan bernapas, kedutan otot, kelemahan. 6) Kognitif Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis, bloking pikiran, konfusi, penurunan lapang pandang, kesulitan untuk berkonsentrasi, keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, keterbatasan kemampuan untuk belajar, takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik, mudah lupa, gangguan perhatian, melamun, kecenderungan untuk menyalahkan orang lain. 3.2.1.3 Faktor yang berhubungan 1) Terpajan toksin 2) Hubungan keluarga/hereditas 3) Transmisi dan penularan interpersonal 4) Krisis situasi dan maturasi 5) Stress 6) Penyalahgunaan zat 7) Ancaman kematian 8) Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi 9) Ancaman terhadap konsep diri 10) Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan
3.2.2
tujuan hidup yang esensial 11) Kebutuhan yang tidak terpenuhi Diagnosa 2: Nyeri 3.2.2.1 Definisi Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan
jaringan
atau
menggambarkan
adanya
kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan 3.2.2.2 Batasan karakteristik 1) Laporan secara verbal atau non verbal 2) Posisi antalgic untuk menghindari nyeri 3) Gerakan melindungi 4) Tingkah laku berhati-hati 5) Muka topeng 6) Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai) 7) Terfokus pada diri sendiri
8)
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan) 9) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang) 10) Respon autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) 11) Perubahan
autonomic
dalam
tonus
otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) 12) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,
menangis,
waspada,
iritabel,
nafas
panjang/berkeluh kesah) 13) Perubahan dalam nafsu makan dan minum 3.2.2.3 Faktor yang berhubungan Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis) 3.3 Perencanaan 3.3.1 Diagnosa 1: Ansietas 3.3.1.1 Tujuan dan kriteria hasil Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri, koping.
3.3.1.2
Intervensi keperawatan dan rasional No. 1.
Intervensi Bimbingan antisipasi
2.
Penurunan ansietas
3.
Teknik menenangkan
Rasional Mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan krisis perkembangan dan / situasional Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka atau perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang di antisipasi dan tidak jelas Meredakan kecemasan pada
diri
3.3.2
4.
Peningkatan koping
5.
Dukungan emosi
pasien yang mengalami distress Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup Memberikan penenangan, penerimaan, dan bantuan atau dukungan selama masa stress
Diagnosa 2: Nyeri 3.3.2.1 Tujuan dan kriteria hasil 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 4) Menyatakan rasa
nyaman
setelah
nyeri
berkurang 5) Tanda vital dalam rentang normal 3.3.2.2 Intervensi keperawatan dan rasional No. 1.
Intervensi Pemberian analgesic
2.
Manajemen medikasi
3.
Manajemen nyeri
Rasional Menggunakan ag agens farmakolog untuk megurangi menghilangkan n Memfasilitasi penggunaan obat atau obat bebas se aman dan efektif Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingk kenyamanan yang dapat diterima ole
4.
Manajemen sedasi
pasien Memberikan seda memantau respon pasien, dan memberikan duku fisiologis yang dibutuhkan selam prosedur diagnost atau terapeutik
Etiologi (faktor resiko) Tanda dan gejala 1. Kelainan kromosom dalam pertumbuhan spermapemeriksaan dan sel telur.awal tes kehamilan menunjukkan hasil posif. 1. Padasel awalnya 2. Infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol. 2. Selanjutnya pertumbuhan plasenta akan berhenti, kadar hormon HCG menurun dan akh 3. Faktor usia dan paritas. 3. Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih kosong. 4. Kelainan genetik 4. Biasanya terjadi setelah usia kehamilan 3 bulan. 5. Kebiasaan merokok dan alkohol 5. Rasa tidak nyaman di perut 6. Keluar bercak perdarahan dari vagina.
VI. Daftar Pustaka Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC Doenges M. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC. Px. Penunjang USG Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Hanifa W. (2006). Prawiroharjo. http://doktersehat.com/?s=blighted+ovum diakses tanggal 04 desember 2016 Diagnosa BlightedFisiologi Ovum (BO) Mochtar R. (1998). Sinopsis Obstetri dan Patologi. Ed 2. Jakarta: EGC
Penatalaksanaan diterminasi dengan dilatasi dilanjutkan dengan kuretase
Komplikasi Post Kuretase
Robekan serviks
Perforasi uterus
Perdarahan
Infeksi
Berikan profilaksis Jahit serviksHentikan kuret program Berikan laparatomi profilaksis, kuretase ulang
Laporan pendahuluan ini telah di konsulkan dan disetujui oleh presptor sebagai tugas stase Maternitas. Pelaihari, Preseptor Akademik,
(
Juni 2017
Preseptor Klinik
)
(
)
View more...
Comments