Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solusio Plasenta
March 30, 2019 | Author: yunuseka | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solusio Plasenta...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SOLUSIO PLASENTA
A. Konsep Dasar Penyakit I.
Pengertian
Solusio
plasenta (abruption
plasenta atau accidental plasenta atau
haemorage)adalah haemorage)adalah
terlepasnya
plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri setelah kehamila kehamilan n 20 minggu atau sebelum janin lahir l ahir (file:///H:/lp-dan-askepfile:///H:/lp-dan-askep-solusio-plasent solusio-plasenta.html a.html). ). Abdul Bari Saifuddin mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram (http://materi-kuliahakper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-plasenta.html).. akper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-plasenta.html)
II.
Epidemiologi
Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4 % dari seluruh kehamilan. Literatur lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan bentuk solusio plasenta berat 1 dalam 500-750 persalinan
(11)
. Slava dalam penelitiannya melaporkan insidensi solusio plasenta di
dunia adalah 1% dari seluruh kehamilan. Di sini terlihat bahwa tidak ada angka pasti untuk (8)
insiden solusio plasenta, karena adanya perbedaan kriteria menegakkan diagnosisnya .
Penelitian Cunningham di Parkland Memorial Hospital melaporkan 1 kasus dalam 500 persalinan. Tetapi sejalan dengan penurunan frekuensi ibu dengan paritas tinggi, terjadi pula penurunan kasus solusio plasenta menjadi 1 dalam 750 persalinan
(2)
. Menurut hasil penelitian
yang dilakukan Deering didapatkan 0,12% dari semua kejadian solusio plasenta di Amerika Serikat menjadi sebab kematian bayi
(11)
. Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Ducloy di
Swedia melaporkan dalam 894.619 kelahiran didapatkan 0,5% terjadi solusio plasenta
(13)
.
Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) Jakarta didapat angka 2% a tau 1 dalam 50 persalinan. Antara tahun 1968-1971 solusio plasenta terjadi pada kira-kira 2,1% dari seluruh persalinan, yang terdiri dari 14% solusio plasenta sedang dan 86% solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan jarang didiagnosis, mungkin karena penderita terlambat datang ke rumah sakit atau tanda-tanda dan gejalanya terlalu ringan sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya
(5)
.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Suryani di RSUD. DR. M. Djamil Padang dalam periode 2002-2004 dilaporkan terjadi 19 kasus solusio plasenta dalam 4867 persalinan (0,39%) (14)
atau 1 dalam 256 persalinan
III.
.
Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi : 1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia dapat menyebabkan solution plasenta. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik dan sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu. 2. Faktor trauma Trauma yang dapat terjadi antara lain : - Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli. - Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan. - Trauma langsung, seperti terjatuh atau terkena tendangan 3. Faktor usia ibu Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya peningkatan k ejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
4. Faktor pengunaan kokain Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif.
Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 1335%. 5. Faktor kebiasaan merokok Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya 6. Riwayat solusio plasenta sebelumnya Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya. 7. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan.
IV.
Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan
pada
permukaan
maternalnya
dengan
bekuan
darah
lama
yang
berwarna
kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi. Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta sehingga seb agian dan akhirnya seluruh pla sen ta akan terlepas dari implant asinya di dinding uterus. Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus p ada kondisi seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang hebat. Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibatpembekuan intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya ibu jatuh pada
keadaan hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.
V.
Klasifikasi
Menurut derajat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan menjadi: a.
Solusio plasenta partsialis Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat p elekatnya.
b. Solusio plasenta totalis Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatn ya. c.
Prolapsus plasenta Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi : a.
Solusio plasenta ringan Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau terus menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.
b.
Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin susah diraba serta bunyi jantung janin susah didengar. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat c.
Solusio plasenta berat Plasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan disertai penderita shock .Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan shock dan janinnya telah meninggal. Uterus teraba sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
VI.
a.
Gejala Klinis
Perdarahan biasanya pada trimester ketiga, perdarahan pervaginan berwarna kehitam-hitaman yang sedikit sekali dan tanpa rasa nyeri sampai dengan yang disertai nyeri perut, uterus tegang, perdarahan pervaginan yang banyak, syok dan ke matian janin intra uterin.
b. Tanda vital dapat normal sampai menunjukkan tanda syok. c. Nyeri tekan uterus dan tegang, bagian-bagian janin yang sukar dinilai, denyut jantung janin sulit dinilai / tidak ada, air ketuban berwarna kemerahan karena tercampur darah.
VII.
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Pemeriksaan laboratorium
-
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
-
Pemeriksaan laboratorium darah : hemoglobin, hemotokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin, parsial, kadar fibrinogen, dan elektrolit plasma.
b. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG) Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain : - Terlihat daerah terlepasnya plasenta - Janin dan kandung kemih ibu - Darah - Tepian plasenta c.
VIII.
Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin
Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu : a.
Syok hemoragik
b.
Gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio plasenta dan pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah. c.
Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire) Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di bawah perimetrium dan terkadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin: 1. Fetal distress 2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan 3. Hipoksia dan anemia 4.
IX.
a.
Kematian
Penatalaksanaan
Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermanfaat pada janin masih imatur serta bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis. b. Aktif Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria. Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat dan koagulopati konsumtif. Apabila terlepasnya plasenta sedemikian parahnya sehingga menyebabkan janin meninggal lebih dianjurkan persalinan pervaginam kecuali apabila perdarahannya sedemikian deras sehingga tidak dapat di atasi bahkan dengan penggantian darah secara agresif atau terdapat penyulit obstetric yang menghalangi persalinan pervaginam. B. I.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pengkajian
a.
Identitas klien secara lengkap
b. Keluhan utama -
Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri
-
Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
-
c.
Perdarahan yang berulang-ulang. Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll. d. Riwayat penyakit masa lalu Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre eklampsi, tali pusat pendek atau trauma uterus . e.
Riwayat psikologis Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya.
f.
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum -
Kesadaran : composmetis s/d apatis Postur tubuh : biasanya gemuk Raut wajah : biasanya pucat
2. Tanda-tanda vital -
Tensi : normal sampai turun (syok) Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit) o
Suhu : normal / meningkat (> 37 c) RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
3. Pemeriksaan cepalo caudal -
Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas rambut biasanya rontok / tidak rontok.
-
Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
-
Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
-
Mata : conjunctiva anemis
-
Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal
-
Abdomen Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area pe rut, terlihat linea alba dan ligra Palpasi rahim keras, fundus uteri naik Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
-
Genetalia Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
-
Ekstimitas Akral dingin, tonus otot menurun.
g. Pemeriksaan Penunjang -
Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
-
USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin.
-
Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin
II.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b.d. perdarahan ditandai dengan conjungtiva anemis , akral dingin , Hb turun , muka pucat, dan lemas . 2. Risiko tinggi terjadinya letal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta berkurang . 3. Nyeri akut b.d. kontraksi uterus ditandai terjadi distress / pengerasan uterus , nyeri tekan uterus
4. Cemas b.d. kurang terpapar informasi klien mengenai keadaan patologi yang dialaminya . 5. Risiko terjadinya shock hemoragik b.d. perdarahan
III.
Rencana Keperawatan
No.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan
perfusi
b.d. perdarahan
Tujuan dan Kriteria Hasil
jaringan Setelah diberikan askep, diharapkan perfusi
Rencana Keperawa
Monitor tanda tand
ditandai jaringan pasien adekuat, dengan kriteria hasil :
dengan conjungtiva anemis ,
Conjunctiva tidakanemis
akral dingin , Hb turun , muka
Akral hangat
Observasi tingkat
pucat, dan lemas .
Hb normal
menit
Muka tidak pucat, dan pasien tidak lemas.
Catat intake dan out
Kolaborasi dalam isotonik
Kolaborasi dalam apabila Hb rendah 2.
Risiko tinggi terjadinya letal
Setelah diberikan askep, diharapkan tidak terjadi
distress berhubungan dengan fetal distress, dengan kriteria hasil: perfusi
darah
berkurang .
ke
plasenta
Jelaskan
risiko
janin/kematian janin
DJJ normal/terdengar Adanya pergerakan bayi Bayi lahir selamat
Observasi perubah janin
Berikan O2 10-12 terjadi tanda-tanda f 3.
Nyeri
akut
b.d. kontraksi Setelah diberikan askep, diharapkan klien dapat
uterus ditandai terjadi distress / beradaptasi dengan
nyeri
yang
Jelaskan penyebab n
dideritanya,
pengerasan uterus , nyeri tekan dengan kriteria hasil : uterus
Klien
dapat
melakukan
tindakan
untuk
mengurangi nyeri.
Ajarkan teknik relak
Klien kooperatif dengan tindakan yang diberikan
Berikan posisi yang kanan)
Berikan teknik rela dan punggung Libatkan suami da pengontrolan nyeri Kolaborasi dalam pe
4.
Cemas b.d. kurang terpapar Setelah diberikan askep, diharapkan klien tidak informasi
klien
keadaan
patologi
Anjurkan klilen unt
mengenai cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya, yang dicemaskan yang dengan kriteria hasil :
dialaminya
Klien melaporkan cemas berkurang
Beri penjelasan tent
Klien tampak tenang dan tidak gelisah Beri penjelasan tent
Anjurkan keluarga memberi dukungan
Anjurkan
pengg
pernapasan dan latih 5.
Risiko terjadinya
shock Setelah
hemoragik b.d. perdarahan
diberikan
askep,
diharapkan shock
Kaji pendarahan seti
hipovolemik tidak terjadi, dengan kriteria hasil : Perdarahan berkurang
Oservasi TTV seti
TTV normal
TTV normal, obser
Kesadaran komposmentis
30 menit Awasi
adanya
t
keringat dingin, dan Kolaborasi dalam pe
IV.
Evaluasi Evaluasi
No. Dx
1
Perfusi jaringan pasien adekuat
2
Fetal distress tidak terjadi
3
Klien dapat mengontrol nyeri yang dideritanya
4
Cemas klien berkurang atau hilang
5
Shock hipovolemik tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. (2008). Karakteristik Kasus Solusio Plasenta di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode 1 Januari 2002-31 Desember 2006 . (Akses tanggal 16 Oktober
2010).http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio-
plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-periode-1-januari2002-31-desember-2006/ Anonimous. (2009). Askep Solusio Plasenta. (Akses tanggal 16 Oktober 2010).http://materi-kuliahakper.blogspot.com/2010/05/askep-solusio-plasenta.html Anonimous.
(2009).
Solusio
Plasenta.
(Akses
tanggal
16
Oktober
2010). http://askep-
askeb.cz.cc/2010/03/solusio-plasenta.html#axzz0y6Pwti9X Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Limas, Endri. (2010). Askep dan LP Solusio Plasenta. (Akses tanggal 16 Oktober 2010). file:///H:/lpdan-askep-solusio-plasenta.html Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarata : EGC. NANDA, 2007. Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2007 – 2008, NANDA International, Philadephia.
View more...
Comments