Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gonore

August 5, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gonore...

Description

 

BAB I PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

Gonorhea merupakan penyakit yang mempunyai insiden yang tinggi diantara penyakit menular seksual yang lain, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di Indonesia. Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi gonore. Pada umumnya diderita oleh laki  –   laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda usia 15 –  15 –  19  19 tahun. Gonorhoe adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan baru diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neissseria. Gonokok terdiri dari empat tipe, yaitu tioe 1 dan 2 yang memiliki vili yang bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak mempunyai vili yang bersifat nonvirulen. Gonorhoe tidak hanya mengenai alat  –   alat genital tetapi juga ekstra genital. Salah satunya adalah konjungtiva yang akan menyebabkan konjungtivis, penyakit ini dapat terjadi  pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonorhoe atau pada orang dewasa, infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan dan alat –  alat –  alat.  alat.

2.  Rumusan Masalah

 

A. Apa yang dimaksud dengan hipertiroid? B.  Apaetiologi dari penyakit hipertiroid? C.  Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit hipertiroid? D.  Bagaimana patofisiologi dari penyakit hipertiroid? E.  Apa komplikasi dari penyakit hipertiroid? F.  Pemeriksaan penunjang apa saja yang bisa dilakukan untuk penyakit hipertiroid? G.  Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit hipertiroid?

1

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

3.  Tujuan 

A.  Untuk memahami pengertian dari penyakit hipertiroid. B.  Untuk memahami tentang etiologi dari penykit pen ykit hipertiroid. C.  Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis dari penyakit hipertiroid. D.  Untuk mengetahui tentang patofisiologi dari penyakit hipertiroid. E.  Untuk mengetahui tentang komplikasi dari penyakit hipertiroid.

F.  Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan dari penyakit hipertiroid. G.  Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dari penyakit hipertiroid.

2

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

BAB II PEMBAHASAN

1.  Konsep Dasar Penyakit A.  Definisi

Gonorrhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh  Neisseria  gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, orogenital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. Gonore adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae) Gonore adalah penyakit menular seksual yang sangat umum. Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah ditegakkan diagnosanya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah “kencing nanah”. Masa inkubasi 335 hari. Gonore adalah penyakit PMS yang disebabkan oleh  Neisseria Gonorrhoea yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rectum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtifa). Gonnore bisa menyebar melalui aliran darah kebagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput dibagian  panggul. Sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Kuman:  Neisseria Gonorrhoea. Perantara: manusia, a) tempat kuman keluar:  penis, vagina, anus, mulut. b) cara penularan: kontak langsung. c) tempat kuman masuk:  penis, vagina, anaus, mulut. d) yang bisa terkena: orang o rang yang berhubungan seksual tidak aman. (Verra Scorviani, 2012) B.  Epidemiologi

Penyakit ini terjadi di seluruh dunia, menyerang laki-laki dan perempuan semua usia, terutama kelompok dewasa muda. Gonore paling sering terjadi pada usia produktif, tertinggi pada wanita usia 15-19 tahun, dan pada laki-laki usia 20-24 tahun. Risiko 3

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

 penularan lebih tinggi dari laki-laki ke wanita daripada dari wanita ke laki-laki karena  pada wanita selaput yang terpajan lebih luas dan exudat dapat berdiam lama di vagina. Risiko penyebaran tertinggi pada wanita adalah ada saat haid. Seorang bayi juga dapat terkena dari ibu yang positif saat proses persalinan menyebabkan konjungtivitis dan kebutaan. Selama beberapa bulan, pasien yang tidak diobati bisa menulari orang lain.

C.  Etiologi

Penyebab penyakit gonore adalah bakteri Neisseria bakteri  Neisseria gonorrhea   yang bersifat patogen. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang pada wanita yang belum pubertas.

D.  Klasifikasi

1)  Intragenital : Gonore pada genital : terjadi inflamasi pada alat reproduksi 2)  Ekstragenital : a)  Faringitis gonorhe : infeksi yang terjadi pada faring, yang ditularkan melalui oral seks. Gejala pada penyakit ini adalah nyeri tenggorokan dan gangguan menelan.  b)  Konjungtivitis gonorhea : radang konjungtiva akut yang hebat dengan sekret purulen yang disebabkan oleh kuman neisseria gonorrhoea. Penularan perinatal kepada bayi pada saat lahir, melalui os serviks yang terinfeksi, apabila tidak diketahui dan diobatai akan menyebabkan kebutaan.

E.  Manifestasi Klinis 

Pada pria gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai ras tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering  berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika  penyakit ini menyebar keuretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membekak. 4

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

Pada wanita gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi. Penderita wanita sering tidak menunjukan gejala selama beberapa minggu atau bulan. Dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa penderita menunjukkan gejala yang  berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam. Infeksi biasanya menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rectum. Menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretha atau kelenjar disekitar lubang vagina. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya tebungkus oleh lender dan nanah. Pada pemeriksaan dengan anascope akan tampak lender dan cairan di lubang rectum penderita. Melakukan hubungan seksual melaluai mulut ((oral oral sex) sex) dengan seseorang penderita gonore bisa menyebabkan gonore  pada tenggorokan ( faringitis  faringitis gonokokal ). ). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtifitis ( konjungtifitis gonore). gonore). Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Pada dewasa bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya satu mata yang terkena. Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan. Pada pria biasanya mengeluh sakit pada waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak terobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Pada wanita, penyakit ini tidak menunjukan gejala yang jelas atau bahkan tidak menimbulkan keluhan sama sekali sehingga wanita mudah menjadi sumber penularan GO. Kadang penderita mengeluh keputihan dan nyeri waktu kencing

5

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

F.  Patofisiologi

 Neisseria gonorrhea adalah bakteri gram-negatif yang di tularkan melalui hampir semua kontak seksual. Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan faring. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostat, Vas deferens, vesikula seminalis, epididimis, serta testis pada pria;dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita. Komplikasi lebih lanjut adalah dermatitis, atritis, endokarditis, mioperikarditis, dan hepatitis. Pada pria akan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda uretritis dalam waktu 2-5 hari sampai 1 bulan setelah inokulasi. Tanda pertama adalah sekret uretra purulen berwarna kuning

atau

kuning

kehijauan.

terjadi balanopostitis balanopostitissehingga sehingga

timbul

Pada sekret

pria dari

yang

tidak

bawah

disirkumsisi

prepusium.

dapat

Komplikasi

 balanopostitis adalah fimosis akibat peradangan dan edema pada glans. Kurang dari 5% pria dengan uretritis gonokok yang tidak berkomplikasi berkomplikasi menjadi asimtomatik. Ji Jika ka tidak diobati, dalam waktu 10-14 hari, infeksi akan naik dari uretra anterior ke uretra  posterior. Disuria menjadi bertambah berat dan menjadi malaise, sakit kepala, serta limfadenopati regional. Infeksi yang terus berlanjut menyebabkan prostatitis, epididimitis dan sistisis. Masa inkubasi pada wanita berlangsung sedikitnya 2 minggu. Tempat primer dari infeksi adalah endoserviks, dengan infeksi uretra pada 70-90% kasus. Uretritis primer tanpa melibatkan serfiks jarang terjadi pada wanita, tetapi dapat terjadi pada mereka yang telah menjalani histerektomi total. Lebih dari separuh wanita yang terinfeksi dengan gonorhoe tidak mempunyai gejala kalaupun ada hanya gejala ringan yang sering kali di abaikan, seperti sekret vagina, disuria, sering berkemih, sakit punggung belakang, serta nyeri abdomen dan panggul. Pada pemeriksaan serviks tanpak rapuh dan bengkak, sering disertai sekret purulen atau mukopurulen. Kelenjar batholini mungkin terkena sehingga dapat terbentuk abses. Mukosa rektum dapat terinfeksi pada pria dan wanita sebagai akibat otoinokulasi atau hubungan seksual melalui anus. Infeksi pada faring adalah akibat kontak seksual orogenital. Konjungtivitis gonokok terjadi melalui kontaminasi langsung  pada mata melalui jari handuk. Neonatus mendapat konjungtivitis gonokok pada  persalinan sel melalui jalan lahir yang terinfeksi. (Muttaqin, 2011)

6

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

G.  Pemeriksaan Penunjang

1)  Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.

 

2) Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur. Menggunakan media transport dan media pertumbuhan. 3)  Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa) 4)  Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase 5)  Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

H.  Pemeriksaan Fisik 1)  Inspeksi

a)  Adanya lesi, kemerahan dan bengkak pada genital  b)  Adanya purulen yang keluar dari lubang genital 2)  Palpasi a)   Nyeri tekan pada daerah yang terinfeksi (genital, rektum, faring)   b)   Nyeri tekan pada kelenjar inguinal  Perawat menggunakan sarung tangan saat memeriksa membran mukosa dan sarung tangan diganti dan disingkirkan setelah pemeriksaan vaginal/ rektal.   I.  Komplikasi

1)   Nyeri sendi : sendi mengalami pembengkakan sehingga pergerakkannya menjadi terbatas 2)  Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah  berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya ( sindroma artritis-dermatitis artritis-dermatitis).

7

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

3)  Bisa

terjadi

infeksi

jantung

( endokarditis). (endokarditis ).

Infeksi

pembungkus

hati hati

( perihepatitis)  perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu. Pada Pria 1)  Tysonitis, biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir  pus atau pembengkakan pada daerah prenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi abses dan merupakan sumber infeksi laten. 2)  Parauretritis, sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara  parauretra. 3)  Radang kelenjar littre (littritis), tidak mempunyai gejala khusus. Pada urin ditemukan benang –  benang  –  benang   benang / butir –  butir  –  butir   butir bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikular. Diagnosis komlikasi ini ditegakkan dengan uretroskopi. 4)  Infeksi pada kelanjar Cowper (Cowperitis), dapat menyebabkan abses. Keluhan  berupa nyeri dan adanya benjolan didaerah perinium disertai rasa penuh dan  panas, nyeri pada saat difikasi dan disuria. Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perinium, uretra atau rektum dan menyebabkan proktitis. 5)  Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak didaerah perinium dan suprapubis, malaise, demam , nyeri kencing sampai hemoturia, spasme otot uretra sehingga terjadi tesmusani, sulit Luang air besar dan obstipasi. Pada pemeriksaan eraba pembesaran prostat dengan konsistesi kenyal, nyeri tekan dan adanya fluktunasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati abses akan pecah, masukl ke uretra posterior atau kearah rektum mengakibatkan proktitis. 6)  Gejala prostatitis kronik ringan dan intermiten, tetapi kadang  –   kadang menetap. Terasa tidak enak diperinium bagian dalam dan rasa tidak enak duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri  pada penekanan.

Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit

menemukan kuman gonokok. 7)  Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis. Gejal 8

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

subjek menyerupai gejala prostatitis akut, yaitu demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu ereksi atau ejakulasi, dan sperma mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang kearah prostat. Ada kalanya sulit menemukan batas kelenjar prostat yang membesar. 8)  Pada vas deferentitis atau funikulitis, gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama. 9)  Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertai vas defrentitis. Keadaan yang memudahkan timbulnya epididimitis ini adalah trauma  pada uretra posterior yang disebabkan salah pengolahan atau kelalaian pasien sendiri. Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epidemis dapat mengakibatkan sterilitas. 10) Infeksi asenden dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Gejalanya berupa poliurea, disuria terminal, dan hematuria. Pada Wanita 1) Parautretritis. Kelenjar para uretra dapat terkena, teapi abses jarang terjadi. 2) Kelenjar Bartholin dan labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan, terasa nyeri sekali jika pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau menjadi kista. 3) Salpingitis, dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor  presdiposisi, yaitu masa purpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase dan  pemakaian IUD. Infeksi langsung terjadi dari serviks melalui tuba fallopi ke daerah salping dan ovum sehingga dapat menyebbkan penyakit radang panggul. Gejalanya terasa nyeri di daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina, disuria dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.

9

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

J.  Penatalaksanaan

1)  Medikamentosa  a)  Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin,  banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.  b)  Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr  probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai. c)  Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita. d)  Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus. 2)   Non-medikamentosa a)  Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:  b)  Bahaya penyakit menular seksual c)  Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan d)  Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya e)  Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari. f)  Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang

K.  Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarakan hasil pemeriksaan mikroeskopik terhadap nanah, dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pemeriksaan mikroscopy tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan dilaboratorium. Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan dibuat biakan.

10

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

2.  Konsep Dasar Asuhan Keperawatan  A.  Pengkajian 

Data yang perlu dikumpulkan dari klien meliputi : 1)  Identitas klien Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa ban gsa / ras, pendidikan, pend idikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan d an alamat. 2)  Status Kesehatan a)  Status Kesehatan Saat Ini Keluhan utama (saat MRS dan saat ini). Keluhan utama pada gonore  biasanya merasakan nyeri saat berkemih, keluarnya nanah dari lubang genital.  b)  Status Kesehatan Masa Lalu Penyakit

yang

pernah

dialami.

Pada

pengkajian

ini,

ditemukan

kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gonore. Adanya riwayat sering berganti pasangan. c)  Riwayat Penyakit Keluarga : Kaji tentang adakah keluarga dari generasi yang terdahulu yang mengalami keluhan yang sama dengan klien. Terutama pada pasangannya, karena gonore merupakan Penyakit Menular Seksual. d)  Pola Fungsi Kesehatan (11 Pola Fungsional Gordon) 1)  Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan Bagaimana dengan kebiasaan pasien apabila mengalami suatu penyakit, apakan langsung pergi memeriksakan diri atau tidak menghiraukan  penyakitnya sampai imbul komplikasi terjadi. 2)  Pola Nutrisi/metabolic Mengkaji diet dari pasien, nafsu makan, pola, frekuensi dan jenis diet dari  pasien. Hal yang menganggu pemenuhan p emenuhan nutrisi akibat penyakt yang dialami. d ialami. Misalnya gangguan menelan pada faringitis gonokokan.

11

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

3)  Pola eliminasi Kebiasaan BAK di rumah dan di rumah sakit : frekuensi, konsistensi, warna, bau, adanya nyeri, adanya darah dan pus. Kebiasan BAB di rumah dan di Rumah Sakit : frekuensi, konsistensi, warna, bau, massa, adanya darah dan pus. 4)  Pola aktivitas dan latihan Mengkaji kemampuan pasien dalam merawat diri (makan.minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM) 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total. Pasien gonore tidak mengalami gangguan perawatan diri yang serius. Okigenasi: Pasien gonore tidak mengalami gangguan oksigenisasi yang serius. 5)  Pola tidur dan istirahat Mengkaji kebiasaan tidur, memakai lampu, bantal, dengan siapa, apakah mengalami gangguan tidur seperti insomnia. Pada pasien gonore akan mengalami gangguan tidur, akibat desakan selalu ingin berkemih. Pasien merasa tidak nyaman. 6)  Pola kognitif-perseptual Pengkajiannya meliputi : status mental, bicara, bahasa yang digunakan, kemampuan membaca, kemampuan mengerti, kemampuan berinteraksi,  pendengaran, penglihatan, pasien mengalami vertigo/ tidak, management nyeri. 7)  Pola persepsi diri/konsep diri Pengkajiannya meliputi citra diri, identitas diri, peran diri, ideal diri, harga diri. Misalnyapada pasien gonore akan mengalami gangguan harga diri, karena merasa malu menderita Penyakit Menular Seksual. 8)  Pola seksual dan reproduksi Kaji mengenai pola hubungan seksual pasien, Pada pasien gonore biasanya terjadi ketidaknyamanan dengan adanya nanah yang keluar dari lubang genital,

12

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

rasa nyeri pada wanita saat melakukan hubungan seksual apabila sudah terjadi infeksi sampai ke leher rahim. 9)  Pola peran-hubungan Status perkawinan, pekerjaan, kulitas bekerja, sistem dukungan keluarga, dukungan keluarga saat masuk rumah sakit. 10)  Pola manajemen koping stress Pasien tidak dapat mengontrol stres, karena penyakit yang dideritanya. 11)  Pola keyakinan-nilai Kaji keyakinan dari pasien, apakah dengan adanya penyakit yang diderita  pasien mengalami kesulitan untuk beribadah.

B.  Diagnosa Keperawatan 1)  Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi

2)   Nyeri Akut berhubungan dengan reaksi inflamasi ditandai dengan nyeri saat  berkemih 3)  Gangguan Eleminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih ditandai dengan adanya dorongan berkemih dan anuria (sering berkemih) 4)  Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan reaksi inflamasi ditandai dengan adanya kemerahan dan edema 5)  Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini 6)  Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi 7)  Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit 8)  Gangguan Menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring ditandai dengan nyeri pada tenggorokan

C.  Rencana Keperawatan No

1

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Hipertermi berhubungan  NOC : dengan reaksi inflamasi

1.  Termoregulation

Intervensi

 NIC: 1.  Monitor suhu sesering mungkin 13

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

Kreteria Hasil :

2.  Berikan hangat

1.  Suhu tubuh dalam rentang normal (36-

kompres

3.  Lakukan

delegasi

dalam pemberian obat

37°C)

antipiretik

2.   Nadi dan RR dalam rentang normal 2

 Nyeri Akut berhubungan  NOC: dengan reaksi inflamasi ditandai dengan nyeri saat berkemih

 NIC:

1.  Pain level

1.  Lakukan pengkajian

2.  Pain control

nyeri secara

3.  Convort level

konverhensif terrmasuk lokasi,

Kriteria hasil:

karakteristik, durasi, 1.  Mampu mengontrol nyeri (penyebab nyeri) 2.  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

frekuensi, kualitas dan faktor persipitasi 2.  Observasi reaksi nonverbal dari

menggunakan manajemen nyeri

ketidaknyaman 3.  Ajarkan tentang teknik non farmakologi 4.  Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat

3

Gangguan Eleminasi

 NOC:

 NIC:

Urine berhubungan

1.  Urinari elimination

dengan infeksi saluran

2.  Urinary contiuenec

kemih ditandai dengan adanya dorongan

Kriteria hasil: 1.  Kandung kemih kosong

 berkemih dan anuria (sering berkemih)

secara penuh

1.  Anjurkan menggunankan pispot atau urinal 2.  Rujuk ke spesialis kontinensia kemih 14

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

2.  Bebas dari ISK 3.  Tidak ada spasme

sesuai 3.  Bantu dalam

 bladder 4

Kerusakan Integritas Kulit berhubungan

 NOC:

ditandai dengan adanya

 NIC:

1.  Tissue integrity: skin

dengan reaksi inflamasi

menggunakan toilet

1.  Monitor proses

and mucous

kesembuhan area

2.  Membrans

kemerahan dan edema Kriteria hasil

luka 2.  Monitor tanda dan gejala infeksi pada

1.  Perfusi jaringan baik 2.  Menunjukkan  pemahaman dalam

area luka 3.  Gunakan pereparat antiseptic sesuai

 proses perbaikan kulit dan mencegah

 program

terjadinya cedera  berulang 5

Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini

 NOC:

 NIC:

1.  Anxety self control 2.  Anxety level 3.  Coping Kriteria hasil: 1.  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas 2.  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik

1.  Gunakan pendekatan yang menenangkan 2.   Nyatakan dengan  jelas harapan terhadap perilaku  pasien 3.  Jelaskan semua  prosedur dan apa yang disarankan selama prosedur 4.  Pahami presepektif  pasien terhadap

untuk mengontrol cemas

situasi stress 15

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

3.  Postur tubuh, ekspresi

5.  Dorong pasien untuk

wajah, bahasa tubuh,

mengungkapkan

dan tingkat aktivitas

 perasaan, ketakutan,

menunjukana

 persepsi.

 berkurangnya

6.  Berikan obat untuk

kecemasan

mengurangi kecemasan

6

Defisiensi Pengetahuan  berhubungan dengan kurangnya informasi

 NOC:

 NIC:

1.  Knowledge: disease  proses 2.  Knowledge: health  behavior Kriteria hasil: 1.  Pasien dan keluarga menyatakan  pemahaman tentang  penyakit, kondisi,  prognosis dan program  pengobatan 2.  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya

1.  Berikan penilaian tentang tingkat  pengetahuan pasien tentang proses  penyakit yang spesifik 2.  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan  bagaimana hal ini  berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat 3.  Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat 4.  Sediakan informasi  pada pasien tentang kondis, dengan cara yang tepat 16

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

5.  Diskusikan  perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komlikasi di masa yang akan dating dan atau  proses pengontrolan  penyakit 6.  Diskusikan pilihan terapi atau  penanganan

 

7. Dukung pasien mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau yang diindikasikan 8.  Rujuk pasien pada grup atau agency di komunitas local, dengan cara yang tepat 7

Gangguan Rasa Nyaman  NOC:

 NIC

 berhubungan dengan

1.  Ansitey

gejala terkait penyakit

2.  Fear leavel 3.  Comfort,reagines for enchanced Kreteria hasl : 1.  Mampu mengontrol

1.  Gunakan pendekatan yang menenangkan 2.  Jelaskan semua  prosedur dan apa yang di rasakan setelah prosedur 17

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

3.  Instruksikan pasien

kecemasan 2.  Mengontrol nyeri

menggunakan tehnik relaksasi

8

Gangguan Menelan  berhubungan dengan abnormalitas orofaring ditandai dengan nyeri  pada tenggorokan

 NOC :

 NIC :

1.  Status menelan: fase

1.  Hindari cairan atau

esophagus :penyaluran

menggunakan zat

cairan atau partikel

 pengental

 padat dari faring ke lambung Kreteria hasil : 1.  Kemampuan menelan adekuat 2.  Dapat mentoleransi ingesti makanan tanpa tersedak atau aspirasi

2.  Penawaran makanan atau cairan yang dapat di bentuk menjadi bolus sebelum di telan 3.  Potong makanan menjadi potongan potongan kecil

D.  Implementasi

Implementasi mengikuti apa yang direncanakan di rencana keperawatan

E.  Evaluasi

1.  DX 1 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi a.  Suhu tubuh pasien dalam rentang normal (36-37°C)  b.   Nadi dan RR pasien dalam rentang normal 2.  DX 2 : Nyeri Akut berhubungan dengan reaksi inflamasi ditandai dengan nyeri saat  berkemih a.  Pasien mampu mengontrol nyeri (penyebab nyeri)  b.  Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

18

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

3.  DX 3 : Gangguan Eleminasi Urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih ditandai dengan adanya dorongan berkemih dan anuria (sering berkemih) a.  Kandung kemih kosong secara penuh  b.  Pasien bebas dari ISK c.  Tidak tampak ada spasme bladder 4.  Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan reaksi inflamasi ditandai dengan adanya kemerahan dan edema a.  Perfusi jaringan baik  b.  Pasien menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang 5.  Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini a.  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas  b.  Klien mmpu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas c.  Postur tubuh, ekspresi ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas pasien menunjukana  berkurangnya kecemasan 6.  Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi a.  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan  program pengobatan  b.  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya

BAB III PENUTUP A.  Kesimpulan

Gonorhea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhea yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga secara langsunv dengan eksudat yang efektif (Dr. Soedarto, Penyakit  –  penyakit   penyakit Infeksi DI Indonesia, 1990, hal 74). Menurut mutaqqin (2011) Organisme patogenik (Neisseria Gonorhea) biasanya memasuki 19

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

tubuh melalui vagina, menjalar melalui kanalis servikalis dan masuk kedalam uterus. Masa tunas gonorhea sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang  –   kadang lebih lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan. Pada wanita, masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik. Gonorhea dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan  persendian. Pada wanita, gonorhea bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaut di dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Gonore atau penyakit kencing nanah tidak bisa ditularkan melalui WC umum,atau duduk di tempat duduk yang kebetulanbaru saja di duduki penderita gonore, oleh karena kuman gonokokus tidak tahan lama hidup di udara bebas, termasuk kursi, WC umum atau air. Memberikan  pendidikan kapada pasien dengan menjelaskan tentang : bahaya penyakit menu menular lar seksual dan komplikasinya, pentingannya mematuhi pengobatan yang yang diberikan, cara penularan penyakit menular seksual dll. 

B.  Saran

Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang  penyakit Gonorrhoe. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang jauh dari kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2011). Asuhan (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta: Integumen. Jakarta: Salemba 20

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

 

Medika. Verra Scorviani, T. N. (2012). Mengupas (2012).  Mengupas Tuntas 9 Jenis PMS. Yogyakarta: PMS. Yogyakarta: Nuha Medika. H.erdman,T.H. (2015). (2015). Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan Definisi Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC. Jakarta:EGC.    Nurarif,A.H. (2015). Aplikasi (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda  NIC-NOC.Yogyakarta:Mediaction  NIC-NOC. Yogyakarta:Mediaction Jogja. Jogja. 

21

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF