Laporan Pendahuluan Askep Keluarga Dm
October 16, 2017 | Author: RijalFikri | Category: N/A
Short Description
Laporan Pendahuluan Askep Keluarga Dm...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP KELUARGA DM BAB I
TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep Dasar 1.1.1 Pengertian Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal’ yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dangan mikroskop elektron ( Arif Mansjoer dkk 2001 : 580 ) Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Secara klinis ditandai dengan hiperglikemia puasa, aterosklerotik dan mikroangiopati dan neuropati (Sylfia A. Price dan Lorraine M. Wilson, 1995 : 1109). 1.1.2 Etiologi Klasifikasi etiologi diabetes mellitus American Diabet Association (1997) sesuai anjuran PERKENI (Perkumpulan Endrokonologi Indonesia) 1. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI)). Disebabkan oleh distruksi sel Beta pulau langerhans akibat proses auto imun dan idiopatik. 2. Diabetes tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) / Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI). Disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi Insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi insulin, ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain, berarti sel beta pankreas mengalami desentisisasi terhadap glukosa.
3. Diabetes tipe lain. a. Defek genetic fungsi sel beta : - Maturity Onset Diabetes of the young (MODY) 1,2,3. - DNA mitokondria. b. Defek genetik kerja insulin. c. Penyakit eksokrin pancreas - Pancreatitis - Tumor / Pankreatektomi - Pankreatopati fibrokalkulus d. Endrokinopati : akromegali,sindrom chusing, feokromositoma dan hipertiroidisme. e. Karena obat / zat kimia - Vacor, pentamidin, asam nikotinat - Glukortikoid , hormone tiroid - Tiazid, dilantin,interferon alpha dan lain lain. f. Infeksi :rubella congenital, sito megalovirus. g. Penyebab imunologi yang jarang : anti body anti insulin. h. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM ; sindrom down, sindrom klinefelter, sindrom turner dan lain lain. 4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG). 1.1.3 Anatomi fisiologi Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon. Banyak organ tubuh yang menghasilkan hormon antara lain hipotalamus, hipofise, tiroid, paratiroid, adrenal, pankreas dan lain lain. Kelenjar pankreas terdapat pada belakang lambung didepan vertebra lumbalis I dan II. Secara fungsional pancreas di bagi menjadi 2 bagian yaitu : a. Bagian eksokrin Menghasilkan enzyim pencernaan (dalam bentuk inaktif) b. Bagian endokrin Menghasilkan hormon yang tersebar dalam kelompok sel yang disebut “is lets of langerhans” yang terdiri atas : 1. Sel alfa Memproduksi hormon glukogen yang berfungsi untuk melepaskan glukosa ke dalam darah sehingga glukosa dalam darah meningkat.
2. Sel beta Memproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk pengambilan glukosa oleh jaringan sehingga jumlah glukosa dalam darah menurun, bila digunakan dalam pengobatan dapat memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi dan menggunakan glukosa dan lemak. 3. Sel delta Menghasilkan hormon somatoslatin yang berfungsi menghambat sekresi hormon – hormon lain dari pulau langerhans. 1.1.4 Patofisiologi DM
1.1.5 Manifestasi Klinis Diagnosa DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsi, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.
1.1.6 Penatalaksanaan 1. Tujuan penatalaksanaan DM untuk jangka pendek adalah menghilangkan keluhan / gejala DM. 2. Tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menurunkan kadar glukosa, lipid dan insulin.
a. b. c. d. e.
Untuk memudahkan terapinya, tujuan tersebut adalah kegiatan, dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri, pelaksanaannya dengan : Perencanaan makan / diit (meal planning). Aktivitas fisik. Health education. Obat-obatan. Operasi.
1.1.7 Komplikasi 1. Akut. Koma hipoglikemia. Ketoasidosis. Koma hiperosmolar non ketotik. 2. Kronik Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak. Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, nefropati. Neuropati diabetik. Rentan infeksi. Ganggren. 1.1.8 Pemeriksaan Penunjang dan Penegakan Diagnosa Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemerikaan glukosa darah sewaktu dan kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) standar. Kadar gukosa darah puasa dan acak dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
a. Gula darah acak -
Plasma vena Darah kapiler b. Gula darah puasa - Plasma vena
Bukan DM < 110 < 90
Belum pasti DM 110 – 199 90 – 199
DM > 200 > 200
< 110 < 90
110 – 125 90 - 109
> 126 > 110
- Darah kapiler Diagnosa DM Penegakkan diagnosa DM didasarkan atas adanya keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg /dl atau glukosa darah puasa > 126 mg/dl. Bila pemeriksaan glukosa darh meragukan pemeriksaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis diabetes melitus. B. ASUHAN KEPERAWATAN Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga pada penderita “Diabetes Mellitus” meliputi beberapa Tahap
A. Tahap Pengkajian
1. 2. 3. 4. 5.
Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : Nama kepala keluarga (KK) Alamat dan telfon Pekerjaan kepala keluarga Pendidikan kepala keluarga Komposisi keluarga No
Nama
JK
Hub dng KK
Umur
Pendidikan
Status Imunisasi BCG
Polio
DPT
Hepa titis
Ket Campak
6. Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut . 7. Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut berkait dengan kesehatan.
8. Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. 9. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga yang lain. Kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga, barang yang dimiliki keluarga. 10. Aktifitas rekreasi keluarga Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi. Nonton TV. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga 11. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti 12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga, serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 13. Riwayat keluarga inti (tinggal dalam satu rumah) Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber Yankes yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman terhadap Yankes. 14. Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. Pengkajian Lingkungan 15. Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septik tank, jarak septik tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. 16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. 17. Mobilisasi geografis keluarga Mobilisasi geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat. 19. Sistem penduduk keluarga Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fisik, psikis atau dukungan dari anggota keluarga. Sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. Struktur Keluarga 20. Pola komunikasi keluarga Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga. 21. Struktur kekuatan keluarga Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. 22. Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. 23. Nilai atau norma keluarga Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. Fungsi Keluarga 24. Fungsi efektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
25. Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi / hubungan dalam keluarga sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. 26. Fungsi perawatan kesehatan
-
-
a).
b). c). -
d).
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga melaksakan 5 tugas kesehatan. Hal-Hal Yang Dikaji Sejauh Man Keluarga Melakukan Pemenuhan Tugas Perawatan Keluarga adalah : Untuk mengetahui pengetahuan keluarga mengenal masyarakat kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masyarakat. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah : Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah. Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masyarakat yang dialami. Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit. Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan. Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada. Apakah keluarga kurang mempercayai terhadap tenaga kesehatan. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah : Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara perawatannya). Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan / finansial, fasilitas fisik, psiko sosial). Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :
e).
Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki. Sejauh mana keluarga melihat keuntungan / manfaat pemeliharaan lingkungan. Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi. Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit. Sejauh mana sikap / pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi. Sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan dimasyarakat yang perlu dikaji adalah : Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan. Sejauh mana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang diperoleh fasilitas kesehatan. Sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan. Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan. Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga. 27. Fungsi reproduksi a). Berapa jumlah anak b). Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga. c). Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. 28. Fungsi ekonomi a). Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. b). Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
Stres Dan Koping Keluarga 29. Stressor jangka pendek dan panjang a). Stressor jangka pendenk adalah stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan. b). Stressor jangka panjang adalah stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi / stressor. 31. Strategi koping yang digunakan Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila mengalami permasalahan. 32. Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi masalah.
-
Pemeriksaan Fisik Memeriksa fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan Keluarga Pada akhirnya pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Arif Mansjoer. dkk, (2002), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi III, Media Aesculapius FKUI, Jakarta Askandar Tjokroprawiro, dr. DR. Prof. (2002), Hidup Sehat Dan Bahagia Bersama Diabetes, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Brunner & Suddarth (2002), Keperawatan Mediakl Bedah Vol.2, EGC, Jakarta
M. Syaifullah (2002), Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid Edisi III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Sarwono Waspadji (2002), Pedoman Diit Diabetes Melitus, Balai penerbit FKUI, Jakarta
Askep Keluarga pada klien dengan Diabetes Mellitus
A. Konsep Dasar Diabetes Melitus 1.
Pengertian Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Waspadji dan sukardji, 2004 : 2). Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 : 1220). American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes Melitus sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ernawati, 2013 :10) Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) didalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Fauzi, 2014 : 70)
Berdasarkan keempat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
2.
Klasifikasi Diabetes Melitus Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :
a.
Diabetes tipe 1 Diabets tipe 1 ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus(IDDM) atau diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit diabetes tipe 1 sebagian besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh karena itu, penyakit ini sering dijuluki diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja (Fauzi, 2014 : 73).
b.
Diabetes Tipe 2 Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Penyakit diabetes tipe 2 ini sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula. Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita. Sekitar 90 % hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin parah secara bertahap (Fauzi, 2014 : 75).
c.
Diabetes jenis lain Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes), yang timbul hanya pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4)
3.
Etiologi
a.
Pada Diabetes Tipe 1 (IDDM) Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan fungsi pankreas untuk memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Beberapa penyebab
pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 ini adalah sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 73-74) : 1)
Keturunan atau genetik Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes, maka anak tersebut akan beresiko terkena diabetes.
2)
Autoimunitas Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh kehilangan kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan selsel yang memproduksi insulin.
3)
Virus atau zat kimia Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok sel dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak peulau sel yang rusak, semakin besar kemungkinan seseorang menderita diabetes. b.
Pada Diabetes Tipe 2 (NIDDM) Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 75-76).
1)
Faktor keturunan Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
2)
Pola makan dan gaya hidup Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas tidak dapat memproduksi insulinsecara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan penyebab utama. Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
3)
Kadar kolesterol tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi energi. 4)
Obesitas Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan menyerap produksi insulin pankreas secara habishabisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai energi.
c.
Pada diabetes jenis lain Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi, obat, hormon atau hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).
4.
Patofisiologi Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapt disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia prospandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosauria). Ketika glukosa yang berlebihan dieskresikan kedalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia), keadaan itu menyebabkan kehilangan elektrolit dalam sel dan pasien mengalami dehidrasi sehingga dapat menyebabkan syok. Defisiensi insulin juga dapat menyebabkan kehilangan kalori, menganggu metabolism protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (poifagia) akibatnya terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Selain itu dengan kurangnya sel untuk mettabolisme dapat menyebabkan katabolisme lemak yang membuat
meningkatnya asam lemak, serta pemecahan protein yang membuat keton dan ureum meningkat. Keadaan dimana asam lemak dan keton meningkat dapat mengakibatkan ketoasidosis. (Nurarif, 2013)
5.
Tanda dan gejala
a.
Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang ditunjukan meliputi:
1)
Polidipsia (banyak minum) Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM
2)
Polifagia (banyak makan) Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi namun tidak dapat masuk kedalam seluntuk digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan asupan makanan sehingga mengirim sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat berfungsi
3)
Poliuria (banyak kencing) Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat mengganggu penderita. Pada kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah.
4)
Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.
b.
Gejala kronik yang sering timbul adalah :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering c. Rasa tebal di kulit d. Kram e. Mudah lelah dan marah f. Mudah ngantuk g. Mata kabur h. Gatal di sekitar kemaluan (keputihan) i.
Seksual menurun
j.
Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.
6.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes kadar gula darah Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula dalam darah setelah puasa. 1)
Kadar gula darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl.
2)
Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl. 3)
Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari 126 mg/dl. Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat mengindikasikan orang terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula dalam darah setelah makan 2 jam.
1)
Kadar gula darah normal adalah kurang dari 140 mg/dl.
2)
Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl 3)
Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200 mg/dl(Fauzi, 2014 : 7778).
b. Tes toleransi glukosa (TTG) Menunjang (lebih besar dari 200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk pasien yang menunjang kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress. c. Tes Glukosa Urine Adanya glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi), yang tidak khas untuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes, Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa. Glukosa Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru. Tabel 2.1 Hasil pemeriksaan Warna Tes Glukosa Urin Warna Interpretasi: (1+) s/d ( 4+) mungkin/diduga DM Hijau kekuningan dan keruh Positif + (1+): sesuai dengan 0,5– 1% glukosa Kuning keruh Positif ++ (2+): sesuai dengan 1– 1,5 % glukosa Jingga / warna lumpur keruh Positif +++ (3+): sesuai dengan 2– 3,5 % glukosa Merah keruh Positif ++++(4+): sesuai dengan > 3,5 % glukosa
d. Tes HbA1C atau tes A1C Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C) merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah.
Hasil pemeriksaan A1C
memberikan gambaran rata-rata gula darah selama priode waktu 6-12 minggu dan hasil ini dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk melakuakan penyesuaian terhadap pengobatan diabetes yang dijalani. Hemoglobin adalah salah satu substansi sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah tidak terkontrol (yang berarti kadar gula darah
tinggi) maka gula darah akan berkaitan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu, ratarata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi dalam satu beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-86).
Tabel 2.2 Kolerasi antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah HbA1C (%)
Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
6 7 8 9 10 11
135 170 205 240 275 310
12
345
Kadar HbA1C normal pada bukan penyandang diabetes antara 4% sampai dengan 6%. Beberapa studi menunjukan bahwa diabetes yang tidak terkontrol akan mengakibatkan timbulnya komplikasi, untuk itu pada penyandang diabetes kadar HbA1C ditargetkan kurang dari 7 %. Semakin tinggi kadar HBa1C maka akan semakin tinggi pula resiko timbulnya komplikasi, demikian pula sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-86).
7.
Komplikasi
a. Komplikasi Akut Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK (Koma Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik) atau Hiperosmolar Nonketokik (HONK). (Ernawati, 2013 : 87-106). 1)
Hipoglikemia Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/d. lGlukosa merupakan bahan bakar utama untuk melakukan metabolisme di otak. Sehingga kadar glukosa darah harus selalu dipertahankan diatas kadar kritis, yang merpakan salah satu fungsi penting system pengatur glukosa darah. Bila glukosa darah turun terlalu rendah dalam batas 20-50 mg/100ml lebih dari beberapa menit, timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh iritabilitas progresif yang menyebabkan pingsan, kejang dan koma.
2)
Ketoasidosis Diabetik Ketoasidosi Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisensi insulin absolute atau relative. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan penanganan yang tepat karena merupakan ancaman kematian bagi diabetes.
3)
Synrome Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik (HHNK) Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami absolute defisiensi insulin namun relative defisiensi insulin. HHNK sering terjadi pada pasien lansia yang tidak menyadari mengalami DM atau mengalami DM dan disertai dengan penyakit penyerta yang
mengakibatkan menurunnya intake makanan salah satunya seperti infeksi (pneumonia, sepsis, infeksi gigi). b. Komplikasi Kronis 1)
Komplikasi makrovaskuler
a)
Penyakit Arteri Koroner Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner merupakan salah satu komplikas makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita DM tipe 1 maupun DM tipe 2. Proses terjadinya penyakit jantung koroner pada penderita DM disebabkan oleh control glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama yang disertai dengan hipertensi, resistensi insulin, hiperinsulinemia, hiperamilinemia, disliedemia, gangguan system koagulasi dan hiperhomosisteinimia.
b) Penyakit serebrovaskuler Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non DM, namun pasien DM memilki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit kardiovaskuler. Pasien yang mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh serebral atau pembentukan emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan terkadang terjepit dalam pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat mengakibatkaan iskemi sesaat. Gejalanya pusing, vertigo, gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan. c)
Penyakit vaskuler perifer Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali lipat dibandingkan pasien non-DM. Hal ini disebabkan pasien DM cenderung mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah. Pasien dengan gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami berkurangnya denyut nadi perifer dan kaludikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif
arteri yang parah pada ekstermitas bawah merupakan penyebab utama terjadinya ganggren yang berakibat amputasi pada pasien DM. 2)
Komplikasi mikrovaskuler
a)
Retinopati diabetik Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan factor resiko utama terjadinya retinopati diabetik.
b)
Nefropati diabetik Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan albuminuria menetap (120 %
Cara menghitung pengukuran keseimbangan energi dengan cara mengukur IMT (Indeks Masa Tubuh) IMT = Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) ² a)
IMT yang dihubungkan dengan resiko paling rendah terhadap kesehatan adalah 22-25
b)
Berat badan lebih bila IMT antara 25-30
c)
Obesitas bila IMT lebih dari 30
1)
Menghitung Kebutuhan Kalori Sebelum menghitung kebutuhan kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes, terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang paling mudah dengan rumus Brocca :
Berat badan idaman = 90% X (tinggi badan dalam cm – 100 ) X 1 kg
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 7).
Catatan : pada laki-laki dengan tinggi badan
View more...
Comments