Laporan Pendahuluan Abses Mandibula
July 14, 2019 | Author: Anonymous yuaOiul1l | Category: N/A
Short Description
Abses mandibula...
Description
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES SUBMANDIBULA
STASE KEPERAWATAN BEDAH DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT TENTARA TINGKAT II dr. SOEPRAOEN
Disusun Oleh Rohma Yuni Agustin 201710461011024
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan yang berada di ruang Mawar Rumah Sakit Tentara Tingkat II dr. Soepraoen di susun oleh :
Nama
: Rohma Yuni Agustin
NIM
: 201710461011024
Telah diperiksa dan disahkan sebagai salah satu tugas profesi Ners Departemen Bedah
Malang, Mei 2018 Mahasiswa (Ners Muda)
Rohma Yuni Agustin, S.Kep
Mengetahui, Pembimbing Akademik,
(
Pembimbing Klinik,
)
(
)
LAPORAN PENDAHULUAN ABSES SUBMANDIBULA
A. PENGERTIAN Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai nanah, di suatu tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi pertahanan tubuh terhadap benda asing (Mansjoer A, 2005). Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan proses yang disebut peradangan (Bambang, 2005). Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang sub mandibula atau salah satu komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare, 2001 ).
B. ETIOLOGI Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara antara lain : a. Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril. b. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain c. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusiadan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika : a. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi. b. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang c. Terdapat gangguan sisitem kekebalan. Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001), abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga mulut atau gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan di daerah sub mandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada tanda - tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas harus segera dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris
tengah dan eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tandatanda sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula).
Setelah dilakukan
eksplorasi
diberikan antibiotikadosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob. Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru,mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah. C. TANDA DAN GEJALA Menurut Smeltzer dan Bare (2001),
gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan
pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. gejalanya bisa berupa : a. Nyeri b. Nyeri tekan c. Teraba hangat d. Pembengakakan e. Kemerahan f.
Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh. Adapun tanda dan gejala abses mandibula adalah nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan di bawah lidah, mungkin berfluktuasi. D. PATOFISIOLOGI Menurut Price (2006) jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel - sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut, dan setelah menelan bakteri. Sel darah putih akan mati, sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisis rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding
pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah penyebaran inf eksi lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka inf eksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses
E. KOMPLIKASI Komplikasi atau dampak yang mungkin terjadi akibat dari abses mandibula menurut Siregar (2004) adalah : a. Kehilangan gigi b. Penyebaran infeksi pada jaringan lunak dapat mengakibatkan selulitis wajah dan ludwig’s angina c. Penyebaran infeksi pada tulang rahang dapat mengakibatkan osteomyelitis mandibula atau maksila d. Penyebaran infeksi pada daerah tubuh yang lain, menghasilkan abses serebral, endokarditis, pneumonia, atau gangguan lainnya.
F. PEMERIKSAN DIAGNOSIS Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau di bawah kulit sangat mudah dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses dalam , biasanya dilakukan pemeriksaan rontgen, CT Scan, MRI, USG.
G. PENATALAKSANAAN Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara parenteral. Hal yang paling penting adalah terjaganya saluran nafas yang adekuat dan drainase abses yang baik. Seharusnya pemberian antibiotik berdasarkan hasil biakan kuman dan tes kepekaan terhadap bakteri penyebab infeksi, tetapi hasil biakan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan hasilnya,sedangkan pengobatan harus segera diberikan. sebelum hasil mikrobiologi ada, diberikan antibiotik kuman aerob dan anaerob. Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis tinggi terhadap kuman aerob dan
anaerob harus diberikan secara parentral. Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 0,5 tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1- 2 hari gejala dan tanda inf eksi reda. Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah dengan sendirinya dan mengeluarkan isinya,.kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa- sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras. Untuk meringankan
nyeri dan mempercepat
penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik biasanya sia- sia antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian A. Identitas Pasien a. Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, tanggal pengkajian, diagnostic medic. b. Identitas penanggung : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien. c. Keluhan Utama. Biasanya pasien mengeluh bengkak. d. Riwayat Kesehatan
Riwayat Penyakit Sekarang, Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
Riwayat Penyakit Dahulu, Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini
Riwayat Penyakit Keluarga, Apakah ada keluarga pernah menderita penyakit seperti ini.
Riwayat
Psikososial,
Apakah
pasien
merasakan
kecemasan
yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan
B. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen injuri biologi b. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit. c. Kerusakan Intergritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik. d. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan post operasi. e. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh. f.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan, nyeri area rahang.
g. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada area rahang dan luka operasi. h. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya peradangan di area mulut. i.
Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Siregar,C.J.P., 2004, Farmasi Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta, 20, 37-42 Fachruddin D. Abses Leher Dalam. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. Hal 226 -30.
View more...
Comments