Laporan Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, Dan PH
April 12, 2018 | Author: YanaAdityaHerwantoro | Category: N/A
Short Description
untuk mengetahui warna, bau, kekeruhan, pH suatu sampel air sehingga dapat dikonsumsi...
Description
I.
JUDUL PERCOBAAN
: PEMERIKSAAN WARNA, BAU, KEKERUHAN, DAN PH
II. HARI/TANGGAL PERCOBAAN
: Senin, 20 Oktober 2014
III. SELESAI PERCOBAAN
: Senin, 20 Oktober 2014
IV. TUJUAN PERCOBAAN 1. Untuk mengetahui kualitas air secara fisika, yaitu warna 2. Untuk mengetahui kualitas air secara fisika bau dan kekeruhan 3. Untuk mengetahui derajat keasaman air V. TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air adalah rusaknya kualitas air karena terkontaminasi cairan kimia berbahaya. Air dikatakan tercemar jika tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Walaupun fenomena alam seperti, gunung meletus, pertumbuhan ganggang, gulma yang sangat cepat, badai dan gempa bumi merupakan penyebab utama perubahan kualitas air,namum fenomena tersebut tidak dapat disalahkan sebagai penyabab pencemaran air. Pencemaran ini dapat disebabkan oleh limbah industri, perumahan, pertanian, rumah tangga dan penangkapan ikan dengan menggunakan racun. Secara umum sebab-sebab pencemaran air adalah sebagai berikut :
Limbah industri (bahan kimia baik cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan minyak dan oli).
Limbah pertanian (pembakaran lahan dan pestisida).
Limbah pengolahan kayu.
Penggunaan bom oleh nelayan dalam mencari ikan di laut.
Rumah tangga (limbah cair seperti sisa mandi, deterjen, dll.) Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem. Sesuatu benda dapat dikatakan polutan bila : 1. Kadarnya melebihi batas normal 2. Berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat.
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
1
Polutan dapat berupa debu, bahan kimia, suara, panas, radiasi, makhluk hidup, zat-zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya polutan dalam jumlah yang berlebihan menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan pembersihan sendiri (regenerasi). Oleh karena itu, polusi terhadap lingkungan perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera dan terpadu. Kualitas air terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa dan warna secara fisika dan perubahan pH secara kimia. Berikut beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan kualitas air meliputi kekeruhan, warna, rasa, dan bau. a. Bau Air yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berbau. b. Warna Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan (dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan. c. Rasa
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
2
Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab timbulnya rasa. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa. d. Kekeruhan Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisne lain (dalam Effendi 2003). Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan.
Bakteri
dapat
dikategorikan
sebagai
materi
organik
tersuspensi yang menambah kekeruhan air. Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air. Satuan kekeruhan yang biasa digunakan sebagai berikut : mg/l SiO2 (satuan standar) = 1 unit turbiditas. NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Batas maksimal yang diperbolehkan oleh US Environmental Protection Agency adalah 0,5 – 1 unit kekeruhan (NTU). Dalam batas ini, air boleh digunakan sebagai air minum. Salah satu parameter kimia yang digunakan untuk menentukan kualitas air adalah pH. pH merupakan suatu parameter penting untuk
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
3
menentukan kadar asam/basa dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling sering digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat. Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu menghasilkan air. Ion H+ dan OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang dinamis dengan H2O berdasarkan reaksi (2.16). H2O ↔ H+ + OH- .......................................................................... (2.16) Ion
hidrogen
bersifat
asam.
Keberadaan
ion
hidrogen
menggambarkan nilai pH derajat keasaman yang dinyatakan dengan persamaan (2.17) pH = – log [H+] .............................................................................. (2.17) Konsentrasi ion hidrogen dalam air murni yang netral adalah 10-7 g/l. Nilai disosiasi (Kw) pada suhu 25°C sebesar 10-14 seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.18). [H+] + [OH-] = Kw ........................................................................ (2.18) Skala pH berkisar antara 0 – 14. Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut : pH = 7 menunjukkan keadaan netral 0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam 7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis) Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
4
minum. pH standar untuk air minum sebesar 6,5 – 8,5. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya. Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus, kertas pH universal, larutan indikator universal (metode Colorimeter) dan pHmeter (metode Elektroda Potensiometri). Pengukuran pH penting untuk
mengetahui
keadaan
larutan
sehingga
dapat
diketahui
kecenderungan reaksi kimia yang terjadi serta pengendapan materi yang menyangkut reaksi asam basa.
VI. ALAT DAN BAHAN • Alat – Alat : 1. Gelas kimia 250 ml
1 Buah
2. Corong
1 Buah
3. Pipet tetes
2 Buah
4. Turbidimeter
1 Buah
5. pH meter
1 Buah
• Bahan – Bahan : 1. Sampel air sumur 2. Air Unesa 3. Indikator universal
VII. ALUR KERJA 1. Pemeriksaan Warna 20 mL air contoh -
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-
Dibandingkan dengan standar Hasil
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
5
2. Pemeriksaan Rasa, Bau, dan Kekeruhan Air contoh -
Dimasukkan ke dalam botol bermulut sempit
-
Ditutp dengan gabus
-
Dipanaskan hingga suhu 400C
-
Dibuka tutupnya dan dicium bau gas yang keluar
Bau air contoh 100 ml air contoh -
Dimasukkan ke dalam tabung turbidineter dan diperiksa
-
Diperiksa kekeruhannya
-
Dibandingkan dengan larutan standar Hasil
3. Penentuan pH Elektroda pH meter dan pengukur suhu -
Dikalibrasi dengan larutan buffer 4.7 dan 9
-
Dicelupkan ke dalam sampel
-
Ditunggu hingga angka yang muncul stabil Hasil
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
6
VIII. HASIL PENGAMATAN No
1
Hasil
Alur Kerja
Pengamatan
Pemeriksaan Warna
- Warna larutan standar: tidak
20 ml air sampel
berwarna, jernih - Warna sampel:
-
Dimasukkan
ke
dalam
kuning
tabung reaksi -
Dibandingkan
Dugaan/Reaksi
Kesimpulan
Syarat air dapat
Larutan
diminum:
sampel tidak
- Tidak
layak minum
berwarna, jernih - Tidak bau
dengan
- pH antar 6.5-
standar
8.5 - kekeruhan
Hasil
maksimal 5 NTU
2.
Pemeriksaan Rasa, Bau,
- Bau sampel:
Kekeruhan
amis
Larutan sampel tidak layak minum
Air contoh - Dimasukkan ke dalam botol bermulut sempit - Ditutp dengan gabus - Dipanaskan
hingga
suhu
400C - Dibuka tutupnya dan dicium bau gas yang keluar Bau air contoh
100 ml air contoh
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
7
- Dimasukkan tabung
ke
dalam
turbidineter
dan
diperiksa - Diperiksa kekeruhannya - Dibandingkan
dengan
larutan standar Hasil
3.
Penentuan pH
- Kekeruhan
Larutan
larutan standar:
sampel tidak
0.17 NTU
layak minum
- Kekeruhan sampel: 229 NTU
- Pengukuran
Larutan
dengan indicator
sampel tidak
Elektroda pH meter
universal:
layak minum
dan pengukur suhu
pH sampel: 6 pH larutan standar: 7
- Dikalibrasi dengan larutan buffer 4.7 dan 9
- Pengukuran
- Dicelupkan ke dalam sampel
dengan pH
- Ditunggu hingga angka yang
meter:
muncul stabil Hasil
pH sampel: 6.67 pH larutan standar: 7.28
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
8
IX. PEMBAHASAN Pada percobaan warna dan bau menggunakan uji organoleptik. Uji organoleptik adalah cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian yang dilakukan terhadap air yang diambil dari sumur di daerah Porong, Sidoarjo. Pada percobaan pertama yaitu uji warna bertujuan untuk mengetahui kualitas air secara fisika yaitu warna. Salah satu syarat air yang baik adalah air tersebut tidak berwarna. Oleh karena itu dilakukan uji warna terhadap air sampel dan air standar yaitu menggunakan air aquanesa. Pengujian warna air sampel dilakukan dengan memasukkan 20 mL air sampel ke dalam tabung reaksi. Kemudian 20 mL aquanesa dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Air sampel dibandingkan dengan air aquanesa. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, air sampel ini mempunyai warna kuning sedangkan aquanesa tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa air sampel tidak layak minum karena sesuai dengan PERMENKES 416/1990 bahwa syarat air minum adalah tidak berwarna. Pada percobaan kedua yaitu uji bau dan kekeruhan bertujuan untuk mengetahui kualitas air secara fisika yaitu bau dan kekeruhan. Tidak berbau dan kekeruhan dibawah 5 NTU merupakan syarat untuk air yang baik. Oleh karenanya dilakukan uji baud an kekeruhan terhadap air sampel. Pengujian bau dilakukan dengan memasukkan sampel air ke dalam tabung reaksi. Kemudian dipanaskan di atas pembakar spiritus dan dicium bau yang keluar. Bau yang tercium adalah bau amis. Pengujian kekeruhan dilakukan dengan memasukkan 100 mL sampel air kedalam gelas kimia dan dicek kekeruhannya dengan menggunakan tabung turbidimeter. Hal serupa juga dilakukan terhadap aquanesa. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai kekeruhan sampel air sebesar 229 NTU sedangkan aquanesa sebesar 0,17 NTU. Berdasarkan data bau dan percobaan menunjukkan bahwa sampel air tidak layak minum karena berdasarkan PERMENKES 416/1990 bahwa air yang layak untuk minum tidak berbau dan kekeruhan maksimal 5 NTU.
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
9
Percobaan ketiga yaitu penentuan pH bertujuan untuk mengetahui derajat keasamaan air. pH merupakan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hydrogen dengan menggunakan rumus pH = - log [H+]. Air yang baik biasanya mengandung pH antara 6,5 sampai 8,5. Penentuan pH dilakukan dengan 2 cara. Cara yang pertama dengan menggunakan indicator universal. Indikator universal dimasukkan ke dalam sampel air dan dicocokkan warnanya menghasilkan pH 6. Langkah tersebut juga dilakukan untuk aquanesa dan menghasilkan pH sebesar 7. Cara yang kedua dengan menggunakan alat pengukur pH atau pH meter. Elektroda pada pH meter dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi sampel air. pH sampel air yang diperoleh berdasarkan pH meter sebesar 6,67. Langkah serupa juga dilakukan untuk aquanesa dan didapatkan pH dengan menggunakan pH meter sebesar 7,28. Berdasarkan data penentuan pH menunjukkan bahwa sampel air tidak dapat digunakan karena terlalu asam. Jika air terlalu asam dapat menyebabkan kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun dan aktivitas naik.
X.
KESIMPULAN Berdarkan praktikum yang telah dilakukan, kesimpulannya sebagai berikut: 1. Kualitas sampel air tidak layak untuk minum karena air berwarna kuning 2. Kualitas sampel air tidak layak untuk minum kerena air berbau amis 3. Kualitas sampel air tidak layak untuk minum karena nilai kekeruhan air sangat tinggi yaitu sebesar 229 NTU 4. Kualitas sampel air tidak layak untuk minim karena bersifat asam.
XI. DAFTAR PUSTAKA Amaria, dkk. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Lingkungan. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Unesa. Anonim.
2014.
Pencemaran
Air.
(online).
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air diakses pada 25 Oktober 2014).
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
10
Efendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
11
LAMPIRAN FOTO
Sumur tempat mengambil sampel air dekat lumpur Lapindo
Pemeriksaan warna blanko : sampel
Pemeriksaan kekeruhan blanko dengan turbidimeter
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
Pemanasan pemeriksaan bau sampel air
Pemeriksaan kekeruhan sampel dengan turbidimeter
12
Pemeriksaan pH blanko dengan indikator universal
pH blanko dengan indikator universal
pH blanko dengan pH meter
Pemeriksaan pH sampel dengan indikator universal
pH sampel dengan indikator universal
pH sampel dengan pH meter
Pemeriksaan Warna, Bau, Kekeruhan, dan pH
13
View more...
Comments