laporan pemeriksaan total protein

March 29, 2018 | Author: Hanna Kalita Mahandhani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

pemeriksaan total protein dengan metode biuret...

Description

BLOK BASIC SCIENCES OF DIGESTIVE AND NEPHROURINARY SYSTEMS Pemeriksaan Total Protein

Oleh: Kelompok 10 Prajna Paramita

G1A014010

Dita Yulianti

G1A014022

Ahmad Mustafid Alwi

G1A014034

Fiahliha Nur Azizah

G1A014046

Alfredo Fernanda

G1A014058

Almira Tiyakusuma

G1A014070

Ufik Maulena

G1A014082

Hanna Kalita Mahandhani

G1A014094

Titis Pudyatika Destya A.

G1A014106

Ghina Almas Nurafina

G1A014118

Asisten M. Danantyo Himawan NIM G1A011102

RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN JURUSAN KEDOKTERAN UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN PURWOKERTO 2015

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh: Kelompok 10 Prajna Paramita

G1A014010

Dita Yulianti

G1A014022

Ahmad Mustafid Alwi

G1A014034

Fiahliha Nur Azizah

G1A014046

Alfredo Fernanda

G1A014058

Almira Tiyakusuma

G1A014070

Ufik Maulena

G1A014082

Hanna Kalita Mahandhani

G1A014094

Titis Pudyatika Destya A.

G1A014106

Ghina Almas Nurafina

G1A014118

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Biokimia Kedokteran blokBasic Sciences of Digestive and Nephrourinary Systemspada Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran Umum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Diterima dan disahkan Purwokerto, Maret 2015 Asisten M. Danantyo Himawan G1A011102 I.

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum Pemeriksaan Total Protein Metode Biuret B. Tanggal Praktikum Rabu, 02 April 2015 C. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa akan dapat melakukan pemeriksaan total protein dalam darah dengan metode biuret. 2. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan total protein pada saat praktikum setelah membandingkan dengan nilai normal. 3. Mahasiswa akan dapat mengetahui kondisi/penyakit apa saja yang berkaitan dengan kadar total protein abnormal dalam darah.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Protein Protein adalah makro molekul yang terdiri dari satu atau lebih rantai panjang dari residu asam amino. Protein, adalah molekul kompleks yang hadir pada setiap organisme hidup. Protein sangat kaya nutrisi dan secara langsung terlibat dalam proses kimiawi yang penting dalam hidup. Protein berasal dari kata proteios yang berasal dari bahasa Yunani. Proteios berarti memegang tempat utama, kata tersebut diberikan oleh ilmuwan kimia pada awal abad ke-19. Spesies protein berbeda dan spesifik, protein jugaspesifik organ. Sebagai contoh protein otot berbedadari protein yang berada di hepar maupun otak. (Koshland, 2014) Sebuah molekul protein berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan gula ataupun garam. Protein terdiri dari banyak asam amino yang bergabung bersama untuk membentuk rantai panjang. Terdapat 20 asam amino yang secara alami terdapat pada protein. Protein memiliki fungsi yang miripdengan komposisi dan urutan asam amino. Tumbuhan dapat mensintesis sendiri semua asam amino, sedangkan hewan tidak. Tumbuhan dapat tumbuh di medium nutrient anorganik yang menyediakan nitrogen, kalium, dan substansi lain yang penting untuk tumbuh. Tumbuhan menggunakan karbondioksida di udaraselama proses fotosintesisuntukmembentuk komponen organik sepertikarbohidrat. Karena protein yang dikandung oleh tumbuhan rendah, sejumlah banyak tumbuhan diperlukan oleh manusia karena itu diperlukan protein dari sumber lain seperti daging, susu dan telur. Protein hewani mengandung lebih banyak protein dari yang dikandung di plasma darah. Otot mengandung 30% protein, hepar mengandung 20-30 %, sel darah merah mengandung 30%. Persentasenya semakin tinggi pada rambut, tulang dan organ dengan kandungan rendah

air. Jumlah asam amino dan peptide pada hewan lebih kecil dari jumlah protein. Kadar protein yang tinggitidakberartibahwakadar protein yang tinggiberbandinglurusdengankegunaannyadalamtubuh. protein

pentingdalamtubuh

rendahsepertihormon.

yang

Kebanyakan

pentingmemilikikadar Kegunaan

yang protein

secaraprinsipnyaberkaitandenganfungsinya.Semuaenzimadalah

protein,

enzimadalahkatalisatoruntukreaksimetabolisme.Tanpaenzimhiduptidaklah mugkin.Padasemua

vertebrata,

protein

bertindaksebagaipembawaoksigenpadadarah,

respirasi

hemoglobin

membawaoksigendariparu-

paruke organ tubuhdanstrukturpadatubuhmanusia. B. Fungsi Protein 1. Sebagaienzim Fungsi : Mengkatalisis penguraian atau pembentukan ikatan kovalen. Contoh : Makhluk hidup memiliki ribuan enzim yang berbedabeda. Setiap enzim mengkatalisis sebuah reaksi tertentu. Seperti tryptophan sintase membuat asam amino tryptophan, pepsin mendegradasi protein makanan di gaster, ribulosa bisphospat karboksilase membantu konversi karbondioksida menjadi gula pada tumbuhan, DNA polymerase menggandakan DNA, protein kinase menambahkan gugus fostfat pada molekul protein. 2. Protein struktural Fungsi :Menyediakan topangan mekanis pada sel dan jaringan. Contoh : Di luar sel, kolagen dan elastin secara umum digunakan sebagai cairan ekstraselular dan membentuk serat di tendon serta ligamen. Di dalam sel, tubulin membentuk mikrotubulus yang panjang dan kaku. Aktin membentuk filamen yang menopang membran plasma. Kreatin membentuk serat yang menyusun rambut dan tanduk. 3. Protein transport Fungsi :Membawa molekul kecil atau ion. Contoh :Dalam aliran darah, serum albumin membawa lipid, hemoglobin membawaoksigen, dan transferin membawabesi. Banyak

protein yang terpaut pada membran transport ion ataumolekul kecil yang melewati membran. Sebagaicontoh: Glukosa membawashuttle glukosa menuju dan keluar hepar. Pompa Ca2+ pada otot memompa kalsium yang diperlukan untuk kontraksi ke retikum endoplasma, dimana mereka disimpan. 4. Protein Motorik Fungsi :Mengatur gerakan pada sel dan jaringan. Contoh :Myosin pada otot skelet menyediakan energi bagi manusia untuk bergerak, kinesin berinteraksi dengan mikrotubulus untuk menggerakkan organel menuju sel, dynein menggerakkan silia dan flagella. 5. Protein cadangan Fungsi :Menyimpan mikro molekul dan ion Contoh :Besi disimpan di hepar dengan cara berikatan dengan ferritin, ovalbumin pada telur digunakan sebagai sumber asam amino sebelum dikembangkan sebagai embrio, kasein dalam susu sumber dari asam amino bagi bayi dan mamalia. 6. Protein Sinyal Fungsi :Membawa sinyal dari sel ke sel. Contoh :Banyak hormon dan faktor pertumbuhan mengkoordinasi fungsi fisiologis dari protein manusia. Insulin adalah protein kecil yang mengontrol level glukosa pada darah, netrin menumbuhkan sel saraf pada embrio. 7. Protein reseptor Fungsi :Menerima sinyal dan

mentransmisikannya pada sel

perespon Contoh :Rhodopsin pada sel retina mendeteksi cahaya, reseptor asetilkolin pada membran otot menerima sinyal dari akhiran saraf, reseptor insulin membolehkan sel hepar untuk merespon pada hormon insulin saat mengkonsumsi glukosa. 8. Protein Regulator Gen Fungsi :Mengatur gen DNA untukdiaktifkan atau tidak. Contoh : Represor laktosa pada bakteri menonaktifkan gen enzim yang mendegradasi gula laktosa. 9. Protein special purpose Fungsi :Sangatbervariasi Contoh :Organisme membuat begitu banyak protein dengan fungsi yang sangat berbeda-beda. Hal ini menunjukan berbagai fungsi luar

biasa yang dapat protein lakukan. Protein anti beku dari ikan artik dan antartika melindungi darah merekadari membeku, protein hijau fluoresen dari ubur-ubur mengemisikan warna hijau, monellin adalah protein yang dijumpai pada tanaman afrika yang memiliki rasa yang sangat manis. Beberapa organisme laut mengsekresikan protein glue yang mengikatkan merekadengan kuat pada batu ataupun terumbu karang. C. Sifat Kimiawi Protein Protein adalah makromolekul yang tersusun atas asam – asam amino, dengan kata lain protein juga merupakan polimer yang tersusun oleh banyak monomer asam – asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein berperan biologis, terutama dalam membangun unit terkecil kehidupan yaitu sel. Peran biologis itu misalnya pada trasnformasi energy, bioenergi, dan pada proses dinamisasi yang berkesinambungan(Sudarmadji, 2006). Adapun sifat-sifat kimia protein adalah sebagai berikut: 1. Berat molekul protein sangat besar Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan (Sudarmadji, 2006). 2. Protein merupakan koloid di alam Albumin

merupakan

koloid

alamiah

pertama

yang

digunakan sebagai volume expander sehubungan dengan fungsinya dalam meningkatkan tekanan ankotik intravaskular sehingga mampu memperbesar volume intravaskular dan memperbaiki perfusi jaringan. Albumin juga berfungsi sebagai

alat transport beberapa zat penting seperti lemak, toksin, obatobatan (Poedjiadi, 2005). 3. Protein dapat larut dalam larutan yang berbeda Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Daya larut protein akan berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujungujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa). Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini dilakukanelektrolisis, molekul protein akan bergerak kearah katoda. Dan sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan bergerak menuju anoda (Sumitro, 2010). 4. Protein bersifat amfoter Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molkeul protein. Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya (Almatsier, 2004). 5. Memiliki berbagai macam bentuk Berdasarkan bentuknya, protein dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu: protein berbentuk bulat, serat, dan gabungan keduanya. a. Protein berbentuk bulat (globular) Protein berbentuk bulat (globular) diantaranya adalah (Sirajuddin, 2011) : 1) Albumin Albumin adalah protein yang larut dalam air dan menggumpal apabila terkena panas. Umumnya albumin menjadi komponen pada albumin telur, albumin serum, leucosin pada gandum dan legumelin pada kacangkacangan. 2) Globulin Globulin umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam kuat dan menggumpal apabila terkena panas.Globulin terdapat sebagai komponen globulin serum, fibrinogen, myosinogen, edestin pada biji hemp, legumin pada kacang-kacangan, concanavalin pada jack bean dan excelsin pada kacang Brazil. 3) Glutein Glutelin tidak larut dalam air dan pelarut netral, tetapi lebih cepat larut dalam larutan asam atau basa. Contoh yang umum terdapat pada glutelin pada jagung yang lisinnya tinggi, dan oxyzenin pada padi. 4) Prolamin atau gliadin Prolamin atau gliadin adalah protein sederhana yang larut dalam 70 sampai dengan 80 persen etanol tetapi tidak larut dalam air, alkohol dan pelarut netral. Contohnya terdapat pada zein dalam jagung dan

gandum, gliading pada gandum dan rye serta hordein pada barley. 5) Histon Histon adalah protein dasar yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam larutan amonia. Histon sebagian besar bergabung dengan asam nukleat pada sel makluk hidup. Contoh yang umum adalah globin pada hemoglobin dan scombron pada spermatozoa mackerel. 6) Protamin Protamin adalah molekul dengan bobot rendah pada protein, larut dalam air, tidak menggumpal terkena panas berbentuk garam stabil. Contohnya adalah salmine dari sperma ikan salmon, sturine dari ikan sturgeon, clupeine dari ikan herring, dan scombrine dari ikan mackerel. Protamin umumnya bersatu dengan asam nukleat dalam sperma ikan. b. Protein berbentuk serat (fibrous) Protein berbentuk serat (fibrous), diantaranya adalah (Nissen, 2009) : 1) Kolagen Kolagen

adalah

protein

utama

pada

jaringan

penghubung skeletal. Umumnya collagen tidak larut dalam air dan tahan pada enzim pencernaan hewan, tetapi berubah cepat dalam bentuk larutan, dalam bentuk gelatin lebih mudah dicerna apabila dipanaskan dalam air atau larutan asam atau basa. Kolagen mempunyai karakteristik struktur asam amino unik diantaranya adalah hidroksiprolin yang molekulnya besar, hidroksilisin sistein, sistin dan triptofan 2) Elastin Elastin adalah protein pada jaringan elastis seperti pada tendon dan arteri. Meskipun penampakannya sama

dengan kolagen, elastin tidak dapat diubah menjadi gelatin 3) Keratin Keratin merupakan protein yang suka dilarutkan dan tidak dapat dicerna. Umumnya menjadi komponen rambut,

kuku,

bulu,

tanduk

dan

paruh.Keratin

mengadung 14 sampai dengan 15 persen sistin. c. Protein gabungan (conjugated) Protein gabungan (conjugated), diantaranya adalah (Nissen, 2009) : 1) Nukleoprotein Nukleuprotein adalah satu atau lebih molekul protein yang berkombinasi dengan asamnukleat, yang dalam sel

dikenal

sebagai

deoksiribonukleatprotein,

ribonukleatprotein ribosom dan lain-lain. 2) Mukoid atau mukoprotein Bagian

karbohidrat

mukopolisakarida

dalam

yang

protein

mengandung

adalah N-asetil-

heksosamin seperti glukosamin atau galaktosamin yang berkombinasi dengan asam uronik, galakturonik atau asam glukoronik, banyak juga yang mengandung asam sialik. 3) Glikoprotein Glikoprotein

adalah

protein

yang

mengandung

karbohidarat kurang dari 4 persen, sering kali dalam bentuk heksosa sederhana, seperti manosa sebesar 1,7 persen dalam albumin telur 4) Lipoprotein Adalah protein larut dalam air yang bergabung dengan lesitin, cepalin, kolesterol, atau lemak dan fosfolipid lain. 5) Kromoprotein

Kromoprotein adalah kelompok yang mempunyai bentuk karakteristik yang merupakan gabungan dari protein sederhana dengan kelompok prospetik pewarna. Komoprotein

meliputi

hemoglobin,

sitokrom,

flavoprotein, visual purple pada retina mata dan enzim katalase. 6. Menghasilkan asam amino dalam proses hidrolisis Hidrolisis protein merupakan proses pemutusan ikatan peptida dari protein menjadi komponen-komponen yag lebih kecil seperti pepton, peptida, dan asam amino. Hidrolisis ikatan peptida akan menyebabkan beberapa perubahan pada protein, yaitu meningkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+dan COO-danberkurangnya berat molekul protein atau polipeptida,

serta

rusaknya

struktur

globular

protein

(California, 2007). Waktu yang digunakan untuk hidrolisis pada ikatan peptida bergantung pada asam amino. Biasanya, ikatan peptida antara asam amino alifatik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk diuraikan. Hidrolisis yang memakan waktu 24 jam pada suhu 110oC kurang mampumemecahkan ikatan peptida. Sedangkan

hidrolisis

yang

memakan

waktu

2-3

hari

mampumenguraikan dengan sempurna isoleusin dan ikatan valin(Sudarmadji. S, 2006). 7. Berfungsi sebagai Buffer Protein dalam darah berfungsi sebagai buffer (penyangga), yaitu bahan yang dapat bereaksi baik dengan asam atau basa untuk menetralkannya. Hal ini merupakan fungsi yang sangat penting karena sebagian besar jaringan tubuh tidak dapat berfungsi bila pH-nya berubah normal. Dengan cara bereaksi setiap kelebihan asam atau alkali, fungsi protein dalam darah

tersebut merupakan salah satu upaya tubuh agar tidak terjadi perubahan pH dalam darah (Almatsier, 2007). D. Klasifikasi Protein Menurut Martini (2012), protein esensial diklasifikasikan menjadi tujuh, yaitu: 1. Sebagai penyusun protein struktural Menyusun kerangka 3 dimensi

dan

menjadi

kerangka,memperkuat sel,jaringan,dan organ. 2. Movement protein kontraktil Fungsinya untuk kontraksi otot dan bertanggungjawab untuk pergerakan sel-sel pada individu. 3. Transport Contohnya transport lemak yang tidak larut,pertukaran gas,spesial mineral seperti Fe,dan beberapa hormon yang tidak bisa dikirim melalui darah,protein ini mentransport suatu zat dengan ikatan tertentu. Protein mentrasnport material dari satu sel ke sel yang lain. 4. Sebagai buffer Protein membentuk buffer sehingga mencegah perubahan pH yang ekstrim pada sel. 5. Pengaturan metabolik. Enzim mempercepat reaksi kimia enzim sangat sensitif terhadap

perubahan

lingkungan

dalam

mengendalikan

kecepatan dan arah proses metabolik. 6. Koordinasi dan control Hormon yang tersusun dari protein dapat mempengaruhi kegiatan

metabolisme

setiap

sel

dalam

tubuh

atau

mempengaruhi fungsi organ tertentu atau sistem organ. 7. Pertahanan Protein disebut antibodi karena termasuk komponen respon imun,membantu melindungi tubuh dari penyakitdan juga untuk pembekuan darah. Zat yang paling melimpah di dalam sel adalah protein, yang biasanya merupakan 10 sampai 20 persen dari massa sel. Protein dapat dibagi menjadi dua jenis: protein struktural dan protein fungsional. Protein struktural yang ada di dalam sel terutama dalam bentuk filamen panjang

yang tersusun atas polimer dari molekul protein. Salah satu contoh fungsi dari filamen intraseluler tersebut adalah untuk membentuk mikrotubulus seperti sitoskeleton organel seluler sebagai penyusun silia, akson saraf, pembelahan sel pada pembentukan benang spindel, dantubulus berserabut tipis yang menyusun bagian sitoplasma dan nukleoplasma.pada komponen Ekstrasel, protein fibril ditemukan terutama di kolagen dan serat elastin pada jaringan ikat dan di dinding pembuluh darah, tendon, ligamen, dan sebagainya. Protein fungsional adalah jenis yang paling berbeda dari protein lainnya, biasanya terdiri kombinasi dari beberapa molekul dalam bentuk tubular(bulat) contohnya adalah protein penyusun enzim sel,protein fibril sering beredar di cairan sel. Juga, banyak dari mereka yang menempel pada membranstruktur dalam sel. Enzim kontak langsung dengan sel sehingga mempengaruhi proses biokimia di dalam sel tersebut. Misalnya, reaksi kimia pemecahan glukosa menjadi beberapa bagian dan kemudian berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk karbon dioksida dan air serta menghasilkan energi untuk fungsi seluler semua dikatalisasi oleh serangkaian protein enzim(Guyton, 2013). Berdasarkan kelarutannya dalam air atau pelarut lain, protein digolongkan atas beberapa golongan (Budianto, 2009), yaitu: 1. Albumin: larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah ovalbamin (dalam telur), seralbumin (dalam serum), laktalbumin (dalam susu). 2. Skleroprotein: tidak larut dalam pelarut encer, baik larutan garam,asam, basa, dan alkohol. Contohnya kolagen (pada tulang rawan), miosin (pada otot), dan keratin (pada rambut). 3. Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas. Larut dalam larutan garam encer, dan dapat mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi (salting out). Contohnya adalah miosinogen (dalam otot), ovoglobulin (dalam kuning telur), legumin (dalam kacang-kacangan). 4. Glutelin: tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut dalam asam atau basa encer. Contonya adalah glutelin (dalam gandum), orizenin (dalam beras).

5. Prolamin (gliadin): larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut dalam air maupun alkohol absolut. Contohnya adalah prolamin (dalam gandum), gliadin (dalam jagung), zein (dalam jagung). 6. Protamin: larut dalam air dan tidak terkoagulasi dalam panas. 7. Histon: larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer, dapat mengendap dalam pelarut protein lainnya, dan apabila terkoagulasi oleh panas dapat larut kembali dalam asam encer. Contohnya adalah globin (dalam hemoglobin). E. Protein Plasma Protein plasma merupakan suatu kelompok konstituen plasma yang tidak sekedar terangkut dalam plasma. Komponen penting ini dalam keadaan normal tetap berada dalam plasma, dan melakukan banyak fungsi penting. Kelompok protein plasma ada 3 yaitu : 1. Albumin Merupakan protein plasma yang paling banyak, berperan besar terhadap tekanan osmotik koloid. Protein ini juga secara nonspesifik berikatan dengan bahan kurang larut dalam plasma (misalnya bilirubin, garam empedu, dan penisilin) untuk transportasi dalam plasma. 2. Globulin Terdapat tiga jenis globulin, yaitu : a. Globulin α b. Globulin β c. Globulin γ Globulin alfa dan beta mengikat bahan-bahan yang kurang larut dalam plasma untuk transportasi dalam plasma, tetapi globulin ini sangat spesifik terhadap bahan yang akan mereka angkut.

Globulin

spesifik

mengangkut

hormon

tiroid,

kolesterol, dan besi. Globulin alfa dan beta juga sebagai salah satu faktor dalam proses pembekuan darah. Protein-protein darah yang inaktif, yang diaktifkan sesuai kebutuhan oleh masukan regulatorik tertentu, termasuk dalam golongan globulin

alfa

(misalnya

globulin

alfa

angiotensinogen

diaktifkan menjadi angiotensin). Sedangkan globulin gamma adalah immunoglobulin yang sangat penting bagi mekanisme pertahanan tubuh.

3. Fibrinogen Merupakan faktor kunci dalam pembekuan darah. Saat terjadi luka, benang-benang fibrin akan terbentuk dan membentuk anyamanuntuk menjaring sel darah dan menutupi luka. Rasio plasma normal berkisar antara 200-400 mg/dL. Protein plasma disintesis oleh hati kecuali globulin gamma yang dihasilkan oleh limfosit (Sherwood, 2014). Fungsi protein plasma : 1. Keseimbangan Osmotik Timbulnya edema disebabkan penurunan tekanan osmotik plasma akibat hipoalbuminemia dan retensi natrium (teori underfill). Hipovolemi menyebabkan peningkatan rennin, aldosteron, hormone ADH dan katekolamin plasma serta penurunan atrial natriuretic peptide (ANP). Pemberian infuse albumin akan meningkatkan volume plasma, meningkatkan laju filtrasi glomerulus dan ekskresi fraksional natrium klorida dan air yang menyebabkan edema berkurang. Membran glomerulus yang normalnya impermeable terhadap albumin dan protein menjadi permeable terhadap protein terutama albumin, yang melewati membrane dan ikut keluar bersama urin (hiperalbuminemia). Hali ini menurunkan kadar albumin, menurunkan

tekanan

osmotic

koloid

dalam

kapiler

mengakibatkan akumulasi cairan interstitial (edema) dan pembengkakan

tubuh,

biasanya

abnormal

(ascites).

Berpindahnya cairan dari plasma ke interstitial menurunkan volume cairan vascular (hipovolemia), yang mengaktifkan stimulasi RAAS (Renin, Angiotensis, Aldosteron System). Reabsorpsi tubulus terhadap air dan sodium meningkatkan volume intravaskuler (Donna L.Wong, 2004) 2. Pembentukan dan nutrisi jaringan Protein plasma sebagai sumber asam amino untuk jaringan. Sewaktu jaringan kekurangan protein, protein plasma dapat bertindak sebagai sumber untuk menggantikan kembali

protein jaringan dengan cepat. Sesungguhnya, seluruh protein plasma dapat diimbibisi in toto oleh makrofag jaringan melalui proses pinositosis; begitu berada dalam sel ini, protein plasma dipecah menjadi asam amino yang ditranspor kembali ke dalam darah dandipakai di seluruh tubuh untuk membangun protein sel di manapun protein tersebut dibutuhkan. Dengan cara ini, protein

plasma

berfungsi

sebagai

media

penyimpanan

proteinyang labil dan merupakan somber asam amino yang tersedia dengan mullah bila jaringan tertentu membutuhkannya. (Poedjiadi, 2006)

3. Transportasi a. Umum Albumin berfungsi mentransport berbagai macam substansi termasuk bilirubin, asam lemak, logam, ion, hormone, dan obat-obatan. Salah satu konsekuensi dari hipoalbumin adalah obat yang seharusnya berikatan dengan protein akan berkurang, di lain pihak obat yang tidak berikatan akan meningkat, hal ini akan meningkatkan kadar obat dalam darah (Almatsier, 2004). b. Khusus Hormon  Prealbumin Vitamin  Prealbumin Lipid  Lipoprotein Co  Cerulopasmin Hb  Haptoglobin Heme  Hemopexin Fe  Transferin 4. Daya Tahan Tubuh Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh, yang berasal dari protein darah jenis gama-globulin dan berfungsi untuk melawan antigen (zat asing/protein asing) yang masuk ke dalam tubuh. Berbagai jenis antibodi bekerja dengan beberapa cara untuk melawan antigen(Poedjiadi, 2006): a. Opsonin adalah antibodi yang bekerja dengan merangsang leukosit untuk menyerang antigen atau kuman. b. Lisin adalah antibodi yang bekerja dengan cara menghancurkan antigen (lisis). c. Presipitin adalah antibodi yang bekerja dengan cara mengendapkan antigen (presipitasi), dan d. Aglutinin adalah antibodi yang bekerja dengan cara menggumpalkan antigen (aglutinasi).

5. Penyangga Perubahan pH Penyangga yang paling banyak terdapat di cairan tubuh adalah protein, termasuk protein intrasel dan protein plasma. Protein adalah penyangga yang baik karena mengandung gugus asam dan basa yang dapat menyerahkan atau menyerap H+. Protein plasma yang jumlahnya lebih sedikit disbanding dengan protein intrasel bersifat memperkuat system H2CO3, HCO3- dalam pendaparan ekstrasel (Sherwood, 2014). F. Denaturasi Protein Denaturasi protein dapat juga dikatakan sebagai suatu proses terpecahnya ikatan hydrogen interaksi hidrofobik, ikatan garam dan terbentuknya lipatan atau wiru molekul tanpa menyebabkan kerusakan ikatan peptida. Denaturasi protein mengubah sifat alamiah protein misalnya seperti berkurangnya aktivitas enzim atau hormon, menurunnya solubilitas

dalam

larutan

dan

meningkatnya

risiko

terjadinya

penggumpalan. Penggumpalan protein dan endapan yang terbentuk disebabkan

oleh

terjadinya

koagulasi

dan

denaturasi

protein.

Penggumpalan ini disebabkan oleh pemanasan, penambahan asam, penambahan enzim dan adanya logam berat. Denaturasi mengubah sifat protein menjadi sulit larut dalam air. Denaturasi protein menyebabkan protein tidak dapat diekstraksi dengan larutan garam.Kelarutan protein akan meningkat jika diberi perlakuan asam yang berlebih, hal ini karena ion positif pada asam akan menyebabkan protein yang semula bermuatan netral atau nol menjadi bermuatan positif yang menyebabkan kelarutannya bertambah (Sumardjo, 2006). Pada kejadian denaturasi, ikatan-ikatan lemah pada protein seperti ikatan hidrogen, ikatan ionik dan interaksi hidrofobik dapat dihilangkan. Selain itu, rantai-rantai peptida yang terlipat dapat menjadi terbentang dan lurus. Oleh karena pembentangan tersebut, beberapa bagian protein alam yang awalnya ada di bagian dalam mulai pindah ke permukaan. Hal itu berarti, protein yang semula mempunyai bentuk globular berubah menjadi bentuk fibrosa. Pada denaturasi ringan, rantai peptida yang telah

terbentang menjadi terlipat kembali sehingga bentuk protein menyerupai bentuk protein semula (renaturasi) (Triyono, 2010).

Gambar 1. Denaturasi Protein (Wahjudi, 2005) Beberapa faktor yang menyebabkan denaturasi protein yaitu suhu dan pH. Kenaikan suhu menyebabkan protein miofibril dan jaringan pengikat mengalami denaturasi pada tingkatan yang berbeda. Pemanasan menyebabkan fenomena penyusutan serat-serat protein dan akhirnya menguap. Suhu panas yang menyebabkan denaturasi protein tersebut selanjutnya menyebabkan hilangnya grup asam amino bebas, menurunkan kapasitas memegang air serta mengakibatkan membukanya rantai-rantai protein pada ikatan yang labil melibatkan grup-grup –SH dan –OH. Denaturasi menyebabkan pengembangan molekul protein sehingga membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida, selanjutnya gugus tersebut akan mengalami pengikatan kembali dengan gugus reaktif yang sama atau berdekatan (Darmanto, 2012). Bahan kimia tertentu dapat mengakibatkan denaturasi protein. Penambahan asam mineral atau penambahan basa pada protein dapat menyebabkan perubahan pH yang akan merusak ikatan garam pada protein. Penambahan asam berarti penambahan ion H+yang akan mengubah gugus -COO- menjadi menarik.

Penambahan

basa

yang

-COOH dan hilangnya gaya tarik berarti

penambahan

ion

OH -

akanmengubah gugus –NH3 menjadi –NH2 dan air sehingga menyebabkan hilangnya gaya tarik menarik pula. Penambahan asam atau basa pada

kondisi ekstrem dapat pula memutus ikatan peptida dalam protein tersebut. (Mastuti, 2008). III.

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan Alat 1. Spuit 3cc 2. Torniquet 3. Sentrifugator 4. Vacuum tube red cap (Non EDTA) 5. Tabung reaksi 6. Rak tabung reaksi 7. Mikropipet (10µl-100µl) 8. Makropipet (100µl-1000µl) 9. Yellow tip 10. Blue tip 11. Spektrofotometer Bahan 1. Serum 2. Reagen biuret B. Cara Kerja Panjang gelombang Temperatur

: 540 (546) nm : 18-30°C

Masukkan ke dalam tabung

Blanko

Standar

Test

reaksi Reagensia 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL Serum Standar 20 µl Lakukan homogen dan diamkan pada suhu kamar (18-30°C) selama 5 menit. Baca absorbance test (Abs.test) dan absorbance standard (Abs.std) terhadap blanko reagensia pada panjang gelombang 540 (546) nm. 1. Persiapan sampel a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit. b. Darah dimasukkan ke dalam Vacuum Med Non EDTA dan disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selma 10 menit kemudian diambil serumnya untuk sampel.

2. Sampel (serum) sebanyak 20 µl kemudian dicampur dengan reeagen biuret sebanyak 1000 µl. 3. Campuran diinkubasi selama 10 menit dalam suhu ruangan, kemudian diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor 19.0. IV. A. Hasil 1. Probandus a. Nama b. Jenis Kelamin

HASIL

: Alfredo Fernanda : Laki-laki

Setelah dilakukan praktikum, warna pada sampel berubah menjadi ungu muda. Interpretasi hasil menyatakan bahwa kadar protein total dalam sampel darah probandus normal. B. Pembahasan Pemeriksaan protein total darah menggunakan metode biuret. Prinsip pemeriksaan ini adalah reaksi protein dengan alkali dalam suasana alkalisis. Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri (Cu2+) dalam suasana alkalisis dan memberikan warna ungu. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan jumlah protein dalam sampel. Pada pemeriksaan ini, intensitas serapan cahaya tidak diukur menggunakan spektrofotometer, namun hanya diamati secara visual perubahan warna yang terjadi. Dalam reagen biuret, terdapat tiga komponen utama penyusun reagen ini, yakni natrium dioksida (NaOH), tembaga (II) sulfat terhidrasi, dan kalium natrium tartat. Natrium dioksida berfungsi untuk memberikan suasana basa, sedangkan tembaga (II) sulfat terhidrasi bertugas sebagai penyuplai ion Cu2+. Kalium natrium tartat ditambahkan ke dalam reagen untuk menjaga kestabilan ion Cu2+ sehingga tidak mengendap selama reaksi berlangsung. Reaksi antara ion kuprik dan atom peptida nitrogen mengarah pada perombakan atom peptida hidrogen di bawah suasana basa. Pada reaksi yang terjadi antara serum darah probandus dan reagen biuret, ion kuprik merombak ikatan peptida protein yang terdapat dalam serum dan membentuk kompleks berwarna keunguan. Kepekatan warna yang

berada pada tingkat rata-rata menunjukkan bahwa kadar protein total pada serum darah probandus masih berada dalam kadar normal. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar protein total darah probandus diantaranya adalah: 1. Praktikan Disebut juga sebagai human error. Kesalahan dalam pembuatan reaksi dan pengamatan oleh praktikan dapat mempengaruhi hasil pengamatan. 2. Spesimen Hal yang dapat mempengaruhi kadar protein total darah pada probandus diantaranya adalah mekanisme penyerapan protein dari makanan, sampel darah mengalami hemolisis, pengaruh obat yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar protein total darah, dan diet tinggi lemak sebelum melakukan pemeriksaan. C. Aplikasi Klinis 1. Multiple myeloma Multiple myeloma (MM) adalah keganasan yang terjadi pada sel plasma. Sel plasma ini merupakan salah satu tipe sel darah putih yang bertugas menghasilkan antibodi. Pada MM, akan terjadi akumulasi sel plasma yang tidak normal yang mengganggu produksi sel darah normal yang lain seperti eritrosit dan trombosit, sehingga dapat muncul tanda seperti anemia dan trombositopenia. MM merupakan 1 % dari penyakit keganasan dan 10 % dari keganasan sel darah. Angka kejadian MM kira-kira 4 kasus/100.000 orang/tahun (Hermayanti, 2008). Ciri khas dari penyakit multiple myeloma (MM) adalah adanya protein M (komponen M, protein myeloma, atau M spike). Sekitar 97% pasien MM memiliki immunoglobulin yang utuh atau rantai ringan (light chain) yang bebas yang dapat dideteksi oleh elektroforesa protein.

Protein

M

ini

menunjukkan

terjadinya

produksi

immunoglobulin homogeny atau fragmennya yang berlebihan. Dari pemeriksaan kimia darah, dapat dilihat dari kadar total protein, albumin, dan globulin pasien, dengan adanya peningkatan kadar

globulin yang bahkan bisa melebihi kadar albumin (Hermayanti, 2008). Multiple myeloma harus dicurigai pada orang dewasa tua dengan

nyeri

punggung,

penurunanberatbadan),

dan

gejala tingkat

konstitusi protein

total

(berkeringat, meningkat.

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dikerjakan adalah darah lengkap, protein total, albumin, globulin beserta elektroforesis protein, kalsiumdarah, dan protein Bence-Jones pada urine. Pada darah lengkap bisa ditemukan anemia normokrom normositik dan trombositopenia. Terjadi peningkatan kadar globulin dan penurunan albumin, dengan hasil elektroforesis protein menunjukkan grafik yang tinggi dengan puncak yang lancip pada gamma globulin. Selain itu terjadi peningkatan kadar kalsium darah dan pemeriksaan protein Bence Jones pada urin menunjukkan hasil positif (Haematol, 2003). 2. Malabsorpsi Malabsorpsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan pada proses absorpsi dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi. Berbagai

hal

dan

keadaan

dapat

menyebabkan

malabsorpsi,

diantaranya defisiensi enzim, gangguan pada mukosa usus tempat absorbsi zat nutrisi, dan penyakit pencernaan seperti insufisiensi eksokrin pankreas, insufisiensi asam empedu, kelainan mukosa, kelainan absorpsi spesifik, penyakit limfatik, serta kelainan absorpsi campuran seperti pada sindrom Zollinger-Ellison dan gangguan paska gastrektomi (Syam, 2009). Umumnya pasien datang dengan diare, sehingga sulit membedakan diare yang disebabkan malabsorpsi atau sebab lain.Diare dapat terjadi sebagai akibat darimalabsorpsikarbohidrat (glukosa, laktosa, galaktosa), asam amino, lemakdanvitamin B12. Pada malabsorpsikarbohidrat

gejalanyaberupadiareberat,

tinjaberbausangatasam, dansakit di daerahperut. Laktosa yang tak tercerna dapat menyebabkan diare osmotik, produk dari digesti bakteri yang mencerna laktosa dapat menyebabkan diare sekretorik dan distensi usus halus (Misselwitz et al, 2013).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya (Syam, 2009): a. Pemeriksaan darah perifer lengkap, dilakukan untuk mengetahui nilai hemoglobin dan mean cell volume (MCV) dan memperkirakan adanya defisiensi Fe, asam folat, atau vitamin B12 b. Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan USG abdomen dapat mengidentifikasi adanya pankreas pada pasien dengan pankreatitis kronis c. Pemeriksaan histopatologi usus halus d. Pemeriksaan lemak feses, untuk melihat adanya lemak pada feses dengan pewarnaan Sudan sebagai manifestasi dari malabsorpsi lema e. Pemeriksaan laboratorium menentukan

adanya

lain,

malabsorpsi.

dilakukan

untuk

Pemeriksaan

yang

dilakukan antara lain pemeriksaan fungsi pankreas, pemeriksaan absorpsi pankreas, pemeriksaan absorpsi vitamin B12, pemeriksaan protein total, albumin, dan lainlain. Pada pemeriksaan tes albumin, akan didapatkan jumlah albumin yang menurun atau hipoalbuminemia. 3. End-stage of Renal Failure (ESRF) End-stage of renal failure (ESRF) atau disebut juga end-stage of renal disease (ESRD) merupakan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel yang dapat berakibat fatal jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi. Biasanya ESRD terjadi ketika fungsi ginjal telah berkurang hingga kurang dari 10% dari fungsi ginjal normal (Medifocus, 2011). Malnutrisi dan hipoalbuminemia yang terjadi pada pasien ESRD merupakan prediktor kuat yang meningkatkan mortalitas (Shanta et al, 2011). Pada pasien ESRD terjadi penurunan kadar albumin (hipoalbuminemia) yang kadarnya dipertahankan dengan cara dialisis peritoneal atau hemodialisis. Konsentrasi albumin pada serum ditentukan oleh laju sintesis albumin dan pada pasien ESRD sintesis albumin menurun sebagai respon terhadap peradangan meskipun ada

kemungkinan

bahwa

nutrisi

yang

tidak

adekuat

juga

dapat

berkontribusi (Kaysen, 2011). 4. Hepatitis B Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota family Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Infeksi hepatitis B merupakan problem kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Diperkirakan ada 350 juta carrier (pengidap) di dunia. Pada penderita hepatitis B kronis, bisa timbul komplikasi seperti sirosis (pengerasan hati) dan kanker hati. Upaya vaksinasi mampu menurunkan jumlah pengidap virus hepatitis B dan angka kesakitan akut (Amiruddin, 2011). Hepatitis adalah suatu proses peradangan di jaringan hati yang memberikan gejala lemah badan, mual, urin seperti air the disusul dengan mata dan badan menjadi kuning. Hepatitis dapat disebabkan oleh virus (penyebab terbanyak), bakteri (Salmonella typhi), obat beracun (hepatotoksik) dan alkohol. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, saat ini telah berhasil diidentifikasi sejumlah virus penyebab hepatitis yaitu virus hepatitis A (HVA), virus hepatitis B (HVB), virus hepatitis C (HVC), virus hepatitis D (HVD), virus hepatitis E (HVE) dan virus hepatitis G (HVG). Dari sejumlah virus hepatitis tersebut yang menjadi problem serius adalah Virus Hepatitis B karena dapat berkembang

menjadi

penyakit

hati

kronik

dengan

segala

komplikasinya (Hardjono, 2013) Infeksi hepatitis virus B dapat berupa keadaan yang akut dengan gejala yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Apabila perjalanan penyakit berlangsung lebih dari 6 bulan maka kita sebut sebagai hepatitis kronik. 5. Gagal ginjal kronik Menurut Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, serta bersifat persisten dan irreversible.

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia, yang mengatur

fungsi

kesejahteraan

dan

keselamatan

untuk

mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh ginjal. Kerusakan pada ginjal membuat sampah metabolism dan air tidak dapat lagi dikeluarkan. Dalam kadar tertentu,

sampah

tersebut

dapat

meracuni

tubuh,

kemudian

menimbulkan kerusakan jaringan bahkan kematian. Gagal ginjal kronik terjadi perlahan-lahan, bisa dalam hitungan bulan bahkan tahun, dan sifatnya tidak dapat disembuhkan. Memburuknya fungsi ginjal bisa dihambat apabila pasien melakukan pengobatan secara teratur. Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan ke arah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal kronis sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari GFR nya kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang mendasari etiologi yaitu kerusakan massa ginjal dengan sklerosa yang irreversible dan hilangnya nephrons ke arah suatu kemunduran nilai dari GFR. V.

KESIMPULAN

1. Reaksi antara reagen biuret dan total protein dalam serum darah menghasilkan warna keunguan. 2. Intensitas atau kepekatan warna sebanding dengan jumlah total protein yang dirombak oleh ion Cu2+ dalam serum.

3. Pemeriksaan yang dilakukan bersifat kualitatif dilakukan dengan pengamatan dan pembandingan produk reaksi dengan kontrol. Warna sampel ungu muda dengan interpretasi kadar total protein dalam kadar normal. 4. Contoh aplikasi klinis yang berkaitan antara lain multiple myeloma, gagal ginjal, malabsorpsi, dan hepatitis.

DAFTAR PUSTAKA Alberts, B (2010). Essential Cell Biology. US: Garland Science. Almatser, Sunita. 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Amiruddin R. 2011. “PeranandanPengobatan Interferon pada Hepatitis Virus Kronik”. Acta Medica Indonesiana. 30: 53–65. California, Sikorski, Z., E. 2007. Chemical and Functional Properties of Food Proteins. CRC Press: USA Darmanto, Yudhomenggolo Sastro., Agustini, Tri Winarni., dan Swastawati, Fronthea. 2012. “Efek Kolagen dari Berbagai Jenis Tulang Ikan terhadap Kualitas Miofibril Protein Ikan Selama Proses Dehidrasi”. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol: 23, No: 1, hal. 1-5. Haematol, Br J. 2003. “Criteria for the classification of monoclonal gammopathies, multiple myeloma and related disorders: A report of the International Myeloma Working Group”. British Journal of Haematology. 121: 749-757. Hardjoeno

H,

dkk.

2013.

“TesSerologik

Hepatitis.InterpretasiHasilTesLaboratoriumDiagnostik”.Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin, Makassar; 289–98. Hermayanti, Diah. 2009. “Non-Secretory Multiple Myeloma”. Jurnal Saintika Medika Universitas Muhamadiyah Malang. 5 (10): 1 – 9. Kaysen, G A. 2011. “Biological Basis of Hypoalbuminemia in ESRD”. Journal of the American Society of Nephrology. 9 (12): 2368 – 2376. Koshland,

Daniel.

2014.

Protein.

UK:

Encyclopaedia

Britannica.

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/479680/protein Mastuti, Rini. 2008. “Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Menggoreng terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Daging Kambing Restukturisasi”. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol: 3, No: 2, hal: 23-31. Medifocus. 2011. Medifocus Guidebook on: End-Stage Renal Disease. Tersedia: http://books.google.co.id/books? id=Fq3oJJwj2qcC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Misselwitz, Benjamin, Daniel Pohl, Heiko Fruhauf, Michael Fried, Stephan R Vavricka, dan Mark Fox. 2013. “Lactose Malabsorption and Intolerance: Pathogenesis,

Diagnosis,

and

Treatment”.

United

European

Gastroenterology Journal. 0(0): 1 – 9. Nissen, Steven. 2009. Modern Methods in Protein Nutrition and Metabolism. Academic Nurani, Vika Maris.,Mariyanti, Sulis. 2013. “GambaranMakna Hidup {asien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialis”. Jurnal Psikologi. Volume 11, Nomor 1, h. 1-13. Poedjiadi,

Anna.

2005.Dasar-Dasar

Biokimia.Jakarta:Penerbit

Universitas

Indonesia. Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI PRESS. Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin. Sudarmadji, S.2006. Teknik Analisa Biokimiawi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Liberty. Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC. Sumitro, S.B., Fatchiyah, Rahayu, Widyarti, dan Arumningtyas. 2010. Kursus Teknik-teknik DasarAnalisisProteindan DNA. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya. Malang. Syam, Ari Fahrial. 2009. Malabsorpsi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing. Triyono, Agus. 2010. “Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam Pada Proses Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.)”. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Vol: 10, hal: 1-9. Wahjudi, et.al. 2005. Kimia Organik II. Malang: UM Press. Yuwono, Triwibowo. 2008. Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF