Laporan PBG - Shaking Table
May 3, 2019 | Author: Illang Situru | Category: N/A
Short Description
d,khvui...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN ACARA III: SHAKING TABLE
ADITYA ANUGRAH ANUGRAH D621 15 003
DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA 2017 i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Assalamualaikum warahmatulahi warahmatulahi wabarokatuh. Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah S.W.T. karena atas taufik serta inayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini merupakan hasil dari pembelajaran matakuliah Pengolahan Bahan Galian secara teoritis dan khususnya secara praktikum. Isi dari laporan ini membahas tentang penggunaan penggunaan alat Shaking Table yang yang merupakan salah satu alat penting dalam pengolahan. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun sampaikan kepada dosen pembibing matakuliah Dr. Sufriadin, S.T., M.T. Terima kasih kepada para asisten yang telah membantu serta membimbing dalam praktikum serta dalam penyusunan laporan ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman khususnya teman kelompok empat karena sudah bekerja dengan baik pada saat praktikum. Penyusunan laporan ini tak lepas dari kesalahan-kesalahan, kesalahan-kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penyusun butuhkan untuk membangun kesempurnaan dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata penulis ucapkan Wabilahi Taufik Walhidayah Wassalamuallaikum Wassalamuallaikum Warohmatulahi Wabarokatuh. Wabarokatuh.
Gowa, 28 Oktober 2017
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................... i KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN
1
1.1. Latar Belakang
1
1.2. Rumusan Masalah
1
1.3. Tujuan Percobaan
2
1.4. Manfaat Percobaan
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1. Shaking Table
3
2.2. Material Pasir Besi
5
2.3. Konsentrasi Gravitasi
7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
9
3.1. Alat dan Bahan 3.2. Prosedur Percobaan
9 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
18
4.1. Hasil
18
4.2. Pengolahan Data
18
4.3. Pembahasan
19
BAB V PENUTUP
21
5.1. Kesimpulan
21
5.2. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
iii
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN Gambar 2.1 Shaking Table
4
Gambar 2.3 Mekanisme Pemisahan Shaking Table
5
Gambar 3.1 Timbangan Digital
9
Gambar 3.2 Shaking Table ..........................................................................
9
Gambar 3.3 Kuas ......................................................................................... 10 Gambra 3.4 Nampan ..................................................................................... 10 Gambar 3.5 Kaos Tangan .............................................................................. 10 Gambar 3.6 Kompresor ................................................................................. 11 Gambar 3.7 Wajan .......................................................................................
11
Gambar 3.8 Baskom .................................................................................... 11 Gambar 3.9 Spidol ....................................................................................... 12 Gambar 3.10 Kantong Sampel ......................................................................... 12 Gambar 3.11 Kertas ....................................................................................... 12 Gambar 3.12 Masker ...................................................................................... 13 Gambar 3.13 Pasir Besi .................................................................................. 13 Gambar 3.14 Penyiapan Alat yang Digunakan ................................................... 13 Gambar 3.15 Proses Penimbangan Umpan ....................................................... 14 Gambar 3.16 Proses Pembersihan Alat menggunakan Kompresor ....................... 14 Gambar 3.17 Proses Pemindahan Material ....................................................... 14 Gambar 3.18 Proses Pemisahan Material........................................................... 15 Gambar 3.19 Proses Pengambilan Material ........................................................ 15 Gambar 3.20 Proses Pemisahan Konsentrat ...................................................... 15 Gambar 3.21 Proses Pengeringan Konsentrat .................................................... 16 Gambar 3.22 Proses Pemisahan Middling .......................................................... 16 Gambar 3.23 Proses Pemisahan Tailing ............................................................ 16 Gambar 3.24 Proses Pemindahan Material ke Kantong Sampel ........................... 17 Gambar 3.25 Produk Konsentrat ..................................................................... 17
iv
DAFTAR TABEL
HALAMAN Tabel 4.1 Hasil Percobaan ............................................................................... 18
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Upaya dalam meningkatkan mutu dan kadar suatu bijih telah banyak dilakukan
dalam industri pertambangan. Pengolahan Bahan Galian (ore dressing ) adalah suatu proses pengolahan bijih (ore ) secara mekanik sehingga mineral berharga dapat dipisahkan dari mineral pengotornya dengan didasarkan pada sifat fisika atau sifat kimiafisika permukaan mineral. Bijih yang sedang diolah akan dapat ditingkatkan kadarnya, sehingga dari hasil pengolahan tersebut diharapkan diperoleh keuntungan seperti mengurangi ongkos transport dari tempat pengolahan sampai tempat peleburan, mengurangi biaya peleburan, dan mengurangi bahan imbuh (flux ) selama peleburan, karena semakin tinggi kadar bijih berarti kadar mineral pengotor semakin kecil, sehingga flux yang dibutuhkan juga semakin sedikit. Pemisahan material dapat dilakukan melalui proses reduksi ukuran material seperti crushing dan grinding , pemisahan berdasarkan ukuran seperti sieving dan clasifying , pemisahan berdasarkan kemampuan daya tarik magnet seperti magnetic separator, pemisahan berdasarkan kemampuan material dalam menghantarkan listrik seperti electrostatic separation, dan pemisahan berdasarkan berat dari maretial seperti jigging dan shaking table . Pemisahan material yang didasarkan pada perbedaan berat jenis atau konsentrasi gravitasi dapat dilakukan menggunakan beberapa metode dan alat yang berbeda. Salah satu dari metode pemisahan berdasarkan konsentrasi gravitasi adalah shaking table . Pada pemisahan menggunakan alat
ini, material yang berat atau
konsentrat akan terpisah dari material ringan yang berupa tailing . Prinsip pemisahannya dilakukan dengan gaya gerak pada dek dan gaya dorong dari air yang dialirkan di bagian atas alat sehingga material yang lebih ringan akan mudah terbawa oleh air bila dibandingkan material berat. Untuk memahami pemisahan dengan shaking table maka dilakukan praktikum pengolahan bahan galian dengan menggunkan alat shaking table.
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang menjadi dasar percobaan praktikum shaking table adalah
sebagai berikut: 1.
Bagaimana gaya yang bekerja pada shaking table ? 1
2.
Bagaimana prinsip kerja dari alat shaking table ?
3.
Bagaimana perbandingan antara konsentrat, middling , tailing dan loss material pada percobaan shaking table ?
1.3
Tujuan Percobaan Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan shaking table dalam pengolahan
antara lain: 1.
Mengetahui gaya yang bekerja pada shaking table .
2.
Mengetahui prinsip kerja dari alat shaking table .
3.
Mengetahui perbandingan antara konsentrat, middling , tailing dan loss material pada percobaan shaking table .
1.4
Manfaat Percobaan Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan percobaan shaking table ini sebagai
berikut: 1.
Memahami konsep gaya yang bekerja pada shaking table ?
2.
memahami prinsip kerja dari alat shaking table ?
3.
memperoleh hubungan antara kecepatan aliran air dengan nilai recovery dan nisbah konsentrasi dari penggunaan shaking table ?
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Shaking Table Pada pemisahan menggunakan meja goyang, distribusi partikel dipengaruhi oleh sifat-sifat riffle , permukaan deck , water supply , perbedaan bentuk, ukuran partikel, dan ada tidaknya material yang termasuk
middling atau material interlog atau partikel
dengan sebagian material berat dan sebagian material ringan. Riffle (penghalang) merupakan perangkat dukung yang berfungsi untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada diatas dan partikel berat relatif dibawah (Rizky, 2011). Gaya yang bekerja pada meja goyang antara lain gaya dorong alir dan gaya gesek. Gaya dorong alir merupakan fungsi kecepatan relatif aliran air dan partikel Dalam prosesnya, partikel bergerak dengan kecepatan yang dipengaruhi oleh kedalaman air. Gaya Gesek terjadi antara partikel dengan dasar deck atau alas alat (Supriyono, 2006). Berdasarkan pada ukuran besar butir material yang dipisahkan, meja goyang dapat dibedakan menjadi sand table dan slime table . Perbedaan pada kedua alat ini terletak pada jumlah dan jarak antar riffle . Jumlah riffle pada Sand Table sangat banyak sedangkan jumlah riffle pada slime table sedang. Jarak antar riffle sand Table antara ¼ hingga 1 ¼ inci sedangkan slime table lebih besar daripada sand table . Selain itu sand table , ada bagian deck yang tidak diberi riffle digunakan untuk slime sedangkan pada slime table , ada bagian deck yang tidak dipasang riffle . Kapasitas shaking table (meja goyang) tergantung pada jumlah air, jumlah strore , sifat bijih, slope , meja dan ukuran feed (Sajima dkk, 2011). Konsentrasi
gravitasi
merupakan
proses
pemisahan mineral-mineral yang
berharga dan tidak berharga dalam suatu bahan galian akibat gaya-gaya dalam fluida berdasarkan atau tergantung pada perbedaan densitas, bentuk dan ukuran. Salah satu metode konsentrasi gravitasi adalah shaking table. Shaking table merupakan salah satu alat pemisah material pada metode konsentrasi gravitasi yang berdasarkan pada aliran horizontal fluida. Alat ini digunakan untuk memisahkan material
dengan
cara
mengalirkan air yang tipis pada suatu meja bergoyang, dengan menggunakan media aliran tipis dari air (flowing film concentration ). Alat yang digunakan disebut shaking table (Zhengzhou, 2011). 3
Shaking table juga dikenal dengan istilah wet table , dengan bentuk meja yang miring dan memiliki riffle di permukaannya. Sebuah motor penggerak pada alat ini berfungsi untuk menggerakkan meja dengan arah sejajar dengan arah riffle . Shaking table biasanya digunakan untuk konsentrasi emas, tetapi tidak jarang digunakan proses pemisahan timah dan mineral-mineral berat lainnya. Alat ini termasuk jenis konsentrasi gravitasi dengan prinsip aliran ke bawah, sama halnya dengan spiral dan jig yang menggunakan proses konesntrasi gravitasi untuk memisahkan material. (Ish, 2016).
Gambar 2.1 Shaking Table Macam Meja Goyang yang lain adalah Willey Table, Butcher Table, Card Tabel, Card Field Table, Plat of Table , dan Dister Diagonal Overslorm Table . Meja Goyang Willey Tabel terdiri dari deck berbentuk segi empat dan headmotion sebagai penggeraknya. Ketinggian riffle minimal ½ feed dan lebar ¼ feed . Meja Goyang Bucher Table mempunyai bentuk hampir sama dengan Willey , tapi memiliki watch plinger untuk mencuci. Posisi riffle terbagi menjadi zone stratifikasi, cleaning zone dan dischange zone. Mekanisme kerjanya, material bergerak ke kiri dan air bergerak ke kanan, sehingga material ringan akan terbawa arus air sedang material berat akan berjalan terus. Meja Goyang Card Table yakni meja goyang dengan riffle dibuat dengan mengerat deck dengan bentuk segitiga dan head motion . Meja goyang Dister Diagonal Overslorm Table yakni meja goyang dengan berbentuk deck rombahedral . Pemisahan antara konsentrat, middling dan tailing tidak jelas / berdekatan sekali. Meja goyang Card Field Table yakni meja goyang dengan berbentuk
Wafley Table yang ditutupi seluruhnya oleh riffle,
sedangkan meja goyang plat of table meja goyang yang mempunyai ciri utama di atas deck ada tiga macam riffle dan terdapat tiga zona dari riffle yaitu zone stratifikasi, zone Intermediate Plan dan zone lipper (Rizky, 2011).
4
Prinsip kerja shaking table adalah berdasarkan perbedaan berat dan ukuran partikel terhadap gaya gesek akibat aliran air tipis. Partikel dengan diameter yang sama akan memiliki gaya dorong yang sama besar. Apabila specific gravity berbeda maka gaya gesek pada partikel berat akan lebih besar dari pada partikel ringan. Adanya pengaruh gaya dari aliran menyebabkan partikel ringan akan terdorong atau terbawa lebih cepat dari partikel berat searah aliran air. Gerakan relatif horizontal dari motor menjadikan partikel berat akan bergerak lebih cepat daripada material ringan dengan arah horizontal. Untuk itu perlu dipasang riffle (penghalang) untuk membentuk turbulensi dalam aliran sehingga partikel ringan diberi kesempatan berada di atas dan partikel berat relatif di bawah. Aliran air membawa material pada meja sambil melalui riffles dengan arah aliran tegak lurus terhadap arah umpan. Partikel akan tertahan oleh riffles dan terjadi proses pemisahan pada partikel berat yang tertahan di permukaan meja. Partikel ringan akan terbawah oleh aliran air melewati tiap riffles menuju ke tempat penampungan tailing . Guncangan pada meja mengakibatkan partikel berat bergerak horizontal searah dengan riffles menuju ke tempat penampungan konsentrat (Erik, 2015).
Gambar 2.2 Mekanisme Pemisahan Shaking Table
2.2. Material Pasir Besi Pasir merupakan bahan alam yang tersedia sangat melimpah di Indonesia. Selama ini pasir hanya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, padahal pasir banyak mengandung mineral berharga yang mengandung unsur besi, titanium dan unsur lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk bahan industri. Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang 5
mengandung unsur Fe (Afdal, 2012). Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi (magnetit), yang terdapat di sepanjang pantai. Pasir besi terbentuk karena proses penghancuran oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal yang mengandung mineral besi seperti Magnetit, Ilmenit, Oksida Besi, kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut (Tim PSDG, 2005). Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis. Pertama endapan besi primer, terjadi karena proses hidrotermal. Kedua endapan besi laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Pembentukan endapan pasir besi meiliki perbedaan genesa dibandingkan dengan mineralisasi logam lainnya (Rizky, 2011). Di dalam pasir juga terkandung pasir besi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan semen. Untuk menghasilkan semen berkualitas tinggi, selain batu kapur yang mengandung senyawa kalsium oksida (CaO) dan tanah liat yang mengandung silika dioksida (SiO2), dibutuhkan pasir besi yang mengandung unsur Fe. Endapan pasir besi dapat mengandung mineral-mineral magnetik seperti Magnetit (Fe3O4), Hematit (α - Fe2O3), dan Maghemit (γ- Fe2O3) (Afdal, 2012). Di Indonesia, pasir besi dapat ditemukan di Pulau Jawa (Lumajang, Ciamis, Cilacap, Banten, Yogyakarta, dan Tasikmalaya), Aceh, Sulawesi Utara (Minahasa Selatan), NTT (Kabupaten Manggarai), Sumatera Barat, dan Bengkulu. Biasanya pasir besi terdapat di pesisir pantai. Pasir besi terjadi akibat adanya endapan. Pembentukan pasir besi merupakan hasil dari proses kimia dan fisika dari batuan yang bersifat andesitik hingga basalitik (Hilbert, 2012). Pasir besi terbentuk secara kimia dari adanya pelarutan yang kemudian berlanjut ke proses fisika, yaitu melalui penghancuran batuan oleh arus air, pencucian secara berulang-ulang, pemindahan karena ombak atau arus, dan terjadi pengendapan disepanjang pesisir pantai yang mengandung Fe (besi) yang menurut beberapa penilitian kandungan tersebut datang dari batuan basalitik dan andesitik vulkanik. Kandungan pasir besi pada setiap daerah tentu berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti (Hilbert, 2012): 1.
Batuan induk, sebagai sumber untuk terbentuknya endapan pasir besi
2.
Faktor fisika dan kimia (suhu, erosi dan transportasi sungai, arus laut bawah laut dan sungai sebagai media transportasi dan akumulasi material)
6
3.
Faktor topografi (kemiringan), berperanan penting tempat akumulasi pasir besi
Proses perombakan terjadi akibat dari pelapukan batuan yang umumnya terjadi karena proses alam akibat panas dan hujan membuat butiran mineral terlepas dari batuan, dimana untuk endapan pasir besi umumnya terdiri dari mineral-mineral Magnetit, Ilmenit, Hematit, Titanomagnetit dan mineral lainnya yang secara umum berasal dari batuan gunungapi. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara lain adalah aliran air sungai dan gelombang arus air laut (Moetamar, 2008).
2.3. Konsentrasi Gravitasi konsentrasi gravitasi adala salah satu tahap operasi dalam pengelolahan bahan galian yang operasinya mempergunakan sifat perbedaan densitas dari mineral-mineral yang akan dipisahkan. Saat ini proses pemisahan secara gravitasi masih tetap digunakan terutama untuk endapan plaser (timah, emas, pasir besi, dll). Metode ini bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) antara mineral berharga dengan mineral gangue . Umumnya mineral-mineral bijih (berharga) memiliki berat jenis yang tinggi, sedangkan mineral tidak berharga berat jenisnya rendah (Sufriadin, 2016). Konsentrasi gravitasi merupakan pemisahan mineral berdasarkan berat jenisnya dalam suatu medium fluida dengan menggunakan perbedaan kecepatan pengendapan. Berdasarkan gerakan fluida, terdapat beberapa cara untuk melakukan pemisahan secara gravitasi yaitu (Supriadin, 2016): a.
Fluida tenang, contoh: DMS (Dense Medium Separator ).
b.
Gerak fluida horisontal, contoh: sluice box, shaking table, dan spiral concetrator .
c. Aliran fluida vertikal, contoh: jigging . Konsentrasi gravitasi pada mineral-mineral yang mempunyai perbedaan masa jenis yang mencolok sehingga terjadi kelompok mineral dengan masa jenis tinggi dan kelompok mineral dengan masa jenis rendah, dan salah satu dari mineral tersebut akan menjadi konsentrat (Sufriadin, 2016). Estimasi/perkiraan
apakah
konsentrasi
gravitasi
dapat
diterapkan
untuk
memisahkan mineral-mineral yang mempuyai perbedaan berat jenis serta selang ukuran yang bisa dipakai, dapat diperkirakan dari kriteria konsentrasi dari Taggart. Kriteria tersebut dirumuskan secara empirik sebagai perbandingan antara berat jenis material berat (B) dikurangi berat jenis fluida dengan berat jenis material ringan (ρR ) dikurangi fluidanya (Sufriadin, 2016). 7
Kriteria Konsentrasi (KK) =
ρB ρC
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus tersebut, akan diperoleh nilai KK. Bila nilai KK >2,5 atau
View more...
Comments