Laporan Patologi Dan Nekropsi Pada Ayam Getty

March 21, 2017 | Author: Getty Amura Lafali | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

laporan...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI SISTEMIK DAN NEKROPSI SEMESTER 7 NEKROPSI AYAM

Oleh: Getty Amura Lafali 2012B/125130101111019 B6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 A. SIGNALEMENT  Tanggal Nekropsi

: 14 Desember 2015



Jenis Hewan Pemeriksaan fisik - Jenis kelamin - Umur - Berat badan Gejala klinis

 

ditemukan adanya cacing pada usus halusnya, diduga Ascaridia galli. Kronologi kematian : disuntikkan formalin pada foramen magnum Hasil nekropsi :

 

ORGAN Trakhea Paru-paru Jantung Hepar Lambung Lien B. NEKROPSI

: Ayam : jantan : ± 2 minggu : ±1 kg : ayam kurus dan tidak mau makan. Saat nekropsi

KONDISI Normal Normal Normal Normal Normal Normal

ORGAN Usus halus Usus besar Pankreas Rektum Organ genital

KONDISI Abormal Normal Normal Normal Normal

Nekropsi atau bedah bangkai hewan merupakan analogi dari autopsi pada manusia. Tindakan ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan yang cepat dan tepat dalam menerapkan diagnosa pada beberapa sebab penyakit atau kematian dari seekor hewan. Biasanya untuk melengkapi hasil diagnosa yang akurat harus ditunjang dengan hasil pemeriksaan dari beberapa laboratorium penunjang, seperti bakteriologi, virologi, parasitologi patologi klinik, toksikologi, dan sebagainya. Nekropsi (pemeriksaan post-mortem) dilakukan untuk menentukan kausa penyakit dengan melakukan deskripsi lesi makroskopis dan mikroskopis dari jaringan dengan melakukan pemeriksaan serologis, mikrobiologis, dan histopatologi yang memadai. Pemeriksaan post-mortem dilakukan apabila ditemukan adanya penurunan produksi, terdapat tanda-tanda yang jelas akan sakit atau diketahui adanya peningkatan jumlah kematian, dan atas permintaan klien. Alat dan bahan yang digunakan untuk nekropsi: Unggas

Gunting tajam-tumpul - Gloves Pinset anatomis - Masker Forceps Papan seksi + jarum Pot organ Kertas label yang baru mati ataupun tampak sakit, dapat diambil untuk dijadikan sampel

bahan nekropsi. Unggas yang telah mati lebih dari (6-8 jam), tidak dianjurkan diambil untuk specimen dikarenakan proses dekomposisi alamiah yang sedang berlangsung dapat memberikan perubahan hasil yang membinggungkan dengan lesi patologis sebenarnya.

Apabila specimen tidak dapat sesegera mungkin dinekropsi maka sebaiknya dimasukkan ke dalam pendingin hingga tiba waktunya. Apabila memilih euthanasia untuk dapat melakukan nekropsi dari unggas sakit, pertama kali amati hal yang abnormal sperti pola bernapas, abnormalitas postur, bulu yang menggumpal, dan atau discharge nasal dan ocular sebelum dilakukan euthanasia Euthanasia merupakan proses mematikan hewan baik secara fisik maupun kimia dengan proses yang cepat sehingga hewan tidak merasakan sakit yang berkepanjangan. Unggas dapat dieuthanasia dengan menggunakan beberapa metode yang telah disepakati termasuk dislokasi servikal (mematahkan leher), memasukkan dalam ruangan dengan gas karbondioksida, atau menginjeksi dengan cairan euthanasia seperti potassium klorida atau barbiturate dosis hingga kedala vena atau langsung menuju jantung. Namun metode euthanasi yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut: Handling ayam ↓ Pegang bagian kepala dan tengkuk dari ayam (tentukan lokasi foramen magnum) ↓ Diinjeksikan formalin ke dalam foramen magnum sekitar 1 cc ↓ Dalam beberapa detik ayam akan tergeletak dan mati Anamnesa Sebelum memeriksa unggas, sejarah permasalahan yang diderita harus dievaluasi secara menyeluruh, semakin banyak informasi mengenai kondisi kandang, lngkungan, penerapan manajemen, dan sejarah dalam suatu flok, maka semakin mudah bagi patolog untuk mendiagnosis. Sejarah yang pernah terjadi dalam suatu flok harus menjelaskan mengenai : gejala klinis utamanya, masalah pemberian pakan, jumlah pakan yang harus dikonsumsi, produksi, berat badan dan pola kematian, dan presentase. Apabila penderita adalah unggas usia muda maka sertakan sejarah mengenai prosedur penetasan dan pengeraman. Disebagian besar kasus, sejumlah data penyebab yang mungkin dari suatu masalah (diagnose banding) dapat dikembangkan lebih lanjut dari sebuah catatan sejarah yang lengkap. Metode Nekropsi pada Ayam

a. Lakuan inspeksi eksternal terlebih dahulu pada tubuh kemudian periksa mukosa mata, bulu, paruh, jengger, kaki dan kondisi kulit. Bila perlu lakukan pengambilan sampel dengan cara swab saluran pernapasan atas dan kloaka.

b. Basahi bulu menggunakan air yang sudah diberi deterjen. Apabila diduha adanya psittacosis (penyakit pathogen pada manusia yang lain), unggas lainnya harus direndam dalam Lysol 5% dan lapisan pelindung harus digunakan selama nekropsi dilakukan. c. Insisi di daerah kulit yang longgar diantara permukaan medial dari tiap paha dan abdomen. Kuakkan paha atau kaki ke lateral dan patahkan hubungan persendian panggul (disartikulasi sendi panggul). Insisi kulit di aspek medial dari tiap tiap kaki, dan kuakan untuk memperjelas keadaan kulit dan persendian. d. Hubingkn insisi kulit lateral dengan insisi kulit tranversal tersebut melintasi pertengahan abdomen. Kuakkan kulit dada ke anterior, dan abdomen, ke posterior. Periksa muskulus daerah dada bila ada penurunan massa muskulus, anemia (pucat), atau memar, lesi pendarahan.

e. Buat insisi longitudinal melalui muskulus pektoralis di tiap sisi dari tulang dada dan melewati persendian costochondral. Anterior dan ujung akhir dari tiap insisi harus berpotongan dengan rongga thorak san titik tengah dorso-ventral. Menggunkan pemotong tulang, potong melalui os coracoideus dan os clavicula. f. Dengan gunting steril, buat insisi tranversal melalui bagian posterior dari muskulus abdominalis. Di tiap sisi lanjutkan insisi ke anterior hingga pertautan costochondral. Singkirkan dinding abdomen ventral dan dada sebagai satu kesatuan, amati air sacs sebagaimana ikut terobek saat dipindahkan tadi. Tanpa menyentuh, periksa viscera dan air sacs in situ. g. Menggunakan peralatan steril amati kelenjar tiroid dan paratiroid serta organ limpa kemudian angkat seluruh organ visceral. Limpa dapat diambil secara aseptis dengan melepaskan bagian batas kiri dari ventrikularis dan menguakkan organ ke sisi kanan unggas. Tindakan yang tidak diperlukan dan penundaan sebelum dilakukan kultur akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kontaminasi.

h. Kemudian insisi dan kuakan kulit leher ke lateral. Dengan gunting, potong melalui salah satu commisura lateral mulut dan periksa keberadaan rongga mulut. Lanjutkan memotong commisura dan buat insisi longitudinal melalui kulit dari leher meuju ke rongga thorax. i. Dengan gunting tulang, singkirkan paruh atas dengan memotong transversal dekat dengan mata. Hal ini dapat memudahkan inspeksi rongga nasal dan akan menunjukkan ujung anterior yang terbuka dari sinus infraorbitalis. Masukkan satu mata gunting yang sudah steril ke dalam sinus infraorbitalis. Buat irisan lateral

longitudinal menembus dinding dari tiap sinus dan periksa keberadaannya. Biakkan jaringan sinus apabila ditemukan perubahan. j. Buat insisi longitudinal pada larynx dan trachea, periksa, saluran pernapasan bagian atas dan mukosa trachea. k. Periksa organ paru-paru, dengan keluarkan bersama-sama jantung, dimulai dengan mengangkat trachea. Perhatikan : a. Warna, konsistensi, ada tidakmya foci nekrotik, bentukan granuloma. b. Insisi, perhatikan sifat transudate atau eksudat. c. Lakukan uji apung, dengan meotong sebagian jaringan patologis, masukkan dalam air, bila mengapung normal, apabila mengambang / tenggelam berarti patologis. d. Kantong jantung dilepas, perhatikan ada tidaknya ptechie pada ototnya, jantung dibuka, dibelah dua. Permukaan luar lapisan jantung diperiksa akan adanya penampakan abnormal seperti berkabut, menebal yang dapat mengindikasikan pericarditis. Juga, perhatikan bila Nampak adanya cairan yang berlebihan yang berlokasi antara jantung dan pericardium (lapisan pembungkus jantung). l. Cara pemeriksaan organ pencernaan : a. Keluarkan proventrikulus, ventrikulus (gizzard), usus halus, usus besar, sekum, dan potong pada level kloaka, berikut pakreas, hepar dan limpa. Pancreas duodenum (bagian dari usus halus), dengan memotong semua pertautan yang dekat dengan usus halus (mesentarium) dan letakkan seluruh saluran cerna diluar. b. Buatlah insisi longitudinal di crop dan esophagus, perhatikan isi dan bau, keberadaansisa pakan dan atau parasite (cacing) didalam tembolok. Permukaan dalam Nampak seperti handuk, maka kemungkinan terjadi infeksi oleh jamur yang disebut “crop mycosis”.

c. Potong melalui ventrikulus, usus halus dan sekum. Amati penampakan permukaan dinding mukosa dan keberadaan parasite (cacing), darah, dan atau penebalan dan warna abnormal permukaan. d. Periksa hepar terhadap perubahan ukuran dan warna abnormal. Adanya nodul putih atau terdapat bintik kuning, abses, dan atau tumor e. Warna hijau pada hepar yang dekat dengan empedu adalah hal yang normal. Limpa berwarna kemerahan, organ tersebut bulat yang terletak pada pertemuan antara proventrikulus dan ventrikulus.

m. Periksa ureter dan ginjal, in situ. Apabila terdapat perubahan, dapat dikeluarkan untuk pemeriksaan yang lebih jelas. n. Sekarang dapat dilakukan pengamatan organ yang dekat dengan tulang punggung dari karkas. Periksa ginjal, posisinya memanjang, organ berlobus yang melekat oada tulang punggung, dan disebalah kiri terdapat ovarium/ oviduk (atau sepasang testis), yang terletak di bagian atas dari ginjal. o. Periksa organ genitalia. Pada betina, pindahkam ovarium dan oviduk, dan buka oviduk secara longitudinal. p. Balikkan kembali unggas ke posisi awal, yaitu kaki menghadap ke operator . q. Nervus sciatic yang berlokasi di paha atas bagian dalam (berada dalam muskulus ) harus dapat melihat kedua kaki. Nervus dikedua paha harus sama ukurannya secara bilateral dan tidak dijumpai pembengkakan. Pembesaran dari nervus tersebut dapat sebagai indikasi akan penyakit marek. r. Untuk menemukan bursa fabrisius, potong melalui kloaka dan cari bentukan sperti buah anggur. Semakin besar usia unggas, maka semakin kecil ukuran bursa fabrisiusnya ukuran bursa tersebut mengecil seiring dengan usia unggas yang mencapai kematangan seksual. s. Potong separuh bagian dari bursa tersebut. Bursa tersebut haruslah memiliki bagian berkerut yang letaknya parallel satu sama lainnya dipermukaan dan penampilannya berwarna krem. Perhatikan abnormalitas warna dan pembengkakan. t. Dengan pisau tajam, potong daerah persendian, cari substansi yang Nampak seperti nanah berwarna putih atau kuning, darah, atau kelebihan cairan. Persendian harus Nampak seperti berkilau dan putih dengan sejumlah kecil cairan jernih dan lengket di dalamnya. u. Kemudian inspeksi organ jantung dapat dilakukan. Pertama – tama amatilah permukaan organ dari jantung. Pakah ada perdarahan. Amati juga ukuran dan konsistensinya. Lalu, insisilah jantung untuk menginspeksi tebal dinding dan kondisi cavumnya. v. Memeriksa otak, disartikulasi kepala dan kuliti. Pindahkan calverium dengan guntin nyang kuat, gunakan teknik yang sama seperti pada pemeriksaan di mamalia. (buat garis yang membentuk sudut 40o dengan garis horisontal mulai dari foramen magnum, menuju ke os. Frontalis, pada kedua sisi tulang tengkorak. Kemudian buatlah irisan melintang yang menghubungkan kedua susut mata luar sehingga melalui garis tersebut. Tulang tengkorak dibuka dengan gunting tulang sehingga otak terlihat). C. Abnormalitas Pada Ayam

Pada praktikum kelompok kami, kondisi ayam sebelum dilakukan nekropsi adalah berat badan yang kurang (kurus), lemas, pucat, dan anoreksia. Ayam kami dapat dari pasar Gadang Malang dan menurut penjual memang dalam keadaan sakit. Setelah dilakukan nekropsi, abnormalitas yang kami dapat yaitu berada di saluran pencernaan. Pada usus halus (intestine/duodenum) di dapati adanya manifestasi cacing yang diduga adalah Ascariadia galli. Temuan ini berdasarkan cacing yang di dapat dan tidak ada gejala patologi lain yang tampak.

Manifestasi Ascaridia galli Makroskopis: Ditemukan manifestasi cacing Ascaridia galli dalam lumen usus, hal tersebut menyebabkan juga adanya peradangan pada usus. Adanya radang pada usus, ditandai dengan perdarahan yang meluas. Mukosa usus banyak foci hemorrhagic, adanya pendarahan yang terakumulasi Hasil pengamatan saat praktikum

pada duktis intestin. Biasanya usus akan berwarna gelap daripada normalnya. Mikroskopis: Nekrosis epitel usus dengan disertai erosi fili-filinya, serta dijumpai banyak eritrosit di interstitialnya.

Makroskopis

Mikroskopis Ascaridia galli , cacing gilig ini paling sering ditemukan pada ayam kampung dan itik yang dipelihara secara ekstensif serta menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Cacing gilig ini biasanya menimbulkan kerusakan yang parah pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi pada lapisan mukosa usus dan menyebabkan perdarahan ( enteritis hemoraghica ). Jika lesi tersebut bersifat parah akan mengalami gangguan proses pencernakan dan mengganggu proses penyerapan nutrisi sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ataupun produksi. Infeksi Ascaridia galli dapat menimbulkan penurunan berat badan yang berhubungan langsung dengan jumlah cacing yang terdapat dalam tubuh. Status nutrisi juga penting, ayam yang diberi protein tinggi lebih tinggi penurunan berat badannya dibanding dengan diberi pakan dengan protein lebih rendah. Infeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah , mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan dan peningkatan kematian. Pada infeksi sangat berat akan terjadi penyumbatan usus. Yang perlu menjadi catatan penting bahwa infeksi Ascaridia galli mempunyai efek sinergik / menimbulkan infeksi sekunder seperti koksidiosis dan infectious bronchitis bahkan disinyalir dapat membawa reovirus dan menularkan virus tersebut. Siklus hidup Ascaridia galli tidak membutuhkan hospes perantara. Penularan cacing terjadi melalui pakan, air minum, liter, lingkungan atau bahan lain yang tercemar telur cacing Ascaridia

galli. Ayam

muda

lebih

sensitif

terjadi

kerusakan

usus

yang

ditimbulkan Ascaridia galli. Pada umur 2 – 3 bulan, ayam akan membentuk kekebalan berperantara seluler terhadap cacing tersebut. Ayam umur 3 bulan lebih menunjukkan adanya resistesi terhadapAscaridia galli. Ayam yang diberi pakan dengan kadar Vitamin A, B kompleks, kalsium dan lisin yang tinggi akan meningkatkan resistensi terhadap infeksi Ascaridia galli. Obat cacing yang paling sering digunakan untuk membasmi Ascaridia galli adalah piperazin, higromisin B, dan kumafos melalui pakan untuk mengendalikan cacing Ascaridia galli. Piperazin dapat diberikan pada ayam lewat pakan dengan dosis 0,2% – 0.4%, melalui air minum 0,1% – 0.2%, atau untuk sekali pengobatan dengan dosis 50 – 100 mg / ayam. Pengobatan akan efektif jika piperazin kontak dengan cacing dengan konsentrasi tinggi dan dikonsumsi ayam dalam waktu beberapa jam. Efek obat akan muncul ditandai dengan keluarnya cacing dari efek peristaltik usus, cacing keluar dalam kondisi hidup ataupun mati.

Jika infeksinya bersamaan dengan Heterakis sp.maka pengobatan membutuhkan kombinasi piperazin dan fenotiazin untuk sekali pengobatan. Pengendalian dapat dilakukan dengan perbaikan manajemen, sanitasi kandang dan lingkungan, pembasmian lalat ( sebagai vektor mekanik ), dan desinfeksi ketat. Pengobatan untuk pencegahan pada pullet diberikan umur 5 minggu, diulang setiap 4 minggu sampai umur 21 minggu. Pemberian vitamin A bermanfaat untuk membantu penyembuhan mukosa usus yang mengalami kerusakan. DAFTAR PUSTAKA Berata, I.K., Anak A.G.A., I Wayan S., I Made M., I Ketut B., dan Ida B.M.O. 2010. Studi Patologi pada Unggas. Jurnal Veteriner Desember 2010 Vol. 11 No. 4 : 232-237 Pagana, K.D. & Pagana, T.J. 2002. Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Test. 2nd ed. Missouri: Mosby, Inc. Samkhan dan Sri Niati. 2006. Tata Cara Penanganan

dan Pengirimam Contoh ke

Laboratorium. Buletin Laboratorium Veteriner Vol. 6 No. 3 September 2003. ISSN : 0853-7968

LAMPIRAN

Ayam yang akan di Proses anastesi dengan menginjeksi nekropsi dan diduga sakit formalin di foramen magnum

Proses nekropsi rongga thorax

Proses nekropsi saluran pencernaan

Proses nekropsi rongga abdomen

Temuan patologis yang didapat (cacing usus, Ascaridia galli)

Hasil nekropsi saluran pencernaan unggas dan jantung

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF