Laporan Mini Riset

May 27, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Mini Riset...

Description

LAPORAN MINI RISET PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WARGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DESA TERTEK KECAMATAN PARE Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesional Ners Program Studi S1 Keperawatan STIKes Surya Mitra Husada Kediri

Oleh :

1) Akmal Sari Kurniawati, S. Kep 2) Asniatim Ma’rifah, S. Kep 3) Sri Suhartini, S. Kep 4) Sukirno, S. Kep 5) Joko Sutrisno, S. Kep 6) Khoirul Astorini, S. Kep 7) Farida, S. Kep 8) Prihati, S. Kep 9) Sutrisno, S. Kep 10) Dwi Prasetyaningrum, S. Kep 11) Endang Surtiningsih, S. Kep 12) Erina Widya Agustina, S. Kep 13) Novi Sri Wijayanti, S. Kep 14) Endang Kuswati, S. Kep 15) Chrisanta Ardhi Kusuma, S. Kep 16) Fuad Di Darwis, S. Kep 17) Purwati, S. Kep 18) Ali Mashari, S. Kep 19) Muji Rahayu, S. Kep

20) 21) 22) 23) 24) 25) 26) 27) 28) 29) 30) 31) 32) 33) 34) 35) 36) 37)

Mutamimah, S. Kep Hardityo Fajarsiwi, S. Kep Reni Ratna Yusanti, S. Kep Suprihati Andayani, S. Kep Haris Listyawan, S. Kep Rini Astutik, S. Kep Siti Muwanah, S. Kep Aty Rahmawati, S. Kep Dian Sulistyani, S. Kep Hervina Agustina, S. Kep Candra Eka Setiawan, S. Kep Bambang Wahyu Setyawan, S. Kep Dora Maerawati, S. Kep Diana Lestari, S. Kep Indra Saiful Hamzah, S. Kep Dedy Rudiyanzah, S. Kep Deny Ariati, S. Kep Jenny Prasetia, S. Kep

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2013

HALAMAN PENGESAHAN MINI RISET ” Laporan ini diajukan dalam rangka pembelajaran Modul Aspek Sosial dalam Pelayanan Kesehatan Komunitas, Sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan Profesi Ners Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes SURYA MITRA HUSADA KEDIRI ”

Disusun Oleh : Mahasiswa Praktik Program Profesi Keperawatan Komunitas

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal : Dosen Pembimbing Lapangan

Dosen Pembimbing Akademik

Heri Saputro, S.Kep., Ns NIP

NIK. 13.07.11.120

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan praktik klinik keperawatan komunitas dan keluarga ini dilakukan pada tanggal 14 Januari 2013 sampai 24 Maret 2013. Dengan berbekal materi yang telah diberikan saat pembekalan, maka secara resmi pada tanggal 14 Januari 2013 mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Surya Mitra Husada Kediri melaksanakan praktek klinik keperawatan komunitas di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. Adapun kegiatan selama praktik keperawatan komunitas di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare diuraikan sebagai berikut : A. TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan ini merupakan tahap awal pra praktik klinik/terjun ke lapangan, berbagai kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini antara lain: 1. Pembekalan Pembekalan dilakukan pada tanggal 14 Januari 2013 pukul 09 : 00 WIB di balai desa Tertek Kecamatan Pare oleh pembimbing praktik komunitas oleh bapak Suyatno S.Kep, Ns. dan Ibu Dotik Sukismi, A. Md. Keb. Materi yang diberikan adalah tentang mekanisme perijinan, dan peraturan-peraturan bagi mahasiswa praktik dan tugas yang harus diselesaikan. 2. Pengorganisasian Kelompok Untuk mempermudah pelaksanaan praktik dan sebagai penanggung jawab kegiatan praktik dari mahasiswa, maka dibentuk organisasi kelompok. Susunan panitia terlampir. 3. Persiapan Administrasi Sebagai langkah selanjutnya, dipersiapkannya administrasi untuk mengadakan konsolidasi dan perijinan kepada instansi terkait. Surat perijinan diperoleh dari pendidikan yang harus disampaikan ke desa Tertek. Selain itu, disusunlah administrasi untuk keperluan praktik dari mahasiswa sendiri, yaitu format pengkajian kesehatan komunitas, format asuhan keperawatan keluarga dan format asuhan keperawatan gerontik, administrasi kesekretariatan dan administrasi keuangan. 4. Konsolidasi Konsolidasi dan kerjasama dengan berbagai instansi terkait dilakukan pada tanggal 11 Januari 2013 dengan mengajukan permohonan ijin dan kerjasama kepada bapak Lurah Kelurahan Tertek, Kepala Puskesmas Sidorejo. Selanjutnya, secara resmi mahasiswa diterjunkan pada tanggal 14 Januari 2013 di wilayah RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare sebagai wilayah binaan mahasiswa STIKes Surya Mitra Husada Kediri Kelas B melalui perijinan Ketua RT/RW setempat.

5. Orientasi dan Analisa Situasi Orientasi dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: a. Pembekalan yang diberikan oleh Kepala Desa Tertek. Pertemuan antara ketua RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare pada tanggal 14 Januari 2013 pukul 09 : 00 – 11 : 00 wib. Bapak kepala desa Tertek menerima kehadiran mahasiswa dan mahasiswa menyampaikan maksud dan tujuan praktik klinik keperawatan komunitas yang akan dilaksanakan. Bapak Kepala Desa memberikan gambaran tentang keadaan lingkungan secara umum dan status kesehatan RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. b. Orientasi dan analisa situasi selanjutnya dilakukan oleh mahasiswa sendiri dengan membagi mahasiswa dalam satu kelompok besar sesuai dengan jumlah RT, dan dilakukan pengenalan lingkungan oleh mahasiswa sendiri. 6. Pembukaan Pembukaan dilakukan sebagai bentuk pertemuan pertama kali memasuki daerah binaan dan berinteraksi dengan warga. Perencanaan dan pelaksanaannya dapat dilihat pada uraian tahap pelaksanaan kegiatan. B. TAHAP PELAKSANAAN 1) Pengkajian Pengkajian data kesehatan komunitas dilakukan pada tanggal 14 – 19 Januari 2013 sesuai dengan kesepakatan antara mahasiswa dan warga. Pelaksana adalah mahasiswa yang telah dibagi diwilayah RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13, bekerjasama dengan ketua RT, kader posyandu dan PKK. Mekanisme pengumpulan data merupakan hak otonom masing-masing kelompok RT dengan tanpa meninggalkan prinsip pengkajian keperawatan komunitas (daftar anggota kelompok RT terlampir). Data komunitas yang dikumpulkan berdasarkan pada tujuan menggali semua permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat untuk selanjutnya dilakukan pemecahan masalah dengan menggunakan format pengkajian komunitas yang telah dikonsultasikan pada pembimbing profesi. 1. Data Demografi Desa Tertek termasuk dalam Kecamatan Pare memiliki Jumlah penduduk sebanyak 12.970 jiwa yang terdiri dari 55 RT, 21 RW dan 3 Dusun yaitu Dusun Tertek, Dusun Semanding, Dusun Jombangan. Adapun Batas Wilayah Desa Tertek adalah sebagai berikut : a) Sebelah Utara

: Desa Canggu, Kecamatan Badas

b) Sebelah Selatan

: Desa Gadungan, Kecamatan Puncu

c) Sebelah Timur

: Desa Kencong, Kecamatan Kepung

d) Sebelah Barat

: Kelurahan Pare, Kecamatan Pare

Peta kawasan Desa Tertek Kecamatan Pare aadalah sebagai berikut ; Desa Canggu Kecamatan Badas

Kelurahan Pare Desa Kencong

Kecamatan Pare

Kecamatan Kepung

Desa Gadungan Kecamatan Puncu (Sumber Profil Desa Tertek Tahun 2010)

Di kawasan Desa Tertek terdapat SD Negeri 5 buah ; SD Swasta : 1 buah ; MI : 2 buah ; MTs : 2 buah ; MA : 2 buah ; SMK : 1 buah ; PT (Perguruan Tinggi) : 1 buah serta Pondok Pesantren : 3 buah. Adapun Pelayanan Kesehatan : BPS (Bidan Praktek Swasta) : 2 buah ; Polindes : 1 buah ; Poskesdes : 1 buah ; Poskestren : 1 buah ; Posyandu (Bidan Dotik) : 10 buah. Kader Posyandu : 50 Orang. Adapun tempat ibadah berupa Masjid sejumlah 13 buah dan Langgar / Surau / Musholla Sejumlah 50 buah. Sarana Olahraga di Desa Tertek adalah Lapangan sepakbola 1 buah, lapangan bulu tangkis 1 buah dan lapangan basket 1 buah. Kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga desa Tertek yasinan, posyandu balita, kerja bakti. (Sumber Profil Desa Tertek Tahun 2010) . Dalam hal ini, asuhan keperawatan komunitas kelompok Transfer B mahasiswa STIKes Surya Mitra Husada di lakukan pada RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13. Adapun jumlah penduduk yang dilakukan pendataan sejumlah 1064 jiwa. a. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin Gambar 1.1 Diagram jenis kelamin penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 517 orang (49 %) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 547 (51 %). b. Distribusi penduduk berdasarkan Usia Gambar 1.2 Diagram usia penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berusia 0-5 thn 138 orang (13%), usia 6-15 thn 158 orang (15%), usia 16-21 thn 89 orang (8%), usia 22-59 thn 600 orang (56%), usia 60 keatas thn 79 orang (13%). c. Distribusi penduduk berdasarkan Agama Gambar 1.3 Diagram agama penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

Agama

2%

98 %

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penduduk yang beragama Kristen 23 (2%), beragama Islam sebanyak 1040 (98%), beragama Budha 1 orang (0%), dan tidak ada yang beragama Katholik dan Hindu.

d. Distribusi penduduk berdasarkan Pendidikan Terakhir Gambar 1.4 Diagram pendidikan terakhir penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pendidikan penduduk yang tidak sekolah 6 orang (1%), belum sekolah 165 orang (16%), Taman Kanak – Kanak 86 orang (8 %), SD 290 orang (27%), SMP 195 orang (18%), SMA 286 orang (27%), dan Perguruan Tinggi 36 orang (3%). e. Distribusi penduduk berdasarkan Pekerjaan Gambar 1.5 Diagram pekerjaan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kartu Keluarga dan Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari

gambar

diatas

menunjukkan

bahwa

pekerjaan

penduduk

yang

PNS/TNI/POLRI 23 orang (2%), Wiraswasta 134 orang (13%), Buruh/Swasta 100 orang (9%), Ibu Rumah Tangga 276 orang ( %), Pelajar/Mahasiswa 362 orang, Tidak/Belum Bekerja 169 orang (%).

f. Faktor lingkungan Jumlah rumah tangga yang di lakukan pendataan sebanyak 254 rumah. 1). Jenis bangunan Gambar 1.6.a Diagram jenis bangunan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jenis bangunan penduduk yang termasuk rumah permanen sebanyak 251 rumah (99%), tidak permanen 3 rumah (1%). 2). Status Kepemilikan Rumah Gambar 1.6.b Diagram status kepemilikan rumah penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kontrak 11 rumah (4%) dan yang memiliki rumah sendiri sebanyak 243 rumah (96%).

3). Ventilasi Gambar 1.6.c Diagram ventilasi rumah penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa yang memiliki ventilasi baik sebanyak 217 rumah (85%), ventilasi cukup sebanyak 27 rumah (11%). ventilasi kurang sebanyak 10 rumah (4%). 4). Pencahayaan Gambar 1.6.d Diagram pencahayaan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pencahayaan di rumah penduduk yang gelap 9 rumah (3 %), remang-remang 27 rumah (11%), terang 218 rumah (86%).

5). Lantai rumah Gambar 1.6.e Diagram lantai rumah penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa lantai rumah penduduk yang menggunakan Tegel/Keramik 183 rumah (72%), yang plester 63 rumah (25%), tanah 8 rumah (3%). 6). Jenis jamban yang digunakan Gambar 1.6.f Diagram jenis jamban yang digunakan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jenis jamban yang digunakan penduduk jenis leher angsa 227 (90%), yang menggunakan sungai 16 (6%), cemplung 11 (4%), tidak ada 0 (0%).

7). Kebersihan Jamban Gambar 1 .6.g Diagram kebersihan jamban penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kebersihan jamban penduduk adalah bersih 242 (95 %), kotor 12 (5%). 8). Kepemilikan kamar mandi Gambar 1.6.h Diagram kepemilikan kamar mandi di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013) Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kepemilikan kamar mandi adalah memiliki 245 (96%), tidak ada 9 (4 %), serta tidak ada yang mandi di sungai.

9). Kebersihan kamar mandi Gambar 1.6.i Diagram kebersihan kamar mandi di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kebersihan kamar mandi adalah dikuras tiap minggu 211 (83%), dikuras tiap bulan 43 (17%). 10). Pengaturan Pekarangan Gambar 1.6.j Diagram pengaturan pekarangan di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pengaturan pekarangan adalah teratur 176 (69%), berserakan 78 (31%).

11). Pengaturan Air Limbah Gambar 1.6.k Diagram pengaturan air limbah di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pengaturan air limbah adalah teratur 204 (80%), berserakan 50 (20%). Tidak ada air limbah yang di manfaatkan. 12). Kepemilikan kandang hewan ternak Gambar 1.6.l Diagram kepemilikan kandang hewan ternak penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa penduduk yang memiliki kandang hewan ternak sebanyak 33 (13%), dan yang tidak memiliki hewan ternak sebanyak 221 rumah (88%).

13). Lokasi Kandang Ternak Gambar 1.6.m Diagram lokasi kandang ternak penduduk dRT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar di atas menunjukkan bahwa lokasi kandang ternak adalah seatap sebanyak 0 (0%) dan tidak seatap sebanyak 33 (100%). 14). Pemeriksaan Jentik Nyamuk Gambar 1.6.n Diagram pemeriksaan jentik nyamuk penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pada pemeriksaan jentik di rumah penduduk yang positif terdapat jentik sebanyak 28 (11%), dan yang tidak ditemukan jentik adalah sebanyak 226 (89%).

g. Pengelolaan Sampah 1). Kebiasaan membuang sampah Gambar 1.7.a Diagram kebiasaan membuang sampah penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sampah yang dibuang ke sungai sebanyak 58 (23%), diambil oleh petugas 5 (2%), dibakar 191 (75%) 2). Penampungan sampah sementara Gambar 1.7.b Diagram penampungan sampah sementara penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan tempat penampungan sampah sementara penduduk yang tertutup 2 (1%), dan yang terbuka sebanyak 252 (99%).

h. Pengelolaan Air 1). Sumber air untuk masak Gambar 1.8.a Diagram sumber air untuk yang digunakan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa sumber air yang digunakan penduduk berupa sumur gali sebanyak 180 (71%), bor 61 (24%) , PDAM 13 (5%), dan tidak ada yang mendapatkan air dari sumber dan sungai. 2). Jarak sumber air dengan septiktank Gambar 1.8.b Diagram sumber air untuk yang digunakan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa jarak sumber air dengan septiktank yang digunakan penduduk 0-10 m sebanyak 231 (91%), sedangkan yang lebih dari 10 meter sebanyak 23 (9%).

i. Data kesehatan keluarga 1). Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Gambar 1.9.a Diagram pemanfaatan fasilitas kesehatan di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan yang paling banyak digunakan oleh penduduk adalah puskesmas sebanyak 144 (57%), dan puskesmas pembantu/posyandu 33 (13%), RS 32 (12%), petugas kesehatan 40 (16%), tidak memanfaatkan 5 (2%). 2). Kebiasaan merokok Gambar 1.9.b Diagram kebiasaan merokok penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penduduk yang merokok 142 orang (13%) dan yang tidak merokok sebanyak 922 orang (87%).

3). Ketergantungan Pada Obat Berbahaya Gambar 1.9.c Ketergantungan Pada Obat Berbahaya di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penduduk seluruh penduduk tidak ada yang ketergantungan pada obat berbahaya yaitu 1064 orang (100%). 4). Penyakit yang di derita oleh penduduk Tabel 1.10 Penyakit yang di derita penduduk kurun waktu 3 bulan terakhir di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. Penyakit

Frekuensi

%

Hipertensi

9

14 %

Nefrotik Sydrome

1

2%

Diabetes Mellitus

3

5%

Osteoathritis

13

21%

CVA

2

3%

PJK

1

2%

TB Paru

1

2%

Decomp Cordis

1

2%

Asam Urat

1

2%

ISPA

30

48%

Jumlah

62

100%

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

j. Kesehatan Ibu dan Anak Jumlah balita yang dilakukan pendataan sebanyak 112 orang Jumlah ibu hamil yang dilakukan pendataan sebanyak 6 orang 1). Imunisasi Balita Gambar 1.10.a Diagram imunisasi balita di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : KaderPosyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa seluruh balita mendapatkan imunisasi lengkap sesuai usia sebanyak 112 (83%). 2). Pemeriksaan Selama Kehamilan Gambar 1.10.b Diagram Pemeriksaan Kehamilan di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa seluruh ibu hamil periksa kehamilan ke Bidan yaitu 6 orang (100%).

3). Penolong Persalinan Gambar 1.10.c Diagram penolong persalinan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penolong persalinan penduduk adalah Bidan sebanyak 97 (87%), Rumah Sakit sebanyak 15 (13%), dan tidak ada yang melakukan persalinan ke dukun. 4). Cara Persalinan Yang Digunakan Gambar 1.10.d Diagram cara persalinan yang digunakan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013) Dari gambar diatas menunjukkan bahwa cara persalinan yang digunakan adalah Spontan sebanyak 109 orang (97%), Operasi sebanyak 3 orang (3%).

5). KB Yang Sering Digunakan Jumlah Akseptor KB sebanyak 143 Orang Gambar 1.10.e Diagram KB yang sering digunakan penduduk di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa KB yang sering digunakan adalah Pil 6 orang (4%), IUD/AKDR sebanyak 29 orang (20%), Suntik sebanyak 101 orang (71%). Implant 6 orang (4%) dan MOW 1 orang (1%). 6). Status Gizi Anak/Balita Gambar 1.10.f Diagram status gizi balita/anak di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013, Kader Posyandu, Bagian Gizi Puskesmas Sidorejo)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa status gizi anak/balita adalah baik 107 orang (95%), cukup sebanyak 2 orang (2%), kurang (BGM) sebanyak 3 orang (3%).

7). Status Tumbang Anak Gambar 1.10.g Diagram status tumbang anak di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa status tumbang anak adalah normal 109 orang (97%), tidak normal sebanyak 3 orang (3%). 8). Kunjungan posyandu balita Gambar 1.10.h Diagram kunjungan posyandu balita di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kunjungan posyandu balita adalah rutin sebanyak 101 orang (90%), jarang sebanyak 11 orang (10%). Serta tidak ada yang tidak pernah ke posyandu balita.

9). Pemberian ASI Gambar 1.10.i Diagram pemberian ASI di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Kader Posyandu & Pengkajian Mahasiswa SMH Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa pemberian ASI adalah ASI Ekslusif (0-6 bulan) 78 orang (70%), 0 – 2 tahun sebanyak 25 orang (22%). Tidak diberi ASI 9 orang (8%). 10). Penyakit yang di derita oleh balita Tabel 1.10.j Penyakit yang di derita balita kurun waktu 3 bulan terakhir di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. Penyakit

Frekuensi

%

ISPA

27

55 %

Diare

13

26 %

Febris / Demam

9

19 %

Jumlah

49

100 %

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

k. Kesehatan Lansia Jumlah lansia yang dilakukan pendataan sebanyak 79 orang 1). Kegiatan lansia pada waktu luang Gambar 1.11.a Diagram kegiatan lansia pada waktu luang di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kegiatan lansia waktu luang adalah Bantu Rumah Tangga 12 orang (15%), Mengasuh Cucu sebanyak 24 orang (30%). Nonton TV sebanyak 43 orang (55%). 2). Penyakit yang di derita lansia Tabel 1.11 b Penyakit yang di derita lansia kurun waktu 3 bulan terakhir di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. Penyakit

Frekuensi

%

Hipertensi

10

37 %

Osteoathritis

10

37 %

Stroke

2

7%

Asma

1

4%

PJK

1

4%

Demensia

2

7%

Diabetes Mellitus

1

4%

Jumlah

27

100%

(Sumber : Kader Posyandu Lansia & Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

3). Kunjungan Posyandu Lansia Tabel 1.11 c Kunjungan Posyandu Lansia di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. Kunjungan Posyandu

Frekuensi

%

Rutin

0

0%

Jarang

0

0%

Tidak Pernah

0

0%

Jumlah

0

0%

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada lansia yang melakukan kunjungan ke posyandu lansia. l. Kesehatan Remaja Jumlah remaja yang dilakukan pendataan sebanyak 89 orang 1). Kegiatan yang diikuti remaja Gambar 1.12.a Diagram kegiatan yang di ikuti remaja di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa kegiatan yang diikuti remaja adalah olah raga sebanyak 36 orang (40%), Keagamaan sebanyak 48 orang (54%), Kesenian sebanyak 5 orang (6%). Tidak ada yang mengikuti karang taruna.

2). Masalah Remaja Tabel 1.12 b Tabel Masalah Remaja di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. Masalah Remaja

Frekuensi

%

Kenakalan Remaja

0

0%

Narkoba

0

0%

Masalah Kejiwaan

1

100 %

Lainnya

0

0%

Jumlah

1

100 %

(Sumber : Pengkajian Mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri Tanggal 14 – 19 Januari 2013)

2) Fokus Masalah Mini Riset a). Data Hasil Survey Hasil pengkajian mahasiswa Surya Mitra Husada Kediri tanggal 14 – 19 Januari 2013 di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare menunjukkan bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menempati urutan pertama atau 48% (30 pasien) dan pada anak diare menempati urutan ke 2 atau 26% (13 pasien). Hasil observasi pada saat pengkajian data awal didapatkan 99% (252 rumah) tempat sampah yang dimiliki warga dalam keadaan terbuka dan hanya 1% (2 rumah) mempunyai tempat sampah dan dalam keadaan tertutup. Sedangkan dalam pengelolaan sampah 58 rumah (23%) masih dibuang disungai dan 191 rumah (75%) masih dibakar. b). Data Kualitatif Berdasarkan hasil wawancara dengan RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare, tokoh masyarakat, dan tenaga puskesmas. Secara ringkas data kualitatif yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Warga masyarakat mengatakan sebagian besar masyarakat masih sering membuang sampah sembarangan, di sungai ataupun di tanah kosong. 2. Tokoh masyarakat mengatakan kurang adanya kesadaran dari warganya untuk menjaga kesehatan lingkungan dan kurangnya tempat pembuangan sampah sementara. 3. Pihak puskesmas mengatakan bahwa permasalahan sampah sudah menjadi permasalahan masyarakat, perkotaan bahkan dunia, sehingga perlu adanya perubahan perilaku dari masyarakat tentang pengelolaan sampah. 4. Sebagian warga masyarakat mengatakan tidak khawatir dengan bahaya lingkungan yang diakibatkan penumpukan sampah

ANALISA DATA NO. 1.

2.

Masalah Kesehatan Kurangya pengetahuan dan motivasi pada warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare.dalam perilaku hidup bersih dan sehat, terutama dalam lingkungan (3M) Resiko terjadinya peningkatan kasus penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat (ISPA, penyakit saluran cerna)

Data Penunjang Etiologi Masalah a. Pemeriksaan rumah yang memiliki jentik sebanyak 28 (11%) Kurangnya kemampuan masyarakat b. Rumah yang memiliki pencahayaan gelap berjumlah 9 (3%) dalam perilaku hidup sehat c. Rumah yang memiliki pencahayaan remang-remang berjumlah 27(11%) d. Kamar mandi yang di kuras tiap bulan berjumlah 43 (17%) a. Pengolahan sampah yang dibuang ke sungai sebanyak 58 rumah Kurangnya kemampuan masyarakat 23(%) dalam memelihara syarat kesehatan b. Pengolahan sampah yang dibakar sebanyak191 rumah (75%) c. Penampuanga sampah sementara yang terbuka sebanyak 252 (92%) d. Penyakit yang diderita balita dalam kurun 3 bulan terakhir 1) ISPA : 27 orang (55%) 2) Diare : 13 orang (26%) e. Penyakit yang di derita penduduk dalam kurun 3 bulan terakhir adalah ISPA : 30 orang (48%)

3.

Pembuangan limbah kurang memenuhi syarat kesehatan

a. b. c. d.

Pengaturan air limbah yang berserakan berjumlah 50 (20%) Jenis jamban cemplung sebanyak 8 (3%) Jenis jamban sungai sebanyak 16 (6%) Jamban yang kotor sebanyak 12 (5%)

4

Resiko terjadinya peningkatan masalah kesehatan pada lansia

a. Jumlah lansia 79 orang b. Jumlah lansia yang sakit 1) Hipertensi : 10 orang (37%) 2) Stroke : 2 orang (7%) 3) Osteathritis : 10 (37%) c. Tidak ada lansia yang melakukan kunjungan ke posyandu lansia.

Kurangnya kemamapuan masyarakat dalam pengolahan limbah

Kurangnya kemampuan masyarakat dalam merawat lansia

BAB II IDENTIFIKASI MASALAH

A. Kepentingan Permasalahan Berdasarkan hasil pengkajian data kesehatan komunitas dilakukan pada tanggal 14 – 19 Januari 2013 ditemukan beberapa masalah kesehatan pada warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. Diantaranya masalah kesehatan yang menonjol adalah permasalahan pengelolaan sampah di wilayah RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare ini sebagian besar dengan membakar sampah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa warga dengan membakar sampah karena tidak adanya lahan pembuangan sampah. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menganalisis pengaruh pengaruh penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan sampah terhadap tingkat pengetahuan warga dalam pengolahan sampah di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan masyarakat sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan sampah di lingkungan RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan warga setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan sampah di lingkungan RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. c. Menganalisa pengaruh penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan sampah terhadap tingkat pengetahuan warga dalam pengolahan sampah di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. C. Kajian Literatur 1. Konsep Pendidikan Kesehatan

a.

Pengertian Pendidikan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat . Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk., 2002). 1) Tujuan pendidikan kesehatan Tujuan pendidikan adalah : 1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. 2) Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan Faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan adalah : a. Tingkat Pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya. b. Tingkat Sosial Ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru. c. Adat Istiadat Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan. d. Kepercayaan Masyarakat Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang – orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi. e. Ketersediaan Waktu di Masyarakat Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

3) Metode Dan Alat Bantu Pendidikan Kesehatan Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah: a) Metode Ceramah Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. b) Metode Diskusi Kelompok Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. c) Metode Curah Pendapat Adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing – masing peserta, dan evaluasi atas pendapat – pendapat tadi dilakukan kemudian. d) Metode Panel Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin. e) Metode Bermain peran Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. f) Metode Demonstrasi Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. g) Metode Simposium Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat. h) Metode Seminar Adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. 4) Langkah – Langkah Dalam Pendidikan Kesehatan Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan sesuai dengan langkah – langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai berikut : a) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat. b) Menetapkan masalah kesehatan masyarakat. c) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan masyarakat.

d) Menyusun perencanaan penyuluhan e) Pelaksanaan penyuluhan f) Penilaian hasil penyuluhan g) Tindak lanjut dari penyuluhan 2. Konsep Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dulu terhadap stimulus (obyek). 2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tertentu. Disini sikap subyek sudah mulai timbul. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial (mencoba) dimana subyek mencoba melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption dimana subyek sudah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. b. Komponen Pengetahuan atau kognitif, merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007). Menurut (Notoatmodjo, 2007), pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) seluruh bahan yang dipelajari atau yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tanpa apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Paham (Comprehension) Paham diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan mati tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap obyek atau materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau konsisi realita (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian. Dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. 4) Analisis (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari kata kerja, seperti

menggambarkan,

membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan

dan

sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis

menunjukkan

kepada

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkasnya, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Monks, Fj, 2002). 1) Faktor Internal a) Usia Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai, semakin banyak hal yang dikerjakan. b) Intelligence Intelligence seseorang berasal dari faktor pembawaan dan hasil pembelajaran sepanjang hidupnya yang diperoleh melalui belajar dan pengaman, misalnya

pengetahuan umum dan bahasa. Intelligence akan mengalami kemunduran setelah usia 30 atau 40 tahun. 2) Faktor Eksternal a) Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan melalui proses belajar. b) Pemberian informasi Meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan dengarn berbagai macam alat bantu (media massa) yaitu media cetak, media elektronik dan media papan. Pemberian informasi dapat dilakukan dengan metode ceramah, penyuluhan, konseling dan sebagainya. c) Pengalaman Pengalaman diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. d) Sosial budaya Kepercayaan yang diterima berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu akan semakin menambah pengetahuan seseorang. d. Kategori pengetahuan (Arikunto, 1998) Untuk mengetahui secara kuantitatif dan kualitatif tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dibagi 4 tingkatan yaitu : 1) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100% 2) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56 – 75% 3) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40 – 55% 4) Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40% 3.

Konsep Perilaku a. Definisi Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus (faktor eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subyek atau orang yang berperilaku tersebut. Dengan perkataan lain, perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan. Banyak teori tentang determinan perilaku ini, masing-masing mendasarkan pada asumsi-asumsi yang dibangun. Dalam bidang perilaku kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan dalam penelitian-penelitian kesehatan masyarakat. Ketiga teori tersebut adalah : 1.

Teori Lawrence Green Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan tersebut, yakni behavioral factors (faktor perilaku), dan non behavioral factors atau faktor non perilaku. Selanjutnya Green menganalisis, bahwa faktor perilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu :

a.

Faktor-faktor predisposisi (disposing factors), yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

b.

Faktor-faktor pemungkin (enabling factor) adalah faktor-faktor 5 yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku/tindakan. Yang dimaksud faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan bergizi, uang dan sebagainya. Sebuah keluarga yang sudah tahu masalah kesehatan, mengupayakan keluarganya untuk menggunakan air bersih, buang air besar di WC, makan-makanan yang mengadakan fasilitas itu semua, maka dengan terpaksa buang ari besar di kali / kebun, menggunakan air kali untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya dan sebagainya.

c.

Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat rumahnya ada polindes, dekat dengan bidan, tetapi tidak mau melakukan periksa hamil, namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.

Secara matematis, perilaku menurut Green itu dapat digambarkan sebagai berikut B = F (pf, Ef, Rf) B : Behavior F : Function Pf : Predisposisi faktors Ef : Enabling faktors Rf : Reinforcing faktors 2.

Teori Snehandu B. Karr Karr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas California di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku yaitu : a.

Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya, misalnya orang mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai “niat” untuk itu.

b.

Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Didalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya.

c.

Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh

seseorang. Sebuah keluarga mau ikut program keluarga berencana, apabila keluarga ini memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga berencana : tujuan ber KB, bagaimana cara ber KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), akibat-akibat sampingan ber KB dan sebagainya. d.

Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (Personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas terutama lagi di pedesaan. Seorang istri dalam pengambilan keputusan masih sangat tergantung kepada suami.

e.

Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation) untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tetap. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian luas. Baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Secara matematik, teori Karr ini dapat dirumuskan sebagai berikut: B : F (Bi, Ss, Ai, Pa, As)

B : Behavior F : Fungsi Bi : Behavior intention Ss : Sosial support Ai : Accesssibility information 3.

Teori WHO Tim kerja pendidikan kesehatan dari WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana. Mereka mengatakan bahwa mengapa seseorang berperilaku, karena adanya 4 alasan pokok (determinan), yaitu : a.

Pemikiran dan perasaan (Thoughts and Feeling) Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap obyek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.

b.

Adanya acua atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personal references). Didalam masyarakat, dimana sikap paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan (referen) yang ada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat.

c.

Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Kalau dibandingkan dengan teori Green sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana dan prasarana atau fasilitas).

d.

Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Telah diuraikan terdahulu bahwa faktor sosio-budaya merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal

ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas. Dari uraian tersebut, teori dari tim WHO ini dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut : B = F (Tf, Pr, R, C B : Behavior F : Function Tf : Thoughts and feeling Pr : Personal references R : Resources C : Culture Asumsi Determinan Perilaku Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada gambar berikut Persepsi Pengalaman fasilitas sosio-budaya

Pengetahuan Keyakinan

Perilaku

Keinginan Motivasi Eksternal

Niat

Internal

Respons

Sikap

Gambar 2.1 Skema terjadinya perilaku (Notoatmojo, 2007) Dari skema tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku terjadi diawali dengan adanya pengalaman-pegalaman seseorang serta faktor-faktor diluar orang tersebut (lingkungan) baik fisik maupun non fisik. Kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan sebagainya, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut yang berupa perilaku .

4.

Konsep Teori Sampah a. Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam prosesproses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya (Wikipedia, 2012) Sampah yang tidak dikelola secara tepat akan menjadi tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus sehingga menjadi tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Hal tersebut sudah tentu akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya (Awaludin, 2012) b. Jenis sampah menurut sifatnya 1) Sampah organik - dapat diurai (degradable) Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. 2) Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable) Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton c. Dampak Negatif Sampah Dalam Berbagai Bidang a) Dampak terhadap Kesehatan 1. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. 2. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). 3. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah. 4. Sampah beracun. Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini

berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator. b) Dampak terhadap Lingkungan Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang mata). Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak. Macam pencemarann perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme yang terbawa air hujan dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat muncul ke permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air. Jika bahan pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) mislnya air raksa (merkuri), chrom, timbale, cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia, karena dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat pada bayi, kerusakan sel-sel hati atau ginjal. Baterai bekas (untuk senter, kamera, sepatu menyala, jam tangan) mengandung merkuri atau cadmium, jangan di buang disembarang tempat karena B3 didalamnya dapat meresap ke sumur penduduk. Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau yang tidak sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas belerang, amoniak dan asap di udara. Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang bersifat karsinogen, artinya dapat menimbulkan kanker, berhati-hatilah dalam membakar sampah. c) Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi 1. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. 2. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan. 3. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).

4. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. 5. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. d. Cara pengelolaan sampah Pengelolaan sampah, menurut Undang-undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, adalah suatu kegiatan mengurangi dan menangani sampah yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Undang-undang tersebut juga menegaskan bahwa pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif dari hulu sampai hilir. Kegiatan mengurangi dan menangani sampah terkait erat dengan konsep 3R, yang terdiri atas: a) Reduce (mengurangi timbulan sampah), yaitu mengurangi kegiatan konsumsiyang menyebabkan timbulan sampah. b) Reuse (menggunakan kembali bahan yang berpotensi menimbulkan sampah),yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung, baik untuk fungsi yangsama maupun fungsi yang lain. c) Recycle (mendaur ulang sampah), yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan. Adapun pengelolaan sampah organic dan anorganik secara sistematis dengan menggunakan cara ; 1) Penimbunan darat Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai , setelah sampah ditimbun dengan sendirinya akan diurai oleh tanah, lama penguraian tergantung jenis sampah yang ditimbun, sampah organik akan lebih cepat terurai dari pada sampah non organik. 2) Daur ulang a) Kembali secara fisik Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan

dari

sampah/kendaraan

sampah sampah

yang

sudah

khusus),

dipisahkan

atau

dari

dari

awal

(kotak

sampah

yang

sudah

tercampur.Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas

karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya. b) Pengolahan biologis Material sampah (organik) , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan. A. Kerangka Konseptual INPUT

PROSES

-

Warga RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kec. Pare

B.

: Area penelitian

: Tidak diteliti

Gambar 2.1

OUTPUT

Pengetahuan Pemahaman Kesadaran Kemauan

Penyuluhan kesehatan tentang pengelolaan sampah

- Alat peraga - Kesiapan Penyuluh - Lingkungan - Waktu

Perubahan tingkat pengetahuan warga tentang pengelolaan sampah

Perubahan perilaku warga tentang pengelolaan sampah

Kerangka konsep penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan perilaku masyarakat tentang pengelolaan sampah

B. Rumusan Permasalahan Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare?

C. Metode Penelitian 1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian ini menggunakan metode true eksperimental dengan pretest-posttest. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Wilayah RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare. b. Waktu Penelitian Tanggal 31 Januari – 23 Februari 2013 3. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. b. Sampel Sampel penelitian diambil secara random sampling pada warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. 4. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan jawaban yang sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih dan dipandang dari jawaban termasuk kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya. Kuesioner ini terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan yang meliputi : a. Identitas Responden Data yang diambil berupa jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan responden b. Pengetahuan Tentang Pengelolaan Sampah Disusun dalam bentuk 20 pertanyaan tertutup 5. Variabel Penelitian Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah b. Pengetahuan warga dalam pengelolaan sampah 6. Definisi Operasional a.

Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah Proses pemberian informasi dari peneliti kepada warga mengenai pengelolaan sampah yang berisi tentang pengertian sampah, macam sampah, asal sampah, pengaruh sampah, hal-hal yang diperhatikan dalam pengelolaan sampah, pengelolaan sampah, cara penimbunan sampah sementara didalam rumah atau perkarangan rumah dan jenis sampah.

b.

Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dari warga dan ini terjadi setelah warga melakukan penginderaan terhadap pengelolaan sampah yang diukur dengan skala nominal.

7. Proses Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah : a. Data Primer Data primer didapatkan secara langsung dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer adalah data dalam penelitian yang langsung diambil dari responden berupa karakteristik responden (umur dan jenis kelamin) serta karakteristik sosiodemografi (pendidikan dan pekerjaan) responden, pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan 2 kali. Pertama (pretest) pada saat sebelum pemberian pendidikan kesehatan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner. Setelah kuesioner dikumpulkan baru dilakukan pemberian pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah. Setelah 1 minggu dilakukan pretest dengan kuesioner yang sama. Sebelumnya dilakukan sosialisasi kepada warga dan diberi penjelasan singkat tentang penelitian yang akan dilakukan dan bagaimana cara pengisian kuesioner. b. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung yang diperoleh peneliti melalui Puskesmas Sidorejo dengan jumlah subyek yang digunakan dalam penelitian. 8. Analisis Data Setelah pengumpulan data, kemudian data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis disajikan dalam tabel.

BAB III TINDAKAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN Mengacu pada hasil pengakajian keperawatan komunitas pada tanggal 14 – 19 Januari 2013, di dapatkan masalah kesehatan masyarakat sebagai berikut : a) Resiko terjadinya peningkatan kasus penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat (ISPA, penyakit saluran cerna) berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam memelihara lingkungan syarat kesehatan. b) Pembuangan limbah & sampah kurang memenuhi syarat kesehatan berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam pengelolaan limbah & sampah. Berdasarkan hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) pada hari Rabu tanggal 30 Januari 2013 telah disepakati sebagai berikut :

3)

Rencana Tindak Lanjut PLAN OF ACTION MAHASISWA PROFESI KOMUNITAS RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII DESA TERTEK KECAMATAN PARE

No. 1.

Diagnoasa Keperawatan

Rencana kegiatan

Tujuan

Sasaran

Penanggung Jawab

Resiko 1. Beri penyuluhan Setelah di - Tokoh – Ketua terjadinya pada masyarakat lakukan tokoh Komunitas peningkatan RT 01 RW 06, RT intervensi masyarakat kasus penyakit 02 RW 11, RT 01 keperawatan RT 01 RW akibat RW 12, RT 01 RW mampu : 06, RT 02 lingkungan 13 Desa Tertek RW 11, RT yang kurang Kecamatan Pare Jangka 01 RW 12, sehat (ISPA, tentang arti panjang RT 01 RW penyakit lingkungan yang Mampu 13 Desa saluran cerna) sehat dan Mencegah Tertek berhubungan penyuluhan tentang penyakit akibat Kecamatan dengan beberapa penyakit lingkungan Pare Kurangnya yang disebabkan yang kurang - Seluruh motivasi oleh lingkungan sehat dengan warga RT masyarakat yang tidak sehat membersihkan 01 RW 06, dalam (macam-macam lingkungan RT 02 RW memelihara penyakit, bersama dengan 11, RT 01 syarat penyebab, gejala warga RW 12, RT kesehatan penyebaran dan 01 RW 13 serta cara Jangka pendek Desa pengolahan Masyarakat tahu Tertek sampah yang baik lebih banyak Kecamatan 2. Memotivasi tentang : Pare masyarakat melalui - Penyakit

Waktu Hari / Tanggal Minggu ke 3 dan 4

Tempat

Evaluasi Kriteria

Wilayah RT 01 Verbal RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

Psikomotor

Standart - Warga mampu menjelaskan tentang beberapa penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat (macam-macam penyakit, penyebab, gejala penyebaran dan serta cara pengolahan sampah yang baik - Masyarakat berperan aktif dalam memelihara lingkungan sehat - Sampah dapat dikelola dengan baik sesuai dengan kriteria sehat

2.

kader atau tokoh yang timbul masyarakat untuk karena aktif memelihara lingkungan lingkungan yang yang tidak sehat sehat 3. Koordinasi dengan - Cara tokoh masyarakat mencegah untuk terhadap memberdayakan penyakit kembali fasilitas - Cara yang ada terkait penyebaran pengelolahan penyakit sampah - Cara menanggulan gi penyakit yang berhubungan dengan akibat lingkungan yang tidak sehat Pembuangan 1. Beri Penyuluhan Setelah di - Tokoh – Ketua limbah & pada masyarakat lakukan tokoh Komunitas sampah kurang RT 01 RW 06, RT intervensi masyarakat memenuhi 02 RW 11, RT 01 keperawatan RT 01 RW syarat RW 12, RT 01 mampu : 06, RT 02 kesehatan RW 13 Desa RW 11, RT berhubungan Tertek Kecamatan Jangka 01 RW 12, dengan Pare tentang arti panjang RT 01 RW Kurangnya lingkungan yang Mencegah 13 Desa motivasi sehat dan penyakit akibat Tertek masyarakat penyuluhan lingkungan Kecamatan dalam mengenai macam- yang kurang Pare

Minggu ke 3,4,5

- Tokoh – tokoh masyarakat RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare Seluruh warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12,

- Verbal

- Warga mamapu menjelaskan tentang lingkungan yang sehat dan penyuluhan mengenai macam-macam limbah dan cara pengelolaan limbah & sampah yang

pengelolaan limbah & sampah

macam limbah dan cara pengolahan limbah yang baik 2. Lakukan pemasangan papan himbauan tentang penelolaan limbah & sampah di setiap RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare 3. Lakukan kerja bakti dengan warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

sehat dengan - Seluruh membersihkan warga RT lingkungan 01 RW 06, RT 02 RW Jangka Pendek Masyarakat tahu 11, RT 01 lebih banyak RW 12, RT tentang: 01 RW 13 - Penyakit Desa yang timbul Tertek karena Kecamatan lingkungan Pare yang tidak sehat - Cara pengelolaan limbah & sampah - Cara menanggulan gi penyakit yang berhubungan dengan akibat lingkungan yang tidak sehat

RT 01 RW 13 Psikomotor Desa Tertek Kecamatan Pare

baik - Limbah dapat di manfaatkan dengan baik

E. Pelaksanaan dan Pemantauan Berdasarkan rencana kerja untuk pemecahan masalah pengelolaan sampah, diharapkan program ini dapat berlangsung baik dan berkelanjutan sehingga tujuan untuk pengelolaan sampah yang benar dapat tercapai. Berikut ini rincian pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada warga di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare : Tabel 3.1 Pelaksanaan dan Pemantauan Program Intervensi Kesehatan No . 1.

Kegiatan

Pelaksanaan dan Pemantauan

Studi

1. Waktu : 31 Januari – 1 Februari 2013

Pendahuluan 2. Sasaran : Warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare 3. Hasil : Didapatkan data penyakit ISPA dan masalah kesehatan lingkungan (pengelolaan sampah yang kurang tepat) 4. Kegiatan : Pengkajian data dari warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare dan observasi lingkungan wilayah tersebut. 2.

Survey

1. Waktu : 2 Februari 2013

Tempat

2. Sasaran : Kondisi sekitar sungai dan lingkungan tempat pembuangan sampah yang biasa dipakai warga 3. Kegiatan: Melakukan pengkajian pada warga.

3.

Melakukan

1. Waktu : 3, 4, 6 Februari 2012

Penyuluhan,

2. Sasaran : RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01

Pembagian leaflet

RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare 3. Kehadiran : RT 01 RW VI

: 49 orang warga , 9 Mahasiswa

RT 02 RW XI

: 33 orang warga, 9 Mahasiswa

RT 01 RW XII

: 26 orang warga, 9 Mahasiswa

RT 01 RW XIII : 27 orang warga, 10 Mahasiswa 4. Kegiatan : Penyuluhan tentang pengelolaan sampah 4

Penyediaan

1.

Waktu : 24 Februari 2013

papan

2.

Sasaran : Warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12,

himbauan

RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

dan

Kegiatan : Pembagian papan himbauan dan kerja bakti.

bakti

kerja 3.

D. Hasil Hasil penelitian ini secara garis besar dapat dibagi 3, yaitu a) Gambaran karakteristik responden; b) Gambaran pengetahuan responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah ; c) Gambaran pengetahuan responden

setelah diberikan

pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah 1. Gambaran karakteristik responden Responden penelitian ini adalah warga RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare. Jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 20 responden. Karakteristik responden secara keseluruhan ditunjukkan seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 2.1 Karakteristik Responden Karakteristik Responden

Jumlah

Persentase (%)

Laki-laki

45

56,3 %

Perempuan

35

43,7 %

Total

80

100 %

20 – 29

7

8,75 %

30 – 39

26

32,5 %

40 – 49

39

48,75 %

50 – 59

5

6,25 %

> 60

3

3,75 %

Total

80

100 %

Jumlah

Persentasi (%)

Tidak Sekolah

0

0%

SD

12

15 %

Tingkat

SMP

24

30 %

Pendidikan

SMA

37

46, 25 %

PT

7

8,75 %

Total

80

100 %

Ibu Rumah Tangga

25

31,25 %

Swasta

48

60 %

PNS

4

5%

Tidak bekerja

3

3,75 %

Total

80

100 %

Penyuluhan

Pernah Mengikuti

27

33,75 %

Tentang

Tidak Pernah

53

66,25 %

Sampah

Total

80

100%

Jenis Kelamin

Umur

Karakteristik Responden

Pekerjaan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden, laki-laki lebih banyak dari responden perempuan yaitu sebanyak 45 responden (56,3 %). Hampir sebagian besar responden berusia lebih dari 40-49 tahun yaitu sebanyak 39 responden (48,75 %). Tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu SMA sebanyak 37 responden (46, 25 %). Sedangkan, pekerjaan responden terbanyak adalah swasta yaitu sebanyak 48 responden (60 %). 2. Gambaran pengetahuan warga sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah Gambaran pengetahuan warga tentang pengelolaan sampah sebelum dilakukan pendidikan kesehatan diukur dengan memberikan daftar pertanyaan mengenai sampah sebanyak 20 pertanyaan tertutup (pretest). Tabel 2.2 Gambaran Tingkat Pengetahuan pada Responden tentang Pengelolaan Sampah di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare Perilaku Responden

Jumlah

Persentase (%)

Baik

13

16,25

Cukup

28

35

Kurang

39

48,75

Total

80

100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa hampir sebagian besar responden mempunyai perilaku tentang pengelolaan sampah kurang 39 responden (48,75 %). 3. Gambaran pengetahuan warga setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah Gambaran pengetahuan warga tentang pengelolaan sampah setelah dilakukan pendidikan kesehatan diukur dengan memberikan daftar pertanyaan mengenai sampah sebanyak 20 pertanyaan tertutup yang sama dengan pretest. Tabel 2.3 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Pengelolaan Sampah setelah diberikan pendidikan kesehatan di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare Perilaku Responden

Jumlah

Persentase %

Baik

26

32,5

Cukup

37

46,25

Kurang

17

21,25

Jumlah

80

100

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan pengetahuan responden adalah hampir sebagian besar cukup yaitu 37 responden (46,25%).

4. Analisa pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah Tabel 2.4 Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan tingkat pengetahuan Masyarakat Tentang pengelolaan Sampah di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare Nilai Perilaku Keterangan Responden Pre Tes Post Tes Baik

13

16,25 %

26

32,5 %

Meningkat 16,25 %

Cukup

28

35 %

37

46,25 %

Meningkat 11,25 %

Kurang

39

48,75 %

17

21,25 %

Menurun 27,5%

Jumlah

80

100 %

80

100 %

Dari tabel diatas diketahui bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah terdapat perubahan pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah yaitu menurunnya kategori kurang sebesar 27,5 %, diikuti meningkatnya kategori cukup sebesar 11,25 % serta kategori baik sebesar 16,25 %. E. Pembahasan Adanya pendidikan kesehatan menunjukkan bahwa memang ada perbedaan nilai kuesioner. Berdasarkan hasil pengolahan data diatas, dapat diketahui bahwa pengetahuan pada sebagian besar warga RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah dengan kategori kurang yaitu sebesar 48,75 %, kategori cukup 35 % dan kategori baik hanya 16,25 %. Setelah diberikan pendidikan kesehatan didapatkan peningkatan kategori baik menjadi 32,5 %, kategori cukup menjadi 46,25 % dan menurunnya kategori kurang menjadi 21,25 %. Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Sebagian besar responden dalam penelitian berpendidikan SMA yaitu sebesar 46,25 %. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif (Notoatmodjo, 2003). Pada penelitian ini responden sangat antusias mengikuti penyampaian materi pendidikan kesehatan, ditunjukkan dengan banyaknya responden yang menanyakan dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan materi pendidikan kesehatan. Hal tersebut dikarenakan hampir sebagian besar responden (66,25 %) belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah.

Bila semua perilaku positif telah dilaksanakan semuanya, tentunya seseorang tersebut dapat dimasukkan kedalam kelompok warga dengan perilaku baik, sehingga sebagai dampak dari pengelolaan sampah yang salah dapat terkendali. Apabila seseorang telah menjalankan perilaku yang diinginkan dan telah digolongkan didalam kelompok dengan perilaku baik, perilaku-perilaku tersebut harus dipertahankan. Machfoedz (2003) mengemukakan, seseorang akan berhasil bila telah banyak memperoleh pengetahuan yang sedang dipelajari. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Mengubah sikap seseorang bukanlah pekerjaan mudah, bahkan lebih sulit dari pada meningkatkan pengetahuan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus objek. Sikap sebenarnya merupakan bagian dari kepribadian. Berbeda dengan perangai yang juga merupakan bagian kepribadian, sikap adalah kecenderungan yang tertata untuk berpikir, merasa dan berperilaku terhadap suatu referen atau objek kognitif. Suatu sikap belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sebagai contoh seorang yang telah mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik terhadap pengelolaan sampah, mungkin tidak dapat dijalankan perilaku tersebut karena keterbatasan sarana. Seseorang yang telah berniat untuk memilah sampah sesuai dengan jenisnya, kadang-kadang tidak memilah sampah lagi karena situasi di masyarakat yang kurang mendukung, misalnya setelah dipilah ternyata oleh petugas yang mengambil sampah dicampur lagi. Hasil gambaran atau perhitungan kuesioner dari pengetahuan masyarakat RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII

Desa Tertek Kecamatan Pare dalam

pengelolaan sampah terbilang cukup (46,25 %). Dari hasil pengamatan langsung oleh peneliti ke masyarakat, masih ada yang membuang sampah ke sungai dan sudut lahan kosong dengan alasan tidak ada tempat penampungan sampah, lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, dan tidak adanya biaya bila sampah harus dipungut tukang sampah. Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain Teori Lawrence Green (1980). Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes. Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, faktor

pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan,alat-alat steril dan faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Teori yang lain adalah teori Snehandu B. Kar (1983). Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention), dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support), adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information), otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy), situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation) (Notoatmodjo, 2003). Berawal dari teori dan kenyataan yang ada di lapangan dapat dilihat bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat dalam mengelola sampah di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare. Adanya dukungan dari berbagai pihak juga membantu terjadinya perubahan perilaku, oleh karena itu tersediannya fasilitas seperti tempat sampah, gerobak sampah, sikap dan perilaku dari petugas terkait (Petugas sampah, dinas kebersihan, petugas kelurahan, puskesmas, dll) sangat menentukan perilaku kearah yang positif. Sehingga perilaku membuang sampah ke sungai atau ke tanah kosong tidak terjadi lagi, penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat pengelolaan sampah yang keliru (misal: ISPA, DHF, diare, dll) tidak berkembang hingga akhirnya kehidupan masyarakat yang sehat dapat tercapai.

BAB IV EVALUASI KEGIATAN A. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan 1. Penyuluhan, Pembagian Leaflet dan Role Model a) Target Warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare b) Hasil : 1) Penyuluhan tentang sampah dihadiri oleh : 

RT 01 RW VI

: 49 orang warga , 9 Mahasiswa



RT 02 RW XI

: 33 orang warga, 9 Mahasiswa



RT 01 RW XII

: 26 orang warga, 9 Mahasiswa



RT 01 RW XIII : 27 orang warga, 10 Mahasiswa

2) Peserta sangat antusias mendengar penjelasan tentang sampah dan pengelolaan sampah yang baik. Berdasarkan materi yang disampaikan, peserta banyak bertanya mengenai materi yang disampaikan maupun bertanya tentang pengelolaan sampah. c) Evaluasi Dari tabel 2.4 tentang Analisa Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan tingkat pengetahuan Masyarakat Tentang pengelolaan Sampah di RT 01 RW VI, RT 02 RW XI, RT 01 RW XII, RT 01 RW XIII Desa Tertek Kecamatan Pare diketahui bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pengelolaan sampah terdapat perubahan pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah yaitu menurunnya kategori kurang sebesar 27,5 %, diikuti meningkatnya kategori cukup sebesar 11,25 % serta kategori baik sebesar 16,25 %. 2. Memfasilitasi papan himbauan tiap RT. a. Target : Lingkungan warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare. b. Hasil : Terpasangnya papan himbauan di 6 titik rawan penyimpangan perilaku kesehatan. Pemasangan pasan himbauan berjalan dengan cukup baik. c. Evaluasi: Antusiasme warga dalam pemasangan papan himbauan cukup bagus dengan terciptanya kerjasama antara mahasiswa dan warga. 3. Kerja Bakti a. Target : Diharapkan kepada setiap Ketua RW dan Ketua RT Kelurahan Tertek Kecamatan Pare untuk dapat melanjutkan program kerja bakti serta menganjurkan warga untuk membuang sampah pada tempat yang sudah di sediakan dan menjaga kebersihan lingkungan.

b. Hasil : Kepala RW dan Ketua RT hadir dalam kegiatan kerja bakti, ikut bekerja bakti dan sudah dilaksanakan sosialisasi bagaimana pengelolaan sampah yang baik. c. Evaluasi: kegiatan kerja bakti yang dilakukan oleh mahasiswa dan warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare sangat antusias sekali dan saling bergotong royong dalam membersihkan di daerahnya masing-masing B. Rekomendasi Kepada pihak yang berkompeten dalam masalah persampahan di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare dalam merencanakan kebijakan bidang persampahan terutama kebijakan persampahan di wilayah permukiman bantaran sungai, untuk memperhatikan aspek perilaku masyarakat sebagai objek penghasil sampah dan pola pengelolaan yang dilakukannya. Adapun rekomendasi kebijakan persampahan yang dapat ditempuh antara lain sebagai berikut : 1. Upaya pembinaan pengelolaan sampah yang simultan dan kontinu kepada masyarakat, dengan diikuti upaya-upaya nyata seperti pelatihan-pelatihan pembuatan kompos, pemanfaatan barang bekas yang memberikan manfaat kepada masyarakat, penyediaan tempat sampah ditepi-tepi jalan. 2. Penyediaan sarana tempat sampah sementara yang cenderung dekat dengan permukiman atau terjangkau oleh warga, sehingga warga yang tidak terjangkau petugas kebersihan/pengangkut sampah dapat termotivasi untuk mengumpulkan sampah ditempat yang telah ditentukan. 3. Pembentukan bank sampah yang dikelola oleh masyarakat sendiri agar masyarakat termotivasi mengelola sampah secara benar dan juga mendapatkan pemasukan tambahan dari kegiatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Mahfoedz, dkk, 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Jakarta: Tramaya Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius: FKUI http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah

Lampiran 1

PROPOSAL PENGELOLAAN SAMPAH

Disusun oleh :

Mahasiswa Praktik Keperawatan Komunitas Di RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA MITRA HUSADA KEDIRI 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam prosesproses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya (Wikipedia, 2012). Sampah yang tidak dikelola dengan tepat akan menjadi tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus sehingga menjadi tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah barang tentu akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya (Awaludin, 2012). Menurut (lensa indonesia.com) sampah di Kediri tahun 2011 pada hari biasa terdapat sekitar 16 meter kubik sampah perhari. Pada hari normal satu truk pengangkut sampah memuat 3 kali angkutan. Kebanyakan sampah tersebut berasal dari limbah rumah tangga diantaranya plastik bekas jajan daun kelapa (janur) dan sejumlah kotoran lain. Menurut hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa praktik profesi ners STIKes Surya Mitra Husada Kediri pada tanggal 14 – 19 Februari 2013 didapatkan 23 % (58 rumah) warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare membuang sampah di sungai. Dampak sampah yang tidak terkelola terhadap kesehatan bisa berupa penyakit diare, kolera, tifus yang menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. Penyakit juga dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau sampah. Berdasarkan uraian diatas maka kami tertarik mengambil promosi kesehatan dengan judul “Penyuluhan Pengelolaan Sampah”. Semoga kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar dan berguna bagi masyarakat khususnya. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan promosi kesehatan tentang pengelolaan sampah diharapkan para masyarakat dapat mengerti dan menambah antusiasme untuk mengelola sampah dengan benar

2. Tujuan Khusus a) Masyarakat mengerti definisi dan jenis sampah. b) Masyarakat mengerti tentang penyakit yang dapat timbul akibat sampah. c) Masyarakat mengerti cara pengelolaan sampah yang benar C. Manfaat 1. Bagi Masyarakat Memberikan tambahan ilmu kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah yang benar. 2. Bagi Mahasiswa Meningkatkan ilmu mahasiswa dalam memberikan pelayanan kesehatan, khususnya pada tindakan preventif lingkungan yaitu cara pengelolaan sampah yang benar.

BAB 2 MATERI A. Konsep Teori 1. Pengertian Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya (Wikipedia, 2012). 2. Jenis sampah menurut sifatnya a) Sampah organik - dapat diurai (degradable) Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. b) Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable) Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. 3. Penyakit yang dapat timbul akibat sampah Dampak terhadap kesehatan bisa berupa penyakit diare, kolera, tifus yang menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. Penyakit juga dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau sampah 4. Cara pengelolaan sampah a) Penimbunan darat Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak terpakai , setelah sampah ditimbun dengan sendirinya akan diurai oleh tanah, lama penguraian tergantung jenis sampah yang ditimbun, sampah organik akan lebih cepat terurai dari pada sampah non organik.

b) Daur ulang 1) Kembali secara fisik Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah/kendaraan

sampah

sampah

yang sudah khusus),

atau

dipisahkan dari dari

sampah

awal

(kotak

yang

sudah

tercampur.Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang. Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya. 2) Pengolahan biologis Material sampah (organik) , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik. Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

BAB 3 PENUTUP A. Evaluasi 1. Struktur Pada promosi kesehatan pengolahan sampah benar, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara lain : Leaflet dan lembar balik. Penyaji memimpin dan menghandel penyajian, sedangkan anggota kelompok yang lain membantu kelengkapan dan kelancaran secara teknis. 2. Proses Penyaijan dipimpin oleh penyaji dan diikuti oleh seluruh peserta. Sedangkangkan anggotan kelompok membantu peserta yang kurang paham saat dilakukan penyajian. 3. Hasil Peserta mengerti dan mampu memperagakan pengelolaan sampah yang benar. B. Saran Kelompok berharap promosi kesehatan pengelolaan sampah yang benar ini bisa menjadi tambahan dan masukan bagi upaya mewujudkan pola hidup bersih dan sehat pada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah http://id.wikipedia.org/wiki/Sampah http://www.lensaindonesia.com/2011/09/07/libur-lebaran-sampah-kota-kediri-capai-32-meterkubik.html http://www.greenradio.fm/green-living/waste/recycle/894-menumpuk-sampah-menumpuk-penyakitseri-sampah/ http://abang-andry.blogspot.com/2012/06/faktor-faktor-penyebab-penumpukan.html

Lampiran 2 SATUAN ACARA PENYULUHAN Hari/tanggal

: Minggu, 3 Februari 2013 (RT 01 RW VI) Senin, 4 Februari 2013 (RT 02 RW XI) Rabu, 6 Februari 2013 (RT 01 RW XII) Senin, 11 Februari 2013 (RT 01 RW XIII)

Jam/waktu

: 18.30 WIB

Pokok Bahasan

: Pengelolaan Sampah

Sasaran

: Warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

Penyuluhan

: Kelompok

Tempat

: Rumah warga RT 01 RW 06, RT 02 RW 11, RT 01 RW 12, RT 01 RW 13 Desa Tertek Kecamatan Pare

A. Tujuan Umum Setelah mengikuti kegiatan promosi kesehatan tentang pengelolaan sampah diharapkan para masyarakat dapat mengerti dan memnambah antusiasme untuk mengelola sampah dengan benar. B. Tujuan Khusus 1. Masyarakat mengerti definisi dan jenis sampah. 2. Masyarakat mengerti tentang penyakit yang dapat timbul akibat sampah. 3. Masyarakat mengerti cara pengelolaan sampah yang benar. C. Konsep Teori 1. Pengertian. 2. Jenis sampah menurut sifatnya. 3. Penyakit yang dapat timbul akibat sampah. 4. Cara pengelolaan sampah. D. Metode 1. Ceramah 2. Tanya Jawab E. Media 1. Lembar balik 2. Leafllet

F. Proses Kegiatan No 1.

Kegiatan

Respon

Waktu

Pendahuluan a. Menyampaikan salam

a. Membalas salam

b. Menjelaskan tujuan

b. Mendengarkan

c. Kontrak waktu

c. Memberi respon

2 menit

d. Tes awal 2.

Inti a. Menjelaskan Pengertian

Mendengarkan dengan

b. Menjelaskan jenis sampah

penuh perhatian

15 menit

menurut sifatnya c. Menjelaskan penyakit yang dapat timbul akibat sampah. d. Menjelaskan cara pengelolaan sampah 3.

Penutup 1. Validasi a. Tanya jawab b. Menyimpulkan hasil penyuluhan 2. Penutup a. Memberi salam

1. Menanyakan yang belum jelas 2. Aktif bersama menyimpulkan 3. Membalas salam

15 menit

Lampiran 3 LEAFLET SAMPAH

Lampiran 4

DOKUMENTASI KEGIATAN

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF