Laporan Mineral Optik
September 15, 2017 | Author: Lita Ode | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Mineral Optik...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Maksud 1.1.1 Mengetahui sifat-sifat optik mineral. 1.1.2 Mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui nikol sejajar dan nikol bersilang. 1.1.3 Mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
1.2
Tujuan 1.2.1 Dapat mengetahui sifat-sifat optik mineral. 1.2.2 Dapat mengetahui perbedaan pengamatan sifat optik mineral melalui nikol sejajar dan nikol bersilang. 1.2.3 Dapat mengetahui nama mineral berdasarkan ciri-ciri sifat optik mineral yang diamati dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
1.3
Waktu Pelaksanaan Praktikum Praktikum mineralogi “mineral optik” ini dilaksanakan pada : Hari / tanggal
: - Kamis, 19 Mei 2011 - Senin, 23 Mei 2011 - Senin, 30 Mei 2011
Waktu
: 19.00 s.d selesai
Tempat
: Gedung Pertamina Sukowati Lt. 2, Ruang GS-203
1
BAB II DASAR TEORI Dalam mempelajari mineral yang terdapat di berbagai batuan diperlukan sebuah mikroskop untuk mengamati sifat-sifat dari mineral yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Sifat-sifat tersebut adalah sifat optik dari sebuah mineral. Mikroskop yang digunakan untuk pengamatan sifat-sifat optik berbeda dengan mkiroskop yang digunakan pada bidang biologi atau kedokteran. Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop Polarisasi , yang pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasaya dipergunakan dalam ilmu biologi ataupun kedokteran. Perbedannya yaitu mikroskop dalam bidang kedokteran atau biologi hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya yang terbias/ dibelokkan, bukan cahaya terpantul.
2.1
Bagian-bagian mikroskop polarisasi dan fungsinya 1. Kaki mikroskop Merupakan tempat tumpuan dari seluruh bagian mikroskop, bentuknya ada yang bulat dan ada yang seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop juga digunakan untuk menempatkan cermin. Pada tipe olympus yang akan kita gunakan, kaki mikroskop sebagai tempat lampu halogen sebagai sumber cahaya pengganti cermin.
Gambar 2.1 Mikroskop 2
2. Lengan Mikroskop, terdiri atas : - Substage Unit Bagian-bagiannya : Polarisator atau “lower nicol”, Diafragma Iris, dan Kondensor.
Polarisator (“lower nicol”) Merupakan suatu bagian yang terdiri dari suatu lembaran polaroid (Gambar 2-E), berfungsi untuk menyerap cahaya secara terpilih (selective absorbtion), sehingga hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan. Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran sinarnya sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W.
Diafragma Iris Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan intensitas cahaya yang diterima oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi mata tiap-tiap orang relatif berbeda. Fungsi penting lainnya adalah untuk menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk pengamatan “garis becke”.
3. Meja Objek Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0o sampai 360o. Pada bagian tepi meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada sumbunya (centering).
3
Tubus Mikroskop Bagian ini terletidak di atas meja objek dan berfungsi sebagai unit teropong, yang terdiri atas beberapa bagian antara lain lensa objektif, lubang kompensator, analisator, lensa amici bertrand dan lensa okuler.
Lensa objektif Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek. Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif dengan perbesaran yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran yang digunakan adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.
Analisator Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya bisa dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran polarisator (nikol bersilang)
Lensa okuler Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam pengamatan dan pemusatan objek pengamatan.
2.2
Pengaturan Mikroskop Pengaturan yang paling penting adalah memusatkan perputaran meja objek/centering, pengaturan arah getaran polarisator sejajar dengan salah satu benang silang, dan pengaturan arah getar analisator agar tegak lurusarah getar polarisator. Centering penting dilakukan agar dapat pada saat pengamatan dengan menggunakan perputaran meja objek, mineral yang
4
kita amati tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari medan pandangan). 2.3
Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol dalam praktek diartikan bahwa analisator tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan dari jalan cahaya di dalam tubus mikroskop,atau arah analisator diputar sampai sejajar dengan arah polarisator), sedang polarisator tetap dipasang pada tempatnya dengan arah getarannya sejajar dengan salah satu benang silang. Cahaya yang dipergunakan adalah cahaya terpolarisir dalam satu arah getar (satu bidang getar). Sifat-sifat optik yang dapat diamati dengan ortoskop tanpa nikol dibagi menjadi dua golongan sbb: a. Sifat-sifat optik yang mempunyai hubungan tertentu dengan sumbusumbu kristalografi yaitu yang sejajar atau yang menyudut tertentu, misalnya: bentuk, belahan, dan pecahan. Semua sifat tersebut juga dapat diamati baik dengan mikroskop binokular yang memakai cahaya yang tidak terpolarisir maupun pada contoh setangan dengan mata biasa. b. Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu sinar/sumbu optik pada kristal yaitu misal: index bias, relief, warna, dan pleokroisme. Perlu diperhatikan bahwa kejadian-kejadian dari sifat-sifat tersebut yang nampak di bawah ortoskop pada posisi meja objek tertentu adalah kejadian dari sinar atau komponen sinar yang pada posisi tersebut bergetar searah dengan polarisator. Sifat-sifat ini harus diamati dengan cahaya terpolarisir. Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya, inklusi, ukuran, bentuk, belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna, dan pleokroisme.
Ketembusan Cahaya Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak tembus cahaya /mineral opak/mineral kedap cahaya.
5
Di bawah ortoskop semua mineral kedap cahaya tampak sebagai butiran yang gelap/hitam. Mineral jenis ini tidak dapat dideskripsikan dengan mikroskop polarisasi, dan dapat dipelajari lebih lanjut dengan mikroskop pantulan. Mineral tembus cahaya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu mineral berwarna dan mineral tidak berwarna.
Inklusi Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas. Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.
Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk euhedral
Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya sendiri maka kristal disebut mempunyai bentuk subhedral
6
Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan maka kristal disebut mempunyai bentuk anhedral
Parameter lain untuk menyatidakan bentuk adalah jumlah dan perbandingan panjang bidang-bidang batas kristal, terutama untuk kristalkristal yang euhedral. Istilah yang sering digunakan antara lain: prismatik, tabular, granular, lathlike, fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya. Untuk kristal yang dalam pertumbuhannya terhalang oleh kristal yang lain atau juga terhalang magma yang kental, sering menghasilkan bentuk “incipient crystals”.
Gambar 2.2 Parameter lain
7
• Belahan Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis yang teratur sepanjang bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa sangat baik, baik, buruk atau tidak ada. Dalam hal tertentu sebaiknya orientasi belahan inii ditentukan kedudukannya terhadap sumbu kristalnya. Belahan merupakan sifat fisikyang tetap pada satu jenis mineral yang menunjukkan sifat khas dari struktur atom di dalamnya. a.
Belahan satu arah Pada mineral yang disayat tegak lurus atau miring terhadap arah bidang belahan , akan nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu sama lain. Pada mineral yang disayat sejajar bidang belahan tidak menunjukkan belahan.
b. Belahan dua arah Pada mineral yang disayat sejajar sumbu C, akan nampak sebagai satu bidang belahan. Pada mineral yang disayat miring atau tegak lurus sumbu C, akan nampak dua belahan. Cleavage dibagi menjadi : 1. Perfect Cleavage/sempurna 2.
Good Cleavage/baik
3.
Poor Cleavage/jelek
8
c.
Belahan tiga arah Mineral yang mempunyai belahan tiga arah, akan menampakkan belahan dua arah disetiap jenis sayatan.
• Pecahan Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya belahan. Jenis-jenis pecahan yang khas antara lain pecahan seperti gelas (subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan memotong pada olivin, ortopiroksen dan nefelin. • Indeks Bias dan Relief Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke dalam media yang lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut mengalami pembiasan pada batas kontidak kedua media tersebut. Semakin besar perbedaan harga indeks bias antara kedua media, maka semakin jelas bidang batas natara keduanya. Sebaliknya semakin kecil perbedaan harga 9
indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan semakin kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop, maka sayatan mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan media balsam kanada yang mempunyai relief nol (sebagai standar) dengan n = 1.537. R
Relief tinggi
n < 1.443
Relief sedang
n = 1.494-1.443
Relief rendah
n = 1.543-1.493
Contoh: fluorit (n=1.434)
e l
Zeolit (n=1.480)
i e
Plagioklas asam(n=1.5181.533) nefelin (n=1.526 -
f
1.546) R
Balsam kanada n = 1.537 atau kuarsa nω = 1.544
e l R
Relief rendah
n = 1.545-1.599
e l i
klorit,muskovit Relief sedang
n = 1.600-1.699
amfibol, turmalin, andalusit, apatit,
e f
Plagioklas basa,
Relief tinggi
n > 1.699
Biotit, piroksen, Olivin, piroksen, kianit, sfen
Tabel 2.1 Harga index bias dan relief beberapa jenis mineral dibandingkan dengan n standar
2.4
Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light) dimaksudkan
bahwa
dalam
pengamatannya
digunakan
analisator
bersilangan dengan polarisator (sinar diserap dalam dua arah yang saling tegak lurus). Sifat yang dapat diamati adalah sifat optik yang berhubungan
10
dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati antara lain warna interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran.
Gambar. 2.6. Hasil Pengamatan nikol bersilang • Warna Interferensi Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun penjelasannya cukup rumit, sehingga kita harus memahami konsep dasarnya secara bertahap. Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator inilah, komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat diteruskan hingga mata pengamat. Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat dan lambat inilah, maka terjadi yang disebut sebagai beda fase atau retardasi. Semakin besar selisih indeks bias, semakin besar beda fase/retardasinya. Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut dicocokkan dengan tabel interferensi Michel – Levy Chart (lampiran). - polariser + analyser - polariser + isotropic mineral + analyser - polariser + anisotropic mineral + analyser (position
perpendicular
to the optic axis) - polariser + anisotropic mineral + analyser. Specific position: extinction position
11
- polariser + anisotropic mineral + analyser. General position: interference colour. Benang Silang Benang silang berada pada lensa okular, satu benang melintang ke kanan-kiri dan benang yang lain melintang ke atas dan ke bawah. Berfungsi untuk mengetahui kedudukan koordinat bidang sumbu mineral, atau sudut interfacial kristall. Meja obyektif harus berkedudukan centered dengan perpotongan benang silang, jika tidak centered maka benang silang tidak akan terlihat. Pembacaan akan dapat dilakukan jika salah satu sisi kristal sejajar dengan benang silang kanan-kiri, selanjutnya meja obyektif diputar sampai benang silang yang lain sejajar dengan arah lain dari meja obyektif tetetapi berlawanan dengan center-nya
Gambar.2.7. Benang silang • Tanda rentang optik Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara sumbu kristalografi (terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar cepat (x) dan lambat (z). Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau z) yang kedudukannya berimpit atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu panjang kristal. Dengan demikian, TRO hanya dimiliki oleh mineral yang memiliki belahan satu arah atau arah memanjangnya mineral (sumbu c). Jenis tanda rentang optik yaitu : - Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat (sumbu z). Keadaan ini dinamakan Addisi
yaitu
12
penambahan orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan. - Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan
arah
getar sinar cepat (sumbu x). Keadaan ini dinamakan
Substraksi
yaitu pengurangan orde warna interferensi pada
saat
kompensator digunakan. • Kembaran Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran. Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi pada dua lembar kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga kedudukan gelapan dan warna interferensi maksimalnya berlainan. Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam tiga proses yang berbeda yaitu kembaran tumbuh, transformasi, dan deformasi. 1. Kembaran tumbuh/Growth Twins Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau pertumbuhan kristal, di mana dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari satu kisi yang sama dengan orientasi berlawananJenis kembaran ini terbagi atas kembaran kontidak dan kembaran penetrasi. Contoh jenis kembaran ini adalah kembaran carlsbad pada ortoklas dan kembaran albit pada plagioklas.
Gambar 2.8 Kembaran tumbuh
13
2. Kembaran transformasi Kembaran
ini
dapat
terjadi
karena
kristal
mengalami
transformasi karena perubahan P dan T terutama karena perubahan T. Hal ini hanya dapat terjadi pada kristal yang mempunyai struktur dan simetri yang berbeda pada kondisi P dan T yang berbeda. Pada saat P&T berubah, bagian tertentu dari kristal ada yang stabil ada yang mengalami perubahan orientasi kisi, sehingga terjadi perbedaan orientasi pada bagian berbeda dari kristal. Contoh: kembaran dauphin dan kembaran brazil pada kuarsa terbentuk karena penurunan T. Contoh lain adalah kembaran periklin yang terjadi pada saat sanidin (monoklin, high T) berubah menjadi mikroklin (triklin, low T).
Gambar 2.9 Kembaran transformasi
3. Kembaran Deformasi/Deformation Twins Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah padat. Karena deformasi (perubahan P) atom pada kristal dapat terdorong dari posisi semula. Apabila perubahan posisi ini terjadi pada susunan yang simetri, akan menghasilkan kembaran. Contoh kembaran jenis ini adalah polisintetik pada kalsit.
Gambar 2.10 Kembaran deformasi (kanan: kembaran polisintetik plagioklas)
14
BAB III HASIL DESKRIPSI
3.1
No. Preparat 11-B2 1.
2.
Deskripsi Nikol Sejajar Warna
: Cokelat Kehitaman
Ukuran
: 1 x 1,3 mm
Bentuk
: Subhedral
Belahan
: Tidak ada
Pecahan
: Ada, banyak dan teratur
Inklusi
: Ada
Relief
: Sedang
Pleokroisme
: Monokroik
Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan
: Ada, sejajar
Sudut Gelapan
: 90°
Kembaran
:-
Sudut Kembaran
:-
Warna Interferensi
: Kuning orde II – kuning orde III
TRO
: Addisi (+)
Sign of Elongation
: Length slow
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang
Gambar 3.7 Nikol Sejajar 11-B2
Gambar 3.8 Nikol Bersilang 11-B2
Nama Mineral
: Biotit 15
3.2
No. Preparat 11-BM9 1.
2.
Deskripsi Nikol Sejajar Warna
: Colorless
Ukuran
: < 1 mm
Bentuk
: Anhedral, prismatik
Belahan
: Ada, 3 arah
Pecahan
: Ada, teratur, banyak
Inklusi
:-
Relief
: Rendah
Pleokroisme
: Monokroik
Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan
: Ada, miring
Sudut Gelapan
: 300 - 50 = 250
Kembaran
:-
Sudut Kembaran
:-
Warna Interferensi
: Pink orde II – cokelat orde I
TRO
: Substraksi (-)
Sign of Elongation
: Lenght fast
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang
Gambar 3.9 Nikol Sejajar 11-BM9
Nama Mineral
Gambar 3.10 Nikol Bersilang 11-BM9
: Kalsit
16
3.3
No. Preparat BM-2 1.
2.
Deskripsi Nikol Sejajar Warna
: Colorless
Ukuran
:-
Bentuk
: Anhedral, granular
Belahan
:-
Pecahan
: choncoidal
Inklusi
:-
Relief
: Rendah
Pleokroisme
: Monokroik
Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan
: Ada, bergelombang
Sudut Gelapan
:-
Kembaran
:-
Sudut Kembaran
:-
Warna Interferensi
: Putih orde I – pink tua orde III
TRO
: Addisi (+)
Sign of Elongation
: Length slow
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang
Gambar 3.11 Nikol Sejajar BM-2
Nama Mineral
Gambar 3.12 Nikol Bersilang BM-2
: Kuarsa
17
3.4
No. Preparat 11-B1 1.
2.
Deskripsi Nikol Sejajar Warna
: Kecoklatan
Ukuran
: 4 x 0,5 mm (perbesaran 4 kali)
Bentuk
: Euhedral, columnar
Belahan
: 2 arah
Pecahan
: Ada, sedikit, tidak beraturan
Inklusi
: Ada
Relief
: tinggi
Pleokroisme
: dikroik
Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan
: Ada, miring
Sudut Gelapan
: 1230 - 950 = 280
Kembaran
:-
Sudut Kembaran
:-
Warna Interferensi
: Kuning muda orde II – Kuning orde III
TRO
: Addisi (+)
Sign of Elongation
: Length fast
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang
Gambar 3.13 Nikol Sejajar 11-B1
Nama Mineral
Gambar 3.14 Nikol Bersilang 11-B1
: Hornblende
18
3.5
No. Preparat 11-B10 1.
Deskripsi Nikol Sejajar Warna
: Colorless
Ukuran
: 3mm
Bentuk
: lathlike, subhedral-euhedral
Belahan
: Ada, 1 arah
Pecahan
: Ada, sedikit, tidak teratur
Inklusi
: Ada
Relief
: Rendah-sedang
Pleokroisme
: Monokroik
2. Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan
: Tidak ada
Sudut Gelapan
: Tidak ada
Kembaran
: ada, carlsbad
Sudut Kembaran
: 48°
Warna Interferensi
: Orange orde I – merah muda orde I
TRO
: Adisi (+)
Sign of Elongation
: lenght slow
Gambar
:
Nikol Sejajar
Nikol Bersilang
Gambar 3.15 Nikol Sejajar 11-B10
Nama Mineral
Gambar 3.16 Nikol Bersilang 11-B10
: Orthoklas
19
3.6
No. Preparat 11B-7 1.
2.
Deskripsi Nikol Sejajar Warna
: colorless
Ukuran
: 3mm
Bentuk
: lathlike
Belahan
: 1 arah
Pecahan
: Ada, teratur, banyak
Inklusi
: Tidak ada
Relief
: Rendah
Pleokroisme
: Monokroik
Deskripsi Nikol Bersilang Gelapan
: Ada, miring
Sudut Gelapan
: 1900 - 1510 = 390
Kembaran
:-
Sudut Kembaran
:-
Warna Interferensi
:Putih orde I – kuning orde I
TRO
: Adisi (+)
Sign of Elongation
: Length slow
Gambar
:
Nikol Sejajar
Gambar 3.17 Nikol Sejajar 11-B7
Nama Mineral
Nikol Bersilang
Gambar 3.18 Nikol Bersilang 11-B7
: Klinopiroksen(diopsid)
20
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 No. Preparat 11-B2 (biotit) Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-B2 ini dapat di amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme. Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation, interference colors. Pada mineral yang di amati ini dengan nikol sejajar terlihat warna yang cokelat kehitaman. Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm dan didapatkan hasil 1x1,3 mm. Bentuk mineral pada mineral ini adalah subhedral karena kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian kristalnya sendiri. Pada mineral ini kemungkinan adalah mineral yang terbentuk setelah adanya mineral lain. Pada mineral ini tidak terlihat kenampakan belahannya. Pecahan pada mineral ini ada, cukup banyak, dan juga teratur. Mineral yang memiliki pecahan ini pembentukkannya dapat dianalisis dari Bowens Reaction Series. Pada tabel Bown Reaction Series mineral yang terbentuk lebih dahulu akan memiliki pecahan yang banyak karena kurangnya resistensi pada mineral tersebut dan berarti mineral ini terbentuk pada temperatur yang cukup tinggi. Lalu pada pengamatan ini terlihatanya adanya inklusi yang memungkinkan selama proses kristalisasi ini sebagian material asing terkumpul dan terperangkap dalam kristal. Relief pada mineral yang di amati adalah relief sedang karena kenampakkan bidang batas mineral tidak terlihat jelas namun tidak juga kabur. Relief sedang pada mineral ini dikarenakan tidak besar tetapi tidak kecil juga perbedaan harga indeks bias. Pada pengamatan relief ini menggunakan balsam kanada untuk
21
mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop karena dengan menggunakan media balsam kanada memiliki relief nol. Mineral ini bersifat isotropik, karena pada saat meja objek diputar hanya terdapat satu warna saja. Dengan
demikian
mineral
yang
isotropik
selalu
tidak
mempunyai
pleokroisme. Pada saat pengamatan nikol bersilang yang dapat di amati pertama kali adalah adanya kembaran atau belahan. Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan dapat terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator hingga mata pengamat. Pada mineral ini memiliki gelapan sejajar yang terjadi dimana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar dengan arah getar PP dan atau AA. Sehingga dapat dikatan sumbu optik berimpit dengan sumbu kristalografi dan dari perhitungan sudut yaitu 90°. Interferensi warna yang terjadi adalah kuning orde II sampai pada kuning orde III. Tanda rentang optik ini adalah addisi karena menambahnya orde warna interferensi pada saat kompensator digunakan, yang berarti sign of elongation nya adalah lenght slow, yang berarti sumbu c berimpit atau menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat. Maka berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan nikol sejajar dan nikol bersilang, mineral yang di amati adalah biotit.
4.2 No. Preparat 11-BM9 (kalsit) Pada pengamatan yang dilakukan pada preparat nomor 11-BM9 ini dapat di amati pada nikol sejajar dan bersilang. Pada nikol sejajar yang dapat diamati adalah warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, plekroisme. Sedangkan pada nikol bersilang yang dapat di amati adalah gelapan, sudut gelapan, kembaran, sudut kemberan, optic sign, sign of elongation, interferebce colors. Pada mineral yang di amati pada nikol sejajar ini tidak terlihatnya warna atau tembus cahaya. Mineral tembus cahaya dapat dibagi dua jenis yaitu mineral berwarna dan mineral tidak berwarna. Pada mineral yang di amati termasuk pada jenis mineral tidak berwarna. Lalu yang dapat diamati adalah ukurannya, ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau
22
cm. Dalam pengukuran yang dilakukan menggunakan penggaris yang tembus pandang(transparant) ini menggunakan satuan mm dan didapatkan hasil
View more...
Comments