LAPORAN LAPAROTOMI
May 31, 2016 | Author: Ramboe Aty D'candlez | Category: N/A
Short Description
laparatomy pada kucing...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Dunia medis veteriner saat ini telah banyak mengalami perkembangan. Hal ini dapat diketahui dari semakin meningkatnya kasus-kasus pada hewan kesayangan yang sampai di meja operasi. Tindakan bedah tersebut diantaranya dilakukan di daerrah abdomen. Jenis-jenis tindakan bedah yang sering dilakukan diantaranya adalah laparotomi, cystotomi, histerektomi, ovarihisterektomi, kastrasi, caudektomi, enterektomi dan lain sebagainya. Operasi adalah kegiatan yang memerlukan perhatian ekstra namun tidak jarang operasi berlangsung dengan lancar dan sukses namun pasca operasi terjadi infeksi pada jahitan atau luka tersebut terbuka kembali.Luka terbuka ataupun infeksi luka pasca operasi merupakan masalah bagi ahli bedah.Hal ini dapat menyebabkan infeksi dan justru membuat kesembuhan pasien semakin tertunda.Infeksi yang terjadi banyak disebabkan karena adanya kontaminasi kuman dari dalam penderita atau hewan (endogen) dan ada yang berasal dari luar (eksogen). Salah satu jenis tindakan bedah yang paling sering dilakukan adalah laparotomi, yaitu penyayatan pada dinding abdomen atau lapisan peritonial. Banyak kasus bedah yang ditangani dengan melakukan tindakan laparotomi, baik medianus, paramedianus anterior maupun posterior, serta laparotomi flank. Masing-masing posisi memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Pemilihan posisi penyayatan laparotomi ini didasarkan kepada organ target yang dituju. Hal ini untuk menegakkan diagnosa berbagai kasus yang terletak di rongga abdomen. Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi. Pada praktikum laparatomi ini, kami menggunakan teknik laparatomi medianus. Karena keuntungan penggunaan teknik laparatomi medianus adalah tempat penyayatannya yang mudah karena adanya garis putih (linea alba) sebagai penanda, sedikit terjadinya pendarahan dan sedikit mengandung syaraf. Namun, teknik ini dapat mengakibatkan terjadinya hernia pada hewan coba apabila penanganan post operasinya tidak baik, serta proses penyembuhannya cukup lama.
1.2 Tujuan Tujuan praktikum adalah untuk menemukan letak anatomis atau orientasi dari organ-organ viscera yang ada di dalam rongga abdomen secara langsung dan sekaligus dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa serta mengasah kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan laparotomy
1.3 Fungsi Untuk mengasah kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan bedah laparatomi, serta mengetahui letak anatomi dari organ-organ visceral secara langsung dan mampu mempertegas diagnosa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laparatomi Laparotomi berasal dari dua kata terpisah, yaitu laparo dan tomi.Laparo berati perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan.Sehingga laparotomi dapat didefenisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi adalah celiotomi (Theresa,2007). Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan paramedianus. Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi, organ target yang akan dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi. Umumnya pada hewan kecil laparotomi yang dilakukan adalah laparotomi medianus dengan daerah orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba. Organ-organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi (Gunanti, 2011). Banyak kasus bedah yang ditangani dengan melakukan tindakan laparotomi, baik medianus, paramedianus anterior maupun posterior, serta laparotomi flank. Masingmasing posisi memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Pemilihan posisi penyayatan laparotomiini didasarkan kepada organ target yang dituju. Hal ini untuk menegakkan diagnosa berbagai kasus yang terletak di rongga abdomen. Tujuan laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan diagnosa. (Gunanti,2011) Laparotomi flank Umumnya dilakukan pada hewan besar. Daerah orientasinya adalah legok lapar / fossa paralumbal. Lapisan yang disayat adalah kulit, muskulus obligus abdominis internus, muskulus abdominis transfersus, dan peritoneum. Pada Laparotomi flank penyayatan dilakukan pada posisi vertikal ditengah fossa paralumbal, 3-5 cm ventral prosesus transfersus 20-25 cm.dengan posisi rumen lebih ke kranial dan posisi uterus 10 cm kranial prosesus transfersus 30-40 cm (pada sapi besar). Target organ dari laparotomi flank tergantung pada posisi dari laparotomi flank yang dilakukan. Pada laparotomi flank kiri target organnya adalah abomasum, rumen, dan uterus kiri. Pada laparotomi flank kanan target organnya adalah abomasum, omentum, intestine, caecum, colon, dan uterus kanan (Wijayanto,2009). Laparotomi medianus Umumnya dilakukan pada hewan kecil dengan daerah orientasi abdominal bagian ventral atau tepat pada linea alba. Lapisan yang disayat adalah kulit, muskulus rectus abdominis internus dan eksternus dan lapisan peritoneum. Target organ dari laparotomi
medianus berdasarkan bayangan rongga abdomen. Epigastrium : diafragma, hati, empedu, gastrium, pankreas, dan ginjal. Mesogastrium : ovarium, usus, limpa, uterus. Hypogastrium : kornua uteri, vesica urinaria, colon dan prostat. Pada laparotomi medianus anterior penyayatan dilakukan pada anterior umbilikal sampai pada cartilago xypoid. Target organnya adalah diafragma, hati, empedu, ginjal, ovariu, gastrium dan intestine. Pada laparotomi medianus posterior penyayatan dilakukan pada post umbilikal sampai tendon pubis dengan target organ vesica urinaria, prostat, dan colon (Gunanti,2011). Keuntungan dan kerugian dari laparotomi medianus : Keuntungan Mudah dicapai Sedikit perdarahan Mengandung sedikit syaraf
Kerugian Mudah terjadi hernia Persembuhannya lama
Laparotomi paramedianus Laparotomi tipe ini biasanya dilakukan pada hewan kecil dengan daerah orientasi pada abdominal bagian ventral. Penyayatan dilakukan pada abdomen ventral sejajar dengan linea alba. Lapisan yang disayat adalah kulit, muskulus rektus abdominis rektus abdominis internus/eksternus dan peritoneum. Target organnya tergantung pada posisinya. Pada laparotomi paramedius anterior kanan target organnya berupa diafragma, hepar, empedu, ginjal kanan, dan ovarium kanan. Pada anterior kiri target organnya adalah gastrium, pankreas, limpa, limpa, ginjal, dan ovarium kiri. Pada posterior kanan target organnya adalah uterus, vesica urinaria (anjing jantan) dan prostat. Pada posterior kiri target organnya adalah uterus, vesica urinaria (hewan jantan), dan prostat (Gunanti,2011). Keuntungan dan kerugian dari laparotomi paramedianus Keuntungan Kesebuhannya relatif cepat Tidak mudah terjadi hernia
Kerugian Perdarahan agak banyak Agak sulit jika ingin digunakan untuk operasi organ yang berpasangan
Laparotomi eksplorasi adalah laparotomi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang tidak tersedia melalui metode diagnostik klinis. Hal ini biasanya dilakukan pada pasien dengan nyeri akut abdomen, pada pasien yang telah mengalami trauma abdomen, dan kadang-kadang pada pasien dengan keganasa. Indikasi dilakukannya laparotomy adalah : 1. Nyeri akut abdomen dan temuan klinis yang menunjukkan patologi intraabdominal yang membutuhkan operasi darurat; 2. Trauma abdomen dengan hemoperitoneum dan hemodinamik yang tidak stabil; 3. Nyeri abdomen kronik; 4. Perdarahan gastrointestinal yang nyata Kontraindikasi dilakukannya laparotomy adalah: Ketidak sempurnaan untuk anestesi umum. Peritonitis dengan sepsis berat, dan kondisi komorbiditas lainnya dapat membuat pasien tidak layak untuk anestesi umum (Theresa,2007)
Tindakan bedah dilakukan untuk menangani kasus yang terjadi pada hewan kesayangan pada daerah abdomen. Jenis tindakan bedah yang sering dilakukan diantaranya adalah laparotomi, cystotomi, histerektomi, ovariohisterektomi, kastrasi, caudektomidan enterektomi. Banyak kasus bedah yang ditangani dengan melakukan tindakan laparotomi, baik medianus, paramedianus anterior maupun posterior, serta laparotomi flank.Tiap posisi memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan posisi penyayatan laparotomi ini didasarkan kepada organ target yang dituju. Hal ini bertujuan untuk menegakkan diagnosa berbagai kasus yang terletak di rongga abdomen.Tujuan dari dilakukannya laparotomi adalah untuk menemukan dan mengetahui keadaan organ visceral yang ada di dalam ruang abdominal secara langsung serta untuk menegakkan diagnose (Theresa,2007).
2.2 Anatomi Organ Abdomen Pada bedah laparatomi ini dilakukan eksplorasi organ-organ ruang abdomen. Organ yang akan ditemui adalah omentum, usus, vesical urinaria, lambung, ginjal, hati dan saluran reproduksi (seperti tuba falopii, uterus dan ovarium). Organ-organ yang ditemukan di dalam rongga abdomen pada saat operasi antara lain adalah usus halus, usus besar, ginjal kiri, ginjal kanan, vesika urinaria dan lambung. Usus merupakan organ yang paling mudah ditemukan karena posisi penyayatan yang dilakukan tepat di ventromedial abdomen. Usus memiliki konsistensi yang lunak, licin, dan lumennya kosong ketika dipalpasi. Vesika urinaria dapat diketahui dengan palpasi bagian hipogastricum. Vesika urinaria berisi urin memiliki konsistensi lunak dan padat. Ginjal kanan dan kiri dapat teraba ketika dilakukan palpasi. Bentuk dari kedua ginjal bulat seperti kacang dengan konsistensi yang lunak dan padat. Organ lainnya tidak terpalpasi pada saat eksplorasi abdomen (Sjamsuhidajat,2005).
Semua organ yang berada di dalam ruang abdomen tersebut diselubungi oleh omentum. Untuk mempermudah mengenali organ dalam rongga abdomen, maka rongga abdomen dibagi menjadi tiga wilayah yaitu epigastrium, mesogastrium dan hipogastrium. Di wilayah epigastrium dapat ditemukan lambung, limpa, hati, ginjal kanan dan kiri. Ginjal kanan terkesan lebih ke cranial dibandingkan yang kiri karena pada bagian kiri rongga abdomen terdapat organ perut yang mendorong ginjal kiri dari posisi yang seharusnya. Usus dan ovarium ditemukan di mesogastrium, sedangkan di hipogastrium berada vesica urinaria dan uterus (Sjamsuhidajat,2005). Ovarium terdiri dari satu pasang, ovarium dextra et sinistra. Bentuk dan ukuran berbeda menurut spesies dan fase dari birahi. Ovarium pada kucing dan anjing berbentuk lonjong. Tuba falopii (Oviduct) merupakan saluran reproduksi betina yg kecil, berliku-liku, kenyal dan terdapat sepasang.Uterus merupakan saluran reproduksi betina yg diperlukan untuk menerima ovum yg telah dibuahi, nutrisi dan perlindugan foetus.Uterus terdiri dari :Kornua Uteri, Korpus Uteri, Cervix (Harari,2006). 2.3 Stadium Anestesi Tahapan dalam anestesi terdiri dari 4 stadium yaitu stadium pertama berupa analgesia sampai kehilangan kesadaran, stadium 2 sampai respirasi teratur, stadium 3 dan stadium 4 sampai henti napas dan henti jantung. Dalam memberikan anestesi kita perlu mengetahui stadium 2 anestesi untuk memonitoring sejauh mana pasien bisa diberikan intervensi seperti pembedahan. Stadium I: stadium induksi (analgesia sampai kesadaran hilang) Stadium I (Stadium Analgesia/Disorientasi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini. Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya refleks bulu mata (Sardjana,2010). Stadium II: stadium eksitasi (sampai respirasi teratur)
Stadium II (Stadium Eksitasi/Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan pernapasan yang irreguler, pupil melebar dengan reflekss cahaya (+), pergerakan bola matatidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri dengan hilangnya reflex menelan dan kelopak mata (Sardjana,2010). Stadium III : stadium anestesi Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernapasan hingga hilangnya pernapasan spontan. Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernapasan spontan, hilangnya reflekss kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan kekanan dengan mudah. Stadium III dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
Tahap 1 : Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil midriasis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. (tonus otot mulai menurun). Tahap 2 : Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dikerjakan intubasi. Tahap 3 : Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempuma (tonus otot semakin menurun). Tahap 4 : Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfmgter ani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempuma (tonus otot sangat menurun).
(Sardjana,2010) Stadium IV : (henti nafas dan henti jantung) Respirasi tipe abdominal disertai paralisa muskulus intercostal, tekanan darah menurun, dilatasi pupil, kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera diikuti kegagalan sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Pasien sebaiknya tidak mencapai stadium ini karena itu berarti terjadi kedalaman anestesi yang berlebihan (Sardjana,2010).
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan beserta fungsinya : No 1
Alat /Bahan Towel / drapes
Fungsi Digunakan untuk menutupi tubuh hewan yang tidak menjadi fokus operasi (operation site), towel/drapes yang digunakan memiliki lubang dibagian tengahnya yang disesuaikan dengan posisi atau daerah yang akan di insisi
2
Tali elastis / sumbu kompor
Digunakan sebagai alat restrain hewan, tali ini diikatkan pada keempat kaki hewan yang akan diikatkan ke meja operasi, digunakan tali yang elastis atau sebagai alternatifnya digunakan sumbu kompor agar tali tidak menghambat vaskularisasi dari daerah yang diikat karena sifatnya yang bisa merenggang
3
Tampon bulat
Digunakan untuk membersihkan darah yang keluar saat operasi. Digunakan pada daerah permukaan, tampon ini akan meyerap darah ataupun cairan sehingga tidak menghalangi pengelihatan saat operasi
4
Tampon kotak
Kegunaannya hampir sama dengan tampon bulat yang membedakannya adalah tampon kotak digunakan pada daerah yang lebih dalam karena bentuknya yang lebih memungkinkan mencapai lokasi yang sempit dan dalam
5
Scalpel handle + blade
Digunakan sebagai alat utama dalam insisi, dimulai dari insisi kulit hingga dapat juga digunakan pada lapisan selanjutnya
6
Towel clamp
Digunakan untuk menjepit towel dan kulit agar towel tidak mudah berubah posisinya
7
Pinset anatomis
Digunakan untuk memegang organ dalam abdomen dan juga digunakan dalam menjahit, sebagai alat bantu saat menjahit jaringan ataupun organ
8
Pinset chirugis
Digunakan untuk memegang organ bagian luar seperti pada bagian kulit
9
Spy hook
10
Jarum bedah
Digunakan untuk membantu mencari dan mengeluarkan uterus jika menggunakan jari tangan sulit Digunakan untuk menjahit jaringan, pada lapisan peritoneum+linea alba dan lapisan subkutan digunakan
11
Needle holder
12
Benang (catgut dan silk)
13
Bak instrumen
14
Gunting tajam-tajam
15
Gunting tumpultumpul
16
Gunting tajam tumpul
17 18
Alas hewan dimeja operasi Alat cukur
19
Obat-obatan
20 21
Alkohol 70 % Air sabun
22
Allis forceps
23
Iodine
24
Koran
3.2 Langkah Kerja Praktikum
jarum dengan tipe taper pada bagian ujungnya sedangkan untuk menjahit kutan atau kulit digunakan jarum dengan ujung segitiga bisa berupa regular cutting ataupun reverse cutting Digunakan saat melakukan penjaahitan untuk memegang benang saat menjahit jaringan Digunakan untuk melekarkan kedua sisi luka insisi. Pada saat operasi digunakan 2 jenis benang yaitu tipe absorbable berupa catgut yang digunakan pada bagian peritoneum+linea alba adalah tipe kromik dan pada subkutan digunakan tipe plain. serta tipe nonabsorbable berupa silk yang digunakan pada bagian kutan atau kulit Digunakan sebagai tempat dari disecting set yang akan digunakan, peralatan bedah (pinset, gunting, scalpel dll) sebelum digunakan dimasukan ke nirbeken dan disterilisasi dengan autoclave agar steril saat digunakan dan tidak terjadi kontaminasi dari alat Digunakan untuk memotong benang saat dilakukan penjahitan Dapat digunakan untuk preparasi tumpul ataupun membatu membuka peritoneum, bisa jugaa untuk memotong benag saat dilakukan penjahitan Digunakan untuk memotong, dapat digunakan untuk memotong kulit, menghindari cedera pada organ dalam sehingga saat menggunakannya bagian tumpul berada pada bagian dalam Sebagai alas hewan di meja operasi Digunakan untuk mencukur rambut hewan pada bagian operation site Obat obatan yang digunakan dalam operasi berupa premedikasi (atropin sulfat), anestesi (ketamin+xylazine), antibiotika (nebacetin) Digunakan untuk desinfeksi daerah operasi Digunakan saat mencukur rambut untuk mempermudah pencukuran rambut Digunakan untuk menguakkan kulit dan jaringan lain untuk mempermudah saat incisi, eksplorasi dan saat menjahit Digunakan untuk merendam peralatan operasi (disecting set) agar selalu dalam keadaan steril Digunakan untuk membungkus peralatan yang akan di sterilisasi dengan autoclave
Sterilisasi alat-alat bedah Alat-alat Alat di susun di atas pembungkus yang sudah dibuka di atas meja. bedah
Pembungkus alat kemudian dilipat dengan rapi agar alat terbungkus seluruhnya. sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoclave, dengan suhu 121ºC selama 15 menit. Alat bedah di keluarkan dan kemudian ditaruh pada wadah untuk direndam menggunakan campuran larutan iodine dan alkohol 70%. Hasil
Persiapan Hewan Hewan Dipuasakan selama 6 – 12 jam (tidak diberi makan) dan 2 – 6 jam (tidak diberi minum) sebelum laparatomi,dan dibersikan dengan cara hewan di lap dengan kain basah. Diperiksa signalement dan phisical examination Dilakukan penghitungan dosis atropin sulfat untuk premedikasi dan ketamin serta xylazine sebagai anastesi serta obat lainnya (amoxicillin dan tolfenamic acid). Hewan di berikan atropin sulfat secara subcutan untuk premedikasi dan ditunggu selama 10 hingga 15 menit. Setelah 10 hingga 15 menit,di berikan anastesi secara intramuscular dengan gabungan antra ketamin dan xylazine Hasil
Persiapan Operator dan Asisten Operator dan asisten Anggota kelompok yang akan melakukan operasi harus dalam kondisi sehat dan bersih. Anggota kelompok dibagi menjadi 2 yaitu bagian yaitu steril dan non-steril. Bagian steril yaitu operator dan co-operator yang akan melakukan operasi,sedangkan bagian non-steril yaitu yang bertugas untuk melakukan
anastesi, restrain, dan peritungan suhu, pulsus, dan respirasi selama operasi berlangsung. Hasil
Operasi Hewan Dilakukan perhitungan suhu,pulsus,respirasi secara berulang setiap 15 menit selama operasi berlangsung hingga hewan sadar. Disiapkan perlak dan duk operasi Dilakukan restrain dengan cara mengikat kaki hewan coba dengan menggunakan tali/sumbu kompor,kemudian lidahnya di keluarkan lalu dengan posisi mulut terbuka,mulut di sumbat dengan tampon bulat Setelah hewan mulai hilang kesadaran, bagian daerah yang akan di insisi di cukur sampai bersih yaitu 1cm anterior umbilical sampai 3cm posterior umbilical. Pada daerah insisi yang sudah dicukur,di beri iodine untuk disinfektan dilakukan insisi sepanjang ± 5cm pada daerah median abdomen dengan blade,diikuti penyayatan pada subcutan kemudian linea alba,lalu di perluas dengan menggunakan gunting tajam-tumpul. Setelah seluruh bagian lapisan terbuka,rongga yang terbuka di tahan menggunakan retracktor dan allis tissue forceps agar tetap terbuka. Dilakukan eksplorasi untuk mencari organ uterus setelah organ uterus ditemukan,rongga di beri antibiotik secara merata. dilakukan penjahitan pada bagian yang disayat sebelumnya yaitu 3 lapisan,lapisan pertama yaitu pada bagian linea alba penjahitan dilakukan dengan pola jahitan simple interrupted menggunakan benang chromic catgut yang bersifat absorbable dan di beri antibiotik,lapisan kedua yaitu bagian subcutan penjahitan dilakukan dengan pola jahitan cushing menggunakan benang catgut yang bersifat absorbable dan di beri antibiotik,lapisan ketiga yaitu bagian kulit penjahitan dilakukan dengan pola jahitan simple interrupted menggunakan benang silk yang bersifat non-absorbable. Diberikan antibiotik pada bagian luka jahitan agar tidak terinfeksi,kemudian di beri iodine lalu di tutup dengan kasa,hipafix,dan gurita sebagai bandage. Hasil
Pasca operasi
Hewan
Ditunggu hingga hewan coba sadar atau efek anastesi berkurang,dan bila telah sadar diinjeksi tolfen sebanyak 0,25 ml secara subcutan. Diamati suhu,pulsus,dan respirasi hewan coba setiap 15 menit hingga nilai suhu,pulsus,dan respirasi di anggap normal. Hewan coba dirawat, dan diberi tolfen 1 x 2 hari dengan dosis 0,25 selama 3 hari terhitung dari hari selesai operasi,di beri amoxicillin 2 x 1 hari dengan dosis 2 ml selama 5 hari,penggantian perban dilakukan minimal 2 hari,pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari. Ditunngu selama 1 minggu untuk pemeriksaan luka jahitan,apabila luka sudah kering dapat dilakukan pembukaan jahitan. Hasil
BAB IV HASIL
Pemeriksaan Hewan Kelas: 2013/C
Kelompok: 1
Nama
Nim
1.
Christyanti R Gedi
125130107111047
2.
Paramitha Afi S.
135130100111026
3.
Ovianti Dwi A.
135130100111027
4.
Dian Agustiar
135130100111028
4.1 Signalement SIGNALEMENT Nama
: Kembang
Jenis hewan
: Kucing
Kelamin
: Betina
Ras/breed
: Kucing Domestik short hair
Warna bulu/kulit : coklat,abu-abu Umur
: 1 tahun
Berat badan
: 2,5 Kg
Tanda kusus
:-
4.2 Pemeriksaan Hewan Pemeriksaan Hewan Hospital Name
: CLINIC VETERINARY OF BRAWIJAYA UNIVERSITY
Address
: JL. MT. HARYONO
City
: MALANG
Tanggal : 25 April 2016 Temp:
38,7
0
C
Pulse:
120/1 menit
Respirasi: 28/ menit
Membrane color: merah muda
CRT: 2
Hydration: Sedikit dehidrasi
Body Weight: 2,5 Kg
Body condition : Underweight
Overweight
√ Normal
4.3 System Review System Review a. Integumentary √ Normal
b. Otic
c. Optalmic
d. Muscoloskeletal
√ Normal
√ Normal
√ Normal
Abnormal
Abnormal
Abnormal
Abnormal e. Nervus
f. Cardiovaskuler
g. Respiration
h. Digesty
√ Normal
√ Normal
√ Normal
√ Normal
Abnormal
Abnormal
Abnormal
Abnormal
Lympatic √ Normal Abnormal
j. Reproduction √ Normal Abnormal
k. Urinaria √ Normal Abnormal
Deskripsi Abnormal: Kucing pada kondisi normal
Vaksinasi
Ya
√ Tidak
ctt: Disease Record: -
4.4 Form Operasi FORM OPERASI LAPAROTOMY
Nama Pemilik : Kelompok C1
Temp
: 38,7ºC
Alamat
: Malang
Membrane mucosa
: Normal (merh muda)
Nama
: Kembang
CRT
:2
Jenis Kelamin :Betina
Pulsus
: 120/menit
Jenis Hewan : Kucing
Respirasi
: 28/menit
Ras/ Brees
Hydration
: Sedikit dehidrasi
: Domestik short hair
KONTROL ANASTESI Obat
Golongan Obat
DOSIS
KOSENTRASI
(mg/Kg BB)
(mg/ml)
Volume Obat (ml)
Rute
Waktu
ANTIBIOTIK Atropin
PREMEDIKASI
0,04
0,25
0,4
SC
14.22
Xylazine +Ketami n
ANASTHESI
Xylazine :2 + Ketamin : 10
Xylazine 20 + Ketamin 100
0,25+0,25
IM
14.44
KONTROL PEMERIKSAAN Menit
0
15
30
45
60
75
90
105
120
Pulsus(/menit)
120
60
56
24
28
28
91
100
88
Temp(0C)
38,7
36,5
35,0
34,4
34,2
33,3
34,2
33,2
33,0
Respirasi(/menit )
28
20
12
24
20
20
24
44
28
Menit
135
150
165
180
195
210
225
240
255
Pulsus(/menit)
140
132
96
96
88
91
100
120
140
Temp(0C)
33,7
34,1
34,3
34,4
34,9
35,3
35,5
35,8
36,2
Respirasi(/menit)
24
72
28
24
28
28
24
33
28
Menit
270
285
300
315
Pulsus(/menit)
88
96
100
100
Temp(0C)
36,6
37
37,5
38,3
Respirasi(/menit)
28
26
33
28
Mulai operasi
: 15.11 WIB
Selesai operasi
: 17.00 WIB
Mulai anastesi
: 14.44 WIB
4.5 Form Perhitungan Dosis 1. ACP Dosis Konsentrasi Perhitungan 2. Atropine Dosis Konsentrasi Perhitungan 3. Ketamine Dosis Konsentrasi Perhitungan 4. Xylazine Dosis Konsentrasi Perhitungan 5. Amoxicilin Dosis Konsentrasi Perhitungan 6. Tolfen Dosis Konsentrasi Perhitungan
: 0.05 mg/kg BB (IM) : 15 mg/ml 0,05 mg/kgBB ×2,5 kg V= =0,0083 ml : 15 mg/ml : 0.04 mg/kg BB (SC) : 0.25 mg/ml 0,04 mg/kgBB ×2,5 kg V= =0,4 ml : 0,25 mg/ml : 10 mg/kg BB (IM) : 100 mg/ml 10 mg/kgBB ×2,5 kg V= =0,25 ml : 100 mg/ml : 2 mg/kg BB (IM) : 20 mg/ml 2 mg/kgBB× 2,5 kg V= =0,25 ml : 20 mg/ml : 20 mg/kg BB (Oral) : 125 mg/5 ml 20 mg/kgBB ×2,5 kg V= =2ml : 125 mg/5 ml : 4 mg/kg BB (SC) : 40 mg/ml 4 mg/kgBB× 2,5 kg V= =0,25 ml : 40 mg/kg
bangun) 4.6 Form Monitoring (Pasca Operasi)
(saat
FORM MONITORING PASCA OPERASI
Nama Hewan : Kembang
Nama Pemilik : Kelompok C1
Jenis Hewan : Kucing
Alamat
: Malang
Ras/Breed
: Domestik short hair
No telp
:-
Umur
: 1 tahun
Jenis Kelamin : Betina Tanggal 26 April 2016
27 April 2016
28 April 2016
29 April 2016
30 April 2016
Pemeriksaan
Terapi
Suhu : 38,3 oC
Appetice
:-++++
Pulsus :108/menit
Defekasi
:-++++
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
Suhu : 37,5 oC
Appetice
:-++++
Pulsus :144/menit
Defekasi
:-++++
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
Suhu : 38,1 oC
Appetice
:-++++
Pulsus : 124/menit
Defekasi
:-++++
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
Suhu : 37,4 oC
Appetice
:-++++
T/amoxicillin 2 ml (PO)
Pulsus : 104/menit
Defekasi
:-++++
2x sehari.
CRT
Urinasi
:-++++
SL
:-++++
Tolfenemic Acid 0,25 ml (IM).
Suhu :37,9 oC
Appetice
:-++++
T/amoxicillin 2 ml (PO)
Pulsus :132/menit
Defekasi
:-++++
2x sehari.
:Normal (
View more...
Comments