LAPORAN LABORATORIUM ASPAL

April 28, 2017 | Author: kiki | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

tugas...

Description

LAPORAN LABORATORIUM PERKERASAN JALAN RAYA Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Laboratorium Perkerasan Semester V Pendidikan Program Diploma IV

Oleh: REZEKI FAJRI 1305131045 TPJJ 5A

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2016

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kerja Praktek ini. Kerja Praktek ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Program studi Teknik Perancangan Jalan dan Jembatan Jurusan Teknik Sipil POLITEKNIK NEGERI MEDAN. Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai pelengkap Kerja Praktek yang telah dilaksanakan lebih kurang satu semester di Laboratorium Aspal Politeknik Negeri Medan. Dengan selesainya Laporan Kerja Praktek ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada saya. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dosen 2. Teknisi laporan 3. Rekan Kerja di Kelompok 4 Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik materi maupun teknik teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman saya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Medan, Februari 2016

Penulis Rezeki Fajri NIM 1305131045

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, dosen pebimbing Laboratorium Uji Aspal Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan Menyatakan Laboratorium Uji Aspal Akhir dari:

REZEKI FAJRI NIM. (1305131045)

Telah selesai dilaksanakan dan dapat dijadikan sebagai Laporan Akhir Laboratorium Uji Aspal.

Disahkan Oleh: Dosen Pembimbing Labotorium Pekerasan Jalan

Drs. Kusumadi, M.T NIP. 19601110 198603 1 005

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN I.1.

Latar Belakang

I.2.

Tujuan

I.3.

Manfaat

I.4.

Ruang Lingkup

I.5.

Lingkup Praktik

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1. Perkerasan Jalan Raya II.2. Pengenalan Agregat II.3. Pengenalan Aspal II.4. Prinsip Umum Perencanaan Campuran Beraspal BAB III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM III.1. Pemeriksaan Agregat III.1.1.Berat Jenis dan Daya Serap III.1.2.Analisa Saringan III.1.3.Setara Pasir (SE) III.1.4.Abrasi III.1.5.Impact III.1.6.Pipih & Lonjong

III.1.7.Kelekatan terhadap Aspal III.2. Pemeriksaan Aspal III.2.1.Berat Jenis III.2.2.Penetrasi III.2.3.Titik Leleh III.2.4.Kehilangan Berat III.3. Pemeriksaan Campuran III.3.1.Perencanaan Campuran III.3.2.Pembuatan Benda Uji III.3.3.Pengujian Benda Uji III.4. Pemeriksaan Bahan Terpasang III.4.1.Pengambilan Sampel (Core) III.4.2.Ekstraksi IV.

PENUTUP IV.1. Kesimpulan IV.2. Saran

LAMPIRAN - Lembar Asistensi Lab. Perkerasan

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Latar Belakang Aspal merupakan bahan utama dalam perkerasan jalan. Aspal memiliki beberapa

jenis, yaitu aspal alam, aspal keras, aspal cair, dan aspal modifikasi. Aspal memiliki sifat viskoelastis yaitu sifat untuk mencair pada suhu tinggi dan memadat pada suhu rendah. Sifat yang dimiliki aspal tersebut merupakan hal utama yang menjadikan aspal sebagai bahan utama dalam perkerasan jalan karena dapat mengikat bahan-bahan pencampur perkerasan jalan. Perkerasan jalan yang baik adalah perkerasan jalan yang mampu menahan beban lalu lintas. Perkerasan jalan yang digunakan di Indonesia terdiri dari beberapa jenis. Perkerasan jalan yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah lapisan aspal beton atau Laston (AC/Asphalt Concrete). Pengalaman para pembuat aspal sebagai bahan perkerasan mengatakan bahwa campuran ini sangat stabil tetapi sangat sensitive terhadap variasi dalam pembuatannya dan perlu tingkat quality control yang tinggi dalam pembuatannya, bila potensinya ingin penuh terealisasi (Didik Purwadi, 1995) Di samping kecukupan workability (sifat kemudahan untuk dikerjakan) ada 4 sifat dasar aspal beton yang harus diperhatikan dalam merencanakan campuran aspal beton, yaitu: 1. Stabilitas 2. Durabilitas (keawetan) 3. Fleksibilitas 4. Mempunyai tahanan terhadap selip (skid resistance) Bahan pengisi bertujuan untuk meningkatkan kekentalan bahan bitumen dan untuk mengurangi sifat rentan terhadap temperatur. Keuntungan lain dengan adanya bahan pengisi adalah karena banyak terserap dalam bahan bitumen maka akan menaikkan volumenya. Selain itu bahan pengisi (filler) dapat mengurangi volume pori-pori atau rongga sehingga dapat meningkatkan kepadatan dan dapat menurunkan permeabilitas campuran aspal. Kadar bahan pengisi (filler) pada campuran beraspal sangat memperngaruhi sifat campuran beraspal tersebut, jika terlalu banyak kadar bahan pengisi maka campuran tersebut akan menjadi kaku dan mudah retak. Namun sebaliknya apabila kadar bahan pengisi pada campuran terlalu sedikit maka akan membuat campuran tersebut menjadi sangat lentur dan mudah terdeformasi oleh beban lalu lintas sehingga jalan tersebut akan bergelombang. Pada

penelitian ini kadar bahan pengisi (filler) sebesar 4% dari berat total campuran. Jenis bahan pengisi yang digunakan pada penelitian ini adalah semen portland tipe I. Penelitian ini mengacu pada spesifikasi teknis jalan Bina Marga tahun 2010.

I.2.

Tujuan Adapun tujuan melaksanakan pratikum laboratorium uji aspal adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan suatu campuran aspal yang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan di dalam kriteria perencanaan. 2. Mengamati dan mempelajari secara langsung hal-hal yang ada di laboratorium untuk menambah pengetahuan dan pengalaman. 3. Sebagai studi perbandingan antara teori-teori yang diperoleh sewaktu belajar di kelas dengan keadaan yang sebenarnya di laboratorium.

4. Mengetahui secara langsung prosedur pelaksanaan di laboratorium.

I.3.

Manfaat Adapun manfaat melaksanakan praktik laboratorium uji aspal adalah

sebagai berikut : 1. Dengan pengamatan langsung di laboratorium, mahasiswa mendapat wawasan dalam menilai situasi dan kondisi di laboratorium. 2. Dengan pengamatan langsung di laboratorium, mahasiswa dapat mengetahui prosedur pada pengujian. 3. Dengan mengadakan praktik di laboratorium

mahasiswa

dapat

merencanakan jenis perkerasan jalan raya. 4. Mahasiswa dapat membandingkan teori-teori yang diberikan di luar belajar dengan di laboratorium.

I.4.

Ruang Lingkup

A. Teori 1. Agregat, Aspal 2. Perencanaan Campuran 3. Pelaksanaan 4. Persiapan Pratikum B. Pemeriksaan Agregat 5. Berat Jenis & Daya Serap 6. Analisa Saringan 7. Abrasi 8. Impact 9. Setara Pasir (SE) 10. Kelekatan Terhadap Aspal 11. Pipih & Lonjong C. Pemeriksaan Aspal 12. Berat Jenis 13. Penetrasi 14. Titik Leleh 15. Kehilangan Berat D. Pemeriksaan Campuran 16. Perencanaan Campuran 17. Pembuatan Benda Uji 18. Pengujian Benda Uji & Aspal Optimum E. Pemeriksaan Bahan Terpasang 19. Core Drill, Tebal Kepadatan 20. Ekstraksi, Saringan F. Test/Presentase

I.5.

Lingkup Praktik

Tempat

: Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan

Alamat

: Jl. Alamater Kampus USU No. 1

Waktu

: Jam 08.00 – 12.10 WIB (setiap hari kamis jadwal kuliah)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1. Perkerasan Jalan Raya Perkerasan jalan raya adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis konstruksi

tertentu,

yang

memiliki

ketebalan,

kekuatan,

dan

kekakuan,

serta

kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara aman. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan. 1.

Jenis Konstruksi Perkerasan dan Komponennya

Konstruksi perkerasan terdiri dari beberapa jenis sesuai dengan bahan ikat yang digunakan serta komposisi dari komponen konstruksi perkerasan itu sendiri antara lain: 1) Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) a) Memakai bahan pengikat aspal. b) Sifat dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. c) Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya rutting (lendutan pada jalur roda). d) Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang (mengikuti tanah dasar). 2. Komponen Perkerasan Lentur 1) Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) a) Memakai bahan pengikat semen portland (PC). b) Sifat lapisan utama (plat beton) yaitu memikul sebagian besar beban lalu lintas. c) Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya retak-retak pada permukaan jalan. d) Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, bersifat sebagai balok di atas permukaan. 2) Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)

a. Kombinasi antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur. b. Perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau sebaliknya. 3. Fungsi Lapis Perkerasan Supaya perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi tetap ekonomis, maka perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis. Lapis paling atas disebut sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik mutunya. Di bawahnya terdapat lapis pondasi, yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan (Suprapto, 2004). 1. Lapis Permukaan (LP) Lapis

permukaan

adalah

bagian

perkerasan

yang

paling

atas.

Fungsi

lapis

permukaan dapat meliputi: a) Struktural :Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh perkerasan,

baik

beban

vertikal

maupun

beban

horizontal

(gaya

geser).

Untuk hal ini persyaratan yang dituntut adalah kuat, kokoh, dan stabil b) Non Struktural, dalam hal ini mencakup : i. Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam ii.

perkerasan yang ada di bawahnya. Menyediakan permukaan yang

iii.

berjalan dan memperoleh kenyamanan yang cukup. Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga gerak

(skid

resistance)

yang

tetap

rata,

cukup

agar

lapisan

kendaraan tersedia

dapat

koefisien

untuk

menjamin

tersedianya

dapat

aus

selanjutnya

iv.

keamanan lalu lintas. Sebagai lapisan aus,

v.

dapat diganti lagi dengan yang baru. Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan lagi,



yaitu

lapis

yang

yang

yaitu: Lapis Aus (Wearing Course)

Lapis

aus

yang

terletak

(wearing di

atas

course) lapis

merupakan

antara

(binder

adalah (Nono, 2007) : a) Mengamankan perkerasan dari pengaruh air. b) Menyediakan permukaan yang halus.

bagian

dari

course).

Fungsi

lapis dari

permukaan lapis

aus

c) Menyediakan permukaan yang kesat. 2) Lapis Antara (Binder Course) Lapis

antara

yang

terletak

(binder di

antara

course) lapis

merupakan pondasi

bagian

atas

(base

dari course)

lapis

permukaan

dengan

lapis

aus

(wearing course). Fungsi dari lapis antara adalah (Nono, 2007): a. Mengurangi tegangan. b. Menahan beban paling

tinggi

akibat

beban

lalu

lintas

sehingga

harus

mempunyai kekuatan yang cukup. 3) Lapis Pondasi Atas (LPA) atau Base Course Lapis

pondasi

permukaan

atas

dan

adalah

lapis

bagian

pondasi

dari

perkerasan

bawah

atau

yang

dengan

terletak tanah

antara apabila

lapis tidak

menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi lapis ini adalah : a. Lapis pendukung bagi lapis permukaan. b. Pemikul beban horizontal dan vertikal. c. Lapis perkerasan bagi pondasi bawah. 3. Lapis Pondasi Bawah (LPB) atau Subbase Course Lapis

Pondasi

Bawah

adalah

bagian

perkerasan

pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :

a. Penyebar beban roda. b. Lapis peresapan. c. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi. d. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan. 4. Tanah Dasar (TD) atau Subgrade

yang

terletak

antara

lapis

Tanah

dasar

(subgrade)

adalah

permukaan

galian

atau

permukaan

tanah

timbunan

tanah yang

semula,

permukaan

dipadatkan

dan

tanah

merupakan

permukaan tanah dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

II.2. Pengenalan Agregat Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya, baik berupa hasil alam maupun buatan (Petunjuk Pelaksanaan Laston Untuk Jalan Raya SKBI -2.4.26.1987). Fungsi dari agregat dalam campuran aspal adalah sebagai kerangka yang memberikan stabilitas campuran jika dilakukan dengan alat pemadat yang tepat. Agregat sebagai komponen utama atau kerangka dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90% – 95% agregat berdasarkan persentase berat atau 20 75% – 85% agregat berdasarkan persentase volume (Silvia Sukirman, 2003, Beton Aspal Campuran Panas). Pemilihan jenis agregat yang sesuai untuk digunakan pada konstruksi perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu gradasi, kekuatan, bentuk butir, tekstur permukaan, kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat kimia. Jenis dan campuran agregat sangat mempengaruhi daya tahan atau stabilitas suatu perkerasan jalan (Kerbs, and Walker, 1971). 1. Klasifikasi Agregat Agregat

dapat

diklasifikasikan

sebagai

berikut

(Silvia

Sukirman,

1999)

:

1. Berdasarkan proses pengolahannya, agregat dapat dibedakan menjadi : a. Agregat Alam Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan

sedikit

proses

pengolahannya

dinamakan

agregat

alam.

Dua

bentuk agregat yang sering digunakan yaitu : 1)

Kerikil

adalah

agregat

dengan

ukuran

partikel

lebih

besar

dari

1/4

inch (6,35 mm). 2)

Pasir

adalah

agregat

dengan

ukuran

lebih besar dari 0,075 mm (saringan no.200). b. Agregat yang melalui proses pengolahan

partikel

kecil

dari

1/4

inch

tetapi

Di gunung-gunung atau di bukit-bukit dan di sungai sering ditemui agregat berbentuk besar-besar melebihi ukuran yang diinginkan, sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan. Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh : 1) Bentuk partikel bersudut, diusahakan berbentuk kubus. 2) Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik. 3) Gradasi sesuai yang diinginkan. Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (stone crusher)

sehingga

ukuran

partikel-partikel

yang

dihasilkan

dapat

21 terkontrol, berarti gradasi yang diharapkan dapat dicapai spesifikasi yang telah ditetapkan. c. Agregat buatan Agregat yang merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan ukuran
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF