Laporan Lab Frekuensi Tinggi - Vswr
November 15, 2017 | Author: cabbe123 | Category: N/A
Short Description
Frekuensi Tinggi (VSWR)...
Description
LAPORAN LAB FREKUENSI TINGGI
PENGUKURAN SWR DAN DAYA PADA TRANSCERIVER VHF
Kelompok
: 2
Nama
: Ali Mahfud (13120300) Azizah Nur Fitri H (13120300) Guntari Fitriawati (1312030035)
Tanggal Praktikum
: 14 Mei 2014
Tanggal Dikumpulkan : 21 Mei 2014
Program Studi Telekomunikasi
Politeknik Negeri Jakarta 2014
PENGUKURAN SWR DAN DAYA PADA TRANSCEIVER VHF I.
TUJUAN 1. 2. 3. 4. 5.
II.
Mengetahui dan mengukur SWR antara antena dan antena pemancar VHF. Mengetahui dan mengukur daya output dari transceiver VHF. Mengetahui pengaruh AWG pada kabel yang terhubung dari antenna pemancar ke SWR meter. Mencari matching tidaknya perangkat transceiver dengan antenna. Mengetahui beberapa jenis transceiver dan antenna VHF.
PENDAHULUAN Untuk mengetahui besarnya SWR pada suatu antenna terdapat dua factor yang emperngaruhi besarnya SWR tersebut. Dua factor tersebut adalah forward RF dan reflected RF power. SWR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
SWR =
√
√
√
√
Dimana Pf = Forward RF Power Pr = reflected RF Power
Pengukuran seberapa besar power RF output yang digunakan pada peralatan radio ke antenna. Pada forward RF power semakin besar indicator mengindikasikan RF power, semakin besar pula RF power yang digunakan di antenna. Dengan kata lain power reflected RF nya minimum.
Dalam pegukuran power reflected RF, semakin kecil indicator mengindikasikan power reflector RF nya maka semakin bagus transmisi propagasi power pada antenna.
III.
ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN
No
IV.
Alat
Jumlah
1
RIG VHF
1 set
2
HT VHF
1 set
3
SWR meter
1 buah
4
Antena Ring O
1 buah
5
Antena HT
1 buah
6
Dummy Load untuk 20 Watt
1 buah
7
Multimeter Digital
1 buah
8
Kabel Coaxial
3 set
9
Power Supply
2 buah
GAMBAR RANGKAIAN
Gambar 1
V.
LANGKAH KERJA 1.
Mengatur power supply dan mengukur dengan voltmeter agar tegangan ouput didapatkan 13,8 volt. Jika sudah tercapai lalu mematikan power supply.
2.
Menghubungkan power supply ke HT. Memperhatikan polaritas tegangan jangan sampai terbalik.
3.
Menghubungkan SWR meter dengan HT. Menghubungkan terminal antenna pada HT dengan kabel coaxial dan ujung lainnya ke terminal TX pada SWR meter.
4.
Menghubungkan SWR meter dengan antenna. Menghubungkan terminal antenna pada SWR meter dengan antenna melalui kabel coaxial.
5.
Memperhatikan langkah 1-4 untuk memastikan tidak ada yang tidak terpasang.
6.
Menghidupkan power supply dengan menekan tombol power. Begitu juga dengan HT.
7.
Mengatur frekuensi pada batas terendah range frekuensi.
8.
Mengatur daya yang tepat pada SWR meter, dan memilih daya 5 watt untuk HT.
9.
Mengkalibasi SWR terlebih dahulu untuk mengukur VSWR. Mengatur saklar pada kalibrasi, dengan menekan tombol PTT di HT, mengatur potensio di SWR meter sampai angka yang tepat. Setelah selesai, mengubah saklar ke mode pengukuran VSWR.
10. Melakukan pengukuran VSWR dengan menekan tombol PTT yang ada di HT. Mencatat hasil pada Tabel 1. 11. Mengkalibrasi SWR meter pada mode daya terlebih dahulu untuk mengukur daya. Mengatur saklar pada kalibrasi, dengan menekan tombol PTT di HT, mengatur potensio di SWR meter sampai angka yang tepat. Setelah selesai, merubah saklar ke mode pengukuran daya. 12. Melakukan pengukuran daya dengan menekan tombol PTT yang ada di HT. mencatat hasilnya pada Tabel 1. 13. Mengubah frekuensi pada batas tertinggi range VHF. Dan mengulangi langkah 7 sampai 12.
14. Mengubah kembali frekuensi pada batas tengah range frekuensi VHF. Mengulangi langkah 7 sampai 12 15. Mencari frekuensi yang menghasilkan SWR dan daya yang tertinggi. Mencaat hasilnya pada Tabel 2. 16. Mengulangi langkah 4 sampai dengan 15 dengan mengganti antenna HT dengan antenna Ring O dan setelah itu Dummy Load. 17. Mengganti HT dengan RIG jika langkah 16 telah selesai. 18. Mengulangi langkah 1-16. Daya RIG adalah 20 Watt.
VI.
HASIL PERCOBAAN Tabel 1. Pengukuran SWR dan daya untuk tiga frekuensi yang berbeda Transceiver
HT
HT
HT
RIG
RIG
RIG
Antena
Antena HT
Ring O
Dummy Load
Antena HT
Ring O
Dummy Load
Frekuensi (MHz)
SWR
Daya (watt)
136.00
1
5
154.500
1
5
173.000
1.1
4
136.00
1
4
154.500
1.15
5
173.000
1
4.5
136.00
1
5
154.500
1
4.8
173.000
1
5
136.00
1
50
154.500
1
30
173.000
1
50
136.00
1.1
50
154.500
1.1
40
173.000
1
50
136.00
1
40
154.500
1
50
173.000
1
50
Tabel 2. Pengukuran SWR dan daya tertinggi
Transceiver
HT
RIG
VII.
Antena
Frekuensi ( Mhz )
SWR
Daya ( watt )
Antena HT
136.000
1
5
Antena Ring O
139.000
1
5
Dummy Load
170.000
1
5
Antena HT
139.000
1
50
Antena Ring O
146.450
1
50
Dummy Load
146.450
1
50
PEMBAHASAN Pada percobaan ini dilakukan pengukuran nilai SWR (Standing Wave Ratio) dan daya dari beberapa antena, yaitu antena HT , antena Ring O, serta menggunakan Dummy Load. Dengan menggunakan 2 transceiver yang berbeda yaitu HT dan RIG. Pada percobaan ini digunakan transceiver berupa HT dengan transmitter power 5 watt dan RIG bertipe TM 271A dengan transmitter RF output power 60 watt dan frekuensi yang digunakan yaitu frekuensi terendah, frekuensi tengah dan frekuensi tertinggi pada HT yaitu 136.00, 154.500, dan 173.000 . SWR merupakan besar atau kecilnya pola amplitude Jika pada suatu saluran transmisi terjadi gelombang pantul antara gelombang pantul dan gelombang dating akan saling menguatkan atau melemahkan. Besar dan kecilnya pola amplitude yang tetap disebut gelombang berdiri(standing wave). Percobaan selanjutnya, dengan transceiver masih menggunakan HT dan antena yang digunakan diganti dengan antena Ring O dan Dummy Load. Dari hasil pengukuran yang didapat, daya yang dipancarkan oleh HT dengan menggunakan antena Ring O pada frekuensi 136.000 sebesar 4 watt, frekuensi 154.500 sebesar 4 watt, dan frekuensi
173.000 sebesar 5 watt dan Dummy Load berkisar antara 0,25 – 0,4 watt. Dan daya dipantulkan tidak ada, atau bernilai 0 watt. Sehingga antena tersebut matching, yaitu memiliki nilai SWR 1. Hal ini dikarenakan, untuk antena Ring O memiliki performansi yang baik, selain itu antena ini diletakkan diluar ruangan (outdor). Sedangkan untuk penggunaan Dummy Load, pada alat dummy load tersebut beban sudah disesuaikan dengan transceiver yang digunakan, sehingga kemungkinan daya yang dipantulkan kembali ke transceiver sangatlah kecil. Dari grafik juga dapat dilihat, bahwa untuk antena HT bila dibandingkan dengan antena Ring O dan Dummy Load nilai SWR antena HT masihlah tidak terlalu matching (1,2 – 1,5). Dan dapat disimpulkan, untuk transceiver HT performansinya akan lebih baik jika menggunakan antena Ring O. Sedangkan pada transceiver berupa RIG, daya yang dikeluarkan semakin besar uaitu 60watt. Dari data percobaan, antenna HT yang dihubungkan dengan RIG memiliki SWR yang baik. Begitupula pada antenna Dummy Load, namun dengan antenna Ring O hanya pada frekuensi 173.000 saja. Hal ini dapat dikarenakan awg dari kabel coaxial yang digunakan.
VIII.
KESIMPULAN Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan, seperti: 1. Semakin kecil nilai VSWR maka matching antara saluran transmisi dengan daya pemancar semakin baik. 2. Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai VSWR dan daya adalah frekuensi dan kabel coaxial yang digunakan. 3. Apabila nilai SWR bernilai 1 maka daya akan terpancar semua dan tidak ada daya yang masuk kembali. 4. Dummy Load merupakan antenna refferensi dengan SWR bernilai 1
View more...
Comments