LAPORAN KP ANTAM.pdf

September 26, 2017 | Author: ARdhy SyAhputra | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

antam...

Description

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Tugas akhir merupakan salah satu syarat kelulusan untuk mahasiswa prodi pertambangan Universitas Islam Bandung. Kerja praktek adalah salah satu kegiatan prasyarat untuk melaksanakan tugas akhir. Dengan kerja praktek pihak prodi mengharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman langsung bekerja dan merasakan keadaan sebenarnya dunia kerja pertambangan. Kerja praktek ini juga diharapkan mampu memberikan kemampuan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan pada kuliah. Perkembangan Industri yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan bahan baku setiap harinya semakin tinggi. Hal tersebut menuntut perusahaanperusahaan tambang terus meningkatkan produksinya. Dengan kata lain perusahaan-perusahaan tambang bertanggungjawab memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk menjawab permintaan tersebut diperlukan perkembangan secara kontinu dalam bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan yang sejalan dengan kondisi lapangan. Nikel adalah salah satu produk tambang yang banyak diproduksi di Indonesia, bersama Kanada dan Australia. Berdasar data terakhir yang diperoleh, Indonesia berada di urutan keempat setelah Australia, Kanada, New Caledonia. Keempat negara ini menguasai sekitar 65% supply dunia. Keadan tersebut menarik perhatian kami agar lebih banyak tahu mengenai aktivitas penambangan nikel dari eksploitasi sampai pengolahannya. Di Indonesia, produsen utama nikel adalah PT. Aneka Tambang (ANTAM). Selain ini masih ada beberapa perusahaan kecil lainnya yang juga memproduksi nikel namun jumlahnya tidak signifikan. ANTAM mengolah nikel menjadi feronikel (paduan besi dengan nikel) dan dipakai oleh industri elektronik maupun rumah tangga. Pemakaian terbesar nikel adalah industri stainless steel dan logam campuran. Keduanya menyerap hampir 90% dari pasokan nikel.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

1

Oleh sebab itu, kami memilih PT ANTAM sebagai tempat kerja praktek dengan harapan akan mendapatkan ilmu dan pengalaman yang lebih tentang penambangan nikel.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dari kerja praktek kami untuk mengamati serta mempelajari langsung proses penambangan dan kegiatan-kegiatan penunjangnya di PT ANTAM Tbk (Persero) UBPN Sultra. Tujuan kerja praktek kami adalah seperti berikut : 1. Mengetahui proses dan metode pertambangan yang dilakukan oleh PT. Antam Tbk UBPN Sultra. 2. Menghitung produksi raw ore dan efisiensi alat produksi yang digunakan PT. Antam Tbk UBPN Sultra pada bukit Cherokee dan bukit Humvee di bulan Agustus. 3. Mengetahui tahap-tahap pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel.

1.3 KEGIATAN KERJA Kegiatan kerja yang akan dilakukan dalam kerja praktek ini, diantaranya sebagai berikut : 1.

Studi Literatur Mencari serta membaca literatur yang berkaitan dengan kegiatan kerja yang dilakukan.

2.

Orientasi Lapangan Pada tahap ini peserta kerja praktek dikenalkan dengan lingkungan kerja, tempat kerja, lingkungan sekitar, dan pembimbing kerja praktek dari PT ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra.

3.

Kegiatan Lapangan yaitu mengamati dan mengerjakan kegiatan secara langsung di lapangan dan mengambil data dari lapangan. Data yang diambil menyesuaikan dengan kerja praktek yang dilakukan di lapangan dan arahan dari pihak PT ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra selaku pembimbing kami. Tidak mengabaikan pula pentingnya data dokumentasi dari lapangan sehingga patut menjadi salah satu prioritas dalam kerja lapangan nantinya seperti foto (alat berat, dump truk, kegiatan penambangan, muat, angkut, dll). Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

2

3.

Penyusunan Laporan Pada tahap ini dilakukan penglahan data dari data yang diperoleh di lapangan dan pembuatan laporan hasil kerja praktek yang kemudian akan dipresentasikan pada seminar kerja praktek di Teknik Pertambangan Unisba.

1.4 SISTEMATIS PENULISAN Sistematika penulisan dalam pembuatan laporan kerja praktek di PT ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra ini yaitu : BAB I

PENDAHULUAN Dalam bab ini memuat latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan.

BAB II

TINJUAN UMUM Dalam bab ini berisikan tentang sejarah singkat perusahaan, lokasi dan kesampaian daerah kegiatan, keadaan penduduk serta keadaan sekitar lokasi kegiatan.

BAB III TEORI DASAR Dalam bab ini membahas mengenai literatur dasar yang berkaitan dengan kegiatan kerja praktek yang dilakukan. BAB IV KEGIATAN LAPANGAN Dalam bab ini menjelaskan mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek di PT ANTAM (persero) Tbk UBPN Sultra. BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA Dalam bab ini menjelaskan tentang data hasil kegiatan yang didapat pada saat melakukan kerja praktek di PT ANTAM (persero) Tbk UBPN Sultra. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang inti-inti kegiatan kerja praktek di PT ANTAM (persero) Tbk UBPN Sultra serta pendapat dan gagasan untuk pihak perusahaan dari penulis seputar judul yang digunakan.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

3

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 SEJARAH SINGKAT PERUSAHAAN PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra yang berlokasi di Pomalaa, Kabupaten Kolaka merupakan perusahaan tambang milik Negara yang sejak tahun 1909 telah beroperasi. Wilayah penambangan PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPN Sultra terbagi menjadi 3 yakni bagian utara, tambang bagian tengah, tambang bagian selatan dan pulau Maniang. Bijih Nikel di Pomalaa pertama kali ditemukan oleh E.C. Abendanon pada Tahun 1909. Dan pada tahun 1934, mulai dilaksanakan eksplorasi oleh Oost Borneo Maatschappij dan Bone Tole Maatschappij ditemukan endapan bijih nikel berkadar 3.00% sampai 3.5%. Tahun 1942 – 1945, pada perang dunia ke- II Sumitomo Metal Meaning Co mengolah bijih nikel menjadi “matte”, tetapi belum diekspor karena Jepang dihancurkan oleh Amerika Serikat setelah Indonesia merdeka. Tahun 1957, berdiri suatu perusahaan swasta yang bernama NV. PERTO yang mengekspor stock bijih nikel yang sudah ada ke Jepang. Pada Tahun 1960, sesuai dengan PP No. 29 dan Undang-Undang Pertambangan No. 37 tahun 1960 maka berdiri PT Pertambangan Nikel Indonesia (PNI) yang merupakan perusahaan pemerintah daerah. Dan pada akhir tahun 1962 BPU Pertambun menandatangani kontrak dengan Sulawesi Nikel Development Corporation Limited (SUNIDECO) dan Jepang yang menyelidiki bantuan kredit berupa hasil bijih nikel yang diekspor ke jepang. Pada Tahun 1968, berubah status menjadi Perusahaan Negara Aneka Tambang. Untuk memperpanjang jangka waktu penambangan Nikel di Pomalaa serta mengingat cadangan bijih Nikel Laterit kadar rendah (2.30% Ni) semakin menipis jumlah cadangannya. Maka pada tanggal 5 Juni 1969, dilakukan usaha pendirian pabrik di Pomalaa Kabupaten Kolaka. Dan

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

4

berdasarkan peraturan pemerintah nomor 22 tahun 1968, PT Pertambangan Nikel Indonesia, PN Perbaki Kijang berubah nama menjadi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. UBPN Sultra.

2.2 LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH Lokasi penambangan bahan galian bijih nikel yang dilakukan oleh PT. AnekaTambang Tbk. UBPN Sulawesi Tenggara, secara administrasi terletak di Daerah Pomalaa,

Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara

geografis terletak pada

-

-

Lokasi kerja praktek dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat ke Kolaka dari Kendari. Ibukota Propinsi Sulawesi kan

dapat juga ditempuh dari Makassar melewati Teluk Bone di penyeberangan Bajoe berjarak ± 178 km dari Makassar, melalui jalur udara ditempuh selama ± 50menit dari bandara Hasanuddin Makassar sampai Bandara Sangia Nibandera yang terletak di kecamatan Tanggetada Kabupaten Kolaka yang berjarak ± 25 km ke kecamatan Pomalaa.

2.3 LINGKUNGAN DAERAH 2.3.1 Keadaan Daerah Sekitar Keadaan daerah sekitar PT. Antam (wilayah pomalaa) umumnya adalah gunung, perbukitan dan beberapa sungai yang menunjang kebutuhan warga seperti persawahan dan lainnya. PT. Antam berdekatan dengan laut yang diperkirakan luasnya mencapai ± 15.000 Km².

2.3.2 Penduduk Penduduk sekitar PT. Antam adalah masyarakat asli dan pendatang. Adapun masyarakat asli daerah sekitar PT. Antam adalah masyarakat suku bugis, tolaki dan toraja. Masyarakat pendatang lainnya berasal dari pulau jawa, sumatra dan lainnya. Penduduk sekitar sebagian besar adalah karyawan PT. Antam serta Mitra Kerja dan sebagian kecil lainnya membuka warung, tempat makan, dan lainnya. Penduduk asli yang awalnya petani, tambak udang,

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

5

berkebun sudah banyak yang beralih menjadi karyawan PT. Antam dan Mitra Kerja

2.3.3 Iklim Wilayah PT. Antam yang terletak di Kabupaten Kolaka berada di sekitar garis Khatulistiwa dan dekat dengan laut memiliki suhu maksimum 31° dan suhu minimum 12° dengan suhu rata-rata 24°-28°.

2.3.4 Flora dan Fauna Vegetasi daerah sekitar ditumbuhi dengan vegetasi primer dan vegetasi sekunder. Vegetasi primer adalah tumbuh-tumbuhan yang sudah sejak awal ada dan belum terganggu aktivitas pertambangan dan pabrik. Vegetasi primer yang tumbuh didaerah ini diantaranya kayu angin, kayu besi, belimbing bajo, melinjo, jambu mete dan coklat yang menjadi tanaman khas yang dibudidayakan rakyat sekitar. Sedangkan vegetasi sekunder adalah tumbuh-tumbuhan yang ditanam ulang karena gangguan dari aktivitas pertambangan, antara lain tumbuhan seperti jati super, akasia, jati putih, pohon bakau dan lainnya. Fauna yang dijumpai di sekitar daerah kerja lokasi PT. Antam seperti anoa, sapi, kambing gunung, ular, beberapa macam aves dan lainnya. Hal tersebut menunjukan binatang masih bisa hidup di sekitar area pertambangan dan industri PT. Antam.

2.3.5 Sosial Beberapa kegiatan sosial yang dilakukan (Corporate Social Responsibility) oleh PT. Antam antara lain memberikan fasilitas SD, SMP, SMA serta fasilitas penunjang lainnya seperti tempat beribadah dan bantuan dalam bentuk lain di Pomalaa membuat hubungan antara masyarakat pendatang, masyarakat asli dan pihak perusahaan berlangsung sangat baik, terlihat sikap saling menghargai antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Pembangunan fasilitas olahraga dan perbaikan jalan juga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar. Kehadiran PT. Antam di Pomalaa dapat memaksimalkan kekayaan alam yang dimiliki daerah tersebut serta turut andil dalam memajukan pembangunan daerah sekitar.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

6

2.4 KEADAAN GEOLOGI REGIONAL Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis

sampai

dengan

subtropis.

Pengaruh

iklim

tropis

di

Indonesia

mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia bagian timur memiliki endapan nikel laterit. Konsentrasi unsur nikel pada endapan nikel laterit dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni batuan dasar, iklim, topografi, air tanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur serta kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral. Denga control dari beberapa factor tersebut akan terbentuk tiga jenis tipe laterit yaitu hidrosilikat, oksida, dan lempung silikat. 2.4.1 Geomorfologi Daerah kerja praktek pomalaa umumnya merupakan perbukitan yang memanjang dari timur laut sampai barat daya. Pada setiap perbukitan terlihat percabangan

yang

membentuk

perbukitan-perbukitan

yang

lebih

kecil.

Perbukitan ini ialah bagian dari Pegunungan Mekongga. 2.4.2 Struktur Regional Struktur geologi merupakan penunjang pelapukan yang menjadi salah satu factor pembentukan endapan nikel laterit. Struktur local daerah kerja praktek berpengaruh besar dalam pendistribusian unsur-unsur pada profil kimia di daerah tersebut. Struktur kekar berkembang secara intensif pada satuan peridotit dengan intensitas yang berbeda-beda. Struktur kekar yang berkembang menjadi salah satu media pelapukan dan secara intensif menghasilkan pengkayaan unsur-unsur nikel laterit. Pada batuan ultramafik kekar-kekar tersebut diisi oleh mineral-mineral sekunder yang tidak stabil sebagai hasil pelarutan mineral primer dari batuan ultramafic tersebut seperti garnierite, serpentin, dan oksida besi. Pada daerah kerja praktek intensitas kekar yang berbeda-beda mempengaruhi tingkat pelapukan dan pengayaan unsur Ni serta unsur-unsur lain pada profil laterit. Daerah dengan tingkat intensitas kekar lebih tinggi akan mempunyai zona penambahan bijih yang lebih tebal jika dibandingkan dengan daerah yang memiliki intensitas yang lebih rendah. Perbedaan intensitas ini yang menjadi faktor ketidakseragaman pengayaan unsur pada profil laterit. Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

7

2.4.3 Topografi Pada umumnya, keadaan topografi di daerah kerja praktek Pomalaa berupa perbukitan dengan ketinggian yang bervariasi antara 50 sampai 200 meter di atas permukaan laut. Perbedaan terjadi pada tambang utara dan selatan. Pada tambang selatan perbukitan cenderung lebih curam dan bergelombang sedangkan tambang utara perbukitan lebih landau dan cenderung datar.

2.5 WILAYAH PENAMBANGAN PT ANTAM (Persero) Tbk UBPN Pomalaa saat ini memiliki 4 Izin Usaha Penambangan (IUP) yakni tambang utara, tambang tengah, tambang tengah dan Pulau Maniang. Masing-masing IUP tersebut terdiri dari beberapa bukit. Namun untuk saat ini aktivitas penambangan tidak berjalan optimal dikarenakan kebijakan pemerintah terkait UU. No 4 tahun 2009 yang melarang kegiatan ekspor raw ore. Oleh karena itu, penambangan dilakukan pada tambang utara dan selatan saja. Total luas IUP yang dimiliki oleh PT ANTAM (Persero) Tbk UBPN Sultra adalah 6323.5 Ha. Tabel 2.1. Wilayah IUP PT ANTAM (persero) Tbk UBPN Sultra

Wilayah Penambangan Tambang Utara

IUP IUP WSPM 016

Luas (Ha) 1,954

Tambang Tengah

IUP WSPM 014

2,712

IUP WSPM 015

584.3

IUP WSPM 017

878.2

IUP WSPM 003

195

Tambang Selatan Pulau Maniang

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Nikel adalah salah satu logam yang banyak dimanfaatkan di seluruh dunia. Nikel adalah logam yang keras, namun daoat dibentuk, tahan karat dan sifat pembawaannya (kimia dan fisika) dapat bertahan pada suhu yang ekstrim. Nikel banyak digunakan untuk melapisi logam lain sehingga mengkilap dan tahan karat. Nikel banyak digunakan dari bahan baku mobil, uang logam kebanyakan produk metal lainnya.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 3.1 Produk Nikel (shot)

Nikel jarang digunakan secara tunggal, biasanya nikel dicampur dengan logam-logam lain dalam kegunaannya. Campuran beberapa logam tersebut biasanya mempunyai sifat atau kelebihan yang tidak dimiliki logam lainnya. Laterite berarti endapan yang kaya dengan iron-oxide. Nikel laterite merupakan mineral biji yang terbentuk dari proses pelapukan lanjutan dari batuan ultramafik pembawa Ni-silikat yang terbentuk dalam suatu singkapan tunggal. umumnya terdapat pada daerah yang beriklim tropis samapai subtropis. batuan pembawanya dunite dan peridotite, unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin sebagai hasil subtitusi terhadap atom Fe dan Mg.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

9

Proses pembentukan nikel laterite dipengaruhi oleh beberapa fator yaitu batuan dasar, iklim, topografi, airtanah, stabilitas mineral, struktur, mobilitas unsur, waktu dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral. Indonesia termasuk negara yang beriklim tropis sehingga termasuk penghasil nikel terbasar didunia.

3.1 GENESA BAHAN GALIAN NIKEL LATERIT Laterit berasal dari bahasa latin yaitu Later, yang artinya bata atau membentuk bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata atau tanah laterit tersusun oleh fragmen-fragmen batuan yang menganbang diantara matriks, seperti bata diantara semen. Endapan nikel laterit merupakan endapan hasil pelapukan lateritik batuan induk ultramafik (peridotit, dunit, serpentin) yang mengandung Ni dengan kadar tinggi, media pelapukan tersebut berupa air hujan, suhu, kelembaban dan topografi. Garnierit (nikel hidrosilikat) merupakan mineral/batuan pembawa nikel yang berwarna hijau terang sampai gelap, variasi yang kaya hijau berisi lebih banyak nikel. Kedalaman endapan nikel laterit di Pomalaa berkisar 10 m – 15 m mengikuti topografi terbentuknya endapan. Sebagai pentunjuk awal adanya endapan nikel Pomalaa ditandai dengan tumbuhnya tanaman seperti : belimbing bajo dan kayu angin (sejenis cemara). Jika ditumbuhi tanaman kayu besi (tanaman keras) menadakan sudah berkurangnya atau tidak ada endapan nikel. 3.1.1 Batuan asal Batuan asal merupakan syarat utama terbentuknya nikel laterit. Nikel banyak terbentuk di batuan ultrabasa yang lapuk akibat perubahan iklim dan lainnya. Dalam hal ini batuan ultrabasa banyak mengandung mineral-mineral tidak stabil seperti olivine dan piroksen. Batuan pembawa unsur nikel tersebut merupakan modal awal untuk terbentuknya endapan bijih nikel.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

10

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 3.2 Mineral Pembawa Nikel

3.1.2 Iklim Pembentukan nikel laterit di daerah Pomalaa didukung dengan iklim tropis yang dimiliki daerah tersebut. Iklim tropis berdampak terhadap adanya musim kemarau dan musim hujan dimana akan timbul perbedaan pada tinggi permukaan air tanah. Turun-naiknya air tanah membuat akumulasi dan terpisahnya unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang diakibatkan oleh iklim juga membuat rekahan pada tanah yang menjadi jalan masuk air sehingga mempermudah proses kimia yang terjadi. 3.1.3 Struktur Nikel biasa terbentuk pada batuan beku, pada batuan tersebut banyak terdapat kekar yang menjadi jalan masuk larutan hidrotermal pembawa mineralmineral logam sehingga terjadi pengayaan. Selain hal tersebut kekar pada batuan beku juga membantu jalan masuk air yang mengakibakan proses kimia terjadi pada batuan tersebut, karena batuan beku biasanya mempunyai permeabilitas yang kecil sehingga sangat susah untuk air dapat masuk. 3.1.4 Topografi Derah tambang utara (bukit cheeroke dan ranger) mempunyai profil yang berbeda dengan daerah tambang selatan (bukit triton). Daerah utara mempunyai keadaan topografi yang agak landai. Hal tersebut berpengaruh pada laju air yang relatif lambat sehingga cenderung lebih besar kesempatan air untuk melapukan batuan dengan masuk kedalam celah-celah dari kekar batuan tersebut. Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

11

Sedangkan bagian selatan dengan karakter topografi yang berbukit cenderung membuat run off air cepat. Hal tersebut dapat dilihat dari profil daerah tambang bukit selatan yang lebih sering dijumpai boulder-boulder. 3.1.5 Waktu Proses pembentukan nikel tentu membutuhkan waktu yang lama. Pergantian siang malam membuat batuan mengembang dikala siang dan mengerut dikala malam saat udara lebih dingin. Namun proses tersebut membutuhkan waktu berkelanjutan yang sangat lama hingga batuan tersebut terlapukan.

3.2

ZONASI NIKEL LATERIT

Sumber : http://nadiamugni.wordpress.com

Gambar 3.1 Zonasi Nikel

Secara garis besar zonasi nikel terbagi menjadi lima zona, yaitu : 1.

Top Soil pada bagian ini tanah sudah mengandung nikel hanya biasanya kandungan nikel maupun besinya tidak banyak. Untuk nikel biasanya hanya sekitar < 1,1 % dan untuk besinya sekitar < 30 %. Pada daerah ini ketebalan bervariasi di sekitar

1-3 meter. Biasanya tanah

yang

mengandung nikel berwarna merah tua dengan tumbuhan yang khas, yaitu tumbuhan yang tidak tumbuh besar atau kerdil.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

12

2.

Limonit pada zona ini sangat melimpah unsur-unsur logamnya seperti Fe, Al, Cr, Ti, Mn dan Co. Pada zona ini kandungan Fe sagat tinggi. Hal tersebut dikarenakan pada zona ini banyak ditemukan mineral-mineral pembawa unsur Fe seperti Gotit. Selain Fe juga ditemukan mineral Mg namun dalam jumlah sedikit. Hal tersebut dikarenakan Mg terbawa oleh mineral seperti olivin yang jarang namun ada dalam zona ini. Unsur Ni sendiri tidak banyak ditemukan pada zona ini ( 1,2 – 1,5 %). Hal tersebut terjadi karena unsur tersebut memiliki kelarutan yang terbatas (limited solubility). Hal tersebut mengakibatkan unsur nikel terlarut ke dalam zona yang lebih dalam dari zona limonit. Dasar klasifikasi zona limonit seperti yang dipaparkan Golightly (1981) yaitu : Fe (>25 %), MgO (200 ton

Sumber : http://www.engineeringintro.com/

Foto 3.5 Dumptruck



Belt Conveyor Belt coveyer dapat digunakan untuk mengangkut material baik yang berupa unit load atau bulk material secara mendatar ataupun miring, yang dimaksud dengan unit load adalah benda yang biasanya dapat dihitung jumlahnya satu-persatu.misalnya balok kantong dan lain sebagainya. Sedangkan bulk material adalah material yang berupa butir-butir bubuk atau serbuk misalnya : pasir,semen dan batu bara. Fungsi belt comveyer adalah untuk membawa

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

24

material yang diangkut dari lokasi penambangan. Belt dapat dibuat dari berbagai macam bahan, yaitu lapis tenunan benang kapas yang tebal yang biasanya membentuk carcass.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 3.6 Belt Conveyor

C. Alat Gusur 

Bulldozer Bulldozer merupakan alat dorong yang paling umum digunakan dapat juga dikategorikan sebagai alat gali-angkut jarak pendek. Kemampuan Bulldozer antara lain : a. Membabat atau menebas b. Merintis (pioneering) Untuk pembuatan jalan dilereng bukit, maka ada dua kemungkinan : 1. Bulldozer dapat naik keatas bukit lalu dibuat jalan dari sebelah atas. 2. Bila tidak mungkin harus dibuat dari bawah. c. Gali angkut jarak pendek Yaitu menggali lalu mendorong tanah galian itu kesuatu tempat tertentu, misalnya pada pembuatan jalan raya, saluran/kanal agar alat muat lebih mudah bekerja.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

25

d. Pusher Loading Yaitu membantu “scraper” dalam mengisi muatannya pada lapisan tanah kohesif. e. Menyebarkan Material (Spreading) Maksudnya menyebarkan material tanah ketempat-tempat tertentu dengan tebal yang dikehendaki. f. Menimbun Kembali (Backfilling) Yaitu pekerjaan penimbunan kembali terhadap bekas lubang-lubang galian. g. Trimming and Sloping Yaitu pekerjaan pembuatan kemiringan tertentu pada suatu tempat, seperti : tanggul, dam, kanal-kanal besar, tepi jalan raya, dsb. h. Ditching Yaitu menggali selokan atau kanal yang berbentuk V atau U.

D. Produktifitas Alat Gali Muat Angkut Untuk mengontrol produksi suatu alat mekanis nilai produktifitasnya haruslah diketahui. Nilai tersebut menjadi acuan dalam analisa kemajuan produksi tambang. Salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk mengetahui baik buruknya hasil kerja suatu alat pemindahan mekanis adalah besarnya produksi yang dapat dicapai oleh alat tersebut. Oleh sebab itu usaha dan caranya untuk dapat mencapai produksi yang tinggi selalu menjadi perhatian yang khusus. Untuk memperkirakan dengan teliti produksi alat- alat mekanis perlu diketahui faktor-faktor yang langsung mempengaruhi hasil kerja alat-alat tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut : 

Sifat Fisik Material Material di alam (insitu) masih dalam keadaan padat. Apabila dilakukan penggalian, maka akan terjadi perubahan volume yang disebabkan oleh pengembangan material. Faktor yang mempengaruhi pengembangan volume tanah penutup ini adalah ukuran butir, kadar air, dan bentuk butir. Volume material yang harus dipindahkan biasanya dihitung berdasarkan keadaan insitu. Untuk menghitung produksi setiap alat-gali, alat-muat, Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

26

dan alat-angkut yang digunakan, maka besarnya faktor pengembangan (swell factor) material harus diketahui karena yang ditangani oleh alatmuat dan alat-angkut adalah material lepas hasil penggalian. Untuk

menentukan

nilai

faktor

pengembangan

(swell

factor)

material dapat digunakan persamaan berikut :

Keterangan : SF

= Faktor pengembangan (swell factor) (%)

Vi

= Volume keadaan insitu (m3)

Vl

= Volume keadaan loose (m3)

ρi

= Density insitu (ton/m3)

ρl

= Density loose (ton/m3)

Sifat fisik material berpengaruh terhadap : 1. Pemilihan jenis alat yang akan dipergunakan dan taksiran produksi atau kapasitas produksinya. 2. Perhitungan volume pekerjaan. 3. Kemampuan kerja alat pada kondisi material yang ada. Jadi, dengan tidak sesuainya alat dengan kondisi material, akan menimbulkan kesulitan berupa tidak efisiennya alat yang otomatis akan menimbulkan kerugian karena banyaknya waktu yang hilang. 3.2.2 Berat Material (weight of material) 

Berat material (Tabel 3.1) yang akan diangkut oleh alat-angkut dapat mempengaruhi : 1. Kecepatan kendaraan dengan HP (Horse Power) mesin yang dimilikinya. 2. Membatasi

kemampuan

kendaraan

untuk

mengatasi

tahanan kemiringan dan tahanan gelinding dari jalur jalan yang dilaluinya. 3. Membatasi volume material yang dapat diangkut.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

27

Oleh sebab itu berat material harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap kapasitas alat-muat maupun alat-angkut 

Tahanan Gali (Digging Resistance) Tahanan gali adalah tahanan yang dialami oleh alat-gali pada waktu melakukan penggalian material, tahanan ini disebabkan oleh : 1. Gesekan antara alat-gali dan material. Pada umumnya semakin besar kelembaban dan kekasaran butiran material, semakin besar pula gesekan yang terjadi. 2. Kekerasan material yang umumnya bersifat menahan masuknya alat- gali ke dalam material. 3. Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran material. 4. Adanya adhesi antara material dengan alat-gali, dan kohesi antara butiran-butiran material itu sendiri. 5. Berat jenis material dan density; hal ini terutama sangat berpengaruh terhadap alat-gali yang juga berfungsi sebagai alatmuat.

Bauksit

Tabel 3.1 Bobot Isi dan Faktor Pengembangan dari Berbagai Material Bobot isi Sweel faktor (density (in - bank Macam lb/cu yd, correction Material 2700 - 4325 0.75 (75%) insitu) factor)

Tanah Liat, kering Tanah Liat, basah

2300 2800 - 2300

0.85 0.82 - 0.80

Antrasit (anthracite) Batubara Bituminus (bituminous coal) Bijuh Tembaga (cooper ore)

2200 1900 3800

0.74 0.74 0.74

Tanah Biasa, kering Tanah Biasa, basah

2800 3370

0.85 0.85

Tanah Biasa, bercampur pasir dan kerikil (gravel) Kerikil kering

3100 3250

0.90 0.89

Kerikil basah Granit, pecah-pecah

3600 4500

0.88 0.67 - 0.56

Hematit, pecah-pecah Bijih besi (iron ore), pecah-pecah Batu Kapur, pecah-pecah

6500 - 8700 3600 - 5500 2500 - 4200

0.45 -0.45 0.60 - 0.57

Lumpur Lumpur, sudah ditekan (packed)

2160 - 2970 2970 - 3510

0.83 0.83

Pasir, kering Pasir, basah

2200 - 3250 3300 - 3600

0.89 0.88

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

28

Serpih (shale) Batu sabak (slate)

3000 4590 - 4860

0.75 0.77

Sumber : Prof. Ir. Partanto Prodjosumarto,” Pemindahan Tanah Mekanis” ITB,Thn 2005



Tahanan Gelinding (Rolling Resistance) Tahanan gelinding adalah segala gaya-gaya luar (external forces) yang berlawanan dengan gerak kendaraan yang berjalan di atas jalur jalan atau permukaan material, dengan sendirinya mengalami tahanan (rolling resistance) ini secara langsung adalah bagian ban. Tahanan gelinding ini tergantung dari banyak hal, diantaranya yang terpenting adalah : 1. Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kemulusan permukaan, semakin keras dan mulus atau rata jalan tersebut, semakin kecil tahanan gelinding. Macamnya material yang digunakan untuk membuat jalan tidak selalu berpengaruh. 2. Keadaan

bagian

kendaraan

yang

bersangkutan

dengan

permukaan jalan : a. Kalau memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah : ukuran ban, tekanan dan keadaan permukaan bannya, apakah masih baru atau sudah gundul, dan macam kembangan pada ban tersebut. b. Jika memakai “crawler

pull”

“track” kurang berpengaruh,

maka keadaan dan macam

tetapi

yang

lebih

berpengaruh

adalah keadaan jalan. Nilai tahanan gelinding (rolling resistance) dapat diketahui dengan cara perhitungan menggunkan rumus di bawah ini :

RR

= W xr

Keterangan : RR

= Tahanan Gelinding (kg) W

= Berat Kendaraan (kg)

r

= Koefisien Tahanan Gelinding (Tabel 3.2)

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

29

Tabel 3.2 Koefisien Tahanan Gelinding

CRR Roda Besi

Roda Ban

Rel Besi

0.01

-

Beton

0.02

0.02

Jalan, Macadam

0.03

0.03

Perkerasan Kayu

0.03

-

Jalan Datar, tanpa perkerasan, kering

0.05

0.04

0.1

0.04

0.12

0.05

0.16

0.09

0.15

0.12

0.15

0.12

-

0.16

Tipe dan Keadaan Landasan

Landasan tanah kering Landasan tanah gembur Landasan tanah lunak Kerikil, tidak dipadatkan Pasir, tidak dipadatkan Tanah basah, lumpur

Sumber : Ir.Rochmanhadi “Alat-Alat Berat Dan Penggunaanya”,Tahun 1992

Besarnya tahanan dalam “kilogram” (kg) dari “tractive pull” yang diperlukan untuk menggerakkan tiap “gross ton” berat kendaraan beserta isinya pada jalur jalan mendatar dengan kondisi jalur jalan tertentu. 

Tahanan Kemiringan (Grade Resistance) Tahanan Kemiringan adalah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya, tahanan kemiringan tergantung pada dua faktor : 1. Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%) Kemiringan 1 % berarti jalur itu naik atau turun 1 meter untuk setiap jarak mendatar sebesar 100 meter atau naik/turun 1 ft untuk setiap 100 ft jarak mendatar. 2. Berat kendaraan itu sendiri yang dinyatakan dalam “gross ton” 3. Untuk mengetahui besar tahanan kemiringan maka dapat kita hitung dengan menggunakan rumus perhitungan dibawah ini :

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

30

GR

= W x %k

Keterangan : GR

= Tahanan Kelandaian (grade reistance) W

= Berat kendaraan

(kg) %k 

= Kelandaian (%)

Ketinggian dari Permukaan Air Laut atau Elevasi Ketinggian letak suatu daerah ternyata berpengaruh terhadap hasil kerja mesin, karena mesin tersebut bekerjannya dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur udara luar. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa semakin tinggi letak suatu tempat dari permukaan air laut, semakin rendah tekanan udaranya, sehingga jumlah oksigen semakin sedikit. Berarti mesin itu kurang sempurna bekerjanya. Dari pengalaman ternyata bahwa untuk mesin 4-tak (four cycle engines), maka kemerosotan tenaga karena berkurangnya tekanan,rata-rata adalah ± 3% dari HP di atas permukaan air laut untuk setiap kenaikan tinggi 1000 ft, kecuali 1000 ft yang pertama. Untuk mesin 4-tak ada salah satu cara yang sederhana dalam menentukan HP effektif pada suatu ketinggian tertentu, yaitu HP pada keadaan baku dikalikan dengan faktor koreksi (correction factor). Besarnya faktor koreksi tersebut dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan air laut dan temperatur (Tabel 3.3) Tabel.3.3 Faktor Koreksi Untuk bermacam-macam ketinggian dan temperatur

Ketinggian (ft) 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

110 0.954 0.920 0.887 0.885 0.825 0.795 0.767 0.738 0.712 0.686 0.675

90 0.971 0.937 0.904 0.872 0.840 0.809 0.781 0.752 0.725 0.699 0.682

70 0.991 0.955 0.921 0.888 0.856 0.825 0.795 0.767 0.739 0.713 0.687

Temperatur (suhu), F 60 50 40 1.000 1.008 1.018 0.964 0.974 0.984 0.930 0.938 0.948 0.896 0.905 0.914 0.865 0.873 0.882 0.833 0.842 0.849 0.803 0.811 0.82 0.775 0.782 0.79 0.746 0.754 0.762 0.720 0.727 0.734 0.699 0.707 0.717

20 1.039 1.003 0.968 0.933 0.859 0.867 0.836 0.806 0.776 0.748 0.722

0 1.062 1.025 0.988 0.952 0.918 0.885 0.853 0.823 0.793 0.764 0.737

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

-20 1.085 1.048 1.01 0.974 0.938 0.904 0.872 0.84 0.811 0.782 0.752

31

E. Memperkirakan Produksi Alat Muat Pengamatan terhadap gerakan dan waktu pemuatan (loading time) alat-muat meliputi berapa bagian, yaitu : 1. Waktu menggali (digging time) 2. Waktu putar/isi (swing time/loaded) 3. Waktu pengosongan/tumpah (dumping time) 4. Waktu putar/kosong (swing time/empty) Cara Perhitungan waktu pemuatan (loading time)1 :

Lt = A + B + C + D

Keterangan : Lt

= Waktu Pemuatan (loading time) (detik)

A

= Waktu menggali (digging time) (detik)

B

= Waktu putar isi (swing time/loaded) (detik)

C

= Waktu menumpahkan material (dumping time ) (detik)

D

= Waktu putar kosong (swing time/empty) (detik)

Waktu menggali dihitung mulai, bucket dari alat-muat menyentuh permukaan tanah yang siap untuk menggali dan berakhir bila bucket dari alat-muat terisi penuh. Waktu berputar terus dihitung hingga bucket dari alat-muat mulai menumpahkan muatannya kedalam dump truck. Waktu pengosongan terus dihitung hingga muatannya habis ditumpahkan. Sedangkan waktu berputar bucket dalam keadaan kosong dihitung terus, hingga posisi bucket dari alatmuat kembali dan siap untuk melakukan pemuatan selanjutnya. Faktor pengisian (fill factor)6 adalah perbandingan antara volume material yang

dapat ditampung terhadap kemampuan tampung secara teoritis.

Faktor pengisian ini dapat mempengaruhi produksi alat-muat, dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan : FFm

= Faktor pengisian (Fill Factor) alat-muat (%)

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

32

Vn

= Volume bucket nyata (m3)

Vt

= Volume bucket teoritis (m3)

Secara teori untuk menghitung produksi alat-muat adalah :

Keterangan : Pm

= Kemampuan produksi alat-muat, (ton/jam)

Hm

= Kapasitas alat-muat (m3)

FFm

= Fill Factor alat-muat (%)

Em

= Effisiensi kerja alat-muat (%)

rl

= Density loose material, (ton/m3)

CT

= Waktu pemuatan (Loading time), (detik)

F. Memperkirakan Produksi Alat Angkut Pengamatan terhadap gerakan dan waktu edar (cycle time) alat- angkut meliputi beberapa bagian diantaranya : Waktu edar alat-angkut, dalam hal ini dump truck dihitung dari gerakan : 1. Waktu untuk pengisian bak (loading time) 2. Waktu untuk mengangkut material (hauling time) 3. Waktu untuk mengosongkan bak (dumping time) 4. Waktu kembali kosong (returning time) 5. Waktu atur posisi dan tunggu pemuatan (spot and delay time )

Ct = A + B+ C + D + E Keterangan : Ct

= Waktu edar (cycle time), (detik)

A

= Waktu pengisian bak (loading time) (detik)

B

= Waktu mengangkut material (hauling time) (detik)

C

= Waktu menggosongkan bak (dumping time) (detik)

D

= Waktu kembali kosong (returning time) (detik)

E

= Waktu atur posisi dan tunggu pemuatan (spot and delay time) (detik)

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

33

Waktu pengisian dihitung mulai alat-muat menumpahkan muatan ke dalam dumpt truck dan berakhir bila dump truck bergerak dari tempat alat-muat, dimana waktu pengangkutan mulai dihitung hingga dump truck berhenti pada tempat penimbunan (disposal) maupun stockpile, waktu pengosongan dihitung termasuk waktu berputar, mundur dan mengosongkan muatan. Sedangkan waktu kembali ditentukan bila dump truck bergerak dari tempat penimbunan (disposal) atau stockpile dan berakhir bila berhenti pada tempat pengisian di depan alat-muat. Waktu menunggu termasuk waktu yang dibutuhkan untuk penyesuaian pada posisi pengisian. Untuk faktor pengisian (fill factor) alat-angkut1 (dump truck) dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan : FFa

= Faktor pengisian (Fill Factor) alat-angkut (%)

np

= Jumlah pengisian dari alat-muat

FFm

= Faktor pengisian (Fill Factor) alat-muat (%)

Hm

= Kapasitas alat-muat (m3)

Ha

= Kapasitas alat-angkut (m3)

Secara teori untuk menghitung produksi alat-angkut adalah :

Keterangan : Pa

= Kemampuan produksi alat-angkut, (ton/jam)

Ha

= Kapasitas alat-angkut (m3)

FFa

= Faktor pengisian (Fill Factor) alat-angkut (%)

Ea

= Effisiensi kerja alat-angkut (%)

ρl

= Density loose (ton/m3)

Ct

= Waktu Edar (cycle time), (menit)

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

34

G. Keserasian Alat-Muat dan Alat-Angkut (Match Factor) Keserasian kerja yang dimaksud ini adalah bahwa keserasian antara alat-muat

yang

berkerja

sama

dengan

alat -angkut,

yang diharapkan

adalah effisiensi 100%. Hal ini berarti alat-muat maupun alat- angkut tidak pernah menunggu tanpa rencana. Keserasian alat-muat dan alat-angkut pada kegiatan penambangan dapat diketahui dengan cara menghitung besarnya match factor (faktor keserasian) alat-muat dan alat-angkut. Besarnya nilai match factor adalah: 1. MF < 1, berarti alat-muat akan sering menunggu atau berhenti. 2. MF = 1, berarti kedua alat sudah serasi (synchron), kedua alat akan sama sibuknya atau tidak perlu ada yang menunggu 3. MF > 1, berarti alat-angkut yang akan sering menunggu. Besarnya match factor dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

Keterangan: na

= Jumlah alat-angkut (unit)

Lt

= Loading time alat-muat (menit)

nm

= Jumlah alat-muat (unit)

Ct

= Cycle time alat-angkut (menit)

MF

= Match Factor

H. Efisiensi Alat Kerja Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen (%) dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dipergunakan untuk kerja produktif, dinyatakan dengan persamaan :

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

35

Keterangan : W

: Jam kerja, yaitu waktu yang benar-benar digunakan untuk bekerja termasuk dari tempat kerja, dinyatakan dalam jam.

R

: Jam reparasi (waktu perbaikan), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan, penggantian suku cadang,dinyatakan dalam jam.

S

: Waktu menunggu, yaitu waktu dimana suatu alat tersedia untuk dioperasikan, tetapi tidak digunakan karena alasan tertentu seperti hujan deras, tempat kerja belum siap, pengisian bahan bakar dan sebagainya, dinyatakan dalam jam.

3.3.6 Pengolahan Bahan Galian Nikel Laterit Kegiatan pengolahan bahan galian ini bertujuan untuk meningkatkan kadar FeNi yang menjadi produk dari PT Antam Tbk. UBPN Sultra. Secara umum proses pengolahan bijih nikel meliputi beberapa tahap yakni pengeringan, kalsinasi, peleburan atau smelting, coverting dan granulation. A. Pengeringan (Drying) Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal

dari

konsentrat

dengan

cara

penguapan

(evaporization/evaporation).Peralatan atau cara yang dipakai ada bermacammacam, yaitu antara lain: a.

Hearth type drying/air dried/air baked, yaitu pengeringan yang dilakukan di atas lantai oleh sinar matahari dan harus sering diaduk (dibolak-balik).

b.

Shaft drier, ada dua macam, yaitu : 

tower drier, material (mineral) yang basah dijatuhkan di dalam saluran silindris vertikal yang dialiri udara panas (800 – 1000).



rotary drier, material yang basah dialirkan ke dalam silinder panjang yang diputar pada posisi agak miring dan dialiri udara panas yang berlawanan arah.

B. Kalsinasi Tujuannya untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi. Setelah proses drying, bijih nikel yang tersimpan di gudang bijih kering pada dasarnya belumlah kering secara sempurna, karena itulah tahapan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bebas dan air kristal serta mereduksi nikel oksida menjadi nikel Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

36

logam. Proses ini berlansung dalam tanur reduksi atau disebut rotary kiln. Bijih dari gudang dimasukkan dalam tanur reduksi dengan komposisi pencampuran menggunakan ratio tertentu untuk menghasilkan komposisi silika magnesia dan besi yang sesuai dengan operasional tanur listrik. Selain itu dimasukkan pula batubara yang berfungsi sebagai bahan pereduksi pada tanur reduksi maupun pada tanur pelebur. Untuk mengikat nikel dan besi reduksi yang telah tereduksi agar tidak teroksidasi kembali oleh udara maka ditambahkanlah belerang. Hasil akhir dari proses ini disebut kalsin yang bertemperatur sekitar 700o C. C. Peleburan atau Smelting Pada tahap ini, calcine akan dilebur di dalam tungku lebur yakni electric arc furnace. Kalsin dilebur menjadi Fe/Ni yang memiliki kualitas tertentu. Selain itu, pada tahap ini juga dihasilkan slag atau pengotor. Tahap ini menghasilkan crude sekitar 27%. Lalu crude ditampung dalam ladle untuk selanjutnya ditransfer menuju converter. D. Pemurnian atau Converting Proses converting megnhasilkan crude dengan kadar nikel tinggi yang dihasilkan dari dapur listrik EAF. Kadar nikel naik setelah proses converting, sedangkan kadar besi dalam crude cair turun. Jadi, proses converting merupakan proses pemurnian cair. Converting dilakukan dalam Top Blown Type Rotary Converter (TBRC) atau dalam Pierce Smith Converter. Pada tahap ini kadar nikel dalam cair ditingkatkan sehingga mencapai 20%. Sedangkan kadar besi menjadi 80%. E. Granulating Proses granulasi merupakan tahap akhir dari pengolahan bijih nikel menjadi FeNi. FeNi cair dari proses converting ditransfer menggunakan ladle ke lokasi granulasi. Pada proses granulasi, crude cair disemprot dengan air bertekanan tertentu. Crude cair akan membeku dalam granul-granul atau partikel-partikel kecil.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

37

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN KEGIATAN

Kegiatan penambangan di 3 bukit yang beroperasi di PT. Antam secara garis besar dimulai dari : 1.

Modelling hasil eksplorasi Data hasil pengeboran terdahulu menjadi modal awal untuk modelling, namun data pengeboran tersebut hanya menjadi acuan saja dikarenakan tingkat homogen bijih yang sangat kecil sehingga PT. Antam melakukan metoda SM menurut block model yang dibuat

2.

Land Clearing Keadaan endapan nikel laterit biasanya terletak dibawah hutan atau pohonpohon yang harus terlebih dahulu disingkirkan. PT. Antam menggunakan Bulldozer untuk menyingkirkan vegetasi yang tumbuh diatas endapan Nikel.

3.

Pengupasan Top Soil Endapan nikel laterit di PT. Antam berada di bawah tanh penutup yang menurut visualisasi di lapangan berwarna coklat kemerahan. Tanah tersebut biasa disebut Tanah Merah.

4.

Stripping Overburden Zona limonit yang mempunyai ketebalan bervariasi dari 1-3 meter bukan merupakan tujuan PT. Antam untuk ditambang. Maka zona itu disebut Overburden yaitu bagian yang bukan merupakan tujuan. Overburden tersebut dikupas degan menggunakan buldozer dan kemudian dipindahkan dengan dumptruck untuk kemudian disimpan di Waste Dump.

5.

Perencanaan Produksi Departemen mineplan membuat rencana produksi mingguan untuk dijadikan target produksi di lapangan

6.

Analisa Selective Mining (SM) Dalam melakukan penambangan PT. Antam terlebih dahulu melakukan SM. Dalam hal ini excavator menggali beberapa titik dengan acuan peta Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

38

block model yang sudah ditentukan oleh pengawas front. Titik tersebut dilakukan sampling dan kemudian dikirim ke lab preparasi dan instrument untuk kemudian dianalisa kadarnya. 7.

Penambangan (execute) Proses gali-muat-angkut dilakukan PT. Antam dengan menggunakan Bulldozer, Backhoe, Dumptruck. Backhoe terlebih dahulu melakukan penggalian pada daerah yang terlah di SM, terkadang bulldozer datang untuk membantu memindahkan ke front dekat tempat truck bermanuver. Kemudian endapan bahan galian tersebut diangkut kedalam DT dan kemudian di bawa ke penimbangan lalu ke stockyard. Bulldozer yang tidak sedang membantu excavator tudaj beada jauh dari area front kerja untuk memelihara jalan produksi.

8.

Backfilling, Land Preparation, & Top Soiling Bukit/front yang telah selesai diproduksi tidak ditinggalkan begitu saja. PT. Antam melakukan reklamasi dimulai dengan memindahkan OB yang dahulu sudah disimpan, namun OB biasanya tidak subur untuk ditanami oleh tanaman. OB yang sudah di backfilling kemudian ditumpuk dengan Top Soil yang mudah di tanami oleh tumbuhan.

9.

Reklamasi Lahan yang telah disiapkan sebelumnya kemudian di manfaatkan kembali tergantung kepada departemen pengolahan maupun DPRD yang meminta. Beberapa lahan kembali dilakukan penghijauan namun ada juga lahan yang dialih fungsikan.

4.1 LAND CLEARING Sebelum dilakukan penambangan dilakukan terlebih dahulu pembersihan lahan yang dilanjutkan dengan pengupasan top soil dan overburden. Untuk kegiatan developmen tersebut di bukit Cheerokee, Ranger, dan Humvee menggunakan 2 unit Bulldozer Komatsu tipe D85E-SS.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

39

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.1 Kegiatan Land Clearing pembersihan lahan

Berbeda dengan di daerah tambang utara, pada tambang selatan (bukit Triton) kegiatan land clearing tidak banyak dilakukan. Hal itu dikarenakan pada bukit triton kegiatan tersebut sudah lama dilakukan.

4.2 Stripping dan Pengangkutan Overburden Setelah

dilakukan

pembersihan

lahan,

tanah

penutup

diangkut

menggunakan 1 unit Excavator tipe PC-200 dan 3 buah Dumptruck Hino tipe FM260TI yang di bukit Humvee dan 1 unit Excavator tipe PC-200 dan 3 buah Dumptruck Hino tipe FM260TI di bukit Cheerokee. Kegiatan di bukit Ranger dan Humvee dilakukan bergantian, apabila di bukit Humvee sedang melakukan pengangkutan OB maka produksi dilakukan di Ranger dan sebaliknya.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

40

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.2 Pengangkutan OB Bukit Humvee

OB yang diangkut tidak masuk ke timbangan, namun di dumping di wastedump. Sehingga untuk 1 siklus pengangkutan OB dan Topsoil adalah Front – Wastedump – Front. OB dan Topsoil disimpan untuk sementara di wastedump yang nantinya akan digunakan untuk backfilling di daerah bukit 2.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.3 Kegiatan Backfilling Di Daerah Bukit 2

Berbeda hal dengan bukit Triton. Pada bukit tersebut tidak dilakukan kegiatan developmen selama periode kegiatan kerja praktek dikarenakan keadaan bukit tersebut yang sudah terkupas OB dan Topsoilnya. Sehingga seluruh alat berat yang berada di bukit tersebut dikerahkan untuk produksi bijih.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

41

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.4 Lansekap Bukit Triton

4.3 Perencanaan Produksi Parameter pembuatan pit di PT. Antam untuk bukit Ranger, Cherokee, dan Humvee adalah kemiringan 70° dengan ketinggian 7 meter. Hal tersebut merupakan optimasi untuk memperoleh sebaran bijih yang ekonomis. Realisasi dilapangan untuk kemiringan lereng adalah 60° dengan ketinggian 6 meter sehingga masih tergolong aman.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.5 Alat Pengukur Kemiringan

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

42

Data eksplorasi yang dilakukan oleh Unit Eksplorasi Geomin kemudian diserahkan kepada departemen mining dan akan dibuat block modelnya. Block model tersebut lalu digunakan untuk membuat perhitungan cadangan serta rencana penambangannya. Block pada PT. Antam dikategorikan menjadi 6 golongan warna berdasarkan perbedaan kandungan nikel yang terkandung.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Gambar 4.1 Block Model

Cut Of Grade (COG) yang telah ditetapkan oleh PT. Antam adalah 1,8 % untuk nikel. Angka tersebut mengacu pada feed yang dapat diterima oleh pabrik pengolahan. Namun biasanya para pengawas mempunyai target tersendiri untuk menghindari adanya delusi yang terjadi. Setelah block model terbentuk, peta block model adalah acuan untuk memulai penambangan. Pit Design dibuat mengikuti block model yang ada, boundary tersebut kemudian dikirim kepada pengawas tambang untuk selanjutnya dilakukan land clearing, stripping OB dan lainnya. Keadaan visual harus disesuaikan dengan peta yang diberikan. Untuk mengkontrol kadar yang akan ditambang, maka dilakukanlah sampling Selective Mining. Data sampling tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk diketahui kadarnya dan dijadikan acuan untuk menambang pada hari berikutnya.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

43

Tabel 4.1 klasifikasi warna block model terhadap kadar Ni

Warna Blok Waste

Kadar Nikel Ni 2%

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Untuk memudahkan kegiatan penambangan dilapangan, maka dibuat weekly plan yang berisikan panduan untuk kegiatan development dan penambangan bijih nikel. Rencana jangka pendek tersebut berisikan tentang target produksi/development, jumlah alat yang digunakan dan blok-blok yang akan ditambang. Weekly Plan 23 - 29 Agustus 2014 Number of day Numb of Shift no

6 1 @8hrs Lokasi

A. Development 1 9N1 2 Humvee 3 Cherokee

C. Production 1 Ranger 2 Ranger 3 Cherokee 4 Cherokee 5 Humvee 6 Humvee 7 Triton (Ti1)

D. Mine Services 1 Ranger, 9N1 & humvee 2 Ranger, 9N1 & humvee 3 Cherokee (7) 4 Cherokee (7)

Deskripsi

Plan

unit

Equipment 1 PC + 1 BD + 3 DT 1 PC + 1 BD + 3 DT 1 PC + 1 BD + 3 DT

OB/Waste Stripping; dump to 9N2WD OB/Waste Stripping; dump to 9N2WD OB/Waste Stripping; dump to 6WD

6,000 7,000 11,500

ton ton ton

Total Stripping Total Clearing

24,500 -

ton m2

Ore Getting Biru Ore Getting hijau Ore Getting Biru Ore Getting hijau Ore Getting Biru Ore Getting hijau Ore Getting

1,500 1,200 5,100 8,500 7,150 2,500 6,600

ton ton ton ton ton ton ton

Total Production

32,550

ton

Pemeliharan jalan dan Drainase Pembenahan Wastedump 9N2WD Pemeliharan jalan dan Drainase Pembenahan Wastedump 6WD

100 100 100 100

Remarks

1 PC + 1 BD + 5 DT 1 PC + 1 BD + 5 DT 1 PC + 1 BD + 7 DT 1 PC + 1 BD + 7 DT 1 PC + 1 BD + 5 DT 1 PC + 1 BD + 5 DT 1 PC + 1 BD + 6 DT

% % % %

1 GD 1 BD 1 GD 1 BD

Mine Engineer

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Gambar 4.2 Contoh Weekly plan

4.4

Kegiatan Penambangan Kegiatan penambangan di tambang utara dilakukan bertahap dari blok ke

blok lain dengan acuan data SM hari sebelumnya. Ore tersebut ditambang apabila kadarnya > 1,8% yang mana COG yang telah ditentukan. Ore yang Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

44

memiliki kadar > 1,8% akan masuk pada transito, yaitu suatu tempat sementara yang digunakan untuk menyimpan ore sementara yang nantinya akan masuk kedalam pabrik sebagai umpan. 4.4.1 a.

Alat Yang Digunakan

Excavator Backhoe PC-200 Excavator yang digunakan adalah komatsu PC-200 dengan tipe tracks dengan FF sebesar 1,05. Excavator jenis ini sangat cocok digunakan di daerah pomalaa karena ukurannya yang tidak terlalu besar sehingga mobilisasi excavator tergolong mudah. Selain hal tersebut kondisi tanah yang lembek juga menguntungkan untuk alat berat yang tidak terlalu besar.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.6 Komatsu PC-200

Pekerjaan yang dapat dilakukan PC-200 diantaranya adalah : Development D1 : Land Clearing D2 : Stripping/Mengangkut OB atau Top Soil D3 : Memelihara Jalan akses D4 : Memelihara paritan atau Pond/ Check Dam D5 : Membentuk Bench atau Lereng D6 : Menimbun atau Merapikan suatu lokasi dengan OB/ Top soil/Boulder D7 : Memindahkan bijih/OB/TS dari tumpukan X ke lokasi lain D8 : Perjalanan/memindahkan alat berat ke lokasi lain D9 : Merapikan tumpukan Bijih di stockyard Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

45

D10 : Memecah/Menggali/Memuat boulder ke DT D11 : Mixing Ore D12 : Pengambilan Conto SM D13 : Membuat jalan akses D14 : Membuat Paritan/Pond/Check Dam Produksi P1 : Menambang Bijih b.

Excavator Hydraulic Rock Breaker (PC-200 Breaker) Terkadang dalam zona saprolit ditemukan boulder besar yang dapat menghambat kinerja Excavator Backhoe maupun Dumptruck. Maka Excavator PC-200 HRB digunakan untuk memecah batuan keras agar dapat dengan mudah diangkut ke Dumptruck.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.7 Komatsu Excavator PC - 200 HRB

c.

Bulldozer Bulldozer yang digunakan adalah Komatsu tipe D85E-SS untuk kegiatan supporting dan produksi, adapun kegiatanya seperti : Produksi P1 : Menambang bijih Development D1 : Land Clearing D2 : Stripping/Mengangkut OB atau Top Soil D3 : Memelihara Jalan akses Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

46

D5 : Membentuk Bench atau Lereng D6 : Menimbun atau Merapikan suatu lokasi dengan OB/ Top soil/Boulder D7 : Memindahkan bijih/OB/TS dari tumpukan X ke lokasi lain D9 : Merapikan tumpukan Bijih di stockyard D13 : Membuat jalan akses

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.8 Komatsu tipe D85E-SS

d.

Dump Truck (DT) DT yang digunakan oleh PT. Antam adalah jenis Rigid Dump Truck. DT yang digunakan tergolong kecil karena kapasitas baknya kurang dari 25 ton. DT yang digunakan PT. Sarana Jaya Sultra selaku Kontraktor adalah Hino tipe FM260TI. Dalam satu siklus biasanya DT dapat mengangkut 12-13 bucket pada Excavator backhoe dengan berat rata-rata 18 - 20 ton dengan kecepatan rata – rata 40 Km/Jam. Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh DT seperti : Production P1 : Menambang bijih Development D2 : Stripping/Mengangkut OB atau Top Soil

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

47

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.9 Dump Truck Hino tipe FM260TI

e.

Motor grader Alat ini berfungsi untuk memelihara jalan tambang dan jalan produksi yang tidak dilakukan pengerasan seperti jalan – jalan di dekat front. Motor Grader yang digunakan adalah Komatsu Time GD 505 dan GD 03.

f.

Mobil Penyiram Debu saat terik matahari bijih di front menjadi debu dan mengganggu penglihatan serta pernafasan. Hal tersebut dapat mengurangi produktivitas operator alat berat, maka tiap beberapa jam sekali dilakukan penyiraman air agar menghilangkan debu yang mengganggu. Alat yang digunakan adalah Watertank Hino tipe FM260TI.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.10 Watertank Hino tipe FM260TI Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

48

4.4.2 Bukit Ranger dan Humvee

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.11 Lansekap Bukit Ranger

Bukit Ranger dan Humvee merupakan beberapa bukit yang terletak di daerah tambang utara. Setiap front tambang terdapat shift foreman atau pengawas, checker yang bekerja untuk mengawasi serta mencatat equipment time sheet, dan operator yang bekerja mengoperasikan alat berat. Operator tersebut bekerja sesuai rencana yang telah diberikan oleh shift foreman untuk melakukan kegiatan produksi atau development Kedua bukit ini dilakukan penambangan secara bergantian. Terdapat 2 unit Bulldozer Komatsu tipe D85ESS, 2 unit Excavator tipe PC-200 dan 3 unit Dumptruck Hino tipe FM260TI yang digunakan untuk kegiatan development. Selagi dilakukan development di bukit Humvee untuk mempersiapkan produksi, produksi dilakukan di bukit Ranger dan sebaliknya. Untuk bukit Ranger luas seluruh bukitnya adalah 7,8767 Ha dan untuk bukit Humvee mempunyai luas sebesar 6,3251 Ha. Kedua bukit ini mempunyai target produksi harian sebesar 1.700 ton/hari dengan kadar ore >1,8%. Sedangkan untuk kadar dibawah 1,5% ditimbun di wastedump. Untuk kegiatan produksi pada kedua bukit ini digunakan 1 unit Excavator tipe PC-200 dan 5 unit Dumptruck Hino tipe FM260TI. 1 siklus yang dilakukan oleh DT di kedua bukit ini adalah Loading – Hauling (full loaded) – Timbangan isi - Transito (dumping) – Timbangan kosong – Front.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

49

Ket. Gambar : (1) Front kerja (2) Timbangan (3) Stockyard Transito Sumber : Global Positioning System

Gambar 4.3 Sketsa Perjalanan Siklus Dump Truck Bukit Humvee

Kendala yang biasa ditemukan pada bukit Ranger adalah air tanah. Apabila pit yang di gali sudah terlalu dalam biasanya muncul air tanah yang dapat mengganggu produktivitas. Namun kondisi tanah serta batuan yang terdapat di bukit ini memiliki porositas yang baik sehingga PT. Antam memutuskan tidak menggunakan Pompa untuk mengatasi hal tersebut. Air yang tergenang kemudian dibiarkan karena akan menyerap dengan sendirinya. Selain hal tersebut pada saat periode Kerja Praktek salah satu timbangan yang dimiliki PT. Antam mengalami kerusakan. Hal tersebut mengakibatkan dalam setiap siklusnya terdapat waktu tunggu sekitar 2-3 menit.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.12 Kondisi Air Salah Satu Pit di Bukit Ranger Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

50

4.4.3 Bukit Cherokee Bukit cherokee memiliki luas sebesar 12,138 Ha juga terletak di daerah tambang utara, letak bukit ini tidak jauh dari bukit Ranger. Target produksi bukit adalah 1700 ton/hari. Berebeda dengan bukit sebelumnya. Kondisi air tidak menjadi masalah pada bukit ini. Pada bukit alat yang digunakan untuk kegiatan produksi adalah 1 unit Excavator tipe PC-200 dan 7 unit Dumptruck Hino tipe FM260TI. 1 siklus yang dilakukan oleh DT di bukit ini adalah Loading – Hauling (full loaded) – Timbangan isi - Transito (dumping) – Timbangan kosong – Front.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.13 Lansekap Bukit Cherokee

Walaupun jumlah alat yang dipakai berbeda, namun target produksi yang diberikan pada bukit ini sama dengan bukit sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan akses ke bukit ini yang tidak mudah jarak yang jauh dari timbangan maupun stockyard transito menjadi kendala pada bukit ini. Endapan bahan galian yang terdapat pad bukit cherokee mempunyai sedikit boulder atau batuan keras, Hal tersebut menandakan daerah ini pelapukannya merata dan baik pada zona saprolitnya. Keadaan seperti itu bisa disebabkan oleh topografi dan kondisi air tanah yang membantu pelapukan. Pada daerah ini cenderung landai sehingga air bergerak lambat dalam membantu pelapukan pada batuan dasar dan zona saprolit.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

51

Ket. Gambar : (1) Front kerja (2)Timbangan (3) Stockyard Sumber : Global Positioning System

Gambar 4.4 Sketsa Perjalanan Siklus Dump Truck Bukit Cherokee

4.4.4 Bukit Triton Bukit ini terletak pada tanjung leppe wilayah tambang selatan daerah ini terpisah dari dua bukit sebelumnya. Karakteristik endapan bahan galian pada bukit ini berbeda dengan daerah tambang utara. Pada daerah ini karakteristik endapan bahan galiannya bongkah-bongkah batuan besar (saprock). Luas bukit ini adalah 20,5316 Ha dengan Luas bukaan tambang sebesar 11,4105 Ha.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.14 Boulder di Daerah Bukit Triton

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

52

Target produksi di di bukit Triton adalah 1.500 ton/hari. Ore yang telah ditambang sementara ditampung di stockyard dan kemudian diangkut ke pelabuhan untuk dilakukan pengapalan. Ore yang didapat dari bukit triton diangkut ke pabrik menggunakan tongkang yang dilakukan per 5000 ton ore. Penambangan di bukit ini sangat bergantung kepada visualisasi ore oleh operator, pengawas, dan sampling karena data bor terdahulu sudah tidak representatif.

Ket. Gambar : (1) Front kerja (2) Stockyard Transito Sumber : Global Positioning System

Gambar 4.5 Sketsa Perjalanan Siklus Dump Truck Bukit Triton

Penambangan pada setiap titik di bukit ini dibatasi hingga 10 siklus dumptruck saja untuk menghindari ketidakyakinan sumberdaya yang terdapat karena acuan penambangan di bukit ini hanya mengandalkan data SM dan Face Sampling. Karena tidak adanya sarana timbangan, maka untuk menghindari ketidaksesuaian data, untuk 1 siklus dumptruck biasa hanya di isi 10 bucket excavator saja PT. Antam sudah memiliki acuan dan kalibrasi untuk tambang selatan bahwa 1 bucket excavator = 1,54 ton ore. Keberadaan excavator HRB sangat penting di bukit ini terkadang Breaker menyiapkan ore yang akan diangkut oleh excavator backhoe. Karena posisi bukit yang bersebelahan dengan laut menyebabkan angin yang berada di bukit ini juga besar dan membuat banyak debu. Maka dari itu penyiraman di bukit ini sering dilakukan. Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

53

Bukit Triton sebenarnya merupakan Existing mining karena dulunya sudah pernah ada yang melakukan kegiatan penambangan. Dalam hal ini sebenarnya PT. Antam menambang ore yang dahulu tidak memenuhi COG dan disimpan karena dianggap waste. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan di daerah ini sudah jarang ditemukan zona limonit dan saprolit. Ore yang terdapat pada bukit ini mempunyai kelebihan pada kandungan basicity yang tinggi, sehingga ore dari bukit ini sering dijadikan campuran dengan ore yang berasal dari pomalaa (Tambang Utara). Basicity adalah perbandingan unsur basa dalam hal ini (CaO + MgO) dengan unsur asam (SiO2). 4.4.5

Produktivitas Alat Produktivitas alat meliputi :

MA : Mechanical Availibility adalah presentase antara working hour dengan penjumlahan working hour dan repair. PA : Physical Availability adalah kondisi yang menunjukan keadaan fisik suatu alat (kondisi alat). UA : Use Availability

merupakan kondisi yang menunjukan persentasi

penggunaan alat. EA : Effective Utilization adalah perbandingan antara working hour dengan penjumlahan antara working hour, delay dan repair. 4.4.4.1 Bukit Humvee Data efisiensi alat dihitung dari pengolahan data equipment time sheet yang ditinjau dari Mechanical Availbility (MA), Phisical Availability (PA), Use Availability (UA), dan Effective Utilization (EA). Berikut tabel yang didapat dari pengolahan data tersebut : Tabel 4.2 Efektifitas Alat Gali-Muat dan Angkut di Bukit Humvee

ALAT DUMPTRUCK EXCAVATOR

W 136:05 189:25

R 2:24 5:45

S 26:44 26:30

MA 98,54 86,46

PA 98,70 97,4

UA 83,34 87,94

EA 82,25 85,61

Sumber : Kerja Praktek 2014 di PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Data yang didapat dari perhitungan equipment time sheet untuk efektifitas alat Gali-Muat sebesar 85,61% dan alat Angkut sebesar 82,25%. Swell factor didapatkan dari perhitungan yang dilakukan oleh PT. Antam, yaitu : (

)

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

54

Kapasitas bucket alat gali-muat berdasarkan spesifikasi alat kompatsu PC – 200 adalah 0,93 M³. Cycle Time alat gali-muat yang didapat adalah 11,47 detik. Tabel 4.3 Cycle Time Excavator Back Hoe PC – 200 di Bukit Humvee

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Digging 3,91 4,04 3,69 3,39 2,46 4,29 3,86 3,16 3,81 3,73 2,99 3,31 3,41 4,61 3,45 4,21 4,32 3,94 2,67 4,52 4,69 3,85 3,9 4,56 3,19 3,19 2,44 3,42 4,25 2,83

Time Swing Loaded Loading 2,73 1,82 2,34 2,84 2,61 2,73 2,5 1,83 2,76 1,95 2,85 1,77 3,16 2,04 3,08 2,14 3,39 2,11 2,9 2,21 2,75 1,96 3,14 2,25 3 2,89 2,87 1,68 2,79 1,75 2,59 1,79 3,1 1,74 2,28 2,09 2,55 1,8 2,49 2,85 2,68 2,09 3,72 2,62 3,09 2,36 2,59 2,57 2,7 2,68 2,01 1,93 2,78 3,06 3,78 1,87 3 2,31 3,21 1,59

Swing Empty 3,55 2,62 2,54 2,64 4,08 3,24 3,12 3,46 2,94 3,02 2,75 2,43 2,06 1,77 3,92 2,46 4,65 1,79 1,72 2,01 3,16 2,09 2,22 2,19 5,16 1,55 2,2 2,26 3,46 2,19 Average

Cycle Time (s) 12,01 11,84 11,57 10,36 11,25 12,15 12,18 11,84 12,25 11,86 10,45 11,13 11,36 10,93 11,91 11,05 13,81 10,1 8,74 11,87 12,62 12,28 11,57 11,91 13,73 8,68 10,48 11,33 13,02 9,82 11,47

Sumber : Kerja Praktek 2014 di PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

55

Produktivitas didapat dari penghitungan :

(

)

( )

Untuk alat gali-muat di bukit Humvee didapat perolehan produktivitas sebesar 3710,34 ton/hari. Tabel 4.4 Cycle Time Dumptruck Hino FM260Ti di Bukit Humvee.

Kode Alat

Spotting (s)

Loading (menit)

DT59 DT47 DT80 DT75 DT93 DT59 DT47 DT80 DT75 DT93 DT59 DT47 DT80 DT75 DT93

00:10,4 00:18,6 00:42,2 00:44,0 00:48,0 00:11,5 00:39,5 00:42,5 00:25,7 00:26,9 00:08,3 00:31,7 00:10,8 00:49,5 00:15,0

01:55,2 01:59,4 01:52,3 02:08,0 02:20,0 02:06,0 02:01,4 02:05,1 01:46,8 01:52,8 02:04,2 02:06,5 01:58,9 01:52,4 01:57,6

Start Travelling (Waktu) 7:33 AM 7:35 AM 7:37 AM 7:40 AM 7:43 AM 7:49 AM 7:59 AM 7:54 AM 7:58 AM 8:04 AM 8:14 AM 8:17 AM 8:23 AM 8:36 AM 8:31 AM

End Travelling (Waktu) 7:46 AM 7:47 AM 7:52 AM 7:55 AM 8:01 AM 8:12 AM 8:13 AM 8:21 AM 8:22 AM 8:28 AM 8:39 AM 8:46 AM 8:52 AM 9:02 AM 9:01 AM

Travelling (m) 0:13:00 0:12:00 0:15:00 0:15:00 0:18:00 0:23:00 0:14:00 0:27:00 0:24:00 0:24:00 0:25:00 0:29:00 0:29:00 0:26:00 0:30:00

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

Cycle Time (m) 0:15:06 0:14:18 0:17:34 0:17:52 0:21:08 0:25:17 0:16:41 0:29:48 0:26:12 0:26:20 0:27:13 0:31:38 0:31:10 0:28:42 0:32:13

56

DT59 DT47 DT80 DT75 DT59 DT75

00:17,2 18:30,0 00:13,9 00:10,6 19:34,0 00:35,2

02:11,9 8:42 AM 01:46,5 8:49 AM 01:57,8 8:54 AM 02:14,2 9:04 AM 03:02,5 9:12 AM 01:23,7 9:15 AM Cycle Time Average

9:08 AM 9:17 AM 9:25 AM 9:35 AM 9:30 AM 9:37 AM

0:26:00 0:28:00 0:31:00 0:31:00 0:18:00 0:22:00

0:28:29 0:48:17 0:33:12 0:33:25 0:40:36 0:23:59 0:27:06

Sumber : Kerja Praktek 2014 di PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Sedangkan untuk alat angkut perhitungannya adalah : ( ) Ha (kapasitas Bak DT) = 20 ton = 12,5 M³ (

)

Untuk alat angkut di bukit Humvee didapat perolehan produktivitas sebesar 1603,51 ton/hari. 4.4.4.2 Bukit Cherokee Tabel 4.5 Efektifitas Alat Gali-Muat dan Angkut di Bukit Cherokee

ALAT DUMPTRUCK EXCAVATOR

W 118:06 210:54

R 13:42 8:00

S 22:23 30:27

MA 90,74068 90,47

PA (%) 92,098 96,74

UA (%) 84,21399 87,44

EA (%) 77,5266 84,59

Sumber : Kerja Praktek 2014 di PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Data yang didapat dari perhitungan equipment time sheet untuk efektifitas alat Gali-Muat sebesar 77,53% dan alat Angkut sebesar 84,59%. Cycle Time alat gali-muat yang didapat adalah 11,47 detik.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

57

Tabel 4.6 Cycle Time Excavator Back Hoe PC – 200 di Bukit Cherokee

Time NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Swing Digging Loaded 1,63 3,03 2,11 2,89 1,34 4,65 1,4 1,34 2,96 0,95 1,18 3,61 5,52 2,23 2,51 3,68 3,77 3,4 2,65 2,42 5,18 1,98 1,91 2,36 1,32 3,72 1,43 2,82 4,38 0,53 3,67 1,37 4,55 0,44 2,01 3,16 3,94 0,48 1,91 1,92

Swing Loading Empty 1,64 3,52 3,32 5,04 1,69 6,45 2,2 3,54 1,93 2,93 1,64 3,92 2,73 2,25 1,67 4,32 4,17 1,92 2,15 2,11 3,73 4,62 3,07 4,87 1,81 4,48 1,55 2,76 3 3,91 5,71 5,13 1,7 3,34 1,56 2,46 2,58 1,99 5,87 3,9 Average

Cycle Time (s) 9,82 13,36 14,13 8,48 8,77 10,35 12,73 12,18 13,26 9,33 15,51 12,21 11,33 8,56 11,82 15,88 10,03 9,19 8,99 13,6 11,4765

Sumber : Kerja Praktek 2014 di PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Produktivitas didapat dari penghitungan :

( )

Untuk alat gali-muat di bukit Cherokee didapat perolehan produktivitas sebesar 3666,13 ton/hari.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

58

Sedangkan untuk alat angkut perhitungannya adalah : Tabel 4.7 Cycle Time Dumptruck Hino FM260Ti di Bukit Cherokee

Kode Alat DT81 DT17 DT79 DT95 DT62 DT85 DT84 DT81 DT17 DT79 DT95 DT62 DT85 DT84 DT81 DT17 DT79 DT95 DT62 DT85 DT84

Spotting (s) 00:47,9 00:29,3 00:15,4 00:36,2 00:32,2 00:35,8 00:51,4 00:51,4 00:45,5 00:47,7 00:28,9 00:30,8 00:18,1 00:21,8 00:18,0 00:16,2 00:25,5 00:29,5 00:26,7 00:26,3 00:34,0

Start Loading Travelling (menit) (Waktu) 02:36,7 7:48 AM 02:37,8 7:53 AM 02:45,8 7:56 AM 02:26,3 7:59 AM 02:36,5 8:04 AM 02:36,3 8:07 AM 02:39,0 8:12 AM 02:08,6 8:25 AM 02:20,1 8:28 AM 02:22,7 8:32 AM 02:56,4 8:35 AM 02:37,3 8:40 AM 02:05,7 8:45 AM 02:10,0 8:50 AM 02:11,9 9:03 AM 02:09,3 9:06 AM 02:19,4 9:12 AM 02:22,4 9:15 AM 02:27,6 9:19 AM 02:26,8 9:23 AM 02:41,7 9:29 AM Cycle Time Average

End Travelling (Waktu) 8:21 AM 8:23 AM 8:27 AM 8:31 AM 8:37 AM 8:42 AM 8:40 AM 9:00 AM 9:03 AM 9:09 AM 9:11 AM 9:14 AM 9:25 AM 9:25 AM 9:36 AM 9:36 AM 9:41 AM 9:47 AM 9:49 AM 9:55 AM 9:59 AM

Travelling (m) 0:33:00 0:30:00 0:31:00 0:32:00 0:33:00 0:35:00 0:28:00 0:35:00 0:35:00 0:37:00 0:36:00 0:34:00 0:40:00 0:35:00 0:33:00 0:30:00 0:29:00 0:32:00 0:30:00 0:32:00 0:30:00

Cycle Time (m) 0:36:25 0:33:07 0:34:01 0:35:03 0:36:09 0:38:12 0:31:30 0:38:00 0:38:06 0:40:10 0:39:25 0:37:08 0:42:24 0:37:32 0:35:30 0:32:26 0:31:45 0:34:52 0:32:54 0:34:53 0:33:16 0:35:51

Sumber : Kerja Praktek 2014 di PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Produktivitas didapat dari penghitungan : ( )

(

)

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

59

Untuk alat angkut di bukit Cherokee didapat perolehan produktivitas sebesar 1628,49 ton/hari.

4.5 Material Handling Material Handling merupakan departemen yang menyiapkan bijih yang nantinya akan menjadi umpan pabrik. Material handling mengambil bijih yang berada di transito dan melakukan blending. Sasaran mutu yang dipegang oleh material handling sebagai berikut : Tabel 4.8 Sasaran Mutu Material Handling

Ni (%)

Fe/Ni

SiO2

Basicity

MC (%)

FeNi II

≥ 1,8

≤ 7,5

≥ 38

≥ 0,48

≤ 34

FeNi III

≥ 1,8

≤ 7,5

≥ 38

≥ 0,48

≤ 34

Sumber : PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Bijih yang diterima oleh material handling dari tambang beragam kadarnya, disini material handling bertugas meramu bijih tersebut agar dapat masuk kedalam sasaran mutu yang telah diberikan. Ore yang kadarnya besar tidak dilepaskan begitu saja kedalam pabrik, namun ore tersebut dicampur dengan ore yang meiliki kadar rendah, begitupun sebaliknya. Tujuannya adalah supaya dapat memaksimalkan ore yang didapat karena keheterogenan ore yang ditambang kadang tidak dapat dihindari. Beberapa tumpukan kecil yang didapat dari tambang dan telah dites kadarnya melalui lab instrumen kemudian ditumpuk menjadi tumpukan yang besar dengan syarat apabila dicampur kadarnya masih memenuhi sasaran mutu yang diminta. Setelah tumpukan besar yang berada di transito memenuhi sasaran mutu, ore pun dipindahkan ke stockyard pabrik, disini ore yang berasal dari pomalaa kembali dicampur dengan ore yang berasal dari luar seperti tanjung leppe (bukit Triton) namun tetap memiliki acuan dari sasaran mutu. Material Handling memiliki target dalam kadar Ni yaitu 1,85%. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi delusi dan menghindari penurunan nilai kadar Ni akibat material transfer.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

60

Saat kadar Ni sudah memenuhi sasaran mutu maka ore pun dimasukan kedalam SOM (Shake Of Machine). SOM adalah semacam alat vibration screening berukuran 20 cm x 25 cm.

Sumber : Mine Production PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.15 Shake Of Machine

Pencampuran di SOM dilakukan oleh Wheel Loader. Rasio campuran dihitung dengan menggunakan bucket dari Wheel loader. Apabila blending menetapkan ore pomalaa berbanding ore leppe = 2 : 1, maka akan dimasukan kedalam SOM 2 bucket Wheel Loader ore Pomalaa dan 1 bucket Wheel Loader Ore leppe. Selain kadar Ni terdapat beberapa parameter harus diperhatikan agar ore dapat diproses oleh pabrik karena apabila beberapa faktor tersebut berada diluar sasaran mutu akan menimbulkan dampak yang merugikan, antara lain : 1. Fe (%) Apabila kadar Fe terlalu tinggi dapat menyebabkan aliran slag lebih cepat dan akan berbahaya. Apabila Fe terlalu rendah menyebabkan aliran slag melambat dan dapat berdampak pada saluran lebih lama menerima panas dari slag. 2. LOI (Lost Of Ignition / kandungan kristal air) LOI merupakan kandungan air yang terdapat dalam ikatan senyawa yang tebentuk secara alamiah. Kandungan air tersebut harus dihilangkan karena dapat terjadi letupan hingga ledakan dalam furnace apabila kandungan air terlalu tinggi Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

61

3. MC (Moisture Content) Kandungan MC yang tinggi akan membuat keadaan ore menjadi lengket, dampaknya conveyor menjadi berat dan tidak lancar. Pada dinding kiln ore yang lengket akan menumpuk pada dinding dan lama kelamaan dapat membatu sehingga menghambat kinerja kiln. 4. Basicity Basicity adalah perbandingan unsur basa dalam hal ini (CaO + MgO) dengan unsur asam (SiO2). Basicity berfungsi untuk menjaga dinding furnace yang terbuat dari bata yang mengandung unsur basa. Basicity melapisi dinding furnace dan menjaga agar karakteristik dinding tersebut netral, apabila Basicity terlalu rendah maka suasana dinding kiln akan menjadi asam dan dapat semakin menipis ketebalannya. Setelah material ore melewati SOM, ore yang undersize akan jatuh ke bawah SOM dan ore yang oversize akan disingkirkan dengan tongkat untuk kemudia dimasukan kedalam crusher. Dibawah SOM terdapat belt conveyor yang membawa bijih kedalam Rotary Dryer (RD). SOM harus selalu menyuplai kebutuhan ore di dalam RD selama 24 jam. Oleh karena itu SOM bekerja 24 jam dengan pembagian 3 shift @8 jam. Setiap FENI plant memiliki SOM masing-masing, SOM yang paling besar terdapat di FENI plant 3. Dengan menyuplai kebutuhan RD sebesar 130 ton/jam selama 24 jam.

Sumber : PT. ANTAM Tbk UBPN Sultra

Foto 4.16 Belt Conveyor

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

62

Selain mengurusi segala sesuatu tentang umpan pabrik, departemen material handling juga bertanggung jawab akan agregat plan (produk lain) yang mengurusi tentang penghancuran slag, penghancuran boulder nikel dan penghancuran batu kapur (crushing limestone). Slag treatment adalah suatu unit yang bertanggung jawab dalam pengolahan slag DS menjadi pasir metal. Slag yang berasal dari pemurnian akan dibawa ke slag treatment karena slag tersebut masih mengandung nikel yang cukup tinggi. Oleh karena itu, slag yang berbentuk bongkahan- bongkahan besar akan dihancurkan menjadi pasir-pasir metal. Apabila pasir tersebut lekat ke magnetic separator, maka pasir tersebutlah yang merupakan pasir metal, jika tidak maka hanya menjadi pasir biasa. Pasir metal ini akan dibawa ke pabrik sebagai umpan furnace 2.

4.6

Quality Control Quality control merupakan satuan kerja pada PT Antam Tbk. UBPN Sultra

yang akan menangani dan bertanggung jawab mengenai kualitas ore. Quality control akan memberikan treatment pada ore hasil produksi tambang. Quality control juga akan memberikan sasaran mutu kepada satuan kerja material handling sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan pabrik FeNi. Quality control memiliki beberapa departemen kerja yang bekerjasama dalam proses pengendalian mutu ore. Departemen tersebut ialah : 4.6.1 Sample Preparation Dalam proses pengendalian mutu satuan kerja quality control melakukan pengambilan sample untuk diketahui perubahan kadar dari setiap material movement-nya. Sample diambil dari beberapa proses kegiatan penambangan sampai pengolahan. Hal tersebut dilakukan demi memantau kadar ore yang diinginkan. Perubahan yang terjadi sangat sulit untuk dihindari namun analisa perubahan kadar tersebut akan membantu menghindari dilusi yang tidak diinginkan. A.

Mine Production Sampling Sampling ini ialah kegiatan pengambilan perconto ore pada titik yang

telah ditentukan di block penambangan. Sampling ini dilakukan untuk memperkuat dan meyakinkan data eksplorasi yang telah ada sebelumnya. Sampling ini terbagi atas 3 lagi yakni : Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

63

1. Selective Mine Sampling Sampling ini dilakukan di PT Antam Tbk UBPN Sultra tiap hari produksi. Kegiatan ini berfungsi memperkuat dan meyakinkan kadar Fe dan Ni mendekati data eksplorasi yang telah ada. Dan apabila kadar Fe dan Ninya di nilai baik sesuai dengan sasaran mutu maka pada titik sample tersebut

penambangan

akan

dilaksanakan.

Sasaran

mutu

yang

dibebankan sebagai umpan pabrik ferronikel PT Antam ialah kadar Ni >1,80% dan kadar Fe 17.50 %

Kadar Si Crude FeNi

1.0 – 3.5 %

1.0 – 3.5 %

1.0 – 3.5 %

Kadar C Crude FeNi

1.2 – 2 %

1.2 – 2 %

1.2 – 2 %

Kadar Ni Slag

0.07 – 0.12 %

0.07 – 0.12 %

0.07 – 0.12 %

Kadar Fe Slag

5.5 – 11.0 %

7.0 – 13.0 %

7.0 – 13.0 %

Basicity slag

≥0.59 %

≥0.48 %

≥0.48 %

Sumber : PT. Antam Tbk UBPN Sultra

Kalsin tertampung dalam top bin dengan kapasitas masing-masing 30 ton. Kalsin diumpankan melalui 24 buah chute ke dalam dapur listrik. Tiga buah chute berujung di antara elektroda. Enam buah chute berada di sekeliling elektroda. Sedangkan lima belas buah chute lainnya berada di sekeliling enam elektroda sebelumnya dan berguna untuk menjaga temperatur dinding tanur agar tidak terlalu panas.

Sumber : PT. Antam Tbk UBPN Sultra

Foto 4.50 Rangkaian Chute Pada Pabrik FeNi 3

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

89

Ketiga ujung elektroda tadi menghasilkan panas untuk melebur kalsin. Pasta pada ujung elektroda yang memiliki kandungan 81% fixed carbon ini selain sebagai konduktor, juga berfungsi sebagai reduktor dalam tanur listrik. Pada badan dan tutup tanur dipasang thermocouple untuk mengukur temperatur. Selain sebagai pengukur suhu, thermocouple juga berfungsi sebagai indikator penipisan lining pada tanur. Upaya untuk mendinginkan dinding tanur menggunakan system water spray. Air dingin dialirkan pada dinding furnace. Air tersebut dialirkan secara kontinyu dan didinginkan dalam alat yang disebut cooper cooler.

Sumber : PT. Antam Tbk UBPN Sultra

Foto 4.51 Cooper Cooler Pada Pabrik FeNi 3

Tegangan listrik pada proses peleburan diusahakan tetap dengan mengatur jarak elektroda dengan permukaan kalsin melalui mekanisme naikturun elektroda (slipping). Arus yang mengalir dalam tiap-tiap elektroda diusahakan sama agar tidak terjadi unbalance. Apabila hal ini terjadi maka akan terjadi ledakan (boiling). Ujung elektroda harus berada tepat di permukaan umpan sehingga busur api yang timbul dapat efektif untuk melebur kalsin. Apabila elektroda memendek perlu dilakukan penyambungan untuk kelancaran proses peleburan. Di dalam dapur listrik, kalsin dilebur dan direduksi oleh karbon dari ketiga elektroda serta antrasit dan batu bara dalam kalsin. Tujuan utama dari reduksi adalah membuat kalsin menjadi crude FeNi. Sebagian besar Ni dan Fe yang ada dalam kalsin

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

90

akan tereduksi. Batu kapur dalam kalsin berfungsi sebagai bahan pengikat unsur-unsur pengotor yang akan menjadi slag. Proses kimia yang terjadi di dalam tungku yaitu : Reduksi langsung NiO (l) + C (s)  Ni (l) + CO FeO (l) + C (s)  Fe (l) + CO Reduksi tak langsung NiO + CO = Ni + CO2 FeO + CO = Fe + CO2 Fe2O3(s) + 3CO (g) = 2Fe (s) + 3CO2 (g) Fe3O4(s) + 3CO (g) = FeO (s) + CO2 (g) Reaksi yang pertama kali terjadi adalah reaksi antara umpan kalsin dengan CO yang terjadi di zona peleburan. Setelah terjadi proses reduksi maka akan dihasilkan metal dan slag. Metal akan berada di bawah dari permukaan leburan

sedangkan

slag

berada

di

atas

permukaan leburan. Hal ini

dikarenakan metal cair memiliki berat jenis 6,7 - 7 sedangkan slag 2,8 - 3. Bagian utama dari terak (slag) adalah SiO2, MgO, FeO dan yang lainnya adalah CaO, Al2O3, Cr2O3, MnO dan NiO. Setelah pemakaian listrik sebesar 100.000-110.000 kWH, slag langsung dikeluarkan melewati slag runner ke slag yard sambil disemprot dengan air. Jika slag memiliki kisaran temperatur 1500 - 1600°C maka temperatur metal berkisar antara 1400°C - 1500°C. Jika temperature slag terlalu rendah hingga sekitar 1300°C maka akan terjadi masalah. Slag dapat membeku di runner sebelum mencapai slag yard.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

91

Sumber : PT. Antam Tbk UBPN Sultra

Foto 4.52 Tapping Slag di Peleburan FeNi 3

4.9

Refining & Casting Tahap ini merupakan proses akhir metal cair hingga siap untuk

dipasarkan. Berikut ialah beberapa tahapan dalam refining & casting. A.

Desulfurisasi Setalah proses peleburan selesai maka crude metal didistribusikan

menuju ladle. Di dalam ladle crude mengalami penurunan temperature dengan rate 2o C/ menit sehingga untuk menaikkan suhunya kembali diperlukan aliran gas oksigen, proses ini disebut lancing. Setelah proses lancing selesai maka ladle

diangkut

menggunakan

crane

menuju

unit

de-sulfurisasi

untuk

menurunkan kadar sulfur dalam produk akhir sesuai kadar yang diinginkan pembeli. Untuk menurunkan kadar sulfur dalam crude metal, diperlukan penambahan bahan desulfurisasi seperti calcium carbide (CaC2), soda ash (Na2CO3), dan fluorspar (CaF2) dimasukkan ke dalam ladle. Stirrer dimasukkan ke dalam ladle kemudian diputar dan perputarannya dalam crude FeNi akan mengakibatkan gaya sentrifugal yang bekerja di dalam ladle. Adanya gaya ini menyebabkan terjadinya aksi pengadukan sehingga bahanbahan desulfurisasi dan crude FeNi akan tercampur secara merata dan slag desulfurisasi yang lebih ringan naik ke atas. Pengadukan umumnya dilakukan selama 40 menit. Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

92

Sumber : PT. Antam Tbk UBPN Sultra

Foto 4.53 Tapping Crude Metal di Peleburan FeNi 3

Sumber : PT. Antam Tbk UBPN Sultra

Foto 4.54 Pengangkutan Ladle di Peleburan FeNi 3 menggunakan Crane

B.

Oksidasi Tujuan dari proses ini ialah menghilangkan impurity

crude

FeNi

menjadi FeNi sesuai dengan standar produk dengan menggunakan oxygen blowing

pada

converter.

Proses

oksidasi

terdiri

dari

desilikonisasi,

dekarbonisasi, defosforisasi. Total oksigen yang dibutuhkan untuk satu kali charge adalah sekitar 1200-1400 NM3 tergantung pada komposisi pengotor yang akan dihilangkan. Setelah seluruh crude FeNi hasil desulfurisasi Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

93

dimasukkan ke dalam converter, gas oksigen segera ditiupkan ke dalam converter agar reaksi desilikonisasi terjadi pada tahap ini. SiO2 yang terbentuk akan dibuang sebagai slag dalam bentuk CaO.SiO2 karena adanya penambahan batu kapur dan kapur bakar ke dalam converter. Pada saat oksigen ditiupkan ke dalam converter, reaksi yang terjadi pada tahap dekarbonisasi sama seperti pada reaksi desilikonisasi. Karbon dalam crude FeNi akan keluar sebagai gas CO. Cr teroksidasi pada saat konsentrasi karbon berkurang menjadi Cr2O3 yang akan memisah sebagai slag. C.

Casting (Pencetakan) Produk yang saat ini diproduksi adalah feronikel bentuk shot yang

proses pencetakannya menggunakan jet water sebagai pendingin metal. Terdapat perbedaan dalam pencetakan low carbon (LC) dengan high carbon (HC) shot. Untuk pencetakan LC, ladle yang membawa metal cair diangkat dan dituangkan melalui launder dan selanjutnya jatuh ke shot making tank yang diisi dengan air yang disuplai jet pump. Selanjutnya metal yang digranulasi membeku dan memadat untuk selanjutnya turun ke bagian bawah tank. Metal yang sudah padat kemudian jatuh ke net conveyor yang membawa metal keluar. Karena metal didinginkan dengan air, tentu masih basah sehingga perlu dilakukan pengeringan dengan udara panas 400° C sampai benar-benar kering. Saringan trommel dipasang untuk menyaring partikel berukuran diameter < 5 mm dan > 50 mm. D.

Penyelesaian produksi Unit Penyelesaian Produksi bertugas menangani produk FeNi yang

akan dibungkus dan dikirim ke pelabuhan untuk diekspor. Setelah metal keluar

dari

ditimbang

hopper

beratnya

pada pencetakan, selanjutnya kemudian

ditampung dan

pencatatan. Lalu metal dibawa menuju

hopper yang berguna untuk pengisian metal untuk bag. Normalnya satu bag Feni seberat 1,2 ton, namun bisa bervariasi tergantung permintaan pembeli. Metal juga bisa dijual dalam bentuk curah, namun jumlah metal yang hilang proses pengangkutan cukup besar. Metal kemudian dikirim ke pelabuhan untuk shipment sesuai kontrak jual beli.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

a. Secara umum PT. Antam Tbk UBPN Sultra menerapkan konsep pertambangan dengan baik dari kegiatan hulu hingga hilir. Kegiatankegiatan tersebut ialah berikut : 

Kegiatan

eksplorasi

yang

dilakukan

mulai

dari

perencanaan,

eksplorasi umum, eksplorasi rinci hingga pengembangan area tambang. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab departemen mining, satuan kerja exploration and planning. 

Grade control sampling, dilakukan untuk menjaga, memantau dan mengetahui

perubahan

kadar

Ni

dan

Fe.

Kegiatan

berupa

pengambilan sample, persiapan sample hingga uji laboratorium. 

Kegiatan development yang dilakukan berupa pembersihan lahan, pengupasan overburden, serta persiapan area penambangan.



Penambangan atau produksi bijih nikel dilakukan dengan metode open cast diawal. Seiring berjalannya waktu maka metode beralih manjadi open pit akibat level endapan yang sudah berkurang. Pengekstrakan dilakukan dengan menggunakan beberapa alat mekanis yakni excavator backhoe PC 200, bulldozer sebagai support, dan dumpt truck FM 260 TI Hino sebagai alat angkut.



Proses pengolahan bijih nikel mulai tahap pencampuran bijih, pengeringan, tahap kalsinasi, peleburan, pemurnian, tahap granulasi hingga proses pencetakan.



Tahap rekalmasi dilakukan secara berkelanjutan dengan regarding, pembuatan jalan drainase, penimbunan top soil, serta revegetasi lahan.

b. Setalah dilakukan pengamatan dan evaluasi proses produksi didapatkan hasil seperti berikut :

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

95

Tabel 5.1 Produktivitas dan efisiensi alat gali muat dan angkut di bukit Humvee PT. Antam Tbk UBPN Sultra

Alat

Produktivitas (ton/day)

EA (%)

DUMPTRUCK

1603.51

82.25

EXCAVATOR

3710.34

85.61

Sumber : Kerja Praktek di PT. Antam Tbk UBPN Sultra tahun 2014

Tabel 5.2 Produktivitas dan efisiensi alat gali muat dan angkut di bukit Cherokee PT. Antam Tbk UBPN Sultra

Alat

Produktivitas (ton/day)

EA (%)

DUMPTRUCK

1628.49

77.52

EXCAVATOR

3666.13

84.59

Sumber : Kerja Praktek di PT. Antam Tbk UBPN Sultra tahun 2014

c. Proses Pengolahan Bijih Nikel Proses pengolahan ini dilakukan pada FeNi Plant 1, 2, dan 3. Namun untuk saat ini pabrik yang beroperasi ialah FeNi plant 2 dan 3. Berikut ialah proses pengolahan bijih nikel menjadi Ferronikel pada pabrik PT. Antam Tbk UBPN Sultra : 1. Blending and mixing 2. Drying ore 3. Calcination 4. Smelting 5. Oxidation 6. Refinery 7. Casting

5.2

Saran Setelah melakukan kerja praktek di PT. Antam Tbk UBPN Sultra kami

melihat beberapa hal yang dapat menjadi saran bagi perusahaan. Beberapa hal tersebut ialah : a)

Istirahat yang berlebih sehingga mengakibatkan ada waktu kerja yang terbuang. Hal tersebut secara otomatis akan mengurangi waktu kerja

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

96

produktif dan efisiensi alat. Sebaiknya hal ini dapat ditekan dengan peningkatan sikap disiplin dan kesadaran dari para pekerja. b)

Kedisiplinan checker yang kami nilai kurang dapat menjadi faktor ketidaksesuain equipment time sheet dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Oleh karena itu sebaiknya checker diberi arahan yang lebih intensif.

c)

Penurunan produktivitas yang besar terjadi akibat kerusakan 1 unit jembatan timbang. Hal tersebut menyebabkan seringkali terjadi antrian di jembatan timbang. Sebaiknya perbaikan dilakukan dalam waktu yang singkat dan diperhatikan pengerjaannya akibat tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada suatu saat nanti.

d)

Pada bukit selatan cycle time pengangkutan ore dinilai cukup lama. Hal tersebut diakibatkan karena jarak front dengan stockyard saat ini terlalu jauh. Sehingga seringkali terjadi waktu tunggu alat excavator yang mengurangi waktu kerja produktif. Untuk menangani masalah tersebut tidak selalu dengan penambahan alat. Penambahan alat akan menambah cost yang besar. Namun menurut kami pemindahan lokasi stockyard menjadi lebih dekat dari front yang sedang beroperasi akan lebih mengirit cost dan menaikkan produktivitas operasi.

e)

Tingkat keselamatan kerja di lapangan dinilai kurang sesuai penglihatan langsung dilapangan. Terkadang operator melepaskan alat perlengkapan dirinya saat mengemudikan alat. Beberapa operator dump truck juga mengemudikan

alat

melebihi

kecepatan

ditentukan.

Diperlukan

pemantauan satuan kerja keselamatan kerja lebih cermat dan menindak operator-operator

yang

tidak

melaksanakan

syarat-syarat

yang

ditentukan. f)

Pada beberapa front terjadi genangan air tanah yang cukup menghambat dan bahkan menghentikan operasi penambangan padahal kadar Ni dan Fe dinilai masih memenuhi sasaran mutu. Penambahan pompa untuk memindahkan air tersebut dapat dilakukan sehingga cadangan bijih nikel masih dapat diekstrak.

g)

Sebaiknya dilakukan perawatan dan pemeliharaan alat-alat demi menghindari kerusakan saat sedang digunakan.

Kerja Praktek PT. Antam Tbk. UBPN Sultra tahun 2014

97

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF