Laporan KP analisis pt Pupuk Kujang
July 17, 2017 | Author: ciunkx | Category: N/A
Short Description
contoh laporan analisis KP di PT Pupuk Kujang....
Description
BAB I PENDAHULUAN Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah yang harus diambil mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Bandung pada semester VII. Kerja praktek dilaksanakan di sebuah perusahaan dengan ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan dan mahasiswa. Pada BAB ini akan dibahas mengenai Latar Belakang, Tujuan, Pelaksanaan Kerja Praktek. 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan sebutan negara agraris. Kekayaan alam yang sangat melimpah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai mata pencaharian tetap.salah satu profesi andalan di Nusantara ini adalah dengan bercocok tanam. Untuk menghasilkan produk dengan kualitas terbaik dan mempunyai nilai jual mancanegara,para petani memberi pupuk kualitas terbaik untuk tanaman-tanaman yang mereka tanam. Pemerintah dalam hal ini sebagai pihak yang berfungsi menjamin kesejahteraan masyarakat Indonesia harus mendukung terwujudnya kualitas tanaman yang unggul oleh petani. Oleh karena itu, pada tanggal 24 Desember 1959 Pemerintah Mendirikan PT Pupuk Indonesia, PT Pupuk Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dahulu dikenal dengan nama PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) atau PUSRI (Persero) sebagai produsen pupuk urea pertama di Indonesia. Sejarah PT Pupuk Indonesia (Persero) atau PT Pupuk Indonesia Holding Company disingkat PIHC, yang terbentang selama lebih dari lima dekade terbagi menjadi dua fase utama. Fase pertama yang masih bernama PT Pupuk Sriwidjaja adalah sebagai unit usaha yang berdiri sendiri dari kurun tahun 1959 hingga 1997. Fase kedua ditandai dengan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 28 tanggal 7 Agustus 1997 yang menunjuk PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) sebagai induk perusahaan (Holding Company). Salah satu anak Perusahaan yang menyuplai kebutuhan pupuk di Nusantara ini khususnya daerah Jawa Barat sebagai letak Lumbung Padi
1
Nasional negara Indonesia adalah PT Pupuk Kujang Cikampek. PT Pupuk Kujang Cikampek didirikan pada tanggal 9 Juni 1975 guna mencapai kebutuhan pupuk bersubsidi pemerintah dengan produksi utamanya adalah Urea, Ammonia, Utility dan NPK.PT Pupuk Kujang pada tanggal 2009 mulai memproduksi pupuk NPK dengan kapasitas mencapai 100.000ton/tahun. Alasan diproduksinya pupuk NPK ini adalah karena permintaan masyarakat yang sangat tinggi akan pupuk NPK.Pupuk NPK sendiri adalah pupuk majemuk yang dapat memenuhi kebutuhan tanaman dengan kandungan unsur mikro dan makro yang seimbang serta lengkap. Tergolong masih baru,unit produksi NPK Granular I pun masih butuh banyak pengembangan agar kapasitas produksinya meningkat dan kualitasnya terjamin. Dengan memperhatikan permasalahan dalam bidang alokasi fasilitas perusahaan dalam berproduksi,terdapat beraneka ragam item yang harus mendapat perhatian khusus,karena mempunyai dampak luas bagi keseluruhan sistem produksi.Juga sistem perancangan tata letak pabrik yang masih perlu banyak perubahan agar dengan input produksi yang minimal menghasilkan output produksi yang maksimal. Maka dari itu dipilih PT. Pupuk Kujang sebagai tempat kerja praktek. Dimana PT. Pupuk Kujang khususnya unit produksi NPK . Berkaitan dengan judul ANALISIS PENYEBAB PRODUCTION LOSSES REPORT DAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK UNIT PRODUKSI NPK GRANULAR I PUPUK KUJANG kami berharap dengan kerja praktek ini bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman dari PT. Pupuk Kujang secara nyata terutama pada bagian sistem Produksi. 1.2 Tujuan Dengan kerja praktek mahasiswa diberikan kesempatan untuk dapat mengambil pengetahuan di industri secara nyata, disamping ilmu yang diperoleh di bangku kuliah. Tujuan yang ingin dicapai adalah dapat mengidentifikasi permasalahan produksi dalam suatu sistem dengan membuat trend pada laporan yang ada serta memecahkan permasalahan produksi khususnya melalui perbaikan perancangan tata letak pabrik.
2
1.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penulisan laporan ini adalah. 1. Observasi, dimaksudkan malakukan pengamatan dan pencatatan langsung pada objek penelitian. 2. Wawancara, melakukan tanya jawab dengan sub unit mengenai masalah yang sedang di teliti. 3. Study Pustaka, mencari data-data lain dari buku, catatan, arsip, diktat, maupunbuku paket. 1.4 Waktu Dan Tempat Kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan mulai tanggal 25 Agustus 2015 sampai dengan tanggal 25 September 2015. Bertempat di PT. Pupuk Kujang, Desa Dawuan, Kecamatan Cikampek. 1.5 Batasan Masalah Pada penulisan laporan kerja praktek ini, ruang lingkup permasalahan yang akan ditinjau adalah yang berkaitan dengan sistem produksi yang berada di PT Pupuk Kujang unit produksi NPK Granular I, antara lain. 1. Data Kebutuhan yang digunakan untuk menganalisa Production Losses Report adalah laporan produksi bulanan dari bulan Januari 2015 sampai Agustus 2015 dengan toleransi losses 2,5%. 2. Produksi yang dihitung belum termasuk on-specification ataupun offspec 3. Production losses harus 10 N Spesifikasi dan karakteristik bahan baku NPK Granular yang umum digunakan adalh sebagai berikut : a. Urea Rumus Kimia Density Melting Point Kadar Nitrogen Size Moisture Bentuk Penyimpanan
: CO(NH2)2 : 1.32 g/cm3 : 132.7 – 135 oC : 46% : 1 – 3.35 mm (97%) : Maks 0.5 % : Prill : Urea bersifat higroskopis, penyimpanannya harus
pada karung tertutup dan disimpan dalam tempat yang sejuk, kering, dan ventilasi cukup. Urea harus dijatuhkan dari senyawa – senyawa asam nitrat, sodium nitrit, hipoklorir, dan fosfor pentaklorida. b. DAP (Diammonium Phospate) Rumus Kimia : (NH4)2HPO4 Berat Molekul : 132 Kadar Nitrogen : 18 % Kadar P2O5 : 46 % Moisture : Maks 1.5 % Size : 2 – 4 mm Density : 1619 Kg/m3 pada 25 deg.C Loose bulk density : 900 – 1000 Kg/m3 pH : 7,8 Temp. Dekomposisi : 155 oC Penyimpanan
: pada temperatur normal penyimpanan DAP
hygroscopis rendah dan tidak mudah caking. Hindari temperatur yang ekstrim, jika terdekomposisi akan melepaskan oksida fosfor, oksida nitrogen dan ammonia. Hindarkan kontak dengan bahan – bahan alkaline. Bersifat korosif pada besi dan baja ringan, alumunium, seng, dan tembaga. c. Potasium Chloride Rumus Kimia Berat Molekul Kadar K2O
: KCl : 74,55 : 60 %
40
Size Moisture Bentuk Melting Point CRH Density pH Kelarutan Penyimpanan
: Standard mesh 100 – 16 (150 µm – 1.18 mm) 95% : Max 1 % : Powder : 775 oC : 50 – 70 % pada 25 deg.C : 1984 Kg/m3 :7 : 34,2 g/100g air pada 20 deg.C : Harus disimpan pada tempat kering, sejuk dan
ventilasi cukup. Jauhkan dari oksidator, asam kuat dan basa. d. Clay Merah Komposisi Kimia : Al2Si2O5(OH)4 Melting Point : 1760 oC SiO2 : 66,00 % Al2O3 : 23,50 % Fe2O3 : 0,80 % pH : Neutral Density : 0,85 g/cm3 Moisture : Max 10% Bentuk : Powder Ukuran : 80 – 100 Mesh Penyimpanan : Bahan ini tidak stabil. Jauhkan dari bahan – bahan oksidator, asam, dan alkali. e. Kieserite Rumus Kimia : MgSO4 Titik leleh : 1120 – 1150 oC Kadar MgO : min 27% Moisture : Maks 1 % Ukuran : USA standard mesh 18 – 6 (1-3,35 mm) 90 % Penyimpanan
: simpan di tempat yang sejuk dan jauhkan dari
bahan – bahan yang mudah terbakar, herbisida dan fungisida. f. Humite Water solubility Potassium Humates/fulvates Potassium as Humates/fulvates Sulfur as Humates / fulvates Total Organic Carbon © pH Ukuran partikel
: 95 % : 60 – 65 % :9% : 0,3 % : 43,1 % : >8 : 80 mesh
Penyimpanan : jauhkan dari sinar matahari. Simpan pada tempat yang kering dengan temperatur di atas – 10oC dan dibawah 45oC.
41
g. Coating Oil Titik leleh : 40 – 80 oC Drop Point : 35oC Impuritas : 0,062 % S.g Pada 80oC : 0,8 – 0,9 Moisture / H2O : 0,15 % maks Bentuk : Pasta Kuning h. TSP (Triple Superphospohate) Berat Molekul : Ca(H2PO4)2.H2O Kadar P2O5 : 46 % min Moisture : 4 % max Ukuran : 2 – 4 mm (90% - 95%) Berdasarkan karakteristik bahan – bahan baku yang bersifat kimiawi dan tidak stabil dengan berbagai kondisi, maka bahan – bahan baku tersebut memiliki daya simpan yang terbatas. Berdasarkan pengalaman yang terjadi di gudang, batas penyimpanan bahan – bahan baku tersebut atau rule of thumb penyimanannya adalah 2 minggu. 3.4.2 Perhitungan Kebutuhan Bahan Baku Walaupun banyak jenis bahan baku yang disebutkan pada sub bab sebelumnya, bahan baku utama dari pupuk NPK Granular adalah Urea, DAP, KCl, Clay Merah, Coating Oil, dan Humite. Dengan kata lain, Jika tidak ada salah satu dari keenam bahan baku tersebut, maka pabrik tidak dapat berproduksi. Produk memiliki berbagai diversifikasi produk yang disebut formula produk, dimana kandungan N, P, K yang berbeda – beda. Rumus perhitungan kebutuhan jumlah bahan baku untuk menghasilkan 1000 kg atau 1 ton NPK Granular adalah sebagai berikut : a. Perhitungan Kebutuhan Urea Urea merupakan sumber Nitrogen, perhitungan kebutuhan urea sebagai sumber Nitrogen dapat dihitung sebagai berikut :
b. Perhitungan Kebutuhan DAP
42
DAP merupakan sumber P2O5, perhitungan kebutuhan DAP sebagai sumber P2O5 dapat dihitung sebagai berikut :
c. Perhitungan kebutuhan KCl KCl merupakan sumber K2O, perhitungan kebutuhan KCL sebagai sumber K2O dapat dihitung sebagai berikut :
d. Perhitungan Kebutuhan Humite Humite digunakan 1 Kg per ton produk NPK untuk semua formula. e. Perhitungan Kebutuhan Coating Oil Coating Oil digunakan 2.4 Kg/ton NPK untuk semua formula. f. Perhitungan Kebutuhan Clay Merah Clay merupakan filler/pelengkap yang juga berfungsi sebagai pengikat antar bahan baku dalam proses granulasi. Perhitungan kebutuhan Clay adalah ,
Gambar 3.3 Makna formula produk NPK contoh : 17 – 8 – 22 Contoh perhitungan bahan baku untuk menghasilkan 1 ton atau 1000 kg produk NPK 17 – 8 – 22 :
43
a. Kebutuhan DAP
174 Kg b. Kebutuhan Urea
Kg c. Kebutuhan KCl
Kg d. Kebutuhan Coating Oil Untuk menghasilkan 1000 kg NPK dibutuhkan 2,4 Kg Coating Oil untuk berbagai jenis formula produk. e. Kebutuhan Humite Untuk menghasilkan 1000 kg NPK dibutuhkan 1 kg humite untuk berbagai jenis formula produk. f. Kebutuhan Clay Clay = (1000 kg – 174 kg – 313 kg – 367 kg – 2,4 kg – 1 kg) = 246 kg
3.4.3 Peralatan dan Sistem Proses Produksi a. Granulator Granulator terdiri dari unit shell, unit transmisi, unit roda penggerak, unit roda penggerak dengan penahan, unit perpipaan, discharging box. Unit transmisi dilengkapi dengan motor 75 kW dan dihubungkan dengan reducer menggunakan fluid coupling dan kemudian ke panion trasmisi menggunakan cross slippery block coupling. Tautan antara panion dan gear besar pada unit shell akan menggerakan shell dengan kecepatan putaran 10,7 putaran/menit. Unit shell merupakan bagian utama dari granulator dimana
44
terjadi granulasi material. Unit ini menggunakan material lining type baru untuk menghindari terjadinya adhesi material, sehingga mengurangi proses penghilangan material yang menempel di dinding granulator dengan scrapper sebagaimana pada proses granulasi pada umumnya. Unit shell didukung oleh unit riding wheel dan riding wheel with retainer. Sepasang riding wheel unit dan riding wheel unit with retainer ini akan mencegah shell bergerak secara aksial ketika shell berputar. Sistem perpipaan memasok steam untuk proses granulasi. Discharging box/kotak keluaran granulator selalu seragam dan stabil. Unit ini juga dilengkapi saluran untuk mengalirkan gas buang yang dilengkap dengan sebuah flange. Granulasi : sesuai dengan persyaratan proses, serbuk partikel padat akan tergranulasi karena adanya gaya ekstruksi yang dihasilkan dari rotasi shell dan pada kondisi fase cair tertentu misalnya karena adanya injeksi steam, akan membuat reaksi kimia menjadi sempurna dan memberikan panas, sehingga serbuk partikel akan teraglomerasi membentuk nucleus, permukaannya senyawa terus – menerus akan mengikat lebih banyak serbuk partikel dan volumenya meningkat membentuk partikulat NPK. Injeksi steam, water dan urea solution dipasang membelok 45o searah putaran Granulator. b. Dryer Alat ini terutama digunakan untuk sistem pengeringan pada proses produksi pupuk majemuk. Setelah granulasi, produk akhir yang berupa butiran masuk ke dryer melalui pipa pemasukan. Karena adanya kemiringan/slope dan perputaran pada shell, butiran produk akan berputar juga dengan kecepatan tertentu. Juga karena naik dan turunnya shovel, butiran produk akan berputar panas dengan udara panas dan secara berangsur-angsur bergerak ke ujung pengeluaran. Kemudian masuk ke discharging unit. Rotary drum dryer memiliki unit pengumpan, unit shell, unit transmisi, unit riding wheel, unit riding wheel dengnan retainer, unit seal/katup, unit discharge. Unit riding wheel dengan retainer menyokong unit shell dengan ban bagian depan dan belakang. Unit trasmisi menggerakan shell berputar dengan gear besar yang terpasang pada shell. Alat ini memiliki jalan keluar yang baik dan canggih, udara panas pada pipa masuk box pengumpan. Material masuk
45
shell melalui discharging tube kemudian ke flier area dengan sejenis papan yang berbentuk heliks. Pada flier area, dibolak – balik secara konstan dengan arah melingkar dan mencakar sehingga terjadi pergerakan longitudinal. Kemudian material akan berputar panas dengan udara panas dari pipa masuk shell. c. Cooler Drum cooler terdiri dari tangki, roda pendukung (supporting wheel), penggerak (driver), trust, box pemasukan material (material entrance box), box pengeluaran material (material exit box) dan sistem perpipaan pendukung (supporting piping system). Tangki dibilas dengan lembaran baja roll (rolled steel plate), ada beberapa macam corkscrew papan pendorong material di depan tangki dan 2 papan pemisah pada bagian akhir. Di kedua sisi, terdapat box pengumpan material dan box pengeluaran material. Pada sisi pengumpan material terdapat pipa pendukung yang terhubung dengan cyclone. Dua ring baja pada holder roda depan dan belakang dipasang diluar tangki. Juga terdapat shielding wheel (trust) diatas holder. Di dekat roda pendukung belakang terdapat gear besar. Motor elektrik pada cooler membuat tangki/drum dapat bergerak melingkar sesuai penggerak. Tangki berakhir pada sisi pengeluaran material. Material (semi produk bersuhu tinggi) dari dryer dikirim ke cooler melalui box pengumpan material. Kemudian, material dan udara dari luar saling bercampur. Sehingga dapat menurunkan panas dan suhu material. Udara menjadi panas pada saat itu juga sehingga berhasil yaitu menurunkan suhu. Udara lembab dengan suhu tinggi akan dialirkan ke dust–system oleh sistem pipa pembantu (assistant piping system). d. Coater Drum Coater terdiri dari tangki, supporting wheel, driver, trust, material entrance box, material exit box, barrel of heating liquid dan supporting insulating system. Tangki merupakan hasil pengelasan dari lembaran baja (rolled steel plate). Ada box pengumpan dan penhgeluaran di kedua sisi pengumpanan. Dua ring baja melingkar menyangga holder roda depan dan belakang dipasang diluar tangki. Juga terdapat shielding wheel (trust) pada holder. Di bagian tangki di dekat supporting wheel belakang terdapat gear besar. Electrical motor memutar tangki melalui driver.
46
Tangki berakhir pada sisi pengeluaran material. Material dari cooler atau screen dikirim ke coater melalui material entance box. Material akan berputar dengan putaran tangki dan terkena gaya gravitasi dan momen inersia. Material yang terlapis akan turun dari atas tangki, mengalir ke bawah melalui alur melingkar sedikit demi sedikit. Pada saat itu, juga, percikan oli/minyak bertekanan tinggi dari nozzle bercampur dengan semi produk. Produk yang telah dilapisi akan menjadi produk yang well-proportioned kemudian pupuk akan keluar dari coater tank.
3.4.4 Deskripsi Proses Produksi Secara garis besar proses produksi pupuk NPK Granular terdiri dari : pengumpanan material, pencampuran Material dengan Mix Agigator, granulasi dengan Granulator, pengeringa dengan Dryer, pendinginan dengan Cooler, screen (pengayakan), crushing (pemecahan), recycle, coating (pelapisan) dan sesi bagging (pengantongan). 1. Sesi pengumpanan Material DAP Granule akan dihancurkan (di-crush) dan ditimbang kemudian masuk sesi pengumpanan (feeding). Untuk bubuk DAP tidak memerlukan penghancuran tetapi ditimbang langsung dan masuk pengumpanan. Ada 2 metode pengumpanan urea : a. Padatan urea akan dihancurkan dan ditimbang kemudian masuk pengummpanan. Material yang diumpankan adalah padatan urea. b. Solid (padatan) urea tidak perlu penghancuran akan segera langsung dan dikirim ke tangki urin kemudian urine dipompakan ke granulator. Material yang diumpankan adalah urea cair atau larutan urea. Material padat yang lain akan ditimbang secara langsung dan masuk ke feeding (pengumpanan). Weigher conveyor yang digunakan adalah sistem penimbang dinamis dan dikontrol secara otomatis. Material akan diumpankanke granulator sesuai dengan proporsi formula. 2. Sesi Granulasi Proses granulasi terjadi di granulator material padat yang telah ditimbang dan material recycle masuk ke granulator dengan steam, air dan urea solution
47
(larutan urea). Material dalam granulator akan tergranulasi, menjadi material granule basah dengan diameter 1 mm, 2 – 4 mm dan lebih besar dari 5 mm. Material ini kemudian akan masuk ke dryer. 3. Sesi Pengeringan Gas alam atau diesel oil (minyak diesel) digunakan untuk sebagai sumber panas untuk menyuplai udara panas ke dryer. Material granule dari granulator akan dikeringkan oleh udara panas di dalam dryer. Suhu dan kapasitas alir udara panas akan dikontrol secara otomatis oleh furnance controller. Agar efisiensi pengeringan naik, bagian dryer yang diangkat dipasang pada bagian dalam dryer dan knocker dipasang diluar dryer untuk anti kerak di dalam drum. Pada sesi ini, akan dipasang separator (pemisah) dryer cyclone dan section fan. Untuk menghisap udara basah dan debu, sehingga kelembaban dan debu pada semi-produk akan berkurang saat masuk cooler. Udara buang (tail gas) dryer akan di-treatment di sistem de–duster. 4. Sesi Pendinginan Di dalam cooler, material dari dryer akan dikontakan dengan udara pendingin dehumidifikasi untuk menurunkan suhu. Untuk menaikkan efisiensi pendinginan,bagian yang diangkat dipasang di dalam cooler. Pada sesi ini akan dipasang cooler cyclone separator dan suction fan untuk menghisap udara basah dan debu sehingga semi-produk tidak berdebu dan kelembaban pada material lebih jauh akan dikurangi kemudian masuk sesi pengayakan (screening). Material setelah proses pendinginan tidak hanya untuk screen tapi juga sesuai untuk disimpan dan dapat mencegah caking (penggumpalan) saat transportasi. Gas buang pada cooler akan di-treatment oleh sistem de-duster. 5. Sesi Recycle Crushing dan Screen Ada 2 jenis vibrating screen (over size dan under size) yang akan dipasang pada sesi ini dan setiap jenis ayakan (screen) akan disusun ganda untuk menambah kapasitas. Semi-produk dari cooler akan ditransfer ke vibrating screen untuk memisahkan material under size (ukuran kecil) dan over size (ukuran besar). Butiran over size (
akan dihancurkan oleh recycle
crusher dan kembali ke sirkulasi belt conveyor untuk re-granulasi. Sehingga pabrik akan beroperasi dengan sistem sirkulasi. Semi-produk yang
48
diperbolehkan (ukuran 2–4 mm) akan dikirim ke coater untuk pelapisan (coating). 6. Sesi Coating (Pelapisan) Ukuran produk akhir yang diperbolehkan (2 – 4 mm) akan dikirim ke coater untuk pelapisan untuk mencegah penggumpalan (caking) jika penyimpanan lama dalam karung. Volume total tangki minyak pelapis adalah 2 m3 untuk kebutuhan konsumsi selama 1,5 hari. 7. Sesi Pengantongan Pengontrolan sistem yang digunakan pada sesi pengantongan adalah fully otomatis. Mesin penjahit karung yang digunakna adalah tipe Newlong. Data yang terhitung pada pengantongan akan ditransmisikan ke sistem PLC control system yang terletak pada control room. 8. Treatment Gas Ada 2 jenis gas buang yang akan di-treatment : a. Gas buang air dryer, gas buang cooler, gas buang dust point b. Gas buang granulator, urea solution system dan pre-treatment ammonia Gas–gas tersebut akan di-treatment dengan metode yang berbeda, seperti : a. Gas buang dryer dan cooler : 1 stage 2 cyclone + tube washer + pond type impluse wet scrub b. Gas buang dust point : 1 stage 1 tube cyclone + tube washer + pond type impulse wet scrub c. Gas buang granulator, sistem urea solution, pre-treatment ammonia : tube washer + pond type impulse wet scrub Gas–gas buang tersebut akan di blow oleh fan.
49
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metodologi Penelitian
MULAI Identifikasi awal Studi Literatur
Studi Lapangan
Perumusan Penetapan Tujuan Pengumpulan data : Wawancara dan pengambilan data sekunder 1. Data produksi NPK tahun 2014 NPK Granular I 2. Data target produksi NPK dari pemerintah tahun 2014
Pengolahan data : 1. Pembuatan Trend Losses produk untuk NPK Granular I tahun 2014 2. Analisa penyebab losses produk NPK Granular I dengan Fish Bone Diagram
Analisis dan Interpretasi Hasil Kesimpulan dan Saran
SELES AI Gambar 4.1 Flowchart Metodologi Penelitian
50
Gambar 4.1 Flowchart
metodologi penelitian merupakan gambar yang
menjelaskan tentang alur dan tahapan penelitian yang disajikan dalam bentuk bagan. Masing-masing bagian menjelaskan kronologi penelitian dari mulai awal hingga selesai. Metodologi penelitian memberikan gambaran mengenai pelaksanaan kerja praktek secara lebih sistematik. Metodologi penelitian berisi garis besar langkahlangkah pemecahan masalah yang diterapkan dalam penelitian. Dengan adanya metodologi penelitian ini, maka struktur pemecahan masalah dapat dilaksanakan secara terstruktur. Metodologi penelitian ini, berisi uraian tahapan pelaksanaan studi dan uraian metode analisis yang digunakan dalam penyusunan laporan kerja praktek. Uraian tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 4.1.1 Mulai Tahap ini merupakan tahap dimana penelitian dilakukan pada suatu perusahaan
yaitu
di PT. Pupuk Kujang Cikampek
Indonesia
dimana
ditempatkannya penelitian yang berfokus pada rendal produksi khususnya pabrik NPK PT. Pupuk Kujang Cikampek Indonesia,dan telah memulai Kerja Praktek (KP) di perusahaan tersebut pada waktu yang ditentukan perusahaan. 4.1.2 Studi Lapangan dan Studi Literatur Pada tahap ini observer diberikan waktu dari pihak perusahaan untuk melakukan observasi dan pengambilan data yang dibutuhkan untuk penelitian dan penyusunan laporan. Pada tahap studi lapangan praktikan diberikan pengenalan tentang profil perusahaan, dan segala proses yang ada di dalam PT. Pupuk Kujang Cikampek, dimana pada tahap ini praktikan dapat mengenali dan memahami situasi kondisi bekerja di perusahaan tersebut, hal ini dilakukan dengan cara wawancara dan pengenalan langsung ke lapangan pekerjaan. Observasi yang telah dilakukan praktikan ke beberapa departemen di perusahaan seperti pada rendal produksi unit ammonia, urea, utility, dan NPK, departemen K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), departemen perawatan mesin atau maintenance, departemen Perencanaan dan Pengadaan material atau PPM, departemen pergudangan dan
51
pengantongan, serta departemen pemasaran. Pada tahap ini praktikan dapat mengetahui segala kegiatan secara menyeluruh. Pada tahap studi literatur, praktikan membutuhkan banyak informasi yang didapat dengan beberapa cara seperti wawancara secara langsung kepada karyawan baik dari superintendent tiap departemen maupun karyawan langsung yang berada di lapangan, informasi yang didapat akan sangat membantu dalam menunjang penyelesaian masalah yang diangkat dalam laporan kerja praktek karena infomasi yang didapat lebih akurat. 4.1.3 Perumusan Masalah Pada tahap ini, praktikan yang telah melakukan observasi lapangan, mengidentifikasi masalah yang akan diangkat dengan bantuan pihak yang terkait di perusahaan sebagai pembimbing. Perumusan laporan kerja praktek ini adalah bagaimana Perancangan tata letak pabrik yang tepat pada unit NPK Granular I sehingga dapat meminimalisir losses produk. Penentuan masalah kedua adalah pembuatan arus keluar masuknya produk sehingga penyimpanan produk lebih teratur. 4.1.4 Penentuan Tujuan Tahap ini merupakan tahap dimana tujuan ditetapkan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan Perancangan tata letak pabrik yang sesuai dan optimal sehingga dapat meminimalisir losses produk yang dikarenakan belum adanya kontrol baik terhadap produksi produk itu sendiri ataupun penyimpanannya. 4.1.5 Pengumpulan Data Pada tahap ini, dilakukan identifikasi terhadap data-data yang diperlukan dalam penyelesaian studi kasus adalah data produksi pupuk NPK pada tahun 2014 serta target produksi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
52
4.1.6 Pengolahan Data Adapun tahapan dalam pengolahan data terbagi menjadi beberapa tahap yang dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Pembuatan Trendline Losses produk untuk NPK Granular I tahun 2014 Analisis losses produk selama tahun 2014 untuk mengidentifikasi apakah trendline tersebut bullis trend (naik), bearish trend (turun), atau sideways (naik dan turun relatif sama). 2. Analisa penyebab Losses produk dengan Fish Bone Diagram Dengan menggunakan metode Moving Average maka dapat diketahui losses produk NPK Granular I tahun 2014 dengan lebih optimal. 4.1.7 Analisa Pada tahap ini dilakukan analisa dari pengolahan data yang telah dibuat. 4.1.8 Penutup Pada tahap ini disimpulkan hasil dari penulisan laporan kerja praktek ini. Kesimpulan ini mencakup tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan. Tahap ini juga berisi saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
BAB V
53
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data berdasarkan data realisasi kebutuhan pupuk NPK mulai dari bahan baku sampai produk jadi ditahun 2014 untuk melihat trend yang dihasilkan.
KONSUMSI BAHAN BAKU PUPUK NPK DAN UTILITAS PERIODE TAHUN 2014
54
Tabel 5.1 Kebutuhan Bahan Baku Pupuk NPK ditahun 2014
REALISASI PRODUKSI DAN PENGELUARAN BULANAN PABRIK NPK GRANULAR I – PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK
Tabel 5.2 Realisasi Produksi Dan Pengeluaran Bulanan Pabrik NPK Granular Tahun 2014
REALISASI PRODUKSI NPK – PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK PERIODE TAHUN 2014
55
Tabel 5.3 Realisasi produksi NPK PT. Pupuk Kujang periode tahun 2014
5.2 Pengolahan Data a. Formulasi
56
Tabel 5.4 Formula Produk NPK 17-8-22 b. Hitungan
Tabel 5.5 Perhitungan Formula produk NPK 17-8-22
57
Operation Process Chart
Gambar 5.1 Operation Process Chart
58
Routing Sheet
Tabel 5.6 Routing Sheet produk NPK
59
Losses Report pupuk NPK
Data bahan baku dan produksi di bawah merupakan data tahun 2014.
Tabel 5.7 Data Perbandingan Produksi dan Bahan Baku
Dari grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa trendline tersebut bersifat naik dan turun. Artinya, Losses produk di unit produksi NPK Granular masih jauh dari harapan yang semestinya < 2,5%.
60
BAB VI ANALISIS KASUS 6.1 Analisis Fishbone Diagram Pada kasus ini, penelitian dapat mengetahui akar permasalahan yang timbul dan mengakibatkan adanya production losses report Unit produksi NPK Granular I Pupuk Kujang dikarenakan penyebab yang ditunjukkan seperti pada diagram sebab akibat berikut : people informasi dan teknologi skill estimasi kurang akurat
Losses Mesin
penjadwalan kirim masih manual kurangnya sistem teknologi control
Peralatan Slip
Debu Cooler, Dryer, Crusher Recycle, Granul
komunikasi kurang PPIC dengan Warehouse
informasi tidak tersampaikan
pengontrolan stock kurang petugas terbatas
Losses produk p sistem yang kurang baik
frekuensi pengiriman kurang Sistem FIFO salah
Muatan terlalu banyak
petugas kurang ahli
jadwal salah produk kendaraan kurang penerapan 5S kurang
Warehouse Management
Transportasi
Lantai licin
(Penyimpanan)
Gambar 6.1 Diagram Sebab Akibat Losses Produk Diagram diatas merupakan diagram sebab akibat yang menunjukkan sebab-sebab yang dapat mengakibatkan terjadinya Losses di Unit Produksi NPK Granular I.
61
Penyebab yang mendukung terjadinya Losses adalah pada faktor manusia, transportasi, sistem informasi dan teknologi, serta manajemen dipergudangan Unit Produksi NPK Granular I di Pupuk Kujang. 1. People Pengontrolan stock yang masih belum terjadwal Komunikasi yang terjalin antara PPIC, Pemasaran, dan PHL (angkut barang) kurang lancar sehingga terjadi miss comomunication. 2. Sistem informasi dan teknologi Adanya sistem teknologi control yang kurang atau masih skala manual dalam mengontrol sistem pergudangan. Informasi yang tidak tersampaikan dikarenakan sistem informasi yang kurang rapi. 3. Warehouse Management Produk banyak yang defect sehingga tidak terjual hal ini mengakibatkan ketersediaan produk semakin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah sistem FIFO, dan kurangnya penerapan 5S. Sistem dalam management yang kurang baik. 4. Tansportasi Lantai produksi dan penyimpanan yang licin biasanya disebabkan oleh produk NPK yang terjatuh dan menjadi lembab (tanah liat).
6.2 Analisis Losses Report
Gambar 6.2 Trendline Losses Produk dan Bahan Baku
62
Setelah melakukan perbandingan produksi dan bahan baku NPK di tahun 2014 didapat hasil Losses dengan melihat trendline diatas yang bersifat naik dan turun. Artinya, Losses produk di unit produksi NPK Granular I masih jauh dari harapan yang semestinya < 2,5%.
63
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari pengamatan, pengumpulan dan pengolahan data serta analisa yang telah dilakukan, maka dalam laporan Kerja Praktek di PT. Pupuk Kujang Cikampek, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Analisa Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) atau diagram sebab akibat didapatkan bahwa faktor terjadinya Losses Report Pupuk NPK karena sistem yang kurang baik mulai dari faktor SDM, Management Warehouse, Transportasi, Sistem Teknologi dan Informasi antara
bagian-bagian yang terlibat. Trendline Losses bersifat naik dan turun. Artinya, Losses produk di unit produksi NPK Granular I masih jauh dari harapan yang semestinya <
2,5%. Rekomendasi kepada Perusahaan untuk memperhitungkan adanya ROP (reorder point) agar dapat meminimalisir Losses, karena tidak menumpuk di gudang yang menyebabkan banyak produk yang jatuh
dan rusak. Perhitungan
Losses
yang
terjadi
untuk
mengetahui
kerugian
Perusahaan perhari, perbulan, sampai pertahunnya. 7.2 Saran Analisa pada penyebab terjadinya Losses sebaiknya tidak hanya dilihat dari faktor internal di Perusahaan dan gudang akan tetapi juga melihat keadaan eksternal seperti transprotasi, dan pendistribusian produk di
Lini daerah-daerah yang dituju. Sebaiknya ada perubahan metode mesin produksi karena dalam proses
produksi pun terjadi losses yang cukup signifikan Infrastruktur pabrik harap dikaji ulang dan dianalisa ulang karena
secara tidak langsung berpengaruh terhadap losses produk SDM yang mengawasi proses produksi harap diperhatikan
64
Perancangan tata letak pabrik terutama dibagian pergudangan di pabrik NPK Granular I lebih diperhatikan untuk bisa meminimasi terjadinya
Losses. Rekomendasi
adanya
jalur transportasi Fork Lift
di bagian
pergudangan pabrik NPK Granular I untuk meminimasi terjadinya
Losses agar penyimpanan dan pengambilan produk lebih teratur. Perancangan tata letak pabrik penyimpanan produk di gudang dipisahkan antara produk jadi yang sebelumnya dengan produk jadi yang terbaru di produksi, agar pengambilan produk tersebut didahulukan yang produk sebelumnya yang tersimpan digudang sehingga tidak ada penurunan kualitas.
65
DAFTAR PUSTAKA
Sutalaksana, Iftikar Z. 2006. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Iswanto, Paulus. 2011. Skripsi: Perancangan Ulang Tata Letak Workshop Untuk Produksi Cover Bushing dan Sliding Bushing. Depok: Universitas Indonesia. Irmano,K. (Maret 2010). Buku Pegangan Pupuk NPK. Cikampek: PT Pupuk Kujang Cikampek. Widanti, Anggita Pandu. 2015. Laporan Kerja Praktek : Analisis Penyebab Lost Sales Dan Penentuan Jumlah Safety Stock Untuk Penentuan Kebutuhan Produk Pupuk Urea Subsidi Di Lini III Di Daerah Penyaluran Pupuk Urea Subsidi. Semarang: Universitas Diponegoro
66
LAMPIRAN
67
View more...
Comments