Laporan Korosi Inhibitor Kel KITA
January 24, 2019 | Author: ryaamu | Category: N/A
Short Description
ccbchhfjffjfjjf...
Description
LAPORAN TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
INHIBITOR Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu sa tu tugas mata kuliah Teknik Pencegahan Korosi
Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indarti Indar ti ,M.T.
Tanggal Praktikum : 29 November 2017 Tanggal Pengumpulan : 13 Desember 2017
Disusun oleh: Kelompok 8 Inda Robayani W
151411012
Lia Amalia M
151411013
Lira Aprilia P
151411012
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2017
I. TUJUAN
1
Dapat menjelaskan proses korosi logam baja dalam larutan NaCl
2
Dapat mempelajari pengaruh inhibitor nitrit, borax, dan benzoat terhadap laju korosi baja dalam larutan NaCl
3
Dapat menghitung laju korosi logam baja dalam larutan NaCl, NaCl dan Nitrit, NaCl dan Borax, Nacl dan Benzoat.
II. DASAR TEORI
Inhibitor adalah zat organik maupun anorganik yang ditambahkan kedalam suatu lingkungan untuk mengendalikan proses korosi. Sifat-sifat sebuah el ektrolit dapat diubah untuk membatasi agresifitas terhadap permukaan logam. Ion-ion yang paling agresif yang dapat menyerang permukaan logam baja adalah inon-ion sulfat, tiosulfat, tiosianat, dan klorida. Untuk menghambat ion-ion agresif tersebut dapat ditambahkan inhibitor nitrit sehingga dapat mengurangi laju korosi pada permukaan logam. Secara kualitatif inhibitor dibagi dalam tiga kelompok yaitu : 1. inhibitor anodik, Inhibitor anodik ini menghasilkan selaput pasif tipis pada permukaan anoda sehingga menghambat laju korosi. Zat-zat yang ditambahkan kedalam elektrolit mampu menahan terjadinya reaksi anodik. Contohnya : kromat, nitrat, dan nitrit yang merupakan inhibitor anodik oksidator. Adapun inhibitor anodik nonoksidator yaitu molibdat, fosfat, dan borax. Inhibitor anodik ini lebih effisien daripada inhibitor katodik apabila jumlah yang ditambahkan mencukupi. 2. inhibitor katodik Zat yang mampu menghambat reaksi di katoda, karena pada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yang sukar larut dan menempel kuatpada permukaanlogam sehingga menghambatlaju korosi, contohnya adalah garam magnesium,kalsium karbonat dan poliphospat. 3. inhibitor absorbsi merupakan molekul organik panjang dipermukaan logam. Diffusi oksigen keluar menjauhi permukaan, memantapkan lapisan pelindung, mereduksi laju pelarutan logam. Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laj u penyerangan
lingkungan itu terhadap suatu logam. Pada prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu.
Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut : (1)
Inhibitor
teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat penyerangan lingkungan terhadap logamnya. (2) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata. (3) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam. (4)
Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari
lingkungannya.
Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat dianggap terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan penghantar elektronik, maka inhibitor korosi memberikan kemungkinan Omenaikkan polarisasi anodik, atau menaikkan polasisasi katodik atau menaikkan tahanan listrik dari rangkaian melalui pembentukan endapan tipis pada permukaan logam. Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi yang diperoleh secara eksperimentil. Inhibitor adalah zat organic maupun anorganik yang ditambahkan kedalam suatu lingkungan untuk mengendalikan proses korosi. Ada berbagai jenis Inhibitor yang dikenal, dan diklasifikasikan berdasarkan bahan dasarnya, reaksi yang dihambat, serta mekanisme inhibisinya. 1. Menurut Bahan Dasarnya :
I nhibitor Organik : Menghambat korosi dengan cara teradsorpsi kimiawi pada permukaan logam, melalui ikatan logam-heteroatom. Inhibitor ini terbuat dari bahan organik. Contohnya adalah : gugus amine, tio, fosfo, dan eter. Gugus amine biasa dipakai di sistem boiler. I nhibitor Anorganik : Inhibitor yang terbuat dari bahan anorganik. 2. Menurut Reaksi yang dihambat :
I nhibitor katodik : Yang dihambat adalah reaksi reduksi. Molekul organik netral teradsorpsi di permukaan logam, sehingga mengurangi akses ion hidrogen menuju permukaan elektroda. Dengan berkurangnya akses ion hidrogen yang menuju
permukaan elektroda, maka hydrogen overvoltage akan meningkat, sehingga menghambat reaksi evolusi hidrogen yang berakibat menurunkan laju korosi. Inhibitor katodik dibedakan menjadi :
Inhibitor racun : Contohnya : As 2O3, Sb2O3. Inhibitor jenis ini
menghambat
penggabungan atom-atom Had menjadi molekul gas H2 di permukaan logam, dapat mengakibatkan perapuhan hidrogen pada baja kekuatan tinggi. Dan bersifat racun bagi lingkungan
Inhibitor presipitasi katodik : mengendapkan CaCO 3, MgCO3, CaSO4, MgSO4 dari dalam air. Contoh : ZnSO4 + dispersan.
Oxygen scavenger : mengikat O2 terlaru
Contoh : N 2H4 (Hydrazine) + O2 N2 + 2 H2O Hydrazine diinjeksikan di up stream Deaerator dalam sistem WHB (Waste Heat Boiler) dan WHR (Waste Heat Recovery) di unit pabrik Ammonia maupun Utilitas. I nhibitor Anodik : Adalah inhibitor yang menghambat reaksi oksidasi. Fe + OH- FeOHad + Fe + OH -
FeOHad + eFeOHad + FeOH+ + 2e-
Molekul organik teradsorpsi di permukaan logam, sehingga katalis FeOHad berkurang akibatnya laju korosi menurun. Contoh inhibitor anodik adalah molibdat, silikat, fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat. Inhibitor jenis ini sering dipakai / ditambahkan pada saat chemical cleaning peralatan pabrik.
I nhibitor campuran : Campuran dari inhibitor katodik dan anodik. 3. Menurut Mekanisme (Cara Kerja) Inhibisi : I nhibitor Pasivator : menghambat korosi dengan cara menghambat reaksi anodik melalui pembentukan lapisan pasif, sehingga merupakan inhibitor berbahaya, bila jumlah yang ditambahkan tidak mencukupi. Inhibitor Pasivator terdiri dari : Inhibitor Pasivator Oksidator, misalnya : Cr 2O72-, , CrO42-, ClO3-, ClO4-.
Cr 2O72- mempasivasi baja dengan peningkatan reaksi katodik dari Cr 2O72- menjadi Cr 2O3, dan menghasilkan lapisan pasif Cr 2O3 dan FeOOH. Inhibitor Pasivator non oksidator, contohnya : ion metalat (vanadat, ortovanadat, metavanadat), NO2-. Inhibitor vanadium dipakai di Unit CO 2 Removal Pabrik Ammonia, karena larutan Benfield yang bersifat korosif. Molybdat (MoO42-) menginhibisi dengan cara membentuk lapisan pelindung yang terdiri dari senyawa ferro-molybdat menurut reaksi berikut : Fe + ½ O2 + H+ Fe2+ + OH-
MoO42- + Fe2+
FeMoO4
Pembentuk senyawa tak larut :
INH + H2O
OH-
M + 2 OH-
MO + H2O
Misalnya : NaOH, Na3PO4, Na2HPO4, Na2CO3, NaBO3.
I nhibitor Presipitasi : Membentuk kompleks tak larut dengan logam atau lingkungan sehingga menutup permukaan logam dan menghambat reaksi anodik dan katodik. Contoh : Na3PO4, Na2HPO4. Contoh inhibitor yang bereaksi dengan logam : Na3PO4 +3H2O
3Na++3OH- + H3PO4
Fe + 2 OH-
FeO + H2O + 2e-
Contoh inhibitor yang bereaksi dengan lingkungan : 2 Na3PO4 +2Ca2+ (dalam air)
2Ca3(PO4)2 + 3Na2+
I nhibitor Adsorpsi : Agar teradsorpsi harus ada gugus aktif (gugus heteroatom). Gugus ini akan teradsorpsi di permukaan logam. Contoh : Senyawa asetilen, senyawa sulfur, senyawa amine dan senyawa aldehid. 1. Inhibitor Aman dan Inhibitor Berbahaya :
I nhibitor aman (tidak berbahaya) adalah inhibitor yang bila ditambahkan dalam jumlah yang kurang (terlalu sedikit) dari konsentrasi kritisnya, tetap akan mengurangi laju korosi. Inhibitor aman ini umumnya adalah inhibitor katodik, contohnya adalah garam-garam seng dan magnesium, calcium, dan polifosfat.
I nhibitor berbahaya adalah inhibitor apabila ditambahkan di bawah harga kritis akan mengurangi daerah anodik, namun luas daerah katodik tidak terpengaruh. Sehingga kebutuhan arus dari anoda yang masih aktif bertambah hingga mencapai harga maksimum sedikit di bawah konsentrasi kritis. Laju korosi di anoda-anoda yang aktif itu meningkat dan memperhebat serangan korosi sumuran. Yang
termasuk inhibitor berbahaya adalah inhibitor anodik, contohnya adalah molibdat, silikat, fosfat, borat, kromat, nitrit, dan nitrat.
III. ALAT DAN BAHAN Peralatan
Gelas kimia ukuran 1 L (6 buah). Logam baja ukuran. Taliukuran ±17 cm (6 buah). Selang udara.
Bahan-bahan Kertas ampelas. Larutan NaCl 3,56 gpl @1000mL (6 buah). K 2Cr 2O7 5% sebanyak 50 mL. Boraks 1% sebanyak 50 mL. Larutan CaO Larutan Etanol.
IV. CARA KERJA 4.1 PersiapanSpesimen
Menyiapkan 8 buah pelat baja
Mengampelas semua pelat dari grade 500-1000 sampai bersih dari kotoran
Mencuci semua pelat baja sampai bersih dengan air mengalir
Keringkan, timbang, dan ukur panjang semua pelat yang telah disiapkan.
4.2 PersiapanLarutan
Menyiapkan larutan proses NaCl 3,56 gpl sebanyak 6 buah
Menyiapkan larutan kromat 5% sebanyak 50 mL
Menyiapkan Larutan Borax 1% sebanyak 50 mL
Menyiapkan Larutan CaO sebanyak 50 mL
4.3 Proses Korosi
8 buah lo am
Am elas Ethanol 90% dan Kerin kan Ukur luas Timbang dan catat berat awal
Aerasi
Tan a Aerasi
Logam 1 - 4
Logam 5 - 8
1. Larutan NaCl 3,56 g/l
1. Larutan NaCl 3,56 g/l
2 . Larutan NaCl + boraks
2 . Larutan NaCl + boraks
3 . Larutan NaCl + K 2Cr 2O7
3 . Larutan NaCl + K 2Cr 2O7
4 . Larutan NaCl + larutan
4 . Larutan NaCl + larutan
CaO
CaO
Diamkan 8 hari Timban
V. DATA PENGAMATAN 5.1. Pengamatan hari ke-0 No. Larutan Pengamatan Elektrolit hari I
1
NaCl (aerasi)
- Larutan bening - Logam bersih dan mengkilat
2
NaCl + Borax (aerasi)
- Larutan bening - Logam bersih dan mengkilat
3
NaCl + K 2Cr 2O7 (aerasi)
- Larutan berwarna kuning bening. - Logam bersih dan mengkilat
4
NaCl (tanpa aerasi)
- Larutan bening. - Logam bersih dan mengkilat
Pengamatan hari ke-8 Logam & Lingkungan
5
NaCl + CaO (tanpa aerasi)
- Larutan berwarna bening. - Logam bersih dan mengkilat
6
NaCl + Borax (tanpa aerasi)
- Larutan berwarna bening. - Logam bersih dan mengkilat
7
NaCl + K 2Cr 2O7 (tanpa aerasi)
- Larutan berwarna kuning bening. - Logam bersih dan mengkilat
8
NaCl + CaO (tanpa aerasi)
- Larutan berwarna kuning bening. - Logam bersih dan mengkilat
5.2. Pengamatan hari ke-8
No.
Larutan Elektrolit
1
NaCl (aerasi)
2
NaCl + Borax (aerasi)
Pengamatan hari I
Pengamatan hari ke-8 Lingkungan & Logam
3
NaCl + K 2Cr 2O7 (aerasi)
4
NaCl + CaO (aerasi)
5
NaCl (tanpa aerasi)
6
NaCl + Borax (tanpa aerasi)
7
NaCl + K 2Cr 2O7
-
-
(tanpa aerasi)
8
NaCl + CaO (tanpa aerasi)
-
VI. PENGOLAHAN DATA ∆ =
.
r = laju korosi (mdd) ∆W = selisih berat (mg) A = luas permukaan logam (dm2) t = waktu (day) 6.1.Tabel Perhitungan
No. Logam 1 2 3
Luas Permukaan (dm2)
Berat Logam Awal (mg)
Berat Logam akhir (mg)
Lingkungan Elektrolit NaCl tanpa aerasi NaCl + K 2Cr 2O7 tanpa aerasi NaCl + Borax tanpa aerasi
Laju korosi (mdd)
NaCl + CaO tanpa aerasi NaCl dengan Aerasi NaCl + K 2Cr 2O7 dengan aerasi NaCl + Borax dengan aerasi NaCl + CaO dengan aerasi
4 5 6 7 8 6.2. Uraian Perhitungan 1. Logam dalam NaCl (aerasi)
A = cm2 = dm2 ΔW = b-a = – = gram = t = 8 hari r = ΔW/A.t = mg / ( dm2 * 8 hari) = mdd
mg
2. Logam dalam NaCl + Borax (aerasi) A ΔW t r
= cm2 = dm2 = b-a = – = gram = = 8 hari = ΔW/A.t = mg/ ( dm2 * 8 hari) = mdd
mg
3. Logam dalam NaCl + K 2Cr 2O7 (aerasi) A ΔW t r
= cm2 = dm2 = b-a = – = gram = = 8 hari = ΔW/A.t = mg / ( dm2 * 8 hari) = mdd
mg
4. Logam dalam NaCl + CaO (aerasi) A ΔW t r
= cm2 = dm2 = b-a = – = gram = = 8 hari = ΔW/A.t = mg/ ( dm2 * 8 hari) = mdd
mg
5. Logam dalam NaCl (tanpa aerasi) A = cm2 = dm2 ΔW = b-a = – = gram = t = 8 hari r = ΔW/A.t = mg / ( dm2 * 8 hari) = mdd
mg
6. Logam dalam NaCl + Borax (tanpa aerasi) A ΔW t r
= cm2 = dm2 = b-a = – = gram = = 8 hari = ΔW/A.t = mg/ ( dm2 * 8 hari) = mdd
mg
7. Logam dalam NaCl + K 2Cr 2O7 (tanpa aerasi) A ΔW t r
= cm2 = dm2 = b-a = – = gram = = 8 hari = ΔW/A.t = mg / ( dm2 * 8 hari) = mdd
mg
8. Logam dalam NaCl + CaO (tanpa aerasi) A ΔW t r
= cm2 = dm2 = b-a = – = gram = = 8 hari = ΔW/A.t = mg/ ( dm2 * 8 hari) = mdd
mg
6.3.Grafik Laju Korosi terhadap Lingkungan Y = laju korosi vs X= no logam
VII. PEMBAHASAN Pembahasan oleh Inda Robayani Walayudara (151411012) Pembahasan oleh Lia Amalia Mahmudah (151411013) Pembahasan oleh Lira Aprilia Pujianti (151411014)
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Inhibitor terbaik pada proses aerasi maupun non aerasi adal ah boraks. 2. Laju korosi lebih kecil bila diaerasi karena terbentuknya lapisan film yang dapat melindungi logam dari korosi. 3. Nilai laju korosi menurun dengan penambahan inhibitor. 4. Berikut adalah hasil perbandingan laju korosi: Lingkungan Elektrolit
Laju korosi (mdd)
NaCl tanpa aerasi NaCl + Boraks tanpa aerasi NaCl + K 2Cr 2O7 tanpa aerasi NaCl + CaO tanpa aerasi NaCl dengan aerasi NaCl + Nitrit dengan aerasi NaCl + Borax dengan aerasi NaCl + CaO dengan aerasi
DAFTAR PUSTAKA
Ngatin, A, Drs, MT, dkk. 2002. Teknik Pengendalian Korosi. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Bandung.
Tonapa, Yunus. 2008. Buku Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Teknik Pencegahan Korosi “Penggunaan Indikator untuk Studi Korosi Logam”.Bandung: POLBAN.
View more...
Comments