laporan KLT
March 11, 2018 | Author: wilda ulin nuha | Category: N/A
Short Description
laporan praktikum Kromatografi Lapis Tipis. silahkan dijadikan referensi, tp mohon d cantumkan sumbernya.. ini juga belu...
Description
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II DASAR-DASAR PEMISAHAN KIMIA
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
OLEH : 1. FITRI APRILIA
093194205
2. WILDA ULIN NUHA
093194211
3. ENDAH ROHMAWATI
093194216
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA PRODI PENDIDIKAN KIMIA 2011
1
A. Judul Percobaan : Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
B. Tujuan Percobaan : 1. Menentukan komposisi eluen yang tepat dengan metode cincin terkonsentrasi. 2. Menentukan nilai Rf dari zat warna pada tanaman dengan menggunakan pelat KLT. C. Dasar Teori Pemisahan campuran dengan cara Kromatografi Lpais Tipis didasarkan pada perbedaan kecepatan merambat antara partikel-partikel zat yang bercampur pada medium tertentu. Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT. Cara yang umum digunakan untuk memilih jenis eluen yang tepat adalah dengan menggunakna metode cincin terkonsentrasi. Noda sampel
Kurang polar
Lapisan luar pelarut (solvent front)
Cukup polar
Terlalu polar
Dikatakan eluen terlalu polar jika eluen tersebut menyebabkan noda pada pelat bergerak jauh keluar pusat lingkaran. Atau eluen tersebut menyebabkan noda pada pelat naik sampai batas atas pelat tanpa mengalami pemisahan. Eluen dikatakan kurang polar jika eluen tersebut ketika ditotolkan pada noda, noda tidak bergerak. 2
Rangkaian alat Kromatografi Lapis Tipis
Kaca penutup
Beaker glass
Pelat KLT
Garis batas bawah Noda Eluen
Untuk membuat garis batas pada pelat digunakan pensil, karena jika menggunakan bolpoin atau alat tulis bertinta, maka tinta akan ikut bergerak jika pelat diberi eluen. Setelah pelat diberi noda, dimasukkan dalam gelas yang telah berisi eluen dengan kepolaran yang tepat. Gelas ditutup kembali untuk menjaga kondisi gelas tetap jenuhu oleh uap pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Untuk menghitung nilai Rf, didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh oleh bercak warna masing-masing.
3
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
D. Alat dan Bahan -
Alat : Nama Alat
No 1.
Pelat KLT
2.
Pipa kapiler
3.
Gelas dengan dasar rata, lurus.
Ukuran
Jumlah
Spesifikasi
3x5 cm
2
-
5x2 cm
2
-
Panjang 5 cm
8
-
Diameter= 6 cm,
1
-
100 mL
2
Herma
-
1 lembar
-
tinggi= 12 cm
4.
Corong pisah
5.
Kertas saring whatman
6.
Gelas ukur
10 mL
2
Herma
7.
Beaker glass
50 mL
2
Pyrex
8.
Pelat kaca
10 x 10 cm
1
-
9.
Vial-vial kecil
-
6
-
-
1
-
30 cm
1
-
-
2
-
Besar
1
-
14. Spatula.
-
2
-
15. Plat tetes
12 lubang
1
-
16. Parutan
-
-
-
10. Pinset 11. Penggaris 12. Plastik untuk memeras sampel 13. Mortal dan penumbuk
4
-
Bahan : No
Nama Bahan
1.
Metanol
2.
Kloroform
3.
Daun pandan betawi yang sudah ditumbuk ±15 gram
4.
Kunyit yang sudah diparut ±15 gram
5.
Etanol
E. Langkah Percobaan -
Cara Kerja 1. Persiapan sampel. -
Daun pandan ditumbuk hingga halus, kemudian ditimbang 15,1320 gram dan direndam dengan 10 mL metanol untuk mengeluarkan zat warna (klorofil) yang terkandung dalam daun pandan. Kunyit diparut hingga halus, kemudian ditimbang sebanyak 15,0231 gram. Setelah itu, kunyit yang telah diparut tersebut, di rendam dalam etanol 10 mL untuk mengeluarkan curcumin yang terkandung dalam kunyit. kemudian kedua sampel tersebut diambil filtratnya dengan cara diperas (tangan dilapisi plastik). Tangan dilapisi plastik, dimaksudkan agar sampel tidak terkontaminasi dengan zat-zat yang mungkin masih tertinggal ditangan. Selain itu penggunaan plastik juga sebagai alat pengaman, karena metanol dan etanol merupakan zat yang cukup berbahaya.
-
Filtrat
yang
diperoleh
masih
mengandung
sedikit
residu.
Untuk
memisahkannya, filtrat ini didekantasi. Setelah itu filtrat yang telah didekantasi dimasukkan dalam corong pisah dan ditambahkan dengan 5 mL kloroform. Campuran dikocok dengan arah yang sama, agar diperoleh kestabilan antara kloroform dengan filtrat, sehingga hasil ekstraksi maksimal. Sesekali dibuka tutupnya untuk mengeluarkan gas yang terbentuk (gas Cl2). Selanjutnya campuran tersebut didiamkan sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah diambil dan digunakan sebagai pigmen sampel.
5
2. Persiapan pelat -
Pelat diaktifkan dengan memasukkannya didalam oven selama kurang lebih 10 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan air yang terkandung dalam pelat. Karena pelat terbuat dari silika gel yang bersifat mudah menyerap air.
-
Pelat dengan ukuran 3 x 5 cm digunakan untuk percobaan cincin terkonsentrasi. Pelat tersebut di beri titik-titik dengan pensil. Jarak antar titik sebesar ±1 cm, jumlah titik sebanyak 6 dan di beri tanda A-F untuk tempat menotolkan noda.
Pandan -
Kunyit
Pelat dengan ukuran 2x5 cm digunakan untuk penentuan Rf. Pelat diberi batas dengan pensil, batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1 cm. Batas bawah diberi tiik A dan B dengan jarak antar titik ±1 cm.
Pandan
Kunyit
3. Persiapan eluen a. Untuk cincin terkonsentrasi Eluen untuk cincin terkonsentrasi telah disediakan dilaboratorium dengan perbandingan metanol : diklorometana sebagai berikut : A=3:7 B=4:6 C=5:5 D=6:4 E=7:3 6
F= 8:2 b. Untuk penentuan Rf Kertas saring dimasukkan dalam gelas sedemikian hingga kertas tersebut menutupi seluruh dinding gelas, namun tidak sampai melebihi bagian atas gelas (jarak dengan bagian atas gelas kurang lebih 1 cm). Kemudian eluen E di masukkan dan gelas ditutup dengan kaca sampai kertas saring basah seluruhnya. Jika kertas saring telah bsah seluruhnya, menunjukkan bahwa kondisi dalam chamber telah jenuh. 4. Penotolan dan pengembangan sampel a. Untuk cincin terkonsentrasi Sampel ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler pada pelat sebanyak 1 kali dengan cara menempelkan ujung pipa kapiler tegak lurus dengan pelat, dan sedikit ditekan. Penotolan dilakukan pada keenam titik yang telah diberi tanda A-F pada pelat KLT sampai noda terlihat jelas. Kemudian eluen A-F yang telah disediakan di totolkan pada noda. Noda A dengan eluen A, noda B dengan eluen B, dan seterusnya. Bentuk cincin yang terjadi diamati, dan ditutup dengan selotip. Kemudian ditentukan tingkat kepolarannya dengan gambar dibawah ini:
Noda sampel
Lapisan luar pelarut (solvent front)
Kurang polar Kurang polar Terlalu polar
b. Untuk penentuan Rf Sampel ditotolkan pada tanda A dan tanda B pada garis bawah pelat hingga noda terlihat jelas. Pelat dimasukkan dalam gelas chamber dalam posisi setegak mungkin dengan menggunakan pinset sedemikian hingga posisi pelat 7
bagian bawah menyentuh dasar gelas. Gelas segera ditutup dengan kaca agar kondisi chamber tetap jenuh, kemudian ditunggu sampai eluen merambah naik hampir menyentuh tanda batas atas pelat. Pelat segera diambil ketika eluen tepat menyentuh tanda batas atas . Kemudian noda yang terbentuk diamati dan diberi tanda dengan pensil. Setelah itu noda ditutup dengan selotip agar noda tidak hilang.
-
Alur Percobaan 1. Persiapan sampel Pandan betawi -
Ditumbuk Diambil ± 15 gram Ditambah 10 mL metanol Diperas (dengan plastik)
Filtrat - Didekantasi Filtrat bersih - Dimasukkan dalam corong pisah - Ditambah 5 mL kloroform - Dikocok - Didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan - Lapisan bawah diambil
Sampel Pandan betawi
Kunyit -
Diparut Diambil ± 15 gram Ditambah 10 mL etanol Diperas (dengan plastik)
Filtrat - Didekantasi Filtrat bersih - Dimasukkan dalam corong pisah - Ditambah 5 mL kloroform - Dikocok - Didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan - Lapisan bawah diambil
Sampel kunyit
8
2. Persiapan pelat Pelat - Di oven selama 10 menit Pelat aktif
Untuk cincin terkonsentrasi
Untuk penentuan Rf - Pelat ukuran 2x5 cm - Diberi batas atas dan batas bawah dengan pensil - Batas atas 0,5 cm - Batas bawah 1 cm
- Pelat ukuran 3x5 cm - Diberi 6 titik dengan pensil dengan jarak antar titik 1 cm
Pandan
Kunyit
Pandan Kunyit 3. Persiapan eluen a. Untuk cincin terkonsentrasi Sudah tersedia di laboratorium b. Untuk penentuan Rf Kertas saring -
Dimasukkan dalam gelas hingga menutupi dinding gelas. Ditambahkan 5 mL eluen E Gelas ditutup dengan kaca Dibiarkan hingga kertas saring basah seluruhnya
Eluen siap
9
4. Penotolan dan pengembangan sampel a. Untuk cincin terkonsentrasi Pelat 3 x 5 cm - Sampel ditotolkan tepat pada titik A-F pada pelat KLT - Eluen A-F ditotolkan pada noda - Diamati dan dibandingkan eluen mana yang cocok untuk sampel Hasil
b. Untuk penentuan Rf Pelat 2 X 5 cm -
-
sampel ditotolkan pada titik pelat KLT dimasukkan ke dalam gelas dengan pelat bagian bawah menyentuh dasar gelas (tidak boleh miring). gelas ditutup kembali saat eluen menyentuh batas atas pelat, pelat KLT diambil dengan hati-hati. noda diamati dan diberi tanda pensil pelat ditutup selotip dengan segera. dihitung harga Rf nya.
Hasil Pengamatan
F. Hasil Pengamatan 1. Cincin Terkonsentrasi Pelarut
A
B
C
D
E
F
Kunyit
TP
TP
TP
CP
KP
TP
Pandan
TP
TP
KP
TP
CP
TP
10
Keterangan:
KP = Kurang polar CP = Cukup Polar TP = Terlalu Polar
Gambar a : kunyit
Gambar b : pandan
2. Penentuan Rf
Sampel
Rf1,A
Rf1,B
Rf2,A
RF2,B
Rf3,A
Rf3,B
Rf4,
Rf4,B
Rf5,A
Rf5,B
0,285
0,457
0,428
7
1
6
A
Kunyit
Rata-
0,057
0,057
0,142
0,142
0,228
1
1
9
9
6
0,0571
0,1429
0,2143
0,2
0,3
0,2929
0,4429
rata 11
Pandan
Rata-
0,142
0,142
0,171
0,185
0,257
0,271
9
9
4
7
1
4
0,1429
0,1786
0,3
0,314
0,4
0,4
3
0,2643
0,3072
0,4
rata
Sampel
Rf6A
Rf6B
Rf7A
Rf7B
Rf8A
Rf8B
Pandan
0,5
0,4857
0,5714
0,5714
0,7
0,7143 0,7857 0,7857
Rata-rata
0,4929
0,5714
Kunyit
0,7072
Rf9A
Rf9B
0,7857
Pandan
G. Perhitungan dan Analisis Data
Perhitungan 1. Penentuan nilai Rf Rf =
dimana:
a
b
12
Pada kunyit Pelat A
Pelat B
• Noda 1 ( a= 0,2 Rf1,A =
Rf1,A =
b = 3,5 )
• Noda 1 ( a= 0,2 b= 3,5 )
Rf1,B =
,
Rf1,B =
,
Rf1,A = 0,0571
, ,
Rf1,B = 0,0571 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
, ,! ,"# ,"#
Rf rata-rata = 0,0571 • Noda 2 ( a= 0,5 Rf2,A =
Rf2,A =
b = 3,5 )
• Noda 2 ( a= 0,5 b= 3,5 )
Rf2,B =
,
Rf2,B =
,
Rf2,A = 0,1429
, ,
Rf2,B = 0,1429 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
$, $,! ,#%& ,#%&
Rf rata-rata = 0,1429 • Noda 3 ( a= 0,8 Rf3,A =
b = 3,5 )
• Noda 3 ( a= 0,7 b= 3,5 ) Rf3,B =
13
Rf3,A =
,'
Rf3,B =
,
Rf3,A = 0,2286
," ,
Rf3,B = 0,2 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
(, (,! ,') ,
Rf rata-rata = 0,2143 • Noda 4 ( a= 1,05 Rf4,A =
Rf4,A =
b = 3,5 )
• Noda 4 ( a= 1 b= 3,5 )
Rf4,B =
#,
Rf4,B =
,
Rf4,A = 0,3
#
,
Rf4,B = 0,2857 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
*, *,! , ,'"
Rf rata-rata = 0,2929 • Noda 5 ( a= 1,6 Rf5,A =
Rf5,A =
b = 3,5 )
• Noda 5 ( a= 1,5 b= 3,5 ) Rf5,B =
#,
Rf5,B =
,
Rf5,A = 0,4571
#, ,
Rf5,B = 0,4286 Rf rata-rata =
+, +,!
14
Rf rata-rata =
,%"#
,%')
Rf rata-rata = 0,4429
Pada Pandan Pelat A
Pelat B
• Noda 1 ( a= 0,5 Rf1,A =
Rf1,A =
b = 3,5 )
• Noda 1 ( a= 0,5 b= 3,5 )
Rf1,B =
,
Rf1,B =
,
Rf1,A = 0,1429
, ,
Rf1,B = 0,1429 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
, ,! ,#%&
,#%&
Rf rata-rata = 0,1429 • Noda 2 ( a= 0,5 Rf2,A =
Rf2,A =
b = 3,5 )
• Noda 2 ( a= 0,65 b= 3,5 ) Rf2,B =
,)
Rf2,B =
,
Rf2,A = 0,1714
,) ,
Rf2,B = 0,1857 Rf rata-rata =
$, $,!
15
Rf rata-rata =
,#"#%
,#'"
Rf rata-rata = 0,1786 • Noda 3 ( a= 0,9 Rf3,A =
Rf3,A =
b = 3,5 )
• Noda 3 ( a= 0,95 b= 3,5 )
Rf3,B =
,&
Rf3,B =
,
Rf3,A = 0,2571
,& ,
Rf3,B = 0,2714 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
(, (,! ,"#
,"#%
Rf rata-rata = 0,2643 • Noda 4 ( a= 1,05 Rf4,A =
Rf4,A =
b = 3,5 )
• Noda 4 ( a= 1,1 b= 3,5 )
Rf4,B =
#,
Rf4,B =
,
Rf4,A = 0,3
#,# ,
Rf4,B = 0,3143 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
*, *,! ,
,#%
Rf rata-rata = 0,3072 • Noda 5 ( a= 1,4 Rf5,A =
b = 3,5 )
• Noda 5 ( a= 1,4 b= 3,5 ) Rf5,B =
16
Rf5,A =
#,%
Rf5,B =
,
Rf5,A = 0,4
#,% ,
Rf5,B = 0,4 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
+, +,! ,%
,%
Rf rata-rata = 0,4 • Noda 6 ( a= 1,75 Rf5,A =
Rf5,A =
b = 3,5 )
• Noda 6 ( a= 1,7 b= 3,5 )
Rf6,B =
#,"
Rf6,B =
,
Rf5,A = 0,5
#," ,
Rf6,B = 0,4857 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
,, ,,! ,
,%'"
Rf rata-rata = 0,4929 • Noda 7 ( a= 2 Rf7,A =
Rf7,A =
b = 3,5 )
• Noda 7 ( a= 2 b= 3,5 ) Rf7,B =
Rf7,B =
,
Rf7,A = 0,5714
,
Rf7,B = 0,5714 Rf rata-rata =
-, -,!
17
Rf rata-rata =
,"#%
,"#%
Rf rata-rata = 0,5714 • Noda 8 ( a= 2,45 Rf8,A =
Rf8,A =
b = 3,5 )
• Noda 8 ( a= 2,5 b= 3,5 )
Rf8,B =
,%
Rf8,B =
,
Rf8,A = 0,7
, ,
Rf8,B = 0,7143 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
., .,! ,"
,"#%
Rf rata-rata = 0,7072 • Noda 9 ( a= 2,75 Rf9,A =
Rf9,A =
b = 3,5 )
• Noda 9 ( a= 2,75 b= 3,5 )
Rf2,B =
,"
Rf2,B =
,
Rf9,A = 0,7857
," ,
Rf2,B = 0,7857 Rf rata-rata =
Rf rata-rata =
/, /,! ,"'"
,"'"
Rf rata-rata = 0,7857
18
2. Penentuan Standard Deviasi S2 =
∑123 4 2̅ 6$ 74#
Pada Kunyit a. Noda 1 ( Rf1,A = 0,0571 , Rf1,B = 0,0571 , Rf rata-rata = 0,0571) $
S12
=
82, 4 2̅ 9
$
82,! 4 2̅ 9
74#
=
1,"# 4 ,"#6$
1,"# 4 ,"#6$
4#
=
#
=0 b. Noda 2 ( Rf2,A = 0,1429 , Rf1,B = 0,1429 , Rf rata-rata = 0,1429 ) $
S22
=
82$, 4 2̅ 9
$
82$,! 4 2̅ 9
74#
=
1,#%& 4 ,#%&6$
1,#%& 4 ,#%&6$
4#
=
#
=0 c. Noda 3 ( Rf3,A = 0,2286 , Rf3,B = 0,2 , Rf rata-rata = 0,2143) $
S32
=
82(, 4 2̅ 9
$
82(,! 4 2̅ 9
74#
=
1,') 4 ,#%6$
1, 4 ,#%6$
4#
19
=
,%%&
,%%& #
= 0,00040898 d. Noda 4 ( Rf4,A = 0,3 , Rf4,B = 0,2857 , Rf rata-rata = 0,2929) $
S42
=
$
82*, 4 2̅ 9
82*,! 4 2̅ 9
74#
=
1, 4 ,&&6$
1,'" 4 ,&&6$ 4#
=
,%#
,#'% #
= 0,00010225 e. Noda 5 ( Rf5,A = 0,4571 , Rf5,B = 0,4286 , Rf rata-rata = 0,4429) $
S52
=
$
82+, 4 2̅ 9
82+,! 4 2̅ 9
74#
=
1,%"# 4 ,%%&6$
=
1,%') 4 ,%%&6$
4# ,#)%
,%%%& #
= 0,00040613 Sehingga nilai S2 =
=
: $
:$ $
:( $
:* $
:+ $
,%'&'
,#
,%)#
=
,")
= 0,000183472
20
Pada Pandan a. Noda 1 ( Rf1,A = 01429 , Rf1,B = 0,1429 , Rf rata-rata = 0,1429) $
S12
=
82, 4 2̅ 9
$
82,! 4 2̅ 9
74#
=
1,#%& 4 ,#%&6$
1,#%& 4 ,#%&6$
4#
=
#
=0 b. Noda 2 ( Rf2,A = 0,1714 , Rf1,B = 0,1857 , Rf rata-rata = 0,1786 ) $
S22
=
82$, 4 2̅ 9
$
82$,! 4 2̅ 9
74#
=
1,#"#% 4 ,#"')6$
1,#'" 4 ,#"')6$
4#
=
,#'%
,%# #
= 0,00010225 c. Noda 3 ( Rf3,A = 0,2571 , Rf3,B = 0,2714 , Rf rata-rata = 0,2643) $
S32
=
82(, 4 2̅ 9
$
82(,! 4 2̅ 9
74#
=
1,"# 4 ,)%6$
=
1,"#% 4 ,)%6$
4# ,#'%
,%# #
= 0,00010225 d. Noda 4 ( Rf4,A = 0,3 , Rf4,B = 0,3143 , Rf rata-rata = 0,3072)
21
$
S42
=
$
82*, 4 2̅ 9
82*,! 4 2̅ 9
74#
=
1, 4 ,"6$
1,#% 4 ,"6$ 4#
=
,#'%
,%# #
= 0,00010225 e. Noda 5 ( Rf5,A = 0,4 , Rf5,B = 0,4 , Rf rata-rata = 0,4)
S52 =
82+, 4 2̅ 9
$
82+,! 4 2̅ 9
$
74# 1,% 4 ,% 6$
=
1,% 4 ,%6$
4#
=
#
=0 f. Noda 6 ( Rf6,A = 0,5 , Rf6,B = 0,4857 , Rf rata-rata = 0,4929) $
S62
=
82,, 4 2̅ 9
$
82,,! 4 2̅ 9
74#
=
1, 4 ,%&&6$
=
1,%'" 4 ,%&&6$ 4#
,%#
,#'% #
= 0,00010225 g. Noda 7 ( Rf7,A = 0,5714 , Rf7,B = 0,5714 , Rf rata-rata = 0,5714) $
S72
=
82-, 4 2̅ 9
$
82-,! 4 2̅ 9
74#
22
1,"#% 4 ,"#% 6$
=
1,"#% 4 ,"#%6$
4#
=
#
=0 h. Noda 8 ( Rf8,A = 0,7 , Rf4,B = 0,7143 , Rf rata-rata = 0,7072) $
S82
=
82., 4 2̅ 9
$
82.,! 4 2̅ 9
74# 1," 4 ,""6$
=
1,"#% 4 ,""6$ 4#
=
,#'%
,%# #
= 0,00010225 i. Noda 9 ( Rf9,A = 0,7857 , Rf9,B = 0,7857 , Rf rata-rata = 0,7857) $
S92
=
82/, 4 2̅ 9
$
82/,! 4 2̅ 9
74# 1,"'" 4 ,"'" 6$
=
1,"'" 4 ,"'"6$
4#
=
#
=0 2
Sehinggan nilai S = S2 =
: $
:$ $
:( $
:* $
:+ $
:, $
:- $
:. $
:/ $
&
,# ,# ,# ,# ,#
S2 =
&
,## &
S2 = 0,000056805 23
Analisis data. 1. Cincin terkonsentrasi A. Kunyit
-
A
B
C
D
E
F
Noda A Sampel ditotolkan pada titik A, kemudian ditotolkan eluen A pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen A terlalu polar untuk sampel (kunyit). Karena noda terlalu menyebar keluar.
-
Noda B Sampel ditotolkan pada titik B, kemudian ditotolkan eluen B pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen B terlalu polar untuk sampel (kunyit). Karena noda terlalu menyebar keluar.
-
Noda C Sampel ditotolkan pada titik C, kemudian ditotolkan eluen C pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen C terlalu polar untuk sampel (kunyit). Karena noda terlalu menyebar keluar.
-
Noda D
24
Sampel ditotolkan pada titik D, kemudian ditotolkan eluen D pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen D cukup polar untuk sampel (kunyit). Karena noda tidak terlalu menyebar keluar dan terlalu kedalam. Selain itu, pada noda terdapat noda yang berwarna lebih komplek, yang menunjukkan kesamaan warna pada percobaan penentuan Rf. -
Noda E Sampel ditotolkan pada titik E, kemudian ditotolkan eluen E pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen E kurang polar untuk sampel (kunyit). Karena noda tidak menyebar dan noda dekat dengan titik pusat.
-
Noda F Sampel ditotolkan pada titik F, kemudian ditotolkan eluen F pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen F terlalu polar untuk sampel (kunyit). Karena noda terlalu menyebar keluar.
B. Pandan
A
B
C
D
E
F
25
-
Noda A Sampel ditotolkan pada titik A, kemudian ditotolkan eluen A pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen A terlalu polar untuk sampel (pandan). Karena noda terlalu menyebar keluar.
-
Noda B Sampel ditotolkan pada titik B, kemudian ditotolkan eluen B pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen B terlalu polar untuk sampel (pandan). Karena noda terlalu menyebar keluar.
-
Noda C Sampel ditotolkan pada titik C, kemudian ditotolkan eluen C pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen C kurang polar untuk sampel (pandan). Karena noda tidak menyebar dan noda dekat dengan titik pusat.
-
Noda D Sampel ditotolkan pada titik D, kemudian ditotolkan eluen D pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen D terlalu polar untuk sampel (pandan). Karena noda terlalu menyebar keluar.
-
Noda E Sampel ditotolkan pada titik E, kemudian ditotolkan eluen E pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen E cukup polar untuk sampel (pandan). Karena noda tidak terlalu menyebar keluar dan terlalu kedalam. Selain itu, pada noda terdapat noda yang berwarna lebih komplek, yang menunjukkan kesamaan warna pada percobaan penentuan Rf.
-
Noda F Sampel ditotolkan pada titik F, kemudian ditotolkan eluen F pada titik yang sama. Terbentuk noda seperti pada gambar diatas. Dari noda yang terbentuk tersebut, diketahui bahwa eluen F terlalu polar untuk sampel (pandan). Karena noda terlalu menyebar keluar.
26
2. Penentuan Rf Berdasarkan noda yang didapat pada pelat, dapat dihitung nilai Rf untuk masingmasing noda yang terbentuk pada pelat. Untuk menentukan Rf digunakan rumus
Rf =
noda kunyit pada pelat didapatkan sebanyak lima noda. Perhitungan Rf untuk sampel kunyit didapatkan sebagai berikut : Sampel
Rf1,A
Rf1,B
Rf2,A
RF2,B
Rf3,A
Rf3,B
Rf4,
Rf4,B
Rf5,A
Rf5,B
0,285
0,457
0,428
7
1
6
A
Kunyit
Rata-
0,057
0,057
0,142
0,142
0,228
1
1
9
9
6
0,0571
0,1429
0,2143
0,2
0,3
0,2929
0,4429
rata
Gambar 1 : Noda kunyit pada pelat KLT Lima noda pada pelat menunujukkan kandungan senyawa dalam kunyit yang digunakan untuk bertahan dari keadaan lingkungan.
noda pandan pada pelat didapatkan sebanyak sembilan noda. Perhitungan Rf untuk sampel pandan didapatkan sebagai berikut :
27
Sampel
Rf1,A
Rf1,B
Rf2,A
RF2,B
Rf3,A
Rf3,B
Rf4,A Rf4,B
Rf5,A
Rf5,B
Pandan
0,142
0,142
0,171
0,185
0,257
0,271
0,3
0,4
0,4
9
9
4
7
1
4
Rata-
0,1429
0,1786
0,2643
0,314 3
0,3072
0,4
rata Rf6A
Rf6B
Rf7A
Rf7B
Rf8A
Rf8B
Rf9A
Rf9B
0,5
0,485
0,5714
0,571
0,7
0,714
0,785
0,78
3
7
57
7 0,4929
4 0,5714
0,7072
0,7857
Gambar 2 : Noda pandan pada pelat KLT Noda pada pelat KLT menunjukkan banyaknya senyawa yang terkandung oleh pandan, yang digunakan untuk bertahan dalam kondisi lingkungan (beradaptasi).
H. Simpulan Dari percobaan yang berjudul Kromaografi Lapis Tipis (KLT) yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Berdasarkan cincin terkonsentrasi maka kami menggunakan eluen E yang terdiri dari metanol : diklorometana dengan perbandingan 7 : 3 karena eluen E cukup polar. 2. Nilai Rf pada masing – masing sampel adalah sebagai berikut : Kunyit memiliki 5 nilai Rf yaitu :
28
Sampel
Rf1,A
Rf1,B
Rf2,A
RF2,B
Rf3,A
Rf3,B
Rf4,
Rf4,B
Rf5,A
Rf5,B
0,285
0,457
0,428
7
1
6
A
Kunyit
Rata-
0,057
0,057
0,142
0,142
0,228
1
1
9
9
6
0,0571
0,1429
0,2
0,2143
0,3
0,2929
0,4429
rata
Daun pandan memiliki 9 nilai Rf yaitu : Sampel
Rf1,A
Rf1,B
Rf2,A
RF2,B
Rf3,A
Rf3,B
Rf4,A Rf4,B
Rf5,A
Rf5,B
Pandan
0,142
0,142
0,171
0,185
0,257
0,271
0,3
0,4
0,4
9
9
4
7
1
4
Rata-
0,1429
0,1786
0,2643
0,314 3
0,3072
0,4
rata Rf6A
Rf6B
Rf7A
Rf7B
Rf8A
Rf8B
Rf9A
Rf9B
0,5
0,485
0,5714
0,571
0,7
0,714
0,785
0,78
3
7
57
7 0,4929
4 0,5714
0,7072
0,7857
I. Jawaban Pertanyaan 1. Apakah yang terjadi jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT terlalu polar atau kurang polar? Mengapa? Jawab: Jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT terlalu polar, noda yang ditotolkan pada pelat akan naik sampai batas atas pelat tanpa mengalami pemisahan. Sebaliknya, jika eluen yang digunakan sebagai pelarut pengembang pada KLT kurang polar, maka noda yang ditotolkan tidak bergerak. Sehingga jika eluen yang digunakan kurang tepat kepolarannya, noda tidak dapat diidentifikasi karena tidak mengalami pemisahan. 2. Apa fungsi kertas saring pada percobaan penentuan Rf? Jawab:
29
Berfungsi untuk menjenuhkan gelas dengan uap pelarut setelah dibasahkan dengan uap dari campuran pelarut pengembang. 3. Mengapa permukaan pelat KLT tidak boleh rusak? Jawab: Agar warna noda / warna sampel muda dideteksi. Jika pelat rusak maka warna noda tidak akan terpisah dengan baik. 4. Mengapa pelat KLT yang digunakan harus dikeringkan dulu dalam oven? Jawab: Pelat terbuat dari silika gel yang mudah menyerap air. Agar pelat bebas dari molekul-molekul air yang terikat. Jumlah air yang terikat sangat berpengaruh pada pemisahan, karena air terikat sangat kuat pada adsorben sehingga menghambat terjadinya kesetimbangan dengan molekul-molekul analit. 5. Mengapa batas atas dan batas bawah pelat harus diberi tanda dengan pensil? Jawab: Agar warna tidak ikut menyebar dalam pelat. Jika menggunakan bahan bertinta, warna tinta akan ikut menyebar. Sehingga analisis sampel akan sulit. J. Daftar Pustaka -
Azizah, Utiya, dkk. 2008. Panduan Praktikum Mata Kuliah Kimia Analitik II : Dasar-Dasar Pemisahan Kimia. Surabaya : Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
-
Sianita, Maria Monica. 2008. Kromatografi. Surabaya : Departemen Pendidikan Nasional, FMIPA, UNESA.
-
Soebagio, dkk. 1999. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang.
-
Jr, Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
-
Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis Tipis(online). http://chem-is-try.org. Diakses 29 April 2011.
30
View more...
Comments