laporan kimfis eutektikum
April 25, 2019 | Author: Merlin Djami Bale | Category: N/A
Short Description
Download laporan kimfis eutektikum...
Description
LABORATORIUM KIMIA SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI STIFA MAKASSAR
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA PERCOBAAN I “TITIK EUTEKTIKUM”
Oleh :
NAMA
: ASTRELLA SINLAELOE
NIM
: 12 01 189
KELOMPOK : VI (ENAM)
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA) KEBANGSAAN MAKASSAR 2013
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Besarnya titik lebur suatu zat padat dipengaruhi oleh Bentuk dan sifat ikatan atom-atom sehingga dapat juga digunakan sebagai jalan untuk mengetahui kemurnian suatu zat. Apabila suatu zat padat tercampur oleh bahan pengotor, maka tentu saja akan mempengaruhi besarnya titik lebur zat murni. Komponen dalam suatu system merupakan jumlah minimum dari spesis yang yang secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap fase dalam suatu system ,jika suatu system mengandung satu atau lebih komponen dalam satu atau lebih fase pada keadaan kesetimbangan. Dalam bidang farmasi, suatu senyawa obat murni dapat ditentukan kemurniannya salah satunya dengan jalan penentuan titik leburnya. Selain itu penentuan titik lebur dari suatu bahan obat juga digunakan dalam pembuatan sediaan obat (terutama untuk obat yang diberikan melalui rektal), dan diperlukan pada penentuan cara penyimpanan suatu sediaan obat agar tidak mudah rusak pada suhu kamar/tertentu.
Melihat kegunaan dari penentuan titik eutektikum atau titik lebur suatu zat padat ini, maka diadakan praktikum ini dengan maksud agar mahasiswa memahami cara penentuan titik lebur suatu senyawa obat.
I.2. Maksud Dan Tujuan I.2.1. Maksud Percobaan
Agar dapat mengetahui dan memahami cara penentuan titiklebur dari suatu zat padat secara mikro dengan membandingkan titik lebur asam salisilat dengan mentol dan menentukan kecepatan titik lebur antara asam salisilat dengan mentol I.2.2. Tujuan percobaan
Menentukan titik lebur dari zat padat yaitu asam salisilat
dengan
menggunakan paraffin sebagai medium penghantar panas
I.3. prinsip percobaan
Dalam percobaan kita mengenalnya dengan nama titik eutektikum yaitu suatu campuran dispersi padat yang memiliki suhu lebur paling rendah. Pada titik tersebut terjadi kesetimbangan antara fase padat dan fase cairnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1Teori Umum
Titik eutektikum adalah suatu sistem dispersesi padat yang memiliki suhu lebur paling rendah.Pada titk tersebut terjadi kesetimbangan antara fase padat dan fase cairnya.Dalam bidang analisa titik lebur suatu senyawa dipilih sebagai tetapan karakteristik senyawa untuk identifikasinya . Fasa adalah bagian yang serba sama dari suatu system, yang dapat dpisahkan secara mekanik, serbasama dalam halkomposisi dan sifat kimia dan sifat-sifat fisika. Jika suatu sistem mengandung satu atau lebih komponen dalam satu atau lebih fasa pada keadaan kesetimbangan, ada hubungan umum yang harus di penuhi antara lain jumlah fasa (p), komponen (c), dan derajat bebas (f). persamaan dengan aturanb fase dikemukakan oleh J. Willard Gibbs : (1 : 1) f= c-p+2 keteragan : f = jumlah derajat bebas c = jumlah komponen p = jumlah fase yang ada
Derajat bebas di definisika
sebagai variable insentif yang terkecil
(suhu, tekanan, kadar, refraksi indeks, bobot jenis, dan viskositas). Semakin banyak jumlah komponen semakin banyak variable, oleh karena itu c bertanda (+).Semakin banyak jumlah fase semakin banyak pula syarat kesetimbangan dan jumlah persamaan, sehingga mengurangi beberapa variable, jadi p bertanda (-). (1 : 2) Besarnya titik lebur suatu zat padat dipengaruhi oleh Bentuk dan sifat ikatan atom-atom sehingga dapat juga digunakan sebagai jalan untuk mengetahui kemurnian suatu zat. Apabila suatu zat padat tercampur oleh bahan pengotor, maka tentu saja akan mempengaruhi besarnya titik lebur zat murni (2). Titik didih adalah suhu (temperatur) dimana tekanan uap sebuah zatcair sama dengan tekanan external yang dialami oleh cairan. Sebuah cairan di dalam vacuum akan memiliki titik didih yang rendah dibandingkan jika cairan itu berada di dalam tekanan atmosphere
Titik didih suatu cairan
ialah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan pada permukaan cairan). Apabila tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung uap yang terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan menuju fase gas. Oleh karena itu, titik didih suatu cairan bergantung pada tekanan luar (3). Titik lebur sebuah benda adalah suhu dimana benda tersebut akan meleleh dan berubah wujud yang sebelumnya merupakan benda padat akan
menjadi benda cair. Titik lebur bersifat karakteristik dimana digunakan untuk menentukan sifat fisika dari suatu zat. Karakteristik suatu zat berbeda dengan yang lain (4). Sekarang jika zat terlarut dilarutkan dalam cairan pada titik tripel (air bebas udara, dimana zat padat, zat cair dan uap ada dalam keseimbangan, terletak
pada
tekanan
4,58
mm
Hg
dan
temperature
0,0098 o C),
kecenderungan melepaskan diri atau tekanan uap pelarut cair mengalami penurunan di bawah tekanan pelarut murni. Temperatur harus turun dengan maksud menata kembali kesetimbangan antara cair dan padat.Karena kenyataan ini, titik beku larutan selalu lebih rendah daripada pelarut murni.Dianggap pelarut membeku dalam keadaan murni daripada sebagai larutan padat yang mengandung zat terlarut.Perbedaan titik lebur senyawasenyawa dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah perbedaan kuatnya ikatan yang dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut.Semakin kuat ikatan yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi juga titik lebur unsur tersebut. Perbedaan titik lebur antara senyawa-senyawa pada golongan yang sama dapat dijelaskan dengan perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa tersebut (5)
II.2 Uraian Bahan
1. Asam salisilat (6; 56) Nama resmi
: ACIDUM SALICYLICUM
Sinonim
: Asam salisilat
RM/BM
: C7H6O3 / 138,12
Pemerian
: Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih, tidak berbau, rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan
: Larut dalam 550 bagian air dalam 4 bagian etanol (95%)P, mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P, larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P, kalium sitrat P dan natrium sitrat P.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan
: Sebagai sampel
2. Menthol
(6; 362)
Nama resmi
: MENTHOLUM
Sinonim
: Mentol
RM/BM
: C10H20O / 156,30
Pemerian
: Hablur berbentuk tajam atau prisma, tidak berwarna, bau tajam seperti minyak permen, rasa panas dan aromatik diikuti rasa dingin.
Kelarutan
: Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol (95%)P, dalam kloroform P dan dalam eter P, mudah larut dalam paraffin cair P, dan dalam minyak atsiri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk. Kegunaan 3. Paraffin cair
: Sebagai sampel ( 6; 474)
Nama Resmi
: PARAFFINUM LIQUIDUM
Sinonim
: Paraffin cair
Pemerian
: Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
BAB III METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat yang digunakan: 1. Klem 2. Labu tile 3. Lampu spritus 4. Pipa kapiler 5. Sendok tanduk 6. Statif 7. Termometer 8. Timbangan analitik 9. Kaca arloji III.1.2 Bahan yang digunakan: 1. Asam salisilat 2. Benang godam 3. Kertas perkamen 4. Menthol 5. Paraffin 6. Tissue
III. 2 Prosedur kerja
1. Disiapkan Alat dan bahan 2. Ditimbang Asam salisilat-Menthol dengan perbandingan 0:5, 1:4, 4:2, 5:1 lalu dicampur hingga homogen 3. Dimasukkan campuran tersebut ke dalam ujung pipa kapiler dengan cara ditotolkan ( hingga mencapai ketinggian 1 cm) 4. Diikatkan pipet pada termometer dan dimasukkan dalam labu tile yang telah berisi paraffin 5. Diamati dan dicatat suhu pada saat melebur pertama dan suhu pada saat telah melebur keseluruhannya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Data Pengamatan
No
Asam Salisilat
Mentol
Suhu awal
Waktu
akhir
Keterangan
awal
akhir
1
0
5
39 C
98 C
3 detik
51 detik
-
2
1
4
-
-
-
-
Melebur pada suhu kamar
3
4
2
42 C >100 C
3 detik
-
4
5
1
47 0C
2 detik
1 menit 15 detik 1 menit 17 detik
>100
-
IV.2 PEMBAHASAN
Titik eutektikum adalah suatu sistem campuran dispersi padat yang memiliki suhu lebur paling rendah. Pada titik tersebut terjadi kesetimbangan fase padat dan fase cairnya. Dalam bidang analisa titik lebur suatu senyawa dipilih sebagai tetapan karakterisitik senyawa untuk identifikasinya. Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah mentol dan asam salisilat. Mentol dan asam salisilat ditimbang jumlah keduanya yaitu 1 g dengan tiga perbandingan yaitu asam salisilat : mentol yaitu 0:5, 1:4, 4:2,dan 5:1. Setelah itu masing-masing perbandingan dicampur hingga homogen dan dimasukkkan ke dalam pipa kapiler dengan cara ditotolkan. Lalu diikatkan
pipa kapiler pada termometer dan dimasukkan dalam labu tile yang telah diisi dengan paraffin. Setelah itu diamati dan dicatat suhu pada saat melebur pertama dan suhu pada saat telah melebur seluruhnya. Hasil yang diperoleh yaitu untuk perbandingan asam salisilat : mentol 0 : 5 yaitu suhu pada saat melebur 39 0C dan suhu pada saat telah melebur keseluruhannya 98 0C. Untuk perbandingan asam salisilat : mentol 1 : 4 yaitu melebur pada suhu kamar, untuk perbandingan asam salisilat : mentol 4 : 2 yaitu suhu pada saat melebur 42 oC dan suhu pada saat melebur seluruhnya >1000 C, untuk perbandingan asam salisilat : mentol 5 : 1 yaitu suhu pada saat melebur 47 0C dan suhu pada saat melebur seluruhnya >100 0C. Pada percobaan ini, perbandingan asam salisilat : mentol 1 : 4 lebih cepat melebur hal ini dikarenakan perbandingan mentol lebih besar dari asam salisilat, sehingga lebih cepat melebur pada suhu kamar karena asam salisilat larut dalam mentol.
BAB V PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa titik lebur terendah campuran asam salisilat dan mentol yaitu melebur pada suhu kamar 25 0C dengan perbandingan asam salisilat : mentol yaitu 1 : 4. VI.2 Saran
Alatnya diperbanyak sehingga percobaan dapat berlangsung efektif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Asisten , 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi : Makassar. (1 – 2) 2. Kosman, R. 2005.Kimia Fisika. Universitas Muslim Indonesia:Makassar. P:13-16 3.
Martin,
Alfred
dkk.1990.Dasar-dasar
Farmasi
Fisik
dalam
Ilmu
Farmasetik.Universitas Indonesia Press:Jakarta. P:32-35 4.
http://Inabucu91.blogspot.com/laporan-penentuan-titik-leleh-dan-titik.html.
5. http:/Yayat-arizonia.blogspot.com/judul-titik-leleh-dan-titik-nyala-1.html. Di 6.
Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Departemen Kesehatan
Republik Indonesia:Jakarta. P: (56, 474, 362)
View more...
Comments