Laporan Kerja Praktek.pdf

May 22, 2018 | Author: sultan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Kerja Praktek.pdf...

Description

LAPORAN KERJA PRAKTEK (KP) (HAKK601)

JUDUL PENGAWASAN PEKERJAAN INSTALASI PLUMBING PADA PROYEK PEMBANGUNAN REVITALISASI GEDUNG ASRAMA HAJI EMBARKASI BANJARMASIN

DISUSUN OLEH : MUHAMMAD ROBBY DARSIM

(H1B113010)

MUHAMMAD SULTAN ARIANDY

(H1B113216)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2016/2017

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kegiatan Kerja Praktek kami yang dilaksanakan dalam kurun waktu dua b ulan pada “Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Ban jarmasin” Ban jarmasin” dapat  berjalan lancar dan juga selalu diberikan kemudahan oleh-Nya dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini hingga terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula kami mengucapkan Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta segenap keluarga, para sahabat, dan  para pengikut beliau yang mengabdikan hidup untuk menegakkan kebenaran Allah SWT hingga akhir zaman. Penulisan Laporan Kerja Praktek disusun sebagai  persyaratan untuk memenuhi kurikulum yang dijalani oleh kami selaku tim  penyusun di Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Tahun Ajaran 2016/2017. Laporan Kerja Praktek ini bisa diselesaikan tidak terlepas dari bantuan oleh banyak pihak yang telah memberikan masukan dan saran kepada kami. Pada kesempatan kali ini, kami selaku penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan banyak membantu dalam  berlangsungnya kegiatan Kerja Praktek Prakte k ini maupun pada proses penulisan laporan l aporan ini khususnya kepada : 1. Bapak Dr. Bani Noor Muchammad, MT selaku Ketua Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat; 2. Ibu Dr. Ira Mentayani dan Ibu Dila Nadya Andini, Msc selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Kerja Praktek; 3. Bapak M. Tharziansyah, MT selaku Dosen Pembimbing kami yang telah  banyak memberikan masukan dalam penulisan penulisan Laporan Kerja Praktek; 4. Bapak Ir. Iwan Sumiarwan selaku Site Engineer   PT. Sangkuriang yang telah mengizinkan untuk melakukan kegiatan Kerja Praktek pada Proyek

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kegiatan Kerja Praktek kami yang dilaksanakan dalam kurun waktu dua b ulan pada “Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Ban jarmasin” Ban jarmasin” dapat  berjalan lancar dan juga selalu diberikan kemudahan oleh-Nya dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini hingga terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula kami mengucapkan Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta segenap keluarga, para sahabat, dan  para pengikut beliau yang mengabdikan hidup untuk menegakkan kebenaran Allah SWT hingga akhir zaman. Penulisan Laporan Kerja Praktek disusun sebagai  persyaratan untuk memenuhi kurikulum yang dijalani oleh kami selaku tim  penyusun di Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Tahun Ajaran 2016/2017. Laporan Kerja Praktek ini bisa diselesaikan tidak terlepas dari bantuan oleh banyak pihak yang telah memberikan masukan dan saran kepada kami. Pada kesempatan kali ini, kami selaku penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan banyak membantu dalam  berlangsungnya kegiatan Kerja Praktek Prakte k ini maupun pada proses penulisan laporan l aporan ini khususnya kepada : 1. Bapak Dr. Bani Noor Muchammad, MT selaku Ketua Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat; 2. Ibu Dr. Ira Mentayani dan Ibu Dila Nadya Andini, Msc selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Kerja Praktek; 3. Bapak M. Tharziansyah, MT selaku Dosen Pembimbing kami yang telah  banyak memberikan masukan dalam penulisan penulisan Laporan Kerja Praktek; 4. Bapak Ir. Iwan Sumiarwan selaku Site Engineer   PT. Sangkuriang yang telah mengizinkan untuk melakukan kegiatan Kerja Praktek pada Proyek

i

Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin; 5. Ibu Nurul Hudaya, ST selaku pembimbing selama di kantor konsultan; 6. Kakak M. Arief Tirtana, ST selaku pembimbing Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing (MEP) pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin; 7. Kakak Eka Nurul Hudaya, S. Ars selaku pembimbing bidang Arsitektur  pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin; 8. Seluruh teman – teman teman di Prodi Arsitektur angkatan 2013, Fakultas Teknik, yang telah memberikan motivasi; 9. Persembahkan khusus kepada orang tua/keluarga kami yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya kepada kami. Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, kami selaku penulis sangat menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu kami minta maaf atas segala kekurangan dan kesalahan tersebut, tidak menutup diri terhadap segala kritik dan saran serta masukan bagi penulis. Akhir kata, semoga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi pendidikan, dan masyarakat luas.

Banjarbaru, 31 Desember 2016

Muhammad Robby Darsim

H1B113010

Muhammad Sultan Ariandy H1B113216

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 0 DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR BAGAN ................................................................................................ ix BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Lingkup Kerja Praktek............................................................................ 2 C. Batasan Kerja Praktek ............................................................................ 3 D. Tujuan dan Manfaat ................................................................................ 3 1. Tujuan ................................................................................................. 3 2. Manfaat ............................................................................................... 4 E. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 4 F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 5 BAB II TINJAUAN PROYEK ............................................................................... 7 A. Pengertian Proyek................................................................................... 7 B. Data Umum............................................................................................. 7 1. Pemilik Proyek ................................................................................... 8 2. Konsultan Pengawas ........................................................................... 8 3. Nilai Proyek ........................................................................................ 8 4. Luas Bangunan ................................................................................... 9 5. Jangka Waktu Pelaksanaan ................................................................. 9 C. Proses Penetapan Konsultan Pengawas .................................................. 9 D. Organisasi Proyek................................................................................. 12 E. Spesifikasi Teknis (Kerangka Acuan Kerja/TOR) ............................... 15 1. Lingkup Pekerjaan Konsultan .......................................................... 16 2. Data dan Fasilitas yang diberikan oleh Pemilik Proyek ................... 16 BAB III TINJAUAN TEORI ................................................................................ 17 A. Supervisi Lapangan (Pengawasan) ....................................................... 17 1. Pengendalian Waktu ......................................................................... 17

iii

2. Pengendalian Biaya .......................................................................... 21 3. Pengendalian Mutu ........................................................................... 22 4. Administrasi Lapangan..................................................................... 23 B. Sistem Plumbing ................................................................................... 25 1. Peralatan Saniter (Sanitary Fixtures) ............................................... 26 2. Jenis-jenis Pipa ................................................................................. 28 3. Sistem Penyediaan Air Bersih .......................................................... 29 4. Sistem Penyediaan Air Buangan ...................................................... 37 5. Sistem Ven........................................................................................ 41 6. Sistem Air Hujan .............................................................................. 44 7. Sistem Penyediaan Air Panas ........................................................... 49 8. Sistem Fire Hydrant ......................................................................... 50 C. Pedoman Dasar Teknis Plumbing......................................................... 52 1. Pekerjaan Teknis Instalasi Air Bersih .............................................. 53 2. Pekerjaan Teknis Instalasi Sanitasi dan Lain-lain ............................ 54 3. Pekerjaan Teknis Pengujian Instalasi Plumbing ............................... 55 BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 57 A. Metode dan Teknik Pengawasan .......................................................... 57 1. Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) .................................... 57 2. Berdasarkan Aspek Pengendalian .................................................... 58 B. Proses Pengawasan ............................................................................... 60 1. Pengawasan Secara Administrasi ..................................................... 60 2. Pengawasan Secara Teknis ............................................................... 61 C. Hasil Pengawasan ................................................................................. 61 1. Pekerjaan Instalasi Air Bersih .......................................................... 63 2. Pekerjaan Instalasi Air Kotor dan Bekas .......................................... 71 3. Pekerjaan Instalasi Air Hujan ........................................................... 79 D. Perbandingan Pekerjaan Instalasi Plumbing ........................................ 82 1. Instalasi Air Bersih ........................................................................... 82 2. Instalasi Air Kotor dan Bekas ........................................................... 82 3. Instalasi Air Hujan ............................................................................ 83 4. Hasil Perbandingan ........................................................................... 84

iv

BAB V PENUTUP................................................................................................ 85 A. Kesimpulan ........................................................................................... 85 1. Instalasi Air Bersih ........................................................................... 85 2. Instalasi Air Kotor dan Bekas ........................................................... 86 3. Instalasi Air Hujan ............................................................................ 86 B. Kritik dan Saran .................................................................................... 86 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 88

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram Panah Pelaksanaan Pekerjaan................................................ 19 Gambar 2 Diagram Balok Pelaksanaan Pekerjaan ................................................ 19 Gambar 3 Sistem Sambungan Langsung .............................................................. 29 Gambar 4 Sistem Tangki Atap .............................................................................. 30 Gambar 5 Sistem Tangki Tekan............................................................................ 32 Gambar 6 Contoh Sumur Resapan ........................................................................ 48 Gambar 7 Kotak Hidran ........................................................................................ 51 Gambar 8 Site Plan Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin ..................... 62 Gambar 9 Rencana Instalasi Air Bersih Lantai 1 .................................................. 63 Gambar 10 Detail Instalasi Air Bersih Lantai 1 .................................................... 64 Gambar 11 Rencana Instalasi Air Bersih Lantai 2, 3, dan 4 ................................. 64 Gambar 12 Detail Instalasi Air Bersih Lantai 2, 3, dan 4 ..................................... 65 Gambar 13 Rencana Instalasi Air Bersih Lantai Atap .......................................... 65 Gambar 14 Reservoir Air pada Lantai Atap ( Roof Tank ) ..................................... 66 Gambar 15 Pemasangan Pompa Boster di Lantai Atap ........................................ 66 Gambar 16 Pemberian Tanda Jalur Pipa pada Dinding/Teknik Marking  ............. 67 Gambar 17 Pembuatan Lubang pada Dinding/Teknik Coring  ............................. 67 Gambar 18 Pipa PVC Air Bersih .......................................................................... 69 Gambar 19 Pekerjaan Instalasi Air Bersih di Kamar Mandi................................. 69 Gambar 20 Sambungan Pipa Air Bersih ( Elbow) ................................................. 70 Gambar 21 Klem Penggantung Pipa Air Bersih di Shaft Unit ............................. 70 Gambar 22 Rencana Instalasi Air Kotor dan Bekas Lantai 1 ............................... 71 Gambar 23 Detail Instalasi Air Kotor dan Bekas Lantai 1 ................................... 72 Gambar 24 Rencana Instalasi Air Kotor dan Bekas Lantai 2, 3, dan 4 ................. 72 Gambar 25 Detail Instalasi Air Kotor dan Bekas Lantai 2, 3, dan 4..................... 73 Gambar 26 Detail Bio Septic Tank dan Bak Kontrol ........................................... 73 Gambar 27 Lubang Lantai Jalur Pipa Air Kotor dan Bekas ................................. 74 Gambar 28 Pipa Air Kotor dan Bekas Terpasang pada Lubang Lantai ................ 74 Gambar 29 Pipa PVC Air Kotor dan Bekas .......................................................... 75 Gambar 30 Instalasi Air Kotor dan Bekas di Kamar Mandi ................................. 75

vi

Gambar 31 Sambungan Pipa Air Kotor dan Bekas ( Elbow) ................................. 76 Gambar 32 Klem Penggantung Pipa Air Kotor dan Bekas di Shaft Unit ............. 76 Gambar 33 Bak Kontrol ( Pre-Treatment ) ............................................................. 77 Gambar 34 Bio Septic Tank .................................................................................. 78 Gambar 35 Penimbunan Bak Kontrol dan Bio Septic Tank ................................. 78 Gambar 36 Rencana Instalasi Air Hujan Lantai 1 ................................................ 79 Gambar 37 Detail Instalasi Air Hujan Lantai 1 .................................................... 80 Gambar 38 Rencana Instalasi Air Hujan Lantai 2, 3, dan 4 .................................. 80 Gambar 39 Pemasangan Pipa Air Hujan............................................................... 81 Gambar 40 Penyambungan Pipa Air Hujan ke Drainase ...................................... 81 Gambar 41 Pekerjaan Lapangan Instalasi Air Bersih ........................................... 82 Gambar 42 Pekerjaan Lapangan Instalasi Air Kotor dan Bekas ........................... 83 Gambar 43 Pekerjaan Lapangan Instalasi Air Hujan ............................................ 83

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tekanan yang diperlukan Plumbing ........................................................ 34 Tabel 2 Unit Beban Alat Plumbing ....................................................................... 35 Tabel 3 Panjang Ekivalen untuk Katup dan Perlengkapan Lainnya ..................... 36 Tabel 4 Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal ............................................... 39 Tabel 5 Beban Maksimum yang diijinkan untuk Perpipaan Ai r Buangan............ 39 Tabel 6 Unit Beban Alat Plumbing untuk Air Buangan ....................................... 40 Tabel 7 Ukuran Pipa Tegak Ven dan Ven Cabang ............................................... 43 Tabel 8 Beban Maksimum yang diijinkan untuk Talang Atap ............................. 44 Tabel 9 Jarak Minimum Sumur Resapan Air Hujan terhadap Bangunan ............. 47

viii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Struktur Proyek Pembangunan ............................................................... 12 Bagan 2 Struktur Proyek Pembangunan Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin ... 14 Bagan 3 Struktur Organisasi PT. Nindya Karya ................................................... 14 Bagan 4 Struktur Organisasi PT. Sangkuriang ..................................................... 15

ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah arsitek seringkali diartikan secara sempit sebagai seorang perancang  bangunan, maksudnya adalah orang yang terlibat dalam suatu perencanaan,  perancangan, dan pengawasan konstruksi bangunan yang perannya untuk mengambil keputusan dari berbagai aspek yang nanti akan mempengaruhi  bangunan dari segi estetika, budaya, dan masalah sosial. Definisi tersebut sangat kurang tepat dikarenakan lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, bangunan, kompleks bangunan, sampai lingkup kota dan regional. Oleh karena itu, lebih tepatnya mendefinisikan arsitek sebagai seorang yang memiliki keahlian di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangunan atau lingkungan binaan melalui pendidikan formal maupun non formal. Dalam sebuah proyek pembangunan gedung, profesi arsitek berperan sebagai pendamping, atau wakil dari pemberi tugas dan pemilik bangunan. Menyadari hal tersebut, arsitek memerlukan kerjasama atau team work   dengan  berbagai disiplin ilmu agar suatu ide dapat terwujud ke dalam rencana sampai  pelaksanaannya. Untuk itu, sebuah konsultan mempunyai ahli-ahli yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dalam menangani sebuah proyek. Arsitek harus mengawasi semua pekerjaan agar pelaksanaan di lapangan atau proyek sesuai dengan bestek dan perjanjian yang telah disepakati. Pembelajaran sebagai calon arsitek dalam suatu proyek yang sedang  berlangsung dapat dilakukan dengan cara mempelajari seluk beluk yang terjadi didalam suatu proses pembangunan dan manajemen proyek ataupun dengan menerima suatu pekerjaan perancangan pada instansi terkait didalamnya. Hal ini merupakan suatu pengalaman sekaligus pembelajaran yang tidak akan didapatkan  pada bangku perkuliahan kampus dan dapat dijadikan bekal sebagai pijakan sebelum memasuki dunia kerja yang menuntut kedisiplinan. Oleh karena itu,  pengenalan akan berbagai praktek kegiatan pembangunan fisik maupun nonfisik di lapangan menjadi sangat perlu dikaji oleh setiap mahasiswa di Program Studi

1

Arsitektur melalui beberapa langkah untuk mengikuti mata kuliah kerja praktek dengan melaksanakan kegiatan magang pada proyek pembangunan gedung. Kerja Praktek adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan perkuliahan di Prodi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat guna mencapai gelar sarjana. Kerja Praktek ini merupakan tugas lapangan dalam waktu dua bulan dengan cara mengamati dan mengikuti semua proses atau kegiatan pekerjaan yang mencakup perencanaan,  pengawasan dan pelaksanaan konstruksi secara langsung pada sebuah proyek tertentu. Hasil pengamatan tersebut dituliskan dalam suatu laporan dibawah arahan dosen pembimbing, diperiksa dan dibahas oleh dosen pembahas serta disahkan oleh bidang atau jurusan terkait. Tempat yang dipilih sebagai objek kegiatan kerja praktek adalah Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang terletak di jalan Jend. Ahmad Yani Km. 28 Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Dalam proyek tersebut, objek yang dijadikan sebagai  pengamatan yaitu pada bidang pelaksanaan pekerjaan Instalasi Plumbing. Alasan  pengambilan objek ini dikarenakan pekerjaan tersebut merupakan salah satu  bagian yang penting pada suatu bangunan, sehingga pekerjaannya harus memiliki tingkat kualitas dan kuantitas. Arsitek sebagai seorang perencana dan perancang  bangunan, bukan hanya ahli dalam pengolahan ruang, namun harus mengetahui sistem pekerjaan instalasi plumbing pada suatu bangunan agar saat perancangan atau pengolahan denah dapat menyediakan suatu ruang khusus untuk instalasi  plumbing yang tidak mengganggu kegiatan dalam bangunan. B. Lingkup Kerja Praktek

Pada proyek pembangunan Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin ini, ruang lingkup atau objek yang dijadikan sebagai pengamatan adalah tentang  pengawasan pekerjaan instalasi plumbing. Selain itu, dalam proses pelaksanaan  proyek pembangunan gedung tersebut bekerjasama dengan PT. Pandu Persada sebagai konsultan perencana, PT. Sangkuriang sebagai konsultan pengawas dan PT. Nindya Karya (Persero) sebagai kontraktor pelaksana.

2

Ruang lingkup kerja praktek pada pelaksanaan proyek pembangunan gedung tersebut yaitu mengawasi tugas-tugas yang mencakup pekerjaan instalasi  plumbing adalah sebagai berikut : -

Administrasi pekerjaan yang meliputi laporan berkala (laporan harian maupun laporan mingguan), laporan kemajuan pekerjaan, dokumentasi  pekerjaan berupa foto-foto, laporan alat dan bahan yang digunakan pada  pelaksanaan pekerjaan instalasi plumbing, jumlah pekerja atau tenaga ahli yang turut membantu pekerjaan, serta biaya-biaya yang dikeluarkan atas  pelaksanaan pekerjaannya.

-

Teknis pekerjaan instalasi plumbing pada bangunan gedung tersebut.

-

Waktu pelaksanaan kerja praktek dimulai pada tanggal 10 Oktober 2016 sampai dengan 30 Desember 2016 dihitung sesuai daftar hadir selama melakukan kegiatan kerja praktek di lapangan.

C. Batasan Kerja Praktek

Batasan kerja praktek merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh 2 orang mahasiswa dengan satu pokok bahasan atau judul, dan telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam pedoman pelaksanaan kerja praktek. Kerja praktek dilaksanakan dalam jangka waktu minimal 60 hari kalender kerja, dinyatakan dalam daftar hadir yang disahkan oleh Site Engineer dan diketahui oleh pimpinan perusahaan yang bersangkutan. D. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat yang ingin dicapai pada pelaksanaan kegiatan kerja praktek dalam proyek pembangunan Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin tentang proses pelaksanaan pekerjaan instalasi plumbing adalah sebagai berikut : 1. Tujuan

Tujuan kerja praktek ini adalah untuk mengamati secara langsung kegiatan  pekerjaan konstruksi instalasi plumbing di lapangan agar mahasiswa dapat membandingkan secara langsung antara pekerjaan yang terdapat di lapangan

3

dengan teori yang telah dipelajari dalam perkuliahan untuk menambah wawasan seluas-luasnya tentang sebuah proyek pembangunan gedung yang terdiri dari  beberapa disiplin ilmu terutama struktur, arsitektur, dan mekanikal elektrikal  plumbing. Selain itu, tujuan kerja praktek ini adalah sebagai berikut : -

Mengetahui bagaimana proses pelaksanaan pekerjaan instalasi plumbing  pada gedung tersebut.

-

Mengetahui dan mendokumentasikan rangkaian urutan pekerjaan instalasi  plumbing pada gedung tersebut.

-

Mengetahui syarat-syarat pemasangan instalasi plumbing, apakah sesuai antara RKS dengan pekerjaan di lapangan.

-

Membandingkan keadaan di lapangan tentang proses pelaksanaan  pekerjaan instalasi plumbing dengan teori atau metode yang didapat selama perkuliahan.

2. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan kerja praktek di lapangan adalah sebagai berikut : -

Memberikan pengalaman kepada mahasiswa mengenai teknis-teknis  pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung secara nyata, terutama pada  proses pelaksanaan pekerjaan instalasi plumbing yang berguna untuk menambah pengetahuan dan mungkin tidak didapatkan selama proses  perkuliahan, sehingga mahasiswa mampu menambah wawasannya pada disiplin ilmu pengetahuan.

-

Mahasiswa mengetahui bagaimana pelaksanaan proyek pembangunan gedung secara nyata dan apa saja kendala atau masalah yang bisa terjadi atau menghambat selama pelaksanaan pekerjaan.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam kegiatan kerja praktek  pada proyek pembangunan Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin ini adalah sebagai berikut :

4

-

Studi Literatur Mempelajari dan mengkaji teori-teori yang terdapat di lapangan. Literatur yang digunakan berupa Rencana Kerja dan Syarat (RKS) yang berkaitan dengan pekerjaan instalasi plumbing.

-

Observasi Suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan secara langsung ke lapangan dalam hal pekerjaan instalasi plumbing untuk dijadikan sebagai bahan  penelitian dan pembelajaran.

-

Wawancara Melakukan dialog atau interview dengan pihak-pihak yang terkait dengan  proyek, khususnya pengawasan yang keterkaitannya dengan konsultan  pengawas proyek.

-

Dokumentasi Penyimpanan gambar-gambar kerja dan pengambilan foto-foto di lapangan untuk melengkapi data-data yang nantinya dapat digunakan dalam proses  penyusunan laporan.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan kegiatan kerja praktek ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi pendahuluan yang menjelaskan secara umum hal-hal yang mengenai latar belakang, lingkup dan batasan kerja praktek, tujuan dan manfaat, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PROYEK Bab ini berisi tentang pengertian proyek, data umum proyek (pemilik  proyek, konsultan pengawas, nilai proyek, luas bangunan, dan

jangka

waktu pelaksanaan), proses penetapan konsultan pengawas, organisasi  proyek dan spesifikasi teknis pelaksanaan proyek. BAB III : TINJAUAN TEORI

5

Bab ini berisi tinjauan pustaka berupa teori dan metode dari literaturliteratur tentang pelaksanaan pengawasan proyek, terutama yang berkaitan dengan proses pelaksanaan pekerjaan instalasi plumbing. BAB IV : PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang metode dan teknik pengawasan (berdasarkan Kerangka Acuan Kerja/KAK dan aspek pengendalian), proses pengawasan (secara administrasi dan teknis), serta hasil pengawasan proyek. BAB V : PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan-kesimpulan dengan uraian yang ringkas dan  jelas dari hasil melakukan kegiatan kerja praktek lapangan yang dilengkapi dengan saran serta pertimbangan penulisan hasil laporan kerja praktek ini.

6

BAB II TINJAUAN PROYEK

A. Pengertian Proyek

Proyek adalah suatu pekerjaan untuk membangun konstruksi atau diluar konstrkusi dengan satu tujuan penting yang dibatasi oleh bidang, kualitas, waktu, dan biaya. Metode pelaksanaan suatu proyek merupakan bagian yang terpenting dalam Manajemen Konstruksi, karena hal ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu proyek. Untuk menentukan keberhasilan proyek harus didasari dengan ide yang berasal dari metode serta latar belakang yang telah disusun. Ide dasar yang dimaksud mencakup 4 aspek penting, antara lain : -

Hubungan antara pemilik proyek dengan pelaksana (koordinator).

-

Jenis-jenis dan dokumen kontrak.

-

Kriteria pemilihan kontraktor yang sebelumnya dilakukan dengan proses  pelelangan (tender).

-

Pelaksana pembangunan.

B. Data Umum

Dalam proses penyelenggaraan Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin, data umum yang akan dibahas meliputi  pemilik proyek, konsultan perencana. konsultan pengawas, kontraktor pelaksana, nilai proyek, luas bangunan, serta jangka waktu pelaksanaan proyek. -

Lokasi

-  Nama Proyek

: Banjarbaru, Kalimantan Selatan : Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin

-

Pemilik/Owner

: Kementerian Agama RI Kantor Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan

-  Nomor Kontrak

: B-74/AH.06/KS.01.1/05/2016

-

: 17 Mei 2016

Tanggal Kontrak

-  Nilai Kontrak

: Rp 53.749.252.000,-

-

: 17 Mei –  30 Desember 2016 (220 Hari Kalender)

Waktu Pelaksanaan

7

-

Kontraktor Pelaksana : PT. Nindya Karya (Persero)

-

Konsultan MK

-

Konsultan Perencana : PT. Pandu Persada

: PT. Sangkuriang

1. Pemilik Proyek

Pemilik proyek adalah suatu badan hukum atau perorangan, baik swasta maupun instansi pemerintahan yang memprakarsai proyek pembangunan ini untuk kepentingan instansinya dalam memajukan mutu dan kualitas bangunan gedung Asrama Haji Embakasi Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dalam proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang terletak di jalan Jend. Ahmad Yani Km. 28 Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan ini yang bertindak sebagai pemilik proyek adalah Kementerian Agama RI Kantor Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. 2. Konsultan Pengawas

Konsultan Pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik bangunan untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan pembangunan maupun  pemeliharaan gedung tersebut dengan maksud agar pelaksanaan pembangunan tersebut sesuai dengan perencanaan. Pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang terletak di jalan Jend. Ahmad Yani Km. 28 Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan ini yang bertindak sebagai pengawas teknis adalah PT. Sangkuriang, surat kontrak bernomor B-74/AH.06/KS.01.1/05/2016  pada tanggal 17 Mei 2016 dan sebagai Team Leader   adalah Ir. R. M. Taufik Hidayat As, MT yang beralamatkan di Jl. Karang Tinggal No. 23 Telp. (022) 2031789 Fax. (022) 2031789, Sukajadi, Bandung, Jawa Barat. 3. Nilai Proyek

 Nilai Proyek merupakan besarnya jumlah dana yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu bangunan proyek dari awal hingga selesai, termasuk segala  pengeluaran kontraktor beserta pajak-pajak dan biaya lainnya. Nilai Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang

8

terletak di jalan Jend. Ahmad Yani Km. 28 Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, berdasarkan data yang ada pada nilai kontraknya adalah sebesar Rp 53.749.252.000,4. Luas Bangunan

Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang terletak di jalan Jend. Ahmad Yani Km. 28 Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, berdasarkan data yang diperoleh memiliki luas keseluruhan bangunan mulai dari lantai 1 sampai lantai 5 atau lantai atap adalah ± 8500 m² dan luas tiap-tiap lantainya adalah ± 1700 m². Adapun pembagian fungsi-fungsi ruang atau penzoningan pada tiap-tiap lantai di gedung tersebut adalah sebagai berikut : -

Lantai 1

: Area pengelola dan area makan.

-

Lantai 2

: Kamar tidur untuk calon jema’ah haji.

-

Lantai 3

: Kamar tidur untuk calon jema’ah haji.

-

Lantai 4

: Kamar tidur untuk calon jema’ah haji.

-

Lantai 5

: Lantai atap atau ruang mesin lift dan reservoir.

5. Jangka Waktu Pelaksanaan

Untuk jangka waktu pelaksanaan Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang terletak di jalan Jend. Ahmad Yani Km. 28 Landasan Ulin, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, berdasarkan kontrak kerjanya adalah selama 220 (Dua Ratus Dua Puluh) hari kalender kerja. C. Proses Penetapan Konsultan Pengawas

Dalam proyek atau pemborongan suatu pekerjaan terdapat kegiatan yang harus dilakukan sebelum terjadinya perjanjian pemborongan. Rangkaian kegiatan ini merupakan tahapan-tahapan sebelum kontrak yang disebut tender atau lelang. Menurut Keputusan Presiden (Keppres) RI No. 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah, pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

9

1) Pelelangan Umum Pelelangan Umum adalah metode pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat. 2) Pelelangan Terbatas Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan pekerjaan konstruksi dengan  jumlah penyedia yang mampu melaksanakan dan diyakini terbatas untuk  pekerjaan yang kompleks. Pekerjaan yang kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan bantuan teknologi tinggi, mempunyai resiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang  bernilai Rp. 100.000.000.000,00 (Seratus Miliar Rupiah). 3) Pelelangan Sederhana Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa lainnya untuk pengadaan yang tidak kompleks dan bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 –  Rp. 5.000.000.000,00. 4) Pemilihan Langsung Dalam hal metode pelelangan umum dan pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun  biaya yang diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk  penerangan umum, bila memungkinkan melalui internet bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 –  Rp. 5.000.000.000,00. 5) Penunjukan Langsung Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia barang/jasa melalui

10

negosiasi baik teknis maupun biaya, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. 6) Pengadaan Langsung Pengadaan Langsung adalah pengadaan barang/jasa langsung kepada  penyedia

barang/jasa,

tanpa

melalui

pelelangan/seleksi/penunjukan

langsung dan dapat dilakukan terhadap pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lain yang bernilai paling tinggi Rp. 100.000.000,00  –   Rp. 200.000.000,00. Pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin, perusahaan atau badan usaha yang dipercayakan untuk mengawasi  pelaksanaan pekerjaan atau proyek tersebut adalah PT. Sangkuriang sebagai Manjemen Konsultan (MK). Penetapan PT.Sangkuriang sebagai konsultan  pengawas melalui sistem Pelelangan Umum yaitu metode pemilihan penyedia  barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi persyaratan. Pemilik (Owner) dalam proyek ini adalah Kementerian Agama Republik Indonesia Kantor Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yang sumber dananya  berasal dari DIPA UPT. Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin tahun anggaran 2016 yang menetapkan PT. Sangkuriang sebagai konsultan pengawas setelah memenangkan tender atau lelang, oleh sebab itu, pejabat yang berwenang segera menerbitkan Surat Penunjukan kepada konsultan tersebut atau yang terpilih. -

Pemilik Bangunan/Pemberi Tugas Kementerian Agama RI Kantor Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan

-

Sumber Dana DIPA UPT. Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin Tahun Anggaran 2016

-

Konsultan Perencana PT. Pandu Persada

-

Konsultan Pengawas PT. Sangkuriang

11

-

Kontraktor Pelaksana PT. Nindya Karya (Persero)

D. Organisasi Proyek

Dalam suatu proyek pembangunan diperlukan suatu organisasi proyek guna tercapainya pelaksanaan pekerjaan proyek secara efektif dan efisien. Organisasi proyek bekerjasama dalam suatu wadah pengaturan tertentu untuk mencapai tujuan atau sasaran suatu proyek. Alasan mengapa organisasi proyek diperlukan ialah untuk mengatur hubungan kerja antara unsur yang terlibat dalam  proyek serta mengatur pelaksanaan pekerjaan proyek, sehingga semua rencana dapat terealisasikan dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan. Secara umum pada pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan terdapat unsur-unsur pelaksanaan pembangunan proyek yang terdiri dari 3 kelompok yang saling menunjang, biasanya disebut dengan “Segitiga Proyek”.

Bagan 1 Struktur Proyek Pembangunan

(Sumber : Soeharto, 1997 : 56)

1) Pemilik Proyek (Owner/Bouwher ) Pemilik proyek adalah suatu badan hukum atau perseorangan baik swasta maupun instansi pemerintah yang memprakarsai proyek   pembangunan untuk kepentingan instansinya. Dalam proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin ini yang bertindak sebagai  pemilik proyek adalah Kementerian Agama Republik Indonesia Kantor Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.

12

2) Pimpinan Proyek/Pimpinan Bagian Proyek (Pimbagro) Pada proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin ini yang bertindak sebagai pimpinan proyek/Pimbagro adalah Hj. Ir. Nurhayati, M. AP. 3) Pengelola Teknis Pengelola teknis bertugas membantu pimpinan proyek dalam mengelola teknis proyek di lapangan melalui sejumlah tahapan. 4) Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah badan usaha baik perseorangan maupun tim yang dengan keahliannya memberikan jasa kepada pemberi tugas ( owner) untuk melaksanakan tugas konsultasi bidang jasa perencanaan teknis  bangunan dan jasa lain yang berkaitan dengan perencanaan. Pada proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang ditunjuk sebagai konsultan perencana adalah PT. Pandu Persada. 5) Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah suatu badan hukum atau perseorangan yang ditunjuk oleh pemilik untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan, serta memutuskan hal-hal yang bersifat kontraktual antara pemilik dan kontraktor dalam kapasitas sebagai representatif pemilik. Pada proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang bertindak sebagai konsultan pengawas adalah PT. Sangkuriang. 6) Kontraktor Kontraktor adalah perusahaan atau badan usaha yang bergerak di bidang  jasa pemborongan yang penawarannya untuk melaksanakan pekerjaan setelah disetujui oleh pemilik proyek. Pada proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang bertindak sebagai kontraktor pelaksana adalah PT. Nindya Karya (Persero) yang dipilih berdasarkan proses lelang.

13

STRUKTUR ORGANISASI PROYEK PEMBANGUNAN REVITALISASI GEDUNG ASRAMA HAJI EMBARKASI BANJARMASIN

Bagan 2 Struktur Proyek Pembangunan Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin

(Sumber : Konstruksi Penulis Berdasarkan Data Proyek) STRUKTUR ORGANISASI KONTRAKTOR PT. NINDYA KARYA

Bagan 3 Struktur Organisasi PT. Nindya Karya

(Sumber : PT. Nindya Karya)

14

STRUKTUR ORGANISASI KONSULTAN MANAJEMEN KONSTRUKSI PT. SANGKURIANG

Bagan 4 Struktur Organisasi PT. Sangkuriang

(Sumber : PT. Sangkuriang)

E. Spesifikasi Teknis (Kerangka Acuan Kerja/TOR)

Spesifikasi Teknis adalah suatu uraian atau ketentuan-ketentuan yang disusun secara lengkap dan jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir  pekerjaan yang dapat dibeli, dibangun, dan dikembangkan oleh pihak lain, sehingga dapat memenuhi keinginan semua pihak yang terkait. Dalam pekerjaan konstruksi, spesifikasi teknis merupakan suatu tatanan teknik yang dapat membantu semua pihak terkait dengan pekerjaan konstruksi agar satu pendapat dalam pemahaman suatu hal teknis tertentu yang terjadi dalam suatu pekerjaan sebuah proyek. Fungsi spesifikasi teknis dalam sebuah proyek adalah sebagai berikut : -

Mengurangi perbedaan pendapat atau pertentangan yang tidak perlu.

-

Mendorong efisiensi dan kerja sama dalam penyelenggaraan proyek.

-

Mengurangi kerancuan teknis pelaksanaan pekerjaan.

15

1. Lingkup Pekerjaan Konsultan

Peran pihak konsultan pengawas di proyek ialah melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan sebagai berikut : -

Mengawasi semua pekerjaan, ketepatan waktu serta biaya pelaksanaan  pekerjaan konstruksi.

-

Menyelenggarakan rapat-rapat di lapangan secara berkala dan membuat laporan mingguan sampai bulanan dengan masukan hasil laporan harian yang dilaksanakan oleh pemborong.

-

Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik dari aspek kualitas dan kuantitas serta kemajuan volume.

-

Menyusun daftar kekurangan dan kecacatan pekerjaan selama waktu  pelaksanaan pekerjaan.

-

Mengumpulkan perubahan-perubahan pekerjaan di lapangan untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi selama pekerjaan berlangsung.

-

Membantu membuat gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan  pekerjaan (as built drawing ).

2. Data dan Fasilitas yang diberikan oleh Pemilik Proyek

Dalam pelaksanaan pekerjaan pengawasan, konsultan pengawas tidak hanya berpedoman pada Kerangka Acuan Kerja/TOR, tetapi juga terikat pada : -

Gambar-gambar kerja, termasuk gambar detail.

-

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dengan seluruh perubahannya sesuai dengan berita acara penjelasan pekerjaan.

-

Semua ketentuan dan peraturan administrasi teknis yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan pengawasan.

16

BAB III TINJAUAN TEORI

A. Supervisi Lapangan (Pengawasan)

Pengawasan atau Supervising   merupakan salah satu bagian dari kegiatan  pengendalian dalam suatu proyek. Menurut Ervianto (2002), pengawasan adalah interaksi langsung antara individu-individu dalam organisasi untuk mencapai kinerja dan tujuan organisasi. Kegiatan ini dilakukan secara berkelanjutan untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pekerjaan pengawasan merupakan peran utama keberhasilan dalam suatu  proyek pembangunan. Dalam menjalankan tugas pengawasannya, supervisi dipilih oleh pihak konsultan selaku pengawas lapangan yang bertugas mengontrol apabila ada penyimpangan atau keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan. Pengawas lapangan melaporkan semua hasil pengawasannya kepada konsultan, kemudian konsultan melaporkan dan berkonsultasi dengan pimpinan proyek untuk menanggulangi masalah yang terjadi di lapangan. Dalam proses penyelesaian suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kendala yaitu apakah sesuai dengan jadwal kegiatan, biaya yang direncanakan, dan spesifikasi yang telah ditentukan (Ervianto, 2002). Menanggapi hal ini, berarti  perlu adanya bentuk pengendalian waktu, pengendalian biaya, pengendalian mutu, serta administrasi lapangan dalam suatu pekerjaan proyek konstruksi, sehingga  proyek dalam pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan jadwal yang disusun dan direncanakan (Soeharto, 1997). 1. Pengendalian Waktu

Ketepatan waktu pekerjaan merupakan salah satu sasaran utama dalam  pelaksanaan suatu proyek. Alasannya jika terjadi keterlambatan proyek akan mengakibatkan kerugian seperti penambahan biaya, kehilangan kesempatan  pemasaran, dan lain-lain. Oleh sebab itu, diperlukan pengendalian waktu agar  pelaksanaannya sesuai dengan perencanaan yang terdapat pada jadwal semula yang telah ditentukan dalam perjanjian atau kontrak.

17

Menurut Soeharto (1997), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam  pengendalian waktu pekerjaan yaitu jadwal kegiatan, pengelolaan tenaga kerja,  pengadaan dan pengelolaan material, serta metode pelaksanaan pekerjaan. a. Jadwal Kegiatan (Time Schedule)

Jadwal kegiatan atau time schedule adalah penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Berdasarkan uraian yang terdapat dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) umumnya meliputi : -

Uraian pekerjaan, menunjukkan jenis pekerjaan yang dilaksanakan.

-

Waktu pelaksanaan, menunjukkan kapan jenis pekerjaan tersebut dimulai dan diakhiri.

-

Bobot pekerjaan, menunjukkan besarnya persenan sebuah pekerjaan yang dilaksanakan dibanding dengan pekerjaan seluruhnya.

-

Grafik hasil pekerjaan dan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan. Adapun fungsi jadwal kegiatan atau time schedule  menurut Ibrahim

(1993), adalah sebagai berikut : -

Untuk mengontrol dan menilai secara langsung presentasi kemajuan  proyek dari kontraktor serta untuk penentuan pembayaran angsuran atau termin sesuai data kontrak.

-

Sebagai alat mengevaluasi kemajuan atau keterlambatan yang terjadi dalam pelaksanaan proyek. Dalam bukunya Soeharto (1997), mengatakan bahwa jadwal kegiatan atau

time schedule terbagi menjadi dua jenis, yaitu : 1) Diagram Panah ( Network Diagram) Time schedule  seperti ini dapat digambarkan oleh tanda panah yang menghubungkan paket-paket pekerjaan. Dari diagram ini dapat diketahui  jenis pekerjaan yang harus didahulukan, pekerjaan yang dapat dilakukan secara bersamaan dan pekerjaan yang haru menunggu pekerjaan lain, ataupun pekerjaan yang harus diselesaikan tepat pada waktunya.

18

Gambar 1 Diagram Panah Pelaksanaan Pekerjaan

(Sumber : tugasmapro.blogspot.com)

2) Diagram Balok ( Bar Chart ) Dengan diagram ini dapat diperoleh gambaran pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan, sedang dilaksanakan ataupun sudah dilaksanakan. Hubungan antara bobot pekerjaan dengan waktu penyelesaian pekerjaan ditunjukan oleh kurva “S”, dimana terdapat dua kur va yaitu kurva rencana dan kurva pelaksanaan. Dari kedua kurva tersebut dapat diketahui kemajuan proyek tersebut. -

Kurva “S” pelaksanaan yang berhimpitan dengan kurva “S” rencana, menunjukkan pekerjaan terlaksana sesuai dengan jadwal.

-

Kurva “S” pelaksanaan diatas kurva “S” rencana, menunjukkan  pekerjaan terlaksana lebih cepat daripada jadwal yang ditentukan.

-

Kurva “S” pelaksanaan dibawah kurva “S” rencana, menunjukan  pekerjaan selesai terlambat.

Gambar 2 Diagram Balok Pelaksanaan Pekerjaan

(Sumber : harispradipta.blogspot.com)

19

b. Pengelolaan Tenaga Kerja

Faktor penentu keberhasilan penyelenggaraan suatu proyek adalah tenaga kerja, oleh sebab itu diperlukan sebuah metode perencanaan yang matang dalam  pengorganisasian tenaga kerja dan menganalisis produktivitasnya. Menurut Soeharto (1997), mengatakan bahwa hal yang perlu diperhatikan  pengawas dalam pengelolaan tenaga kerja yang dilakukan kontraktor antara lain : 1) Organisasi Pelaksana Organisasi pelaksana akan memudahkan pengawasan kegiatan pekerjaan dikarenakan hal ini akan menjamin setiap paket pekerjaan ditangani oleh organisasi tertentu, sehingga tidak ada yang terlewatkan. 2) Kuantitas Tenaga Kerja Pengamatan kuantitas tenaga kerja yang berkaitan dengan jumlah pada masing-masing disiplin dan keahlian, serta faktor-faktor lainnya. 3) Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja dapat dipantau dalam bentuk jumlah unit  pekerjaan yang diselesaikan dibagi sumber daya atau dari kemajuan  pelaksanaan pekerjaan. Untuk pengadaan tenaga kerja yang produktif oleh kontraktor, ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti lokasi geografis, keterampilan, pengalaman, ataupun peraturan yang berlaku. Namun faktor-faktor ini sulit dilihat dan dijabarkan. Selain faktor diatas juga ada faktor lain seperti fisik lapangan, organisasi pelaksana, komposisi kelompok tenaga kerja, besar kecilnya proyek, dan lain-lain, dimana faktor tersebut dapat dilihat perkembangannya. c. Pengadaan dan Pengelolaan Material

Dalam pelaksanaan suatu proyek, bidang pengadaan dan pengelolaan material atau peralatan ini diatur oleh bidang logistik yang melibatkan banyak  pihak dan kegiatan dalam proyek tersebut. Sumber utama informasi yang digunakan untuk pengendalian pengadaan material adalah permintaan pembelian  barang, penawaran koutasi, pesanan pembelian dan subkontraksi, dokumen  pengiriman dan dokumen penerimaan serta faktur (Barrie, Dkk, 1990).

20

Kegiatan-kegiatan pada bidang logistik dalam suatu proyek meliputi : -

Perencanaan atau pembelian material.

-

Transportasi.

-

Pembungkusan (pemeliharaan peralatan).

-

Gudang atau penyimpanan barang.

d. Metode Pelaksanaan Pekerjaan

Metode pelaksanaan pekerjaan merupakan penjelasan terhadap langkahlangkah yang dilakukan dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan yang meliputi  jadwal pelaksanaan, teknologi atau peralatan yang digunakan, daftar tenaga kerja yang membantu penyelesaian pelaksanaan pekerjaan, sehingga mempengaruhi keefektifan dan keefisienan kerja. 2. Pengendalian Biaya

Anggaran biaya merupakan suatu perencanaan terinci tentang perkiraan  biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan dengan waktu. Anggaran disusun dalam suatu Rencana Anggaran Biaya (RAB), yaitu perkiraan  biaya yang dikaitkan dengan rencana jadwal pelaksanaan pekerjaan, volume  pekerjaan, gambar bestek, dan persyaratan spesifikasi teknis bangunan yang merupakan tolak ukur atau patokan dasar kegiatan pengendalian. Pengendalian  biaya merupakan salah satu bagian yang penting dalam memanajemen kegiatan  proyek serta suatu bentuk perencanaan yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan proyek tersebut. Menurut Ibrahim (1993), pengertian dan fungsi Rencana Anggaran Biaya (RAB) serta sistem pengendalian biaya adalah sebagai berikut : 1) Pengertian Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana Anggaran Biaya (RAB) suatu bangunan atau proyek adalah  perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta  biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek. 2) Fungsi Rencana Anggaran Biaya (RAB) -

Untuk mengetahui volume, persentase, dan nilai dari pekerjaan.

21

-

Untuk mengontrol dan menilai secara langsung kemajuan proyek dari kontraktor, baik dari volume maupun persentase kemajuan pekerjaan.

3) Sistem Pengendalian Biaya Sistem pengendalian yang dilakukan konsultan pengawas berdasarkan Kerangka Acuan Kerja, pekerjaan pengawas adalah sebagai berikut : -

Melakukan pengawasan terhadap nilai kuantitas, berupa volume dan  persentase setiap tahapan pekerjaannya.

-

Mencatat dan menghitung kualitas pekerjaan tambahan atau kurang,  baik dari segi volume, biaya, serta bobot pekerjaan.

3. Pengendalian Mutu

Definisi pengendalian mutu adalah bagian dari penjaminan mutu yang memberikan petunjuk dan cara-cara untuk mengendalikan mutu material, struktur, dan komponen agar memenuhi keperluan yang telah dit entukan. 1) Penjaminan Mutu Menurut Barrie, dkk (1990), tentang rekayasa kualitas dan pengendalian kualitas meliputi : -

Penerapan standar dan prosedur untuk menjamin bahwa suatu produk atau fasilitas memenuhi kreteria yang diharapkan.

-

Pendokumenan untuk memeriksa hal yang diperoleh.

2) Pengendalian Mutu Pengendalian mutu menurut Barrie, dkk (1990),

proses pengendalian

mutu meliputi : -

Penetapan standar khusus untuk prestasi konstruksi, lazimnya melalui rencana dan spesifikasi.

-

Pengukuran variasi (penyimpangan) dari standar.

-

Pengambilan tindakan untuk memperbaiki atau meminimumkan  penyimpangan yang merugikan.

-

Perencanaan untuk menyempurnakan standar agar segala sesuatunya selalu sesuai standar.

3) Area Pengendalian Mutu Menurut Soeharto (1997), menjelaskan bahwa area pengendalian mutu

22

dikelompokan menjadi tiga, yaitu : -

Pengendalian Mutu Engineering  Mengadakan verifikasi mengenai kesesuaian prosedur yang telah dilakukan antar disiplin.

-

Pengendalian Mutu Pengadaan Pada tahap pengadaan ini pengawas akan mengikuti, memantau, dan memeriksa pada berbagai tahapan.

-

Pengendalian Mutu Konstruksi Mengingat kualitas, identitas, dan kemungkinan kerusakan selama  pekerjaan.

4. Administrasi Lapangan

Pelaksanaan pekerjaan di lapangan memerlukan suatu administrasi agar  pelaksanaan kegiatan pekerjaan di lapangan dapat diketahui selama pekerjaannya. Administrasi yang dimaksud seperti laporan berkala dan berita acara pekerj aan. a. Laporan Berkala

Laporan berkala merupakan laporan secara terus-menerus mengenai  pelaksanaan suatu kegiatan pekerjaan dilapangan. Laporan ini bisa berupa laporan harian, laporan dan rapat mingguan, bulanan, serta tengah tahunan. 1) Laporan Harian Laporan ini berisi tentang kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan, keluar masuknya bahan, peralatan yang digunakan dan jumlah tenaga kerja, serta keadaan cuaca (cerah/hujan) pada hari yang bersangkutan. 2) Laporan dan Rapat Mingguan Laporan dari rapat mingguan berisikan tentang kegiatan operasional  jangka pendek di lapangan yang berkaitan dengan pencapaian kemajuan  proyek dalam satu minggu. Laporan ini bersifat lebih spesifik karena pada umumnya laporan ini menjabarkan tentang perencanaan pekerjaan yang akan datang, mengkaji hasil pelaksanaan minggu lalu, dan pencapaian volume, serta presentase nilai sebagian atau keseluruhan pekerjaan yang telah dilaksanakan dan membandingkannya dengan dokumen kontrak.

23

3) Laporan dan Rapat Bulanan Pelaksanaan pekerjaan dilaporkan dan diadakan rapat bulanan yang tujuannya untuk mendapatkan hasil kemajuan pelaksanaan pekerjaan selama waktu satu bulan. Menurut Soeharto (1997), laporan bulanan memuat : -

Kemajuan pelaksanaan proyek.

-

Persoalan yang dihadapi berdasarkan laporan terakhir.

-

Dampak persoalan tersebut terhadap tercapainya sasaran proyek dan usaha-usaha untuk mengatasinya.

4) Laporan dan Rapat Tengah Tahunan Laporan ini biasanya digunakan pada suatu proyek besar yang berlangsung dalam jangka waktu cukup lama dan membahas tentang kemajuan dalam  pelaksanaan pekerjaan proyek, menjelaskan masalah yang terjadi di satu  pihak yang mungkin bisa mengakibatkan pihak lain mengalami kesulitan. b. Berita Acara Pekerjaan

Dalam pembuatan berita acara pekerjaan dapat dib agi menjadi dua, yaitu : 1) Berita Acara Pelaksanaan Pekerjaan Pekerjaan yang telah dilaksanakan, kemudian dilaporkan pada berita acara  pelaksanaan pekerjaan mengenai kegiatan pekerjaan secara keseluruhan. Berita acara pekerjaan ini menjelaskan tentang pelaksanaan pekerjaan,  penggunaan material, peralatan yang digunakan, serta kualitas tentang kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan. 2) Berita Acara Perubahan Pekerjaan Menurut Soeharto (1997), terdapat prosedur dan langkah-langkah dalam  proses perubahan pekerjaan, yaitu : -

Evaluasi mendalam tentang perlunya perubahan lingkup pekerjaan.

-

Mempelajari dampak yang akan diakibatkan oleh adanya perubahan  pekerjaan, baik dari aspek biaya maupun jadwal.

-

Mengajukan persetujuan kepada pimpinan atau pemilik proyek, bila lingkup prubahan pekerjaan cukup besar.

-

Mengadakan kegiatan tindak lanjut berupa pengawasan dan laporan.

24

B. Sistem Plumbing

Dalam keseharian manusia tidak pernah lepas dari masalah kesehatan, baik itu menyangkut air bersih, air buangan, atau sampah, jika tidak dirancang atau dikelola dengan baik akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam hal ini, fasilitas sistem plumbing memberikan andil yang cukup penting bagi manusia untuk menjaga kesehatan lingkungan gedung tempat bekerja atau bermukim, dan  berperan besar dalam membantu kelancaran dari operasional gedung itu sendiri, misalnya saja dalam memenuhi kebutuhan air bersih maupun air buangan dengan cepat (Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000). Menurut SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plumbing, telah disebutkan  bahwa plumbing merupakan sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan  pemasangan pipa dan peralatannya didalam atau diluar gedungyang bersangkutan dengan air hujan, air buangan, dan air minum, dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan. Fungsi dari peralatan plumbing adalah untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, dan membuang air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Dalam sistem plumbing memerlukan peralatan yang mendukung agar terbentuknya sistem plumbing yang baik. Jenis peralatan plumbing dalam artian khusus meliputi : -

Peralatan untuk penyediaan air bersih/air minum.

-

Peralatan untuk penyediaan air panas.

-

Peralatan untuk pembuangan dan ventilasi.

-

Peralatan Plumbing. Dalam artian yang lebih luas selain peralatan-peralatan tersebut diatas,

istilah “Peralatan Plumbing” seringkali digunakan untuk hal-hal sebagai berikut : -

Peralatan pemadam kebakaran.

-

Peralatan pengolahan air kotor (tangki septik).

-

Peralatan penyediaan gas.

25

-

Peralatan dapur.

-

Peralatan untuk mencuci (laundry).

-

Peralatan pengolahan sampah.

-

dan berbagai instalasi pipa lainnya.

1. Peralatan Saniter ( Sanitary F ixtures)

Peralatan saniter seperti kloset, peturasan, dan bak cuci tangan umumnya dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini sangat popular karena biaya dalam hal pembuatannya cukup murah dan ditinjau dari segi sanitasi sangat baik. Jenis peralatan saniter antara lain : a. Kloset

Tipe kloset yang digunakan pada suatu bangunan atau gedung dapat dibagi dalam beberapa golongan menurut konstruksinya, antara lain : 1) Tipe Wash-Out  Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk dan sekarang tipe ini dilarang di Indonesia dikarenakan konstruksinya berdampak pada timbulnya bau yang tidak sedap akibat penggelontoran yang tidak sempurna. 2) Tipe Wash-Down Tipe ini lebih baik daripada wash-out, bau yang timbul akibat sisa kotoran lebih sedikit jika dibandingkan dengan tipe wash-out. 3) Tipe Siphon Tipe ini mempunyai konstruksi jalannya air buangan yang lebih rumit dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit menunda aliran air  buangan tersebut sehingga timbul efek  siphon. Bau yang dihasilkan lebih  berkurang lagi pada tipe ini. 4) Tipe Siphon-Jet  Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu lobang kecil searah aliran air buangan. Tipe siphon-jet ini menggunakan air penggelontoran lebih  banyak.

26

5) Tipe Blow-Out  Tipe ini sebenarmya dirancang untuk menggelontorkan air kotor dengan cepat, tapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1kg/cm², dan menimbulkan suara berisik. b. Peturasan

Ditinjau dari kontruksinya, peturasan dapat dibagi seperti halnya kloset, dimana yang banyak digunakan adalah tipe wash-down. Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip “talang” terbuat dari porselen,  plastik, atau baja tahan karat, dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Dalamnya talang 15 cm atau lebih. 2) Pipa pembuangan ukurannya 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan saringan. 3) Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram bidang  belakang talang dengan lapisan air. 4) Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa. c. Bak Cuci Piring ( Sink )

Bak cuci pada dapur ( sink ) memiliki fungsi untuk mencuci peralatan yang mengandung lemak, dibuat dari bermacam-macam bahan seperti stainless, fiber, dan yang terbuat dari batu dengan plesteran bahan kedap air atau dilapisi porselen. d. Fitting Saniter

Ada beberapa jenis fitting saniter antara lain : 1) Kran air, ada beberapa macam yaitu : -

Kran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.

-

Kran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri, misalnya untuk cuci tangan.

-

Kran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air yaitu kran atau katup pelampung.

27

2) Katup gelontor dan tangki gelontor -

Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor untuk kloset dan peturasan.

-

Tangki gelontor dibuat dari plastik, ada yang otomatis dan ada juga yang harus dijalankan oleh orang.

2. Jenis-jenis Pipa

Dalam perencanaan plumbing, perlengkapan utama yang dibutuhkan adalah pipa. Jenis-jenis pipa yang biasa digunakan dalam sistem plumbing, secara garis besar ada dua kelompok, yaitu : 1) Pipa Logam Pipa logam sangat kuat, tebal, dan tahan terhadap panas. Namun jenis pipa ini mempunyai kelemahan yaitu dapat berkarat sehingga air menjadi kotor dan bau. Ada beberapa jenis pipa logam antara lain : -

Pipa Besi (Cast Iron) Pipa besi biasa digunakan untuk menyalurkan air buangan. Pipa jenis ini tahan terhadap korosi.

-

Pipa Galvanis Pipa galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin atau  bagian dari suatu tower air yang menjadi penghubung antara mesin air ke tendon diatas tower.

-

Pipa Tembaga Pipa tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada suatu gedung. Pipa ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat konduktornya yang sangat baik dan tahan terhadap korosi.

2) Pipa Plastik -

Pipa Polyvinyl Chloride (PVC) Biasanya digunakan untuk sarana utama instalasi air dalam gedung. Pipa PVC bersifat ringan, berkekuatan tinggi, dan reaktivitas rendah menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC dibagi dalam 4 kelas yaitu : 

Kelas AW (VP) dengan tekanan kerja 10 kg/cm².

28



Kelas AZ dengan tekanan kerja 8 kg/cm².



Kelas D (VU) dengan tekanan kerja 5 kg/cm².



Kelas C untuk saluran kabel listrik.

-

Pipa Polyethylene (PE)

-

Pipa Polyprophylene (PP)

3. Sistem Penyediaan Air Bersih

Menurut Morimura dan Noerbambang (1985), sistem penyediaan air  bersih yang saat ini banyak digunakan dapat dikelompokan menjadi : 1) Sistem Sambungan Langsung Dalam sistem ini pipa distribusi gedung disambungkan langsung dengan  pipa utama penyediaan air bersih, misalnya pipa utama dibawah jalan dari Perusahaan Air Minum. Akibat terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil. Ukuran pipa cabang biasanya diatur atau ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum.

Gambar 3 Sistem Sambungan Langsung

(Sumber : Noerbambang M, Soufyan dkk, 2005)

2) Sistem Tangki Atap Apabila sistem sambungan langsung kurang efisien karena berbagai alasan tidak dapat diterapkan, sebagai gantinya menggunakan sistem tangki atap.

29

Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu didalam tangki bawah (dipasang pada lantai tertinggi bangunan atau dibawah permukaan tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem tangki atap ini diterapkan karena alasan-alasan  berikut : -

Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat  plumbing hampir tidak berarti karena perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap.

-

Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatis dengan cara yang sangat sederhana, sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka air dalam tangki atap.

-

Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan sistem lain, misalnya tangki tekan.

Gambar 4 Sistem Tangki Atap

(Sumber : Noerbambang M, Soufyan dkk, 2005)

30

3) Sistem Tangki Tekan Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana oleh karena suatu alasan tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah air yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti sistem tangki atap), kemudian dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detector   tekanan yang menutup atau membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan telah mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan. Adapun kelebihan dari sistem tangki tekan antara la in : -

Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu mencolok dibandingkan dengan tangki atap.

-

Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin  bersama pompa lainnya.

-

Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas menara.

Tidak hanya memiliki kelebihan dalam penyediaan air bersih dengan sistem tangki tekan, namun terdapat juga beberapa kekurangan dari sistem tangki tekan ini antara lain : -

Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm² ialah nilai yang sangat  besar dibandingkan dengan sistem tangki atap yang hampir tidak memiliki tekanannya. Fluktuasi yang besar ini dapat menimbulkan aliran air yang cukup berarti pada alat plumbing dan pada alat  pemanas gas serta menghasilkan air dengan temperatur yang berubah.

-

Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara kempa dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air dalam tangki tersebut.

-

Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatis pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai penyimpanan air seperti tangki atap.

31

-

Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit, maka pompa akan sering bekerja dan hal ini menyebabkan keausan pada saklar lebih cepat.

Gambar 5 Sistem Tangki Tekan

(Sumber : Noerbambang M, Soufyan dkk, 2005)

4) Sistem Tanpa Tangki Dalam sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan atau tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama Perusahaan Air Minum). Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air Minum maupun pipa-pipa utama dalam permukiman khusus (untuk umum). a. Persyaratan Penyediaan Air Bersih

Dalam penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, ada  beberapa syarat yang harus diperhatikan agar air bersih dapat disalurkan dengan  baik dan berkesinambungan. Syarat-syarat tersebut antara lain : 32

1) Persyaratan Kualitas Air bersih yang masuk ke dalam bangunan atau masuk ke sistem plumbing air bersih harus memenuhi syarat kualitas air bersih, yaitu syarat fisik, kimiawi. dan bakteriologi yang sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI  No.907/MENKES/SK/VII/2002. 2) Persyaratan Kuantitas Air bersih yang masuk ke dalam bangunan atau masuk ke sistem plumbing air bersih harus memenuhi syarat kuantitas yaitu kapasitas air bersih harus mencukupi berbagai kebutuhan air bersih bangunan gedung tersebut. Untuk menghitung besarnya kebutuhan air bersih dalam bangunan gedung didasarkan pada pendekatan sebagai berikut : -

Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun yang tidak.

-

Unit beban alat plumbing

-

Luas lantai bangunan.

3) Persyaratan Kontinuitas Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih erat hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia, yaitu air baku. Arti kontinuitas disini adalah bahwa air baku untuk air bersih yang digunakan dapat diambil terus-menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik saat musim kemarau maupun musim hujan. b. Tekanan Air dan Kecepatan Aliran

Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam  pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena  pancaran air serta mempercepat kerusakan peralatan plumbing dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan standar adalah 1,0 kg/cm², sedangkan tekanan statik sebaiknya diusahakan antara 4,0 - 5,0 kg/cm² untuk  perkantoran, antara 2,5 - 3,5 kg/cm² untuk hotel dan perkantoran. Disamping itu,  beberapa macam peralatan plumbing tidak dapat berfungsi dengan baik kalau tekanan airnya kurang dari suatu batas minimum. Besarnya tekanan minimum air ini dicantumkan pada tebel dibawah ini.

33

Tabel 1 Tekanan yang diperlukan Plumbing

No

Nama Alat Plumbing

Tekanan yang diperlukan (Kg/cm²)

1

Katup gelontor kloset

0.7

2

Katup gelontor peturasan

0.4

3

Kran yang menutup otomatik

0.7

4

Pancuran mandi, dengan pancaran air halus

0.7

5

Pancuran mandi biasa

0.35

6

Kran biasa

0.3 (Sumber : SNI 03-7065-2005)

Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah kemungkinan terjadinya pukulan air, menimbulkan suara berisik dan kadang menyebabkan ausnya permukaan air dalam pipa. Biasanya digunakan standar kecepatan sebesar 0,9 - 1,2 m/detik sebaiknya diterapkan dalam penentuan  pendahuluan ukuran pipa. Dilain pihak, kecepatan yang terlampau rendah ternyata dapat menimbulkan efek kurang baik dari segi korosi, pengendapan kotoran ataupun kualitas air. c. Penaksiran Laju Aliran Air ( Water F low Rate)

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menaksirkan besarnya laju aliran air, diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Berdasarkan Jumlah Pemakai (Penghuni) Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap  penghuni dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah  pemakaian air sehari-hari dapat diperkirakan, walaupun jenis atau alat  plumbing belum ditentukan. Angka pemakaian air diperoleh dengan metode ini biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, dan pompa. Sedangkan ukuran pipa yang diperoleh dengan metode ini hanya pipa penyediaan air (pipa dinas) dan tidak untuk menentukan ukuran pipa dalam seluruh jaringan. 2) Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plumbing 34

Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plumbing dapat diketahui, misalnya untuk perumahan atau bangunan kecil juga harus diketahui jumlah dari setiap jenis alat plumbing dalam gedung tersebut. 3) Berdasarkan Unit Beban Alat Plumbing Dalam metode ini untuk setiap alat plumbing ditetapkan suatu unit beban ( fixture unit ). Untuk perhitungannya maka digunakan gambar-gambar serta tabel sebagai berikut : Tabel 2 Unit Beban Alat Plumbing

No

Jenis Alat Plumbing

UABP

UABP

Pribadi

Umum

1

Bak Mandi

2

4

2

 Bedpan Washer

-

10

3

Bidet

2

4

4

Gabungan bak cuci dan dulang cuci pakaian

3

-

5

Unit Dental atau peludahan

-

1

6

Bak cuci tangan untuk dokter gigi

1

1

7

Pancaran air minum

1

2

8

Bak cuci tangan

1

2

9

Bak cuci dapur

2

2

10

Bak cuci pakaian (1 atau 2 kompartemen)

2

4

11

Dus, setiap kepala

2

4

12

Service sink

2

4

13

Peturasan pedestal berkaki

-

10

14

Peturasan, wall

-

5

15

Peturasan, Palung

-

5

16

Peturasan dengan tangki penggelontor

-

3

17

Bak cuci, bulat atau jamak (setiap kran)

-

2

18

Kloset dengan katup penggelontor

6

10

19

Kloset dengan tangki penggelontor

3

5

(Sumber : SNI 03-7065-2005)

35

d. Penentuan Penentuan Ukuran Pipa

Ukuran pipa ditentuk berdasarkan laju aliran puncak. Disamping itu ada tambahan pertimbangan-pertimbangan lain yang didasarkan pada pengalaman  perancang atau kontraktor pelaksana. Pada waktu air mengalir dalam pipa akan timbul gesekan-gesekan antara air dengan dinding pipa, hal ini mengakibatkan timbulnya kehilangan tekanan (head ( head loss) loss) pada waktu air mengalir didalam pipa. Besarnya kehilangan tekanan dalam pipa tergantung dari : -

Kekasaran dinding pipa, makin besar dinding pipa, maka makin besar kehilangan tekanannya.

-

Panjang pipa, makin panjang pipa, maka makin besar juga kehilangan tekanannya.

-

Kecepatan air dalam pipa, makin cepat air mengalir dalam pipa, maka makin besar kehilangan tekanannya.

-

Banyaknya perlengkapan (acsesories) pipa, makin banyak perlengkapan  pipa, maka makin besar kehilangan tekanannya. Tabel 3 Panjang Ekivalen untuk Katup dan Perlengkapan Lainnya

Diameter nominal (mm)

Belokan

Belokan

90º

45º

T-90º

T-90º

Katup

Katup

aliran

aliran

 get sorong ( get

bola (ball

cabang

lurus

valve)

valve)

Katup sudut

Katup

(angle

satu arah

valve)

15

0.60

0.36

0.90

0.18

0.12

4.5

2.4

1.2

20

0.75

0.45

1.5

0.24

0.15

6.0

3.6

1.6

25

0.90

0.54

1.5

0.27

0.18

7.5

4.5

2.0

32

1.2 1. 2

0.72

1.8

0.36

0.24

10.5

5.4

2.5

40

1.5 1. 5

0.90

2.1

0.45

0.30

13.5

6.6

3.1

50

2.1

1.2

3.0

0.60

0.39

16.5

8.4

4.0

65

2.4 2. 4

1.5

3.6

0.75

0.48

19.5

10.2

4.6

80

3.0 3. 0

1.8

4.5

0.90

0.63

24.0

12.0

5.7

100

4.2

2.4

6.3

1.2

0.81

37.5

16.5

7.6

125

5.1

3

7.5 7 .5

1.5

0.99 0 .99

42.0

21.0

10.0

150

6.0

3.6

9

1.8

1.2

49.5

24.0

12.0

200

6.5

3.7

14.0

4.0

1.4

70.0

33.0

15.0

250

8.0

4.2

20.0

5.0

1.7

90.0

43.0

19.0

(Sumber : Soufyan M Noerbambang & Takeo Morimura , 1985 )

36

4. Sistem Penyediaan Air Buangan

Air buangan atau sering juga disebut dengan air limbah adalah semua cairan yang dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, tumbuhan maupun yang mengandung sisa-sisa proses industri. Air buangan dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu : 1) Air kotor, air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plumbing. 2) Air bekas, air buangan yang berasal dari alat-alat plumbing lainnya seperti  bak mandi, bak cuci tangan, bak dapur, dapur, dan lain-lain. 3) Air hujan, air hujan yang jatuh pada atap bangunan. 4) Air buangan khusus, air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan bahan berbahaya seperti yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, rumah sakit, tempat pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif atau mengandung bahan radioaktif, dan air buangan yang mengandung lemak. a. Klasifikasi Sistem Air Buangan

Menurut Morimura dan Noerbambang (1985), sistem pembuangan air umumnyaa dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut jenis air buangan, cara membuang air, dan sifat-sifat dari lokasi dimana saluran itu akan dipasang. 1) Klasifikasi menurut jenis air buangan -

Sistem pembuangan air kotor, adalah sistem pembuangan melalui kloset, peturasan, dan lain-lain dalam gedung yang dikumpulkan dan dialirkan keluar.

-

Sistem pembuangan air bekas, adalah sistem pembuangan dimana air  bekas dalam gedung dikumpulkan dikumpulkan dan dialirkan keluar.

-

Sistem pembuangan air hujan, adalah sistem pembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan keluar.

-

Sistem air buangan khusus, dimana air buangan khusus sebelum dimasukan ke riol umum harus melewati pengolahan terlebih dahulu.

37

-

Sistem pembuangan dari dapur, yaitu air buangan yang berasal dari  bak cuci dapur, dan peralatan-peralatan dapur lainnya.

2) Klasifikasi menurut cara pembuangan air -

Sistem pembuangan air campuran, yaitu sistem pembuangan dimana segala macam air buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke luar gedung tanpa memperhatikan jenis air buangan.

-

Sistem pembuangan terpisah, yaitu sistem pembuangan dimana jenis air buangan dikumpulkan dan dialirkan keluar gedung secara terpisah.

3) Klasifikasi menurut cara pengaliran -

Sistem gravitasi, yaitu air buangan mengalir dari tempat tinggi secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah.

-

Sistem bertekanan, yaitu air buangan dikumpulkan dalam bak  penampung dan kemudian kemudian dipompakan keluar menuju riol umum.

4) Klasifikasi menurut letaknya -

Sistem pembuangan gedung, yaitu sistem pembuangan yang terletak di dalam gedung sampai jarak satu meter dari dinding paling luar gedung tersebut.

-

Sistem pembuangan diluar gedung sampai ke riol umum, yaitu sistem  pembuangan di luar gedung, di halaman, dan dimulai satu meter dari dinding paling luar gedung sampai ke riol umum.

b. Kemiringan Pipa dan Kecepatan Aliran

Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang biasanya mengandung bagian-bagian padat. Maksudnya, pipa buangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup sesuai dengan banyaknya jenis air  buangan yang harus dialirkan. Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air  buangan, melainkan hanya lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga  bagian atas yang kosong cukup cukup untuk mengalirkan udara. udara. Kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih besar dari satu per diameter  pipanya (mm). Kecepatan terbaik untuk pipa berkisar antara 0,6  –   1,2 m/detik. Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung dapat dibuat lebih landai daripada yang dinyatakan pada tabel dibawah, asalkan kecepatan tidak kurang dari

38

0,6 m/detik. Jika kurang maka kotoran dalam air buangan dapat mengendap yang  pada akhirnya akan menimbulkan penyumbatan pipa. Sebaliknya jika terlalu cepat akan turbulensi aliran yang dapat menimbulkan gejolakan tekanan dalam pipa, sehingga akan merusak fungsi penutup air dalam perangkap alat plumbing. Disamping itu, kemiringan yang lebih curam dari 1/50 cenderung menimbulkan efek sifon yang akan menyedot air penutup dalam perangkap alat plumbing. Tabel 4 Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal

No

Diameter Pipa (mm)

Kemiringan Minimum

1

75 atau kurang

1/50

2

100 atau kurang

1/100

(Sumber : Soufyan M Noerbambang & Takeo Morimura , 1985 )

c. Penentuan Nilai UBAP dan Ukuran Pipa

 Nilai unit alat plumbing untuk berbagai jenis alat plumbing dapat dilihat  pada tabel dibawah. Apabila jenis alat plumbing yang direncanakan sesuai dengan yang ada dalam tabel tersebut, ukuran pipa pembuangan air dapat ditentukan  berdasarkan jumlah nilai unit alat plumbing yang dilayani pipa bersangkutan. Tabel 5 Beban Maksimum yang diijinkan untuk Perpipaan Air Buangan Pipa tegak lebih dari tiga

Saluran air buangan Kemiringan

lantai

(%)

Pipa

Sebuah pipa

Ukuran

cabang

tegak tiga

pipa

datar dari

interval

(mm)

plumbing

cabang atau

(*)

kurang

40¹

3

4

8

50¹

6

10

63¹

12

75

Jumlah untuk

Jumlah pipa

pipa tiga

pada satu lantai

0.5

1

2

4

2

-

-

-

-

24

6

-

-

-

-

20

42

9

-

-

21

26

20²

30³

60³

16³

-

-

42²

50²

110

160

240

500

90

-

180

216

250

125

360

540

1100

200

-

390

480

575

150

620

960

1900

350

-

700

840

1000

200

1400

2200

3600

600

1400

1600

1920

2300

250

2500

3800

5600

1000

2500

2900

3500

4200

315

3900

6000

8400

1500

3900

4600

5500

6700

375

7000

-

-

-

7000

8300

10000

12000

lantai

(Sumber : SNI 03-7065-2005)

39

Tabel 6 Unit Beban Alat Plumbing untuk Air Buangan Nilai beban No

Alat plumbing atau kelompok alat plumbing

unit alat Plumbing

1

2

Kelompok alat plumbing di kamar mandi yang terdiri dari bak cuci tangan, bak mandi, dan kloset dengan katup penggelontor langsung Kelompok alat plumbing di dalam kamar mandi yang terdiri dari bak cuci tangan, bak mandi, dan kloset dengan katup penggelontor

8

6

3

Bak mandi dengan perangkap 40 mm

2

4

Bak mandi dengan perangkap 50 mm

3

5

Bidet dengan perangkap 40 mm

3

6

Gabungan bak cuci dan bak cuci pakaian dengan perangkap 40 mm

3

7

Gabungan bak cuci dan bak cuci pakaian yang menggunakan penggerus sisa makanan dengan  perangkap 40 mm terpisah dari unit

4

8

Unit dental atau peludahan

1

9

Bak cuci tangan untuk dokter gigi

1

10

Pancuran air minum

11

Mesin cuci piring untuk rumah tangga

2

12

Lubang pengering lantai

1

13

Bak cuci dapur untuk rumah tangga

2

14

Bak cuci dapur rumah tangga dengan unit penggerus sisa makanan

3

15

Bak cuci tangan dengan lubang pengeluaran air kotor 40 mm

2

16

Bak cuci tangan dengan lubang pengeluaran air kotor 25 mm atau 32 mm

1

17

Bak cuci tangan pemangkas rambut, salon kecantikan, kamar bedah

2

18

0.5

Bak cuci tangan jenis majemuk seperti pancuran cuci atau bak cuci untuk tiap bak cuci tangan setaraf

2

19

Bak cuci pakaian (1 atau 2 bagian)

2

20

Dus pada ruang dus

2

21

Dus pada kelompok dus untuk tiap dus

3

22

Bak cuci untuk kamar bedah

3

23

Bak cuci jenis penggelontor bibir untuk katup gelontor langsung

8

24

Bak cuci jenis umum dengan pengeluaran dan perangkap pada lantai

3

25

Bak cuci seperti pot, ruang cuci atau sejenisnya

4

26

Bak cuci jenis umum yang dengan pengeluaran dan perangkap

2

27

Peturasan dengan katup gelontor 25 mm

8

28

Peturasan dengan katup gelontor 20 mm

4

29

Peturasan dengan tangki gelontor

4

30

Kloset dengan katup gelontor

8

31

Kloset dengan tangki gelontor

4

32

Kolam renang untuk tiap volume 50 m³

1

33

Alat plumbing yang tak tercantum disini dengan pengering atau perangkap berukuran 32 mm

1

34

Alat plumbing yang tak tercantum disini dengan pengering atau perangkap berukuran 40 mm

2

35

Alat plumbing yang tak tercantum disini dengan pengering atau perangkap berukuran 50 mm

3

36

Alat plumbing yang tak tercantum disini dengan pengering atau perangkap berukuran 63 mm

4

37

Alat plumbing yang tak tercantum disini dengan pengering atau perangkap berukuran 90 mm

5

38

Alat plumbing yang tak tercantum disini dengan pengering atau perangkap berukuran 110 mm

6

(Sumber : SNI 03-7065-2005)

40

5. Sistem Ven

Sistem ven merupakan bagian penting dalam suatu sistem pembuangan, sedangkan tujuan dari sistem ven ini antara lain : -

Menjaga sekat penangkap dari efek sifon atau tekanan.

-

Menjaga aliran air agar lancar dalam pipa pembuangan.

-

Mensirkulasi udara dalam sistem pembuangan. Tujuan utama dari sistem ven ini adalah menjaga agar perangkap tetap

mempunyai sekat air, oleh karena itu pipa ven harus dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat mencegah hilangnya sekat air tersebut. a. Jenis Sistem Ven

Sistem ven adalah bagian dari sistem plumbing yang terdiri dari pipa yang dipasangkan untuk sirkulasi udara ke seluruh bagian dari sistem pembuangan dan untuk mencegah terjadinya kerja sifon serta tekanan balik pada perangkap. Ada  beberapa jenis pipa ven, yaitu : 1) Ven basah yaitu ven yang juga bekerja sebagai pipa pembuangan. Ven  bersama yaitu pipa ven yang dipasang pada titik pertemuan dua pengering alat plumbing dan bekerja sebagai ven untuk kedua alat plumbing tersebut. 2) Ven belakang yaitu bagian dari jalur ven yang menyambung langsung dengan suatu perangkap, di bawah atau di belakang suatu alat plumbing dan membentang sampai pipa tegak air kotoran atau air buangan pada setiap titik yang terletak lebih tinggi dari alat plumbing atau perangkap yang dilayaninya. 3) Ven lup, ven cabang yang melayani dua perangkap atau lebih dan  berpangkal dari bagian depan penyambungan alat plumbing terakhir suatu cabang datar pipa pembuangan sampai ke ven pipa tegak. 4) Ven pelepas, pipa ven yang dipasang pada tempat khusus untuk menambah sirkulasi udara antara sistem pembuangan dan sistem ven. 5) Ven pipa tegak yaitu perpanjangan pipa tegak air kotoran atau air buangan di atas cabang pipa pembuangan teratas yang disambungkan dengan pipa tegak tersebut. 41

6) Ven sirkit, ven cabang yang melayani dua perangkap atau lebih dan  berpangkal dari bagian depan penyambungan alat plumbing terakhir suatu cabang datar pipa pembuangan sampai ke pipa tegak ven. 7) Ven sisi, ven yang dihubungkan ke pipa pembuangan air kotor atau pipa air kotoran melalui fitting dengan sudut tidak lebih dari 45º terhadap vertical. b. Ketentuan Umum Ukuran Pipa Ven

Dalam membuat atau memasang pipa ven ada ketentuan yang harus diperhatikan dalam membangun gedung tinggi. Menurut SNI 03-7065-2005, ketentuan yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1) Ukuran pipa ven lup dan ven sirkit -

Ukuran pipa ven lup dan sirkit minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa buangan atau  pipa tegak ven yang disambungkan.

-

Ukuran pipa ven lepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan yang dilayaninya.

2) Ukuran pipa ven tegak, sama dengan tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai keujung yang terbuka. 3) Ukuran pipa ven tunggal, minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah diameter pipa pengering alat plumbing yang dilayani. 4) Ukuran pipa ven offset, ukuran pipa ven pelepas untuk offset pipa  pembuangan harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air buangan (yang terkecil antara keduan ya). 5) Ukuran pipa ven yoke Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan atau lebih besar dari pada diameter pipa tegak ven atau pipa tegak air buangan (yang terkecil antara keduanya). 6) Pipa ven untuk bak penampung, ukuran pipa ven untuk bak penampung air  buangan minimum harus 50 mm.

42

c. Penentuan Ukuran Pipa Ven

Penentuan ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plumbing dari  pembuangan yang dilayaninya dan panjang ukuran pipa ven tersebut. Bagian pipa ven mendatar tidak termasuk bagian “pipa ven” dibawah lantai, tidak boleh lebih dari 20 % dari seluruh panjang ukurannya dan bisa dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7 Ukuran Pipa Tegak Ven dan Ven Cabang Ukuran Pipa Ven yang disyaratkan

Ukuran pipa tegak

Unit alat

air kotoran atau

plumbing yang

air buangan

dihubungkan

32

2

9

40

8

15

45

40

10

9

30

50

12

9

20

50

20

7

15

65

42

9

30

90

80

10

9

30

60

180

80

30

18

60

150

80

60

15

24

120

100

100

10

30

75

300

100

200

9

27

75

270

100

500

6

20

54

210

125

200

10

24

105

125

500

9

20

90

125

1100

6

15

60

150

350

7

15

60

120

390

150

620

5

9

35

90

330

150

960

7

30

75

300

150

1900

6

20

60

210

200

600

15

45

150

390

200

1400

12

30

120

360

200

2200

9

24

105

330

200

3600

7

18

75

240

250

1000

22

35

300

250

2500

15

30

150

250

3800

9

24

105

250

5600

7

18

75

32

40

50

65

80

100

125

150

200

Panjang Ukuran Maksimum Pipa Ven (m)

(Sumber : SNI 03-7065-2005)

Sambungan ven harus dipasang sedemikian rupa, sehingga panjang ukuran saluran pembuangan alat plumbing tidak melebihi jarak maksimum antara sambungan ven dan ambang perangkap.

43

6. Sistem Air Hujan

Menurut SNI 03-7065-2005, air hujan yang jatuh di atas gedung harus disalurkan ke rembesan. Ukuran saluran pembuangan air hujan gedung di setiap  pipa cabang datarnya dengan kemiringan 4% atau lebih kecil harus didasarkan  pada jumlah daerah drainase yang dilayaninya sesuai dengan tabel dibawah. Untuk ukuran pipa drainase bawah tanah yang dipasang di bawah lantai basement  atau di sekeliling tembok luar suatu gedung harus lebih besar atau sama dengan 100 mm. untuk talang tegak air hujan didasarkan luas atap yang dilayaninya dan sesuai tabel di bawah. Apabila atap tersebut mendapat tambahan air hujan dari dinding yang berdekatan, maka pada ukuran pipa tegak air hujan harus ditambah dengan memperhitungkan 50% dinding terluas yang dianggap sebagai atap. Tabel 8 Beban Maksimum yang diijinkan untuk Talang Atap Pipa datar Pembuangan Ukuran pipa (mm)

Pipa tegak air

air hujan

hujan

Kemiringan

Talang atap datar terbuka Kemiringan

1%

2%

4%

½%

1%

2%

4%

50

63

65

120

80

200

75

105

150

15

20

30

40

100

425

170

245

345

30

45

65

90

125

800

310

435

620

55

80

115

160

150

1290

490

700

990

85

125

175

250

200

2690

1065

1510

2135

180

260

365

520

250

1920

2710

3845

330

470

665

945

300

3090

4365

6185

350

5525

7800

11055

(Sumber : SNI 03-7065-2005)

a. Perencanaan Pipa, Kemiringan dan Perubahan Arah

Menurut SNI 03-7065-2005, dalam merencanakan pipa air hujan harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain : 1) Pipa air hujan tidak boleh ditempatkan pada : -

Dalam ruang tangga.

-

Sumuran alat pengangkat.

-

Di bawah lift atau di bawah beban imbangan lift. 44

-

Langsung di atas tangki air minum tanpa tekanan.

-

Di atas lubang pemeriksaan tangki air minum yang bertekanan.

-

Di atas lantai yang digunakan untuk pembuatan maupun persiapan  pembungkusan penyimpanan atau peragaan makanan.

2) Penempatan ujung buntu dilarang pada jaringan air hujan, kecuali bila diperlukan untuk memperpanjang pipa lubang pembersih. Kemiringan dan perubahan arah pipa air hujan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : -

Pipa air hujan datar yang berukuran sampai 75 mm harus dipasang dengan kemiringan minimal 2% dan untuk pipa yang berukuran lebih  besar minimal 1%. Kemiringan yang lebih kecil hanya diperbolehkan apabila secara khusus dibenarkan oleh pejabat yang berwenang.

-

Perubahan arah pipa air hujan harus dibuat Y 45º, belokan jari-jari 90º,  belokan 60º, 45º, 22,5º atau gabungan belokan tersebut atau gabungan  penyambungan ekivalen yang dibenarkan kecuali dinyatakan lain dalam SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plumbing.

-

Belokan jari-jari pendek dan T saniter tunggal atau ganda hanya diijinkan pemasangnya pada pipa air hujan.

Adapun fitting  dan penyambungan yang dilarang yaitu : -

Ulir menerus, sambungan klem atau sadel tidak boleh dipergunakan  pada pipa air hujan.

-

 Fitting , sambungan, peralatan dan cara penyambungannya tidak boleh menghambat aliran air atau udara dalam pipa air hujan.

-

Soket ganda tidak boleh dipakai pada pemasangan pipa air hujan. Soket harus dipasang berlawanan dengan arah aliran. Cabang T pipa air hujan tidak boleh dipakai sebagai cabang masuknya air buangan.

-

Tumit atau belokan 45º dengan lubang masuk samping tidak boleh digunakan sebagai penyambungan ven pada pipa air hujan dan air  buangan, saat apabila tumit atau lubang masuk samping tersebut ditempatkan mendatar

45

b. Drainase Atap

Untuk membuat pipa air hujan diperlukan drainase atap yang baik dan harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut adalah : -

Drainase atap harus kedap air.

-

Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak dan harus menonjol sekurang-kurangnya 10 cm di atas permukaan atap atau talang dating diukur dari lubang masuk talang tegak. Jumlah luas lubang saringan tidak  boleh lebih kecil dari 1,5 kali luas penampang talang tegak. Saringan pada drainase atap atau geladak tempat menjemur, geladak parkir, atau tempat sejenis itu yang dipelihara teratur dapat digunakan jenis saringan rata yang dipasang rata dengan permukaan geladak, jenis saringan itu jumlah luas lubangnya tidak boleh kurang dari 2 kali luas penampang talang tegak.

c. Sumur Resapan

Sumur resapan adalah prasarana untuk menampung dan meresapkan air hujan ke dalam tanah. Kewajiban pembuatan sumur resapan bagi perorangan dan  badan hukum ditujukan kepada : 1) Setiap penanggung jawab bangunan yang menutup permukaan tanah. 2) Setiap pemohon dari pengguna sumur dalam. 3) Setiap pemilik bangunan berkonstruksi pancang atau memanfaatkan air tanah dalam lebih dari 40 m. 4) Setiap usaha industri yang memanfaatkan air tanah permukaan. Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam pembuatan sumur resapan adalah sebagai berikut : -

Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar.

-

Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air yang tidak tercemar.

-

Penempatan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan  bangunan sekitarnya.

-

Harus memperhatikan peraturan daerah setempat.

-

Hal yang tidak memenuhi ketentuan harus disetujui instansi berwenang.

46

Persyaratan teknis pembuatan sumur resapan adalah sebagai berikut : -

Kedalaman air tanah minimum 1,5 m pada musim hujan.

-

Permeabilitas tanah, 

Permaebilitas tanah sedang (geluh kelanauan : 2,0 - 3,6 cm/jam atau 0,48 - 0,86 m³/m²/hari).



Permaebilitas tanah agak cepat (pasir halus : 3,6 - 36 cm/jam atau 0,86 - 8,64 m³/m²/hari).



Permaebilitas tanah cepat (pasir kasar : > 36 cm/jam atau 8,64 m³/m²/hari).

-

Jarak terhadap bangunan, jarak penempatan sumur resapan terhadap  bangunan dapat dilihat pada tabel jarak minimum sumur resapan air hujan terhadap bangunan di bawah ini. Tabel 9 Jarak Minimum Sumur Resapan Air Hujan terhadap Bangunan

No

Jenis Bangunan

Jarak Minimum dari Sumber Resapan (m)

1

Sumur resapan air hujan atau sumur air bersih

3

2

Pondasi bangunan

1

3

Bidang resapan atau sumur tangki septik

5

(Sumber : SNI 03-2453-2002)

Menurut SNI 03-2453-2002, tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk lahan pekarangan, dalam perhitungannya sumur resapan air hujan terbagi atas : 1) Volume andil banjir dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Vab = 0,855 x Ctadah x Atadah x R

Keterangan : Vab

: Volume andil banjir yang ditampung sumur resapan (m³).

Ctadah

: Koefisien limpasan dari bidang tadah

Atadah

: Luas bidang tadah (m²).

R

: Tinggi hujan harian rata-rata (L/m³/hari).

47

2) Volume air hujan yang meresap digunakan rumus sebagai berikut : Vrsp = te/24 x Atotal x K

Keterangan : Vrsp

: Volume air hujan yang meresap (m³).

te

: Durasi hujan (jam).

Atotal

: Luas dinding sumur + Luas alas sumur (m²).

K

: Koefisien permeabulitas tanah (m/hari).

3) Volume penampang (storasi) air hujan digunakan rumus sebagai berikut : Vstorasi = Vab - Vrsp

4) Penentuan jumlah sumur resapan air hujan, terlebih dahulu menghitung Htotal sebagai berikut :

  

    



Keterangan : n

: Jumlah sumur resapan.

Htotal

: Kedalaman total sumur resapan air hujan (m).

Hrencana

: Kedalaman yang direncanakan < kedalaman air tanah (m).

Gambar 6 Contoh Sumur Resapan

(Sumber :Pergub No.68 Tahun 2005)

48

7. Sistem Penyediaan Air Panas

Menurut

Mourimura dan Noerbambang, 1985, sistem penyediaan air

 panas merupakan instalasi yang menyediakan air panas dengan menggunakan sumber air bersih. Pemanasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik langsung dari alat pemanas maupun melalui sistem perpipaan. Dalam memenuhi kebutuhan akan air panas ini, terdapat dua jenis instalasi yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut : 1) Instalasi Lokal Pada jenis ini suatu pemanas air dipasang di tempat atau berdekatan dengan alat plumbing yang membutuhkan air panas. Pemanas dapat menggunakan gas, listrik, ataupun uap sebagai sumber kalor (panas). 2) Instalasi Sentral Pada jenis ini air panas yang dihasilkan di suatu tempat dalam gedung, kemudian didistribusikan atau dialirkan melalui pipa distribusi ke seluruh lokasi alat plumbing yang membutuhkan air panas. Temperatur air panas yang digunakan untuk setiap keperluan berbeda-beda, hal ini tergantung  pada keperluan orang tersebut dan kesukaan masing-masing orang. Sistem  penyediaan ini dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan sistem pipa, cara pengaliran, dan cara sirkulasinya. Menurut sistem pipanya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : -

Sistem aliran ke atas ( up feed ) Air panas dialirkan ke alat-alat plumbing melalui pipa cabang dari suatu pipa utama yang dipasang pada lantai bawah gedung.

-

Sistem aliran ke bawah (down feed) Air panas dialirkan ke alat-alat plumbing melalui pipa-pipa cabang dari suatu pipa utama yang dipasang pada lantai paling atas gedung.

Menurut cara penyediaannya sistem penyediaan air panas dibagi menjadi dua macam yaitu : -

Sistem pipa tunggal Pipa hanya akan mengantarkan air panas dari tangki penyimpanan saja 49

-

Sistem sirkulasi atau dua pipa Pipa akan menghantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau  pemanas dan kemudian air panas akan dibalikkan kembali ke tangki  penyimpanan tersebut melalui pipa balik apabila tidak ada pemakaian air panas pada alat plumbing.

Sedangkan menurut cara sirkulasinya sistem penyediaan air panas dibedakan lagi menjadi sistem dengan sirkulasi gravitasi dan sistem sirkulasi paksaan yang menggunakan pompa. -

Sistem dengan sirkulasi gravitasi Air panas akan dialirkan ke alat-alat plumbing melalui gaya gravitasi untuk menuju suatu lantai pada gedung.

-

Sistem sirkulasi paksaan Air panas akan dialirkan ke alat-alat plumbing dengan bantuan alat atau pompa untuk menuju suatu lantai pada gedung.

8. Sistem F ire H ydrant 

Hidran kebakaran ( fire hydrant ) adalah suatu sistem atau rangkaian instalasi atau jaringan perpipaan untuk menyalurkan air (tekanan tertentu) yang digunakan sebagai sarana pemadam kebakaran. a. Macam-macam Sistem F ir e H ydrant 

Berdasarkan tempat atau lokasinya sistem hidran kebakaran dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) Sistem Hidran Gedung Sistem hidran gedung atau biasa disebut kotak hidran adalah hidran yang terletak atau dipasang didalam bangunan serta peralatannya disediakan atau dipasang oleh pihak pengelola bangunan tersebut. Hidran perlu ditempatkan pada jarak 35 m antara satu dan yang lainnya, karena panjang selang kebakaran dalam kotak hidran adalah 30 m, ditambah 5 m jarak semprotan air. Hidran jenis ini sesuai penggunaannya di klasifikasikan ke dalam 3 kelompok sebagai berikut :

50

-

Hidran Kelas I Ialah hidran yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2 ½ inci yang  penggunaannya diperuntukkan secara khusus bagi petugas pemadam atau orang yang terlatih.

-

Hidran Kelas II Ialah hidran yang dilengkapi dengan selang berdiameter 1 ½ inci yang  penggunaannya diperuntukkan penghuni gedung atau petugas yang  belum terlatih.

-

Hidran Kelas III Ialah hidran yang dilengkapi dengan selang berdiameter gabungan antara hidran kelas I dan II diatas.

Gambar 7 Kotak Hidran

(Sumber : Satpam.blogspot.com)

2) Sistem Hidran Halaman Sistem hidran halaman adalah hidran yang terletak pada bagian luar atau dilingkungan bangunan. Instalasi dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pihak pemilik atau pengelola bangunan gedung tersebut. 3) Sistem Hidran Kota Sistem hidran kota adalah hidran yang terpasang ditepi atau sepanjang  jalan pada daerah perkotaan yang dipersiapkan sebagai prasarana kota oleh Pemerintah Daerah setempat guna menanggulangi bahaya kebakaran.

51

Persediaan air untuk hidran jenis ini dipasok oleh Perusahaan Air Minum setempat (PAM). b. Sistem Pipa Tegak

Sistem pipa tegak kebakaran adalah suatu rangkaian perpipaan, katup,  penyambung selang kebakaran, dan sistem penyediaan air yang digunakan untuk menanggulangi kebakaran. Sistem pipa tegak mempunyai berbagai jenis yaitu : 1) Wet Stand Pipe System, yaitu pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan tekanan air pada sistem yang dijaga tetap. Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam kondisi terbuka dan bila katup selang kebakaran dibuka maka air akan mengalir keluar. 2)  Dry Stand Pipe Syste, suatu pipa tegak yang tidak berisi air, dimana  peralatan penyediaan air akan mengalirkan air ke sistem secara otomatis  jika katup selang kebakaran dibuka. 3) Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manual, yaitu dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak selang kebakaran untuk menghidupkan suplai air. 4) Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen. Jenis ini digunakan untuk mengurangi waktu yang diperlukan petugas pemadam kebakaran untuk membawa selang kebakaran ke lantai atas pada gedung tinggi dan suplai air diperoleh dari mobil tangki pemadam kebakaran. C. Pedoman Dasar Teknis Plumbing

Pedoman dasar teknis yang dipakai pada prinsipnya adalah Pedoman Plumbing Indonesia, 1979. -

Pemasangan pipa untuk sistem sanitary atau toilet lengkap dengan sambungan-sambungan untuk kran air dan bak cuci di dapur.

-

Pemasangan pipa untuk sistem air kotor (dari WC), air bekas, sesuai dengan gambar.

-

Pemasangan pipa PVC untuk instalasi pipa ven yang dihubungkan dari  pipa tegak air kotor maupun air bekas, serta pemasangan ven out.

52

1. Pekerjaan Teknis Instalasi Air Bersih

1) Bahan -

Bahan atau material pipa untuk distribusi air bersih adalah GIP pipe. Pipa dan fitting  yang digunakan harus mengikuti standar SII dan harus disertai sertifikat hasil pengujian.

-

Katup-katup (valve) untuk ukuran lebih kecil atau sama dengan 50 mm dibuat dari bahan kuningan dengan sistem penyambungan menggunakan ulir atau screwed, sedangkan yang lebih besar dari 50 mm dibuat dari bahan GIP dengan sistem sambungan ulir.

-

Penggantung pipa (hanger ) dan penjepit pipa (klem) harus dari bahan metal yang di galvanis.

2) Pemasangan -

Untuk sambungan yang menggunakan ulir harus memiliki spesifikasi  panjang ulir.

-

Sebelum melakukan penyambungan pipa, bagian yang berulir harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran yang melekat.

-

Setiap pemasangan katup yang menggunakan ulir harus digunakan sepasang water moer (union coupling ) untuk mempermudah pekerjaan  pemeliharaan.

-

Semua ujung yang terakhir, yang tidak dilanjutkan lagi harus ditutup dengan dop/plug atau blank flanged .

-

Pipa harus diberi penyangga, pipa tegak yang menempel sepanjang kolom atau dinding dan pada setiap percabangan atau belokan harus diberi pengikat (klem).

-

Penyangga pipa harus dipasang pada lokasi-lokasi yang ditentukan.

-

Apabila lokasi penggantung pipa berhimpitan dengan katup, maka  penyangga tersebut harus digeser dari posisi tersebut dengan catatan  pipa tidak akan melengkung apabila katup tersebut dilepas.

-

Pipa induk dan distribusi harus di tes dengan tekanan hidrostatik sebesar 8 kg/cm² dan dalam waktu minimum 8 jam, tekanan tersebut tidak turun atau naik serta tidak terjadi kebocoran.

-

Instalasi yang hasil tesnya tidak baik, segera me lakukan perbaikan.

53

-

Pipa yang ada diatas langit-langit sepanjang kolom, dinding, dan pada tempat yang terlihat harus dicat dengan warna sebagai berikut :

-



Pipa air bersih dengan warna biru.



Pipa instalasi fire hydrant  dengan warna merah.



Pipa air bekas dan air kotor dengan warna abu-abu.



Pipa air hujan dengan warna putih.

Sebelum air bersih dipakai, maka air yang ada dalam pipa dibuang dulu, kemudian sistem perpipaan air diisi dengan larutan yang mengandung 50 mg/l chloor dan didiamkan selama 24 jam dan dibilas dengan air bersih sampai kadar sisa chloor 2 mg/l.

3) Tanki Air Atas ( Roof Tank ) Tanki air atas dibuat dari bahan  Fiber Glass Reinforced Plastic  (FRP), dipasang 1 buah dengan kapasitas 5000 lt. Tipe tanki yang digunakan adalah vertical type dilengkapi dengan lubang inlet, outlet, drain, manhole dan ventilasi. Tanki ditempatkan pada dudukan yang kuat, konstruksi  beton besi WF. 2. Pekerjaan Teknis Instalasi Sanitasi dan Lain-lain

1) Bahan -

Jenis bahan yang dipakai untuk menyalurkan air bekas dan air limbah manusia dalam bangunan memakai bahan PVC.

-

Pipa air buangan, air kotor menggunakan PVC kelas AW untuk yang tertanam dalam tanah.

-

Penyambungan pipa PVC dilakukan dengan  solvent cement yang  berkualitas baik. Sebelum melakukan penyambungan pipa, bagian yang akan disambung harus dibersihkan terlebih dahulu, bebas dari kotoran, air dan lain-lain. Solvent cement   harus merata pada bagian  permukaan yang akan disambung.

2) Pemasangan -

Sambungan antara pipa PVC diberi  solvent cement   dari kualitas baik yang disetujui oleh pengawas atau direksi.

-

Pada pipa ven, semua ujung pipa atau fitting  yang terakhir tidak akan

54

dilanjutkan lagi harus ditutup dengan dop atau plug dari bahan material yang sama. -

Pipa PVC untuk saluran air kotor dan limbah manusia yang tertanam harus diberi pondasi bantalan beton 1 pc + 3 ps + 5 krl pada setiap  jarak 3 m. Pondasi ini juga dipasang pada bagian sambungan pipa  percabangan dan belokan.

-

Pipa tegak atau riser harus diberikan bantalan beton pondasi pada  bagian pertemuan antara pipa tegak dan datar di lantai dasar.

-

Pipa-pipa sebelum disambungkan ke  fixture  harus di tes dahulu terhadap kebocoran.

-

Instalasi yang hasil tesnya tidak baik segera diperbaiki. Biaya  pengetesan, alat-alat yang diperlukan dan biaya perbaikan ditanggung  pemborong.

-

Penanaman pada tembok harus ditutup oleh pekerjaan finishing .

-

Pipa-pipa harus dipasang sedemikian rupa, sehingga tidak ada hawa  busuk keluar dan tidak ada rongga-rongga udara serta letaknya harus lurus. Untuk pipa air kotor mendatar yang berukuran lebih besar dari 80 mm harus dibuat kemiringan minimal 1 %, dan untuk pipa yang  berukuran lebih kecil atau sama dengan 80 mm harus dibuat miring minimal 2 %. Pipa limbah manusia harus dipasang dengan kemiringan 2 % (dua persen).

-

Pada ujung buntu dilengkapi dengan lubang pembersih ( clean out ) dengan ukuran diameter 50 mm atau 80 mm.

-

Ujung-ujung pipa dan lubang-lubang harus di dop atau plug selama  pemasangan untuk mencegah kotoran masuk ke pipa.

3. Pekerjaan Teknis Pengujian Instalasi Plumbing

1) Instalasi Air Bersih -

Pipa instalasi plumbing siap terpasang seluruhnya.

-

Siapkan alat penekanan tekanan, pompa sistem mekanik atau pompa motor dan alat ukur tekanan ( pressure gauge).

-

Hubungkan pipa outlet dari instalasi pompa penekan pada pipa input

55

instalasi bangunan. Pengetesan dilaksanakan dengan cara bagian demi  bagian dari panjang pipa maksimal 50 meter atas petunjuk pengawas atau direksi. -

Setelah selesai hubungan antara pipa instalasi bangunan dan alat  pompa penekan, kran yang berhubungan ke instalasi diseluruh posisi ditutup dengan plug sesuai dimensi kran.

-

Pipa instalasi siap di tes, pompa penekan dijalankan sampai  pressure  gauge menunjukan tekanan 8 kg/m² atau atas petunjuk pengawas.

-

Tekanan 8 kg/m² ini harus tetap berlangsung selama 8 jam terus menerus atau tidak ada penurunan, kecuali akibat perubahan cuaca.

-

Untuk pemeriksaan tekanan bisa dibuat daftar, dalam daftar ini tercantum tekanan per-jam maupun keadaan cuaca pada saat uji tekan dilakukan.

-

Sesuai pengujian, sebelum pipa instalasi air bersih siap dipakai, maka  pipa diisi larutan yang mengandung 50 mg chloor/l dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu, pipa instalasi dibilas dengan air bersih sampai kadarnya sisa chloor 2mg/l.

2) Instalasi Air Kotor, Pipa Limbah Manusia -

Pipa instalasi seluruhnya siap terpasang.

-

Tes dilakukan dengan cara mengisi sistem pipa dengan air di salah satu ujungnya. Pada bagian ujung-ujung lainnya ditutup dan air harus mencapai elevasi yang paling atas. Demikian seterusnya bagian demi  bagian sampai meliputi seluruh sistem.

-

Air di dalam pipa yang dimaksud ditahan sampai 8 jam. Penurunan  permukaan air maksimal yang diperbolehkan adalah 10 cm.

-

Setelah pengujian selesai, sistem pipa harus dibersihkan dari segala kotoran yang mungkin ada saat pengujian.

56

BAB IV PEMBAHASAN

A. Metode dan Teknik Pengawasan

Berdasarkan dokumen usulan teknis, tugas konsultan pengawas adalah sebagai pembantu penanggung jawab semua kegiatan dalam mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan konstruksi fisik sejak awal kegiatan sampai dengan serah terima kedua pekerjaan pengawasan. Metode pengawasan terdiri dari dua aspek, yaitu berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan aspek pengendalian. 1. Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Menurut Kerangka Acuan Kerja (KAK) pengawasan, tugas operasional konsultan pengawas meliputi pekerjaan persiapan teknis pengawasan lapangan, konsultasi, pembuatan laporan, dan dokumentasi. 1) Pekerjaan Persiapan Konsultan pengawas telah membuat program kerja, pembagian personil dan konsep pekerjaan yang berupa usulan teknis pengawasan. Pengawasan  juga telah memeriksa time schedule,  s-curve, dan rencana kerja yang dibuat kontraktor yaitu PT. Nindya Karya (Persero). 2) Pekerjaan Teknis Pengawasan Lapangan -

Secara umum, pengawas atau PT. Sangkuriang telah melakukan koordinasi dan inpeksi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

-

Memeriksa kebenaran ukuran, kualitas dan kuantitas bahan maupun  peralatan yang akan digunakan.

-

Mengawasi dan mengontrol presentase kemajuan pekerjaan walaupun  pada kenyataannya terjadi keterlambatan pada time schedule  yang telah ditetapkan.

-

PT. Sangkuriang selaku pengawas memberikan masukan teknis dalam  pelaksanaan pekerjaan, contohnya pada pengontrolan pekerjaan instalasi plumbing dan lain sebagainya.

-

Memberi bantuan dan petunjuk bagi kontraktor dalam mengusahakan  perizinan pelaksanaan pembangunan. 57

3) Konsultasi Konsultasi terwujud dalam bentuk penyelenggaraan rapat-rapat secara  berkala antara konsultan perencana, pengawas, dan kontraktor, serta  pimpinan proyek untuk membahas permasalahan atau persoalan yang timbul dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. 4) Laporan Konsultan pengawas telah membuat laporan mengenai volume, presentas e, dan bobot bagian pekerjaan yang telah dicapai oleh kontraktor dan membandingkannya dengan rencana kerja yang telah disetujui. Sedangkan keterangan tentang bahan-bahan bangunan yang dipakai jumlah tenaga kerja dan alat yang digunakan dicatat oleh pihak kontraktor berupa laporan harian dan diserahkan kepada konsultan pengawas. Berdasarkan laporan inilah konsultan pengawas mencatat bobot fisik dan kemajuan pekerjaan yang telah dilaksanakan. 5) Dokumentasi Untuk kelengkapan dokumen, konsultas pengawas membuat berita acara mengenai penyelesaian pekerjaan di lapangan, memeriksa dan menyiapkan daftar volume dan nilai pekerjaan untuk keperluan pembayaran angsuran. Konsultan pengawas juga akan mempersiapkan formulir, laporan harian, mingguan, dan bulanan, serta dokumen-dokumen lain. 2. Berdasarkan Aspek Pengendalian

Berdasarkan aspek pengendalian pengawasannya, tugas pengendalian yang dilakukan konsultan pengawas meliputi pengendalian waktu, pengendalian biaya, dan pengendalian mutu. 1) Pengendalian Waktu Kegiatan yang dilakukan oleh konsultan pengawas dalam melaksanakan  pengendalian waktu, antara lain : -

Mengontrol dan menilai secara langsung presentase kemajuan proyek dari pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.

-

Mengawasi dan mengontrol proses pekerjaan di lapangan baik dari segi administrasi maupun secara teknis.

58

-

Mengawasi syarat kelengkapan pekerjaan dari segi administrasi dan teknis, seperti prosedur pelaksanaan pekerjaan, gambar kerja, dan time  schedule yang dibuat oleh kontraktor.

-

Melakukan verifikasi terhadap pelaksanaan pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor, seperti material yang digunakan, pengadaan tenaga kerja, jadwal pelaksanaan dan tempat pelaksanaan.

2) Pengendalian Biaya Pekerjaan pengawasan tentang pengendalian biaya biasanya berpedoman  pada prosedur kerja dan Kerangka Acuan Kerja (KAK). Kegiatan yang dilakukan pengawas pada pekerjaan pengendalian biaya adalah mengamati dan mengontrol hal-hal sebagai berikut : -

Adanya ketidaksesuaian antara pemakaian biaya dengan anggaran yang telah disediakan, hal ini dikarenakan adanya kecacatan dari  pekerjaan.

-

Pengendalian tenaga kerja.

-

Perhitungan besarnya presentase pada tiap pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor.

-

Terjadinya penambahan dan pengurangan pelaksanaan pekerjaan.

-

Tingkat atau tahap kemajuan pekerjaan yang telah dilakukan oleh kontraktor untuk menentukan tingkat pembayaran.

3) Pengendalian Mutu Kegiatan yang dilakukan oleh konsultan pengawas di lapangan dalam  pengendalian mutu harus disesuaikan dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin, antara lain : -

Melakukan pengujian atau pengetesan pada material yang digunakan dan hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh kontraktor untuk mengetahui pekerjaan tersebut apakah sudah benar atau tidak dan mengetahui ada tidaknya terjadi kecacatan mutu.

-

Apabila pada proses pekerjaan ditemukan terjadinya cacat mutu dan kesalahan dalam pekerjaan, maka pengawas harus memberitahukan dan menyuruh pelaksana untuk memperbaiki pekerjaan tersebut.

59

B. Proses Pengawasan

Proses pengawasan pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin terbagi atas dua macam, yaitu proses  pengawasan secara administrasi dan pengawasan teknis. 1. Pengawasan Secara Administrasi

Proses pengawasan ini dilakukan dengan cara membuat catatan atau laporan pelaksanaan kegiatan pekerjaan yang berlangsung di lapangan dan hal-hal yang mempengaruhinya seperti : -

Jumlah tenaga kerja.

-

Bahan-bahan yang datang atau masuk dan ditolak karena rusak serta tidak sesuai dengan ketentuan di RKS.

-

Kendala-kendala yang menghambat kemajuan proyek baik karena faktor alam seperti cuaca atau karena kekurangan tenaga kerja, alat-alat yang kurang memadai dan bahan-bahan yang kurang. Hasil dari pencatatan ini yang kemudian dibuat ke dalam laporan harian,

dirangkum menjadi laporan mingguan dan laporan bulanan. 1) Laporan Harian Laporan yang memuat seluruh kegiatan yang ada di lapangan seperti : -

Jumlah atau macam keahlian tenaga sub kontraktor dan kontraktor yang bekerja dilapangan.

-

Jumlah dan jenis material atau bahan perlengkapan yang masuk dan ditolak dilapangan.

-

Jenis kegiatan yang dilakukan atau dikerjakan di lapangan.

-

Masalah yang terjadi di lapangan seperti cuaca da n lain sebagainya.

2) Laporan Mingguan Laporan yang merupakan ringkasan dari laporan harian selama waktu satu minggu, hasilnya berupa presentase kemajuan pekerjaan proyek. 3) Laporan Bulanan Laporan yang memuat ringkasan dari laporan mingguan, tujuannya untuk mendapatkan hasil kemajuan pelaksanaan pekerjaan selama satu bulan. 60

2. Pengawasan Secara Teknis

Proses pengawasan secara teknis dapat dilakukan dengan cara melakukan  pengamatan terhadap kegiatan pekerjaan di Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yaitu : -

Mengamati dan mengawasi agar pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.

-

Mengamati dan memeriksa cara pekerjaan yang dilaksanakan.

-

Mengawasi apakah pemakaian bahan sudah sesuai atau tidak dengan yang ada pada RKS.

-

Menerima atau menolak bahan yang datang.

-

Mengawasi mutu dari pekerjaan yang dihasilkan.

-

Menegur kontraktor apabila ada pekerjaan yang tidak sesuai dengan gambar kerja dan RKS. Hasil dari proses pengawasan kegiatan tersebut dilaporkan dalam laporan

harian yang kemudian dirangkum ke dalam laporan mingguan, sehingga apabila terjadi kejanggalan-kejanggalan dalam proses pelaksanaan pekerjaan di lapangan akan segera dapat ditindak lanjuti. C. Hasil Pengawasan

Hasil dari pengawasan pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin terbagi atas dua hal yaitu : 1) Manajemen Proyek Pengawasan manajemen proyek adalah pengelolaan yang mencakup tentang tenaga kerja, bahan, dan alat. -

Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah orang-orang yang terlibat dalam suatu tahapan  pekerjaan terutama pada pekerjaan instalasi plumbing terkait objek kegiatan dan yang bertanggungjawab atas hal ini adalah kontraktor.

-

Bahan Bahan yang dipakai dalam pekerjaan proyek terutama pada pekerjaan instalasi plumbing seperti perpipaan dan peralatannya harus ada di lapangan sebelum pekerjaan dilaksanakan. 61

-

Alat Alat-alat yang didatangkan pada tahap persiapan sebelum pekerjaan awal dilakukan, sehingga alat-alat tersebut selalu ada dan telah siap untuk digunakan dalam pekerjaan di lapangan.

2) Kualitas Pekerjaan Pengawasan terhadap kualitas pekerjaan sangat diperlukan agar semua  pekerjaan sesuai dengan gambar kerja dan RKS, sehingga hal-hal yang dapat merugikan tidak pernah terjadi atau dapat diantisipasi karena akan mengganggu kegiatan yang ada di dalam bangunan tersebut terutama pada sistem plumbing seperti kerusakan dan tidak berfungsinya sistem jaringan air bersih, air buangan (air kotor, bekas, dan hujan), dan lain sebagainya. Berikut ini adalah gambaran  site plan  Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin yang menjadi objek pengawasan dalam kerja praktek.

Gambar 8 Site Plan Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin

(Sumber : PT. Sangkuriang)

62

1. Pekerjaan Instalasi Air Bersih

1) Gambar Kerja/Rencana Instalasi Air Bersih Gambar kerja digunakan sebagai pegangan atau pedoman bagi kepala tukang dan harus diketahui oleh konsultan pengawas di lapangan. Pada  pekerjaannya, tidak jarang terjadi perubahan terhadap gambar kerja/asbuilt drawing , hal ini terjadi karena ketidaksesuaian keadaan di lapangan dengan digambar kerja sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan. Dalam pekerjaan instalasi air bersih, tentunya memerlukan gambar kerja atau rencana yang mana pada gambar tersebut terdapat rencana jalur-jalur  pipa air bersih akan diletakan. Berikut adalah gambar-gambar rencana dan detail instalasi air bersih pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin mulai dari lantai dasar sampai atap.

Gambar 9 Rencana Instalasi Air Bersih Lantai 1

(Sumber : PT. Sangkuriang)

63

Gambar 10 Detail Instalasi Air Bersih Lantai 1

(Sumber : PT. Sangkuriang)

Gambar 11 Rencana Instalasi Air Bersih Lantai 2, 3, dan 4

(Sumber : PT. Sangkuriang)

64

Gambar 12 Detail Instalasi Air Bersih Lantai 2, 3, dan 4

(Sumber : PT. Sangkuriang)

Gambar 13 Rencana Instalasi Air Bersih Lantai Atap

(Sumber : PT. Sangkuriang)

65

Gambar 14 Reservoir Air pada Lantai Atap ( Roof Tank )

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

Pada Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin dengan tingkatan lantai terbilang banyak yaitu memiliki 5 lantai (ditambah lantai atap dak) menggunakan pompa dorong (booster pump) yang terletak di lantai atap untuk menyuplai dan mendistribusikan air bersih dari GWT (Ground Water Tank ) di  power house  menuju reservoir air atas (roof tank ) sesuai dengan persyaratan teknis pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara, kemudian didistribusikan melalui shaft ke lokasi atau ruangan seperti toilet umum dan kamar tidur jemaah haji, serta dapur kering.

Gambar 15 Pemasangan Pompa Boster di Lantai Atap

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

66

2)  Marking  Teknik marking   merupakan pemberian tanda-tanda jalur pipa yang akan dipasang pada dinding atau tembok, dan lantai bangunan. Untuk pekerjaan instalasi air bersih, langkah pertama yang dilakukan adalah teknik marking  atau memberikan tanda pada jalur pipa air bersih sesuai gambar kerja.

Gambar 16 Pemberian Tanda Jalur Pipa pada Dinding/Teknik Marki ng

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

3) Coring Beton Coring   beton merupakan teknik yang dipakai untuk pembuatan lubang  pada lantai maupun dinding beton dengan menggunakan alat atau mesin khusus, biasanya dikenal dengan sebutan mesin coring .

Gambar 17 Pembuatan Lubang pada Dinding/Teknik Coring

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

67

4) Pemasangan Pipe Support   Pipe support   merupakan berbagai jenis elemen yang digunakan untuk menyangga sistem perpipaan. Pada saat pipa dibentangkan, maka akan memerlukan  support untuk menahan pipa tersebut. Pipa yang digunakan untuk mengalirkan air tentunya memiliki berat, berat itu perlu ditopang oleh support   dan tujuannya agar berat yang berasal dari pipa sendiri tidak ditempatkan atau bertumpu pada nozzle, sambungan las maupun tempattempat kritikal lainnya. Spesifikasi alat dan bahan untuk pekerjaan  pemasangan support  meliputi : -

Kawat Pengikat Persyaratan teknis untuk kawat pengikat sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis pekerjaan mekanikal,  plumbing, dan tata udara.

-

Penjepit Pipa Persyaratan teknis untuk penjepit pipa sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis pekerjaan mekanikal,  plumbing, dan tata udara.

-

Kunci Pipa Persyaratan teknis untuk penggunaan kunci pipa sesuai dengan  persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara.

-

Alat Ulir (Snei) Persyaratan teknis untuk alat ulir ( snei) sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis pekerjaan mekanikal,  plumbing, dan tata udara.

-

Support  Pipa Persyaratan teknis untuk  support   pipa sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis pekerjaan mekanikal,  plumbing, dan tata udara.

5) Pemasangan Jaringan Pipa Spesifikasi alat dan bahan untuk pekerjaan instalasi air bersih meliputi : -

Pemotong Pipa ( Bearing Reamer )

68

Persyaratan teknis untuk pemotong pipa (bearing reamer ) sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis  pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara. -

Pipa PVC ( Polyvinyl Chloride) Persyaratan teknis untuk penggunaan pipa PVC air bersih sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis  pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara.

Gambar 18 Pipa PVC Air Bersih

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

Adapun hasil dokumentasi tentang proses pekerjaan instalasi air bersih  pada kamar mandi di kamar tidur jemaah haji adalah sebagai berikut.

Gambar 19 Pekerjaan Instalasi Air Bersih di Kamar Mandi

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

69

-

Sambungan Pipa ( Elbow) Persyaratan teknis untuk sambungan pipa (elbow) sesuai dengan  persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara.

Gambar 20 Sambungan Pipa Air Bersih ( E lbow )

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

-

Klem Penggantung Persyaratan teknis untuk penggunaan klem penggantung pipa sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis  pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara.

Gambar 21 Klem Penggantung Pipa Air Bersih di Shaft Unit

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

70

2. Pekerjaan Instalasi Air Kotor dan Bekas

Bila ditinjau dari pengertiannya, terdapat perbedaan antara air kotor dan air berkas. Air kotor adalah air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan mengandung kotoran manusia, sedangkan yang dimaksud dengan air bekas adalah air buangan yang berasal dari alat-alat plumbing lainnya seperti bak mandi,  bak cuci tangan, bak dapur, dan lain sebagainya. 1) Gambar Kerja/Rencana Instalasi Air Kotor dan Bekas Dalam pekerjaan instalasi air kotor dan bekas, tentunya memerlukan gambar kerja atau rencana yang mana pada gambar tersebut terdapat rencana jalur-jalur pipa air kotor dan bekas akan diletakan. Berikut adalah gambar rencana dan detail instalasi air kotor dan bekas pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin.

Gambar 22 Rencana Instalasi Air Kotor dan Bekas Lantai 1

(Sumber : PT. Sangkuriang)

71

Gambar 23 Detail Instalasi Air Kotor dan Bekas Lantai 1

(Sumber : PT. Sangkuriang)

Gambar 24 Rencana Instalasi Air Kotor dan Bekas Lantai 2, 3, dan 4

(Sumber : PT. Sangkuriang)

72

Gambar 25 Detail Instalasi Air Kotor dan Bekas Lantai 2, 3, dan 4

(Sumber : PT. Sangkuriang)

Gambar 26 Detail Bio Septic Tank dan Bak Kontrol

(Sumber : PT. Sangkuriang)

73

2)  Marking  dan Coring  Beton Teknik marking   dalam pekerjaan instalasi air kotor dan bekas adalah  pemberian tanda jalur-jalur pipa akan diletakkan, sedangkan coring   beton adalah teknik pembuatan lubang pada lantai beton yang telah diberi tanda (marking ), biasanya pada area toilet, floor drain, dan lain-lain.

Gambar 27 Lubang Lantai Jalur Pipa Air Kotor dan Bekas

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

3) Grouting Pipa Grouting   pipa adalah suatu pekerjaan setelah pipa terpasang, tujuannya yaitu untuk menutupi lubang celah yang ada disekeliling pipa air kotor dan  bekas pada lubang tersebut.

Gambar 28 Pipa Air Kotor dan Bekas Terpasang pada Lubang Lantai

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

74

4) Pemasangan Jaringan Pipa Spesifikasi alat dan bahan untuk pekerjaan instalasi air kotor dan bekas : -

Pemotong Pipa ( Bearing Reamer ) Persyaratan teknis untuk pemotong pipa (bearing reamer ) sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis  pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara.

-

Pipa PVC ( Polyvinyl Chloride) Persyaratan teknis untuk penggunaan pipa PVC air kotor dan bekas sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara.

Gambar 29 Pipa PVC Air Kotor dan Bekas

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

Gambar 30 Instalasi Air Kotor dan Bekas di Kamar Mandi

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

75

-

Sambungan Pipa ( Elbow) Persyaratan teknis untuk sambungan pipa (elbow) air kotor dan bekas sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara.

Gambar 31 Sambungan Pipa Air Kotor dan Bekas ( E lbow  )

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

-

Klem Penggantung Persyaratan teknis untuk penggunaan klem penggantung pipa sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada spesifikasi teknis  pekerjaan mekanikal, plumbing, dan tata udara.

Gambar 32 Klem Penggantung Pipa Air Kotor dan Bekas di Shaft Unit

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

76

5) Sistem Sewage Treatment Plant  (STP) Spesifikasi alat dan bahan untuk pekerjaan Sewage Treatment Plant  (STP)  pada Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin berupa : -

 Pre-Treatment Pada bagian ini terdapat bak kontrol yang disebut  grit chamber . Air limbah yang berasal dari toilet kamar mandi (air kotor), wastafel (air  bekas), dan sejenisnya akan masuk ke bak ini sebagai proses awal untuk menyaring kotoran atau sampah yang berpotensi mengganggu  proses pengolahan air kotor dan bekas tersebut.

Gambar 33 Bak Kontrol (Pre-Treatment )

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

-

STP System Pada bagian ini terdapat 3 proses yaitu :  An-aerob Chamber , chamber   ini dilengkapi dengan bio media yang terbuat dari PVC dan berfungsi sebagai tempat berkembang biaknya mikroorganisme yang hidup menempel pada bio media sehingga dapat mengantisipasi jika terjadi fluktuasi debit.  Aerob Chamber , di dalam chamber   ini akan terjadi proses penguraian limbah oleh bakteri pengurai secara aerobik. Sumber oksigen yang diperlukan oleh bakteri aerob ini dihasilkan melalui hembusan udara  blower dan didistribusikan ke bak aerasi oleh fine bubble diffuser .

77

Chlorination Chamber , chamber   ini berfungsi sebagai kontak antara air limbah yang sudah diolah dengan zat desinfektan untuk membunuh  bakteri pathogen yang berkemungkinan ada didalam air limbah yang diolah, lalu dialirkan ke bak effluent  dan dibuang ke saluran real kota.

Gambar 34 Bio Septic Tank

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

Adapun hasil dokumentasi pengawasan tentang proses pekerjaan Sewage Treatment Plant  (STP) yaitu penimbunan bak kontrol dan bio  septic tank   ke tanah pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin adalah sebagai berikut.

Gambar 35 Penimbunan Bak Kontrol dan Bio Septic Tank

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

78

-

 Effluent Tank  Air yang telah tercampur dengan desinfektan tersebut ditampung di dalam bak ini untuk selanjutnya dibuang ke saluran real kota. Air yang dibuang tersebut harus memenuhi syarat BOD, COD, SS, dan PH nya sesuai dengan ketentuan AMDAL dan aman bagi lingkungan sekitar.

3. Pekerjaan Instalasi Air Hujan

1) Gambar Kerja/Rencana Instalasi Air Hujan Gambar kerja digunakan sebagai pegangan atau pedoman bagi kepala tukang dan harus diketahui oleh konsultan pengawas di lapangan. Dalam  pekerjaan instalasi air hujan, tentunya memerlukan gambar kerja atau rencana yang mana pada gambar tersebut terdapat rencana jalur-jalur pipa air hujan akan diletakan. Berikut adalah gambar rencana dan detail instalasi air hujan pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin.

Gambar 36 Rencana Instalasi Air Hujan Lantai 1

(Sumber : PT. Sangkuriang)

79

Gambar 37 Detail Instalasi Air Hujan Lantai 1

(Sumber : PT. Sangkuriang)

Gambar 38 Rencana Instalasi Air Hujan Lantai 2, 3, dan 4

(Sumber : PT. Sangkuriang)

80

2) Pemasangan Jaringan Pipa Pemasangan jaringan pipa air hujan dimulai dari tahap pemasangan pipa di lantai atap yang diteruskan sampai ke lantai dasar. Pada pemasangannya untuk pipa air hujan ini disembunyikan di dalam pelapis kolom.

Gambar 39 Pemasangan Pipa Air Hujan

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

3) Penyambungan Pipa Apabila semua pekerjaan yang berkaitan dengan pemasangan jaringan  pipa air hujan telah selesai, pekerjaan selanjutnya yaitu menyambungkan  pipa tersebut ke saluran pembuangan drainase.

Gambar 40 Penyambungan Pipa Air Hujan ke Drainase

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

81

D. Perbandingan Pekerjaan Instalasi Plumbing

Perbandingan adalah suatu upaya untuk mengamati persamaan atau  perbedaan. Dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi plumbing, perbandingan yang dimaksud adalah kesesuaian antara pekerjaan instalasi air bersih, kotor dan bekas, serta hujan di lapangan dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin. 1. Instalasi Air Bersih

-

Rencana Kerja dan Syarat (RKS) Persyaratan teknis instalasi air bersih mengikuti teori yaitu dimulai dari gambar kerja, marking , coring   beton, pemasangan  support , pemasangan  jaringan pipa, dan finishing  shaft.

-

Pekerjaan di Lapangan Pekerjaan di lapangan untuk instalasi air bersih sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada Rencana Kerja dan Syarat (RKS).

Gambar 41 Pekerjaan Lapangan Instalasi Air Bersih

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

2. Instalasi Air Kotor dan Bekas

-

Rencana Kerja dan Syarat (RKS) Persyaratan teknis instalasi air kotor dan bekas mengikuti teori yaitu dimulai dari gambar kerja, marking   dan coring   beton,  grouting pipa, lalu dilanjutkan dengan pemasangan jaringan pipa sampai pekerjaan Sewage Treatment Plant  (STP). 82

-

Pekerjaan di Lapangan Pekerjaan di lapangan untuk instalasi air kotor dan bekas sesuai dengan  persyaratan teknis yang dijelaskan pada Rencana Kerja dan Syarat (RKS).

Gambar 42 Pekerjaan Lapangan Instalasi Air Kotor dan Bekas

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

3. Instalasi Air Hujan

-

Rencana Kerja dan Syarat (RKS) Persyaratan teknis instalasi air hujan mengikuti teori yaitu dimulai dari gambar kerja, pemasangan jaringan pipa, dan penyambungan pipa air hujan ke saluran pembuangan drainase.

-

Pekerjaan di lapangan Pekerjaan di lapangan untuk instalasi air hujan sesuai dengan persyaratan teknis yang dijelaskan pada Rencana Kerja dan Syarat (RKS).

Gambar 43 Pekerjaan Lapangan Instalasi Air Hujan

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

83

4. Hasil Perbandingan Perbandingan

Pada pekerjaan pemasangan instalasi plumbing terutama untuk instalasi air  bersih, kotor dan bekas, serta instalasi air hujan pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin sudah sesuai dengan RKS maupun spesifikasi teknis yang ditentukan. Walaupun pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan persyaratan, namun ditengah-tengah masa pekerjaan terdapat  beberapa kendala yang dihadapi seperti keterlambatan pada pekerjaan instalasi  plumbing dikarenakan peralatan (perpipaan) belum tersedia dan kesalahan teknis dalam pekerjaannya di lapangan, sehingga menyebabkan ketidaksesuaian antara  proses pekerjaannya dengan time schedule yang schedule yang sudah ditetapkan. Untuk mengatasi permasalahan di lapangan, langkah atau solusi yang diambil oleh pihak kontraktor dan konsultan pengawas yaitu ketika pekerjaan instalasi plumbing mengalami keterlambatan akibat belum tersedianya peralatan (perpipaan), pekerjaan yang lain terus berjalan seperti pembuatan lubang lantai maupun dinding beton untuk jalur pipa air bersih, kotor dan bekas.

84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin, penulis melakukan kegiatan kerja praktek selama 60 hari kerja dan untuk acuan waktu tersebut merupakan ketetapan mutlak sebagai syarat untuk mengambil mata kuliah Skripsi. Selama menjalankan kegiatan kerja praktek,  penulis mendapatkan banyak pengetahuan mengenai sistem organisasi dalam suatu pelaksanaan pekerjaan proyek maupun pengetahuan tentang langkahlangkah pekerjaan atau pelaksanaan dari tiap item pekerjaan baik yang diamati atau diikuti, kendala-kendala terjadi di lapangan, serta ini merupakan pengalaman  pertama berada langsung di lapangan selama pekerjaan suatu proyek. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan suatu proyek ada  beberapa faktor yang akan mempengaruhi kesuksesan kesuksesan proyek tersebut yaitu cuaca, keterlambatan datangnya material dari supplier, tenaga kerja yang semakin hari semakin berkurang, dan perubahan pada gambar kerja. Untuk hal ini konsultan  pengawas (MK) harus segera mengambil keputusan terbaik sesuai situasi dan kondisi di lapangan. Dalam kegiatan kerja praktek yang penulis amati sebagai  bahan pembelajaran pembelaja ran adalah pekerjaan instalasi plumbing terutama untuk instalasi i nstalasi air bersih, kotor dan bekas, serta instalasi air hujan. Penting sebagai perencana untuk memahami betul seluk beluk tentang pekerjaan instalasi plumbing karena  pekerjaan tersebut merupakan salah satu pekerjaan yang memerlukan perhatian khusus agar sesuai dengan standar pekerjaan dan penggunaan materialnya. 1. Instalasi Air Bersih

Dalam pekerjaan instalasi air bersih terdapat beberapa kendala yaitu disebabkan oleh keterlambatan datangnya material dari supplier dan tenaga kerja yang kurang saat pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Selain itu, rentang waktu yang telah ditetapkan pada time schedule  schedule  mengalami tambahan waktu untuk  pekerjaan Ground Water Tank  (GWT)  (GWT) atau unit distribusi air bersih dari PDAM di  power house. house. Meskipun pada saat pekerjaannya mengalami keterlambatan, namun 85

secara keseluruhan untuk pekerjaan instalasi air bersih pada gedung utama  berjalan lancar dan sesuai dengan persyaratan/RKS yang ditentukan. 2. Instalasi Air Kotor dan Bekas

Pekerjaan instalasi air kotor dan bekas secara keseluruhan berjalan sesuai time schedule  schedule  yang ditetapkan, meskipun ada beberapa kendala dan kesalahan  pada saat pekerjaannya berlangsung. Air kotor dan bekas yang terdapat pada gedung utama disalurkan melalui shaft pada tiap-tiap kamar menuju bak kontrol untuk mengurai bakteri, kemudian diteruskan ke  septic tank biofive yang biofive  yang letaknya  berdekatan atau berada dibawah tanah bagian belakang gedung gedung utama. 3. Instalasi Air Hujan

Untuk instalasi air hujan, letak pipanya disembunyikan di dalam pelapis kolom. Pada saat pekerjaannya berlangsung terdapat beberapa kekeliruan yaitu kolom yang sudah di cor beton harus dibongkar kembali karena ada pipa yang  belum disambungkan dari pipa lantai atas ke bawah. ba wah. Hal ini tentunya merupakan suatu kerugian disebabkan oleh kelalaian dari pekerja dan kontraktor. B. Kritik dan Saran

Kritik dan saran yang ingin penulis sampaikan setelah mengikuti kegiatan kerja praktek selama 60 hari pengawasan terhadap pekerjaan instalasi plumbing terutama untuk instalasi air bersih, kotor dan bekas, serta instalasi air hujan pada Proyek Pembangunan Revitalisasi Gedung Asrama Haji Embarkasi Banjarmasin adalah sebagai berikut : 1) Diharapkan adanya koordinasi yang baik antara kontraktor dan konsultan. Terkadang ada keterlambatan laporan dari pihak kontraktor ke konsultan  jika terjadi sesuatu yang kurang sesuai dengan rencana kerja. 2) Pengorganisasian waktu sebaiknya diatur lebih baik lagi. Pada proyek ini terjadi keterlambatan penyelesaian sehingga diberikannya tambahan waktu yang menyebabkan perombakan time schedule, schedule, pekerjaan di lapangannya  pun menjadi acak dan terkesan sangat terburu-buru. 3) Standar keamanan tenaga ahli, pengawas, dan tukang harus diperhatikan.

86

Di lapangan hanya ada beberapa tenaga ahli dari kontraktor dan konsultan yang menggunakan peralatan keamanan seperti helm  dan sepatu boots, sedangkan para pekerja kadang hanya menggunakan topi biasa dan tidak menggunakan alat keamanan sesuai prosedur yang ada di lapangan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan untuk keselamatan para pekerja. 4) Pengaturan dana harus lebih baik lagi, sehingga tidak terjadi permasalahan seperti keterlambatan pembayaran gajih pekerja dan distributor material yang menyebabkan para pekerja menjadi mogok untuk bekerja ataupun  penghentian sementara distribusi bahan material. 5) Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan dimulai, harus melakukan persiapan dan pemeriksaan tentang keadaan mesin, alat, maupun bahan yang akan dipergunakan pada saat pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

87

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF