LAPORAN KERJA PRAKTEK
November 25, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download LAPORAN KERJA PRAKTEK...
Description
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PEMELIHARAAN INDUK IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)DENGAN PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN BERBEDA TERHADAP JUMLAH TELUR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BUDIDAYA AIR TAWAR (UPTBAT) KUTASARI, KABUPATEN PURBALINGGA – JAWA TENGAH
dilaksnakan dan disusun sebagai salah satu Tugas Akhir dalam memperoleh gelar Sarjana Perikanan, Universitas Jendral Soedirman
Oleh : Pradikta Bayu Aji J1A005043
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2008
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
PEMELIHARAAN INDUK IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)DENGAN PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN BERBEDA TERHADAP JUMLAH TELUR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS BUDIDAYA AIR TAWAR (UPTBAT) KUTASARI, KABUPATEN PURBALINGGA – JAWA TENGAH
Oleh : Pradikta Bayu Aji J1A005043
Disetujui : ...............................
Mengetahui : Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jendral Soedirman
Dr. Ir. Isdy Sulistyo, DEA MS NIP : 131569041
Pembimbing
Dr. Ir. P. Hary Tjahja, NIP : 131484887 DAFTAR ISI
halaman Halaman Judul ................................................................. Lembar Pengesahan ........................................................ Daftar Isi ......................................................................... Daftar Tabel .................................................................... Daftar Gambar ................................................................. Daftar Lampiran .............................................................. Kata Pengantar ............................................................... Ringkasan ....................................................................... Summary ......................................................................... Bab I.
i ii iii v vi vii viii ix x
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................... 1.2. Perumusan Masalah ........................................ 1.3. Tujuan ............................................................ 1.4. Manfaat ..........................................................
1 3 4 4
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Gurami ......................................... 2.1.1. Klasiikasi Ikan ......................................... 2.1.2. Morfologi Ikan ......................................... 2.2. Kebiasaan Hidup ............................................. 2.3. Kolam Pemeliharaan Induk Ikan Gurami ........... 2.4. Induk Ikan Gurami ........................................... 2.5. Jenis Ikan Gurami ............................................ 2.6. Kualitas Air ..................................................... 2.7. Pakan Tambahan ............................................ 2.7.1. Pellet ..................................................... 2.7.2. Keong Emas ............................................ 2.7.3. Jangkrik .................................................. 2.8. Hama dan Penyakit ......................................... 2.8.1. Hama ...................................................... 2.8.2. Penyakit .................................................
5 5 5 7 7 8 8 9 10 10 11 11 12 12 13
Bab III. MATERI DAN METODE 3.1. Materi ............................................................ 3.1.1. Objek Kerja Praktek ................................ 3.1.2. Alat Kerja Praktek ................................... 3.2. Metode ........................................................... 3.3. Prosedur Kerja Praktek ................................... 3.3.1. Persiapan Tempat ................................... 3.3.2. Pengadaan Hewan Uji .............................. 3.3.3. Pakan Uji ................................................ 3.3.4. Pemberian Pakan Uji ............................... 3.4. Waktu dan Tempat ..........................................
14 14 15 15 16 16 16 16 17 17
Bab II.
3.5. Pengumpulan Data .......................................... 3.5.1. Jumlah Telur Yang Dihasilkan ................... 3.5.2. Presentase Penetasan Telur ..................... 3.6. Analisis Data .................................................. Bab IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL ............................................................. 4.1.1. Jumlah Telur Yang Dihasilkan .................... 4.1.2. Persentase Penetasan Telur ...................... 4.1.3. Kualitas Air Media .................................... 4.2. PEMBAHASAN ................................................. 4.2.1. Pemeliharaan Induk Ikan Gurami ............... 4.2.2. Pengelolaan Kualitas Air ........................... 4.2.3. Pengelolaan Air Limbah Hasil Produksi ...... 4.2.4. Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Pemeliharaan .................................................... Bab V.
18 18 18 18 19 19 20 22 23 23 29 29 31
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ..................................................... 32 5.2. Saran ............................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ LAMPIRAN ....................................................................... UCAPAN TERIMA KASIH .................................................... RIWAYAT HIDUP PENULIS .................................................
DAFTAR TABEL
33 35 48 51
halaman Tabel 1. Kandungan gizi pakan buatan (Pellet) per 100 g . . . 11 Tabel 2. Kandungan gizi keong emas per 100 g .................. 11 Tabel 3. Kandungan gizi serangga (Jangkrik) per 100 g ...... 12 Tabel 4. Kombinasi Antar Perlakuan dan Jumlah Ulangan .... 15 Tabel 5. Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk ikan gurami 19 Tabel 6. Persentase penetasan telur (HR) ikan gurami ....... 20 Tabel 7. Kualitas air ......................................................... 22 Tabel 8. Ciri – ciri induk yang siap memijah ........................ 25 Tabel 9. Jumlah Telur Yang Dihasilkan ............................... 39 Tabel 10. Telur menetas dan tidak menetas ......................... 39 Tabel 11. Data hasil analisis ............................................... 41
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Grafik rerata telur yang dihasilkan induk ikan gurami 20 Gambar 2. Grafik persentase penetasan telur ikan gurami . Gambar 3. Struktur Organisasi UPTBAT Kabupaten Purbalingga ..................................................................... Gambar 4. UPTBAT Kutasari ............................................. Gambar 5. Kolam Pemeliharaan Induk Ikan Gurami ............ Gambar 6. Pakan Tambahan berupa Pellet ........................ Gambar 7. Pakan Tambahan berupa Jangkrik ..................... Gambar 8. Pakan Tambahan berupa Keong Mas ................. Gambar 9. Perhitungan Jumlah Telur Ikan Gurami ..............
21 38 45 45 46 46 47 47
DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
1. 2. 3. 4.
Keadaan Umum UPTBAT Kutasari ................... Data Hasil Pemeliharaan Induk Ikan Gurami .... Perhitunngan Data Yang Diperoleh ................. Gambar Pelaksanaan Kerja Praktek ................
35 39 41 45
KATA PENGANTAR
Perkembangan Budidaya ikan Gurami (Osphronemus gouramy) harus diimbangi dengan ketersediaan benih ikan Gurami yang secara kontinyu di pusat-pusat pembenihan. Produksi ikan akan berlangsung secara berkesinambungan jika ditunjang dengan beberapa aspek manajemen, diantaranya adalah induk ikan dan bahan pangan yang berkualitas. Laporan Kerja Praktek dengan judul ”Pemeliharaan Induk Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Dengan Pemberian Pakan Berbeda Terhadap Jumlah Telur Di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari, Kabupaten Purbalingga”. Penulis susun karena selama ini informasi tentang pemberian pakan tambahan yang murah dan cocok terhadap pemeliharaan induk ikan gurami untuk menghasilkan benih ikan yang berkualitas untuk kegiatan budidaya ikan gurami. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memperkaya informasi terhadap mahasiswa serta masyarakat pada umumnya yang telah membaca laporan ini.
Purwokerto, Oktober 2008
Penulis
RINGKASAN
Kerja Praktek tentang pengaruh pakan tambahan berbeda terhadap telur yang dihasilkan oleh induk ikan gurami telah dilakukan dengan judul ”Pemeliharaan Induk Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Dengan Pemberian Pakan Berbeda Terhadap Jumlah Telur Di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari, Kabupaten Purbalingga” di UPTBAT Kutasari, Kabupaten Purbalingga mulai bulan Juli sampai September 2008. Tujuan dilakukannya kerja praktek adalah untuk mengetahui jenis pakan tambahan yang berkualitas bagi induk ikan gurami serta untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan dan yang menetas dari pemberian pakan tambahan yang berbeda di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari. Metode yang digunakan dalam Kerja Praktek adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 3 perlakuan dan 4 ulangan. Adapun perlakuannya adalah pakan tambahan Pellet, pakan tambahan Jangkrik, dan pakan tambahan Keong Mas. Ketiga perlakuan tersebut didapatkan hasil daya tetas paling tinggi pada perlakuan pakan tambahan Pellet dengan daya tetasnya sebesar 94,5 %, sedangkan dengan menggunakan pakan tambahan Jangkrik sebesar 89,5 % dan daya tetas telurnya kecil pada pakan tambahan Keong Mas sebesar 83,5 %. Kata Kunci : Telur Ikan Gurami (Osphronemus gouramy), Pakan Tambahan, Hatching Rate.
SUMMARY
The technical work about the influences of different extra amount woof for eggs that is produced by gurami adult has been done by entitle “Pemeliharaan Induk Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Dengan Pemberian Pakan Berbeda Terhadap Jumlah Telur Di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari, Kabupaten Prbalingga”, which held in Kutasari, Purbalingga regency on July until September 2008. The purpose of technical work are to know the kind of extra amount woof that has certain quality for gurami adult and to know the amount of eggs that is produced dan the eggs which hatch from the different extra amount woof giving in Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari. The method that used on activity of this intership are Complete Random Design (CRD) with 3 treatment and 4 replicated. As for treatment are with add food Pellet, add food Jangkrik, and add food Keong Mas. the third treatment resulted average of highest hatching rate at add food Pellet treatment with hatching rate equal to 94,5 %, while add food Jangkrik treatment equal to 89,5 % and smallest hatching rate at add food Keong Mas treatment equal to 83,5 %. Key words : Spawn Carp Fish (Osphronemus gouramy), Add Food, Hatching Rate.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli
perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan
Cina.
penapasan
Merupakan labirinth
salah dan
satu
secara
ikan
yang
taksonomi
mempunyai termasuk
alat famili
Osphronemidae. Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak
dikembangkan
oleh
para
petani,
hal
ini
dikarenakan
permintaan pasar cukup tinggi (Anonimous, 2000). Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sudah cukup dikenal dan banyak diminati di Indonesia. Hal ini karena ikan gurami
memiliki
kelebihan
yaitu
rasa
daging
yang
enak,
pemeliharaan mudah serta harga relatif stabil. Ikan ini sudah lama dikenal orang dan telah banyak dibudidayakan. Namun usaha-usaha yang dilakukan untuk menunjang ke arah budi daya yang intensif belum banyak dilaksanakan (Jangkaru Z, 1975).
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dari suatu usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh tersedianya benih yang tepat jumlah, tepat waktu dan mutunya. Dan untuk memperoleh benihbenih
ikan
gurami
yang
berkualitas
diperlukan
induk
yang
berkualitas. Telur merupakan salah satu yang menjadi kendala dalam menghasilkan benih-benih ikan gurami yang berkualitas. Dengan jumlah telur yang sedikit yang dihasilkan oleh induk ikan gurami akan menyebabkan
berkurangnya
pemilihan
bibit
unggul
dalam
memperoleh ikan gurami yang berkualitas (Rusdi T, 1988). Telur ikan gurami dalam jumlah dan daya tetas yang besar, maka kita dapat dengan mudah menyeleksi benih-benih ikan gurami yang
berkualitas.
Dimana
benih-benih
tersebut
nantinya
akan
dijadikan sebagai induk unggulan untuk memperoleh benih-benih ikan gurami yang lebih berkualitas dan begitu seterusnya. Induk ikan yang menghasilkan jumlah telur yang sedikit dan kurang berkualitas dapat diakibatkan adanya pemberian pakan yang masih biasa. Pada saat ini pakan induk ikan gurami masih berupa daun sente dan untuk pakan tambahannya juga masih berupa pellet. Semakin berkembangnya zaman maka semakin berkembang pula ilmu pengetahuan untuk mendapatkan pakan tambahan (alternatif) yang terbaik bagi ikan gurami khususnya bagi individu. Pada kerja praktek ini menggunakan pakan tambahan berupa Pellet, Keong Mas, dan Jangkrik. Pakan tambahan Pellet digunakan sebagai “kontrol” yang akan dibandingkan hasil telur yang dihasilkan
dan telur yang menetas dengan pakan tambahan Keong Mas serta pakan tambahan Jangrik. Pakan tambahan Keong Mas dan Jangkrik digunakan
karena
pakan
tambahan
tersebut
mudah
didapat
dilingkungan sekitar (seperti sawah, kolam, dll) serta mempunyai harga yang relative lebih murah apabila membeli ditoko. Pakan tambahan Keong Mas dan Jangkrik juga mempunyai kandungan protein yang cukup besar. Adanya pakan tambahan bagi induk ikan gurami diharapkan kualitas telur dari induk ikan gurami akan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah telur yang dihasilkan dan jumlah telur yang menetas dari induk ikan gurami. Mengingat pertumbuhan gurami yang lambat, maka sebaiknya menggunakan induk yang sudah berumur 4 tahun. Pada masa ini induk gurami telah mencapai kematangan telur. Batas puncak produksi induk betina antara 5-10 tahun. Lewat dari umur itu, produksinya sudah mulai menurun (Sitanggang M dkk, 2000). 1.2
Perumusan Masalah Ikan gurami mempunyai nilai ekonomis yang tinggi serta
merupakan komoditas unggulan. Hasilnya masih belum memuaskan, hal tersebut dikarenakan ketersediaan benih yang masih belum mencukupi serta kualitasnya yang masih kurang. Salah satu cara untuk
menghasilkan
benih
ikan
yang
baik
adalah
dengan
mendapatkan induk ikan yang berkualitas. Oleh karena itu diperlukan mutu yang baik, sehingga perlu penaganan dan pengelolaan yang
baik pula agar tidak terjadi kematian atau kualitas induk yang kurang berkualitas. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana jumlah telur yang dihasilkan dan menetas di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari ? 2. Jenis pakan tambahan apa yang diberikan kepada induk ikan gurami yang menghasilkan telur paling banyak di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari ? 1.3
Tujuan Kerja Praktek yang dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Budidaya
Air Tawar (UPTBAT) Kutasari, bertujuan : 1. Untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan dan menetas di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari ? 2. Untuk mengetahui jenis pakan tambahan yang menghasilkan telur paling banyak di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari ? 1.4
Manfaat Manfaat dari kerja praktek yang dilakukan di Unit Pelaksana
Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari adalah memperoleh tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan budidaya ikan gurami, khususnya pemeliharaan induk ikan gurami dengan
pemberian pakan tambahan yang berbeda agar dapat menghasilkan benih atau keturunan yang berkualitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi ikan Gurami 2.1.1. Klasifikasi ikan Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang dibudidayakan di kolam dan merupakan ikan asli Indonesia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta salah satu jenis ikan yang senang tinggal diperairan yang tenang, terbenam, dan dalam seperti kolam, rawa, telaga, danau serta waduk (Djuhanda, 1981; Rusdi, 1988). Klasifikasi ikan gurame adalah sebagai berikut : Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Ordo
: Labirintichi
Subordo
: Anabantoide
Famili
: Anabantidae
Genus
: Osphronemus
Species
: Osphronemus gouramy (Susanto, 1989)
2.1.2. Morfologi ikan Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba.
Tinggi badan 2,0 s/d 2,1 kali dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat (Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi, 2002). Gurami juga memiliki bentuk fisik khas badannya pipih, agak panjang dan lebar. Badan itu tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar. Mulutnya kecil, letaknya miring tidak tepat dibawah ujung moncong. Bibir bawah terlihat menonjol sedikit dibandingkan bibir atas. Ujung mulut dapat disembulkan sehingga tampak monyong. Penampilan gurame dewasa berbeda dengan yang masih muda. Perbedaan itu dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk kepala dan dahi. Warna dan perilaku gurami muda jauh lebih menarik dibandingkan gurami dewasa (Sitanggang dan Sarwono, 2001). Sedangkan pada ikan muda terdapat delapan buah garis tegak.
Bintik
gelap
dengan
pinggiran
berwarna
kuning
atau
keperakan terdapat pada bagian tubuh diatas sirip dubur dan pada dasar sirip dada terdapat bintik hitam (Susanto, 2001). Ikan gurami tergolong dalam ordo Labirynthici yang memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin, yaitu lipatan-lipatan epitelium pernapasan yang merupakan turunan dari lembar insang pertama, sehingga ikan dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Adanya alat pernapasan tambahan ini memungkinkan ikan gurami dapat hidip dalam perairan yang kadar oksigennya rendah (Departemen pertanian, 1999).
2.2 Kebiasaan Hidup Di alam, gurami mendiami perairan yang tenang dan tergenang seperti rawa, situ, dan danau. Di sungai yang berarus deras, jarang dijumpai ikan gurami. Kehidupannya yang menyukai perairan bebas arus itu terbukti ketika gurami sangat mudah dipelihara di kolamkolam tergenang. Walau gurami dapat dibudidayakan di dataran rendah dekat pantai, perairan yang paling otimal untuk budidaya adalah yang terletak pada ketinggian 50 - 40 m diatas permukaan laut seperti di Bogor, Jawa Barat. Ikan ini masih bertoleransi sampai pada ketinggian 600 m diatas permukaan laut seperti di Banjarnegara, Jawa Tengah. Yang jadi patokan adalah suhu air dilingkungan hidupnya. Suhu ideal untuk ikan gurami adalah 24 – 28 0C (Sitanggang dan Sarwono, 2001). 2.3. Kolam Pemeliharaan Induk Ikan Gurami Bila dihubungkan dengan lingkungan hidupnya, ikan gurami merupakan ikan yang senang mendiami badan perairan yang relatif tenang. Kolam sebagai media pemeliharaan ikan gurami juga salah satu hal yang sangat penting. Dalam pemeliharaan induk ikan gurami, keberadaan kolam hendaknya dekat dengan sumber air yang berupa mata air, sungai atau pompa air. Tempat yang paling ideal adalah lembah yang dasarnya mendatar di kaki kedua lereng sungai yang berlenggak-lenggok ditengah dataran (Tim Lentera, 2002).
Sebagai ikan yang senang mendiami perairan yang tenang, keberadaan arus hendaknya tidak terlalu mendominasi. Namun menurut Asmawi (1983), arus dapat digunakan dalam pemeliharaan induk dengan syarat debit airnya tidak terlalu deras. Arus air yang terlalu deras akan mengganggu aktivitas gurami yang memiliki badan pipih, sehingga berenangnya yang memang sudah lambat akan semakin lebih lambat. Gurami yang terganggu ketenangannya akan menjadi stress, marah, dan mengamuk serta mengacak-acak dasar kolam. Air yang mengalir ke dalam kolam sebaiknya diendapkan terlebih dahulu, karena dikhawatirkan air yang masuk banyak mengandung bahan-bahan atau unsur-unsur kimia yang dapat mengganggu metabolisme ikan serta dapat menyebabkan timbulnya hama dan penyakit pada kolam yang pada akhirnya akan menyerang induk ikan gurami. Selain itu, sumber air yang terlalu banyak mengandung bahan kimia juga akan menganggu keinginan induk ikan gurami untuk memijah. 2.4 Induk Ikan Gurami Pada ikan gurami perbedaan kelamin jantan dengan betina bisa dilihat dari perbedaan bentuk dahi, warna dasar sirip dada, warna dagu dan kepekaan pangkal ekor (Susanto, 1989). 2.5 Jenis Ikan Gurami Peternak gurami membedakan ada 6 macam varietas atau strain gurami berdasarkan daya produksi telur, kecepatan tumbuh,
ukuran/bobot maksimal gurami dewasa. Masing-masing adalah Angsa (soang, geese gourami), Jepun (jepang, japonica), Blausafir, Paris, Bastar (pedaging), dan Porselan. Selain 6 strain diatas, berdasarkan warna terdapat gurami Hitam, Albino (putih), dan Belang. Gurami hitam paling banyak dijumpai, sedangkan yang lain jarang. Hal tersebut disebabkan gurami albino dan belang kurang disukai, karena pertumbuhannya yang sangat lambat (Sitanggang dan Sarwono, 2001). Gurami Angsa/Soang bisa mencapai panjang maksimal 65 cm dengan total berat 6-12 kg. Sedangkan gurami Jepun hanya mampu tumbuh hingga mencapai berat total 3,5 kg dengan panjang hanya 45 cm (Susanto, 1989). Gurami Porselin unggul dalam menghasilkan telur, per sarang mampu menghasilkan 10.000 butir. Gurami ini oleh para pembenih dijuluki top of the pop alias gurami pilihan. Untuk gurami dengan kategori produksi telur kurang adalah gurami Bastar. Per sarang hanya menghasilkan 2.000-3.000 telur, akan tetapi gurami ini memiliki keunggulan yaitu tumbuh lebih cepat dari warietas lainnya. 2.6. Kualitas Air Air untuk mengairi komplek kolam harus tersedia setiap saat, kalau perlu tersedia sepanjang tahun. Volume air jangan berlebihan, karena dapat mengakibatkan banjir. Debit air merupakan jumlah air yang mengalir dalam saluran dihitung dengan ukuran liter per detik. Untuk pemeliharaan gurami secara tradisional pada kolam khusus,
debit air yang diperkenankan adalah 3 liter/detik, sedangkan untuk pemeliharaan secara polikultur (semi intensif) debit air yang paling ideal adalah antara 6-12 liter/detik (Sitanggang dan Sarwono, 2001). Kehidupan
organisme
akuatik
termasuk
ikan
sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti : suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, derajat keasaman (pH), dan salinitas. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus dikendalikan dalam budidaya ikan (Wardoyo, 1981). 2.7. Pakan Tambahan Upaya untuk mencarikan pengganti daun-daun yang disukai gurami sekaligus merupakan kunci untuk membongsorkan tubuh gurami, yang dianggap cukup efektif dewasa ini ada dengan menyediakan makanan tambahan yang mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi. Pada kegiatan Kerja Praktek ini ada 3 jenis makanan tambahan, yaitu Pellet, Keong Emas, dan Serangga (Jangkrik). 2.7.1. Pellet Pellet merupakan pakan tambahan bagi gurami yang sudah dikenal. Bahan pembentuk pellet tidak lain adalah campuran dari berbagai bahan makanan seperti tepung ikan, tepung darah, tepung daging, tepung daun, tepung dedak, dan lain sebagainya. Antara bahan yang tinggi kandungan proteinnya dicampurkan dengan bahan pakan
yang
rendah
dengan
perbandingan
tertentu,
sehingga
didapatkan kandungan protein seperti yang dikehendaki. Dan bentuk pellet seperti butiran-butiran kapur tulis namun ukurannya lebih kecil.
Tabel 1. Kandungan gizi pakan buatan (Pellet) per 100 g Komponen Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air (www.ristek.go.id)
Jumlah 15 – 19 % 5% 15% 9% 10%
2.7.2. Keong Emas Keong Emas (Pomacea sp.) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi sawah. Sebagai hewan yang menyukai habitat perairan, maka kehidupan dan pergerakan (mobilitas) keong emas sangat dipengaruhi oleh keadaan air pada habitatnya. Dengan tersedianya keong emas dalam jumlah yang banyak pada alam khususnya
pada
area
persawahan,
maka
keong
emas
dapat
dimanfaatkan sebagai pakan tambahan untuk ikan selain hanya berperan sebagai hama padi Tabel 2. Kandungan gizi keong emas per 100 g Komponen Protein Lemak Serat besar Abu Kalsium Phospor (www.ristek.go.id)
Jumlah 12% 3,34% 2,05% 13,8% 1,58% 1,48%
2.7.3. Jangkrik Sebagai pakan tambahan gurami bisa juga memanfaatkan potensi
serangga
yang
suka
berkeliaran
dimalam
hari.
Pada
kenyataannya, sekalipun gurami termasuk ikan herbivora (pemakan tumbuhan), mereka tidak menolak apabila suatu ketika (tanpa disengaja) ada serangga yang terjatuh ke dalam kolam. Untuk dan karena itulah maka kita bisa memanfaatkan jangkrik yang banyak disekitar kita sebagai pakan gurami yang murah, namun tinggi kandungan proteinnya. Tabel 3. Kandungan gizi Jangkrik per 100 g Komponen Energi Protein Lemak Karbohidrat Air Serat (www.ristek.go.id)
Jumlah 117 K 13,7 % 5,3 % 2,9 % 76,0 % 2,9 %
2.8. Hama dan Penyakit Hama
dan
penyakit
pada
budidaya
ikan
gurami
sering
menimbulkan kegagalan serta kerugian besar. Adapun beberapa hal yang menyebabkan timbulnya penyakit berupa kesuburan kolam dampak dari pemupukan, makanan, kepadatan ikan yang tinggi serta kualitas air yang buruk (Kabata, 1995). 2.8.1. Hama Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Beberapa pemangsa utama ikan gurami dari jenis hama yang sering ditemukan pada usaha budidaya
ikan gurami adalah ular, belut, katak, dan burung pemakan ikan. Dilihat dari jenis pemangsa air menurut Heinz dan Kline (1973), musuh utama ikan gurami terbagi atas ikan liar pemangsa dan beberapa jenis ikan pemelihara. Untuk menghindarai ikan gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasang serumbung dan saringan ikan agar hama tidak masuk ke dalam kolam. 2.8.2. Penyakit Jenis penyakit yang sering mengganggu dalam budidaya ikan gurami adalah penyakit bintik putih (White spot) yang disebabkan jenis protozoa Ichthyopthirius multifilis yang menyerang benih dan induk ikan gurami. Protozoa ini menjadi parasit yang sulit diberantas karena kehadirannya sering kali diliputi oleh lendir yang sulit ditembus oleh larutan obat (Kabata, 1985). Mereka menyerang ikan dibawah selaput lendir ikan yang merupakan benteng pertahanan utama bagi ikan (Kabata, 1985). Selain itu, jenis penyakit yang juga sering menyerang induk ikan gurami adalah Argulus indicus. Parasit ini tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit. Menurut Radiopoetro (1983), Argulus indicus menempel pada sirip atau sisik pada induk ikan gurami.
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Materi 3.1.1 Objek Kerja Praktek Objek yang digunakan dalam Kerja Praktek adalah Induk ikan gurami yang terdapat di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari, Kabupaten Purbalingga. Untuk induk jantan berumur 4 tahun dengan panjang baku 35 cm dan bobot badan 2,87 kg, induk jantan memiliki ciri-ciri yaitu dahi menonjol, dasar sirip dada terang keputihan, dagu kuning, jika diletakan pada tempat datar ekor akan naik, dan jika perut distriping akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih. Induk jantan ini pernah memijah sebanyak 3 kali. Induk betina berumur rata-rata 4,2 tahun dengan panjang baku 42 cm dan bobot badan 3,23 kg, induk betina memiliki ciri-ciri yaitu dahi menonjol, dasar sirip dada terang gelap kehitaman, jika diletakan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak, dan jika perut distriping mengeluarkan cairan benih atau bahkan tidak mengeluarkan cairan. Induk betina ini pernah memijah sebanyak 3 kali.
3.1.2 Alat Kerja Praktek
Alat yang digunakan dalam kerja praktek adalah kolam pemeliharaan induk, wadah tempat telur, alat penghitung telur (hand counter), dan sarang induk ikan gurami. 3.2. Metode Data yang diperoleh dalam Kerja Praktek yang dilakukan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan menggunakan 3 perlakuan yang berbeda dan 4 kali ulangan sehingga semuanya ada 12 tempat. Tabel 4. Kombinasi Antar Perlakuan dan Jumlah Ulangan Perlakua n A B C
I A.I B.I C.I
Jumlah Ulangan II III A.II A.III B.II B.III C.II C.III
IV A.IV B.IV C.IV
Keterangan : Perlakuan A : Jenis pakan yang diberikan adalah Pellet Perlakuan B : Jenis pakan yang diberikan adalah Keong Emas Perlakuan C : Jenis pakan yang diberikan adalah Jangkrik Dengan ukuran kolam yang digunakan adalah (20 x 5 x 1,5) m, dengan jumlah ikan sebanyak 5 ekor (1 jantan dan 4 betina) untuk semua kolam petak yang ada, dan jumlah pakan yang diberikan 20% dari bobot induk ikan gurami serta diberikan pakan daun sente.
3.3. Prosedur Kerja Praktek
3.3.1. Persiapan Tempat Wadah yang digunakan adalah kolam besar yang berbahan dasar semen yang sudah dipetak menjadi kolam kecil dengan ukuran (20 x 5 x 1,5) m sebanyak 12 buah. Untuk petak terbuat dari bahan bambu, sarang induk ikan gurami terbuat dari bahan bambu yang sudah dirangkai dan didalamnya diisi dengan ijuk sebagai tempat meletakan telur. Kolam sudah tersedia dan siap untuk digunakan dengan ketinggian air 1 m. Air yang digunakan adalah air yang dialirkan dari sungai yang sudah mengalami beberapa kali penyaringan. 3.3.2. Pengadaan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah induk ikan Gurami yang telah disediakan di Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari dengan bobot tubuh 3 – 4 kg. 3.3.3. Pakan Uji Pakan yang digunakan berupa pakan utama, yaitu daun Sente dan 3 jenis pakan tambahan, yaitu Pellet, Keong Emas, dan Jangkrik. Untuk pakan tambahan Pellet dan Jangkrik diperoleh dari toko pakan untuk ikan, sedangkan pakan tambahan Keong Emas diperoleh dari petani disekitar daerah Unit Pelaksana Teknis Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari.
3.3.4. Pemberian Pakan Uji Pemberian pakan sebanyak 20% dari bobot induk ikan gurami per hari. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB. Untuk pakan tambahan Pellet dilakukan penebaran secara merata pada area kolam. Pemberian pakan berupa Keong Emas dilakukan dengan cara merebus lebih dahulu dagingnya selama 15 – 20 menit yang kemudian dipotong sesuai dengan atau lebih kecil dari ukuran bukaan mulut dari induk ikan gurami. Dan untuk pemberian pakan tambahan berupa Jangkrik dilakukan cara yang sama seperti pada perlakuan pemberian pakan berupa Keong Emas akan tetapi tidak perlu dilakukan perebusan, karena daging Jangkrik sudah lunak. Pemberian pakan tambahan berupa Keong Emas dan Jangkrik dilakukan penyebaran secara merata diarea kolam seperti pemberian pakan tambahan berupa Pellet. 3.4. Waktu dan Tempat Kerja
praktek
ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis
Budidaya Air Tawar (UPTBAT) Kutasari Kabupaten Purbalingga pada bulan Juli sampai September 2008.
3.5. Pengumpulan Data
3.5.1. Jumlah Telur Yang Dihasilkan Pengolahan data dilakukan dengan cara menghitung terlebih dahulu jumlah telur yang dihasilkan oleh masing-masing induk ikan gurami dengan pakan yang berbeda. 3.5.2. Persentase Penetasan Telur Pengolahan data dilakukan dengan cara menghitung terlebih dahulu persentase telur yaitu dengan cara jumlah telur menetas dibagi dengan jumlah telur terbuahi dikalikan 100%. Perhitungan persentase dilakukan menggunakan rumus, sebagai berikut (Susilo dan Heriyadi, 1988): HR =
∑telurmenet ∑telurdibua
as hi
×100 0 0
Keterangan : HR : Hatching Rate (Persentase Penetasan) 3.6. Analisis Data Data yang diperoleh merupakan jumlah telur yang dihasilkan dan jumlah telur yang berhasil menetas yang dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA). Apabila terjadi perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT untuk membandingkan antar perlakuan tersebut.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL 4.1.1.
Jumlah Telur Yang Dihasilkan
Hasil pengamatan dari jumlah telur yang dihasilkan oleh masing-masing
induk
ikan
gurami
dengan
pemberian
pakan
tambahan berbeda dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk ikan gurami Ulangan Total Perlakua Perlakua 1 2 3 4 n n (butir (butir (butir (butir (butir) ) ) ) ) A 6700 5800 6200 5700 24400 B 6000 5500 4900 5100 21500 C 5400 4800 4500 5000 19700 1710 1610 1560 Total 0 0 0 Rerata 5700 5367 5200 Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh
dari
Rerata Perlaku an (butir) 6100 5375 4925
pengamatan,
menunjukan bahwa perlakuan dengan pemberian pakan tambahan yang berbeda mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan oleh induk ikan gurami yang lebih baik dibandingkan tanpa pemberian pakan tambahan yang telah dilakukan di UPTBAT Kutasari. Perlakuan dengan pemberian pakan tambahan Pellet menunjukan jumlah telur yang tinggi sebesar 6100 dibandingkan dengan perlakuan dengan pemberian pakan Jangkrik sebesar 5375 dan pakan Keong Mas menunjukan jumlah yang paling sedikit sebesar 4925.
Grafik jumlah telur yang dihasilkan oleh induk ikan gurami dengan pemberian pakan tambahan yang berbedadapat dilihat pada gambar berikut :
8000 6100
5375
6000
4952
Reratatelur 4000 yang dihasilkan (butir) 2000 0 A
B Perlakuan
C
Gambar 1. Grafik rerata telur yang dihasilkan induk ikan gurami 4.1.2.
Persentase Penetasan Telur
Hasil pengamatan penetasan telur (HR) ikan gurami dengan menggunakan
3
perlakuan
menggunakan
pemberian
pakan
tambahan yang berbeda dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Persentase penetasan telur (HR) ikan gurami Ulangan Perlakua n Pellet Jangkrik Keong Mas Total Rerata
1 %
2 %
3 %
4 %
96 92 84 272 90,67
94 90 82 266 88,67
96 88 82 266 88,67
92 88 86 266 88,67
Total Perlaku an % 378 358 334 1070
Rerata Perlaku an % 94,5 89,5 83,5 267,5
Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh
dari
pengamatan,
menunjukan bahwa perlakuan dengan pemberian pakan tambahan yang berbeda pada masing-masing induk ikan gurami mempengaruhi daya
tetas
telur
ikan
gurami
yang
baik
dibandingkan
tanpa
pemberian pakan tambahan yang telah dilakukan di UPTBAT Kutasari. Perlakuan dengan pemberian pakan Pellet menunjukan persentase penetasan yang tinggi sebesar 94,5%, pemberian pakan Jangkrik menunjukan persentase penetasan yang sedang sebesar 89,5%, dan pemberian pakan Keong Mas menunjukan persentase penetasan telur terkecil sebesar 83,5%. Grafik persentase penetasan telur ikan gurami menetas dapat dilihat pada gambar berikut :
95
94,5 89,5
90 Rerata persentase penetasan telur (%)
83,5
85 80 75 A
B
C
Perlakuan
Gambar 2. Grafik persentase penetasan telur ikan gurami
4.1.3. Kualitas Air Media Kualitas air media selama pemeliharaan induk ikan gurami pada kerja praktek ini diamati meliputi suhu dan pH air. Hasil pengukuran kualitas air yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Kualitas air Parameter Hasil Suhu pH air kolam
290C 7
Kelayak an 240 – 300C 6,5 – 8,5
4.2. PEMBAHASAN 4.2.1. Pemeliharaan Induk Ikan Gurami 1. Persiapan Tempat Wadah yang digunakan adalah kolam semen besar yang sudah dipetak menjadi kolam kecil dengan ukuran (20 x 5 x 1,5) m sebanyak 12 buah. Kolam sudah tersedia dan siap untuk digunakan dengan ketinggian air 1 m. Air yang digunakan adalah air yang dialirkan
dari
sungai
yang
sudah
mengalami
beberapa
kali
penyaringan. Persiapan wadah dilakukan dengan terlebih dahulu dengan mengeringkan kolam induk dan membiarkannya dalam beberapa hari agar kering sempurna. Kemudian membersihkan dinding serta dasar kolam
dengan
sikat
pembersih
sehingga
kotoran
dan
lumut
terangkat, hal ini bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit serta member rangsangan terhadap induk gurami yang akan dipijahkan. Tahap akhir persiapan tempat pemeliharaan yaitu pengisian air setinggi 1 m dengan cara membuka saluran pemasukan air melalui pipa inlet. Kemudian induk yang telah ditampung dalam tempat penampungan sementara dipindahkan pada kolam pemeliharaan induk yang sudah disiapkan. Proses pemindahan induk ke kolam pemeliharaan dilakukan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan
luka atau goresan pada tubuh induk gurami yang akan dipelihara serta agar terhindar dari stress.
2. Pengadaan Hewan Uji Berhasilnya
usaha
pemeliharaan
ikan
gurami
untuk
menghasilkan benih yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh seleksi induk ikan gurami yang berkualitas pula. Ikan Gurami yang dipilih sebagai induk harus diseleksi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam keadaan sehat, tidak sedang menderita penyakit tertentu, pada bagian sirip harus mulus, artinya kondisi fisiknya terlihat baik, mempunyai gerakan yang gesit, badan gemuk serta mengkilap. Jika kurang hati-hati dalam memilih induk, keturunan yang dihasilkan jumlahnya akan sedikit, serta dari segi kualitas benih yang dihaslikan tidak akan maksimal. Ikan jantan yang siap menjadi induk memiliki ciri-ciri: panjang standar 30 - 35 cm, berumur 24 - 30 bulan dan bobot 3,5 – 4,0 kg. Sedangkan induk betina memiliki ciri-ciri: panjang standar 30 - 35 cm, berumur 30 - 36 bulan dan bobot 4,0 - 4,5 kg (Anonimous, 2000). Namun demikian, dalam pemijahan sebaiknya menggunakan induk yang sudah mencapai berat sekitar 4 kg (betina) dan 3 – 4 kg (jantan). Induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 1.500 – 2.500 butir/kg induk.
Induk ikan gurami yang dipergunakan dalam kerja praktek adalah induk ikan gurami yang telah disediakan oleh UPTBAT Kutasari, Purbalingga yang berumur 2 – 5 tahun dengan bobot ratarata 3,2 kg. Induk yang dipelihara dalam kerja praktek berjumlah 60 ekor dengan induk jantan berjumlah 12 dan induk betina berjumlah 48 serta gurami jenis gurami yang dipelihara adalah gurami jenis lokal. Tabel 8. Ciri – ciri induk yang siap memijah. No Jantan Betina Alat kelamin berwarna Bagian perut agak 1. putih bersih. membulat besar Apabila bagian perut Perut akan terasa lembek 2. distriping maka akan bila diraba keluar cairan putih. Lubang kelamin agak Warna tubuhnya cerah berwarna kemerahan, 3. dan tampak bercahaya apabila distriping bagian serta sangat agresif. perut maka akan keluar telur. 3. Pakan Uji Pakan yang diberikan sebaiknya nutrisi yang seimbang serta cukup jumlahnya. Hal ini sangat penting agar ikan Gurami yang dipelihara
terpenuhi
kebutuhan nutrisinya
sehingga
sehat
dan
mengandung telur yang baik (Hernowo, 2001). Pakan yang digunakan berupa pakan utama, yaitu daun Sente dan 3 jenis pakan tambahan, yaitu Pellet, Keong Emas, dan Jangkrik. Untuk pakan tambahan Pellet dan Jangkrik dperoleh dari toko pakan untuk ikan dan pakan untuk serangga, sedangkan pakan tambahan Keong Emas diperoleh dari petani disekitar daerah UPTBAT Kutasari.
Dalam penyediaan pakan harus diperhatikan beberapa faktor, yaitu jumlah dan kualitas pakan. Menurut NRC (1977) dalam Susilo (1988), jumlah pakan yang terlalu sedikit akan mengakibatkan pertumbuhan ikan lambat, sebaliknya pakan yang terlalu banyak tidak efisien dan dapat menyebabkan polusi lingkungan.
4. Pemberian Pakan Uji Pemberian pakan sebanyak 20% dari bobot induk ikan gurami per hari. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB. Untuk pakan tambahan Pellet dilakukan penebaran secara merata pada area kolam. Pemberian pakan berupa Keong Emas dilakukan dengan cara merebus lebih dahulu dagingnya selama 15 – 20 menit yang kemudian dipotong sesuai dengan atau lebih kecil dari ukuran bukaan mulut dari induk ikan gurami. Dan untuk pemberian pakan tambahan berupa Jangkrik dilakukan cara yang sama seperti pada perlakuan pemberian pakan berupa Keong
Emas akan tetapi
tidak perlu dilakukan perebusan, karena daging Jangkrik sudah lunak. Pemberian pakan tambahan berupa Keong Emas dan Jangkrik dilakukan penyebaran secara merata diarea kolam seperti pemberian pakan tambahan berupa Pellet. 5. Jumlah Telur Yang Dihasilkan
Telur
yang dihasilkan oleh masing-masing induk ikan gurami
dengan pemberian pakan yang berbeda memiliki jumlah yang berbeda pula. Untuk induk gurami menghasilkan rata-rata jumlah telur dengan pemberian Pellet sebesar 6100 butir, untuk Keong Mas 5375 butir, dan untuk Jangkrik sebesar 4925 butir. Perbedaan jumlah telur yang dihasilkan dengan pakan yang berbeda dapat diakibatkan oleh adanya perbedaan jumlah nutrient yang terkandung dalam masing-masing pakan yang diberikan. Protein
merupakan
unsure
yang
paling
penting
dalam
penyusunan formulais pakan karena usaha budidaya mengharapkan pertumbuhan ikan yang cepat, jumlah telur yang banyak, dan kualitas benih yang baik. Dalam hal ini, protein mempunyai 3 fungsi bagi tubuh induk ikan gurami, yaitu : a) Sebagai zat Pembangun, yang membentuk berbagai jaringan baru untuk pertumbuhan, mengganti jaringan yang rusak maupun reproduksi. b) Sebagai zat Pengatur, yang berperan dalam pembentukan enzim dan hormone penjaga dan pengatur berbagai proses metabolism didalam tubuh ikan. c) Sebagai zat Pembakar, karena unsure karbon yang terkandung didalamnya dapat difungsikan sebagai sumber energi pada saat kebutuhan energy tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. 6. Persentase Penetasan Telur
Telur ikan yang dihasilkan oleh masing-masing induk gurami dengan pemberian pakan yang berbeda yaitu Pellet (kontrol), Keong Mas, dan Jangkrik memiliki perbedaan daya tetas dan kualitasnya. Dari kerja praktek yang telah dilakukan daya tetas telur yang memiliki kualitas baik yaitu pada telur yang dihasilkan dari induk dengan pakan tambahan Pellet yang daya tetasnya sebesar 94,5%, sedangkan yang diberi pakan tambahan Jangkrik sebesar 89,5%, dan daya tetas telurnya terkecil dengan pemberian pakan tambahan Keong Mas sebesar 83, 5%.
Hasil
pengamatan
kemudian
dianalisis
menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan mendapatkan kesimpulan bahwa semua perlakuan memiliki sangat beda nyata (highly significant), sehingga dilanjutkan pada uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dan didapat kesimpulan bahwa perlakuan dengan pemberian pakan tambahan Pellet memberikan pengaruh sangat nyata terhadap telur yang dihasilkan oleh induk gurami. Dan didapat kesimpulan bahwa perlakuan dengan protein 2% memberikan pengaruh sangat nyata terhadap daya tetas telur ikan gurami. Pakan yang terbaik dalam pemeliharaan induk gurami untuk meningkatkan jumlah telur yang dihasilkan adalah dengan pakan berupa Pellet yang mengandung protein sebesar 15-19 %. Protein merupakan molekul kompleks yang terdiri dari asam-asam amino, baik esensial maupun non-esensial (NRC, 1983). Asam amino esensial
tidak dapat disintesis dalam tubuh, sehingga asam amino tersebut perlu diberikan melalui pakan. Protein dengan kandungan asam-asam aminonya diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan enzim dan beberapa hormon serta antibodi dalam tubuh, disamping itu juga berfungsi sebagai sumber energi. Kebutuhan protein untuk ikan berbeda-beda menurut spesiesnya dan pada umumnya berkisar antara 30 sampai 40% (Jobling, 1994). Protein merupakan komponen esensial yang dibutuhkan untuk reproduksi. Protein merupakan komponen dominan kuning telur, sedangkan jumlah dan komposisi telur menentukan besar kecil ukuran telur dan ukuran telur merupakan indikator kualitas telur (Kamler, 1992). Sedangkan komposisi kimia kuning telur bergantung kepada status nutrien yang diberikan dan kondisi induk itu sendiri. 4.2.2. Pengelolaan Kualitas Air Pengelolaan air yang dilakukan di UPTBAT Kutasari yaitu dengan sistem air mengalir, karena sistem ini merupakan sistem pemeliharaan yang terbaik bagi ikan gurami, sehingga air jernih dan sehat. Disamping itu, bisa menghemat tenaga dan mencegah terjadinya seminimal
kontaminasi mungkin
penyakit. dengan
Sistem
metode
ini
memanfaatkan
pendaur
ulangan
air air.
Penggantian air dimaksudkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan dan perembasan. Sistem ini disebut Close Flow System (CFS).
Menurut Sitanggang (2001) kolam pemeliharaan dapat diisi dengan air sumur ataupun air ledeng yang sudah terbebas dari kandungan klorin sisa bahan penjernih air di pengelolaan air bersih PDAM. Jika menggunakan air sumur, harus dipastikan air tidak mengandung bibit penyakit dan tidak tercemar. Sebaiknya air sumur diendapkan lebih dahulu sehari semalam. 4.2.3. Pengelolaan Air Limbah Hasil Produksi Air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya, dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum (Azrul, 1995). Sesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada. Sebagaimana halnya teknologi proses produksi yang terdiri dari berbagai macam jenis demikian juga halnya dengan teknologi pengolahan limbah. Menurut Ginting (2007), bahwa walaupun sama – sama limbah cair karena bukan berasal dari limbah produksi dengan bahan baku yang sama tapi karena volume limbahnya berbeda maka teknologi pengolahannya pun berbeda. Dengan demikian teknologi pengolahan limbahnya ini sangat erat kaitannya dengan kualitas
limbah dan parameter limbah. Limbah yang mengandung suspensi padatan
berbeda
cara
pengolahannya
dengan
limbah
yang
mengandung kekeruhan. Air yang berada pada kolam-kolam yang ada di UPTBAT Kutasari, Purbalingga merupakan air yang berasal dari sungai kecil yang bernama sungai Kebambangan. Untuk mencegah adanya polusi pada air yang akan digunakan di kolam-kolam UPTBAT Kutasari, maka diambil tindakan dengan cara menggunakan bak-bak pengendapan pada air yang akan masuk. Pada proses produksi hasil pemeliharaan induk ikan Gurami pada di UPTBAT Kutasari, Purbalingga tidak dilakukan pengelolaan air limbah secara nyata, hanya melewati beberapa saluran pembuangan saja dan tidak ada penanganan khusus untuk mengelola limbah tersebut. Limbah dibuang langsung ke sawah yang berada tepat bersebelahan dengan UPTBAT Kutasari Purbalingga. Buangan limbah hasil produksi mengandung banyak materi organic yang berguna bagi tumbuhan
padi
yang
kemudian
menjadikannya
sebagai
suplai
nutrient bagi tanaman padi tersebut. 4.2.4. Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Pemeliharaan Ada berbagai macam kendala yang dihadapi dalam proses pemeliharaan induk ikan Gurami. Salah satu kendala yang dialami dalam usaha pemeliharaan induk ikan Gurami di UPTBAT Kutasari adalah faktor alam dan pengelolaan yang kurang tepat. Serta adanya pengontrolan yang kurang intensif, dimana dalam artian bahwa
semua pekerja atau pegawai tidak terfokus untuk menangani satu kewajiban saja. Namun mereka terpecah untuk menangani semua kegiatan di UPTBAT Kutasari terlebih lagi pada kegiatan yang harus didahulukan, seperti kegiatan pemanenan benih ikan. Didalam kolam juga ditemukan beberapa jenis hama seperti Yuyu atau Kepiting dan ikan-ikan kecil yang sering memakan telur ikan
Gurami.
Penanggulangan
yang
dilakukan
terhadap
hama
tersebut adalah dengan cara mekanis yang berarti harus membunuh dan menghilangkan tempat-tempat hama tersebut bersembunyi serta kontrol secara langsung.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan padaUPTBAT Kutasari mengenai pemberian pakan tambahan yang diberikan
kepada induk ikan gurami terhadap jumlah telur yang dihasilkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemberian pakan tambahan dengan perbedaan jumlah protein yang terkandung didalam pakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap jumlah telur yang dihasilkan oleh induk ikan gurami serta daya tetas telur. 2. Pemberian pakan tambahan berupa Pellet menghasilkan jumlah telur yang lebih banyak serta daya tetas yang lebih besar dibandingkan dengan pakan tambahan Keong Mas dan Jangkrik. 5.2. Saran Dalam kerja praktek ini diketahui bahwa selain Pellet juga masih banyak pakan tambahan/pakan alternatif yang bias diberikan kepada induk ikan gurami. Sehingga dapat menghemat biaya dalam pemberian pakan. Serta juga masih banyak pakan yang masih perlu dicoba untuk pakan tambahan terhadap induk ikan gurami agar menghasilkan telur yang lebih banyak dan mempunyai daya tetas yang besar/baik. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Informasi Teknik Perikanan. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Sukabumi. Anonimous, 2000. Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac.) Kelas Induk Pokok (Parent Stock). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Gramedia, Jakarta.
Azrul, A. 1995. Pengantar Imu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta. Departemen Pertanian. 1986. Budidaya Gurami. Balai Informasi Pertanian Jawa Barat. Bandung. Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung. Ginting, P. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Yrama Widya. Bandung. Heinz, H. R. and Kline. 1973. Fish Panthology. FFA Publication Inc. West Sylvania Aveneu, Neptune, New Jersey. 512 pp. Hernowo. 2001. Pembenihan Patin. Penebar Swadaya. Depok http://bankdata.depkes.go.id/kompas/Kabupaten%20Purbalingga.pdf. http://jabar.litbang.deptan.go.id/pdf/gurame_inten.pdf. http://smkn1nabire.com/modul/budidaya_ikan/5%20membuat_pakan_ ikan_buatan.pdf. http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/SERANGGA%20SEBAGAI %20BAHAN%20PANGAN.pdf http://www.iptekda.lipi.go.id/root/files/Buletin_Vol1no2.pdf. http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/jwbr0208.pdf. http://www.pusri.co.id/budidaya/perikanan/budidaya_ikan_gurame.pdf . http://www.ristek.go.id. http://www.smecda.com/TTG/gurame.pdf. http://www.warintek.ristek.go.id/pangan/umum/tanaman_penghasil_p ati.pdf Jangkaru, Z. 1975. Makan Ikan. Lembaga Penelitian Ikan Darat. Bogor. Kabata, Z. 1985. Parasit and Diseases Fish Culture in The Tropic. Taylor and Francis, London. Murtidjo, A.B. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta. Radiopoetro. 1983. Zoology Vertebrata. Erlangga, Jakarta. 56 pp. Rusdi, T. 1988. Usaha Budidaya Gurami. Simplek, Jakarta. 73 pp. Sitanggang, M dkk. 2000. Budidaya Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta Sitanggang, M. dan Sarwono, B. 2001. Budidaya Gurami (Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta Susanto, Heru. 1989. Budidaya Ikan Gurame. Penebar swadaya. Jakarta
Susanto, Heru. 2001. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar swadaya. Jakarta. Susilo, U. dan Heriyadi, B. 1988. Studi Efisiensi Penggunaan Pakan pada Ikan Gurami untuk Evaluasi Kebiasaan Makan. Biosfera Majalah Biologi. Vol. 9. Fakultas Biologi Unsoed. Purwokerto. Hal. 25. Tim Lentera. 2002. Cermat dan Tepat Memasarkan Gurami. Agromedia Pustaka, Jakarta. Wardoyo, S.T. 1981. Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Analisis Dampak Lingkungan, Bogor Wootton, R.J. 1990. Ecology Of Teleosts Fisher. First Edition. Chapman and Hall, London.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Keadaan Umum UPTBAT Kutasari 1. Letak Geografis Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu dari 35 kabupaten di jawa tengah yang memiliki luas 77.764,12ha.
Terletak di posisi antara 109º13´-109º35´BT dan 7º10´-7º29 LS. Luas wilayah dari utara ke selatan sejauh 34 km dan 38,30 km dari barat ke timur. Curah hujan di Kabupaten Purbalingga yaitu 1.832-4,411 mm/th dan suhu udara ± 25º-30ºC. Ikan gurami hidup pada kisaran suhu yang lebar antara 14º -38ºC, akan tetapi suhu yang baik untuk penetasan dan pertumbuhan, perkembangbiakan berkisar antara 25º-28ºC. Pada suhu kurang dari 14ºC atau lebih dari 38ºC kehidupan mulai terganggu. 2. Sejarah Singkat UPTBAT Kutasari Kondisi Balai Benih Ikan Kutasari pada tahun 1978 masih belum memadai. Pada tahun 1980 BBI Kutasari mulai di perbaiki dan di resmikan sebagai salah satu UPTD dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purbalingga.pada waktu itu belum ada penampungan ikan hasil panen dan tempat penampungan benih sebelum di pasarkan. Selain itu fasilitas seperti : gedung, tempat parker, dan asrama juga belum tersedia. Penambahan dan perbaiakan di UPTBAT mulai di tingkatkan dari tahun 1998 – 2004 .berdasarkan hasil wawancara, pada tahun 2006
UPTBAT
Kutasari
memiliki
fasilitas
yang
cukup
lengkap.fasilitas tersebut mulai dari kolam yang berjumlah 25 unit, kantor, rumah jaga, gudang, tempat parkir, dapur dan kamar mandi, pada tahun 2007, UPTBAT kutasari berencana membangun asrama dan menambah kolam.
3. Kedudukan UPTBAT Kutasari UPTBAT pelaksana
Kutasari
teknis
dari
Kabupaten Dinas
Purbalingga
Peternakan
dan
merupakan Perikanan
(DISKANAKKAN) Kabupaten Purbalingga. Dan resmi berdiri pada bulan april 2003 di desa Kutasari Kecamatan Kutasari Kabupaten Purbalingga. Luas arealnya adalah 14,787 m² dengan luas kolam ± 9,662m² dan luas bangunan 5,125 m² .batas wilayah UPTBAT Kabupaten Purbalingga adalah : Sebelah utara
: Desa Kutasari
Sebelah Barat
: Desa Munjul
Sebelah Selatan
: Desa Karangbanjar
Sebelah Timur
: Desa Karangbanjar
4. Struktur Organisasi UPTBAT Kutasari Struktur organisasi adalah gambaran secara sistematis dalam hubungan satu pekerjaan untuk membedakan antara batas wewenang
dalam
menjalankan
tugas.
Struktur
organisasi
berfungsi untuk mengetahui tugas yang harus dilaksanakan dalam masing-masing jabatan, tujuan struktur organisasi adalah untuk memeperlancar jalannya kegiatan suatu organisasi. UPTBAT Kutasari di resmikan pada tahun 1990 dan merupakan lembaga Agribisnis yang bergerak dibidang produksi benih ikan. Jenis-jenis ikan yang di budidayakan di BBI kutasari antra lain ikan gurami, bawal, tawes, nila putih, nilem, karper, koi, nilagift, nila merah, grasscarp, patin dan lele sangkuriang.
Hubungan UPTBAT Kutasari dengan dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Purbalingga dapat di lihat dari struktur organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan dan Perikanan berdasarkan perda No, 27 tahun 2002 Kepala Dinas, Kepala UPTBAT,
urusan
pemaasaran,
administrasi
satuan
kerja
satuan UPTBAT,
pengembangan dan pengujian.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan
pasca dan
panen
satuan
dan kerja
Kepala UPTD Kabupaten Purbalingga Kepala UPTBAT Kutasari Kabupaten Purbalingga Bagian Administrasi
Satuan Kerja Pasca Panen Dan Pemasaran
Satuan Kerja UPTBAT
Satuan Kerja Pengembangan dan Pengujian
Gambar 3. Struktur Organisasi UPTBAT Kabupaten Purbalingga (UPTBAT Kutasari, 2008).
Lampiran 2. Data Hasil Pemeliharaan Induk Ikan Gurami Tabel 9. Jumlah Telur Yang Dihasilkan Perlakuan
Jumlah Telur
Pellet
Jangkrik
Keong Mas
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
6700 5800 6200 5700 6000 5500 4900 5100 5400 4800 4500 5000
Tabel 10. Telur menetas dan tidak menetas Perlakuan Pellet
Jangkrik
Keong Mas
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Awal
Menetas
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
48 47 48 46 46 45 44 44 42 41 41 43
•
HR Keong Mas : Perhitungan Daya Tetas Telur (HR) : •
HR =
dayatetast elur x100 % jumlahtota l
Tidak menetas 2 3 2 4 4 5 6 6 8 9 9 7
HR Jangkrik : 1=
46 x100 % = 92 50
1=
42 x100 % = 84 50
2=
45 x100 % = 90 50
2=
41 x100 % = 82 50
3=
44 x100 % = 88 50
3=
41 x100 % = 82 50
4=
44 x100 % = 88 50
4=
43
x100 % = 86
•
HR Pellet : 1=
48 x100 % = 96% 50
2=
47 x100 % = 94% 50
3=
48 x100 % = 96% 50
4=
46 x100 % = 92% 50
Lampiran 3. Perhitunngan Data Yang Diperoleh Tabel 11. Data hasil analisis Perlakua n
1 %
Ulangan 2 3 % %
4 %
Total Perlaku an
Rerata Perlaku an
Pellet Jangkrik Keong Mas Total Rerata
96 92 84 272 90,67
94 90 82 266 88,67
96 88 82 266 88,67
92 88 86 266 88,67
% 378 358 334 1070
% 94,5 89,5 83,5 267,5
∑Yij2 = (96)2 + (94)2 + (96)2 + (92)2 + (92)2 + (90)2 + (88)2 + (88)2 + (84)2 + (82)2 + (82)2 + (86)2 = 9216 + 8836 + 9216 + 8464 + 8464 + 8100 + 7744 + 7744 + 7056 + 6724 + 6724 + 7396 = 95684
N = 12
2 (totalperla kuan ) 2 1144900 1) FK = = (1070 ) = 12 12 ∑ulangan
= 95408,33
2) JK total = ∑ Yij – FK = 95684 – 95408,33 = 275,67 3) JK perlakuan = =
∑Y
2
- FK =
r
382604 4
(378 ) 2 + (358 ) 2 + (334 ) 2 - 95408,33 4
- 95408,33 = 95651 – 95408,33 = 242,67
4) JK galat = JK total – JK perlakuan = 275,67 – 242,67 = 33 5) db perlakuan = t – 1 = 3 – 1 = 2 6) db total = N – 1 = 12 – 1 = 11 7) db galat = (N - 1) – (t - 1) = 11 – 2 = 9 8) KT Perlakuan =
JKPerlakua n 242 ,67 = = 121,34 dbPerlakua n 2
9) KT Galat =
JKGalat dbGalat
10) F Hitung =
121 ,34 KTPerlakua n = = 33,06 3,67 KTGalat
=
33 = 3,67 9
Analisis Variansi Sumber Variansi Perlakua
db
JK
KT
F Hitung
F Tabel 0,05 0,01
2 242,67 121,34 33,06* 4,26 8,02 n Galat 9 33 3,67 Total 11 275,67 Hasil : • F Hit > F Tab (5 %) 33,06 > 4,26 → highly significant (**) • F Hit > FTab (1 %) Kesimpulan :
33,06 > 8,02 → highly significant (**)
Pemberian pakan tambahan yang berbeda pada masing-masing induk gurami memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap jumlah telur yang dihasilkan. Dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk membandingkan selisih nilai tengah (rata-rata) perlakuan terhadap nilai BNT 5% dan BNT 1%. A=
378 = 94,5 4
B=
358 = 89,5 4
C=
334 = 83,5 4
Perlakua n A B C
A
B
C
-
5 -
11** 6* -
BNT (0,05) = 2,262
(2)( 3,67 ) 4
= 2,262 x 1,355 = 3,065
BNT (0,01) = 3,250
( 2)( 3,67 ) 4
= 3,250 x 1,355 = 4,404 Kesimpulan : 1. Pemberian pakan tambahan Pellet pada induk ikan gurami
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah telur yang dihasilkan. 2. Pemberian pakan tambahan Jangkrik pada induk ikan gurami
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah telur yang dihasilkan. 3. Pemberian pakan tambahan Keong Mas pada induk ikan
gurami memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah telur yang dihasilkan.
Lampiran 4. Gambar Pelaksanaan Kerja Praktek Gambar 4. UPTBAT Kutasari
Gambar 5. Kolam Pemeliharaan Induk Ikan Gurami
Gambar 6. Pakan Tambahan berupa Pellet
Gambar 7. Pakan Tambahan berupa Jangkrik
Gambar 8. Pakan Tambahan berupa Keong Mas
Gambar 9. Perhitungan Jumlah Telur Ikan Gurami
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur alhamdulliah penulis atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya dan Nabi Muhammad saw sebagai pembawa wahyuNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Kerja Praktek yang berjudul “PEMELIHARAAN INDUK IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DENGAN PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN BERBEDA TERHADAP JUMLAH TELUR DI UNIT PELAKSANAAN
TEKNIS
BUDIDAYA
AIR
TAWAR
(UPTBAT)
KUTASARI, PURBALINGGA”. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak yang telah ikut membantu. Oleh karena itu, karya kecil ini dipersembahkan untuk kedua orang tuaku yang telah memberikan batin dan jiwanya kepada anaknya ini dan adiku. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Kerja Praktek : 1. Orang tuaku yang tercinta, yang always kasih dorongan semangat biar ga’ cepat menyerah dalam mengerjakan apapun serta telah memberikan “dana segar” dalam Kerja Paktek ini… 2. Bapak Dr. Ir. Petrus Hary Tjahja, MS, selaku dosen pembimbing atas petunjuk dan arahannya serta telah memberikan dorongan dan bantuan (terima kasih karena telah meluangkan banyak waktu untuk saya). 3. Bapak Dr. Ir. Isdy Sulistyo, DEA, selaku ketua jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah memberikan ijin untuk melakukan kerja praktek. 4. Bapak Drs. Setijanto, M.Sc., St., selaku dosen pembimbing akademik.
5. Bapak Warto (Kepala UPTBAT Kutasari), terima kasih telah member ijin ke kami buat kerja praktek di tempat bapak. Terima kasih buat Bu Ning, Mba Eni (yang sering aku repotin), Mba Uji, Pak
Ryo…
makasih
atas
segala
informasi
dan
arahannya
mengenai kegiatan budidaya. Truz buat mas Dayat (paling rajin lhoo + semangat truz yaaa), mas Yatno (dah banyak bantubantu), pak Rajim “and many more”…. 6. Thank’S to temen seperjuangan Kerja Praktek yang telah “jatuh bangun” bareng. Matur kesuwun buat Tetra yang sering kasih bantuan dalam pelaksanaan kerja praktek, bantuan Anda tidak akan saya lupakan. Buat Didit, thank’s dah sering “mondarmandir”
bareng gue dari kampus ke BBI
dan sebaliknya, ya
lumayan panas pantatnya sih… Terima kasih to Hana. Han, qta masih tunggu kapan mau bakar-bakar ikan nie…. Masakan ibumu uuuueeeennnaaakkk tenan mas…. Thank’s for all help alias matur kesuwun bangeeeeettt nggiiiihhhh… 7. Truz buat anak-anak kosku, thank’s buat mas Yayan (sekarang dah lulus + dah dapet gelar “SKM”, keren lho truz klo aku kapan dapat gelar’y yaaa?) yang sering aku pinjemin komputer + printer’y “sekalian minta kertas’y ya….” Buat mas Dadenk yang sering kasih masukan yang kadang-kadang meragukan, tapi Ok juga sih…. Buat Danank, temen dari 1 kota (Purbalingga), thank’s dah sering buat qta semua “tertawa terbahak-bahak” + yang sering gangguin aku….
8. Buat anak2 MSP 05 + BDP 05, keep kompak truzzz ya…. Kapan qta futsal lagi ni : Big Match “MSP 05 vs BDP 05”? klo aku maen, dijamin dah belakang’y “rapet” lhoooo….. pengen bukti kan. He… he… 9. Buat anak2 yang sering dengerin lagu’y Netral + Pas band… tetep semangat brooo + keep kompak + keep “play your music”…. Buat ShYmpOni… ayo qta latihan+ “ngulik” lagu lagi…. 10.
Terakhir, terima kasih + matur kesuwun + thank’S a lot
buat semua pihak yang dah bantu + dukung gue/aku yang orang’y banyak banget yang ga bias disebutin……
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Terlahir dengan nama Pradikta Bayu Aji yang menjadi karunia yang melimpah dari Allah SWT. Putra pertama dari dua bersaudara. Ayah bernama Ali Khaya dan Ibu bernama Siti Khofiyah. Dilahirkan di Purbalingga tanggal 13 April 1988. Penulis mengenyam Taman Kanak-kanak (TK) di TK Pertiwi 1 Bukateja. Melanjutkan ke pendidikan dasar di SD N 3 Bukateja. Kemudian melanjutkan ke pendidikan tingkat menengah pada tahun 1999 di SLTP N 1 Bukateja. Kemudian melanjutkan ke tingkat menengah atas di SMU N 1 Bukateja pada tahun 2002. Penulis berhasil diterima di Universitas Jendral Soedirman (UNSOED) di Fakultas Sains dan Teknik, di Jurusan Perikanan dan Kelautan, dan memilih program studi Manajemen Sumberdaya Perikanan pada tahun 2005. Pada saat ini penulis masih menjadi civitas akademik di Jurusan Perikanan dan Kelautan.
View more...
Comments