Laporan Kerja Praktek Refenery dan Fraksinasi PT. SMART, Tbk

August 4, 2017 | Author: Sasqia Orina Safitri | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Laporan Kerja Praktek Refenery dan Fraksinasi PT. SMART, Tbk...

Description

Laporan Kerja Praktek

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Teknik kimia merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan proses dan

perancangan pada pabrik industri, baik industri proses pembuatan barang setengah jadi maupun barang jadi. Cabang ilmu ini memiliki cakupan yang sangat luas meliputi bahan baku, proses, dan produk beserta alat-alat proses, maintenance, utilitasnya, tata letak pabrik, hingga pemasaran produk. Teknik Kimia sangat dekat dengan pabrik, dengan segala dinamisasi penerapan teknologinya. Seiring dengan berkembangnya dunia industri maka semakin kompleks permasalahan yang timbul dan semakin besar perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu tidak cukup mempelajari ilmu tanpa terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya di industri. Dengan alasan inilah, Program Studi Teknik Kimia UNLAM memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk melaksanakannya dengan menyelesaikan Kerja Praktek (KP) di industri, dengan maksud untuk melatih keterampilan mahasiswa menyelesaikan masalah yang dihadapi di lapangan sesuai dengan ilmu pengetahuannya. Semuanya ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk persiapan masuk ke dunia kerja yang sesungguhnya. Kerja praktek merupakan salah satu sarana latihan untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu dengan adanya kerja praktek dapat memberikan gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai masalah, khususnya masalah pengaturan sistem di tempat kerja praktek tersebut. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang baik antara perguruan tinggi, industri, instansi pemerintah dan swasta. Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan saling bertukar informasi antara

1

Laporan Kerja Praktek

masing-masing pihak tentang korelasi antara ilmu di perguruan tinggi dan penggunaan di dunia industri. Kegiatan kerja praktek dapat dilaksanakan pada pabrik-pabrik yang berlatar belakang pada proses produksinya yang menggunakan bahan-bahan kimia tertentu untuk menunjang proses produksinya, salah satu pabrik yang dapat dijadikan tempat pelaksanaan kerja praktek (KP) adalah pabrik pengolahan minyak goreng dengan bahan baku CPO dari buah kelapa sawit. Pada pabrik pengolahan minyak goreng dan turunannya ini dilakukan beberapa tahapan proses, dimaksudkan untuk diperoleh berbagai macam hasil produksi seperti Olein (minyak jadi/minyak goreng), Stearin (bahan baku margarin), PFAD (palm fatty acid distilat) sebagai campuran bahan baku sabun, kosmetik dan lain-lain, serta PKE (palm kernel expeller) sebagai bahan baku pakan ternak. Adapun yang melatar belakangi dalam penyusunan laporan akhir Kerja Praktek ini adalah: 1. Perkembangan ilmu teknologi yang sangat pesat dewasa ini membuat bertambah luas dan kompleks pula persaingan dalam dunia kerja yang akan membutuhkan calon-calon tenaga kerja yang terampil, berpendidikan dan siap pakai. 2. Kegiatan pembangunan yang semakin kompleks dan meningkat, khususnya pembangunan dibidang SDM berkualitas yang di ikuti dengan majunya teknologi yang semakin canggih. 3. Pertumbuhan kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan persediaan tenaga kerja saat ini.

1.2

Tujuan Kerja Praktek

1.2.1 Tujuan Umum 1. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan praktis serta pengalaman di bidang proses produksi dalam suatu industri kimia.

2

Laporan Kerja Praktek

2. Memperluas wawasan tentang aplikasi keteknik-kimiaan dalam bidang industri, sehingga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan interpersonal skill. 3. Turut berperan serta dalam memberikan konstribusi pada sistem pendidikan nasional. 4. Mengenalkan budaya kerja pada masyarakat dan menumbuhkan pola pikir konstrukstif yang berwawasan bagi mahasiswa dan dunia kerja di industri.

1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui sejarah dan perkembangan perusahaan serta uraian proses produksi pada plant refinery PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. 2

Mengetahui bahan baku, bahan penunjang yang digunakan dalam proses produksi pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

3

Mengetahui flow diagram proses plant refinery pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

4

Mengetahui spesifikasi peralatan dan unit utilitas yang digunakan di plant refinery pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

5

Mengetahui struktur organisasi perusahaan dan tugas-tugasnya pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

6

Menghitung neraca panas pada proses kritalisasi PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

3

Laporan Kerja Praktek

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1

Ringkasan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Perusahaan memulai usahanya dibidang kelapa sawit pada tahun 1962 dengan

nama PT. Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban. Pada tahun 1970, seluruh saham perusahaan dikembalikan kepada pihak asing dan status perusahaan berubah menjadi PMA (Penanaman Modal Asing) sesuai dengan surat keputusan Menteri Negara Ekonomi Keuangan Dan Industri No. KEP/MEKUIN/7/1970 tanggal 15 juli 1970. Pada tahun 1985, status perusahaan berubah menjadi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) sesuai dengan surat dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) No. 06/V/1985 tanggal 28 maret 1985. Kemudian pada tanggal 1991 perusahaan berubah namanya menjadi PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Corporation atau bisa disingkat PT. SMART Corporation. Pada tahun 1989, perusahaan mengakuisisi 100% saham dari 2 perkebunan kelapa sawit PT. Maskapai Perkebunan Leidong West Indonesia dan PT. Perusahaan Perkebunan Panigoran yang masing-masing memiliki areal 1,879 Ha dan 1,666 Ha. Perusahaan juga mengakuisisi 100% saham PT. Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung, dengan luas areal perkebunan 1,052 Ha yang berlokasi di Jawa Barat. Di tahun 1991, perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Nirmala Agung, perkebunan dengan luas areal 450 Ha, PT. Global Agronusa Indonesia, perkebunan pisang, PT. Mulyorejo Industrial Company, pabrik penyulingan minyak goreng, margarin dan lemak nabati, serta mengakuisisi 25% saham PT. Grahamas Indojaya, perusahaan pengangkutan. Sebelum perusahaan melakukan penawaran umum pada tahun 1992, perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Kunci Mas Wijayam, 49% saham PT. Inti Gerak Maju, perkebunan kelapa hibrida dan kelapa sawit serta 49% saham PT.Tapian Nadenggan, perkebunan kelapa sawit. Kemudian perusahaan mengakuisisi 4

Laporan Kerja Praktek

50% saham PT. Sinar Meadow International Indonesia, pabrik penyulingan minyak goreng, margarin dan lemak nabati, dan PT. Sinar Pure Foods International, pabrik penggalengan ikan tuna. Di tahun1993, perusahaan mengambil alih 2 perkebunan kelapa sawit PT. Kresna Duta Agroindo yang berlokasi di Jambi serta PT. Pilinti Perkasa Alam yang berlokasi di Riau. PT. Pilinti Perkasa Alam kemudian mengubah namanya menjadi PT. Ivo Mas Exim. Di tahun 1994, perusahaan meningkatkan kapasitas penyulingan Surabaya dari 600 ton per hari menjadi 1000 ton per hari. Selain itu pembangunan 4 buah tangki timbun yang berlokasi di Cirebon dan Banyuwangi untuk minyak tidak bermerek telah pula dirampungkan dan yang berlokasi di Dumai dan Palembang sebagai tempat penyimpanan minyak kelapa sawit (CPO). Pada awal tahun 1995, perusahaan membentuk 60%-40% perusahaan patungan dengan PT. Risjadson dengan nama PT. Smartindo Utama, yang kemudian membentuk 50%-50% perusahaan patungan dengan Goodmen Fielder Overseas Holding Pte, Ltd dari Australia dengan nama Smartindo Bluedird Snacks (SBS). Sangat disayangkan, kinerja SBS tidak seperti yang diharapkan manajemen. Sehingga,

pada

bulan Desember

1995,

perusahaan menjual 60%

saham

kepemilikannya di PT. Smartindo Utama kepada pihak ketiga untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Pada bulan Juli 1995, PT. SMART dan PT. Intermas Tata Trading membentuk 70%-30%

perusahaan co-holding dengan nama PT. Inter Smart

Corporation, yang memiliki 51% saham pada PT. Nala Vini Eka Beverage (NAVIKA), perusahaan yang membuat kemasan RC Cola, Canada Dry, A&W dan Crush. Selain itu perusahaan juga memiliki lisensi untuk memproduksi Cuzz dan Zoda. Pada bulan Desember 1995, PT.SMART meningkatkan kepemilikan pada PT. Inter Smart Corporation dari 70% menjadi 100%, sehingga kepemilikan SMART pada NAVIKA meningkat dari 35,7% menjadi 51%. Pada saat yang bersamaan PT.SMART juga mendivestasikan 50% saham PT. Sinar Meadow International Indonesia. 5

Laporan Kerja Praktek

Pada tahun 1997, perusahaan mendivestasikan PT. Inter Smart Corporation, perusahaan induk dari NAVIKA dan ASIANINDO. Pada bulan Juni 1997, SMART mengakuisisi 100% saham dari 2 buah perusahaan di Kalimantan Timur yaitu, PT. Sangatta Andalan Utama dan PT. Matra Sawit Sarana Sejahtera dengan luas areal masing-masing sebesar 5.700 Ha dan 16.650 Ha. Perusahaan juga melakukan joint venture di bidang pemupukan dengan sumber air dari Selandia Baru. Pada tahun 1999, PT. SMART Corporation diubah namanya menjadi PT.SMART Tbk. dalam rangka penyesuaian dengan peraturan pemerintah No.26 tahun 1998 perihal pemakaian nama perseroan terbatas, menyusul listing saham PT. SMART Tbk. dalam bursa efek Jakarta. Pada

bulan

Mei

2002,

perusahaan

telah

mendivestasikan

seluruh

kepemilikannya pada perkebunan teh, PT. Maskapai perkebunan Indorub Sumber Wadung dan anak perusahaannya serta PT. perkebunan dan Perindustrian Nirmala Agung. Investasi perseroan sebesar 6,9% pada PT. Global Agronusa Indonesia, perkebunan pisang, juga telah didivestasikan seluruhnya pada bulan November 2002. Sedangkan perkebunan pisang yang seluruh sahamnya dimiliki oleh perseroan sudah tidak beroperasi lagi sejak awal tahun 2000, yang disebabkan karena adanya kerusuhan yang terjadi di daerah tersebut. Saat ini PT.SMART Tbk. Merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit yang terintegrasi, mulai dari pembibitan, perkebunan dan pengolahan kelapa sawit menjadi produk-produk yang dipasarkan, dibawah bendera SINAR MAS GROUP, salah satu konglomerasi besar di Indonesia. PT. SMART Tbk. Menjadi bagian dari Golden Agri-Resources Ltd. Yang listing di Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST) sejak tahun 1999. Golden Agri-Resources Ltd. merupakan bagian dari Asia Food & Properties Ltd. (AFP), sebuah perusahaan induk investasi (investment holding company) dengan area bisnis di bidang Agrobisnis, makanan dan property. AFP mempunyai daerah operasi di Indonesia, Cina, Singapura, dan Malaysia. PT. SMART Tbk. Mempunyai dan mengolah perkebunan kelapa sawit,

6

Laporan Kerja Praktek

pabrik dan refinery yang membuat minyak goreng branded dan unbranded, branded margarin dan shortening. PT. SMART Tbk terbagi menjadi 2 operasional, yaitu: 1.

Upstream (pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO)).

2.

Downstream (pengolahan lebih lanjut dari CPO menjadi hasil produk akhir). Untuk produk-produk Downstream PT. SMART terbagi menjadi 3 (tiga)

kategori besar yaitu: Retail, Industry dan Bulk. Produk-produk Retail dikhususkan untuk konsumen rumah tangga. Sedangkan produk-produk industri ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri mie instan, industri kembang gula, bakeri, jaringan fast food, hotel, rumah sakit, restoran dan sebagainya. Kategori yang terakhir, bulk adalah tanpa merek dan ditargetkan untuk konsumsi dalam jumlah besar. Sementara untuk operasional upstream, PT.SMART mengimplementasikan program pengembangan perkebunan secara berkesinambungan dan saat ini sedang melakukan penanaman kembali pohon-pohon tua dan kurang produksi. Struktur terintegrasi dari masing-masing bagian telah dapat memastikan kualitas unggulan dan penyediaan bahan baku, CPO (crude palm oil) yang stabil untuk pemenuhan produksi dengan biaya yang kompetitif. Perusahaan telah menjalankan program riset dan pengembangan secara intensif, baik di perkebunan dan refinery untuk mengoptimalkan hasil perkebunan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk-produk kita. Perkembangan perekonomian Indonesia dan permintaan konsumen yang terus meningkat akan menciptakan peluang bisnis bagi perusahaan. Hal ini didukung dengan tim manajemen yang sangat berpengalaman selama ini, yang telah menciptakan merek produksi yang kuat dan memiliki perkebunan kelapa sawit di Sumatra dan Kalimantan. PT. SMART Tbk. Akan terus mengambil kesempatan dalam perekonomian Indonesia. Dengan pengintegrasian dan usaha terus menerus mencapai kesempurnaan dalam produk-produk dan pelayanannya, PT. SMART Tbk. Akan menjadi pemain minyak goreng kelapa sawit sehat yang unggul di pasaran global. 7

Laporan Kerja Praktek

PT. SMART Tbk Refinery Tarjun adalah sebuah pabrik terbesar dan satusatunya yang mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak goreng dan turunan lainnya yang ada di Kalimantan selatan. Perusahaan ini terletak di desa Tarjun Kec. Kelumpang Hilir kab. Kotabaru Kalimantan Selatan yang menempati tanah seluas 7 Ha. Pabrik ini mulai berproduksi sejak bulan april tahun 2008 dan akan terus berkembang kedepannya. Adapun bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi adalah CPO (crude palm oil) dari hasil olahan tahap pertama buah kelapa sawit sebelum masuk ke dalam proses pengolahan minyak goreng dan turunan lainnya. CPO ini berasal dari pabrik-pabrik kelapa sawit (PKS) baik dari GROUP SINAR MAS sendiri maupun perusahaan lainnya yang ada di Kalimantan dan di sekitar wilayah PT. SMART Tbk. Perusahaan pengolahan CPO ini dibangun dengan kapasitas pabrik sebesar 1000 ton/hari dan kapasitas tersebut akan terus ditingkatkan dengan didirikannya plant-plant baru yang sekarang sedang dalam tahap proyek pembuatan. Di perusahaan PT. SMART Tbk. Refinery Tarjun memiliki 5 nilai-nilai perusahaan, yakni : 1. Integrity (Integritas) 2. Positive Attitude (Bersikap positif) 3. Commitment (Komitmen) 4. Continuous Improvement (Perbaikan berkelanjutan) 5. Innovative (Inovasi) 6. Loyalty (Loyalitas) PT.SMART, Tbk berkomitmen untuk memuaskan pelanggan dengan mengeluarkan kebijakan mutu dan keamanan pangan, yaitu: 1. Menjadi produsen produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. 2. Meningkatkan kesadaran dan keahlian karyawan untuk menerapkan sistem mutu dan keamanan pangan secara efektif dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

8

Laporan Kerja Praktek

3. Bekerja sama dengan pemasok untuk mendapatkan bahan baku dan bahan penunjang yang terbaik. 4. Senantiasa berinteraksi dengan pelanggan untuk memahami kebutuhan mereka. 5. Memenuhi persyaratan undang-undang dan regulasi pangan serta persyaratan pelanggan yang berkaitan dengan mutu dan keamanan pangan yang di setujui bersama.

2.2

Uraian Proses Produksi Proses produksi PT. SMART Tbk

Refinery Tarjun merupakan operasi

downstream yaitu pengolahan lebih lanjut CPO menjadi hasil produk akhir olein, stearin dan produk samping berupa PFAD. Proses tersebut terbagi menjadi Refinery dan Fraksination. 2.2.1 Proses Refinery Proses Refinery adalah proses memurnikan CPO dengan tahapan proses preheating, degumming, bleaching dan dedorized sehingga menghasilkan kualitas produk RBDPO yang sesuai spesifikasi. 1. Preheating Bahan utama proses refinery adalah crude palm oil (CPO) yang disimpan pada tangki penyimpanan CPO (storage tank). Temperatur CPO dijaga sekitar 4055oC. Umpan CPO dipompakan melewati strainer yang berfungsi sebagai penyaring impurities yang terikut dalam CPO. Strainer terbuat dari bahan stainless steel dengan ukuran 100 mesh. CPO kemudian dialirkan melalui sistem pengembalian panas (heat recovery system) yang berupa plate heat exchanger dengan heat transfer dari RBDPO dan target temperatur 95-120oC. Jika dalam keadaan start up umpan dilewatkan melalui plate heat exchanger dengan pemanasan menggunakan steam yang didapat dari power plant. Dari plate heat exchanger CPO dialirkan menuju dryer, bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam CPO. 2. Degumming

9

Laporan Kerja Praktek

Proses degumming bertujuan untuk mengikat gum (getah) berupa fosfatida dan komponen logam dengan penambahan PA (Phosphoric Acid). Umpan yang telah dipanaskan dialirkan ke Instensive Mixer dan ditambahkan phosphoric acid 85% dengan dosis 0.04-0.06% kemudian dialirkan ke dinamic mixer dengan pengadukan secara intensif untuk mempresipitasi gum (getah) pada CPO. Jika dalam keadaan start up proses pencampuran PA menggunakan static mixer. Presipitasi gum akan meringankan proses filtrasi dan mencegah pembentukan scale dalam proses deodorizing. Pada kondisi tertentu proses degumming dapat ditambahkan citric acid 25% dengan kadar 0.005-0.02% yang berfungsi sebagai anti oksidan. 3. Bleaching Proses bleaching atau pemucatan bertujuan untuk menghilangkan beberapa impurities yang tidak diinginkan (logam, pigmen warna, fosfatida) dari CPO dengan penambahan asorben BE (Bleaching Earth). BE yang digunakan dengan dosis 0,62%. Umpan dari mixer dinamic dipompakan ke tangki bleacher dengan temperatur dalam tangki 95-120oC untuk mendapatkan proses bleaching optimum. Dalam tangki bleacher CPO dicampur dengan bleaching earth, dengan injeksi steam tekanan 1-1,5 bar agar proses optimal. Slurry dialirkan ke tangki bleached (buffer tank) dalam keadaan vacuum untuk menarik air dari minyak dengan menggunakan vacuum bleaching. Gum yang dihasilkan dari proses degumming akan diadsorpsi oleh absorben BE dengan sempurna. Slurry yang mengandung minyak dan BE dipisahkan dengan Niagara filter untuk memisahkan minyak dari partikel-partikel BE. Slurry melewati lembaran Niagara filter dan partikel BE terjebak pada lembaran filter. Setalah itu dialirkan ke bag filter untuk dilakukan filtrasi ulang, kemudian DBPO ditampung ke dalam filtrate receiver vessel. BE dari proses filtrasi ini dinamakan spent earth dan di buang pada tempat pengumpulan spent earth yard. Tahap proses filtrasi pada Niagara filter adalah sebagai berikut: a. Filling, slurry dipompakan kedalam tangki Niagara filter, waktu yang diperlukan 10 menit

10

Laporan Kerja Praktek

b. Recirculation, pelapisan pada lembaran Niagara filter dengan sirkulasi sampai minyak yang dihasilkan jernih dari partikel bleaching earth, waktu yang diperlukan 15 menit c. Filtration, proses penyaringan minyak dari partikel-partikel bleaching earth, waktu yang diperlukan 130 meni d. Emptying, pengosongan Niagara filter, waktu yang diperlukan 9 menit e. Steam blowing, pengeringan spent earth dan menekan minyak yang masih terdapat di spent earth, waktu yang diperlakukan 13 menit f. Decompression, penurunan tekanan di dalam Niagara filter, waktu yang diperlukan 1 menit g. Cake discharge, pelepasa spent earth melalui butterfly valve, waktu yang diperlukan 20 menit DBPO dari filtrate receiver vessel dialirkan ke catride filter ini ilakukan agar minyak semakin murni ari BE. Adanya BE pada minyak dapat mencemari deodorize. 4. Deodorizing Bleached Oil (BPO) yang telah difiltrasi ditampung di Receiver Tank yang selanjutnya akan difeeding ke Falling Film HE dengan terlebih dulu difiltrasi menggunakan Catridge filter ukuran 10 micron untuk memastikan minyak dalam keadaan bersih. Tekanan Catridge Filter dijaga 1,5-4,0 bar. Jika tekanan Catridge Filter dibawah

atau lebih dari tekanan operasional atau jika pemakaian sudah

mencapai 2 bulan maka dilakukan penggantian Catridge Filter. Suhu Bleached Oil berkisar 95-120oC. Aktualnya 103oC. Kemudian BPO dialirkan ke falling film heat exchanger. Pada tahap ini dilakukan proses perpindahan panas atau dapat disebut juga sebagai economizer. Minyak BPO yang bersuhu 95-120oC akan dikrosing dengan minyak RBDPO dari scrubber yang bersuhu 258-265oC. Falling film merupakan vessel yang didesain berbentuk Shell and Tube. Dimana minyak BPO yang akan dipanaskan dialirkan kedalam tube dan minyak RBDPO yang akan didinginkan dialirkan dalam Shell, sehingga terjadi perpindahan panas antara minyak BPO dan RBDPO. Suhu BPO yang telah dialirkan silang melalui falling film 11

Laporan Kerja Praktek

meningkat menjadi 200-230oC, sedangkan suhu RBDPO yang telah dialirkan silang menurun menjadi 200-230oC. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghemat penggunaan steam dan kebutuhan air pendingin. BPO yang suhunya sudah meningkat kembali ditingkatkan lagi suhunya dengan menggunakan final oil heater. Final heating merupakan tahap pemanasan akhir sebelum minyak BPO diumpankan ke Deodorizer. Minyak BPO yang telah dialirkan silang di falling film heat exchanger ditransfer ke final oil heater. Disini minyak akan dipanaskan dengan dua sumber panas. Pada pemanasan yang pertama, minyak akan dipanaskan dengan steam 45 bar yang disuplai dari Power Plant. Media yang digunakan sebagai alat pemindah panas adalah coil. Suhu steam 45 bar yang digunakan sebagai pemanas berkisar 268oC. Pemanasan minyak BPO selanjutnya adalah dengan menggunakan High Pressure Boiler (HPB) bertekanan 55-68 bar, aktual yang digunakan 60 bar. Hingga suhu minyak mencapai 260-268oC, suhu aktual 263oC. Media perpindahan panas yang digunakan juga menggunakan coil. Minyak BPO dengan suhu sekitar 260-268oC dialirkan ke unit deodorizing. Tahapan Proses pada Deodorizing adalah sebagai berikut: a. Proses ini adalah proses penghilangan asam lemak bebas (FFA) dan zat-zat yang berbau yang terkandung dalam minyak DBPO dengan jalan penguapan kompponen-komponen volatilnya. b. Minyak yang telah dipanaskan di final oil heater diumpankan ke Presripper. Minyak DBPO dipecah menjadi titik-titik minyak melalui celah-celah mesh Prestripper dengan tujuan untuk memudahkan dalam penghilangan bau (keton), Peroxide Value (PV), pemucatan warna DBPO dan menurunkan kadar Free Fatty Acid (FFA). Kemudian minyak akan bergerak secara overflow melewati tiap tray dari tray 6 hingga tray 1 pada stripper. Setiap tray diinjeksikan sparging steam bertekanan 0,5-1 bar, aktualnya 0,6 bar. Pemisahan Minyak dengan FFA didasarkan titik didih yaitu dimana titik didih FFA sekitar 1500C dan minyak sekitar 3000C sehingga dalam kondisi sistem sekitar 2680C FFA akan menguap dan menuju ke scrubber. 12

Laporan Kerja Praktek

c. Scrubber merupakan paket kolom yang berisi isian yaitu raschig rings yang berukuran 25-50 mm. PFAD yang menguap dilewatkan melalui isian dan dikontakkan dengan FFA yang sudah didinginkan dan disimpan pada PFAD tank. PFAD dikondensasikan dengan FFA bersuhu 60-80oC PFAD yang telah didinginkan di PHE ditransfer ke PFAD tank. Minyak RBDPO dialirkan ke falling film heat exchanger untuk diturunkan suhunya dengan mengalirkan silang dengan minyak DBPO. Suhu RBDPO akan turun menjadi sekitar 1800C. Kemudian RBDPO yang telah turun suhunya kembali dialirkan dan diturunkan suhunya di PHE menjadi 80-1400C. Pada PHE tersebut pertukaran panas RBDPO dialirkan silang dengan CPO. RBDPO dengan suhu 801400C kembali didinginkan dengan PHE dengan menggunakan air chiller dari water cooling tower sehingga suhunya menjadi sekitar 700C. RBDPO dengan suhu 700C ini dialirkan ke bag filter CCP yang berukuran 10 micron untuk menjaga mutu RBDPO. Kemudian RBDPO setelah dilewatkan melalui bag filter disimpan ke tank yard. Diagram alir proses produksi Refinery plant dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini:

13

Laporan Kerja Praktek

14

Laporan Kerja Praktek

2.2.2 Proses Fraksinasi Fraksinasi adalah metode fisik dengan menggunakan sifat kristalisasi dari trigliserida untuk memisahkan campuran menjadi leleh rendah fraksi cair dan lebur tinggi fraksi cair. Ada tiga jenis fraksinasi: fraksinasi kering, fraksinasi deterjen, dan fraksinasi pelarut. Dua komponen yang dihasilkan dari fraksinasi minyak kelapa sawit adalah minyak goreng (olein) dan stearin (bentuk padat). Proses fraksinasi yang dilakukan pada PT. SMART Tbk adalah proses fraksinasi kering (dry fractionation). Dengan pendinginan RBDPO akan terpisah menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat berupa stearin dan fraksi cair berupa olein. Secara umum pengolahan minyak goreng dalam pabrik refinery terdiri dari tahap proses refinery dan fraksinasi. Untuk proses fraksinasi kering terdiri dari 2 tahap proses yaitu : 1. Kristalisasi Proses kristalisasi yaitu proses yang dilakukan pada media kristalizer dengan cara pemanasan RBDPO pada temperatur titik lebur kemudian didinginkan secara perlahan hingga temperatur leleh rendah sesuai dengan spesifikasi yang daharapkan sambil diaduk hingga terbentuk butiran butiran kristal. Media kristalizer dilengkapi pmdengan coil water yang berfungsi sebagai pendingin dan agitator yang berfungsi sebagai pengaduk. Terdiri dari tahap proses sebagai berikut: a. Filling RBDPO dari storage tank dipompakan ke tangki crystallizer yang sebelumnya dinaikkan suhunya menjadi 58-700C. Waktu yang diperlukan untuk filling adalah sekitar 21 menit. Setelah memasuki tangki crystallizer, RBDPO mengalami proses pendinginan yang dimulai dengan proses fast cooling. b. Fast cooling Proses pendinginan cepat yang dilakukan pada RBDPO yang telah homogen dengan menggunakan air cooling water. Temperatur air cooling tower masuk ditetapkan maksimal 340C. Temperatur minyak saat fast cooling adalah sekitar 70330C. 15

Laporan Kerja Praktek

c. Crystallization Pada proses ini, pendinginan RBDPO menggunakan chilled water dari tangki chilled water yang pendinginan airnya menggunakan chiller. Temperatur air chilled water diatur sebesar 6,5 oC untuk mendapatkan temperatur minyak 30,8-320C. Pada langkah ini kondisi minyak cenderung labil karena pembentukan kristal menimbulkan panas. d.

Final cooling Proses pendinginan RBDPO sampai mencapai temperatur tertentu sesuai

dengan produk yang diinginkan. Untuk produk bulk temperatur akhir minyak disetting 24,6oC. e. Holding Holding bertujuan untuk mempertahankan suhu minyak sebelum memasuki proses filtrasi.

2. Filtrasi Setelah tahap kristalisasi, olein dan stearin yang terbentuk akan dipisahkan dalam filter press yang terdiri dari plate-plate yang dilengkapi dengan membran dan filter cloth. Tahapan proses dalam filtrasi adalah sebagai berikut: a. Closing Filter press akan menutup dengan didorong oleh pompa hidraulic. b. Filtration RBDPO kristal akan dipompa dari crystallizer menuju filter press untuk filtrasi, dimana parameter yang digunakan adalah filtration pressure. Olein akan lolos melalui filter cloth sedangkan stearin akan tertahan pada permukaan filter cloth. Ketika loading pressure sudah mencapai 2,1 bar maka loading akan berhenti, dan dilanjutkan dengan proses squezzing. Olein ditampung pada tangki olein kemudian dialirkan tank yard. c. Squeezing

16

Laporan Kerja Praktek

Pada tahap ini membran akan mengembang dan menekan stearin pada permukaan filter cloth hingga tekanan 8 bar dengan menggunakan minyak kerja sehingga stearin semakin padat dan kandungan olein semakin sedikit pada stearin tersebut. d.

Core Blow Proses core blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa RBDPO kristal

pada jalur feed . Proses blowing dilakukan dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 2x1 menit. Sisa RBDPO kristal akan ditampung di blowing tank. e. Filtrate Blow Proses filtrate blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa filtrat pada pipa filtrate. Proses blowing dilakukan dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 1 menit. f. Pressure Release Proses ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada filter press sebelum proses opening dilakukan. Lamanya waktu pressure release ini adalah 20 detik. g. Opening Setelah pressure release, filter press akan terbuka dan stearin akan jatuh kedalam bak penampungan stearin. Bak penampungan stearin dilengkapi dengan steam coil untuk mencairkan stearin (58-700C) sebelum dipompa ke stearin storage. Diagram alir proses produksi Fraksinasi plant dapat dilihat pada gambar 2.2 di bawah ini:

17

Laporan Kerja Praktek

18

Laporan Kerja Praktek

2.2.3 Unit Operasi Proses produksi dari bahan baku minyak kelapa sawit CPO (crude palm oil) dan inti sawit PK (palm kernel) yang masuk sampai menjadi produk-produknya di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun terbagi menjadi beberapa unit operasi, yaitu Weight Bridge (jembatan timbang), Unloading CPO, Unloading Kernel (inti sawit), Pump House (rumah pipa), Refinery Plant, KCP (Kernel Crushing Plant), dan Jetty (pelabuhan). Unit pertama yaitu jembatan timbang (WB) untuk proses penimbangan berat beban truk-truk pengangkut bahan baku dan yang lainnya ketika masuk dan keluar area pabrik. Jembatan timbang ini terletak didepan pintu masuk area pabrik dengan dua jalur yaitu jalur masuk dan jalur keluar. Adapun material yang harus ditimbang sebelum masuk dan keluar area pabrik adalah: 1. Pengiriman Produk: Olein/minyak goreng. 2. Penerimaan Bahan Baku Utama: Crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK). 3. Penerimaan Bahan penunjang -

Chemical: BE, PA dan bahan kimia yang lainnya.

-

Spare part: peralatan suku cadang pabrik

-

Bahan bakar: batubara dan solar

Gambar 2.3 Weight Bridge (jembatan timbang)

19

Laporan Kerja Praktek

Unit yang kedua yaitu Unloading CPO dan Unloading Kernel dimana pada unit ini merupukan proses balking/pembongkaran bahan baku utama kedalam tangki penyimpanan yang digunakan yaitu CPO (crude palm oil) dan kernel (inti sawit), CPO akan ditampung dalam storage tank yang kemudian akan diproses di Refinery sedangkan kernel akan ditampung ke dalam silo yang selanjutnya akan diproses di KCP (kernel crushing plant).

Gambar 2.4 Unloading CPO Adapun jumlah storage tank yang ada di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun sekarang ini berjumlah 42 unit dengan 5 macam jenis tipe ukuran kapasitas tangki yang berbeda-beda antara lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Spesifikasi Storage Tank Tipe Tangki

Kapasitas

Tinggi

Diameter

A1 – A10

5.000 MT

19,9 m

20 m

B1 – B9

3.000 MT

19,9 m

15,4 m

C1 – C10

2.000 MT

19,9 m

13,4 m

D1 – D11

1.000 MT

13,6 m

10,7 m

E1 dan E2

250 MT

7,6 m

6,8 m

20

Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.5 storage tank CPO Setelah melewati jembatan timbang (WB) dan kemudian dibongkar dari truk tangki untuk ditampung ke dalam tangki penampungan, akan ditarik pada Pump House Station. Di dalam Pump House, CPO akan ditrsansfer masuk kedalam Refinery Plant untuk diproses lebih lanjut. Pump House ini berfungsi untuk pendistribusian minyak bahan baku sebelum proses dan minyak jadi setelah proses hasil Refinery plant dan KCP. Selain jalur darat, penerimaan bahan baku CPO juga bisa lewat jalur laut yaitu dengan menggunakan kapal tongkang yang mana CPO langsung ditransfer menggunakan pipa dari jetty/pelabuhan menuju Pump House dan kemudian ditampung ke dalam storage tank.

Gambar 2.6 Pump House Dalam Refinery Plant, terbagi menjadi 2 tahapan proses produksi yaitu Refinery/pengolahan tahap pertama untuk CPO yang akan menghasilkan produk minyak setengah jadi (RBDPO) kemudian setelah itu dilanjutkan masuk ke tahap 21

Laporan Kerja Praktek

fractionation untuk diperoleh hasil produk akhir berupa olein (minyak goreng) dan stearin. Hasil olahan dari Refinery Plant akan dikembalikan ke storage tank melalui Pump House yang kemudian bisa dikirim/dijual ke konsumen.

Gambar 2.7 Refinery Plant Pada station KCP (kernel crushing plant) akan memproduksi inti sawit sebanyak 600 ton/hari menjadi dua hasil produk berupa serbuk PKE (palm kernel expeller) untuk bahan baku pakan ternak dan CPKO (crude palm kernel oil) untuk bahan baku pembuatan minyak goreng yang berkualitas mutu tinggi, hasil produk yang diolah dari KCP akan dijual/dikirim keluar kalimantan bahkan keluar negeri untuk diproses lebih lanjut.

Gambar 2.8 Unloading Kernel & KCP

22

Laporan Kerja Praktek

Station yang terakhir adalah Jetty (pelabuhan) untuk menerima dan mengirim minyak jadi hasil olahan maupun bahan baku. Di pelabuhan ini bisa bersandar kapal dari lokal maupun kapal asing dari luar negeri untuk aktivitas jual beli minyak. Karena aktivitas pelabuhan PT.SMART Tbk Refinery Tarjun bisa menerima kapal asing dari luar negeri maka untuk tingkat keamanan pelabuhan PT.SMART bekerja sama dengan keamanan pelayaran Internasional.

Gambar 2.9 Jetty PT.SMART Tbk Refinery Tarjun

2.3

Uraian Peralatan Proses

2.3.1 Refinery A.

Alat Utama

1.

Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 205 Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas dengan tujuan membantu menaikkan temperatur CPO saat proses pengurangan kadar air di Dryer Tank dan melakukan pemanasan bertahap untuk proses degumming dimana prinsipnya adalah terjadi penukaran panas antara CPO dengan RBDPO. Perubahan temperatur yang terjadi sebagai berikut : a.

CPO dari 40 – 550C menjadi minimal 95oC 23

Laporan Kerja Praktek

b. RBDPO dari 135 – 1650C menjadi maksimal 100 oC Apabila suhu awal CPO kurang dari 400C maka CPO akan cepat sekali membeku sehingga proses penarikan CPO melalui CPO Feed Pump G 201 A/B akan sulit, sedangkan apabila suhu awal CPO lebih dari 55 0C maka dapat mengakibatkan kerusakan struktur kimia dalam CPO (minyak rusak). Apabila suhu akhir CPO kurang dari 950C besar peluang tidak optimalnya penghilangan air saat proses pengeringan di Dryer Tank D 201 (kandungan air masih tinggi), sedangkan apabila suhu CPO lebih dari 120 0C dapat mengakibatkan rusaknya minyak (CPO) dan dapat mempercepat rusaknya pompa. PHE CPO E 205 mempunyai spesifikasi sebagai berikut : a. Code Design

: PA – 90464

b. Pressure Chamber Fluid

:1

2

c. Volume

: 242,3 liter

240,1 liter

d. Allow Pressure

: Min 0

Min 0

e. Allow Temperatur

Max 10

Max 10

: Min 50C

Min 50C

Max 1500C Max 1500C 2.

Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 201 Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas yang dioperasikan Refinery Plant saat start up. Pada alat ini akan terjadi pertukaran panas CPO bertemperatur 40-550C dengan steam yang diinjeksikan sebesar 3 bar. PHE E 201 mempunyai spesifikasi sebagai berikut: a.

Code Design

: PA – 90463

b.

Pressure Chamber Fluid

:1

2

c.

Volume

: 29,3 liter

28,21 liter

d.

Allow Pressure

: Min 0

Min 0

e.

Allow Temperatur

Max 10

Max 10

: Min 50C

Min 50C

Max 1500C

Max 1500C 24

Laporan Kerja Praktek

3.

Dryer Tank D 201 Fungsi dari alat ini adalah mengurangi kadar air dalam minyak (CPO) dimana air yang menguap akan ditangkap oleh sistem vacuum. CPO dari PHE E 205 ke tangki ini dengan cara di spray agar memperluas bidang penguapan. Hal yang perlu diperhatikan adalah level didalam tangki. Idealnya level didalam tangki adalah 25% dari volume tangki. PHE E 205 mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

4.

a. Code Design

: ASME SECT VIII DIV. I 2004

b. Design/Working Pressure

: -15/15 Psi

c. Design/Working Temperatur

: 1500C

d. Test Pressure

: 19 Psi

e. Volume

: 43 CuM

1 Psi

Statif Mixer / Dynamic Mixer / Degumming Mixer G 207 Pada tahap ini CPO dialirkan ke Rettention Vessel Tank D 204 dengan Dryer Pump G 202 melalui Dynamic Mixer G 207 yaitu Dynamic Mixer terjadi proses penghilangan getah (degumming) secara hidrolisis oleh katalis Phosforic Acid (PA) 85% sebanyak 0,06% dari jumlah minyak yang mana PA ini ditarik dari pompa tangki PA G 206. Didalam alat ini ada screw yang berfungsi sebagai pengaduk (mixer).

5.

Rettention Vessel Tank D 204 Minyak yang keluar dari Dynamic Mixer G 207 ditampung didalam Rettention Vessel Tank D 204 yang kemudian dalam vessel ada proses penambahan Bleaching Earth (BE). Untuk mengoptimalkan proses ini digunakan Agitator sebagai pengaduk. Hal yang harus diperhatikan saat proses didalam alat ini adalah vacuum max 160 mbar, live steam 1 – 1,5 bar dan flowrate max 50 ton/jam. Rettention Vessel Tank D 204 mempunyai spesifikasi sebagai berikut : a. Code Design

: ASME SECT VIII DIV. I 2004

b. Design/Working Pressure

: -15/15 Psi

1,5 Psi 25

Laporan Kerja Praktek

6.

c. Design/Working Temperatur

: 1500C

d. Test Pressure

: 19 Psi

e. Volume

: 8,25 CuM

Bleacher Tank D 202 Minyak yang telah bercampur dengan BE pada Rettention Vessel Tank D 204 berwujud lumpur atau semi solid yang disebut dengan slurry oil dialirkan ke tangki ini untuk disempurnakan reaksinya dengan bantuan steam dan ada sistem vacuum untuk menarik air setelah selesai reaksi dan menguapkan air yang masih terkandung didalam minyak. Selanjutnya slurry oil ini dialirkan ke Buffer Vessel Tank D 203. Hal yang harus diperhatikan saat proses didalam alat ini adalah vacuum max 160 mbar, life steam 1-1,5 bar dan flowrate max 50 ton/jam. Bleacher Tank D 202 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

7.

a.

Code Design

: ASME SECT VIII DIV. I 2004

b.

Design/Working Pressure

: -15/15 Psi

c.

Design/Working Temperatur

: 1500C

d.

Test Pressure

: 19 Psi

e.

Volume

: 43 CuM

1 Psi

Buffer Vessel Tank D 203 Berfungsi sebagai wadah/tangki penampung slurry oil sebelum dialirkan ke Niagara Filter (D 206/207/208). Buffer Vessel Tank D 203 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

8.

a.

Code Design

: ASME SECT VIII DIV. I 2004

b.

Design/Working Pressure

: -15/15 Psi

c.

Design/Working Temperatur : 1500C

d.

Test Pressure

: 19 Psi

e.

Volume

: 2,5 CuM

1 Psi

Niagara Filter D 206/207/208 Tahap filtrasi di Niagara Filter yang berjumlah 3 (tiga) buah ini bertujuan untuk memisahkan Spenth Earth (SE) dengan Degummed Bleached Palm Oil 26

Laporan Kerja Praktek

(DBPO). Pada tahap ini, control kejernihan DBPO sangat diperhatikan. Halhal yang perlu diperhatikan saat filtrasi di Niagara Filter D 206/207/208 adalah tekanan sebesar 3,5 bar dengan steam sebesar 3 bar. Niagara Filter D 206/207/208 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

9.

a. Allow Working Pressure

: Max -1 / 6 bar

b. Allow Working Temperatur

: Min 200C

c. Test Pressure

: 7,8 bar

d. Volume

: 6,3 m3

Max 1500C

Bag Filter D 205 A/B Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana setiap tangki didalamnya terdapat 4 (empat) buah saringan yang berukuran 5–10 µ, sehingga fungsinya adalah menyaring kembali DBPO dari Niagara Filter D 206/207/208. Hal yang harus diperhatikan dari kerja alat ini adalah pemberian tekanan 0,2 – 1,5 bar.

10.

DBPO Tank F 203 Tangki ini digunakan sebagai wadah penampungan minyak (DBPO) sementara sebelum dialirkan ke Cartridge Filter D 300 A/B. Pada tangki ini pula disediakan aliran dengan valve khusus yang bisa dibuka kapan saja tanpa mempengaruhi proses produksi guna pengambilan sampel DBPO. Alat ini mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

11.

a. Code Design

: ASME SECT VIII DIV. I 2004

b. Design/Working Pressure

: -15/15 Psi

c. Design/Working Temperatur

: 1500C

d. Test Pressure

: 19 Psi

e. Volume

: 27,83 CuM

1 Psi

Cartridge Filter D 300 A/B Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana disetiap tangki didalamnya terdapat 20 (dua puluh) buah saringan yang berukuran 5-10 µ, sehingga fungsinya ialah untuk menyaring kembali DBPO dari DBPO tank F 203 sebelum dipanaskan di Falling Film Heater E 302. Hal yang perlu diperhatikan dari 27

Laporan Kerja Praktek

kerja alat ini adalah tekanan yang masuk harus berada dalam range 1,5-4 bar. Apabila tekanan masuk mendekati 4 bar, saringan segera diganti dan jika tekanan tiba-tiba drop dari tekanan normal maka Cartridge Filter segera diperiksa dan atau diganti. 12.

Falling Film Heater E 302 Alat ini berfungsi untuk memanaskan DBPO secara bertahap yang mana tujuannya adalah melepaskan FFA yang ada di dalam DBPO sendiri. Pada tahap ini DBPO bertemperatur 95-1200C akan bersinggungan dengan RBDPO yang bertemperatur 255-2650C, sehingga terjadi pertukaran panas yang menaikkan temperatur DBPO menjadi 200–2200C. Jika temperatur DBPO
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF