Laporan Kerja Praktek di PT. Pertamina GAS Palembang
July 9, 2019 | Author: Adelina Ratika Isti | Category: N/A
Short Description
Hasil laporan kerja praktek di PT. Pertamina GAS Palembang bagian struktur - pondasi, kolom, dan balok jurusan arsitek...
Description
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Mata kuliah Kerja Praktek merupakan mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa sarjana strata-1 (S1) dalam memenuhi beban kuliah di Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Sriwijaya. Mata kuliah ini di latar belakangi agar mahasiswa tidak hanya mendapatkan ilmu dari teori tetapi juga mendapatkan ilmu dari praktek yang dilakukan dilapangan. Kemampuan dan pengetahuan mahasiswa untuk memahami dan mempelajari kenyataan pengerjaan lapangan yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Kerja Praktek yang dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini merupakan salah satu studi nyata pembelajaran untuk menghasilkan respon baru yang bernilai positif bagi mahasiswa tentang struktur bangunan proyek lebih terarah dan selanjutnya mahasiswa dapat terlibat langsung dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan suatu proyek pembangunan. pembangunan. Selain itu diharapkan pada pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai tahap perencanaan, penjadwalan, serta ketetapan dalam suatu proyek yang kemudian dibandingkan dengan teori yang telah di dapat di bangku kuliah. Struktur Konstruksi merupakan aspek yang sangat penting dalam pendirian sebuah bangunan. Seorang arsitek haruslah paham betul struktur apa yang akan digunakan dan bagaimana pelaksanaan struktur dari bangunan yang didesain. Untuk memahami sistem struktur suatu bangunan dan bagaimana cara pelaksanaan struktur bangunan tersebut, maka sebaiknya mahasiswa dapat melihat
1 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. dan mengawasi langsung proses pekerjaan konstruksi sebuah bangunan serta membandingkannya dengan teori yang di dapat di bangku kuliah. Dari latar belakang diatas maka pada kegiatan kerja praktek ini mengamati, menganalisa, dan meninjau pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh konsultan pelaksana PT. Rayasurverindo Tirtasarana. Bagian yang diambil dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Bagian Tengah ini adalah dengan judul “Tinjauan
P elaksanaa laksanaan Pe P er encanaa ncanaan n Pe P ek er j aan aan Stru S truktur ktur K olom olom, B alok, dan Plat Lant L anta ai P r oyek yek Pe P embangunan Ge G edung K anto antor P T . Pe P er tam tami na G A S A r ea Sumate Sumaterr a B ag i an Se S elata latan dan dan Sum S umat ate er a Ba B ag i an Te T enga ng ah”
1.2. IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi permasalahan yang ada sebagai berikut : 1. Mengetahui tahapan pengerjaan kolom, plat lantai, dan balok 2. Menganalisa perbedaan yang ada antara teori dengan penerapannya di lapangan
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah : Mengetahui dan menganalisis proses kegiatan dalam pelaksanaan pengerjaan struktur kolom, balok, dan plat lantai pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah berdasarkan pengerjaan di lapangan. Sehingga dapat mengetahui cara pengerjaan dari struktur kolom, balok, dan plat lantai itu sendiri.
2 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 1.4 METODOLOGI PENULISAN
Pada dasarnya metodologi adalah pengetahuan tentang cara untuk melakukan sesuatu. Jadi metodologi dalam penyusunan laporan berarti suatu cara untuk menyusun laporan. Dalam Penulisan laporan ini digunakan metode pengamatan langsung dan studi literatur yang disesuaikan dengan data yang didapat selama kerja praktek. Adapun metodoogi yang digunakan pada penyusunan laporan, antara lain :
a. Metode Pengumpulan Data -
Data Primer
: Wawancara dengan pihak project manager dan
tenaga kerja yang ada dalam suatu proyek (mandor) serta dengan dosen pembimbing kerja praktek. -
Data Sekunder : Pengumpulan gambar – gambar (foto) keadaan atau situasi suatu proyek dan mempelajari gambar – gambar proyek yang ada.
b. Metode Studi Literatur Metode ini adalah suatu cara dengan mempelajari literatur atau buku – buku referensi guna membandingkan antara teori dengan permasalahan yang ada serta beberapa jurnal internet yang dapat membantu dalam pembahasan topik.
c. Metode Studi Observasi Lapangan Studi Observasi Lapangan merupakan proses pengamatan terhadap proses pelaksanaan struktur Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian
Tengah
sehingga
dapat
merasakan
mendapatkan perbedaan antara teori dan di lapangan.
3 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
langsung
dan
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
d. Metode Konsultasi Metode Konsultasi dilakukan dengan cara diskusi atau tanya jawab dengan
pihak
pengawas
lapangan
(site
engineering)
selaku
pembimbing Kerja Praktek di lapangan, pimpinan proyek, tukang, logistic, serta dengan dosen pembimbing Kerja Praktek. Diskusi tanya jawab dengan pihak Konsultan Arsitektur terhadap proses perencanaan beberapa proyek yang direncanakan dan dirancang.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar sistematika penulisan dalam penyusunan laporan ini dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Menguraikan secara umum latar belakang dengan spesifikasi topik pembahasan yang diambil, permasalahan yang akan dibahas, tujuan dari pembahasan topik yang diambil, ruang lingkup pembahasan, metodologi pembahasan yang digunakan dan sistematika penulisan laporan.
BAB II. GAMBARAN UMUM PROYEK
Berisi tentang gambaran umum Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah yang meliputi lokasi, kondisi fisik, serta profil proyek dan berisi tentang latar belakang proyek.
4 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
Memberikan uraian tentang definisi dan fungsi dari pekerjaan Struktur yang diambil yaitu meliputi pengerjaan kolom, balok, dan plat lantai, berdasarkan data yang diperoleh dari literatur yang berkenaan dengan topik yang akan dibahas.
BAB IV. PEMBAHASAN (PELAKSANAAN PEKERJAAN)
Berisi pembahasan tentang tinjauan pelaksanaan pengerjaan struktur kolom, balok, dan plat lantai dengan membandingkan keadaan yang sebenarnya di lapangan dan apa saja kendala – kendala yang diperoleh pada saat pelaksanaan proyek tersebut.
BAB V. PENUTUP
Berisikan
kesimpulan
dari
pembahasan
pekerjaan
dan
perbandingan antara teori – teori yang diperoleh pada literatur dengan praktek dilapangan.
5 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 1.6 Kerangka Berfikir
Mahasiswa Arsitektur Praktek
Ilmu
Teori Bangku Kuliah
Kerja Praktek
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS
Ruang lingkup
Pelaksanaan pekerjaan Kolom dan Balok, pengejaan plat lantai , Permasalahan
Adanya perbedaan antara teori dan pkatek dalam pelaksanaan pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat Lantai. Tujuan
o
Mengetahui proses pekerjaan Struktur bangunan yang meliputi pekerjaan Kolom, Balok, dan Plat Lantai. Mengetahui perbedaan antara teori dan praktek
Data dengan metode :
Studi pustaka Observasi lapangan Konsultasi
Gambar 1.1. Kerangka berpikir
6 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK
2.1. LOKASI Proyek Pembangunan Gedung Kantor PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah ini di dirikan diatas tapak yang terletak di Jl. AKBP Cek Agus No.10 Palembang yang lebih dikenal dengan simpang golf. Batas - batas tapak sebagai berikut : o
Sebelah Utara
: Berbatasan langsung dengan pom bensin Pertamina
o
Sebelah Barat
: Berbatasan langsung dengan lapangan golf
o
Sebelah Timur : Berbatasan langsung dengan Ruko
o
Sebelah Selatan : Berbatasan langsung dengan Rusunawa Polda SumSel
2.2. DATA – DATA PROYEK A. DATA ADMINISTRATIF
Secara umum, Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilit as Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah yang sedang dibangun dapat dijelaskan sebagai berikut:
Nama Proyek
: Pembangunan Gedung KantorPT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah
Pemilik Proyek
: PT.Pertamina GAS
Lokasi Proyek
: Jl. AKBP Cek Agus No.10 Palembang
Perencana
: Diksa Intertama Consultant
Pengawas
: PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Kontraktor
: PT. Positive Media
Waktu Pelaksanaan
: 03 Maret 2014 s/d 24 November 2014
7 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. B. DATA FUNGSIONAL
Luas Lahan
: 3.899,50 m²
Luas Bangunan
: 3.048,00 m², yang terdiri dari:
Gedung kantor
: 868,40 m²
Gedung SPO
: 841,90 m²
Gedung Serbaguna
: 504,00 m²
Fasilitas Lingkungan Masjid
: 181,30 m²
Selasar
: 652,50 m²
Peruntukan Bangunan
: Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan, dan Sumatera Bagian Tengah.
C. DATA TEKNIS
SITE LOKASI
Gambar 2.1. Lokasi Proyek
Sumber : maps.google.com
Bangunan ini berada di kawasan fasilitas PT. Pertamina, pendidikan, dan permukiman penduduk. Batas - batas tapak sebagai berikut : o
Sebelah Utara
: Berbatasan langsung dengan pom bensin Pertamina
8 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. o
Sebelah Barat
: Berbatasan langsung dengan lapangan golf
o
Sebelah Timur : Berbatasan langsung dengan Ruko
o
Sebelah Selatan : Berbatasan langsung dengan Rusunawa Polda SumSel
Gambar 2.2. Denah Lantai Dasar
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.3. Denah Lantai Atas
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
9 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Gambar 2.4. Tampak Depan
Sumber : P T. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.5. Tampak Belakang
Sumber : P T. Rayasurverindo Tirtasarana
10 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Gambar 2.6. Tampak Samping Kanan
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
Gambar 2.7. Potongan A-A
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
11 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Gambar 2.8. Potongan B-B
Sumber : P T. Rayasurverindo Tirtasarana
KETERANGAN : Bagian yang di kerjakan : Struktur Kolom, Balok dan Plat Lantai Gedung Kantor
2.3 GAMBARAN PROYEK 2.3.1. Bekisting dan Pengecoran Kolom
Bekisting dan pengecoran kolom lantai atas dilakukan pada : Lama Pelaksanaan
: 3 hari
Jumlah Kolom
: 20 buah (50 cm x 50 cm x 400 cm)
Gambar 2.8. Potongan B-B
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
12 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Gambar 2.9. Pengecoran Kolom Lantai Atas
2.3.2.Bekisting dan Pembesian Plat Lantai dan Balok Lantai Atas
Bekisting serta pembesian plat lantai dan balok lantai atas dilakukan pada : Lama Pelaksanaan
: 3 hari
Jumlah Kolom
: 20 buah (50 cm x 50 cm)
Gambar 2.10. Denah Lantai Atas
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
13 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Gambar 2.11. Gambar Bekisting dan Pembesian
Gambar 2.12. Gambar Pengecoran Plat Lantai
Sumber : P T. Rayasurverindo Tirtasarana
Sumber : PT. Rayasurverindo Tirtasarana
2.4 STRUKTUR DAN PERSYARATAN UMUM
Dalam pelaksanaan suatu proyek pembangunan, terdapat struktur organisasi pelaksanaan proyek. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut tidak mengalami kendala dalam pembagian tugas, sehingga setiap individu paham ada tugas nya masing-masing. Dalam Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah, pada tahap pelaksanaan seluruh pekerjaan diserahkan kepada kontraktor, yaitu PT. Rayasurverindo Tirtasarana. Pihak yang terkait dalam pembangunan proyek terdiri dari empat pihak yang terkait, dan saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kegiatan yang terkait tersebut adalah : a. Pemberi tugas atau pemilik proyek (owner) b. Konsultan perencana c. Konsultan Pengawas d. dan Kontraktor Pelaksana Agar pelaksanaan proyek tersebut dapat berjalan dengan lancar, diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik antara pihak-pihak terkait ini. Masingmasing pihak harus mengetahui tanggung jawab yang akan diuraikan sebagai berikut :
14 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. a. Pemberi Tugas atau Pemilik Proyek (owner) Pemberi tugas adalah yang memberikan tugas kepada pihak perencana untuk mendesain suatu proyek yang diinginkan. Pihak pemberi tugas pada proyek ini yakni pihak PT. Pertamina GAS. b. Konsultan Perencana Tim yang diberi tugas untuk mendesain tugas yang diberikan oleh owner . c. Konsultan Pengawas dan Kontraktor Pada bagian konsultan pengawas dan kontraktor diberi tanggung jawab untuk mengawasi kerja para pekerja dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan di lapangan. Konsultan pengawas dan kontraktor pada bangunan ini bertanggung jawab pada pengerjaan konstruksi, utilitas dan pengerjaan yang lainnya.
2.4.1. Konsultan Perencana
Konsultan konstruksi adalah orang atau lembaga yang secara profesional memberikan nasehat-nasehat, pelayanan atau platihan tentang hal-hal yang berhubungan dengan konstruksi. Secara fungsional konsultan terbagi menjadi konsultan perencana, konsultan pengawas, konsultan manajemen konstruksi dan sebagainya. Berdasarkan bidang disiplinnya, konsultan perencana dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a. Konsultan Perencana, mencakup site planning , economic planning , dan lain lain. b. Konsultan Perancang, mencakup building design, city design, enviromental design, dan lain-lain. c. Konsultan Teknik, mencakup struktur, arsitektural, mekanikal, dan lain-lain. Sebuah Biro Konsultan Perencana dikepalai oleh seorang arsitek kepala yang berkedudukan sebagai pimpinan dan membawahi para ahli lain (ahli struktur, ahli mekanikal elektrikal, ahli lingkungan) serta bekerja sama secara terpadu untuk menangani sebuah proyek dari awal hingga akhir.
15 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 2.4.2. Kontraktor
Kontraktor mempunyai peran sebagai manajer sumber daya yang bertugas mengubah dokumen perencanaan dari konsultan menjadi keluaran-keluaran berupa bangunan fisik. Pemilihan kontraktor dapat dilakukan dengan pelelangan umum, pelelangan terbatas atau penunjukkan. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan gambar dan syarat-syarat yang sudah ada, dengan kontrak dan biaya yang disediakan sesuai dengan kesepakatan.
2.4.3. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas bekerja sama dengan konsultan perencana dalam pengawasan proyek agar dicapai hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Konsultan Pengawas ditunjuk oleh pemilik untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan oleh penyedia barang dan jasa, serta melaksanakan instruksi pengguna barang dan jasa dan konsultan perencana untuk mengawasi dan memperingatkan penyedia barang dan jasa agar melakukan pekerjaan sesuai dengan isi perjanjian kontrak.
2.5. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK Organisasi proyek adalah gabungan beberapa unsur pelaksanaan pada suatu proyek yang saling berhubungan erat dalam melakukan kegiatankegiatannya. Struktur organisasi ini mutlak diperlukan guna menjamin kelancaran dan kesuksesan dari pembangunan suatu proyek. Berikut ini adalah Struktur Organisasi Proyek Gedung Kantor, SPO, Gedung Serbaguna dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina Gas Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
16 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
M. Ali Imron Site Manager
Agus Bagiyono Civil Engineer
Joko Priambodo
Erie Erlanda
Ujang Suhaemi
Didi Supriatna
Quantity Surveyor
Arsitek
MEP
Drafter
Tabel 2.1. Struktur Organisasi Pembangunan Gedung Kantor, SPO, Gedung Serbaguna dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina Gas Area Sumbangsel Dan Sumbagteng.
Sumber : Dok. Proyek
Pada organisasi proyek site engineering bertugas merencanakan master schedule dan membuat Kurva S di setiap minggunya. Penulis dalam kerja praktek ini lebih banyak berkonsultasi dan mempelajari cara membuat progress mingguan yang terjadi dilapangan serta membandingkan schedule yang ada dengan kenyataaan pada lapangan.
17 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
DIAGRAM KAJIAN TEORI Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Kerja Praktek
Teori
Pelaksanaan
Kajian Teori
Pembahasan
Struktur Kolom, Balok, dan Plat Lantai
3.1. STRUKTUR 3.1.1. Pengertian Struktur Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tahun 1999, struktur adalah cara bagaimana sesuatu dibangun dan disusun; bangunan. Struktur bangunan dapat diartikan sebagai cara bagaimana suatu bangunan dibangun atau didirikan. Menurut Prof. Benny H. Hoed, struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas unsur – unsur yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dalam
18 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. satu kesatuan. Berikut ini adalah beberapa pengertian dari struktur : Menurut Ir. Ign. Benny Puspantoro dalam bukunya yang berjudul
“Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah:, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah adalah struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah. Sedangkan struktur atas adalah bagian bangunan yang berada di atas permukan tanah, terdiri dari 2 bagian, yaitu : rangka bangunan dan rangka atap. Menurut Wolfgang Schuller dalam bukunya yang berjudul “Struktur
Bangunan Gedung Bertingkat Tinggi” struktur bangunan adalah susunan berbagai rangka bangunan yang diturunkan dari anatomi komponen strukturnya. Menurut Daniel.L.Schodek (Struktur, hal 3) menjelaskan bahwa struktur
ialah sarana untuk menyalurkan beban dan akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah. struktur merupakan suatu entitas yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu organisasi unsur-unsur pokok yang ditempatkan dalam ruang yang didalamnya karakter keseluruhan itu mendominasi intelerasi bagian bagiannya.Menurut Heinz Frick, Sistem Bentuk Struktur Bangunan;hal 154, stuktur merupakan susunan atau pengaturan bagian-bagian gedung yang menerima beban atau konstruksi utama dari gedung tanpa memperdulikan apakah dapat dilihat atau tidak kelihatan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur adalah penggabungan elemen – elemen yang disatukan sedemikian rupa sehingga rangkaian itu secara keseluruhan bisa bekerja sebagai suatu kesatuan dalam menyalurkan beban yang bekerja padanya.
19 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Pelaksanaan tahapan pekerjaan struktur bangunan memerlukan penellitian didapat hasil akhir yang memuaskan sesuai dengan gambar kerjanya dan banngunan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Penyaluran beban yang bekerja pada bangunan ke dalam tanah dan pada umumnya struktur merupakan gabungan dari beberapa elemen yaitu balok, kolom, balok praktis, kolom praktis sloof, dan pasangan bata yang bekerja sebagai satu kesatuan pemikul beban. Ditinjau dari strukturnya, sebuah bangunan secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Struktur bawah : struktur bangunan yang berada di bawah permukaan tanah, yaitu : pondasi 2. Struktur atas
: bagian bangunan yang berada di atas permukan tanah,
terdiri dari duabagian, yaitu : rangka bangunan dan rangka atap Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban – beban. Beban – beban tersebut menumpu di atas titik – titik untuk selanjutnya disalurkan pada bagian tanah bangunan, sehingga beban – beban tersebut akhirnya dapat ditahan. Oleh karena itu, fungsi struktur adalah memberikan kekuatan dan kekakuan yang diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan. 3.1.2. Elemen-Elemen Struktur
Gambar 3.1. Elemen Struktur
Sumber : Internet
20 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Untuk gedung, pada umumnya struktur beton bertulang bagian atas terdiri dari 3 macam elemen utama, yaitu: a. Plat Lantai. Merupakan elemen struktur beton bertulang yang
langsung memikul beban lantai. b. Balok. Dapat terdiri dari balok anak ( joist ) dan balok induk (beam),
atau hanya balok induk saja. Balok berfungsi sebagai pemikul plat dan beban yang berada diatasnya. c. Kolom. Merupakan elemen struktur yang berfungsi sebagai pemikul
balok serta beban lateral pada struktur.
3.1.3 Hubungan Struktur dengan Arsitektur a. Struktur sebagai Faktor Penentu Bentuk
Merupakan hal yang penting dalam sebuah bangunan untuk dapat memikul beban-beban dan gaya-gaya luar dari atap, lantai, dan tembok melalui mekanisme pemikulan beban ke dalam tanah. Struktur sebagai penentu bentuk dapat dilihat dalam kantor pusat bisnis di kota-kota besar di dunia. Bentuk dan skala sebagian besar gedung kantor yang penting telah diputuskan hampir semata-mata ditetapkan oleh pertimbangan jarak antar kolom, efisiensi bagian-bagian bentangan, dan angina. Suatu bangunan harus merupakan suatu paduan yang saling berpautan antara soal-soal rancangan ruang, konsep, dan struktur. Hal ini mengemukakan bahwa sistem structural memberikan suatu kerangka yang mencakup bagi penyatuan semua unsur yang merupakan dasar untuk arsitektur.
b. Struktur sebagai Prinsip yang Mengatur
Stuktur dapat dipikirkan sebagai prinsip perancangan yang mengatur maupun mekanisme pemikulan beban. Dalam hubungan ini, penstrukturan mengan dung arti tindakan menetapkan hirarki dan tatanan sekaligus dari segi perwujudan ruang arsitektural dan tenaga fisik. Salah
21 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. satu keputusan awal yang dibuat selama proses perancangan bangunan ialah menetapkan ukuran petak (bay) struktural. Ukuran petak, yang menentukan lokasi kolom, menghasilkan ukuran-ukuran yang tepat tidak saja dari semua bagian struktur, tapi dari semua komponen dan juga sub sistem.
c. Struktur sebagai Tanggapan terhadap Gaya Luar
Sistem struktural terdapat sebagai tanggapan terhadap gaya-gaya luar yang tak terelakkan. Yang penting diantaranya adalah gaya tarik bumi (gravitasi). Salju merupakan beban gravitasi yang berubah-ubah menurut lokasi geografis. Angin dan gempa mempengaruhi bangunan secara berbeda dari beban gravitasi. Angin memiliki potensi untuk menimbulkan beban horisontal, yang cenderung menggeser ke samping. Sebuah bangunan harus membuat suatu mekanisme struktur yang tanggap terhadap semua gaya yang berlaku atasnya. Dalam hubungan ini, semua sistem struktural dapat dianggap sebagai sistem tanggap-gaya tiga-dimensi yang disesuaikan untuk menampung beban-beban luar dari setiap arah.
3.1.4. Perencanaan Struktur
Struktur merupakan suatu kesatuan dan rangkaian beberapa elemen yang dirancang agar mampu menerima beban luar maupun berat sendiri tanpa mengalami perubahan bentuk yang melewati batas persyaratan (PBBI, 1971). Struktur yang direncanakan harus mampu menahan beban, baik vertikal (beban mati dan beban hidup) maupun beban horizontal (beban angin dan beban gempa) yang direncanakan, dan berat sendiri bangunan tanpa mengalami perubahan bentuk yang terjadi. Bagian
dari
struktur
yang
direncanakan
dan
memerlukan
penanganan meliputi dimensi, jumlah, dan jenis material struktur yang akan dibangun. Perencanaan struktur bangunan terdiri dari dua bagian
22 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. utama yaitu struktur bawah ( sub structure) dan struktur atas (upper structure).
A. Perencanaan Struktur Bawah ( Sub Structure)
Struktur bawah ( sub structure) merupakan bagian struktur yang mempunyai fungsi meneruskan beban ke tanah pendukung (PBBI, 1971). Perencanaan struktur bagian bawah harus benar-benar optimal, sehingga keseimbangan struktur secara keseluruhan dapat terjamin dengan baik dan ekonomis. Selain itu, beban seluruh struktur harus dapat ditahan oleh lapisan tanah yang kuat agar tidak terjadi penurunan diluar batas ketentuan, yang dapat menyebabkan kehancuran/gagal struktur. Salah satu bagian dari struktur bawah tersebut adalah pondasi. Pondasi ini merupakan bagian konstruksi yang memikul bangunan tersebut serta menyalurkan semua beban konstruksi ke tanah dasar pada kedalaman tertentu, dimana terdapat lapisan tanah keras yang mampu menahannya. Jenis pondasi yang digunakan harus mempertimbangkan berbagai hal berikut: a. Beban total yang bekerja pada struktur. b. Kondisi tanah di bawah bangunan. c. Faktor biaya.
B. Perencanaan Struktur Atas ( Upper Structure)
Struktur atas (upper structure) merupakan bagian struktur yang berfungsi menerima kombinasi
pembebanan, yaitu beban mati, beban
hidup, berat sendiri struktur, dan beban lainnya yang direncanakan (PBBI, 1971). Selain itu struktur bangunan atas harus mampu mewujudkan perancangan arsitektur sekaligus harus mampu menjamin segi keamanan dan kenyamanan. Oleh karena itu, bahan-bahan yang digunakan dalam bangunan ini mempunyai kriteria perancangan, antara lain:
23 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. a. Kuat. b. Tahan api. c. Awet untuk pemakaian jangka waktu yang lama. d. Mudah didapat dan dibentuk. e. Ekonomis (mudah pemeliharaannya).
3.2. KOLOM 3.2.1. Pengertian Kolom Menurut SK SNI T-15-1991-03 memberikan definisi kolom, yaitu komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidakditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil, sedangkan komponen struktur yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil kurang dari tiga dinamakan pedestal. Berdasarkan SNI 03-2847-2002 mengenai Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, kolom adalah struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama yang mendukung beban aksial tekan. Kolom adalah batang struktural vertikal yang kaku dan relatif ramping, serta dirancang untuk menopang beban tekan yang diberikan pada ujung – ujung batang. Kolom merupakan elemen struktur vertikal pada rangka bangunan yang menyalurkan beban dari atas secara aksial dan mentransfer gaya tersebut ke pondasi. Kolom merupakan elemen struktur vertikal pada rangka bangunan yang menyalurkan beban dari atas secara aksial dan mentransfer gaya tersebut ke baja. Pada pembahasan kali ini, kolom yang akan dibahas berupa kolom beton bertulang yang merupakan elemen kolom yang terbentuk dari beton dan tulangan baja yang digunakan pada struktur.
24 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
3.2.2. Klasifikasi Kolom Beton Bertulang Kolom diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan susunan tulangnya, cara pembebanan, posisi beban pada penampang dan panjang kolom dan hubungannya dengan dimensi lateral. Secara garis besar jenis kolom beton bertulang terbagi 2, yaitu : 1. Kolom Bersengkang (tied colomn) Kolom dengan penampang melintang persegi dan bundar dengan 4 buah tulangan longitudinal minimum, dengan sengkang yang berbentuk lingkaran tertutup mengelilingi tulangan longitudinal setiap jarak 12 sampai 18 inchi atau sepanjang kolom 2. Kolom Spiral Kolom yang memiliki sengkang berbentuk spiral mengelilingi sekitar 6 tulangan minimum dengan jarak spiral 3-4 inchi, kolom ini sering digunakan pada daerah dengan tingkat kerawanan gempa yang tinggi karena kolom spiral mempunyaidaktalitas yang besar dan ketahanan pada keadaan kelebihan tegangan, bahkan jia penutup beton telah mengelupas. A. Dimensi Kolom
Rumus untuk menghitung dimensi kolom struktur beton, yakni : F = (L1 x L2) x P x n S Keterangan : F = (b x d) penampang melintang kolom struktur (cm²) L1 x L2 = luas lantai/ atap yang didukung oleh kolom struktur (m²) P = beban per m² lantai yang dipikul (berat sendiri, dinding, plat dan beban hidup) n = jumlah lantai/ atap yang didukung oeh kolom struktur S = mutu beton
25 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
3.2.3. Syarat – syarat Kolom Beton Bertulang Syarat – syarat kolom beton bertulang berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, SNI 03-2847-2002, yaitu : 1. Ukuran penampang kolom tidak boleh kurang dari 15cm. 2. Luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil kurang dari 1% penampang beton, dengan minimum satu batang tulangan di masing – masing sudut penampang. 3. Dalam segala hal, luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil lebih dari 6% dari luas penampang beton. Apabila tulangan memajang kolom disambung dengan sambungan lewatan pada stek, maka luas tulangan memanjang maksimum dibatasi sampai 4% dari luas penampang beton yang ada. 4. Tulangan kolom sedapat mungkin harus dipasang simetris terhadap masing – masing sumbu utama penampang. Pada kolom – kolom yang memikul gaya normal dengan eksentrisitas terhadap titik berat penampang kuran dari 1/10 dari ukuran kolom di arah eksentrisitas itu, tulangan – tulangan memanjang harus disebar merata sepanjang keliling teras kolom. 5. Tulangan memanjang kolom harus diikat oleh sengkang – sengkang dengan jarak maksimum sebesar ukuran terkecil penampang 15 kali diameter baja tulangan memanjang yang tersebar dengan minimum 6mm pada baja lunak dan baja sedang 5mm pada baja keras. 6. Apabila tulangan memanjang kolom disambung lewat tulangan pada stek, maka ujung – ujung batang tidak boleh diberi kait kecuali apabila ditempat itu tersedia cukup ruang sehingga kemungkinan terjadinya sarang – sarang kerikil dapat dianggap tidak ada.
26 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.2.4. Jenis kolom beton bertulang
Secara garis besar ada tiga jenis kolom beton bertulang, antara lain:
Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral
Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral, sedemikian rupa sehingga penulangan keseluruhan membentuk kerangka seperti gambar 3.1 Tulangan pengikat lateral berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh di tempatnya dan memberikan tumpuan lateral sehingga masing-masing tulangan pokok memanjang hanya dapat tertekuk pada tempat di antara dua pengikat. Dengan demikian tulangan pengikat lateral tidak dimaksudkan untuk memberikan sumbangan terhadap kuat lentur penampang tetapi memperkokoh kedudukan tulangan pokok kolom. Sengkang
Tulangan Pokok Memanjang
Spasi
Pengikat Sengkang
Gambar 3.2. Kolom Pengikat Sengkang Lateral
Sumber : Internet
Kolom menggunakan pengikat spiral
Bentuknya sama dengan jenis kolom pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus sepanjang kolom seperti tampak pada gambar 3.2.
Tulangan Pokok Memanjang
Spasi
Gambar 3.3. Kolom Pengikat Sengkang Lateral Pengikat Spiral
Sumber : Internet
27 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Struktur Kolom Komposit
Merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi tulangan pokok memanjang.
Gelagar Baja
Pipa Baja
Gambar 3.4. Kolom Komposit
Sumber : Internet
Struktur
kolom
beton
bertulang
memiliki
persyaratan
detail
dalam
penulangannya, sesuai dengan SK SNI T – 15 – 1991 – 03 yaitu: 1. Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang kolom dibatasi dengan rasio penulangan
g
antara 0,01 dan 0,08.
2. Penulangan yang lazim dilakukan di antara 1,5% sampai 3% dari luas penampang kolom. Khusus untuk untuk struktur bangunan berlantai banyak, kadang-kadang penulangan kolom dapat mencapai 4%, namun disarankan untuk tidak menggunakan nilai lebih dari 4% agar penulangan tidak berdesakan terutama pada titik pertemuan balok-balok, plat dengan kolom. 3. Penulangan pokok memanjang kolom berpengikat spiral minimal terdiri dari 6 batang, sedangkan untuk kolom berpengikat sengkang bentuk segi empat atau atau lingkaran terdiri dari 4 batang, dan untuk kolom dengan pengikat sengkang berbentuk segitiga minimal terdiri dari 3 batang tulangan. 4. Jarak bersih antara batang tulangan pokok memanjang kolom berpengikat sengkang atau spiral tidak boleh kurang dari 1,5 diameter besi ( d b) atau 40 mm.
28 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 5. Tebal minimum selimut beton pelindung tulangan pokok memanjang untuk kolom berpengikat spiral maupun sengkang ditetapkan tidak boleh kurang dari 40 mm. 6. Semua batang tulangan pokok harus dilingkup dengan sengkang dan kait pengikat lateral, paling sedikit dengan batang Dimension 10 (D10). Batasan minimum tersebut diberlakukan untuk kolom dengan tulangan pokok memanjang batang D32 atau lebih kecil, sedangkan untuk diameter tulangan pokok lainnya umumnya sengkang tidak kurang dari batang D12, dan tidak menggunakan ukuran yang lebih besar dari batang D16. 7. Jarak spasi pusat ke pusat (p.k.p) batang tulangan tidak lebih dari 16 kali diameter tulangan pokok memanjang, 48 kali diameter tulangan sengkang, dan dimensi lateral terkecil (lebar) kolom. 8. Tulangan sengkang atau kait pengikat harus dipasang dan diatur sedemikian rupa sehingga sudut-sudutnya tidak bengkok dengan sudut lebih besar dari 135 o. 9. Batang tulangan pokok memanjang harus dipasang dengan jarak bersih antaranya tidak lebih dari 150 mm di sepanjang sisi kolom agar dukungan lateral dapat berlangsung dengan baik. 10. Diameter minimum batang untuk penulangan spiral adalah D10, dan umumnya tidak menggunakan lebih besar dari batang D16. Jarak spasi bersih spiral tidak boleh lebih dari 80 mm dan tidak kurang dari 25 mm. Pada setiap ujung kesatuan tulangan spiral harus ditambahkan panjang penjangkaran 1,50 kali lilitan. Apabila memerlukan penyambungan, harus dilakukan dengan sambungan lewatan sepanjang 48 kali diameter dan tidak boleh kurang dari 300 mm, bila perlu diperkuat dengan pengelasan. Keseluruhan penulangan spiral harus dilindungi dengan selimut beton paling tidak setebal 40 mm,yang dicor menyatu dengan beton bagian inti 11. untuk berbagai jumlah
29 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 12. tulangan pokok terlihat seperti gambar 6 batang
4 batang
6 batang
pengikat tambahan
= 150 mm 8 batang
8 batang
12 batang
12 batang
= 150 mm 10 batang
14 batang
maksimum 150 mm
Gambar 3.5.Susunan Penulangan Kolom
Sumber : Internet
3.2.4. Prosedur Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 1. Pekerjaan Tulangan Kolom Dalam buku Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan Kolom adalah sebagai berikut :
Marking sepatu kolom sebagai batas bekisting kolom
Pasang sepatu kolom pada tulangan utama dan tulangan sengkang
Masukkan besi atau tulangan kolom
Pengkaitan antara stek kolom dan besi kolom
Pasang sengkang pada tulangan kolom
Besi siap dipasang bekistin
2. Pekerjaan Bekisting Kolom
Pasangan badan bekisting kolom sesuai dengan marking yang sudah ada
Pemasangan kepala dan badan bekisting kolom
Bekisting di paku satu sama lain dan diberi klem
Bekisting di pasangi skoor agar bekisting tidak berubah posisi
30 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Bekisting diteliti kelurusannya dengan teodolith
3. Pekerjaan Pengecoran Kolom
Pengecoran dilakukan dengan bucket dan di hubungkan dengan pipa tremi
Lakukan pemadatan dengan vibrator
Bongkar badan bekisting sehingga meninggalkan kepala bekisting kolom
Hasil pengecoran mulus, tidak keropos, dan tidak nge-plint
3.3. BALOK 3.3.1. Pengertian Balok
Balok adalah batang dengan posisi horizontal dari rangka atau frame struktural yang memikul beban yang berasal dari dinding atau dari atap bangunan. Balok juga merupakan bagian dari struktur suatu bangunan yang berfungsi sebagai pengekang/ pengikat dari sistem struktur bangunan. Dalam perencanaan, suatu balok dapat mempunyai bermacam – macam ukuran atau dimensi sesuai dengan jenis beban yang dipikul oleh balok tersebut.
3.3.2. Syarat – syarat Balok Beton Bertulang
Secara umum dimensi suatu balok, yakni b < h. Pemilihan lebar suatu balok mempengaruhi terhadap gaya yang bekerja di dalam balok tersebut, lebar balok yang di pakai, yakni b = ½ h sampai ⅔ h. Secara umum penentuan tinggi suatu balok, yakini h= 1/10h sampai h= 1/15h dari bentang kedua kolom.
31 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Pemasangan ring balok maksimum 4 meter dari sloof, idealnya 3 meter.
Gambar 3.6. Ring Balok
Sumber : Internet
A. Dimensi Balok Rumus untuk menghitung dimensi balok struktur beton, yakni : Menghitung tinggi balok
Menghitung lebar balok
H = 1/10 s/d ¼ L
B B = ½ s/d ⅓ H (≥12cm)
atau H = 1/10 s/d ¼ L
H Ket:
H – tinggi balok (cm) B – tebal balok (cm) L – bentang diantara 2 tumpuan
3.3.3. Klasifikasi balok
Balok
dapat
diklasifikasikan
berdasarkan
bentuk,
susunan
tulangnya dan teknik pelaksanaannya. Berdasarkan teknik pelaksanaanya, perencanaan suatu balok dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a. Balok Persegi Balok persegi merupakan suatu jenis balok dengan dengan bentuk persegi pada dua dimensi (sumbu x dan sumbu y) (PBBI, 1971). Pada
32 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. perencanaanya balok ini dapat dibagi menjadi dua jenis penulangan yaitu tunggal dan rangkap terlihat seperti gambar 3.6.a dan 3.6.b.
a. Balok penulangan tunggal b.Balok penulangan rangkap Gambar 3.7. Balok Penulangan Tunggal dan Rangkap
Sumber : Internet
b. Balok L dan T Merupakan suatu balok yang apabila dalam pelaksanaannya dan perancangan dihitung sebagai suatu struktur yang monolit (menyatu), maka balok ini disebut dengan nama balok L dan atau balok T (Dipohusodo, 1999) terlihat seperti gambar 3.7.
Gambar 3.8. Penulangan Balok L dan T
Sumber : Internet
33 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Menurut PBBI 1971 N.I.-2, adapun syarat-syarat perencanaan balok yaitu: -
Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih.
-
Untuk semua jenis baja tulangan, diameter batang tulangan untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm.
- Tulangan tarik harus disebar merata di daerah tarik maksimum dari penampang. -
Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik pokok.
-
Pada balok harus senantiasa dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil lebih dari 30 cm, sedangkan di bagian-bagian balok dimana sengkangsengkang bekerja sebagai tulangan geser, jarak sengkang-sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 tinggi balok.
Gambar 3.9. Jenis – Jenis umum sistem struktur yang membentang horizontal
Sumber : Internet
Sistem plat dan girder (balok) dapat pula digunakan sebagai elemen struktur yang membentang secara horisontal. Untuk bentang yang pendek, biasanya hanya digunakan hirarki satu tingkat saja. Untuk bentang struktur yang lebih besar, digunakan sistem hirarki dua atau tiga tingkat.
34 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.3.4. Prosedur Pekerjaan Balok
1. Pekerjaan Bekisting Balok
Balok Penyangga di persiapkan
Bodeman di pasang diatas balok suri
Pemasangan bekisting kontak pipi
Pemasangan skoor
Bekisting balok siap di pakai
2. Pekerjaan Pembesian Balok
Besi disiapkan dan di bersihkan dari kotoran
Penulangan balok di kerjakan berdekatan dengan bekisti ngnya
Rangka tulangan yang tidak cukup panjang disambung dengan tulangan ekstra
Tulangan positif (bagian atas) di simpulkan
Tulangan negatif (bagian bawah) di simpulkan
Tulangan di masukkan kedalam bekisting
3.4.
Plat Lantai
3.4.1. Pengertian Plat Lantai
Plat atau slab adalah elemen tipis yang menahan beban – beban transversal melalui aksi lentur ke masing – masing tumpuan. Beban yang umumnya bekerja pada plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat ditumpu diseluruh tepinya atau pada titik – titik tertentu (misalnya oleh kolom) atau tumpuan menerus dan titik. Adapun kegunaan dari plat lantai yaitu : a. Memisahkan ruang bawah dan atas. b. Menahan beban yang bekerja padanya. c. Menyalurkan beban ke balok di bawahnya.
35 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. d. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah. e. Meredam suara dari ruang atas atau dari ruang bawah.
Dimensi Plat Lantai
Rumus untuk menghitung plat lantai struktur beton, yakni :
Untuk plat lantai struktur beton bertulang : ≥ 12cm untuk lantai;
H = 1/30 L s/d 1/35
≥ 8cm untuk
atap
Untuk plat lantai kantilever : H = 1/30 L s/d 1/35
Teori pertama tentang plat beton bertulang diturunkan berdasarkan asumsi yang identik dengan bangunan kayu ditransmisikan dari lantai kayu ke balok anak, ke balok induk, ke kolom. Sistem plat lantai-balok-kolom beton bertulang dianggap serupa. Distribusi bebannya sedemikian rupa, sehingga defleksi lajur plat yang orthogonal adalah sama.
3.4.2. Tipe Plat Lantai
Adapun tipe-tipe plat lantai ( slab) yaitu : a. Sistem Plat Slab Plat slab adalah tipe plat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom
tanpa
balok-balok
(Dipohusodo,
1999).
Sistem
ini
digunakan bila bentangan tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu berat. Tebal plat slab pada umumnya antara 125-250 mm dan untuk bentangan 4,5-7,5 m. b. Sistem Grid Sistem grid dua arah (waffle system) memiliki balok yang saling
36 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. bersilangan, dengan jarak yang relatif rapat yang menumpu pada plat atas (Dipohusodo, 1999). Sistem ini dimaksudkan untuk mengurangi beban sendiri plat dua arah yang tergantung konfigurasi. Sistem grid dua arah ini cukup efisien dilaksanakan pada bentang 9-12 m. c.
Sistem Plat dan Balok Sistem ini dari slab menerus yang ditumpu balok-balok monolit yang umumnya ditempatkan pada jarak sumbu 3-6 m. Tebal plat ditetapkan berdasarkan pertimbangan struktur yang mencakup aspek keamanan terhadap bahaya kebakaran. Aplikasi ketinggian baloknya dibatasi oleh jarak langit-langit yang tersedia. Sistem ini bersifat kokoh dan sering digunakan untuk menunjang sistem lantai yang tidak beraturan, misalnya lantai dasar atau ruang terbuka yang umumnya menerima beban besar akibat adanya taman-taman di atasnya ataupun fungsi arsitek lainnya.
d.
Sistem Lajur Balok Sistem ini serupa dengan balok plat, tetapi balok-balok menggunakan balok dangkal yang lebih besar. Sistem ini semakin banyak diterapkan pada bangunan yang mementingkan tinggi antar plat. Pada sistem ini balok lajur tidak perlu dihubungkan dengan kolom interior atau kolom eksterior. Plat diantara balok lajur dapat didesain sebagai elemen yang memiliki momen inersia bervariasi dengan memperhitungkan penebalan balok. Alternatif
lain
adalah
dengan
menempatkan
balok-balok
anak
membentang diantara balok-balok lajur. Sistem ini menghemat pemakaian cetakan.
Gambar 3.10. Mekanisme Transfer beban pada suatu sistem struktur
Sumber : Internet
37 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.4.3. Syarat – Syarat Plat Lantai
Menurut SNI 03-2847-2002, yaitu : 1. Kecuali apabila tebal minimum plat tidak ditentukan oleh pembatasan tulangan, syarat kekakuan, syarat lebar retak, syarat dalam ketahanan dalam kebakaran; maka dalam segala hal plat tidak boleh diambil kurang dari 7cm untuk plat dan 12cm untuk plat lantai. 2. Dalam segala hal tulangan plat, termasuk tulangan pembagi, tidak boleh diambil kurang dari pada yang diperlukan untuk memikul susut dan perubahan suhu. Luas tulangan ini harus diambil minimum 0,25% dari luas beton yang ada. 3. Pada plat – plat dimana tulangan pokoknya hanya berjalan dalam satu arah, maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang tulangan pembagi. 4. Pada plat – plat yang dicor setempat, diameter dari batang tulangan pokok dari jenis baja lunak dan baja sedang harus diambil minimum 8mm dan dari tulangan pembagi minimum 6mm. Pada penggunaan batang tulangan dari jenis baja keras, diameter dari batang tulangan pokok harus diambil minimum 5mm dan dari tulangan pembagi minimum 4mm. 5. Pada plat – plat yang lebih tebal dari 25cm senantiasa harus dipasang tulangan atas dan tulangan bawah disetiap tempat. Ketentuan ini tidak berlaku pada pondasi telapak.
3.4.4. Prosedur Pekerjaan Plat Lantai
1. Pekerjaan Bekisting Plat Lantai
Siapkan balok penyangga
Tentukan sumbu dan elevasi balok dengan cara memakai titik acuan elevasi (yang ada pada kolom) lalu di ukur dengan meteran untuk mendapatkan tinggi balok yang memadai
Pasang balok – balok kayu di atas perancah dengan acuan benang
Pengerjaan suri – suri
38 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Plywood di persiapkan dan di paku di atasnya
Pengecekan dengan waterpass
2. Pekerjaan Pembesian Plat Lantai
Lakukan pengukuran jarak sumbu ke sumbu tulangan
Pasang lapisan tulangan pertama, kemudian di ikat
Pemasangan lapisan tulangan kedua, dan di ikat
Pasang support atau ganjalan – ganjalan (support tradisi, gelgas, rak atau garis)
Pasang penahan jarak minimal 2 per m² bekisting atau lantai kerja
3. Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Bekisting di bersihkan dari sisa – sisa kotoran
Beton dari ready mix dari concrete mixer truck dilakukan pengujian slump
Setelah nilai uji slump memenuhi syarat, beton ready mix dituangkan dari concrete mixer ke dalam bucket dalam concrete pump truck
Sambungan antara beton lama dengan beton baru di siram dengan calbond (super bonding agent)
Setelah beton ready mix keluar dari pipa baja kemudian di rat akan dengan penggaruk
Gunakan concrete vibrator untuk memadatkan beton
Adukan diratakan dengan kayu perata sesuai dengan tinggi peil yang di tentukan.
Setelah 3 hari, bekisting plat lantai dapat dibongkar, sedangkan bekisting balok dapat di bongkar setelah 7 hari.
39 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
3.5. BETON 3.5.1. Pengertian Beton
Nawy dalam buku Teknologi Beton (Ir. Tri Mulyono, M.T. : 2003 : halaman 3) mendefinisian beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Menurut SNI 03-2847-2002 tentang TATA CARA PERHITUNGAN STRUKTUR BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG, beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Beberapa pengertian beton menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia SNI
03-2847-2002, yaitu :
Beton : bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland dan air.
Beton bertulang : beton yang mengandung batang tulangan dan direncanakan berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya.
Beton tak bertulang : beton yang tidak mengandung batang tulangan.
Beton pra-tekan: beton bertulang di dalam mana telah ditimbulkan tegangan-tegangan intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa hingga tegangan-tegangan akibat beban-beban dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang diinginkan.
Beton pra-cetak : bagian-bagian beton bertulang atau tak bertulang yang dicetak dalam kedudukan yang lain dari pada kedudukan akhirnya di dalam konstruksi.
Beton :campuran dari agregat halus dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain) dengan semen, yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu ( sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001)
40 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Jadi, beton didapat dari percampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau semacam bahan lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai pembantu reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama beton. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu beton, yakni : Mutu bahan batuan, Jenis / mutu semen, Faktor air semen, Gradasi / susunan butir bahan batuan, Pelaksanaan pembuatan beton. Curing (pematangan) beton, yaitu perawatan beton
untuk dapat mencapai kekuatan yang diinginkan. Pada penggunaan sebagai sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerjasama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik. Struktur beton tersebut lazim disebut sebagai beton bertulang.
41 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.5.2.
Unsur-Unsur Beton Unsur Beton
Agregat Kasar
Air (14% 21%)
dan
Semen
Udara
(7% - 15%)
(1% - 8%)
Agregat Halus Gambar 3.11. Diagram Unsur Beton
Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bangunan
a.
Air (14 %- 21 %)
1. Pengertian
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu : Air :
- barang cair sebagai yg biasa kita minum, untuk mandi, -
barang cair yg terdapat di buah-buahan dsb,
-
barang cair yg rupanya sebagai air.
2. Syarat-syarat air 1
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, air
yang digunakan untuk membuat beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, zat organik atau bahan lain yang bersifat merusak beton dan tulangan. Perbandingan maksimum antara air dan semen adalah 50 liter per 100 kg atau 20 liter per zak semen. Jumlah air dapat dikurangi sesuai keperluan dengan melihat keadaan cuaca atau
1
Istimawan Dipohusodo. Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Dept.P.U. 1999.Gramedia: Jakarta
42 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. kelembaban dari bahan pasir dan split untuk mempertahankan hasil yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki.
b. Agregat 1. Pengertian Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2, yaitu :
Agregat
:
butiran-butiran mineral yang dicampurkan dengan semen portland dan air menghasilkan beton.
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton. (sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001) Jadi, agregat merupakan bahan pengisi pada beton, berupa butiran-butiran mineral yang nantinya dicampurkan dengan semen portland dan air. 2. Pembagian Agregat 2
Berdasarkan ukurannya agregat terbagi atas agregat halus dan
agregat kasar. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau partikel-partikel yang lewat saringan # 4 mm atau 5 mm, sedangkan agregat kasar tidak melalui saringan tersebut. Nilai kuat beton yang dicapai sangat ditentukan oleh mutu bahan agregat ini.
Agregat Halus (pasir)
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, pasir yang digunakan
untuk
bahan
bangunan
dipilih
yang
memenuhi
persyaratan berikut: 1. Butiran pasir halus berukuran antara 0,15 – 5 mm 2
Istimawan Dipohusodo. Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 Dept.P.U. 1999.Gramedia: Jakarta
43 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 2. Harus keras berbentuk tajam , tidak mudah hancur oleh pengaruh cuaca 3. Tidak boleh mengandung lumpur . 5 % ( persentase berat dalam keadaan
kering ). Bila mengandung lumpur . 5 % maka harus
dicuci 4. Tidak
mengandung
bahan
organik,
garam,
minyak
dan
sebagainya 5. Harus bergradasi dengan baik, yaitu terdiri dari beberapa macam ukuran besar butir sisa diatas saringan dengan lubang 1 mm minimum 95 % x berat. Penyimpanan pasir di lapangan hendaknya harus memenuhi persyaratan penyimpanan yaitu ditimbun di atas bak berlantai agar tanah tidak terbawa waktu pengambilan pasir.
Agregat Kasar
Syarat – syarat batu pecah untuk adukan semen antara lain : 1. Harus keras 2. Tidak dipilih 3. Tidak lapuk oleh pengaruh cuaca, harus bersih dari bahan organik dan zat lain yang dapat merugikan kualitas beton. 4. Harus bergradasi baik.
3. Fungsi Agregat Dalam Beton
Didalam beton, agregat, (agregat halus dan agregat kasar) mengisi sebagian volume beton, yaitu 50% - 80%, sehingga sifat-sifat dan mutu agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat dan mutu beton. Penggunaan agregat dalam beton, yakni : b. menghemat penggunaan semen portland, c. menghasilkan kekuatan yang besar pada beton,
44 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. d. mengurangi susut pengerasan beton, e. mencapai susunan yang padat pada beton. Dengan gradasi agregat yang baik, maka akan didapatkan beton yang padat, f.
mengontrol workability atau sifat dapat dikerjakan aduk beton.
c. Semen (7 % - 15 %) 1. Pengertian Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia 1999 :
Semen
:
1 adukan kapur dsb untuk merekatkan batu bata (membuat tembik dsb); 2 sb serbuk (tepung) dari kapur dsb yang dipakai untuk membuat beton, merekatkan batu bata dsb; 3 sb zat kapur yang melekat pada akar gigi.
Semen Portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk
halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikatsilikat kalsium yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan. (sumber : Teknologi Beton, Kanisius : 2001) Jadi, semen merupakan bubuk halus yang menjadi bahan adukan beton yang berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan pembentuk beton tersebut.
2. Bahan Baku Semen 3
Jika
bahan
Semen
Portland
itu
diuraikan
susunan
senyawanya secara kimia, akan terlihat jumlah oksida yang membentuk bahan semen itu. Semen dibuat dari bahan-bahan /
3
Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
45 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. unsur-unsur yang mengandung oksida-oksida. Unsur-unsur itu kurang lebih seperti yang tercantum pada table berikut : Jenis bahan
Persentase ( % )
Batu kapur ( Cao)
60-65
Pasir Silikat (SiO2)
17-25
Tanah Liat ( Al2O3)
3-8
Biji Besi (Fe2O3)
0.5-6
Magnesia (MgO)
0.5-4
Sulfur (SO3)
1-2
Soda (Na2O +K2O)
0.5-1
Tabel 3.1. Komponen Bahan Baku Semen
3. Jenis Penggunaannya
Ditinjau dari penggunaannya, menurut ASTM semen portland dapat dibedakan menjadi : a. Jenis I
:
Semen portland jenis umum, yaitu jenis semen
Portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus. b. Jenis II
:
Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Jenis ini digunakan untuk bangunan tebal-tebal seperti pilar dengan ukuran besar, tumpuan dan dinding tahan tanah tebal, dan sebagainya.
46 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. c. Jenis III
:
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat,
sehingga
dapat
digunakan
untuk
perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera dilepas. d. Jenis IV :
Semen
portland
dengan
panas hidrasi
yang
rendah. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidrasi serendah-rendahnya.
Kekuatannya
tumbuh
lambat. Jenis ini digunakan untuk banguan beton massa seperti bendungan-bendungan gravitasi besar. e. Jenis V
:
Semen portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang kena sulfat, seperti di tanah, atau air yang tingi kadar alkalinya.
d.Udara (1%-8%)
3.5.3. Sifat-Sifat Umum Beton 4
Pada umumnya beton terdiri dari kurang lebih 15% semen,
8% air, 3% udara, selebihnya pasir dan kerikil. Beton harus memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan tujuan pemakaian beton tersebut serta kebutuhan, sehingga konstruksi lebih ekonomis. Sifat umum yang ada pada beton adalah sebagai berikut : b. Kemampuan dikerjakan / workability
4
Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
47 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Bahwa
bahan-bahan
beton
setelah
diaduk
bersama,
mengahasilkan adukan yang bersifat sedemikian rupa sehingga adukan mudah diangkut, dituang/ dicetak, dan dipadatkan menurut tujuan pekerjaannya tanpa terjadi perubahan yang menimbulkan kesukaran atau penurunan mutu. Unsur-unsur yang mempengaruhi, yakni :
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran aduk beton,
Penambahan semen ke dalam adukan beton,
Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus,
Pemakaian butir-butir agregat yang bulat akan mempermudah cara pengerjaan beton.
Cara memadatkan beton dan/ atau jenis alat yang digunakan
c. Sifat tahan lama/ durability Merupakan sifat dimana beton tahan terhadap pengaruh luar selama dalam pemakaian. d. Sifat kedap air e. Kekuatan beton Sifat utama yang umumnya harus dimiliki oleh beton. Secara umum kekuatan beton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : faktor air , semen dan kepadatan.
3.5.4. Keuntungan dan Kelebihan Beton
Beton tersedia dalam bentuk semi cair selama proses pembangunan sehingga memiliki keuntungan antara lain: a. Hal ini berarti bahwa bahan-bahan lain dapat digunakan kedalamnya dengan mudah untuk menambah sifat yang dimilikinya. b. Beton dapat dicetak kedalam variasi bentuk yang luas.
48 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. c. Proses percetakan memberikan sambungan antar elemen yang sangat efektif dan menghasilkan struktur yang menerus yang menaikkan efisiensi struktur. Beton bertulang selain memiliki kekuatan tarik juga memiliki kekuatan tekan dan karena itu cocok untuk semua jenis elemen struktur termasuk elemen struktur yang memilkul beban jenis lentur. Kelebihan beton antara lain: a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi. b. Ekonomi, merupakan pertimbangan yang sangat penting, meliputi: material, kemudahan dalam pelaksanaan, waktu untuk konstruksi, pemeliharaan struktur, daktilitas, dan sebagainya. c. Keserasian beton untuk memenuhi kepentingan struktur dan arsitektur. Beton di cor ketika masih cair dan menahan beban ketika telah mengeras. Hal ini sangat bemanfaat, karena dapat mengubah berbagai bentuk. d. Mampu memikul beban yang berat. e. Tahan terhadap temperatur yang tinggi (tahan terhadap api yang tinggi). f.
Biaya pemeliharaan yang kecil.
g. Mempunyai kekakuan yang tinggi. h. Bahan bakunya mudah didapat.
Kekurangan beton antara lain: a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah. b. Kekuatan tarik rendah (sekitar 70 % dari kekuatan tekan), sehingga mudah retak. Meskipun mungkin tidak terlihat tetapi memungkinkan udara lembab masuk melalui retak itu, dan membuat baja tulangan karat. c. Memerlukan biaya untuk bekisting, perancah (untuk beton cor ditempat) yang tidak sedikit jumlahnya.
49 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. d. Kekuatan per satuan berat atau satuan volume yang relatif rendah. Kekuatan beton berkisar antara 5 sampai 10 % kekuatan baja meskipun berat jenisnya kira-kira 30 % dari berat baja. Oleh karena itu, struktur beton membutuhkan berat yang lebih banyak. Alasan inilah yang menjadi dasar mengapa jembatan bentang panjang dibuat dengan sruktur baja. e. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi f.
Daya pantul suara yang besar.
g. Sifat yang tergantung waktu rangkak dan susut.
3.5.5. Klasifikasi Beton
Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam kriteria, seperti berdasarkan berat satuan, kekuatannya, pemakaian, dan sebagainya. Klasifikasi yang umum digunakan adalah berdasarkan berat satuannya dan kekuatannya.
3.5.5.1.Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya
Beton Normal
Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuannya
Beton Ringan
Mempunyai berat satuan 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah
Mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3
Gambar 3.12. Klasifikasi Beton Berdasarkan Berat Satuan
Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bahan 2
50 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.5.5.2.Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya Beton Mutu Normal (Normal Strength Concrete)
Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya
Memiliki kekuatan
Memiliki kekuatan
Beton Mutu Tinggi
Beton Mutu
Memiliki kekuatan
Sangat Tinggi
Gambar 3.13. Klasifikasi Beton Berdasarkan Kekuatannya
Sumber : Jurnal Perkuliahan Teknologi Bahan 2
3.5.5.3.Klasifikasi Mutu Beton
Pengawasan terhadap
bm
σ
bk
σ
Kelas
Mutu 2
Kg/Cm
I
dg.s=46
Tujuan
(Kg/cm2) Non-
Mutu
Kekuatan
agregat
tekan
Ringan
Tanpa
B0
-
-
B1
-
-
Strukturil
Sedang
Tanpa
K 125
125
200
Strukturil
Ketat
Kontinu
K 175
175
250
Strukturil
Ketat
Kontinu
K 225
225
300
Strukturil
Ketat
Kontinu
K>
> 225
> 300
Strukturil
Ketat
Kontinu
strukturil
II
III
225
Tabel 3.2. Kelas dan Mutu Beton
Sumber : Peraturan Beton Bertulang N.I.-2. 1071
51 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.5.5.4. Peraturan dan Standar Perencanaan Struktur Beton
Bertulang
di Indonesia
Di Indonesia, peraturan atau pedoman standar mengenai perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang diatur dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI). Perkembangannya dimulai pada Peraturan Beton Indonesia 1955 (PBI 1955), kemudian PBI 1971, dan yang terakhir yakni Standar Tata Cara Penghitungan Struktur Beton nomor : SK SNI T-15-1991-03. Sebagai dasar pelaksanaan pada proyek Pembangunan Gedung Global digunakan peraturan sebagai berikut : -
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ( SK SNI T-15-1991-03 ),
-
Pedoman Beton 1989,
-
Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1983,
-
Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung 1983,
-
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia(PUBI – 1989) – NI – 3,
-
Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 ( NI – 8 ),
-
Mutu dan Cara Uji Sement Portland ( SII 0013 – 81 ),
-
Mutu dan Cara Uji Agregat Beton ( SII – 052 – 80 ),
-
Baja Tulangan Beton ( SII 0136 – 84 ),
-
Peraturan Bangunan Nasional 1978,
-
Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat,
-
Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung ( SKBI – 2.3.53.1987 UDC : 699.81.624.04 ).
52 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.6. Baja Tulangan 1. Pengertian Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1999, yaitu :
Bertulang
: ada tulanganya; memakai (mempunyai) tulang; beton - , beton yg memakai rangka besi.
Baja tulangan adalah jenis baja yang dipakai untuk tulangan
beton yang harus memenuhi ketentuan-ketentuan dari pasal 3.7. (sumber : Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2) Jadi, (baja) tulangan merupakan rangka besi yang dipakai pada beton bertulang. Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja secara baik didalam sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang fungsinya untuk menahan gaya tarik yang ada didalam sistem. Untuk keperluan penulangan tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan. 2. Jenis - Jenis Baja Tulangan 5
Baja tulangan menurut bentuknya dibagi dalam batang polos
dan batang yang diprofil. Yang dimaksud dengan batang polos adalah batang prismatis berpenampang bulat, persegi, lonjong dan lain-lain dengan permukaan licin. Yang dimaksud dengan batang yang diprofil adalah batang prismatis atau dipuntir, yang permukaannya diberi rusukrusuk yang terpasang tegak lurus atau miring terhadap sumbu batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak lebih dari 0,7 kali diameter pengenalnya. Jenis-jenis baja tulangan, yakni : baja polos, baja isteg, baja ulir, baja ransome, baja silang bertordir. Beberapa diameter yang dipakai pada baja tulangan, yakni : Ø 6mm, Ø 8mm, Ø 10mm, Ø 12mm, Ø 13mm, Ø 14mm, 5
Departemen PU dan Tenaga Listrik, DirJen Ciptakarya. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2 . Bandung.
53 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Ø 16mm, Ø 19mm, Ø 22mm, Ø 25mm, Ø 28mm, dan Ø 32mm. Panjang baja tulangan ± 12 meter.
3.7.Beton Mixed 3.7.1. Pengertian 6
Beton mixed merupakan beton yang komponen-komponen
penyusunnya telah siap untuk dicampur/ diaduk pada alat pengaduk. Komponen-komponen penyusunnya (semen, agregat, dan pasir) ditakar dengan komposisi tertentu, sehingga pengawasan terhadap mutu beton menjadi sangat ketat 3.7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Beton Ready Mixed 7
Penggunaan beton ready mixed mempunyai kekurangan dan
kelebihan tersendiri yang perlu diketahui dan diatasi. Beberapa alasan dalam pemilihan beton ready mixed, yakni : Perbandingan biaya antara beton dicampur dilapangan ( site-
mixing ) dengan beton ready mixed. Minimnya tempat di lokasi untuk meletakkan alat pencampur di
lapangan dan tempat untuk menimbun agregat serta material lainnya. Pengecoran dalam jumlah yang besar juga membutuhkan fasilitas
produksi yang besar pula.
6
Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001. Idem
7
54 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.7.2.1. Instalasi Beton Ready Mixed 8
Ada 2 jenis utama dari instalasi beton Ready Mixed, yaitu : 1.
Instalasi Penakar Kering Pada jenis instalasi ini bahan yang ditakar dimasukkan ke dalam truk pencampur untuk dicampur dan diangkat ke lapangan. Air ditambahkan ke dalam truk pencampur sewaktu masih di instalasi, tetapi beberapa supplier beton menambah air ketika truk telah tiba dilapangan.
2.
Instalasi Penakar Basah Pada jenis ini semua bahan ditakar dan dimasukkan langsung kedalam alat pencampur (terdiri atas suatu pan mixer dengan tenaga penggerak atau alat campur dengan pengaduk menerus). Beton dicampur rata sebelum dimasukkan ke dalam kendaraan lain untuk diangkut ke lapangan.
Instalasi ready mix memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap kualitas beton, salah satu alasannya adalah karena petugas penakaran dapat memeriksa beton sebelum dicurahkan ke dalam truk pencampur. Truk
pencampur
merupakan
alat
campur
yang
dapat
membongkar isinya hingga jatuh bebas dan dipasang diatas chasis suatu truk. Dimensi truck yakni : panjang 8m, lebar 2,5m dan tinggi 3,5m dengan berat sekitar 24 Ton. Truck dengan tiga sumbu roda yang mampu membawa muatan sebesar 5-6 m 3 beton, merupakan truck yang paling sering dipakai.
8
Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
55 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.7.2.2.Syarat-Syarat untuk Beton Ready Mixed 9
Adapun syarat-syarat beton ready mixed pada pelaksanaan proyek
pembangunan gedung, yakni : 1. Pada prinsipnya semua persyaratan-persyaratan untuk yang dibuat dilapangan berlaku juga untuk Beton Ready Mix, baik mengenai persyaratan semen, agregat, air, maupun admixture, testing beton, slump dan sebagainya, 2. Diisyaratkan agar pemesanan Beton Ready Mix dilakukan pada supplier Beton Ready Mix yang sudah terkenal stabilitas mutunya.,
kontinuitas
penyediaannya
dan
mempunyai/
mengambil material-material dari tempat tertentu yang tetap dan bermutu baik, 3. Direksi/ Konsultan Pengawas akan menolak setiap Beton ready Mix yang sudah mengeras dan menggumpal untuk tidak digunakan dalam pengecoran. Usaha-usaha yang menghaluskan/ menghancurkan Beton Ready Mix yang sudah mengeras atau menggumpal sama sekali tidak diperbolehkan, 4. Rekanan harus meminta jaminan tertulis kepada Supplier Beton Ready Mix jaminan tentang mutu beton, stabilitas mutu, dan kontinuitas
pengedaan
dan
jumlah/
volume
beton
yang
digunakan, 5. Beton Ready Mix yang tidak memenuhi mutu yang diisyaratkan, walaupun disuplai oleh Perusahaan Beton Ready Mix, tetap merupakan tanggung-jawab sepenuhnya dari Rekanan, 6. Beton Ready Mix yang sudah melebihi waktu 3 (tiga) jam, yaitu terhitung sejak dituangkannya air ke campuran beton kedalam truk ready mix di plant/ pabrik sampai selesainya beton ready mix tersebut dituangkan dicor, tidak dapat digunakan atau dengan perkataan lain akan ditolak. Segala akibat biaya yang ditimbulkan menjadi beban dan resiko Rekanan.
9
Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
56 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.7.3. Tahapan Dalam Pencampuran dan Uji Beton Mixed 10
Adapun tahapan-tahapan dalam pembuatan/ Pencampuran beton uji, yakni :
a. Menyiapkan bahan-bahan pembentuk beton (semen, agregat, air) untuk dilakukan pencampuran. Perbandingan campuran semen diukur dengan menggunakan alat timbangan
b. Pelaksanaan pencampuran, mencampur bahan-bahan dasar dengan menggunakan alat pengaduk (molen),
c. Melakukan pengujian dengan “Slump”.
Uji Slump
Tes Beton sebelum dilakukannya pengecoran baik untuk plat lantai, kolom, balok dan plat tangga 1. Mobil molen masuk ke dalam site projek 2. Mengambil sample beton secukupnya dan dimasukkan kedalam gerobak atau angkung 3. Mengecek kekentalan beton dan mencari nilai slam pada beton yang telah dipesan dengan menggunakan kerucut abram, dan pengecekan angka slam yang telah ditentukan oleh konsultan perencana dan kesepakatan antara owner, pihak-pihak terkait lainnya. Projek Asrama haji ini memiliki spek slam 12 ± 2 berarti angka slam berkisar antara 10 s/d 14, apabila tes beton tidak memenuhi spek yang telah diminta yaitu 12 ± 2 atau melebihi angka maka mobil dipulangkan dan diganti dengan mobil berikutnya, sebaliknya apabila pengetesan beton OK maka mobil siap untuk melakukan pengecoran pada bangunan blok 1 dan blok 2 (kode area projek) berapa yang akan dilakukan pengecoran. 4. Sedikit Sample beton yang tadi sudah diambil dimasukkan ke dalam kerucut abram ( point 3), sisa sample yang berlebihan dimasukkan kedalam slynder beton sebagai benda uji untuk pengetesan di labor 10
Dr.Wuryati Samekto, M.Pd. Teknologi Beton. Kanisius; Bandung.2001.
57 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. (Cleasing Test). Jumlah benda uji tergantung hitungan mobil yang masuk pada hari itu, mulai dari star pengecoran dihitung mobil pertama dst. 5. Pengetesan beton di labor sesuai umru beton yang telah ditentukan yaitu 7, 14, 28 hari. Proyek Asrama Haji mengambil umur beton untuk diambil pengetesan dilabor umur beton sudah mencapai 28 hari( 100 % beton siap di tes). 6. Pengetesan dilakukan dengan mengetes kekuatan tekan pada beton, yaitu dengan mengoreksi angka yang telah ditentukan, ternyata pengetesan OK maka mutu beton bagus, sebaliknya jika tidak OK maka dilakukan pembobokan beton pada area yang sudah ditentukan. 7. Sebelum dilakukannya pembobokan pada beton, langkah yang harus dilakukan adalah beton diguring langsung di projek dengan membor area yang bermasalah dengan berbentuk slynder dan langsung dilakukan tes tekan, ternyata hasil pengetesan OK maka beton tidak ada masalah dan dilakukan pengisian beton baru pada daerah yang dilakukan pengguringan, tetapi sebaliknya jika ternyata hasilnya tidak OK langkah selanjutnya dilakukan dengan menggunakan hammer test pada area yang sama, yaitu dilakukan penembakan pada beton dengan menggunakan alat hammer bantuan compresor. 8. Setelah dilakukan pengetesan dengan hammer test maka yang harus dikoreksi adalah hasil angka pengetesan yang telah ditentukan oleh projek, Apabila pengetesan OK maka nbeton tidak ada maslah, sebaliknya jika tidak OK langkah terakhir adalah pembobokan beton.
Hal ini bertujuan untuk mengukur tinggi penurunan aduk beton setelah dilepas dari alat “slump” yang digunakan. Tinggi slump menunjukkan derajat mampu dikerjakan dari aduk yang diukur. Slump yang tinggi menunjukkan, bahwa aduk beton terlalu cair, dan sebaliknya. Campuran beton dengan nilai slump rendah sesuai untuk digunakan pada pekerjaan dalam bidang yang luas
58 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. seperti pada plat lantai, sedangkan nilai slump yang sedang atau tinggi dapat digunakan untuk pekerjaan dengan penampang yang sempit dan tulangan yang rapat seperti pada balok dan kolom
d. Pembuatan dan persiapan benda uji. e. Perawatan benda uji di dalam Laboratorium. Setelah satu hari, cetakan dibuka dan benda uji direndam selama 6 hari di dalam bak.
f.
Pengujian mutu beton. Hal ini ditujukan untuk mengetahui mutu kuat suatu beton, sehingga sesuai dengan mutu beton yang diharapkan.
3.7 Pabrikasi Tulangan 11
Pabrikasi tulangan adalah proses pembentukan besi menjadi tulangan
yang akan memperkuat beton. Besi yang dipakai dapat berbeda-beda jenis dan ukurannya sesuai dengan besarnya beban yang akan diterima oleh beton. Perlakuan
terhadap
besi
baik
berupa
pembengkokan,
pemotongan
dan
penyambungan harus benar-benar diperhatikan. Kesalahan dalam perlakuan ini akan menyebabkan kurangnya kekuatan struktur beton.
3.7.1
Pembengkokan Tulangan
Dalam pembengkokan tulangan harus diperhatikan beberapa hal sesuai dengan ketetapan Peraturan Beton Bertulang Indonesia, N.I.-2. 1971, yaitu sebagai berikut : 1.Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara yang merusak tulangan itu.
11
Departemen PU dan Tenaga Listrik, DirJen Ciptakarya. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. 1971, N.I. – 2 . Bandung.
59 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 2.Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya. 3.Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh dibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana. 4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana. 5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak ( polos atau diprofilkan ) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak boleh mencapai suhu lebih dari 850 °C. 6.Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pemanasan di atas 100 °C yang bukan pada waktu di las, maka dalam perhitungan perhitungan sebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin. 7.Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila diijinkan oleh perencana. 8.Batang tulangan yang dibengkokkan dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air. 9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8 kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian bengkokan
3.7.2 Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan
Pada pemotongan dan pembengkokan tulangan terdapat batasan batasan yang masih dapat ditolerir, toleransi yang ditetapkan dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia .1971, N.I. – 2, adalah sebagai berikut :
60 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi – toleransi yang disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransitoleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut. 2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran dan terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan dalam ayat 3 dan 4. Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25 mm. 3. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm 4. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm.
a) Toleransi batang lurus atau batang antara bengkokan-bengkokan
1+ 50 mm – 25 mm untuk batang yang diserahkan menurut ukuran
b) Toleransi batang-batang yang dibengkok
a ≤ 60 cm toleransi ±
6 mm
1 ± 25 mm a > 60 cm toleransi ± 12 mm
61 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
a ≤ 60 cm toleransi ±
6 mm
a
13.0434
> 43.3660
43.2663
12 + 25 mm
1 + 25 mm
c) Toleransi sengkang, lilitan spiral dan ikatan-ikatan 36.9857
12.9711
1 ± 25 mm
Ukuran Luar ± 6 mm
24.6426
26.2608
13.5017
Gambar. 3.15. Toleransi Pemotongan dan pembengkokan tulangan Sumber : Digambar ulang dari : Peraturan Beton Bertulang Indonesia, 1971, N.I.-2
3.7.3
Pemasangan Tulangan
Berdasarkan pemasangan
Peraturan
Beton
Bertulang
Indonesia
.1971,
N.I. – 2,
tulangan harus sesuai dengan peraturan yang telah disyaratkan,
yaitu :
1. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat.
2. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
62 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelanggelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
4. Pada plat-plat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan plat yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.
3.7.4
Toleransi pada Pemasangan Tulangan
Toleransi
pada
pemasangan
tulangan
berdasarkan
Peraturan Beton Bertulang Indonesia.1971, N.I. – 2, adalah, sebagai berikut : 1. Batang tulangan harus dipasang pada tempatnya sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar-gambar rencana. Apabila tidak ditetapkan lain oleh perencana pada pemasangan tulangan ditetapkan toleransi – toleransi seperti tercantum dalam ayatayat berikut. 2. Terhadap kedudukan diarah ukuran konstruksi yang terkecil ditetapkan toleransi sebesar ± 6 mm untuk ukuran 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk ukuran lebih dari 60 cm. 3. Terhadap kedudukan bengkokan diarah memanjang ditetapkan toleransi sebesar ± 50 mm, kecuali pada bengkokan akhir.
63 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 4. Terhadap kedudukan bengkokan akhir dari batang ditetapkan toleransi sebar ± 25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup beton di ujung batang memenuhi yang disyaratkan. 5. Terhadap kedudukan batang-batang tulangan plat dan dinding ditetapkan toleransi di dalam bidang tulangan sebesar ± 50 mm. 6. Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral dan ikatan-ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm. 7. Apabila pipa-pipa atau benda-benda lain direncakan menembus beton atau ditanam di dalam beton, maka tulangan tidak boleh dipotong dan tidak boleh digeser ditempatnya lebih jauh dari pada toleransi-toleransi yang ditentukan dalam ayat 2 s/d 6.
3.7.5 Pekerjaan Pembesian
Beton tidak mampu menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang akan timbul (Dipohusodo, 1999). Untuk keperluan penulangan tersebut digunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis menguntungkan dan baja tulangan yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran ataupun kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa batang kawat baja yang dirangkai (dianyam) dengan teknik pengelasan. Wire mesh dipakai untuk plat dan cangkang tipis atau struktur lain yang tidak mempunyai tempat cukup bebas untuk pemasangan tulangan, jarak spasi dan selimut beton sesuai dengan syarat pada umumnya (Dipohusodo, 1999). Bahan batang baja rangkai yang dimaksud didapat dari hasil penarikan baja pada suhu dingin dan dibentuk dengan pola ortogonal, bujur sangkar, atau persegi empat, dengan dilas pada semua titik pertemuannya. Dalam hal pemasangan, perlu diperhatikan bahwa tulangan harus
64 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. dipasang pada letak yang benar serta didukung dengan baik untuk menjamin bahwa tidak akan terjadi pergeseran ketika dilaksanakan pengecoran. Pekerja yang telah terlatih dalam pemasangan tulangan mutlak diperlukan bilamana pekerjaan hendak dilakukan secara efisien. Selimut beton yang memadai terhadap tulangan sangat diperlukan bilamana masalah yang timbul dari korosi sebagai konsekuensi yang harus dihindari. Kealpaan didalam menyediakan selimut beton yang memadai akan
mengakibatkan
korosi
tulangan
yang
pada
akhirnya
akan
menyebabkan pecahnya beton pada suatu bangunan. Menurut PBBI 1971 N.I.-2, adapun jenis tulangan yang digunakan dalam pekerjaan struktur adalah sebagai berikut: a. Baja Tulangan Polos (BJTP) Baja tulangan polos adalah batang prismatik yang berpenampang bulat, lonjong, segi empat dan lain-lain dengan permukaan yang rata dan licin. b. Baja Tulangan Ulir (BJTD) Baja tulangan ulir adalah batang prismatik berulir permukaannya diberi rusukrusuk yang terpasang tegak lurus atau miring dengan jarak tidak lebih dari 0,7 garis tengah tulangan.
3.7.6 Peralatan yang Digunakan dalam Proyek
Untuk menghasilkan suatu pekerjaan yang cepat, tepat, efektif dan efisien maka dalam pengerjaan sangat diperlukan peralatan yang tepat untuk digunakan sesuai dengan fungsi dari alat masing-masing. Adapun peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Vibrator (Alat Penggetar) Vibrator merupakan suatu alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton yang belum mengeras dengan harapan dapat menghilangkan rongga-rongga udara yang ada sehingga dapat dihasilkan
65 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. beton yang padat dan bermutu tinggi. Cara operasinya adalah dengan memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting. b. Bar Cutter (Alat Pemotong Tulangan) Baja tulangan dipesan dengan ukuran panjang standar. Untuk keperluan tulangan yang pendek, maka dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu gunting tulangan yang dioperasikan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. c. Molen (Pengaduk Beton) Dalam pelaksanaan pengadukan beton banyak digunakan mesin aduk atau molen. Dengan adukan ini, adukan akan tercampur lebih merata dan lebih sempurna. Selain adukan yang baik, kecepatan adukan lebih meningkat, dan biaya aduk lebih murah dibandingkan dengan cara mengaduk dengan tenaga manusia. d. Theodolit Theodolit merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi galian timbunan. Cara operasinya adalah dengan mengatur nivo dan unting-unting di bawah theodolit. Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan. e. Lift Barang Lift barang digunakan untuk mengangkat material kayu dan besi besar dari bawah ke atas. f. Alat Pembengkok Tulangan Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan seperti pembengkokkan tulangan sengkang, pembengkokan untuk sambungan tulangan kolom, juga pembengkokan tulangan balok dan plat.
66 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. g. Gerobak Dorong Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran. h. WaterTank Digunakan untuk tempat penampungan air yang akan digunakan selama proses pengerjaan. i.
Mesin Penyedot Air Alat ini digunakan untuk menyedot air yang ada di dalam tanah maupun air hujan yang masuk ke dalam acuan beton yang akan di cor.
j.
Meteran Alat ini terbuat dari baja yang sangat tipis, digunakan untuk mengukur ketebalan, lebar, dan tinggi suatu pekerjaan.
k. Gergaji Gergaji yang digunakan adalah gergaji pemotong dan gergaji pembelah kayu dengan panjang dan ukuran yang ditentukan. l.
Stager Stager merupakan perancah dari kayu yang digunakan untuk mendukung acuan dan beban yang dipikul. Stager digunakan pada saat pengecoran bekisting balok dan kolom.
m. Mistar Siku Alat ini terbuat dari baja yang membentuk sudut 90 0 dilengkapi dengan garis dalam ukuran mm, cm, dan inch. Alat ini digunakan untuk menyetel kesikuan pada dinding acuan. n. Selang Plastik Selang ini digunakan untuk menyamakan suatu ketinggian dari suatu titik ke titik yang lain. o. Sendok Spesi Alat ini digunakan untuk mengambil mortar dan meratakan permukaan beton
67 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. yang telah selesai dikerjakan.
3.8
Pekerjaan Beton
3.8.1 Persiapan
Sebelum dimulai pengecoran dilakukan beberapa tahapan persiapan. Tahapan
persiapan
ini
berdasarkan
Peraturan Beton
Bertulang
I ndonesia. 1971, N.I . – 2. 1. Sebelum pembuatan beton dimulai, semua alat pengaduk dan pengangkut beton sudah harus bersih. Sebelum beton dicor, semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakancetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibahasi dengan air sampai jenuh, sedangkan tulangan harus terpasang baik. Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan erat dengan beton baru, dan bila perlu juga bidang-bidang akhir dari beton pada siar pelaksanan, harus cukup dikasarkan
dulu,
kemudian
bidang-bidang
tersebut
harus
dibersihkan dari segala kotoran dan benda-benda lepas, setelah itu harus dibasahi dengan air sampai jenuh. Sesaat sebelum beton yang baru akan dicor, bidang – bidang tadi harus disapu dengan spesi mortel dengan susunan yang sama seperti yang terdapat di dalam betonnya. 2. Air harus dibuang dari semua ruang-ruang yang akan diisi dengan beton, kecuali apabila menurut persetujuan Pengawas Ahli hal itu tidak perlu dilakukan.
68 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.8.2
Pengadukan
Tata
cara
pengadukan
beton
berdasarkan
Peraturan B eton
Bertulang I ndonesia. 1971, N .I . – 2. : 1. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali mutu B o, harus dilakukan dengan mesin pengaduk. Mesin pengaduk untuk membuat beton Kelas III harus diperlengkapi dengan alat-alat yang dapat mengukur dengan tepat jumlah air pencampur yang dimasukkan ke dalam drum pengaduk. Jenis mesin pengaduk dan jenis timbangan-timbangan atau takaran-takaran semen dan agregat harus disetujui terlebih dahulu oleh Pengawas Ahli sebelum dapat dipakai. 2. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi terus menerus oleh tenaga-tenaga pengawas yang ahli dengan jalan memeriksa slump pada setiap campuran beton yang baru. Besarnya slump dijadikan petunjuk apakah jumlah air pencampur yang dimasukkan ke dalam drum pengaduk adalah cukup tepat atau perlu dikoreksi dalam hubungannya dengan factor air semen yang diinginkan. 3. Waktu pengadukan bergantung pada kapasitas drum pengaduk, banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari agregat yang dipakai dan slump dari betonnya, akan tetapi pada umumnya harus diambil paling sedikit 1,5 menit setelah semua bahan-bahan dimasukkan ke dalam drum pengaduk. Setelah selesai pengadukan adukan beton harus memperlihatkan susunan dan warna yang merata. 4. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal, misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian atau yang tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan.
69 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.8.3
Pengangkutan
Tata cara pengangkutan beton berdasarkan Peraturan B eton
Bertulang I ndonesia. 1971, N .I . – 2. : 1. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan kehilangan bahan-bahan. 2. Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Pengawas Ahli. Dalam hal ini, Pengawas Ahli mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini, setelah mempelajari usul dari pelaksanamengenai konstruksi, kemiringan dan panjang talang itu. 3. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan kontinu secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu.
3.8.4
Pengecoran dan Pemadatan
Cara pengecoran dan pemadatan beton berdasarkan Peraturan Beton
Bertulang I ndonesia. 1971, N .I . – 2. : 1. Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang terakhir untuk
mencegah
pemisahan
bahan-bahan
pemindahanadukan di dalam cetakan.
70 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
akibat
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 2. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan. 3. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarangsarang
kerikil,
adukan
beton
harus
dipadatkan
selama
pengecoran. Pemadatan ini dapat dilakukan dengan menumbuknumbuk adukan atau dengan memukul-mukul cetakan, tetapi dianjurkan untuk senantiasa menggunakan alat-alat pemadat mekanis ( alat penggetar). Pada pembuatan beton Kelas III penggunaan alat-alat penggetar ini adalah diwajibkan. 4. Dalam hal pemadatan beton dilakukan dengan alat-alat penggetar juga harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-kira vertikal , tetapi dalam kondisi khusus boleh miring sampai 45 o. b. Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan kea rah horizontal karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan. c. Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak terlepas dari beton dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-bagian lain dimana beton sudah mengeras. d. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 – 50 cm. Berhubungan dengan itu, maka pengecoran bagian bagian konstruksi yang sangat tebal harus dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan baik. e. Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak mengkilap sekitar jarum (air semen mulai
71 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. memisahkan diri dari agregat), yang pada umumnya tercapai setelah maksimum 30 detik. Penarikan jarum ini tidak boleh dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas jarum dapat diisi penuh lagi dengan adukan. f. Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.
3.9
Jenis Pekerjaan Struktur
3.9.1 Pekerjaan Bekisting ( F orm Work )
Bekisting ( form work ) diperlukan untuk membuat beton dengan ukuran, bentuk, letak yang tepat, serta OPdengan kualitas permukaan yang dikehendaki. Bekisting ini berfungsi mendukung beban dari campuran beton sampai beban tersebut bisa didukung oleh struktur beton itu sendiri (Antoni, 2007). Adapun syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bekisting yaitu: a.Bekisting harus kaku Karena bekisting menahan beban yang besar berupa tekanan dan getaran pada saat pengecoran maka bekisting harus kaku. b. Bekisting harus kuat Bekisting harus mampu menahan keseluruhan beban beton sebelum mencapai umur rencana, beban para pekerja, berat sendiri dan berat alat. c. Bekisting harus kedap air Pada saat pengecoran, jika bekisting tidak kedap air maka akan menyebabkan adanya penyerapan faktor air semen yang ada pada beton segar sehingga akan menyebabkan adanya pengurangan faktor air semen. d. Bekisting harus bersih Untuk dapat menghasilkan mutu beton yang baik maka bekisting harus dibersihkan dari sampah atau kotoran yang dapat mengurangi mutu beton.
72 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. e. Bekisting harus mudah dibongkar Bekisting harus mudah dibongkar setelah beton mencapai umur, sehingga tidak merusak mutu beton yang telah terbentuk.
Sumber : Doc. Pribadi Bekisting plat lantai
Untuk beton yang sudah mengeras dan dapat menahan beban sendiri serta berat di atasnya, maka bekisting dapat dibongkar dengan mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu: a. Persyaratan Konstruksi Persyaratan konstruksi yaitu pada saat pembongkaran bekisting, momen yang terjadi harus sama dengan momen yang direncanakan, pada plat lantai pembongkaran perancah dimulai dari tengah. b. Persyaratan Waktu Adapun persyaratan waktu yang telah ditetapkan untuk pembongkaran bekisting, ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 3.2 Periode minimum bekisting sebelum pembongkaran Periode minimum sebelum
Jenis Bekisting
bekisting di bongkar
Bekisting vertikal untuk kolom, dinding dan balok-balok besar Dasar
pada
bekisting
plat
dengan
penumpu ditinggalkan Dasar pada bekisting untuk balok dengan
24 jam
3 hari
3 hari
73 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. penumpu ditinggalkan Penumpu pada plat
10 hari
Penumpu pada balok
14 hari
Penumpu pada balok dan plat kantilever
17 hari
(Sumber : R.M. Yati, 2006 ) 3.9.2
Steger Kerja/ Tiang Perancah 12
Dimaksudkan untuk memberikan sebuah tempat berjalan
yang aman kepada para pekerja untuk mengangkut material. Steger kerja yang dipakai, yaitu steger besi/ scaffolding . Digunakan sebagai penopang bagi pengecoran plat lantai 1, 2, 3 dan plat atap. Scaffolding yang dipakai memiliki lebar 1m dan tinggi 3m. Pemasangan -
Scaffolding terdiri dari dua buah rangka bidang dan sebuah skoor silang untuk setiap bidangnya.
-
Dua buah bidang ditegakkan pada permukaan/ alas secara vertikal dan sejajar dengan bidang yang lain, kemudian dipasang skoor besi pada sisi/ bidang lainnya. Sisi/ bidang lainnya yang dimaksud, yakni bidang yang terbentuk dari pinggir-pinggir rangka bidang yang sejajar tersebut.
-
Untuk pemasangan rangka-rangka bidang scaffolding lainnya, yakni dengan penyusunan secara sejajar dengan rangka bidang tang telah terbentuk, kemudian di skoor.
-
Pada bagian atas scaffolding terdapat baut-baut pengatur ketinggian. Baut-baut pengatur ketinggian tersebut disesuaikan dengan ketinggian perletakan gelagar-gelagar cetakan plat lantai terhadap alas/ permukaan lantai dibawahnya.
12
Idem.
74 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.9.3
Mal/ Cetakan Beton 13
Sebagai tempat / cetakan bagi beton yang akan dicor ke dalam bekisting.
Peruntukan mal/ cetakan beton, yakni untuk pengecoran kolom, balok dan plat lantai. Bahan yang dipakai untuk mal/ cetakan beton, yakni multiplek 9mm dan 12mm sebagai cetakannya dan balok kayu 6/7 sebagai penopang/ skoor.
3.9.4
Persyaratan 14
Yang menjadi acuan/ persyaratan dalam penggunaan maupun pekerjaan
bekisting pada pelaksanaan proyek tersebut, yakni : a. Bekisting harus mampu menahan beban-beban sementara maupun tetap sesuai dengan jalannya pengecoran beton, b. Susunan diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan melakukan inspeksi dengan mudah oleh pihak Konsultan Pengawas dan tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton, c. Cetakan/ mal beton harus bersih dari segala kotoran, seperti potongan-potongan kayu, potongan-potongan kawat, paku, tanah dan sebagainya, d. Dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran, kerataan/ kelurusan, elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi. e. Pada prinsipnya semua penunjang bekisting harus menggunakan steger besi (scaffolding). Penggunaan dolken atau balok kayu untuk steger dapat dipertimbangkan oleh Direksi / Konsultan Pengawas selama masih memenuhi syarat. f.
Setelah pekerjaan diatas selesai, Rekanan harus meminta persetujuan dari Direksi/ Konsultan Pengawas dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran Rekanan harus mengajukan permohonan tertulis untuk izin pengecoran kepada Direksi / Konsultan Pengawas.
13 14
F. Wigbout.Pedoman Tentang Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga: Jakarta. 1992. F. Wigbout.Pedoman Tentang Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga: Jakarta. 1992.
75 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 3.9.5 Pekerjaan Penyangga
Bekisting dapat runtuh akibat pemasangan penyangga yang salah atau memakai penyangga yang tidak memenuhi syarat. Selain berat sendiri dari beton yang masih basah, perlu diperhitungkan juga beban pelaksanaan. Dalam pembuatan penyangga perlu diberikan ikatan lateral (bracing ) yang cukup untuk mencegah faktor tekuk (Antoni, 2007). Penyangga dapat berupa kayu maupun baja. Untuk kayu dapat berupa kayu bulat dan kayu usuk dari bermacam-macam jenis kayu. Umumnya tidak digunakan bambu meskipun lebih murah, karena terlalu lentur. Penyangga dari baja umumnya standar, dapat dibeli atau disewa. Kapasitas penyangga akan berkurang bila tidak tegak atau bila bebannya tidak sentris. Pada dasar penyangga perlu ada pijakan yang kokoh dan diberi papan untuk berpijak. Penyebab kegagalan yang utama adalah bracing yang tidak memenuhi syarat, adanya getaran, atau tanah dasar yang tidak stabil. Bahaya lainnya adalah penurunan. Syarat dari penyangga yaitu: a. Kuat b. Ekonomis c. Kualitas permukaan
3.9.6 Metoda pelaksanaan pemasangan Bakesting
a. Langkah pengerjaan bakesting untuk plat lantai : 1. Pemasangan skapolding atau steger yang kedudukannya pada tumpuan lantai. 2. Pemasangan balok horizontal dan vertikal yang terbuat dari kayu dan plat alumunium. 3. Pemasangan triplek pada bagian atas balok horizontal dan vertikal. 4. Pengerjaan pembesian pada plat lantai
76 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 5. Pelevelan bakesting dengan menggunakan alat level sipil engineer dengan posisi penembakan dari bagian bawah bakesting yang bertujuan untuk menyamakan dengan ketinggian lantai yang sebenarnya. b. Langkah pengerjaan bakesting untuk balok : 1. Pemasangan skapolding atau steger yang kedudukannya pada tumpuan lantai. 2. Pemasangan balok horizontal dan vertikal yang terbuat dari kayu dan plat alumunium. 3. Pemasangan triplek pada bagian atas balok horizontal dan vertikal. 4. Pengerjaan pembesian pada kolom. 5. Pemasangan triplek disamping kiri dan kanan 6. Pemasangan skor penguat untuk triplek sebelah kiri dan kanan 7. Pavelan bakesting dengan menggunakan alat level sipil engineer dengan posisi penembakan dari bagian bawah bakesting. c. Langkah pengerjaan bakesting kolom : 1. Perakitan bakesting terlebih dahulu sebelum dimasukkan pada kolom. 2. Pengerjaan kayu peri pada bakesting yang difungsikan sebagai tumpuan triplek. 3. Setelah pekerjaan bakesting selesai untuk langkah selanjutnya apitkan bakesting pada kolom yang akan dicor satu per satu dengan menggunakan alat TC. 4. Pekerjaan pelevevan dengan alat level untuk mengecek lurus atau tidaknya pemasangan antara bakesting A dan bakesting B. 5. Penyetelan unting-unting disisi kiri dan kanan bakesting dengan fungsi untuk mengetahui tegak lurusnya kolom dengan posisi 90˚.
77 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 6. Pembersihan sampah didalam kolom dengan menggunakan compressor udara. 7. Kolom siap dicor
Dalam buku Teknologi Beton, beton memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut : KELEBIHAN BETON
KEKURANGAN BETON
Dapat dibentuk dengan mudah sesuai
Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan
dengan kebutuhan konstruksi
ketelitian yang tinggi
Mampu memikul beban yang berat
Bentuk yang telah di buat sulit di ubah
Tahan terhadap temperatur yang tinggi
Berat
Biaya pemeliharaan yang kecil
Daya pantul suara yang besar
Tabel 3.3. Kekurangan dan Kelebihan Beton
Nilai kuat tekan beton tidak berbanding lurus dengan kuat tarik nya. Dalam perkiraan kasar, nilai kuat tarik sekitar 9% - 15% kuat tekannya. Beton dapat dicampur dengan bahan lain seperti composite atau bahan lain sesuai dengan prilaku yang akan diberikan terhadap beton tersebut, misal beton pra-tegang ( pre-stressing ), dan beton pra-cetak ( pre-cast ).
Bahan Pembentuk Beton Bertulang
Sebagai material komposit, sifat beton sangat bergantung pada sifat unsur masing – masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang melibatkan semen, yaitu pasta semen, mortar, dan beton. Ketiga sistem tersebut dapat pula dipandang sebagai model komposit dengan 2 fase, yaitu fase matriks dan fase terurai. Kadang kala beton masih ditambah lagi dengan bahan kimia pembantu
78 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. (admixture) untuk mengubah sifat – sifatnya ketika masih berupa beton segar (fresh concrete) atau beton keras. Beton mempunyai kuat tekan yang besar sementara kuat tariknya kecil. Oleh karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja menjadi beton bertulang (reinforcd concrete) dan jika di tambah lagi dengan baja p a-tekan menjadi baja pra-tekan ( prestressed concrete). Pada beton yang baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan kualitas beton, meskpun jumlahnya hanya 7% - 15% dari campuran beton dengan jmlah semen yang sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan dengan jumlah semen yang banyak (sampai 15%) disebut beton gemuk (rich concrete). Pada pembangunan biasanya digunakan kualitas – kualitas beton berikut : K 100 s/d K 150 Dasarnya setebal 5cm untuk pondasi beton bertulang atau untuk tegel, dsb. K 150 s/d K 200 Pondasi Beton K 200 s/d K 225 Dinding Beton yang tidak bertulang dan lantai beton yang tidak bertulang K 250 s/d K 300 Dinding dan bloteng beton bertulang K 300 s/d K 250 Dinding bertulang untuk jembatan dan sebagainya K 400
Beton pra-tekan Tabel 3.4. Kualitas Beton
Sumber : Ilmu Konstruksi Bangunan 1, Kanisius, 1980
Angka K menentukan campuran semen dalam kg/m³ beton, misalnya K 200 berarti 200 kg semen Portland untuk 1 m³ beton jadi. Sifat – Sifat beton dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut :
79 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Kualitas semen : untuk konstruksi beton bertulang pada umumnya dapat dipakai jenis – jenis semen yang memenuhi ketentuan – ketentuan dan syarat – syarat yang telah ditentukan
Dengan kenaikan angka K maka tegangan yang diperbolehkan atas ketahan anterhadap air meningkat
Perbandingan campuran semen dan air
Agregat campuran halus dan kasar
Cara mencampur komponen
Agregat kasar (kerikil atau pecahan batu)
Cara pengecoran
Ketelitian pekerjaan perawatan
Umur beton
Suhu waktu mencampur dan waktu proses pengerasan beton
80 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1. Persiapan Pekerjaan Pekerjaan kolom meliputi persiapan dan pelaksanaan pekerjaan kolom bertulang. Tahap persiapan pada pekerjaan beton bertulang ini terbagi menjadi beberapa pekerjaan awal, antara lain : a. Perakitan Bekisting b. Pekerjaan Pembesian Kolom c. Pencampuran Beton Pada persiapan pekerjaan kolom beton bertulang, pekerjaan meliputi perakitan besi/ penulangan, bekisting, dan pencampuran beton dilakukan di tempat di mana pekerjaan beton bertulang dilaksanakan.
4.1.1. Perakitan Bekisting Material yang dipakai dalam pembuatan mal/ cetakan beton pada kolom diuraikan sebagai berikut : Alat
Papan Kayu Racuk
Keterangan
Sebagai media utama bekisting
81 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Paku
Untuk merekatkan satu bagian ke bagian lain
Gergaji
Untuk memotong kayu ataupun bekisting lain yang sudah pernah di
gunakan
untuk
dapat
di
gunakan lagi Klem Pengikat
Digunakan
untuk
mengikat
bekisting agar tidak bocor saat sedang dilakukan pengecoran.
Palu
Untuk memaku bagian per bagian dari bekisting
Skoor
Sebagai penahan bekisting saat pengecoran
berlangsung
agar
posisi bekisting tidak berubah, sehingga bentukan kolom yang di hasilkan menjadi baik
Tabel 4.1. Alat Perakitan Bekisting
82 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
4.1.2. Pekerjaan Pembesian Kolom Pekerjaan
pembesian
meliputi
pengadaan,
pembengkokan,
dan
pemasangan tulangan. Dalam pembangunan Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah proses pembesiannya adalah sebagai berikut : 1. Pengadaan Barang
Adapun besi yang di pakai pada pembangunan Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah adalah sebagai berikut :
Bahan
Besi Baja Ulir Ø 13 mm
Keterangan
Besi yang digunakan antara lain Besi Baja Ulir Ø 13 mm
Sengkang Ø 8 mm
Sengkang Ø 8 mm untuk sengkang Tabel 4.2.. Tulangan Kolom
Dengan melihat nomor Ø besi yang tertera di besi kita bisa mengetahui diameter besi yang akan dipakai. Gambar 4.1. Nomor Ø besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
83 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 2. Pemotongan dan Pembengkokan Besi
Alat – alat yang digunakan pada proses pembengkokan besi di Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah adalah : Alat
Meteran
Keterangan
Untuk mengukur panjang material/ besi yang di butuhkan
Gunting besi
Untuk memotong besi secara manual
Pembengkok besi/ statu
Untuk membengkokan besi
Tabel 4.3. Alat Pembengkok dan pemotong tulangan
84 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
4.1.3. Pemotongan Besi Pemotongan besi dilakukan dengan menggunakan gunting besi. Pada umumnya besi yang di potong kemudian akan di bengkokkan ujungnya menggunakan alat yang disebut statu/ pembengkok besi.
Gambar 4.2. Pemotongan besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.1.4. Pembengkokan besi Pembengkokkan besi menggunakan alat yang disebut statu. Besi yang menyusun kolom terdiri dari tulangan utama dan tulangan sengkang. Pada ujung besi tersebut dibengkokan 90ᵒ yang bertujuan tempat penyatuan antara balok dan kolom. Pada tulangan sengkang besi polos dibentuk menjadi segi empat sesuai ukuran. Tulangan sengkang biasanya disebut begel atau cincin.
Gambar 4.3. Pembengkokan besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
85 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
4.1.5. Pengecoran Beton Alat – alat dan bahan – bahan yang digunakan : Material
Keterangan
Adonan Ready Mix
Adonan beton yang telah jadi tinggal pakai
Vibrator
Untuk membantu pemadatan saat pengecoran
Tabel 4.4. Alat dan Bahan Pengecoran
4.2. PEKERJAAN KOLOM 4.2.1. Pelaksanan Pembesian Kolom Proses pembesian kolom pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah dilakukan di lokasi proyek, sehingga memudahkan proses pengangkatan. Tahapan – tahapan pembesian kolom sebagai berikut :
86 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Mempersiapkan alat dan material yang diperlukan dalam proses penulangan antara lain : tulangan baja, kawat, gunting baja, dan alat pembengkok tulangan/ statu
Meluruskan baja ulir ukuran Ø 13mm yang terlipat, sekaligus melakukan pemotongan pada baja dan kawat sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Baja ini kemudian di gunakan sebagai tulangan utama kolom
Meluruskan baja polos ukuran Ø 8mm yang terlipat, sekaligus melakukan pemotongan pada baja dan kawat sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Baja ini kemudian di gunakan sebagai sengkang
4.2.2. Perakitan Kolom
Besi ulir diluruskan dengan menggunakan kunci besi atau papan yang di beri paku, kemudian menggunakan kunci untuk menarik batang U menjadi lurus.
Gambar 4.4. Proses Pelurusan Besi
Sumer : Dokumentasi Pribadi
Besi stek atau besi sisa disatukan dengan baja ulir ukuran Ø 13mm dan diikat menggunakan kawat.
Membuat rangkaian pembesian cincin kolom dengan menggunakan besi 8 dan di ikat dengan kawat dan tang.
87 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Gambar 4.5. Tulangan yang sudah di pasang cincin
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.2.3. Pekerjaan Bekisting Kolom Dalam pekerjaan bekisting, ada beberapa bagian penting, yaitu :
Mall
: Papan kayu racuk
Skoor
: Balok Kayu 2/3 m
Klem pengikat
: Balok kayu ukuran ½ m
Ukuran bekisting
: B + 2cm x B
; B = ukuran
kolom
Bekisting kemudian dipotong dengan gergaji
Setelah mendapat ukuran yang diinginkan, bekisting kemudian di paku dengan kayu hingga terbentuk beksting yang baru sesuai dengan ukuran
Kayu di ukur sesuai dengan ukuran kolom
Bekisting di pasang di tulangan kolom, sehingga membentuk selimut kolom
Bekisting kemudian di paku satu sama lain, dan di beri klem pengikat.
Setelah klem pengikat di pasang, di beri skoor agar bekisting tidak mudah goyang atau berubah posisi.
88 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Kemudian bekisting di ukur kelurusannya dengan menggunakan batu bata yang dipasang kawat.
Lalu jarak bekisting dengan kawat yang telah diikat dibatu bata tadi diukur dengan jarak 25cm dari atas dan bawah kolom supaya tegak lurus dengan lantai.
Setelah tegak lurus dengan lantai bekisting siap di cor.
Skoor
Gambar 4.6. Bekisting siap di cor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.2.4. Pekerjaan Pengecoran Kolom Setelah proses pembuatan bekisting kolom selesai. Langkah selanjutnya yaitu pengecoran. Pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah menggunakan ready mix.
89 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Adonan ready mix langsung dari mobil ready mix dimasukkan dalam mall.
Gambar 4.7. Pengecoran Kolom
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Bekisting kolom dilepas ± 2 hari setelah pengecoran dan beton kolom sudah mengeras.
Gambar 4.8. Kolom mengeras
Sumber : Dokumentasi Pribadi
90 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
4.3. PEKERJAAN BALOK 4.3.1. Persiapan Pekerjaan Pekerjaan balok meliputi persiapan dan pelaksanaan yang sama dengan pekerjaan kolom bertulang. Tahap persiapan pada pekerjaan beton bertulang ini terbagi menjadi beberapa pekerjaan awal, antara lain : a. Perakitan Bekisting b. Pekerjaan Pembesian Balok c. Pencampuran Beton Pada persiapan pekerjaan balok beton bertulang, pekerjaan meliputi perakitan besi/ penulangan, bekisting, dan pencampuran beton dilakukan di tempat di mana pekerjaan beton bertulang dilaksanakan.
4.3.2. Perakitan Bekisting Material yang dipakai dalam pembuatan mal/ cetakan beton pada balok diuraikan sebagai berikut : Alat
Keterangan
Papan Kayu Racuk
Sebagai media utama bekisting
Paku
Untuk merekatkan satu bagian ke bagian lain
91 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Gergaji
Untuk
memotong
kayu
ataupun
bekisting lain yang sudah pernah di gunakan untuk dapat di gunakan lagi
Palu
Untuk memaku bagian per bagian dari bekisting
Tabel 4.5. Alat Perakitan Bekisting
4.3.3. Pekerjaan Pembesian Balok Pekerjaan
pembesian
meliputi
pengadaan,
pembengkokan,
dan
pemasangan tulangan. Dalam pembangunan Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah proses pembesiannya adalah sebagai berikut : 1. Pengadaan Barang
Adapun besi yang di pakai pada pembangunan Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah adalah sebagai berikut :
Bahan
Besi Baja Ulir Ø 19 mm
Keterangan
Besi yang digunakan antara lain Besi Baja Ulir Ø 19 mm
Sengkang Ø 10mm
Sengkang Ø 10 mm untuk sengkang Tabel 4.6. Tulangan Kolom
92 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 2. Pemotongan dan Pembengkokan Besi
Alat – alat yang digunakan pada proses pembengkokan besi di Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah adalah : Alat
Keterangan
Meteran
Untuk mengukur panjang material/ besi yang di butuhkan
Gunting besi
Untuk memotong besi secara manual
Pembengkok besi/ statu
Untuk membengkokan besi
Tabel 4.7. Alat Pembengkok dan pemotong tulangan
93 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
4.3.5. Pemotongan Besi Pemotongan besi dilakukan dengan menggunakan gerinda. Pada umumnya besi yang di potong kemudian akan di bengkokkan ujungnya menggunakan alat yang disebut statu/ pembengkok besi.
Gambar 4.2. Pemotongan besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.3.6. Pembengkokan besi Pembengkokkan besi menggunakan alat yang disebut statu. Besi yang menyusun balok terdiri dari tulangan utama dan tulangan sengkang. Pada ujung besi tersebut dibengkokan 90ᵒ yang bertujuan tempat penyatuan antara balok dan kolom. Pada tulangan sengkang besi polos dibentuk menjadi segi empat sesuai ukuran. Tulangan sengkang biasanya disebut begel atau cincin.
Gambar 4.3. Pembengkokan besi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
94 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
4.3.7. Pengecoran Beton Alat – alat dan bahan – bahan yang digunakan : Material
Keterangan
Adonan Ready Mix
Adonan
beton
yang
telah
jadi
tinggal pakai
Vibrator
Untuk membantu pemadatan saat pengecoran
Tabel 4.8. Alat dan Bahan Pengecoran
4.4. Pekerjaan Bekisting Balok Dalam pekerjaan bekisting, ada beberapa bagian penting, yaitu :
Mall
: Papan kayu racuk ukuran 72 x 30 cm
Balok induk berukuran 70 x 30 cm
Kayu dan plywood di ukur sesuai dengan ukuran balok
Gelam dipersiapkan untuh menahan beban dari bekisting balok, sehingga bekisting dapat dirakit satu sama lain
Proses perakitan balok sama dengan perakitan kolom. Berikut tahaapan dalam perakitan balok.
95 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Tulangan utama menggunakan besi Ø 19mm. Besi terlebih dahulu dipotong dengan panjang yang telah ditentukan, kemudian pada ujung besi dibengkokkan 90ᵒ yang bertujuan tempat enyatuan antara balok dan kolom.
Sengkang dibuat dari besi polos berukuran Ø 10mm. Besi di bentuk persegi dengan menggunakan statu. Sengkang di buat persegi.
Tulangan utama berupa besi ulir Ø 19mm dipasang secara horizontal, dan disambungkan dengan besi ulir atau tulangan sambungan yang telah di persiapkan pada kolom. Tulangan sambungan kemudian disambungkan dengan tulangan utama dengan cara diikat dengan kawat
Besi ulir di tahan menggunakan balok kayu diatas bekisting balok. Hal ini ditujukan agar mempermudah perakitan pembesian atau tulangan balok.
Setelah tulangan utama disusun horizontal maka di masukkan cincin/begel yang akan disusun dengan jarak 12cm antar cincin/begel, pengukuran dilakukan dengan cara ditandai dengan kapur, setelah itu tulangan sengkang dan tulangan utama dirakit dengan cara disambungkan dengan menggunakan kawat, dimana kawat pengikatnya dibentuk simpul.
Cincin dipasang pada tulangan.
Setelah cincin diikat ke tulangan balok dengan menggunakan kawat dengan metode simpul ikat.
Dan balok siap diturunkan di bekisting.
Gambar 4.7. Bekisting siap di cor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
96 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
4.4.1. Pekerjaan Pengecoran Balok Setelah proses pembuatan bekisting balok selesai. Langkah selanjutnya yaitu pengecoran. Pengecoran balok dilakukan bersamaan dengan pengecoran plat lantai.
4.5. PEKERJAAN PLAT LANTAI 4.5.1. Pelaksanaan Pekerjaan Plat Lantai Proses pembesian plat lantai pada Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilit as Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah dilakukan dengan tahap berikut :
Mempersiapkan alat dan material yang diperlukan dalam proses penulangan antara lain : tulangan baja, gunting kawat, gunting baja, kawat, alat pembengkok tulangan/ statu.
Meluruskan baja ukuran Ø 8mm yang terlipat, sekaligus melakukan pemotongan pada baja. Baja ini kemudian digunakan sebagai tulangan utama opada plat lantai.
4.5.2. Pekerjaan Bekisting Plat Lantai Pekerjaan bekisting plat lantai dilakukan bersamaan dengan bekisting balok. Adapun material yang digunakan dalam pembuatan bekisting plat lantai sebagai berikut :
Plywood 12 mm
Rangka pengaku : balok kayu
Kayu gelam
97 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Tahapan pekerjaan bekisting plat lantai adalah sebagai berikut :
Pengukuran kayu dan plywood sesuai dengan ukuran.
Plywood dan kayu dipotong sesuai dengan kebutuhan menggunakan gergaji.
Gelam disiapkan dan di paku pada kolom lantai memenuhi lantai sebelumnya.
Setelah kuda – kuda dipastikan kuat, bekisting balok di persiapkan.
Bekisting balok dan plat lantai dikerjakan secara bersama – sama.
Setelah bekisting siap, papan disusun memenuhi jarak antar bekisting balok. Papan disusun di atas gelam agar dapat menahan plywood yang biasa disebut suri - suri atau rangka pengaku, lalu kayu dan plywood disambung dengan menggunakan paku.
Plywood kemudian di lintangkan di atas suri – suri atau papan yang telah di persiapkan sebagai kuda – kuda plat lantai.
Gambar 4.9. Perakitan Bekisting Plat Lantai
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.5.3. Pekerjaan Tulangan Plat Lantai Jenis tulangan yang digunakan pada lantai adalah besi polos yang di rangkai dua lapis, yaitu tulangan atas dan tulangan bawah. Tulangan atas ada plat lantai merupakan tulangan yang menerima gaya tarik sedangkan tulangan bawah merupakan tulangan yang menerima gaya tekan.
98 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. Tulangan polos yang digunakan pada plat lantai adalah besi Ø 8mm. Jarak renggang tulangan adalah 20 cm. Tulangan cakar ayam berfungsi sebagai pengaku/ jarak penahan antara tulangan atas dan tulangan bawah. Dimana tinggi cakar ayam tersebut adal ah 7cm. Tebal plat lantai yang dikehendaki adalah 12cm. Tahapan pelaksanaan pembesian plat lantai sebagai berikut :
Besi polos Ø 8mm dipotong sesuai dengan panjang yang telah ditentukan.
Besi polos di susun secara berjajar. Besi polos dibengkkokan terlebih dahulu ujung ujungnya.
Besi polos disusun secara melintang, kemdian di ikat dengan besi yang telah disusun memanjang. Sehingga terbentuk persegi – persegi kecil yang berukuran 20 cm, kemudian pertemuan antar besi di buat simpul dengan menggunakan kawat.
Pada ujung – ujung tulangan pada bagian tepi plat lantai di ikat pada tulangan balok dengan menggunakan kawat ikat/bendrad. Sebelumnya juga dibuat bengkokan/ kromo pada ujung – ujung tulangan, yang akan menjadi tepi plat lantai. Hal ini dilakukan selain untuk kerapian juga untuk menciptakan ketebalan tertentu pada plat lantai.
Setelah lapisan bawah selesai, tulangan besi dirakit kembali dengan cara serupa, namun di letakkan bergantian dengan lapisan tulang besi di bawahnya.
Gambar 4.10. Lapisan bawah tulangan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
99 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Setelah lapisan kedua selesai, kedua lapisan tulangan dipisahkan dengan cakar ayam dan pada bekisting diberikan batu koral saat akan dilakukan pengecoran.
Cakar Ayam Gambar 4.11. Cakar Ayam pada tulangan plat lantai
Gambar 4.12. Tulangan Plat Lantai siap cor
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.5.4. Pengecoran Plat Lantai Pengecoran balok dan plat lantai dilakukan secara bersamaan. Hal yang menjadi perhatian dalam pekerjaan pengecoran adalah lama pengecoran, banyaknya tenaga kerja, dan alat angkut serta luasan bidang yang akan di cor. Tahapan pengecoran balok dan plat lantai adalah sebagai berikut :
Pembersihan plat lantai dan bekisting dari sampah dan kawat – kawat.
Pengecoran dengan mobil ready mix.
Gambar 4.13. Proses Pengecoran Ready mix
Sumber : Dokumentasi Pribadi
100 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
Proses pengecoran juga menggunakan vibrator untuk meratakan adukan coran beton.
Gambar 4.14. Penggunaan Mesin Vibrator
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Proses perataan Coran
Gambar 4.15. Perataan Coran
Sumber : Dokumentasi Pribadi
101 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
BAB V PENUTUP
5.1. Pekerjaan Kolom Pekerjaan kolom meliputi : 1. Pekerjaan Pembesian Kolom 2. Pekerjaan Bekisting Kolom 3. Pekerjaan Pengecoran
5.1.1. Analisia Pekerjaan Pembesian Kolom N
ANALISA
O.
1.
TEORI
LAPANGAN
KETERANGAN
Marking sepatu kolom sebagai
Ada marking bekisting.
Antara Teori dan Pelaksanaan
batas bekisting kolom
di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 31) 2.
Pasang sepatu kolom pada stek
Ada sepatu kolom
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Rangkaian kolom dan
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
tulangan utama atau tulangan sengkang. (BAB 3, HAL. 31) 3.
Buat
rangkaian
kolom
dan
sengkang
sengkang dibuat
(BAB 3, HAL. 31) 4.
Pengkaitan antara stek kolom Pengkaitan antara stek Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai. dan besi kolom. kolom dan besi kolom. (BAB 3, HAL. 31)
5.
Pasang
sengkang
tulangan kolom
pada
Pasang sengkang pada tulangan kolom.
(BAB 3, HAL. 31)
102 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. 6.
Besi siap di pasang bekisting.
Besi
siap
(BAB 3, HAL. 31)
bekisting.
di
pasang
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Tabel 5.1. Analisa Pekerjaan Pembesian Kolom
Sumber : Analisa Pribadi
Kesimpulan Pekerjaan Pembesian Kolom : Semua proses pekerjaan pembesian kolom di lapangan sesuai dengan
teori.
5.1.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Kolom N
ANALISA
O.
1.
TEORI
Pasangan
badan
LAPANGAN
bekisting Pemasangan marking hanya
kolom sesuai dengan marking
menggunakan spidol/ kapur.
KETERANGAN
Pemasangan marking hanya menggunakan spidol/ kapur.
sepatu kolom yang sudah ada. (BAB 3, HAL. 31) 2.
Pemasangan kepala dan badan Ada kepala kolom
Ada kepala kolom
bekisting kolom. (BAB 3, HAL. 31) 3.
Bekisting di paku satu sama Bekisting di paku satu sama
Antara Teori dan Pelaksanaan
lain dan di beri klem.
lain dan di beri klem.
di Lapangan Sesuai.
Bekisting di pasangi skoor agar
Bekisting di pasangi skoor
Antara Teori dan Pelaksanaan
tidak berubah posisi.
agar tidak berubah posisi.
di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 31) 4.
(BAB 3, HAL. 31) 5.
Bekisting diteliti kelurusannya Bekisting diteliti
Beda alat pengukurnya. Teori
dengan teodolith.
kelurusannya dengan
menyuruh menggunakan
(BAB 3, HAL. 32)
menggunakan batu bata.
teodolith tetapi pada
103 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. pelaksanaan di lapangan hanya menggunakan batu bata Tabel 5.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Kolom
Sumber : Analisa Pribadi
Kesimpulan Pekerjaan Bekisting Kolom : Di
lapangan
batasan
bekisting
hanya
menggunakan
marking
spidol/kapur, maka pekerjaan bekisting di lapangan kurang rapi karena tidak menggunakan sepatu kolom. Saat bekisting sudah dipasang, tidak menggunakan teodolith untuk
mengukur kelurusan dari tegak kolom tetapi menggunakan rangkaian bata yang dipasang kawat lalu dari kawat tersebut di ukur kelurusannya. Jarak atas dan jarak bawah bekisting harus sama.
5.1.3. Analisa Pekerjaan Pengecoran Kolom N
ANALISA
O.
TEORI
LAPANGAN
1.
Pengecoran dilakukan dengan
Pengecoran dilakukan dengan
bucket
ready mix
dan
di
hubungkan
KETERANGAN
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
dengan pipa tremi (BAB 3, HAL. 32) 2.
Lakukan
pemadatan
dengan
vibrator.
Lakukan pemadatan dengan vibrator
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 32) 3.
Bongkar
badan
bekisting
Bongkar
badan
bekisting
sehingga meninggalkan kepala
sehingga
bekisting kolom.
kepala bekisting kolom.
meninggalkan
104 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. (BAB 3, HAL. 32) 4.
Hasil pengecoran mulus, tidak
Hasil
pengecoran
mulus,
keropos, dan tidak nge-plint.
tidak keropos, dan tidak nge-
(BAB 3, HAL. 32)
plint.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Tabel 5.3. Analisa Pekerjaan Pengecoran Kolom
Sumber : Analisa Pribadi
Kesimpulan Pekerjaan Pengecoran Kolom : Semua kegiatan pekerjaan pengecoran kolom di lapangan sesuai
dengan teori.
5.2. Pekerjaan Balok Pekerjaan Balok meliputi : 1. Pekerjaan Pembesian Kolom 2. Pekerjaan Bekisting Kolom 3. Pekerjaan Pengecoran
5.2.1. Analisa Pekerjaan Pembesian Balok N
ANALISA
O.
1.
TEORI
Besi
disiapkan
LAPANGAN
dan
di
bersihkan dari kotoran.
Besi
disiapkan
KETERANGAN
dan
di
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
di
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
bersihkan dari kotoran.
(BAB 3, HAL. 36) 2.
Penulangan
balok
di
Penulangan
balok
kerjakan berdekatan dengan
kerjakan
berdekatan
bekistingnya
dengan bekistingnya
(BAB 3, HAL. 36) 3.
Rangka tulangan yang tidak Rangka
tulangan
yang
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
105 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah.
4.
cukup panjang di sambung
tidak cukup panjang di
dengan tulangan ekstra.
sambung dengan tulangan
(BAB 3, HAL. 36)
ekstra.
Tulangan
bagian
atas
disimpulkan.
atas
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Tulangan bagian bawah
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Tulangan
bagian
disimpulkan.
(BAB 3, HAL. 36) 5.
Tulangan
bagian
bawah
disimpulkan.
disimpulkan.
(BAB 3, HAL. 36) 6.
Tulangan
dimasukkan
kedalam bekisting
Tulangan
dimasukkan
kedalam bekisting
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 36) Tabel 5.4. Analisa Pekerjaan Pembesian Balok
Sumber : Analisa Pribadi
Kesimpulan Pekerjaan Pembesian Balok : Semua proses pekerjaan pembesian Balok di lapangan sesuai dengan
teori.
5.2.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Balok N
ANALISA
O.
1.
2.
TEORI
LAPANGAN
Balok penyanga di persiapkan.
Balok
(BAB 3, HAL. 36)
persiapkan.
Bodeman
di
pasang
balok suri.
diatas
penyanga
KETERANGAN
di
Bodeman di pasang diatas balok suri.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai. Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 36) 3.
Pemasangan bekisting kontak Pemasangan bekisting kontak
106 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. pipi.
pipi.
Sesuai.
Pemasangan skoor.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai. Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 36) 4.
Pemasangan skoor. (BAB 3, HAL. 36)
5.
Bekisting balok siap dipakai.
Bekisting balok siap dipakai.
(BAB 3, HAL. 36) Tabel 5.5. Analisa Pekerjaan Bekisting Balok
Sumber : Analisa Pribadi
Kesimpulan Pekerjaan Bekisting Balok : Semua kegiatan pekerjaan bekisting balok di lapangan sesuai dengan
teori.
5.3. Pekerjaan Plat Lantai Pekerjaan Balok meliputi : 1. Pekerjaan Pembesian Kolom 2. Pekerjaan Bekisting Kolom 3. Pekerjaan Pengecoran
5.3.1. Analisa Pekerjaan Pembesian Plat Lantai N O.
1.
ANALISA TEORI
LAPANGAN
KETERANGAN
Lakukan pengukuran jarak sumbu
Lakukan pengukuran jarak
ke sumbu tulangan
sumbu ke sumbu tulangan
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 41) 2.
Pasang lapisan tulangan pertama,
Pasang
lapisan
tulangan
kemudian diikat.
pertama, kemudian diikat.
107 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. (BAB 3, HAL. 41) 3.
Pemasangan
lapisan
tulangan Pemasangan lapisan tulangan
kedua, dan di ikat.
kedua, dan di ikat.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 41) 4.
Pasang support atau ganjalan – Support tradisi yang dipakai ganjalan (support tradisi, gelgar,
(cakar ayam)
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
rak, atau garis.) (BAB 3, HAL. 41) 5.
Pasang penahan jarak minimal 2
Penahan yang digunakan batu
per m² bekisting atau lantai kerja.
koral.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 41) Tabel 5.6. Analisa Pekerjaan Pembesian Plat Lantai
Sumber : Analisa Pribadi
Kesimpulan Pekerjaan Pembesian Plat Lantai : Semua proses pekerjaan pembesian plat lantai di lapangan sesuai
dengan teori.
5.3.2. Analisa Pekerjaan Bekisting Plat Lantai N O.
1.
2.
ANALISA TEORI
LAPANGAN
KETERANGAN
Balok penyanga di persiapkan.
Balok
penyanga
(BAB 3, HAL. 40)
persiapkan.
Tentukan sumbu dan elevasi balok
Sumbu dan elevasi balok
dengan cara memakai titik acuan
ditentukan
elevasi (yang ada pada kolom) lalu
memakai titik acuan elevasi
di ukur dengan meteran untuk
(yang ada pada kolom) lalu
mendapatkan balok yang memadai.
di ukur dengan meteran
dengan
di
cara
108 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai. Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. (BAB 3, HAL. 40)
untuk mendapatkan balok yang memadai.
3.
4.
Pasang balok – balok kayu diatas
Pasang balok – balok kayu
perancah dengan acuan.
diatas
(BAB 3, HAL. 40)
acuan.
Pengerjaan suri – suri.
Pengerjaan suri – suri.
perancah
dengan
(BAB 3, HAL. 40) 5.
Plywood dipersiapkan dan di paku
Plywood dipersiapkan dan
di atasnya.
di paku di atasnya.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai. Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai. Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 41) 6.
Pengecekan dengan waterpass.
Pengecekan
(BAB 3, HAL. 41)
waterpass.
dengan
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Tabel 5.7. Analisa Pekerjaan Bekisting Plat Lantai
Sumber : Analisa Pribadi
Kesimpulan Pekerjaan Bekisting Plat Lantai : Semua kegiatan pekerjaan bekisting plat lantai di lapangan sesuai
dengan teori.
5.3.3. Analisa Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai N
ANALISA
O.
TEORI
LAPANGAN
KETERANGAN
1.
Bekisting di bersihkan dari sisa
Bekisting di bersihkan dari sisa
– sisa kotoran.
– sisa kotoran.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 41) 2.
Beton ready mix dari concrete
Beton ready mix dari concrete
mixer truck dilakukan pengujian
mixer
slump.
pengujian slump.
truck
dilakukan
109 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
Proyek Pembangunan Gedung Kantor, Stasiun Pengendali Opersi (SPO), Gedung Serba Guna, dan Fasilitas Lingkungan PT. Pertamina GAS Area Sumatera Bagian Selatan dan Sumatera Bagian Tengah. (BAB 3, HAL. 41) 3.
Setelah beton ready mix keluar Setelah beton ready mix keluar dari pipa baja kemudian di
dari pipa baja kemudian di
ratakan dengan penggaruk.
ratakan dengan penggaruk.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 41) 4.
Hasil pengecoran mulus, tidak
Hasil pengecoran mulus, tidak
keropos, dan tidak nge-plint.
keropos, dan tidak nge-plint.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 41) 5.
Gunakan concrete vibrator untuk
Gunakan
concrete
vibrator
memadatkan beton.
untuk memadatkan beton.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
(BAB 3, HAL. 41) 6.
Adukan diratakan dengan kayu
Adukan diratakan dengan kayu
perata sesuai dengan tinggi peil perata sesuai dengan tinggi peil yang ditentukan.
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
yang ditentukan.
(BAB 3, HAL. 41) 7.
Setelah 3 hari, bekisting plat
Setelah 3 hari, bekisting plat
lantai
lantai bisa di bongkar dan
bisa
di
bongkar
dan
bekisting balok dapat dibongkar bekisting setelah 7 hari.
balok
Antara Teori dan Pelaksanaan di Lapangan Sesuai.
dapat
dibongkar setelah 7 hari.
(BAB 3, HAL. 41) Tabel 5.8. Analisa Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Sumber : Analisa Pribadi
Kesimpulan Pekerjaan Pengecoran Balok dan Plat Lantai : Semua kegiatan pekerjaan pengecoran balok dan plat lantai di
lapangan sesuai dengan teori.
110 Laporan Kerja Praktek Adelina Ratika Isti - 03111406022
View more...
Comments