laporan kering 1.docx

January 2, 2019 | Author: Muhammad Rifki Rajab | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download laporan kering 1.docx...

Description

L apor an Pr aktikum kti kum Parasi Parasi tologi logi V eter ter i ner ner I I

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT DENGAN METODE PENGAWETAN KERING

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 1. Andy aby hurayrah (O111 13 513) 2.  Nurul Safitri (O111 15 011) 3. Muh. Isnan Anshari (O111 15 017) 4. Meliherdianti (O111 15 301) 5. Risnawati (O111 15 303) 6.  Nurrahma Hijrah (O111 15 305) 7. Dina Zakihanifah Khaerunnisa (O111 15 503) 8. Andi Risna (O111 15 507)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL PRAKTIKUM

: Identifikasi ektoparasit dengan metode

 pengawetan slide KELOMPOK

: Satu (1)

NAMA ASISTEN

: Ibnu Zikrillah

NO NAMA ANGGOTA KELOMPOK Andy aby hurayrah 1  Nurul Safitri 2 Muh. Isnan Anshari 3 Meliherdianti 4 Risnawati 5  Nurrahma Hijrah 6 Dina Zakihanifah Khaerunnisa 7 Andi Risna 8

PARAF ASISTEN

Makassar, April 2017 Koordinator Asisten

Ibnu Zikrillah

Andi Achmad Rifaldi, S.KH

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL PRAKTIKUM

: Identifikasi ektoparasit dengan metode

 pengawetan slide KELOMPOK

: Satu (1)

NAMA ASISTEN

: Ibnu Zikrillah

NO NAMA ANGGOTA KELOMPOK Andy aby hurayrah 1  Nurul Safitri 2 Muh. Isnan Anshari 3 Meliherdianti 4 Risnawati 5  Nurrahma Hijrah 6 Dina Zakihanifah Khaerunnisa 7 Andi Risna 8

PARAF ASISTEN

Makassar, April 2017 Koordinator Asisten

Ibnu Zikrillah

Andi Achmad Rifaldi, S.KH

Tujuan Praktikum

1. untuk mengetahui mengetahui cara pengawetan serangga dengan metode kering dan  pengawetan panning 2. untuk mengetahui distribusi spesimen tertentu dan untuk keperluan  pendidikan

seperti

klasifikasi,

morfologi,

kepentingan, serta cara pengendalian.

siklus

hidup,

hospes,

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Anjing 1.  Nyamuk a. Klasifikasi (Nurul Safitri) Ordo

: Diptera : Diptera

Subordo : Nematocera : Nematocera Famili

: Culicidae

Spesies

: Culex sp.

(Williams, 2010)  b. Morfologi (Nurul Safitri)  Nyamuk berukuran kecil atau merupakan lalat ramping dengan ukuran

2 -10 mm, dengan kaki panjang.

Pada nyamuk dewasa

memiliki sisik pada vena sayap dan margin dan betina dewasa memiliki sebuah belalai memanjang yang digunakan dalam meminum darah. Nyamuk

jantan memiliki antena berbulu, sedangkan yang

 betina memiliki lebih sedikit, rambut pendek (Wall and David, 1997). 1997). c. Siklus hidup (Nurul Safitri) Spesies dari genus Culex meletakkan telurnya secara berkelompok membentuk menjadi rakit. Rakit umumnya mengandung antara 100 dan 300telur. Ketika telur matang mereka akan menetas terlepas dari ketersediaan air. Larva dari semua spesies yang air dan terjadi pada lebar  berbagai habitat, seperti tepi kolam permanen, genangan air, membanjiri pohon-lubang atau bahkan, untuk beberapa spesies, wadah  berisi air sementara. larva nyamuk dikenal sebagai wrigglers dan memerlukan antara 3 dan 20 hari untuk melewati empat stadia. Dengan meranggas larva akhir, tahap pupa terjadi. Nyamuk pupa, yang dikenal sebagai tumbler, biasanya tetap berada di permukaan air, tetapi ketika terganggu dapat sangat mobile. Mereka tidak memberi makan dan tahap ini dapat berlangsung antara 1 dan 7 hari, bernapas dengan

cara prothoracic sifon pernapasan. nyamuk dewasa muncul dari kasus kepompong dan merangkak ke Dekat objek mana mereka mengeras kutikula dan mengembang sayap mereka. Kawin biasanya terjadi dalam waktu 24 jam dari munculnya (Wall and David, 1997). d. Hospes (Nurul Safitri) Semua hewan domestik (Williams, 2010) e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Nurul Safitri)  Nyamuk adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari  banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu perilaku hewan normal dan penggembalaan. peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan Nyamuk sekunder adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari  banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu perilaku hewan normal dan penggembalaan. Peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan infeksi sekunder. penyakit yang dibawa nyamuk yang mempengaruhi hewan domestik berkisar dari virus (misalnya, ensefalitis, virus West Nile, Rift Valley demam) ke nematoda (misalnya, heartworm anjing) (Williams, 2010). f. Pengendalian (Nurul Safitri) Pengendalian nyamuk di daerah pemukiman di mana anjing dan kucing hidup dapat memutus siklus penularan penyakit heartworm. Pemilik anjing harus menjaga hewan mereka dari nyamuk daerah  penuh. Hidup perempat harus nyamuk bebas. Anjing disimpan di dalam ruangan biasanya menunjukkan kejadian yang jauh lebih rendah dari infeksi (Nayar and Connelly, 1990). 2. Lalat a. Klasifikasi (Nurul Safitri) Klasifikasi Lalat Rumah (  Musca domestica  ) (Astuti and Firda, 2010) :

Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthoropoda

Kelas

: Hexapoda

Ordo

: Diptera

Family

: Muscidae

Genus

: Musca

Spesies

: Musca domestica.

 b. Morfologi (Nurul Safitri) Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian  punggung.

Mata

lalat

betina

mempunyai

celah

lebih

lebar

dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir  paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut  pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya (Astuti and Firda, 2010) c. Siklus hidup (Andi Aby Hurayrah) Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva,  pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur  berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi

yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk  perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari (Astuti and Firda, 2010). d. Hospes (Andi Aby Hurayrah) Pada manusia, kucing, anjing dan babi (Astuti and Firda, 2010) . e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Andi Aby Hurayrah) Entamorba hestolyca adalah Organisme yang dapat menyebabkan  penyakit pada manusia, kucing, anjing dan babi. Vektornya adalah musca domestica (lalat rumah) dan kecoa. Penularan terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kista yang dibawa oleh vektor. Gejala yang dapat ditmbulkan antara lain; sering buang air besar, fesesnya sedikit-sedikit dengan lendir dan darah, dan  biasanya disertai rasa sakit diperut (kram perut), dan biasanya tidak demam (Astuti and Firda, 2010) . f.

Pengendalian (Andi Aby Hurayrah) Upaya pencegahannya dengan perbaikan sanitasi lingkungan, dan  pencegahan

kontaminasi

makanan,

pembasmian

vektor

serta

 perbaikan cara pembuangan kotoran yang baik serta cuci tangan setelah defakasi (Astuti and Firda, 2010) B. Kucing 1.  Nyamuk a. Klasifikasi (Andi Aby Hurayrah) Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Culicidae

Sub famili : Anophelini Genus : Anopheles Spesies : Anopheles sp.  b. Morfologi (Andi Aby Hurayrah) Telur Anopheles sp berbentuk seperti perahu yang bagian  bawahnya konveks dan bagian atasnya konkaf dan diletakkan satu per satu di atas permukaan air serta memiliki sepasang pelampung yang terletak di bagian lateral. Di tempat perindukan, larva Anopheles mengapung sejajar dengan permukaan air dengan bagian badan yang khas yaitu spirakel pada bagian posterior abdomen, batu palma pada  bagian lateral abdomen, dan “plate” pada bagian tengah setelah dorsal abdomen (Sary,2007). Pada

stadium pupa terdapat tabung pernafasan yang disebut

respiratory trumpet yang berbentuk lebar dan pendek yang berfungsi untuk mengambil O2 dari udara. Stadium dewasa Anophelini jantan dan betina memiliki palpi yang hampir sama dengan panjang  probosisnya, hanya pada nyamuk jantan palpi pada bagian apikal  berbentuk gada yang disebut club form sedangkan pada nyamuk  betina ruas itu mengecil. Bagian posterior abdomen agak sedikit lancip. Bagian posterior abdomen agak sedikit lancip (Sary,2007) c. Siklus hidup (Andi Aby Hurayrah) Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan ini

dibagi ke dalam 2 (dua) perbedaan habitatnya yaitu

lingkungan air (aquatik) dan di daratan (terrestrial). Nyamuk dewasa muncul dari

lingkungan aquatik ke lingkungan terresterial setelah

menyelesaikan daur hidupnya. Oleh sebab itu, keberadaan air sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva dan pupa. Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur satu persatu di dalam air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai alat

pengapung dan untuk menjadi larva

dibutuhkan waktu selama 2 sampai 3 hari, atau 2 sampai 3 minggu

 pada iklim-iklim lebih dingin. Pertumbuhan larva dipengaruhi faktor suhu, nutrien, ada tidaknya binatang predator yang

berlangsung

sekitar 7 sampai 20 hari bergantung pada suhu. Kepompong (pupa) merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak memerlukan makanan. (pupa) merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak memerlukan makanan. Lama stadium  pupa pada nyamuk jantan antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari  pupa nyamuk betina, karenanya nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal daripada nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur. Stadium pupa ini memakan waktu lebih kurang 2 sampai dengan 4 hari (Sary,2007) d. Hospes (Andi Risna) Berdasarkan obyek yang digigit (hospes), nyamuk dibedakan menjadi

antrofilik, zoofilik, dan indiscriminate biter. Nyamuk

antrofilik adalah nyamuk yang lebih suka menghisap darah manusia, dan dikategorikan zoofilik apabila nyamuk lebih suka menghisap darah hewan. Apabila nyamuk menghisap darah tanpa kesukaan tertentu terhadap hospes disebut indiscriminate biter. Nyamuk akan menghisap darah dari hospes lain yang tersedia apabila darah hospes yang disukai tidak ada (Juliawaty, 2008). e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Andi Risna)  Nyamuk adalah penyebab langsung kejengkelan dan kehilangan darah pada ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari banyak agen penyakit. Mereka dapat Mengganggu yang normal dan kebiasaan dalam penggembalaan hewan. peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan infeksi sekunder. penyakit yang dibawa nyamuk yang mempengaruhi hewan domestik berkisar dari virus (misalnya, ensefalitis, virus West Nile, Rift Valley demam) ke nematoda (misalnya, heartworm pada anjing) (Williams, 2010). f.

Pengendalian (Andi Risna)

Langkah pengendalian yang lain adalah pembuatan pen-Rat . Penelitian tentang pemikat nyamuk (Wardhana, 2006). 2. Lalat a. Klasifikasi (Andi Risna) Menurut (Wardhana, 2004) Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthtropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Diptera

Family

: Calliphoridae

Genus

: Chrysomya

Spesies

: C . bezziana

 b. Morfologi (Andi Risna) Lalat C. bezziana berwarna biru metalik, biru keunguan atau biru kehijauan. Kepala lalat ini berwarna oranye dengan mata berwarna merah gelap . Perbedaan antara lalat betina dan jantan terletak pada matanya . Lalat betina memiliki celah yang memisahkan mata kanan dan kiri lebih lebar dibandingkan lalat jantan. Ukuran lalat ini  bervariasi tergantung pada ukuran larvanya. Panjang tubuhnya ratarata 10 mm dengan lebar kepala berkisar rata-rata 4,1 mm. Tidak ada tanda-tanda makroskopik yang khas untuk dapat mengenalinya dengan kasat mata sehingga identifikasi hanya dapat dilakukan melalui  pemeriksaan mikroskopik (Wardhana, 2006). c. Siklus hidup (Andi Risna) Siklus hidup lalat C. bezziana terbagi menjadi empat tahap, yaitu telur, larva, pupa dan lalat. Pada tahapan larva, perkembangan L1 sampai dengan L3 memerlukan waktu enam hingga tuj uh hari, selanjutnya L3 akan membentuk pupa dalam waktu tujuh sampai delapan hari, kemudian menjadi lalat yang akan bertelur setelah enam hingga tujuh hari. Lalat betina akan meletakkan kumpulan telurnya di tepi luka pada sore hari atau menjelang petang dalam waktu sekitar 4,1 menit. Jumlah telur yang dikeluarkan oleh lalat betina berkisar antara

95 sampai 245 (rata-rata 180 telur). Telur akan menetas menjadi L1 dalam waktu 12 - 24 jam atau sepuluh jam pada suhu 30°C, selanjutnya LI menuju ke daerah luka yang basah. Sehari kemudian, LI akan berubah menjadi L2 dan muiai membuat terowongan yang lebih dalam di daerah luka tersebut dengan cara masuk ke dalam jaringan inang. Larva instar II (L2) akan berkembang menjadi L3 pada hari keempat bermigrasi keluar dari daerah luka tersebut dan jatuh ke tanah. Larva tersebut akan membuat terowongan sepanjang 2 - 3 cm untuk menghindari sinar matahari secara langsung. Larva akan membentuk  pupa dalam waktu 24 jam pada suhu 28°C. Penetasan lalat dari pupa sangat tergantung dari lingkungan. Pupa akan menetas menjadi lalat dalam seminggu pada suhu 25 - 30°C, sedangkan pada temperatur yang lebih rendah akan lebih lama bahkan sampai berbulan-bulan (Wardhana, 2006). Larva yang turun dari sumber pakan dan jatuh ke tanah pada hari  pertama 3,05 kali lebih banyak menjadi lalat betina. larva betina cenderung turun dari sumber pakan lebih awal daripada larva jantan. Terowongan yang dibuat larva untuk menjadi pupa mempunyai kedalaman berkisar 6 - 7 cm di bawah tanah. Larva akan mengalami  penurunan bobot badan sekitar 25,87% untuk menjadi pupa dan 44,93% untuk menjadi lalat dewasa. Bobot minimal pupa yang bias menetas menjadi lalat adalah 23,5 - 26 mg (Wardhana, 2004) . d. Hospes (Andi Risna) Chrysomya bezziana telah diidentifikasi sebagai penyebab utama terjadinya penyakit myiasis, baik pada manusia, ternak, maupun hewan kesayangan di kawasan Afrika dan Asia termasuk Indonesia. Larva ini  bersifat obligat parasit yang hanya memakan jaringan hidup tubuh inangnya (Wardhana, 2006) e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Andi Risna) Infestasi larva myiasis tidak menimbulkan gejala klinis yang spesifik dan sangat bervariasi tergantung pada lokasi luka. Gejala klinis pada hewan antara lain berupa demam, radang, peningkatan suhu

tubuh, kurang nafsu makan, tidak tenang sehingga mengakibatkan ternak mengalami penurunan bobot badan dan produksi susu, kerusakan jaringan, infertilitas, hipereosinofilia serta anemia . Apabila tidak diobati, myiasis dapat menyebabkan kematian ternak sebagai akibat keracunan kronis ammonia (Wardhana, 2006) f.

Pengendalian (Muh. Isnan Anshari) Pengendalian dilakukan dengan cara melakukan perendaman (dipping) rutin dua kali seminggu dengan mencampur 6 liter Ecoflee® dengan 3 m3 air. Larutan ini dapat digunakan selama 1,5 tahun dan dilaporkan cukup efektif untuk pengendalian penyakit myiasis yang disebabkan oleh C . bezziana ini (Wardhana, 2004) Langkah pengendalian yang lain adalah pembuatan pen-Rat lalat (attractant) . Penelitian tentang pemikat lalat myiasis telah dilakukan sebelum tahun 1970-an dengan tujuan untuk mengganti hati sapi yang secara tradisional mampu memikat lalat jantan (Wardhana, 2006).

C. Kambing 1.  Nyamuk a. Klasifikasi (Muh. Isnan Anshari) Ordo

: Diptera

Subordo

: Nematocera

Famili

s: Culicidae

Spesies

: Culex sp.

(Williams, 2010)  b. Morfologi (Muh. Isnan Anshari)  Nyamuk berukuran kecil atau merupakan lalat ramping dengan ukuran 2 -10 mm, dengan kaki panjang. Pada nyamuk dewasa memiliki sisik pada vena sayap dan margin dan betina dewasa memiliki sebuah belalai memanjang yang digunakan dalam meminum darah. Nyamuk jantan memiliki antena berbulu, sedangkan yang betina memiliki lebih sedikit, rambut pendek (Wall and David, 1997). c. Siklus hidup (Muh. Isnan Anshari)

Spesies dari genus Culex meletakkan telurnya secara  berkelompok

membentuk

menjadi

rakit.

Rakit

umumnya

mengandung antara 100 dan 300 telur. Ketika telur matang mereka akan menetas terlepas dari ketersediaan air. Larva dari semua spesies yang air dan terjadi pada lebar berbagai habitat, seperti tepi kolam permanen, genangan air, membanjiri pohon-lubang atau  bahkan, untuk beberapa spesies, wadah berisi air sementara. larva nyamuk dikenal sebagai wrigglers dan memerlukan antara 3 dan 20 hari untuk melewati empat stadia. Dengan meranggas larva akhir, tahap pupa terjadi. Nyamuk pupa, yang dikenal sebagai tumbler,  biasanya tetap berada di permukaan air, tetapi ketika terganggu dapat sangat mobile. Mereka tidak memberi makan dan tahap ini dapat berlangsung antara 1 dan 7 hari, bernapas dengan cara  prothoracic sifon pernapasan. nyamuk dewasa muncul dari kasus kepompong dan merangkak ke Dekat objek mana mereka mengeras kutikula dan mengembang sayap mereka. Kawin  biasanya terjadi dalam waktu 24 jam dari munculnya (Wall and David, 1997). d. Hospes (Muh. Isnan Anshari) Semua hewan domestik (Williams, 2010) e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Muh. Isnan Anshari)  Nyamuk adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu perilaku hewan normal dan penggembalaan. peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan Nyamuk sekunder adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu

perilaku

hewan

normal

dan

penggembalaan.

Peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan infeksi sekunder. penyakit yang

dibawa nyamuk yang mempengaruhi hewan domestik berkisar dari virus (misalnya, ensefalitis, virus West Nile, Rift Valley demam) ke nematoda (misalnya, heartworm anjing) (Williams, 2010). f. Pengendalian (Muh. Isnan Anshari) Pengendalian nyamuk di daerah pemukiman di mana anjing dan kucing hidup dapat memutus siklus penularan penyakit heartworm. Pemilik anjing harus menjaga hewan mereka dari nyamuk daerah penuh. Hidup perempat harus nyamuk bebas. Anjing disimpan di dalam ruangan biasanya menunjukkan kejadian yang jauh lebih rendah dari infeksi (Nayar and Connelly, 1990). 2. Lalat a. Klasifikasi (Nurrahma Hijrah) Adapun klasifikasi Musca domestica yaitu (Purnomo, 2005) Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Hexapoda

Ordo

: Diptera

Family

: Muscidae

Genus

: Musca

Spesies

; Musca domestica

 b. Morfologi (Nurrahma Hijrah) Lalat merupakan salah satu ordo Diptera yang mempunyai kedekatan dengan pemukiman manusia maupun di peternakan. Populasi lalat di alam sangat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh morfologi tubuh lalat yang berukuran kecil, kemampuan terbang yang jauh, serta sirklus hidup yang pendek, termasuk hewan omnivorous (pemakan segala). Disamping itu, serangga ini juga mempunyai daya reproduksi yang cukup tinggi dan merupakan multivoltine (beberapa generasi dalam satu tahun) (Astuti, 2010). c. Siklus hidup (Nurrahma Hijrah)

Telur  M. Domestica diletakkan secara berkelompok dan menyatu satu sama lain. Telur tersebut merupakan generasi  pertama dari  M. domestica. Telur lalat berbentuk seperti pisang dengan panjang 1  –   1,2 mm dan  berwarna putih kekuningan. Dari satu ekor lalat betina dewasa dapat dihasilkan telur sebanyak 120 150 butir setiap peneluran. Selama hidupnya lalat bertelur minimal enam kali dengan selang waktu tiga atau empat hari. Penetasan telur menjadi larva terjadi sekitar 2-3 hari, kisaran waktu ini hampir  sama dengan proses moulting setiap stadium. Waktu yang diperlukan untuk  perkembangbiakan telur mulai oviposisi sampai menetas dipengaruhi oleh suhu (Astuti, 2010). d. Hospes (Nurrahma Hijrah) Jenis lalat yang terutama menimbulkan masalah dalam industri peternakan baik peternakan unggas, babi, sapi perah, serta kambing dan pada prosesing makanan asal hewan adalah lalat rumah Musca domestica (Astuti, 2010). e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Nurrahma Hijrah) Lalat merupakan hama pengganggu baik pada manusia maupun

pada

hewan

lainnya.

Jenis

lalat

yang

terutama

menimbulkan masalah dalam industri peternakan baik peternakan unggas, babi dan sapi perah dan pada prosesing makanan asal hewan adalah lalat rumah  Musca domestica.

Pada peternakan

unggas, lalat ini yang paling tinggi populasi dan potensinya sebagai hama ( pestiferous fly) serta menjadi target utama dalam program manajemen dan pengendalian. Kedekatan lalat  M. Domestica dengan pemukiman penduduk juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Selama ini lalat mengganggu secara estetika dan yang lebih penting adalah lalat sebagai vektor mekanis berbagai  penyakit

yang

bersifat

wabah.

Bakteri

yang

banyak

mengkontaminasi lalat adalah E. coli, Klebsiella pneumoniae, dan  Bacillus  sp. Selain bakteri tersebut, lalat juga membawa  Enterobacter aerogenes, Enterococcus  sp, Proteus morgani,

 Proteus mirabilis, Providencia rettgeri, Pseudomonas aerogenosa, Serratia marcessense, Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp. (Astuti, 2010). f. Pengendalian (Nurrahma Hijrah) Berbagai upaya menurunkan populasi  Musca domestica sebagai hama telah dilakukan, salah satunya adalah dengan cara  pengendalian vektor. Pengendalian meliputi pengendalian secara fisik, kimia dan biologi yang dilakukan secara komprehensif dengan meningkatkan kebersihan lingkungan baik di pemukiman maupun di sekitar peternakan (Astuti, 2010). D. Sapi 1.  Nyamuk a. Klasifikasi (Nurrahma Hijrah) Klasifikasi Anopheles sp. (Muchid, 2015 ) : Class : Hexapoda/ insecta Sub class : Pterigota Ordo : Diptera Familia : Culicidae Sub famili : Anophellinae Genus : Anopheles  b. Morfologi (Nurrahma Hijrah)  Nyamuk  Anopheles  memiliki ciri proboscis sama panjang dengan  palpi dan seluruh bagian berwarna gelap. Palpi tanpa gelang-gelang  pucat. Costa dan vena sayap ke-1 terdapat 3 atau kurang noda-noda  pucat. Tarsus ke- 5 kaki belakang kebanyakan gelap. Sternit abdomen segmen ke-VII dengan sikat yang terdiri dari sisik-sisik gelap (Muchid, 2015). c. Siklus hidup (Risnawati) Anopheles mengalami metamorfosis sempurna yaitu stadium telur, larva, kepompong, dan dewasa yang berlangsung selama 7-14 hari. Tahapan ini

dibagi ke dalam 2 (dua) perbedaan habitatnya yaitu

lingkungan air (aquatik) dan di daratan (terrestrial). Nyamuk dewasa

muncul dari

lingkungan aquatik ke lingkungan terresterial setelah

menyelesaikan daur hidupnya. Oleh sebab itu, keberadaan air sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup nyamuk, terutama masa larva dan pupa. Nyamuk Anopheles betina dewasa meletakkan 50-200 telur satu persatu di dalam air atau bergerombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles mempunyai alat

pengapung dan untuk menjadi larva

dibutuhkan waktu selama 2 sampai 3 hari, atau 2 sampai 3 minggu  pada iklim-iklim lebih dingin. Pertumbuhan larva dipengaruhi faktor suhu, nutrien, ada tidaknya binatang predator yang

berlangsung

sekitar 7 sampai 20 hari bergantung pada suhu. Kepompong (pupa) merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak memerlukan makanan. (pupa) merupakan stadium terakhir di lingkungan aquatik dan tidak memerlukan makanan. Lama stadium  pupa pada nyamuk jantan antara 1 sampai 2 jam lebih pendek dari  pupa nyamuk betina, karenanya nyamuk jantan akan muncul kira-kira satu hari lebih awal daripada nyamuk betina yang berasal dari satu kelompok telur. Stadium pupa ini memakan waktu lebih kurang 2 sampai dengan 4 hari (Sary,2007) d. Hospes (Risnawati) Semua hewan domestic (Williams, 2010) e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Risnawati)  Nyamuk adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari  banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu perilaku hewan normal dan penggembalaan. peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan Nyamuk sekunder adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari  banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu perilaku hewan normal dan penggembalaan. Peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan infeksi sekunder. penyakit yang dibawa nyamuk yang mempengaruhi hewan

domestik berkisar dari virus (misalnya, ensefalitis, virus West Nile, Rift Valley demam) ke nematoda (misalnya, heartworm anjing) (Williams, 2010). f.

Pengendalian (Risnawati) Pengendalian nyamuk di daerah pemukiman di mana anjing dan kucing hidup dapat memutus siklus penularan penyakit heartworm. Pemilik anjing harus menjaga hewan mereka dari nyamuk daerah  penuh. Hidup perempat harus nyamuk bebas. Anjing disimpan di dalam ruangan biasanya menunjukkan kejadian yang jauh lebih rendah dari infeksi (Nayar and Connelly, 1990).

2. Lalat a. Klasifikasi (Risnawati) Adapun klasifikasi Musca domestica yaitu (Purnomo, 2005) Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Hexapoda

Ordo

: Diptera

Family

: Muscidae

Genus

: Musca

Spesies

; Musca domestica

 b. Morfologi (Risnawati) Lalat merupakan salah satu ordo Diptera yang mempunyai kedekatan dengan pemukiman manusia maupun di peternakan. Populasi lalat di alam sangat tinggi, hal ini dipengaruhi oleh morfologi tubuh lalat yang berukuran kecil, kemampuan terbang yang jauh, serta sirklus hidup yang pendek, termasuk hewan omnivorous (pemakan segala). Disamping itu, serangga ini juga mempunyai daya reproduksi yang cukup tinggi dan merupakan multivoltine (beberapa generasi dalam satu tahun) (Astuti, 2010). c. Siklus hidup (Risnawati)

Telur  M. Domestica diletakkan secara berkelompok dan menyatu satu sama lain. Telur tersebut merupakan generasi  pertama dari  M. domestica. Telur lalat berbentuk seperti pisang dengan panjang 1  –   1,2 mm dan  berwarna putih kekuningan. Dari satu ekor lalat betina dewasa dapat dihasilkan telur sebanyak 120 150 butir setiap peneluran. Selama hidupnya lalat bertelur minimal enam kali dengan selang waktu tiga atau empat hari. Penetasan telur menjadi larva terjadi sekitar 2-3 hari, kisaran waktu ini hampir  sama dengan proses moulting setiap stadium. Waktu yang diperlukan untuk  perkembangbiakan telur mulai oviposisi sampai menetas dipengaruhi oleh suhu (Astuti, 2010). d. Hospes (Risnawati) Jenis lalat yang terutama menimbulkan masalah dalam industri peternakan baik peternakan unggas, babi, sapi perah, serta kambing dan pada prosesing makanan asal hewan adalah lalat rumah Musca domestica (Astuti, 2010). e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Risnawati) Entamorba hestolyca adalah Organisme yang dapat menyebabkan  penyakit pada manusia, kucing, anjing dan babi. Vektornya adalah musca domestica (lalat rumah) dan kecoa. Penularan terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kista yang dibawa oleh vektor. Gejala yang dapat ditmbulkan antara lain; sering buang air besar, fesesnya sedikit-sedikit dengan lendir dan darah, dan  biasanya disertai rasa sakit diperut (kram perut), dan biasanya tidak demam (Astuti and Firda, 2010) . f. Pengendalian (Risnawati) Berbagai upaya menurunkan populasi  Musca domestica sebagai hama telah dilakukan, salah satunya adalah dengan cara pengendalian vektor. Pengendalian meliputi pengendalian secara fisik, kimia dan  biologi yang dilakukan secara komprehensif dengan meningkatkan kebersihan lingkungan baik di pemukiman maupun di sekitar  peternakan (Astuti, 2010)

E. Ayam 1.  Nyamuk a. Klasifikasi (Dina Zakihanifah Khaerunnisa) Adapun klasifikasi Plasmodium gallinaceum yaitu (Irianto, 2013): Kingdom: Protista Filum: Apicomplexa Kelas: Aconoidasida Ordo: Haemosporida Famili: Plasmodiidae Genus: Plasmodium Spesies: Plasmodium gallinaceum

 b. Morfologi (Dina Zakihanifah Khaerunnisa) Adapun morfologi dari Plasmodium gallinaceum yaitu (Irianto, 2013):

1)

Ukuran 4-13 mm

2)

Proboscis halus dan panjang melebihi panjang kepala. Pada betina digunakan sebagai alat tusuk isap.

3)

Bagian kiri dan kanan pada probosisnya terdapat palpa dan sepasang antenna yang terdiri dari 15 segmen

4)

Pada jantan antenna berambut lebat ( plumose) sedangkan pada  betina antennanya berambut jarang ( pilose)

5)

Alat kelamin betina terdiri atas sepasang ovaria, oviduk, oviduk gabungan (vagina)

6)

Spermateka pada ruas ke-8 abdomen, pada waktu kopulasi berisi spermatozoa. Ini berhubungan dengan bagian oviduk yang melebar 

7)

Alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis dan vas deferentia yang panjang Alat kelamin luar yaitu hipopigium terdiri atas umbaiumbai pada ruas abdomen ke 9 dan 10

c. Siklus hidup (Dina Zakihanifah Khaerunnisa) Metamorfosis secara sempurna yaitu nyamuk dewasa bertelur, setelah 1-2 jam telur berubah menjadi hitam, setelah beberapa hari (tergantung keadaan) akan berubah menjadi larva (4 stadium), kemudian  berubah menjadi pupa. Dalam waktu singkat pupa menjadi imago (1 hari sampai beberapa minggu). Pupa jantan menetas lebih dahulu (Irianto, 2013)

d. Hospes (Dina Zakihanifah Khaerunnisa)  Plasmodium gallinaceum terdapat pada ayam (Irianto, 2013)

e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Meliherdianti)  Nyamuk adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari  banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu perilaku hewan normal dan penggembalaan. peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan Nyamuk sekunder adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari  banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu perilaku hewan normal dan penggembalaan. Peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan infeksi sekunder. penyakit yang dibawa nyamuk yang mempengaruhi hewan domestik berkisar dari virus (misalnya, ensefalitis, virus West Nile, Rift Valley demam) ke nematoda (misalnya, heartworm anjing) (Williams, 2010). f. Pengendalian (Meliherdianti) Upaya pencegahannya dengan perbaikan sanitasi lingkungan, dan  pencegahan

kontaminasi

makanan,

pembasmian

vektor

serta

 perbaikan cara pembuangan kotoran yang baik serta cuci tangan setelah defakasi (Astuti and Firda, 2010) 2. Lalat a. Klasifikasi (Meliherdianti) Klasifikasi Lalat Rumah (  Musca domestica  ) (Astuti and Firda, 2010) : Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthoropoda

Kelas

: Hexapoda

Ordo

: Diptera

Family

: Muscidae

Genus

: Musca

Spesies

: Musca domestica.

 b. Morfologi (Meliherdianti) Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm,  berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada  bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada  bagian atas dan bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti  paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap.

Sayapnya

mempunyai

empat

garis

(strep)

yang

melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga  pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya (Astuti and Firda, 2010) c. Siklus hidup (Meliherdianti) Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur  berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk  berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu

sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari (Astuti and Firda, 2010). d. Hospes (Meliherdianti) Pada manusia, kucing, anjing dan babi (Astuti and Firda, 2010) . e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Meliherdianti)  Nyamuk adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu perilaku hewan normal dan penggembalaan. peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan Nyamuk sekunder adalah penyebab langsung jengkel dan kehilangan darah ternak dan hewan pendamping dan berfungsi sebagai vektor dari banyak agen penyakit. Mereka dapat mengganggu

perilaku

hewan

normal

dan

penggembalaan.

Peningkatan menggaruk dari gigitan nyamuk dapat mengakibatkan lecet kulit, rambut rontok, dan infeksi sekunder. penyakit yang dibawa nyamuk yang mempengaruhi hewan domestik berkisar dari virus (misalnya, ensefalitis, virus West Nile, Rift Valley demam) ke nematoda (misalnya, heartworm anjing) (Williams, 2010). f. Pengendalian (Meliherdianti) Upaya

pencegahannya

dengan

perbaikan

sanitasi

lingkungan, dan pencegahan kontaminasi makanan, pembasmian vektor serta perbaikan cara pembuangan kotoran yang baik serta cuci tangan setelah defakasi (Astuti and Firda, 2010)

Bab II Materi dan Metode

A. Alat dan Bahan 1. Alat a. Gabus  b. Gunting c. Pentul serangga d. Pisau e. Wadah sampel 2. Bahan a. Alkohol  b. Lem c. Kapur barus d. Serangga e. Tissue B. Metode 1. Pengawetan kering a. Jenis serangga yang dapat diawetkan kering adalah serangga yang mempunyai tubuh dan bersayap tipis, misalnya kupu-kupu dan lalat.  b. Serangga yang akan diawetkan dengan cara pengawetan kering terlebih dahulu harus dilakukan perentangan serangga dengan alat bantu. c. Cara kerja dilakukan dengan memasukkan serangga ke dalam alkohol 70%, kemudian dikeringkan sampai benar-benar kering. Siapkan jarum serangga, tusukkan pada pertengahan tubuh dari dorsal sampai ke ventral tubuh serangga. Serangga yang telah diawetkan disimpan dalam kotak insektarium yang telah diberi kamper/kapur barus, untuk menjaga agar tidak dimakan semut. d. Teknik-teknik ini menghasilkan spesimen-spesimen yang tidak begitu rapuh, tidak menunjukkan distorsi, dan sedikit sekali kehilangan warna dan akibatnya tidak menunjukkan indikasi penyerapan kembali air atau  pembusukkan sehingga dapat disimpan dalam waktu lama.

BAB III Hasil dan Pembahasan A. Hasil

Gambar 3. Musca domestica

Gambar 4. N. terminata dan L. nina

B. Pembahasan 1.  Neurothermis terminate

a. Klasifikasi (Nurul safitri) Kelas : insect Ordo

: Odonata

Family : Libellulidae Spesies : Neurothemis terminate (Gillot,1980)  b. Morfologi (Nurul safitri) Odonata adalah serangga yang relatif besar (panjangnya kira-kira 20 sampai lebih dari 135 mm), seringkali berwarna menarik dan menggunakan sebagaian besar hidupnya dalam dalam kondisi terbang (Ansori, 2009) c. Siklus hidup (Nurul Safitri) Tahap telur pendek (beberapa minggu), dan telur disimpan dalam jaringan tanaman air atau di dalam air. Tahap larva adalah terpanjang (bulan tetapi kadang-kadang tahun) di air. Selama tahap  pertumbuhan yang cukup besar ini, baik dalam ukuran dan massa,

terjadi. larva Odonate adalah predator menengah penting dalam  jaring makanan air, makan pada beragam binatang kecil termasuk odonates lain dan individu sejenis, dan diri mereka sendiri makananpredator seperti ikan. Larva menjalani sekitar 10 molts, dan meranggas terakhir adalah metamorfosis untuk terestrial, terbang tahap dewasa. Setelah exoskeleton telah mengeras, ukuran dan

bentuk

dewasa

adalah

tetap.

Baru

muncul

dewasa

membubarkan diri dari situs mereka berkembang biak. Selama  periode berikutnya hari untuk minggu, periode pematangan, capung dewasa mencari makan jauh dari air, lanjut meningkatkan massa tubuh, dan mengembangkan karakter seksual; betina mulai mengembangkan telur. Setelah matang secara seksual, dewasa kembali ke badan air untuk reproduction. Masa reproduksi memerlukan waktu 1 sampai 3 minggu dan penyebaran ke badan air lainnya dapat terjadi. Dalam kebanyakan spesies laki-laki  berebut untuk mendapatkan perempuan, sedangkan pada spesies lain laki-laki yang teritorial (Stoks and Alex, 2012). d. Hospes (tempat mengambil makanan) (Andi Aby Hurayrah) Larva adalah fakultatif predator, makan pada apa pun hewan dari ukuran yang sesuai tersedia (Gillots, 1980) 2. Leptosia nina

a. Klasifikasi (Andi Aby Hurayrah) Adapun klasifikasi dari Leptosia nina yaitu (Noor, 2015) : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae Spesies : Leptosia nina  b. Morfologi (Andi Risna) Leptosia nina sangat mudah diidentifikasi karena memiliki ciri-ciri yang sangat mencolok dan berbeda dibanding kupu-kupu

lainnya,

bahkan

dengan

kupu-kupu

member

familia Pieridae sekalipun. Tubuhnya yang mungil (sekitar 25  –  35 mm), sayap putih yang sisi luarnya bercorak coklat atau kehitaman dengan motif bercak-bercak tak beraturan. Sayap bagian dalam (upper side) terdapat dua bundaran hitam tak beraturan laksana mata, serta dua sapuan warna hitam pada sudut sayap atasnya. Keempat corak hitam ini juga tampak dari sisi luar sayap meski remang-remang. Tidak ada kemiripan yang mencolok antara kupukupu Wandering Snowflake dengan kupu-kupu lainnya, sehingga sangat mudah mengidentifikasinya. c. Siklus Hidup (Andi Risna) Telur dikoleksi pada daun glodokan, terutama pada  permukaan bawah daun dengan variasi ketinggian tempat dari  permukaan

tanah.

 permukaan

daun

Semua muda,

telur tidak

kupu-kupu ditemukan

dikoleksi

pada

kupu-kupu

yang

meletakkan telurnya pada bagian dahan, ranting, batang atau daun tua tanaman glodokan. Kupu-kupu lebih memilih meletakkan telurnya pada permukaan bawah daun (80%) dibandingkan dengan  permukaan atas daun muda (20%). Hal ini akan memudahkan larva yang baru menetas untuk segera menemukan pakannya setelah menetas dan keluar dari telurnya. Larva yang baru menetas ini dikenal dengan nama larva instar 1 (L1). Larva instar 1 memakan semua cangkang telurnya sebelum mulai memakan daun muda tanaman glodokan sampai mengalami pergantian kulit selanjutnya sebagai tanda bahwa akan memasuki instar selanjutnya. Selama  pemeliharaan telur tidak ditemukan adanya parasit yang keluar dari telur ataupun telur yang gagal menetas. Keadaan ini dapat terjadi karena pengoleksian telur yang langsung dilakukan segera setelah kupu-kupu betina selesai oviposisi sehingga belum sempat didekati oleh parasitoid. Memasuki tahapan instar 2, larva instar 1 berhenti makan daun dan mengalami pergantian kulit. Sekitar 45 menit setelah keluar dari kulit lamanya, larva memakan sisa kulit lama

(exuvie) sampai habis, duri halus bercabang-cabang mulai mengalami penyusutan. Warna dan bentuk tubuh larva relatif sama dengan stadium sebelumnya, hanya terdapat perubahan pada duri halus di bagian dorsal torak dan ujung akhir abdomen. Duri-duri ini menjadi tidak bercabang dan berwarna coklat tua. Larva instar 2 mempunyai ukuran rata-rata 9,387±2,028 mm dan berlangsung selama 2-4 hari. Selanjutnya larva berhenti makan dan kembali mengalami pergantian kulit, larva siap memasuki instar 3. Larva instar 3 mempunyai bentuk yang mirip dengan instar 2, namun warna kecoklatan mulai memudar. Duri pada dorsal torak masih tetap ada demikian juga dengan duri pada ujung akhir abdomen. Larva instar 3 berlangsung selama 1-4 hari dengan panjang ratarata 26,036±3,985 mm. Tubuh larva instar 4 mempunyai warna hijau kecoklatan. Bagian dorsal torak ditemukan adanya bintik hijau tua. Duri pada dorsal torak dan ujung akhir abdomen  berwarna coklat tua. Larva instar 4 mulai memakan daun yang agak tua, kadang-kadang dapat menghabiskan lembaran daun namun jarang ditemukan mamakan sampai ke tangkai daun. Larva instar 4 berlangsung selama 2-4 hari dengan panjang rata-rata 26,036±3,985 mm. Warna kecoklatan pada larva instar 5 mulai samar bahkan hamper tidak tampak sama sekali. Larva ini mempunyai warna hijau muda menyerupai warna apel. Pada bagian anterior torak mulai muncul warna hitam membulat yang menyerupai bintik mata. Spirakel pada sisi lateral semakin nyata. Jajaran spirakel dibutuhkan oleh larva untuk membantu sistem respirasinya. Pada stadium instar 5 akhir, akan terlihat semacam saluran yang berisi cairan pada bagian dorsal larva. Cairan  berwarna hijau muda bening ini akan dikeluarkan larva pada sore hari sebelum memasuki masa prepupa. Selama stadium larva  berlangsung, larva menghasilkan aroma yang khas jika merasa terganggu.

Memasuki

prepupa,

larva

berhenti

melakukan

 perpindahan tempat dan aktifitas makan. Masa prepupa ditandai

dengan terbentuknya benang yang menyerupai sutera berwarna  putih metalik sebagai tempat larva menggantungkan bagian anterior tubuhnya. Bagian posterior ditempelkan pada substrat  berupa permukaan daun atau tangkai daun sehingga warna pupa  juga menyerupai warna substratnya. Masa prepupa berlangsung selama 1-2 hari dengan panjang prepupa rata-rata 32,991±1,527 mm. Selama manjalani masa pupa, kulit prepupa yang semula lembut berganti dengan kulit yang lebih tebal dan kaku dibandingkan dengan kulit prepupa. Prepupa melepaskan semua kulit lama termasuk bagian cangkang kepala. Pupa tipe ini selalu  bergantung pada seutas benang menyerupai sutera berwarna putih keperakan

pada

sepertiga

bagian

anterior

tubuhnya.

Pupa

mempunyai semacam tonjolan pada bagian anterior ventral. Setelah 12-15 hari melewati pupasi, tonjolan ini akan terpecah sehingga keluar antenna, kepala, kaki, torak, sayap dan abdomen kupu-kupu

dewasa

muda

(imago).

Imago

kupu-kupu

G.

agamemnon yang baru keluar dari kulit pupa ini sayapnya masih kecil, mengkerut kusut dan lembap. Sekitar 5-10 menit kemudian sayap akan mengembang sempurna namun membutuhkan waktu selama 40-60 menit untuk dapat terbang. Diduga selama periode ini, imago mempersiapkan cairan hemolimp agar mengisi penuh venasi sayapnya sehingga dapat mengangkat bobot tubuhnya untuk terbang (Fitriana et. Al, 2016). d. Habitat (Andi Risna) Kupu-kupu ini dapat dijumpai di padang rumput yang dekat dengan hutan atau area terlindung atau area dengan pepohonan yang rapat (berkanopi) (Noor, 2015). e. Kepentingan (Muh Isnan Anshari) Kupu-kupu (Lepidoptera) merupakan fauna yang termasuk kelompok serangga yang memiliki peran sangat penting dalam ekosistem yaitu sebagai pembantu dalam penyerbukan pada tumbuhan. Selain itu kupu-kupu juga dapat dijadikan sebagai

 bioindikator terhadap perubahan kualitas lingkungan karena kupukupu sangat sensitif terhadap perubahan ekosistem. Terdapat  banyak jenis kupu-kupu dengan ciri khas yang indah dan cantik karena memiliki warna dan bentuk yang menawan. Sehingga memiliki nilai ekonomis yang biasa dijadikan koleksi, bahan pola dan seni (Noor, 2015). Kupu-kupu memiliki peran yang sangat penting dalam ekosistem. Sebagai serangga polinator, kupu-kupu telah membantu memelihara perbanyakan tumbuhan secara alami. Secara tidak langsung kupu-kupu ikut menjaga keanekaragaman tumbuhan dan hewan di alam. Selain itu, kupu-kupu juga sering dimanfaatkan sebagai objek wisata atau rekreasi dan objek observasi penelitian. Hal ini karena jumlahnya yang banyak dan morfologinya yang indah ( Chahyadi, 2016). 3.  Bactocera cucubirtae a. Klasifikasi (Muh. Isnan Anshari) Taksonomi Bactrocera adalah sebagai berikut (Isnaini, 2013) : Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Diptera

Family

: Tephritidae

Genus

: Bactrocera

Spesies

: Bactrocera cucubirtae

b. Morfologi (Nurrahmah Hijrah) Ciri-ciri penting dalam identifikasi lalat buah  Bactrocera cucubirtae untuk membedakan spesies Bactrocera cucubirtae yaitu dengan melihat sayap, abdomen dan pada thoraksnya. Pada bagian sayap penciri utama yang digunakan adalah basal costal, costal, anal streak dan pola sayap. Penciri utama pada bagian abdomen yang digunakan dalam identifikasi adalah gambar pola T ada

tidaknya, antar terga kedua dan seterusnya menyatu dan pola warna  pada terga. c. Siklus hidup (Nurrahmah Hijrah) Siklus hidup lalat buah mempunyai 4 fase metamorfosis, siklus hidup lalat buah ini termasuk ke perkembangan sempurna atau dikenal dengan holometabola. Fase tersebut terdiri dari telur, larva, pupa dan imago (Isnaini, 2013) 1)

Telur Telur adalah putih murni, panjang sekitar 2 mm, elips, hamper datar pada permukaan ventral, lebih cembung pada dorsal. Telur sering agak melengkung (Weems, 2001).

2) Larva Larva ini berbentuk bulat panjang dengan salah satu unjungnya runcing. Larva instar III berukuran sedang dengan  panjang 7 – 9 mm. Larva Bactrocera berwarna putih keruh atau  putih kekuningan dengan dua bintik hitam yang jelas, dua  bintik hitam ini merupakan alat kait mulut. Larva berkembang di dalam daging buah selama 6 – 9 hari. Larva ini terdiri dari 3 instar bergantung pada temperatur lingkungan dan kondisi inang. Pada instar ke 3, larva keluar dari dalam daging buah dan akan menjatuhkan dirinya ke permukaan tanah lalu masuk di dalam tanah. Di dalam tanah larva berubah menjadi pupa. Tingkat ketahanan larva di dalam tanah bergantung pada tekstur dan kelembapan tanah (Isnaini, 2013) 3) Pupa Pupa awalnya dari berwarna putih, kemudian mengalami  perubahan warna menjadi kekuningan dan coklat kemerahan. Perkembangan pupa tergantung dengan kelembapan tanah. Kelembapan tanah yang sesuai dengan stadium pupa adalah 09 %. Masa perkembangan pupa antara 4 – 10 hari. Pupa berada di dalam tanah sekitar 2 – 3 cm di bawah permukaan tanah.

Pupa berubah menjadi imago setelah 13-16 hari kemudian (Isnaini, 2013). 4) Imago Panjang tubuh lalat dewasa sekitar 3,5 – 5mm, berwarna hitam kekuningan. Kepala dan kaki berwarna coklat. Thorak  berwarna hitam, abdomen jantan berbentuk bulat sedangkan  betina terdapat alat tusuk. Siklus hidup lalat buah dari telur sampai imago berlangsung selama kurang lebih 27 hari (Isnaini, 2013). d. Hospes (Nurrahmah Hijrah) Lebih dari 125 spesies tanaman, termasuk cucurbits, tomat, dan sayuran lainnya, telah dicatat sebagai tuan rumah dari lalat melon. Host disukai meliputi melon, kacang tunggak, mentimun, labu, labu, labu, kacang panjang, tomat dan air-melon. Namun, Putih dan Elson-Harris (1994) menyatakan bahwa banyak dari catatan-catatan

ini

mungkin

telah

didasarkan

pada

kasual

 pengamatan dewasa bertumpu pada tanaman atau terjebak dalam  perangkap diatur dalam pohon non-tuan. Sesekali host termasuk terong, ara, mangga, jeruk, pepaya dan peach. Host liar termasuk  balsam apel; Mentimun Cina, Momordica spp .; colocynth; dua genera dari cucurbits- Sicyos sp .; Cucumis trigonus; Diplocyclos  palmatus; dan gairah bunga, Passiflora spp (Weems, 2001). e. Kerusakan (Risnawati) Di

wilayah

Indo-Malaya,

lalat

melon,

kadang-

kadangdisebut lalat buah melon, dianggap yang paling merusak hama melon dan tanaman terkait, dan telah sangat dibatasi  produksi melon, mentimun dan tomat di Hawaii. Pembentukan terbang ini di daerah yang sama dengan Florida menunjukkan  bahwa spesies ini bisa menjadi serius hama dari cucurbits dan tanaman truk lain, dan mungkin dari beberapa tanaman buah, jika diperkenalkan ke Florida. Secara umum dengan beberapa spesies lain di Bactrocera,  yang melon terbang dapat menyerang bunga,

 buah, batang, dan akar. Di Hawaii, labu dan labu telah banyak diserang bahkan sebelum buah telah ditetapkan, dengan telur yang diletakkan ke dalam belum dibukan bunga jantan dan betina, dengan larva berhasil mengembangkan- ing di akar tunggang,  batang dan tangkai daun (Weems, 2001).  f.

Pengendalian (Risnawati) Sebagai Bactrocera

cucurbitae (Coquillett)

tidak

ditemukan dalam benua Amerika Serikat tidak ada manajemen khusus rekomendasi untuk kontrol di Florida. Dalam Solomon, kepulauan

itu

menjadi

sasaran

kampanye

pemberantasan

menggunakan kombinasi umpan penyemprotan dan pemusnahan  perangkap laki-laki. Di Kepulauan Ryukyu itu dibasmi dari  beberapa pulau menggunakan teknik serangga steril (Weems, 2001). 4.  Musca domestica a. Klasifikasi (Dina Zakihanifah Khaerunnisa) Klasifikasi Lalat Rumah (  Musca domestica  ) (Astuti and Firda, 2010) : Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthoropoda

Kelas

: Hexapoda

Ordo

: Diptera

Family

: Muscidae

Genus

: Musca

Spesies

: Musca domestica.

 b. Morfologi (Dina Zakihanifah Khaerunnisa) Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm,  berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada  bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada  bagian atas dan bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti

 paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap.

Sayapnya

mempunyai

empat

garis

(strep)

yang

melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga  pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya (Astuti and Firda, 2010) c. Siklus hidup (Dina Zakihanifah Khaerunnisa) Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur  berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk  berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari (Astuti and Firda, 2010). d. Hospes (Meliherdianti) Semua hewan domestic (Williams, 2010) e. Kepentingan dalam dunia veteriner (Meliherdianti) Entamorba

hestolyca

adalah

Organisme

yang

dapat

menyebabkan penyakit pada manusia, kucing, anjing dan babi. Vektornya adalah musca domestica (lalat rumah) dan kecoa.

Penularan

terjadi

karena

makanan

atau

minuman

yang

terkontaminasi oleh kista yang dibawa oleh vektor. Gejala yang dapat ditmbulkan antara lain; sering buang air besar, fesesnya sedikit-sedikit dengan lendir dan darah, dan biasanya disertai rasa sakit diperut (kram perut), dan biasanya tidak demam (Astuti and Firda, 2010) . f. Pengendalian (Meliherdianti) Upaya

pencegahannya

dengan

perbaikan

sanitasi

lingkungan, dan pencegahan kontaminasi makanan, pembasmian vektor serta perbaikan cara pembuangan kotoran yang baik serta cuci tangan setelah defakasi (Astuti and Firda, 2010)

BAB IV Kesimpulan

A. Kesimpulan 1. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari hewan “Diptera” dapat diawetkan dengn menggunakan metode kering dan metode spanning

Daftar Pustaka

Astuti, Endang Puji dan Firda Yanuar Pradani. 2010.  Pertumbuhan Dan  Reproduksi Lalat

Musca

Domestica

Pada

 Perkembangbiakan. Jurnal Aspirator. Vol. 2,

Berbagai

Media

No. 1 : 11-3.

Chahyadi Ennie dan Elpe Bibas. 2016. Jenis- Jenis Kupu-Kupu (Sub Ordo Rhopalocera)

Yang Terdapat Di Kawasan Hapanasan, Kabupaten

Rokan Hulu, Provinsi Riau. Jurnal Riau Biologia. Vol. 1, No. 8 : 50-56. Fitriana, Narti, Nur Azizah Maulidia dan Fahma Wijayanti. 2016. Siklus Hidup Kupu-Kupu Graphium Agamemnon L. (Lepidoptera : Papilionidae) Di Kampus I Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jurnal Riau Biologia. Vol. 1, No. 11 : 67- 72. Irianto, Koes. 2013. Parasitologi Medis. Alfabeta: Bandung

Isnaini, Yanuarti Nur. 2013. Identifikas Spesies dan Kelimpaham Lalat Buah Bactocera spp di Kabupaten Demak. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Muchid, Zaenal, Annawaty dan Fahri. 2015. Studi Keanekaragaman Nyamuk  Anopheles spp.

Pada Kandang Ternak Sapi Di Kota Palu Provinsi

Sulawesi Tengah. Jurnal of Natural Science. Vol. 4 (3) : 369-376  Nayar, J. K. and C. R. Connelly. 1990. Mosquito-Borne Dog Heartworm Disease. IFAS Extension. U.S  Noor, Rasuane dan Suharno Zen. 2015. Studi Keanekaragaman Kupu-Kupu Di Bantaran

Sungai Batanghari Kota Metro Sebagai Sumber Belajar

Biologi Materi

Keanekaragaman.

Jurnal

Universitas Muhammadiyah Metro. Vol.

Pendidikan

Biologi

6, No. 1 : 71-2.

Purnomo, Heri. 2005.  Identifikasi Jenis Dan Kepadatan Lalat Di Kandang  Peternakan Ayam

Desa

Serdang

 Kabupaten Lampung Selatan Species.

Kecamatan

Tanjung

Bintang

Skripsi. Hal : 3-6.

Sary, widya, Tjut Mariam Zanaria, Elita Agustina. 2007. Studi Jenis Nyamuk Anopheles pada Tempat Perindukannya di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Banda aceh.

Wardhana, A.H, S Muharsini and W. Asmara. 2004.  Keragaman Genetik  Populasi Lalat Myiasis Chrysomya bezziana di Indonesia Berdasarkan  Analisis DNA Mitokondria. Bogor : Balai Penelitian Veteriner. Wardhana, April H. 2006. Chrysomya bezziana Penyebab Myiasis Pada Hewan dan Manusia: Permasalahan dan Penanggulangannya.   Bogor : Balai Penelitian Veteriner. Weems Jr H. V, Heppner dan TR Fasulo. 2001. Melon Fly, Bactrocera cucurbitae (Coquillett) (Insecta: Diptera: Tephritidae). UF : University of Florida. Williams, Ralph E. 2010. Veterinary Entomology Livestock and Companion  Animals. CRC Press. USA

LAMPIRAN

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF