Laporan kasus

December 17, 2018 | Author: Yaya Arya | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan kasus...

Description

BAB I. PENDAHULUAN

Dewas Dewasaa ini, ini, Acquire (AIDS) merupak merupakan an salah salah satu satu masala masalah h Acquired d Immune Immune Deficienc Deficiency y (AIDS) kesehatan yang perlu mendapat perhatian dunia. WHO meramalkan bahwa jumlah penderita AIDS dan kemat kematian ian akibat akibat AIDS AIDS selu seluru ruh h dunia dunia akan akan menin meningk gkat at 10 pers persen en dalam dalam wakt waktu u 8 tahun tahun mendatang, yaitu dari satu setengah juta saat ini menjadi 12-18 juta pada tahun 2000 . Penyakit ini mema memang ng memp mempuny unyai ai angka angka kemat kematian ian yang yang tingg tinggii dima dimana na hampi hampirr semua semua pende penderi rita ta AIDS AIDS meninggal dalam waktu lima tahun sesudah menunjukkan gejala pertama AIDS (Depkes 1988). Di Indonesia, kasus AIDS yang pertama kali dilaporkan adalah seorang wisatawan lakilaki berkebangsaan Belanda yang meninggal di Bali pada tahun 1987. Kasus kedua juga orang asing sedangkan kasus berikutnya terjadi pada seorang pria Indonesia yang juga meninggal di Bali. Sejak itu, jumlah penderita AIDS terus meningkat. Hal ini terlihat dalam data kumulatif Depkes RI dari 15 Propinsi dimana sampai bulan Maret 1995 kasus AIDS sudah mencapai 288 orang. Di  propinsi  propinsi Sumatera Sumatera Utara dilaporkan dilaporkan adanya dua kasus yang menderita menderita HIV positif positif dan kemungkinan kasus ini akan bertambah banyak. AIDS merupakan penyakit yang fatal, menular dan sampai sekarang belum ada obatnya. Penderita AIDS tetap menularkan penyakit sepanjang hidupnya dan biasanya HIV menyerang usia  produktif.  produktif. Masalah Masalah AIDS menjadi lebih berat lagi karena pada kasus seropositif seropositif,, penderita penderita  biasanya merasa sehat dan dari penampilan penampilan luar juga tampak sehat namun merupakan merupakan pembawa pembawa virus yang asimtomatik dan dapat menularkan HIV kepada orang lain. Sebagai Sebagaimana mana diketa diketahui hui bahwa bahwa penula penularan ran HIV/AI HIV/AIDS DS dapat dapat terjadi terjadi melalui melalui hubungan hubungan seksual, pemakaian jarum suntik secara bergantian, tranfusi darah serta oleh ibu yang terinfeksi kepada bayi yang dikandungnya. Yang perlu diperhatikan bahwa seorang pengidap HIV dapat tampak sehat tetapi potensial sebagai sumber penularan seumur hidup. Infeksi virus ini sangat berpengaruh terhadap sistem imunitas, terutama imunitas seluler  yang dipengaruhi oleh sel limfosit T CD4+. AIDS kini telah meluas menjadi pandemi dan masalah internasional. Pertambahan kasus yang cepat di kalangan penduduk (bukan homoseksual) dan  penyebaran  penyebaran ke semakin semakin banyak negara serta belum adanya obat dan vaksin yang efektif terhadap AIDS telah menimbulkan keresahan dan keprihatinan di seluruh dunia.

1

BAB II. LAPORAN KASUS 2.1 Identitas penderita  Nama : Ny. Y Umur : 31 thn Jenis Jenis kel kelam amin in : Pere Peremp mpua uan n Agama : Islam Suku : Jawa Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMA Alamat : Sidomulyo Semboro Tanggal Tanggal MRS MRS : 03 Mare Marett 2012 2012 Tangg nggal KRS :  No. RM : 22.54.52 2.2 Anamnesis Autoana Autoanamnes mnesis is dan heteroa heteroanamn namnesi esiss dilakuk dilakukan an pada pada pender penderita ita serta serta keluarg keluargaa pender penderita ita pada tanggal 03 Maret 2012 di RIP RSD dr. Soebandi Jember.

A. Riwa Riwayat yat penya penyakit kit 1. Kelu Keluha han n utam utamaa  Nyeri perut perut dan mulut terasa terasa pahit pahit 2. Riwa Riwayat yat penya penyakit kit sekar sekarang ang Sejak 10 hari SMRS pasien mengeluhkan sakit perut dengan batuk kering dan mulut terasa  pahit. Nyeri perut hilang timbul dan muncul terutama terutama saat batuk dan menarik menarik nafas  panjang.  panjang. Nyeri juga muncul saat diberi makan dan tidak berkurang setelah setelah makan maupun istirahat. Nyeri tidak menjalar ke bagian punggung, bahu maupun lengan. Nyeri hanya  berada di ulu hati. Nyeri terasa terasa seperti seperti ditusuk-tusuk. ditusuk-tusuk. Pasien juga tidak sering makan makanan yang berlemak. BAB normal, 1-2 hari sekali, konsistensi padat, warna kuning kecoklatan, tidak berlendir, tidak berdarah. Pasien tidak mengeluhakan nyeri dada, maupun nyeri sendi. Pasien juga mengeluhkan makan maupun minum terasa pahit dan sulit menelan sejak 10 hari yang lalu. Pasien mengeluhkan mual namun tidak muntah. Pasien juga batuk jarang jarang, tanpa dahak maupun darah. Saat batuk, kepala terasa sakit. sakit. Pasien tidak demam, tidak mengalami penurunan kesadaran, tidak sesak. Pasien mengalami penurunan berat  badan 5 kg dalam dalam 4 minggu, minggu, keluar keluar keringat keringat malam malam (-), (-), demam (-), pilek pilek (-). (-). Kemud Kemudia ian n pasi pasien en bero berobat bat ke pusk puskes esma mass tangg tanggul ul denga dengan n rawa rawatt jalan, jalan, namun namun tidak  tidak  membaik. Pasien kemudian rawat inap di puskesmas tanggul selama 5 hari dan tidak  membaik. 2

Kemudian pasien pulang paksa beberapa hari dan kambuh lagi. Pasien kemudian rawat inap di RS. Jatiroto dengan keluhan yang sama. Pasien terdiagnosa tifoid dan gastritis. Kemudian pasien diperiksakan ke RSD. dr. Soebandi dengan hasil VCT (+).

3. Riwa Riwayat yat penya penyakit kit dahul dahulu. u. Pasien pernah diare 2 hari selama di rawat inap di RS. Jatiroto. Sejak 2 bulan yang lalu pasien mengeluhkan batuk kering, jarang-jarang, dahak (-), darah (-), sesak (-) keringat malam (-), dan lidah terasa pahit serta memberat saat ini. Saat batuk   pasien juga mengeluhkan mengeluhkan pusing. pusing. Pasien juga sering mengeluh demam subfebris hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Riwayat pemberian obat ARV (+) Riwayat hipertensi (-) Riwayat diabetes mellitus (-) Riwayat tranfusi darah (-) Riwayat batuk lama (+) 4. Riwa Riwayat yat penya penyakit kit kelu keluar arga. ga. Tidak ada keluarga yang memiliki gejala yang serupa. 5. Riwayat pengobatan

Pasien menerima pengobatan selama dirawat di puskesmas tanggul dan RS. Jatiroto. Riwayat pribadi A. Riwayat sosial dan ekonomi. Pasien tinggal bersama suami dan seorang putra. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan yang diperoleh suaminya tidak tentu. Jika dirata-rata penghasilan yang didapatkan sekitar Rp.600.000,- hingga Rp.900.000,- per bulan. Penghasilannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, dan sekolah putranya. Pasien dikenal baik dan ramah oleh keluarga, kerabat dan tetangganya. Sejak terdiagnosis penyakit tersebut, hanya istrinya saja yang mengetahui. Sedangkan keluarga pasien lainnya termasuk putranya tidak  tahu. Kesan : riwayat sosial baik, riwayat ekonomi kurang. B. Riwayat sanitasi lingkungan.

Pasien tinggal di dalam rumah berukuran 15x6 meter, dengan 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur dan 1 kamar mandi yang dilengkapi jamban. Dinding rumah terbuat dari batu bata, dan berlantaikan ubin, sedangkan bagian belakang rumah yaitu dapur berdinding berdinding anyaman  bambu berlantai berlantai semen. Ventilasi rumah berasal dari 2 jendela ruang tamu, 1 jendela ruang tengah dan belakang, dan 1 jendela di tiap kamar yang memiliki luas rata-rata sekitar 40 x 60 cm. Cahaya 3

matahari tidak dapat masuk ke setiap ruangan rumag sehingga rumah pasien memakai genteng kaca di tengah-tengah ruangan untuk menerangi ruangan dalam rumah. Pasien menggunakan sumur untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, minum, memasak, dan mencuci. Jarak antara sumur dan septic dan septic tank sekitar tank sekitar 6 meter. Pembuangan sampah dilakukan dengan menggunakan lubang di halaman belakang rumah, yang berukuran 2x1 meter. Sampah ditumpuk yang kemudian dibakar. Jarak dengan rumah sekitar 10 meter. Pasien tidak memiliki hewan peliharaan di belakang rumah. Halaman depan depan maupun maupun belakan belakang g rumah, rumah, tidak tidak memili memiliki ki tembok tembok pagar pagar atau atau tembok tembok pembata pembatass halaman. Kesan : riwayat sanitasi lingkungan cukup baik. Riwayat gizi Pasien makan 2-3 kali dalam sehari, dan tiap porsi habis. Menu yang dikonsumsi adalah adalah nasi, nasi, tahu, tahu, tempe, tempe, ikan, ikan, sayur, sayur, dan buah. buah. Pasien Pasien jarang jarang mengkon mengkonsum sumsi si ayam, ayam, maupun daging sapi atau kambing. Kesan : riwayat gizi kurang Anamnesis sistem Sistem Sistem serebrospi serebrospinal nal : composme composmentis, ntis, cephalgia cephalgia (-), kejang (-), penuruna penurunan n kesadaran kesadaran (-), parese (-). sistem kardiovaskular : hipertensi (-), nyeri dada (-), palpitasi (-), dispnea (-), bengkak  di kaki (-), sesak saat aktifitas (-). sistem pernafasan : sesak nafas (-), batuk (+) dahak (-) darah (-), pilek (-), asma (-); batuk lama (+), dahak (-), darah (-), riwayat kontak (-), keringat malam berlebihan (-), penurunan BB (+). sistem gastrointestinal: disfagia (+), odinofagia (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (+) saat telat makan dan saat menghirup nafas panjang, BAB cair (-) lendir (-) darah (-), hematochezia (-), melena (-). sist sistem em urog urogen enit ital al : hema hematu turi ri (-) (-),, nyer nyerii BAK BAK (-), (-), poli poliur urii (-) (-).. sist sistem em inte integum gumen en : turg turgor or kuli kulitt normal normal,, ptec ptechie hie (-) (-),, purp purpur uraa (-), (-), ekim ekimos osis is (-) (-),, sarkoma kaposi (-), scrofuloderma (-). sistem sistem muskuloskeletal muskuloskeletal : nyeri sendi (-), nyeri nyeri otot (-), nyeri tulang (-). Kesan : terdapat batuk kering tanpa dahak maupun darah disertai penurunan berat badan. •







• •



2.3 Pemeriksaan fisik  2.3.1 Pemeriksaan umum (Jum’at, 10 Desember 2010) keadaa keadaan n umum umum : lem lemah ah kesadaran : composmentis vital sign : te tek. darah : 80/ 60 mmHg nadi : 84 x/ menit • • •

4

• •

kulit ulit kelenjar limfe

Otot Tulang kesan : hipotensi • •

RR : 24 x/menit Suhu : 36 oC : turgor kuli ulit nor normal, al, ikt ikterus (-), ptechie hie (-), purpura ura (-), ekimo imosis (-) : tidak tidak ditemuka ditemukan n pembesar pembesaran an pada pada limfonod limfonodii submandib submandibula, ula, leher, leher, maupun aksila. : tonus otot dalam batas normal, atrofi (-). : deformitas (-)

2.3.2 Pemeriksaan khusus 1. Kepa Kepalla dan dan lehe leher  r  a. Kepala ala Bentuk Rambut • •





• •

Mata o

Skle Sklera ra

o

Konjungtiva

o

Oedem Oedem palpeb palpebra ra : (-/-) (-/-)

o

Pupil

Hidung Telinga Mulut

 b. Leher  Kele Kelenja njarr limfe limfe Tiroid Kaku kuduk JVP • • • •



: bulat lonjong, simetris : hitam, bergelombang, tidak mudah dicabut

Integumen

: ikte ikteru russ (-/(-/-), ), hip hiper erem emia ia (-/ (-/-) -) : anemis (+/+)

: refleks pupil (+/+), D 2/2 mm, leukokoria (-/-)

: sekret (-/-), bau (-), perdarahan (-/-), pernafasan cuping hidung (-/-), odem (-/-). : sekret (-/-), bau (-/-), perdarahan (-/-), odem (-/-) : sianosis (-), bau (-); Lidah : kandidiasis oral (+); Faring: hiperemi; tonsila palatina (T1 hiperemi/ T1 hiperemi).

: pemb pembes esar aran an (-/(-/-)) : pembesaran (-/-) : (-) : 7 cm (normal) : scrofuloderma (-)

2. Thorax a. Jant antung - Inspeksi : ictus cordis tidak nampak  - Palpasi : ic ictus co cordis tid tidak ak ter teraba - Perk Perkusi usi : red redup up ICS ICS IIII-II IIII PSL PSL dext dextra ra hing hingga ga ICS ICS III III-V -V MCL MCL sinis sinistr traa - Ausk Auskul ulta tasi si : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-), extra systole (-)  b. Paru VENTRALIS (D/S) DORSALIS (D/S) 5

Inspeksi Bentuk : barrel chest, simetris Retraksi : (-) Gerakan nafas tertinggal (-) Pelebaran ICS (+) Palpasi (dextra) (sinistra)  Fremitus  Fremitus raba  N N  N N  N N N N N N  Nyeri tekan tekan (-), (-), krepitasi krepitasi (-) (-) Perkusi S S S S S S S S S S S S Auskultasi Suara dasar V V V V BV BV V V V V V V  Ronkhi - - - - - - Wheezing - - - - - - -

3. Abdomen a. Insp Inspek eksi si

Bentuk : barrel chest, simetris Retraksi : (-) Gerakan nafas tertinggal (-) Pelebaran ICS (+) (dextra) Fremitus Fremitus raba

(sinistra)

N N N N N N N N N N  N N N N Nyeri tekan tekan (-), (-), krepitasi krepitasi (-) (-)

S S

S S S S S

S S S S S

S S

Suara dasar   V V BV V V V V

V V BV V V V V

Ronkhi

Wheezing

- - -

-

-

- - -

-

-

 

: dat datar ar,, tur turgo gorr kul kulit it norm normal al 6

b. Auskultasi Auskultasi : bising bising usus usus (+) (+) 15x/menit 15x/menit c. Per Perkusi kusi d. Palpas Palpasii

: tim timp pani ani di di se seluru luruh h abd abdo omen men : soep soepel el,, nyeri nyeri tek tekan an (-), (-), hepa heparr tidak tidak ter terab aba, a, lien lien tida tidak k tera teraba, ba, ginj ginjal al tidak teraba.

4. Ekst kstremitas itas a. Supe Superi rior or : akra akrall hang hangat at +/+ +/+,, oede oedema ma -/-/-.. b. Inferior : akral hangat +/+, oedema -/-. Kesan : dalam batas normal 5. Integumen Integumen : tidak terdapat terdapat penyakit penyakit kulit kulit seperti seperti jamur, jamur, dermatitis, dermatitis, maupun maupun sarkoma sarkoma kaposi kaposi 6. Stat Status us psi psiki kiat atri ri singk singkat at 1) Kesan umum : berpakaian berpakaian rapi, bersih, bersih, sopan, sesuai gender dan usia. 2) Kontak : verbal (+), mata (+) 3) Kesadar Kesadaran an : kualit kualitatif atif : non-psi non-psikot kotik  ik  Kuantitatif : GCS : 4-5-6 4) Afek emosi : adekuat 5) Proses berfikir : bentuk : realistik  Arus : koheren Isi : waham (-) 6) Persepsi : dalam batas normal 7) Kemauan : dalam batas normal 8) Psikom Psikomotor otor : dalam dalam batas batas normal normal 9) Intelegensi : dalam batas normal 7. Stat Status us neuro neurolog logii sin singka gkatt 1) Kesadar daran Kual Kualit itat atif if : com compo poss men menti tiss Kuantitatif : GCS 4-5-6 2) Meni Mening ngea eall sign sign • •



Kaku kuduk Kernig

: tidak ada : tidak ada



Brudzinski I

: tidak ada



Brudzinski II : tidak ada 3) Nervus Nervus cranial cranialis is : dalam dalam batas batas normal normal 4) Motorik : dalam batas normal •



Kekuatan otot Ekstremitas superior o

: 555/555

Ekstremitas inferior

: 555/555

o

7



Tonus otot Ekstremitas superior o

: 555/555

Ekstremitas inferior

: 555/555

o

5) Sensorik : dalam batas normal 6) Auto Autono nom m : BAB BAB (+) (+) 1 kali kali/h /har ari, i, kun kunin ing, g, pad padat at,, lend lendir ir (-), (-), dar darah ah (-) (-) BAK BAK (+) (+) 3-4 3-4 kali/hari, bening. 7) Colu Columna mna vert verteb ebra ra : dal dalam am batas batas norma normall 8. Status atus gizi Berat badan (kg)

BMI =

Tinggi Badan (m)2

=

60 (1,65)2

= 22,038 Kesan : berat badan dalam batas normal 2.4 Pemeri Pemeriksa ksaan an penu penunja njang ng 2.4.1 Pemeriksaan laboratorium (10 Desember 2010)

Jenis pemeriksaan

Hasil

Nilai rujukan

 Hematologi   Hematologi  Hemoglobin Lekosit Hematokrit Trombosit Faal hati  Bilirubin direct Bilirubin total SGOT SGPT Albumin

8,8 6,8 26,0 262

13,4 – 17,7 4,3 – 10,3 38 – 42 % 150 – 450

0,14 0,35 70 40 2,5

0,2 – 0,4 < 1,2 10 – 35 9 – 43 3,4 – 4,8

Faal ginjal  Kreatinin serum BUN

1,2 17

0,6 – 1,3 6 - 20 8

Urea 37 10 – 50 Asam urat 2,8 3,4 – 7  Kadar  Kadar gula darah Sewaktu 81 < 200  Elektrolit   Elektrolit   Natrium  Natrium 132,9 135 – 155 Kalium 3,97 3,5 – 5,0 Chloride 99,6 90 – 110 Calsium 1,75 2,15 – 2,57 Kesan : Hemoglobin, dan hematokrit menurun, hipoalbumin, kalsium menurun. 2.4. 2.4.2 2

Peme Pemerriksa iksaan an VCT Hasil pemeriksaan VCT 25 November 2010 : positif reaktif.

2.5 Resume Pasien mengeluhkan epigastric pain dan disfagia sejak 10 hari yang lalu dengan hasil VCT positif reaktif. RPD: Hipertensi (-), diabetes mellitus (-), batuk lama (-), tranfusi darah (-) RPK: (-) RPO: terapi selama di puskesmas tanggul dan RS. Jatiroto Pemeriksaan fisik ditemukan: o Kead Keadaan aan umum umum : lema lemah h o

Kesadaran

: composmentis

o

Vital ital sign ign

o

nadi : 84 x/ menit RR : 24 x/menit Suhu : 36 oC Kepa Kepala la leh leher er : anem anemis is,, kand kandid idia iasi siss oral oral,, dan rad radan ang g tons tonsil il

o

Thorax Thorax : barrel barrel chest, chest, pemer pemeriksa iksaan an lainnya lainnya dalam dalam batas batas norma normall

o

Abdomen

: dalam batas normal

o

Ekstremitas

: dalam batas normal

: tek tek.. dar darah: ah: 80/ 80/ 60 60 mm mmHg

Status gizi : baik   Pemeri Pemeriksaa ksaan n penunja penunjang ng : anemia, anemia, hipoal hipoalbum buminem inemia. ia. 2.6 Diagno Diagnosis sis kerja kerja dan diagnosi diagnosiss bandin banding g Diag Diagnos nosis is kerj kerjaa : AIDS AIDS sta stadiu dium m II kate kategor gorii B dengan dengan epig epigas astr trium ium pai pain n dan cand candidi idias asis is oral. Diagnosis Diagnosis banding banding : candidiasis candidiasis esofageal, esofageal, ulkus peptikum, peptikum, TB TB paru. 2.7 Planning 2.7. 2.7.1 1 Plan Planni ning ng diag diagno nost stik  ik  9



Pemeriksaan foto rontgen thorax PA

Gambar foto thorax PA (11 Desember 2010) Gambaran radiologik: •

Marker dan identitas jelas



Teknis foto posisi PA, inspirasi cukup



Soft tissue: dalam batas normal



Bone: scapula terbuka kurang lebar, tidak nampak fraktur 



Airway: trachea di tengah, tidak ada deviasi



Cartilago: tidak nampak gambaran kalsifikasi/ sklerotik 



Cor: 1,3 + 5,3 28,6

10



o

CTR:

x 100 % = 23,07 %

o

Sudut cardiofrenikus dextra dan sinistra tajam

o

Aortic knob tidak melebar 

o

Pinggang jantung dalam batas normal

Pulmo o

Sinus costofrenicus dextra et sinistra tajam

o

Paru pada hemithorax dextra terdapat peningkatan corakan bronkovaskuler 

o

terutama di bagian hilus. Sedangkan hemithorax sinistra tidak. Tidak ditemukan pelebaran hilus

o

Terdapat pelebaran inter-costa-space (ICS) pada hemithorax dextra maupun

o

sinistra. Diafragma dalam batas normal

Kesan : o Cor : dalam batas normal o

Pulmo : terdapat proses peradangan brokus maupun bronkiolus respiratorik pada hemithorax dextra lobus inferior dan sebagian lobus medius.

2.7. 2.7.2 2

Plan Planni ning ng tera terapi pi Infus RL : D5% = 2 : 1 (20 tpm) Inj. Inj. Cefo Cefota taxi xime me 1 gr gr 3 dd dd I (iv) (iv) Inj. Antrain amp 3 dd I (iv) Inj. Ranitidin amp 3 dd I (iv)

2.7. 2.7.3 3

Plan Planni ning ng moni monito tori ring ng •

Evaluasi tanda-tanda vital



Evaluasi komplikasi (TB paru, meningitis TB, diare, dehidrasi)



Plan Planni ning ng eduk edukas asii Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya, penularan, komplikasi dan menghindari faktor-faktor yang dapat memperberat kondisinya.



Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya kontrol, dan berobat.



Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga.

2.7. 2.7.4 4

11

2.8 Follow up  Kondisi   pasien

Kel Keluhan han

Tek. darah  Nadi RR Suhu tubuh Kepala/ leher  Thorax: Cor : I P P A Pulmo : I P P A Abdomen I A P P Ekstremitas Diagnosis

10/12/2011

11/12/2011

Dem Demam (-) (-) bat batuk uk (+) (+) dah dahak ak (-) (-) dar darah ah (-) (-),  pilek (-), sesak (-), mual (+) muntah (-),nyeri (-),nyeri  perut epigastrium (+), BAB 1x, padat, padat, kuning, lendir(-), darah (-). BAK 3x, kuning, @1/2 gelas aqua. 85/60 mmHg 84 24 24 36,5 a/i/c/d : +/-/-/-; pembesaran KGB (-);  pernafasan cuping hidung hidung (-), candidiasis oral (+)

Dada sakit seperti ditusuk-tusuk ditusuk-tusuk sebelah kiri bawah; perut masih sakit melilit, batuk  (+) kering, susah menelan dan lidah terasa  pahit. Tidak BAB dan BAK dalam dalam batas normal 90/60mmHg 68 20 36,4 a/i/c/d : -/-/-/-; pembesaran KGB (-);  pernafasan cuping hidung hidung (-), candidiasis oral (+)

Ic tak nampak Ic tak teraba Redup ICS II-III PSL dextra; hingga ICS IIIV MCL sinistra. S1S2 tunggal, reguler, gallop (-), extra systole (-), murmur (-).

Ic tak nampak   Ic tak teraba Redup ICS II-III PSL dextra; hingga ICS III-V MCL sinistra. S1S2 tunggal, reguler, gallop (-), extra systole (-), murmur (-).

Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-). Fremitus raba N/N Sonor +/+ Vesikuler (+ (+/+), wh wheezing ((-/-), rh rhonki ((-/-)

Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-). Fremitus raba N/N Sonor +/+ Vesikuler (+ (+/+), wh wheezing ((-/-), rh rhonki ((-/-)

Datar BU (+) normal 15x/menit Timpani, shifting dullness (-) Soepel, nyeri tekan (-). Akral hangat +/+ Oedem -/B20 B20 dengan susp. TB  paru,disfagia,candidiasiss oral  paru,disfagia,candidiasi

Datar   BU (+) normal 13x/menit Timpani, shifting dullness (-) Soepel, nyeri tekan (-). Akral hangat +/+ Oedem -/B20 dengan susp. TB  paru,disfagia,candidiasis  paru,disfagia,candidias is oral

12

Terapi

 Kondisi   Kondisi   pasien

Kelu Keluha han n

Tek. darah  Nadi RR Suhu tubuh Kepala/ leher  Thorax: Cor : I P P A Pulmo : I P P A Abdomen I A P P Ekstremitas Diagnosis Terapi

Infus RL : D5% = 2 : 1 (20 tpm) Inj. Inj. Cefo Cefottaxim aximee 1 gr 3 dd dd I (iv (iv)) Inj. Antrain amp 3 dd I (iv) Inj. Ranitidin amp 3 dd I (iv)

12/12/2011

Infus RL : D5% = 2 : 1 (20 tpm) Inj. cotrimoxazole 1 gr 3 dd I (iv) Inj. Antrain amp 3 dd I (iv) Inj. Ranitidin amp 3 dd I (iv) Fluconazole 2 dd II Gentian violet Konsul paru dan klinik VCT

13/12/2011

Tida Tidak k pusi pusing ng,, tida tidak k nyer nyerii dada dada,, lida lidah h tera terasa sa  pahit sudah berkurang, berkurang, perut tidak melilit. melilit. BAB 2x dalam batas normal, BAK 4x dalam batas normal 90/60mmHg 76 24 36,5 a/i/c/d : -/-/-/-; pembesaran KGB (-);  pernafasan cuping hidung hidung (-), candidiasis oral (+)

Tidak pusing, tidak nyeri dada, lidah terasa  pahit sudah berkurang, berkurang, perut tidak melilit. BAB 1x dalam batas normal, BAK 3x dalam batas normal 80/60mmHg 80 20 36,4 a/i/c/d : -/-/-/-; pembesaran KGB (-);  pernafasan cuping hidung hidung (-), candidiasis oral (+)

Ic tak nampak Ic tak teraba Redup ICS II-III PSL dextra; hingga ICS III-V MCL sinistra. S1S2 tunggal, reguler, gallop (-), extra systole (-), murmur (-).

Ic tak nampak   Ic tak teraba Redup ICS II-III PSL dextra; hingga ICS III-V MCL sinistra. S1S2 tunggal, reguler, gallop (-), extra systole (-), murmur (-).

Simetris, ke ketinggalan ge gerak ((-), re retraksi (-). Fremitus raba N/N Sonor +/+ Vesikuler (+ (+/+), wh wheezing ((-/-), rh rhonki ((-/-)

Simetris, ke ketinggalan ge gerak ((-), re retraksi ((-). Fremitus raba N/N Sonor +/+ Vesikuler (+ (+/+), wh wheezing ((-/-), rh rhonki ((-/-)

Datar BU (+) normal 20x/menit Timpani, shifting dullness (-) Soepel, nyeri tekan (-). Akral hangat +/+ Oedem -/B20 dengan disfagia,ca ,candidiasis oral Infus RL : D5% = 2 : 1 (20 tpm) Inj. cotrimoxazole 1 gr 3 dd I (iv) Inj. Antrain amp 3 dd I (iv) Inj. Ranitidin amp 3 dd I (iv)

Datar   BU (+) normal 11x/menit Timpani, shifting dullness (-) Soepel, nyeri tekan (-). Akral hangat +/+ Oedem -/B20 B20 dengan disfag fagia,ca ,candidiasis oral Infus RL : D5% = 2 : 1 (20 tpm) Inj. cotrimoxazole 1 gr 3 dd I (iv) Inj. Antrain amp 3 dd I (iv) Inj. Ranitidin amp 3 dd I (iv) 13

Fluconazole 2 dd II Gentian violet

Fluconazole 2 dd II Gentian violet

14

 Kondisi   Kondisi   pasien

Kelu Keluha han n Tek. darah  Nadi RR Suhu tubuh Kepala/ Kepala/ leher leher Thorax: Cor : I P P A Pulmo : I P P A Abdomen I A P P Ekstremitas Diag Diagno nosi siss Terapi

14/12/2011

Tida Tidak k pusi pusing ng,, tida tidak k nyer nyerii dada dada,, lida lidah h tera terasa sa pah pahit it sud sudah ah ber berku kura rang ng,, peru perutt tida tidak k meli melili lit. t. BAB 2x dalam batas normal, BAK 4x dalam batas normal 80/60mmHg 80 20 36,6 a/i/c/d a/i/c/d : -/-/-/-; -/-/-/-; pembesaran pembesaran KGB KGB (-); pernafasan pernafasan cuping cuping hidun hidung g (-), candidias candidiasis is oral (+)

Ic tak nampak   Ic tak teraba Redup ICS II-III PSL dextra; hingga ICS III-V MCL sinistra. S1S2 tunggal, reguler, gallop (-), extra systole (-), murmur (-). Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-). Fremitus raba N/N Sonor +/+ Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-) Datar   BU (+) normal 20x/menit Timpani, shifting dullness (-) Soepel, nyeri tekan (-). Akral hangat +/+ Oedem -/B20 B20 den dengan gan ,dis ,disfa fagi gia, a,ca cand ndid idia iasi siss oral oral Infus RL : D5% = 2 : 1 (20 tpm) Inj. cotrimoxazole cotrimoxazole 1 gr 3 dd I (iv) Inj. Antrain amp 3 dd I (iv) Inj. Ranitidin amp 3 dd I (iv) Fluconazole 2 dd II Gentian violet

2.9 2.9 Progno ognossis •

Dubia ad malam

2.10 Evaluasi Evaluasi a. Usulan : endoscopy abdomen, konsul dokter spesialis paru (susp.TB paru), cek CD4 dan klinik VCT: pertimbangan memulai pemberian ARV  b. Hasil : - Paru Paru : tid tidak ak ada ada terap terapii khusus khusus (hasi (hasill foto foto nega negati tif) f) - Klinik Klinik VCT VCT : adher adherence ence terapi terapi baru baru dapat dapat dimula dimulaii tanggal tanggal 21/12 21/12/20 /2010 10 15

-

Pemeriksaan endoskopi dan hitung CD4 tidak dilakukan.

16

BAB III. PEMBAHASAN

1. AIDS a. Tinja injaua uan n pus pusta taka ka AIDS IDS ( Acquired  Acquired Immunodefici Immunodeficiency ency Syndrome Syndrome) merupa merupakan kan sekump sekumpula ulan n gejala gejala  penyakit yg menunjukkan menunjukkan kelemahan/kerus kelemahan/kerusakan akan yg didapat dari faktor luar & bukan  bawaan yang sejak lahir atau kumpulan kumpulan gejala-gejala gejala-gejala penyakit penyakit infeksi atau keganasan keganasan tert tertent entu u yang yang timb timbul ul sebag sebagai ai akibat akibat menur menurunn unnya ya daya daya taha tahan n tubuh tubuh atau atau kekeb kekebal alan an  penderita.  penderita. Penyebab AIDS adalah suatu retrovirus yang sejak tahun 1986 disebut  Human  Immunodeficien  Immunodeficiency cy Virus (HIV (HIV)) atas atas rekom rekomen endas dasii dari dari  International  International Committee Committee on Toxonomy of Viruses. HIV termasuk dalam golongan Retrovirus berinti RNA (sebagian  besar virus lain adalah DNA) dan mempunyai mempunyai enzim bemama reverse transcriptase transcriptase yang mampu mengubah kode genetik dari DNA ke RNA.Virus ini terdiri dari inti (core ( core)) dengan lapisan luar bernama amplop (envelope (envelope)) (Gambar 1).

Gambar 1. Struktur anatomi HIV (Fauci, 2001).

 Envelope HIV berfungsi sebagai alat penting untuk menempelkan virus tersebut  pada sel induk (sel hidup yang diserang, diserang, biasanya biasanya sel T helper), kemudian melubangi dinding sel induk tersebut. Envelope terdiri dari banyak komponen glikoprotein dan di antaranya yang penting adalah gp 160, gp 140, gp 120. Pemberian nama masing-masing glikoprotein tersebut sesuai dengan berat molekulnya yang diukur menurut kiloDalton. 17

Identif Identifikas ikasii laborat laboratori orik k terhada terhadap p profit profit glikopr glikoprote otein in ini sangat sangat menunja menunjang ng diagnos diagnosis is keberadaan envelope virus dalam tubuh manusia.. Bagian inti (core (core)) HIV berfungsi penting untuk replikasi virus di dalam sel induk, terdiri dari beberapa komponen protein dan yang paling penting adalah p24, p16, p15 dan enzim reverse transcriptase. transcriptase. Menurut Kuby J. (1996) Partikel HIV terdiri atas inner core yang mengandung 2 untai DNA identik yang dikelilingi oleh selubung fosfolipid. Genon HIV mengandung gen env yang mengkode selubung glikoprotein, gen gag  gen gag yang yang mengkode  protein  protein core yang terdiri dari protein p17 (BM 17.000) dan p24 (BM 24.000), dan gen  pol   protease. yang mengkode beberapa enzim yaitu : reverse transcriptase, integrase dan  protease Enzim-enzim tersebut dibutuhkan dalam proses replikasi. Bagian paling infeksius dari HIV adalah adalah selubun selubung g glikopr glikoprote otein in gp 120 (BM 120.00 120.000) 0) dan gp 41 (BM 41.000). 41.000). Kedua glikoprotein tersebut sangat berperan pada perlekatan virus HIV dengan sel hospes pada  proses  proses infeksi. infeksi.

 b. Patofisiologi Patofisiologi Viru Viruss AIDS AIDS (HIV (HIV)) dapat dapat meng menghin hindar dar bahka bahkan n mamp mampu u melu melump mpuhk uhkan an sist sistem em kekebalan tubuh (immune system), yaitu sistem pertahanan tubuh yang selalu timbul bila tubuh tubuh dimasu dimasuki ki benda benda asing. asing. Target Target sel HIV HIV terutam terutamaa adalah adalah limfos limfosit it T helper, yang dikenal sebagai sel pemberi komando awal untuk memulai suatu rantai reaksi kekebalan tubuh. Jika sel T-helper  T-helper  ini lumpuh akibat infeksi HIV, maka sistem kekebalan tubuhpun tidak melakukan reaksi imun dalam keadaan defisiensi. Akibatnya, penderita AIDS mudah mendapat infeksi oportunistik oportunistik (misalnya (misalnya  Pneumocystis  Pneumocystis carinii, carinii,  jamur) atau bertambah bertambah  beratnya suatu suatu penyakit penyakit yang semula semula hanya ringan saja. saja. Sehingga pada pada permulaan permulaan penyakit penyakit  penderita  penderita AIDS sulit didiagnosis didiagnosis secara klinis, bahkan dapat meninggal meninggal tanpa diketahui diketahui  penyakitnya.  penyakitnya. Patogenesis Patogenesis HIV dimulai dimulai pada saat virus masuk ke dalam suatu sel induk  (limfosit T helper ). RNA dari HIV mulai membent membentuk uk DNA dalam struktu strukturr yang belum sempur sempurna, na, disebut proviral DNA, yang akan berintegrasi dengan genome dengan genome sel induk secara laten (lama). Karena Karena DNA DNA dari dari HIV HIV bergabu bergabung/i ng/inte ntegra grasi si dengan dengan  genome  genome sel induknya (limfosit T  helper) maka setiapkal setiapkalii sel induk induk berkem berkembang bang biak, genom genom HIV tersebut tersebut selalu selalu ikut memperbanyak diri dan akan tetap dibawa oleh sel induk ke generasi berikutnya. Oleh

18

karena itu dapat dianggap bahwa sekali mendapat infeksi virus AIDS maka orang tersebut selama hidupnya akan terus terinfeksi virus, sampai suatu saat mampu membuat kode dari messenger messenger RNA (cetaka (cetakan n pembuat pembuat gen) gen) dan mulai mulai menjal menjalanka ankan n proses proses pengemb pengembang angan an  partikel  partikel virus AIDS AIDS generasi baru baru yang mampu ke luar luar dan sel induk dan dan mulai menyerang menyerang sel tubuh lainnya untuk menimbulkan gejala umum penyakit AIDS. AIDS. Setelah HIV masuk ke dalam tubuh, perjalanan penyakit AIDS dimulai dengan masa induksi (window (window period ) ,  , yaitu penderita masih tampak sehat, dan hasil pemeriksaan darah juga masih negatif, Setelah 2–3 bulan,perjalanan penyakit dilanjutkan dengan masa inkubasi inkubasi,, yaitu yaitu penderi penderita ta masih masih tampak tampak sehat, sehat,

setapi setapi kalau darah pender penderita ita kebetulan kebetulan

diperiksa (test ELISA dan Western Blot) maka hasilnya sudah positif. Lama masa inkubasi  bisa 5–10 tahun tergantung tergantung umur (bayi lebih cepat) dan cara penularan penularan penyakit (lewat transfusi atau hubungan seks). Kemudian penderita masuk ke masa gejala klinik berupa ARC (AIDS Related Complex) Complex) sepert sepertii misaln misalnya ya : penuru penurunan nan berat berat badan, badan, diare) diare) dan akhirnya dilanjutkan dengan gejala AIDS berupa infeksi oportunistik seperti TBC, jamur, kanker kulit, gangguan saraf dan lain-lain sampai meninggal. Perj Perjal alan anan an peny penyak akit it AIDS AIDS belu belum m dike diketa tahu huii deng dengan an past pasti. i. Masa asa inku inkuba basi si diperkirakan 5 tahun atau lebih. Diperkirakan bahwa sekitar 25% dari orang yang terinfeksi akan menunjukkan gejala AIDS dalarn 5 tahun pertama. Sekitar 50% dari yang terinfeksi dalam dalam 10 tahun tahun pert pertam amaa akan akan menda mendapat pat AIDS AIDS.. Fakto Faktorr-fa fakt ktor or yang yang memp mempen enga garu ruhi hi terjadinya AIDS pada orang yang seropositif belum diketahui dengan jelas. Menurunnya limfosit T4 di bawah 200 per ml. berarti prognosis.yang buruk. Diperkirakan bahwa infeksi HIV yang berulan berulang g dan pemapa pemaparan ran terhada terhadap p infeks infeksi-i i-infek nfeksi si lain lain mempun mempunyai yai peranan peranan  penting. Mortalitas Mortalitas pada penderita penderita AIDS yang sudah sakit lebih dari 5 tahun mendekati mendekati 100%. Survival pender Survival penderita ita AIDS AIDS rata-rata rata-rata ialah ialah 1– 2 tahun.

c. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis dan pemeriksaan laboratoris. Untuk Untuk menent menentukan ukan adanya adanya infeksi infeksi HIV HIV sebelum sebelum menjadi menjadi AIDS AIDS tidak tidak mudah mudah karena karena individu yang terpapar masih asimtomatik, yang secara klinis tidak mudah dikenali. Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium mulai dari uji penapisan dengan penentuan adanya antibodi anti-HIV, misalnya dengan ELISA yang

19

kemudian dilanjutkan dengan uji kepastian dengan pemeriksaan lebih spesifik yaitu dengan Wester Western n blot. blot. Uji wester western n blot blot lebih lebih spesif spesifik ik karena karena mampu mampu mendet mendeteks eksii kompone komponennkomp kompone onen n yang yang terk terkand andung ung pada pada HIV, HIV, antar antaraa lain lain gp120 gp120,, gp41 gp41,, p24. p24. Untu Untuk k negar negaraa  berkembang  berkembang seperti seperti Indonesia Indonesia mengingat mengingat uji Western blot belum merata dilakukan dilakukan secara rutin, rutin, maka maka WHO WHO menganju menganjurka rkan n pemeri pemeriksaa ksaan n laborat laboratoriu orium m dengan dengan tiga tiga metode metode yang  berbeda. Dikatakan Dikatakan terinfeksi terinfeksi HIV apabila apabila ketiga pemeriksaan pemeriksaan laboratorium laboratorium dari metode yang berbeda-beda tersebut semuanya menunjukkan reaktif.

Tabel 2. Tes diagnostik untuk infeksi HIV

Skrining

Enzyme-linked im immunoassay (E (EIA, EL ELISA) un untuk HI HIV-1, HI HIV2, atau keduanya aglutinasi Latek untuk HIV-1 West estern ern blot blot (W (WB B) untu untuk k HIV-1 IV-1 dan dan HIV-2 IV-2  Indirect  immuno immunofluo fluores rescenc cencee antibo antibody dy assay assay (IFA (IFA)) untuk ntuk HIV-1  Radioimmunop  Radioimmunoprecipita recipitation tion antibody antibody assay assay (RIPA) untuk HIV-1 ELISA un untuk HI HIV-1 p2 p24 an antigen Po Polymerase Ch Chain Re Reaction (PCR) untuk HIV-1

Konf Konfir irm masi asi

Lain-lain

Berdasarkan WHO Workshop yang diadakan di Bangui, Republik Afrika Tengah, 22–24 Oktober 1985 telah disusun suatu definisi klinik AIDS untuk digunakan oleh negaranegara yang tidak mempunyai fasilitas diagnostik laboratorium. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut : 1) AIDS AIDS dicur dicurig igai ai pada orang orang dewasa dewasa bila bila ada paling paling sedik sedikit it dua gejala gejala mayor mayor dan satu gejala minor dan tidak terdapat sebab-sebab imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat, atau etiologi lainnya. Gejala mayor : a.

Penurunan berat badan lebih dari 10%

 b.

Diare kronik kronik lebih lebih dari 1 bulan

c.

Demam emam lebi lebih h dar darii 1 bul bulan (kon (konttinu inu atau atau inte interm rmit iteen). n).

Gejala minor : a.

Batuk lebih dari 1 bulan

 b.

Dermatitis Dermatitis pruritik pruritik umum

c.

Herpes zoster rekurens

20

2)

d.

Candidiasis oro-faring

e.

Limfadenopati umum

f.

Herpes sim simp pleks dise iseminat nata ya yang kro kronik nik pr progresif 

AIDS AIDS dicuriga dicurigaii pada anak ( bila bila terdapat terdapat paling paling sedikit sedikit dua dua gejala gejala mayor dan dua gejala gejala minor dan tidak terdapat sebab imunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi  berat, atau atau etiologi etiologi lainnya). lainnya). Gejala mayor : a.

Penu Penuru runa nan n ber berat bad badan an ata atau u pert pertum umbu buha han n lam lamba batt yan yang g abn abnor orma mall

 b.

Diare kronik kronik lebih lebih dari 1 bulan

c.

Demam lebih dari 1 bulan

Gejala minor : a.

Limfadenopati umum

 b.

Candidiasis Candidiasis oro-fari oro-faring ng

c.

Infek nfeksi si umum umum yang yang ber berulan ulang g (ot (otit itis is,, far farin ing gitis itis,, dsb dsb). ).

d.

Batuk persisten

e.

Dermatitis umum

f.

Infeksi HIV maternal

d. Klasif Klasifikas ikasii dan manifesta manifestasi si klinis klinis Menurut Menurut WHO WHO (2002) (2002) manifes manifestas tasii klinis klinis penderi penderita ta HIV/ HIV/ AIDS AIDS dewasa dewasa dibagi dibagi menjadi empat stadium, yaitu: Stadium I: 1.

asimtomatik  

2.

limf imfadeno denop pati ge gener nerali alisata pe persist isten

Dengan penampilan klinis derajat 1: asimtomatik dan aktifitas normal. Stadium II: 1.

penurunan berat badan < 10%

2.

manif manifes esta tasi si muko mukout utane aneus us mino minorr (de (derm rmat atit itis is sebor seborre reic, ic, pruri prurigo go,, infe infeksi ksi jamu jamur  r 

 pada kuku, kuku, ulserasi ulserasi pada mulut berulang, berulang, cheiliti cheilitiss angularis) angularis) 3.

Herpes zos zoster, dal dalam 5 tahun hun terakhir  hir 

4.

Infe Infeks ksii salu salura ran n nafas nafas ata atass beru berula lang ng (mis (misal alny nyaa sinu sinusi siti tiss bakt bakter eria ial) l) 21

Dengan penampilan klinis derajat 2: simtomatik, aktivitas normal. Stadium III: 1.

Penurunan be berat badan > 10%

2.

Diar Diaree kron kronik ik deng dengan an peny penyeb ebab ab yang yang tida tidak k jela jelass > 1 bula bulan n

3.

Demam tanpa penyebab yang jelas (intermittent  (intermittent atau atau menetap) > 1 bulan

4.

Kandidiasis oral

5.

Tube uberkul kulosis pa paru dal dalam am 1 ta tahun hun te terakhi khir 

6.

Teri Terinf nfek eksi si bakt bakter erii bera beratt (pne (pneum umon onia ia,, piom piomio iosi siti tis) s)

Dengan atau penampilan klinis derajat 3: berbaring di tempat tidur < 50% sehari dalam satu bulan terakhir. Stadium IV: 1.

 HIV wasting wasting syndrome syndrome

2.

 Pneumonia  Pneumonia pneumocyst pneumocystic ic carinii carinii

3.

Infeksi toksoplasmosis di otak 

4.

Diare kar karena cryptosp osporidios diosiis > 1 bul bulaan

5.

Infeksi sitomegalovirus

6.

Infe Infeks ksii Her Herpe pess sim simpl plek eks, s, maup maupun un muko mukoku kuta tane neus us > 1 bula bulan. n.

7.

Infeksi mikosis (histoplasmosis (histoplasmosis,, coccidioidomycosis) coccidioidomycosis)

8.

Kandi andidi dias asis is eso esofa fag gus, us, trak trakea ea,, bron bronku kuss mau maupu pun n paru paru..

9.

Infeksi mikobakteriosis atypical 

10.

Sepsis

11.

Tube uberkul kulosis eks ekstrapulm ulmone oner 

12.

Limfoma maligna

13.

Sarkoma kaposi

14.

Ensepalopati HIV

Dengan penampilan klinis derajat 4: berada di tempat tidur, > 50% setiap hari bulan-bulan terakhir. Sistem Sistem klasif klasifikas ikasii CDC pasien pasien dengan dengan infeksi infeksi HIV baik pada pada remaja remaja maupun maupun dewasa didasarkan pada kondisi klinis yang berhubungan dengan infeksi HIV dan jumlah limfosit CD4+ T. Sistem berdasarkan pada 3 bagian menurut hitung CD4+ T limfosit dan kategori klinis. 22

Tabel 3. Klasifikasi CDC (1993) untuk penderita HIV/ AIDS.

Kategori Hitung CD4

A

B

C

infeksi HIV asimtomatis, akut (primer), PGL

Kondisi klinis non A, non C

Indikator kondisi AIDS

A1

B1

C1

A2

B2

C2

A3

B3

C3

> 500 sel/mm3 200-500 sel/mm3 < 200 sel/mm3

Tabel 4. Kategori klinis infeksi HIV

Kategori klinis infeksi HIV Kategori A: terdiri dari satu atau lebih kondisi yang ada di daftar di bawah ini baik pada dewasa maupun remaja dengan riwayat infeksi HIV. Tidak terdapat kondisi yang ada di kategori B maupun C. Infeksi HIV asimtomatis  Persistent  Persistent generalized generalized lymphadenopathy lymphadenopathy Infeksi Infeksi akut (primer) (primer) HIV HIV yang bersam bersamaan aan dengan dengan muncul munculnya nya penyaki penyakitt atau adanya adanya riwayat infeksi HIV akut Kategori B: terdiri dari kondisi yang simtomatis pada pasien yang terinfeksi HIV baik   pada remaja maupun dewasa yang tidak termasuk termasuk dalam kategori klinis C dan sedikitnya sedikitnya terdapat satu dari kriteria berikut: (1) kondisi yang berhubungan dengan infeksi HIV atau menunjukkan adanya kerusakan  pada imunitas imunitas yang diperantarai diperantarai sel (cell-mediated cell-mediated immunity immunity); ); atau (2) kondisi yang dianggap oleh dokter memiliki rangkaian perjalanan klinis atau kebutuhan penanganan komplikasi infeksi HIV. Berikut beberapa contoh yang terlibat, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:  Bacillary angiomatosis angiomatosis,, Candidiasis, oropharyngeal (thrush, Candidiasis, vulvovaginal ; persisten, sering, atau tidak efektif pada terapi, Cervicaldysplasia (sedang atau berat)/cervical berat)/cervical carcinoma in situ Constitutional symptoms, symptoms, seperti demam (38.5oC) atau diare sedikitnya > 1 bulan  Hairy leukoplaki leukoplakia a, oral  Herpes zoster  zoster  ( shingles  shingles), ), yang melibatkan sedikitnya dua episode yang jelas atau lebih dari satu daerah dermatom  Idiopathic  Idiopathic thrombocyt thrombocytopenic openic purpura purpura  Listeriosis  Listeriosis  Pelvic inflamm inflammatory atory disease disease,, terutama jika komplikasi dari tuboovarian abscess  Peripheralneuropat  Peripheralneuropathy hy Kategori C: kondisi yang terdaftar pada kasus AIDS surveill AIDS surveillance ance.. 23

Candidiasis of bronchi, trachea, trachea, atau paru Candidiasis, esophageal  Cervical cancer, invasive Coccidioidomycosis, disseminated atau disseminated atau extrapulmonary Cryptococcosis, extrapulmonary Cryptosporidiosis, Cryptosporidiosis, chronic intestinal ( > 1 bulan durasi) Cytomegalovirus disease (selain hati, lien, maupun limfonodi) Cytomegalovirus retinitis (dengan gangguan visus)  Encephalopathy,  Encephalopathy, HIV-relat HIV-related  ed   Herpes simplex simplex: chronic chronic ulcer  ulcer  (>1 (>1 bulan bulan duras durasi) i);; atau atau bronchitis, bronchitis,  pneumonia  pneumonia,, atau atau esophagitis  Histoplasmo  Histoplasmosis, sis, dissemi disseminated  nated atau atau extrapulmonary  Isosporiasi  Isosporiasiss, chronic intestinal ( > 1 bulan durasi)  Kaposi’s  Kaposi’s sarcoma sarcoma  Lymphoma,  Lymphoma, Burkitt’s Burkitt’s  Lymphoma,  Lymphoma, primary primary,, pada otak   Mycobacterium  Mycobacterium avium avium complex complex atau M. atau M. kansasii kansasii,, disseminated atau disseminated atau extrapulmonary  Mycobacterium  Mycobacterium tuberculo tuberculosis sis,, (baik di dalam paru maupun extrapulmonary) extrapulmonary)  Mycobacterium  Mycobacterium,, spesie spesiess lain lain maupun maupun spesie spesiess yang tidak diketahu diketahui, i, disseminated  atau extrapulmonary  Pneumocystis  Pneumocystis carinii pneumo carinii pneumonia nia  Pneumonia,  Pneumonia, recurrent  recurrent   Progressive  Progressive multifoc multifocal al leukoencephalo leukoencephalopathy pathy Salmonella septicemia, recurrent  Toxoplasmosis of brain Wasting syndrome oleh karena HIV  Pada kasus kasus ini hanya hanya didapatkan didapatkan data sebagai sebagai berikut:  Pasien mengalami mengalami penurunan berat badan sekitar 7 %, dengan keluhan sering  demam subfebris sejak 1 tahun yang lalu, terdapat infeksi saluran nafas berupa batuk  kering sejak 2 bulan yang lalu dengan hasil gambaran foto rontgen paru positif adanya  proses inflamasi inflamasi di bronkus dan negatif untuk TB paru. Diare tanpa sebab yang jelas hanya selama 2 hari dan sembuh. Pasien juga menderita candidiasis oral, sedangkan pada integumen tidak ditemukan manifestasi dari penyakit jamur, herpes, gangguan perdarahan maupun sarkoma kaposi. Pasien mengeluh nyeri perut di epigastrium tanpa penjalaran ke bagian punggung sejak 10 hari yang lalu. Pemeriksaan perhitungan CD4 maupun ELISA tidak dilakukan, namun hanya pemeriksaan VCT dengan hasil positif. Aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Sehingga pada pasien ini hanya meliputi 1 gejala mayor dengan 2 gejala minor.  Berdasarkan  Berdasarkan data yang yang didapatkan, didapatkan, pasien pasien masuk kriteria stadium II, dengan dengan kategori kategori B.

24

e. Penat Penatal alaks aksana anaan an I. Penatalaksanaan Pada Orang Dewasa Konseling dan Edukasi Konseli Konseling ng dan edukasi edukasi perlu perlu diberi diberikan kan segera segera sesudah sesudah diagnos diagnosis is HIV/A HIV/AIDS IDS ditegak ditegakkan kan dan dilakuk dilakukan an secara secara berkesi berkesinamb nambung ungan. an. Bahkan, Bahkan, konseli konseling ng dan edukasi edukasi meru merupa paka kan n pila pilarr pert pertam amaa dan dan utam utamaa dala dalam m pena penata tala laks ksan anaa aan n HIV/ HIV/AI AIDS DS;; kare karena na keberhasilan keberhasilan pencegahan pencegahan penularan horizontal horizontal maupun vertikal, vertikal, pengendalian pengendalian kepadatan kepadatan viru viruss deng dengan an ARV, ARV, peni pening ngka kata tan n CD4, CD4, penc penceg egah ahan an dan dan peng pengob obat atan an IO (inf (infek eksi si oportunistik) serta komplikasi akan berhasil jika konseling dan edukasi berhasil dilakukan dengan baik. Pada konseling dan edukasi perlu diberikan dukungan psikososial supaya ODHA (orang dengan HIV/ AIDS) mampu memahami, percaya diri dan tidak takut tentang status dan perjalanan alami HIV/AIDS, cara penularan, pencegahan serta pengobatan HIV/AIDS dan IO; semuanya ini akan memberi keuntungan bagi ODHA dan lingkungannya.

Antiretrovirus (ARV)

Pemberian ARV sebaiknya tidak serta merta segera diberikan begitu saja pada  pasien yang dicurigai, dicurigai, tetapi perlu menempuh menempuh langkah-langkah langkah-langkah yang arif dan bijaksana, bijaksana, serta mempertimbangkan berbagai faktor: sanggupkah pasien mengkonsumsi obat dalam waktu yang tidak terbatas, kemampuan membeli obat dalam jangka lama, rasa kurang nyaman nyaman selama selama mengons mengonsums umsii obat, obat, pasien pasien menging menginginka inkan n penyaki penyakitnya tnya tidak tidak diketahu diketahuii orang lain, potensi resistensi obat, efek samping yang tidak ringan, jangkauan memperoleh obat, serta saat yang tepat memulai terapi.

Tabel 5. Rekomendasi memberikan terapi ARV menurut WHO (2002).

Bila pemeriksaan CD4 dapat dilakukan

Bila pemeriksaan CD4 tidak  dapat dilakukan

1. Klini liniss stad stadiu ium m IV tanpa anpa mem mempert pertim imba bang ngka kan n  jumlah  jumlah CD4 2. Klinis nis stadiu dium I, II, atau III denga ngan CD4 < 200/mm3 1. Klini liniss stad stadiu ium m IV tanpa anpa mem mempert pertim imba bang ngka kan n  jumlah  jumlah limfosit limfosit total. total. 2. Klini Kliniss stadium stadium II, II, atau atau III denga dengan n limf limfosi ositt total total ≤ 25

1200/ mm3 Kombinasi ARV merupakan dasar penatalaksanaan pemberian antivirus terhadap ODHA; ODHA; karena karena dapat dapat mengura mengurangi ngi resist resistens ensi, i, meneka menekan n replika replikasi si HIV secara secara efekti efektif  f  sehingga sehingga kejadian penularan/IO/kompl penularan/IO/komplikasi ikasi lainnya dapat dihindari, dan meningkatkan meningkatkan kualitas serta harapan hidup ODHA. Dua golongan ARV yang diakui Food diakui  Food and Drug   Administration  Administration (FDA) dan World Health Organization (WHO) adalah penghambat reverse transcriptase (PRT), yang terdiri dari analog nukleosida dan non-analog nukleosida, serta  penghambat  penghambat protease protease (PP) HIV. Ketiga Ketiga jenis ini dipakai secara kombinasi kombinasi dan tidak  dian dianju jurk rkan an

pada pada

pema pemaka kaia ian n

tung tungga gal. l.

Peng Penggu guna naan an

komb kombin inas asii

ARV ARV

meru merupa paka kan n

farmako farmakoter terapi api yang rasiona rasional; l; sebab sebab masingmasing-mas masing ing prepar preparat at bekerja bekerja pada tempat tempat yang  berlainan  berlainan atau memberika memberikan n efek sinergis sinergis terhadap terhadap yang lain. Preparat Preparat golongan golongan PRT PRT analog nukleosida menghambat beberapa proses polimerisasi deoxyribo nucleic adid  (DNA) sel termasuk sintesis DNA yang tergantung pada ribonucleic acid  (RNA) pada saat terjadi reverse transkripsi; sedangkan PRT analog non-nukleosida secara selektif menghambat  proses  proses reverse transkripsi HIV-1. Penghambat protease bekerja dengan cara menghambat sintesis protein inti HIV. Tabel 6. Kombinasi pengobatan antiretrovirus (ARV).

Kriteria kombinasi Sangat dianjurkan

Penghambat Reverse Penghambat Reverse transcript transcriptase ase

Penghambat protease

Didanosin+lamivudin

Indinavir  

Didanosin+stavudin Didanosin+zidovudin Didanosin+Efirenz+Lamivudin/ Stavudin/ Zidovudin Lamivudin+Zidovudin Lamivudin+stavudin

Indinavir+Ritonavir   Lopinavir+Ritonavir    Nelfinavir   Nelfinavir 

Alternatif

Zidovudin+Zalsitabin

Amprenavir    Nelfinavir+s  Nelfinavir+saquinavir  aquinavir  Ritonavir  Saquinavir 

Tida Tidak k dianj dianjur urka kan n

Stav Stavud udin in+Z +Zid idov ovud udin in Zalsitabin+Didanosin Zalsitabin+Lamivudin Zalsitabin+Stavudin

26

Sumber: US. Deportment of Health and Human Services. Guidelines for the use of antiretroviral  agents in hiv-infected adults and adolescents. MMWR 2001; 50: 1-1152.

II. Penatalaksanaan Pada Ibu Hamil/Melahirkan Konseling, Edukasi dan Uji Saring Antepartum

The American College of Obstetricians and Gynaecologists (AGOG) dan USPHS menganjurkan konseling, edukasi dan Uji saring HIV sebagai bagian perawatan antepartum yang dilakukan dilakukan secara rutin dan sukarela oleh ibu hamil dengan risiko tinggi infeksi HIV dan ibu hamil dengan HIV/AIDS (IHDHA). Dalam konseling dan edukasi, perlu dukungan  psikososial  psikososial ibu ibu supaya supaya tidak takut takut dan percaya percaya diri mengenai mengenai status status HIV HIV dan kehamilan kehamilannya, nya, tentang perjalanan alami HIV, cara penularan dan pencegahan perinatal serta keuntungan  pemberian  pemberian ARV bagi ibu dan janin/bayi. janin/bayi. Hasil negatif uji saring pada ibu risiko tinggi infeksi HIV perlu diulang 4 minggu kemudian mengingat kemungkinan window period   pada saat saat pemeriksaan pemeriksaan dilakukan. dilakukan.

Antiretrovirus (ARV)

Pember Pemberian ian kombina kombinasi si ARV merupak merupakan an penata penatalaks laksanaa anaan n baku baku IHDHA IHDHA tanpa tanpa memandang status kehamilan, sama seperti pemberian ARV pada ODHA karena telah dipertimbangkan farmakokinetiknya dan tidak terbukti memberikan efek teratogenik pada  janin/bayi  janin/bayi jika diberikan setelah setelah umur kehamilan 14 minggu. Pada pencegahan pencegahan penularan penularan HIV perinatal (PHP), baik ACOG, USHS maupun WHO menganjurkan kombinasi ARV untuk untuk menekan menekan replika replikasi si virus virus secara secara cepat cepat sampai sampai batas batas yang tidak tidak dapat dapat didetek dideteksi; si; sehingga sehingga diharap diharapkan kan PHP, PHP, tidak tidak terjadi terjadi,, mengur mengurangi angi kejadia kejadian n resist resistensi ensi dan member memberii kesempatan perbaikan imunitas ibu. Pemberian kombinasi ARV mulai diberikan pada IHDHA yang memiliki CD4 10.000/ml dengan atau tanpa gejala klinis; sedangkan  pemberian  pemberian ZDV tunggal tunggal dapat dilakukan dilakukan jika jika CD4 > 500/mm3 500/mm3 dan kepadatan kepadatan virus virus 4.000 4.000 10.000/ml dengan dosis 100 mg 5 kali sehari yang dimulai setelah trimester I sampai masa  persalinan.  persalinan. Pada saat mulai persalinan persalinan (kala I), ZDV diberikan diberikan secara intravena intravena 2 mg/kg BB dalam 1 jam, dan diteruskan 1 mg/kg BB/jam sampai pengikatan tali pusat bayi; kemudian diikuti dengan pemberian ZDV oral pada bayi setelah berumur 12 jam dengan dosis 2 mg/kg BB/6 jam selama 6 minggu. Semua ARV diberikan setelah trimester I (14 minggu umur kehamilan) untuk menghindari beberapa efek teratogenik. Namun, jika ibu 27

sedang menjalani pengobatan ARV dan kemudian hamil, pengobatan tersebut dilanjutkan sebab penghentian, ARV akan mengakibatkan rebound phenomenon jumla phenomenon jumlah h virus.

Perawatan Antepartum

Peraw Perawata atan n ante antepa part rtum um IHDH IHDHA A dituju ditujukan kan bukan bukan hanya hanya pera perawa wata tan n ruti rutin n saja saja,, melainkan juga strategi pencegahan PHP dan pengobatan serta komplikasi-komplikasinya. Setiap kunjungan antepartum diperhatikan masalah psikososial ibu, gejala dan tanda infeksi HIV serta IO. Pemantauan kesejahteraan janin sebaiknya dilakukan secara non invasif, karena pemeriksaan diagnostik invasif meningkatkan risiko PHP, kecuali atas indikasi yang kuat. Jumlah CD4 dan kepadatan virus dipantau selama perawatan antepartum setiap trime trimest ster er atau atau seti setiap ap 4 ming minggu gu jika jika ARV ARV dibe diberik rikan an guna guna mengi mengiku kuti ti perk perkem emban banga gan n  penyakit,  penyakit, keberhasilan keberhasilan ataupun ataupun resistensi resistensi ARV serta menentukan langkah lebih lanjut. Di samping samping itu, itu, pemeri pemeriksaa ksaan n hemogl hemoglobin obin,, lekosit lekosit dan trombo trombosit sit juga dilakuk dilakukan an setiap setiap 4 minggu untuk menilai efek penekanan ARV terhadap sumsum tulang.

Cara Persalinan

Pada saat persalinan harus dihindari semua manipulasi yang dapat meningkatkan risiko PHP melalui kontak darah atau sekret genital ibu; seperti persalinan vagina dengan solusio plasenta, plasenta previa, perdarahan jalan lahir, ketubah pecah dini serta partus lama. lama. Pada kasus kasus terseb tersebut, ut, mernper mernpercep cepat at kala II atau operas operasii cesarea  perlu dilakukan. dilakukan. Penelitian di Swiss, Perancis, London dan daratan Eropa lainnya menunjukkan penurunan kejadian kejadian PHP 50-87% 50-87% pada IHDHA IHDHA yang menjal menjalani ani operas operasii cesarea eletif. eletif. Namun, sebagian besar subyek penelitian juga menggunakan ZDV selama kehamilannya. Penelitian di Rwanda mendapatkan kematian IHDHA post operasi cesarea yang  bermakna dibandingkan dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi terinfeksi HIV, walaupun walaupun hal ini tidak  ditemukan di Eropa. Sebaliknya, hasil penelitian di Amerika dan Vietnam tidak didapatkan  perbedaan  perbedaan bermakna bermakna dalam penurunan penurunan PHP antara kelompok kelompok yang dilakukan dilakukan operasi operasi cesarea eleki elekiff denga dengan n kelom kelompok pok yang yang dibe diberi rikan kan profi profila laks ksis is ZDV; ZDV; bahkan bahkan untuk  untuk  menyelamatkan seorang bayi dari PHP; memerlukan 12-16 operasi cesarea elektif. Oleh

28

karena itu,operasi itu,operasi cesarea  bukan untuk menurunkan menurunkan kejadian PHP dan dilakukan dilakukan atas indikasi obstetri.

III. Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Oportunistik (IO)

Penyebab utama kematian ODHA adalah infeksi opportunistik. Center of Disease Control  (CDC) menganjurkan pemberian regimen pencegahan bagi semua pasien dengan status status imun imun yang buruk buruk tanpa tanpa kecuali kecuali.. Infeksi Infeksi oportu oportunis nistik tik yang sering sering dijump dijumpai ai di Amerika dan Eropa adalah Pneumoc adalah  Pneumocystis ystis Carinii Pneumonia (PCP), sedangkan di negara  berkembang  berkembang (Afrika, (Afrika, Asia Tengah dan Asia Tenggara) Tenggara) termasuk termasuk Indonesia Indonesia adalah tuberkulosis paru.

Tabel 7. Pencegahan dan pengobatan infeksi oportunistik pada pasien HIV/ AIDS. Patogen

Indikasi  pencegahan

 Pneumocytis  Pneumocytis carinii

CD4< 200/mm3 - panas > 2 minggu

Toxoplasma  gondii  gondii

Pencegahan

Pengobatan

Pilihan : - kotrimoksasol forte Pilihan : - kotrimoksasol forte 2 sekali sehari tablet 3 kali sehari Alte Altemat matif if : - kotr kotrim imok oksa saso soll selama 21 hari forte 3 kali/minggu Altematif : - dapson 100mg/hari - dapson 50 mg 2 kali/hari atau - trimetoprim 20 100 mg sekali sehari mg/kg BB/hari selama 21 hari - dapson 50 mg/hari + - klindamisin 300.600 mg 4 kali  pirimetamin sehari 50 mg/minggu+leukovorin mg/minggu+leukovorin + primakuin 15 mg/hari selama 25 mg/minggu 21 hari - pentamidin aerosol 300 - atov atovaq aquo uon n 1500 1500 mg seka sekali li mg/hari sehari - atov atovaq aquo uon n 1500 1500 mg seka sekali li selama 21 hari sehari CD4< Pilihan : - kotrimoksasol forte Pilihan : - sulfad fadiazin 1100/mm3 sekali sehari 2mg+pirimetamin - IgG Altematif : dapson50 Ibu hamil : - spiramisin 1 g 3 toksoplasma ↑ mg/hari+pirimetamin kali/hari selama 1-2 minggu 50 mg/minggu + leukovoin Altematif : - klindamisin 30025 mg/minggu 600 mg 4 kali sehari+ - atov atovaq aquo uon n 1500 1500 mg seka sekali li  primakuin 15 mg/hari selama sehari 21 hari - dapson 50 mg/hari +  pirimetamin 50 mg/ minggu + leukovorin 25 mg/minggu - atov atovaq aquo uon n 1500 1500 mg seka sekali li sehari 29

Candida vagina/  oropharygeal 

CD4 < Pilihan : - flukonazol 100-200 Pilihan Pilihan : - flukonazo flukonazoll 100-200 100-200 500/mm3 mg/hari mg/hari Sering Altem Altemati atiff : - itrako itrakona nazol zol 200 200 Altem Altemati atiff : - itrako itrakonaz nazo12 o1200 00 kambuh mg/hari mg/hari  M. tuberculosis tuberculosis - Tes Mantoux Mantoux Isoniazid 300 mg/hari + Seperti pasien tuberkulosis paru > 5 mm  piridoksin 50 mg/hari mg/hari  pada umumnya - Konta ontak k erat erat selama 12 bulan (sesuai dengan kriteria WHO) dengan Rifam ifamp pisi isin 600 600 mg/h g/hari ari +  penderita tb.  pirazinamid 15-20 15-20 aktif  mg/kg mg/kg BB/har BB/hari, i, jika jika resist resisten en terhadap isoniazid Varicella zoster  Kontak dengan Ig varicella zoster (VIZIG) 6,25 Asiklovir 800 mg 5 kali sehari  penderita ml, diberikan selama 2 minggu < 96 jam setelah kontak  Salmonella sp. Terdapat Siprof Siproflok loksas sasin in 500 500 mg 2 kali kali Sipro Siproflo floksa ksasin sin 500 500 mg 2 kali kali  bakteri sehari sehari salmonela Virus hepatitis A Anti HAV Vaksin hepatitis A : 2 dosis Virus hepatitis B Anti HBs – dan Vaksin hepatitis b : 3 dosis HBs Sumber : US Public Health Services. Guidelines for the prevention of opportunistic infections in  person infected infected with human immun immunodefici odeficiency ency syndom syndome. e. MMWR MMWR 2001; 2001; 50 : 322-481 322-4812. 2.

IV. Penatalaksanaan Po Post st Exposure Konseling, Edukasi dan uji Darah Post Darah  Post Exposure Exposure

Tenaga medis, paramedis dan pekerja di bidang kesehatan lainnya merupakan salah satu kelompok risiko tinggi terinfeksi HIV akibat paparan produk ODHA. Konseling dan edukasi  post exposure  penting,  penting, terutama terutama berhubungan berhubungan dengan psikososial psikososial dan perilaku perilaku untuk untuk mence mencega gah h penul penular aran an sekun sekunde derr (sep (seper erti ti tidak tidak mela melakuk kukan an hubung hubungan an seksu seksual al,,  pemakaian  pemakaian kondom, kondom, mencegah mencegah kehamilan, kehamilan, menghindari menghindari pemberian pemberian ASI) sampai sampai terbukti terbukti sumber infeksi infeksi tidak tidak mengandung mengandung HIV. HIV. Uji darah darah  post exposure untuk menilai antibodi HIV atau RNA HIV dilakukan segera setelah terpapar untuk mengetahui status infeksi HIV yang bersangkutan; 6 minggu, 12 minggu sampai 6 bulan kemudian, jika hasil uji darah negatif baru disimpulkan tidak terinfeksi HIV.

Antiretroviral (ARV),

Pencegahan  post exposure exposure (PPE) HIV dengan ARV sebaiknya dimulai secepat mungkin tanpa kecuali (hamil atau tidak). Pada percobaan binatang, didapatkan bahwa  pemberian  pemberian ARV setelah setelah 36 jam paparan paparan tidak efektif mencegah mencegah infeksi HIV; namun pada

30

manusia belum ada penelitian mengenai hal ini. Saat ini, CDC dan USPHS menganjurkan  pemberian  pemberian kombinasi kombinasi ARV untuk PPE, walaupun walaupun ZDV sendiri mampu mampu menurunkan menurunkan serokonversi sampai 79% pada penelitian retrospektif. Kombinasi dasar ARV oral selama 4 minggu yang diberikan terdiri dari ZDV 300 mg 2 kali sehari, lamivudin 150 mg 2 kali sehari atau lamivudin 150 mg 2 kali sehari dengan stavudin 40 mg 2 kali sehari atau sehari dengan didanosin 400 mg sekali sehari. Sedangkan kombinasi lanjut ARV yang diindikasikan untuk kasus HIV positif kelas 1 dengan cidera kulit dalam dan HIV Positif kelas 2 terdiri dari regimen kombinasi dasar  ditambah salah satu dari ARV yang disebutkan berturut-turut dengan dosisnya sebagai  berikut:  berikut: infinavir infinavir 800 mg 3 kali sehari, nelfinavir 750 mg 3 kali sehari, efavirenz efavirenz 600 mg sekali sehari atau abakavir 300 mg 2 kali sehari.  Pada pasien tidak dilakukan dilakukan perhitungan perhitungan CD4 maupun limfosit limfosit total hanya dilakuka dilakukan n VCT dengan hasil hasil positif positif.. Adherenc Adherencee dan pemberi pemberian an ARV direncan direncanakan akan 1 minggu setelah KRS. Terapi umum dan simptomatis diberikan Infus RL : D5% = 2 : 1 (20 tpm) tpm),, Inj Inj.. cotr cotrim imox oxaz azol olee 1 gr 3 dd I (iv) (iv),, Ant Antra rain in amp amp

3 dd I (iv) (iv),, Inj. Inj. Ran Ranit itid idin in amp amp

3 dd I (iv), sedangkan terapi candidiasis oral pada pasien tersebut gentian violet, dan  Fluconazole  Fluconazole 100 100 mg 2 dd dd II.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. CDC Atlanta. Recomm Atlanta. Recommendation endationss for prevention prevention of HIV transmis transmission sion in in health care care settings settings.

MMWR (August 21), 1987; 36(25). 2. CDC Atlanta. Revisio Atlanta. Revision n of the case case definition definition for AIDS  AIDS . MMWR, 1987; 36 (Suppl. 1): 3-15. 3. CDC. Guide Guideli lines nes for for the use of antir antiretr etrov ovir iral al agent agentss in HIVHIV-in infe fecte cted d adult adultss and 

adolescents. adolescents. August 2001; p. 1-115. 4. CDC. Public CDC.  Public Health Services task for recommendatio recommendations ns for use of andretroviral andretroviral drugs in

 pregnant women infected infected with with HIV-1 HIV-1 for maternal maternal health health and for reducing reducing perinatal perinatal HIV-1 HIV-1 transmission in the us. us. MMWR 2001 ; 50 (RR.11). 5. CDC. Updated guidelines for the use of rifabutin or rifampin„ for the treatment and 

 prevention  prevention of tuberculosis tuberculosis among HIV-infected patients taking protease inhibitor inhibitor or non nucleoside reverse transcriptase inhibitors. inhibitors. MMWR 2000; 49 (RR 10). 6. Depkes RI. Penang RI. Penanggulang gulangan an AIDS . Petunjuk untuk seluruh jajaran kesehatan di Indonesia.

Jakarta, 1988. 7. Djoerban Z.  Penatalaksanaan  Penatalaksanaan AIDS . Dalam : Setiati S, Sudoyo AW, Alwi I, dkk (Eds).

Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2000. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan FKUI; 2001; hal. 1-8. 8. Fauci Fauci AS, AS, Lane Lane HC. HC.  Human immunodeficiency immunodeficiency syndrome syndrome (HIV): (HIV): AIDS and related 

disorder .  In : Braunwald E, Fauci AS, Kasoer DL, et al (Eds). Harrison's Principles of  Internal Medicine. 15th ed. New York: McGraw- Hill; 2001; p.1852-908. 9. Sarwo Handayani. 2001 2 001..  Deplesi  Deplesi Sel Limfosit CD4+ pada Infeksi Infeksi HIV . Jakarta. Cermin 2

Dunia Kedokteran No. 130. 10. Siti Budina K. Imuno K. Imunologi logi : Diagnosis Diagnosis dan dan Prosedur Prosedur Laboratorium Laboratorium.. Ed ketiga. 1996; 134. 11. UNAIDS. UNAIDS. 2010. 2010. Global Global report: UNAIDS UNAIDS report report on the global global AIDS AIDS epidemi epidemicc 2010 2010.

Switzerland. 12. US Depa Depart rtem emen en of Healt Health h and and Huma Human n Servi Services ces.. Guide Guideli lines nes for for the manag managem ement ent of  occup occupat ation ional al expo exposur suree to HBV, HBV, HCV HCV and HIV HIV recom recomme menda ndati tions ons for for post postexp expos osur uree  prophylaxis.  prophylaxis. MMWR MMWR 2001; 2001; 50 (RR 11). 11).

32

13. USPHS/IDSA. 2001. Guidelines for the prevention of opportunistic infections in person

infected with human immunodeficiency syndrome. syndrome. Jul. 2001. p.1-68. 14. WHO-GPA. Current and future dimensions of the AIDS Pandemic. Pandemic. A capsule summary.

WHO Geneva. 15. Wise J. Breast J. Breast feeding feeding safer safer than mixed mixed feeding feeding for babies babies of HIV HIV mothers. mothers. Br Med J 2001;

322 : 511-3.

33

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF