Laporan Kasus Vertigo
March 30, 2017 | Author: Devia Mufida Zahara | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Kasus Vertigo...
Description
L apor apor an Kasus Kasus
VERTIGO PERIFER DAN VERTIGO SENTRAL
Oleh:
Febia Arinda (04124705069) Hasbiallah Yusuf (04124905001) I Made Bayu Wisnu Wardhana (04124708054)
Pembimbing:
dr. Sri Handayani, SpS
DEPARTEMEN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus VERTIGO PERIFER DAN VERTIGO SENTRAL
Oleh:
Febia Arinda Hasbiallah Yusuf I Made Bayu Wisnu Wardhana
Telah diterima sebagai salah satu dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang.
Palembang, 29 Oktober 2014 Pembimbing
dr. Sri Handayani, SpS
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus VERTIGO PERIFER DAN VERTIGO SENTRAL
Oleh:
Febia Arinda Hasbiallah Yusuf I Made Bayu Wisnu Wardhana
Telah diterima sebagai salah satu dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Umum Mohammad Hoesin Palembang.
Palembang, 29 Oktober 2014 Pembimbing
dr. Sri Handayani, SpS
ii
BAB I PENDAHULUAN
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. dizziness. Dizziness Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien , dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness vertigo merupakan merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi mengemukakan mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 1
Frekuensi Di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5% diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5: 1. Sebanyak 10% dari
pasien
infark
serebelum,
hanya
memiliki
gejala
vertigo
dan
ketidakseimbangan. Insidens sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat.1 Diagnosis banding vertigo meliputi penyebab perifer vestibular (berasal dari system saraf perifer), dan sentral vestibular (berasal dari system saraf pusat) dan kondisi lain. Pasien pada primary care care 93% mengalami BPPV, acute vestibular neuronitis, atau Penyakit Meniere.2 Karena pasien dengan dizziness dizziness seringkali sulit menggambarkan gejala mereka, menentukan penyebab akan menjadi sulit. Penting untuk membuat sebuah pendekatan menggunakan pengetahuan dari kunci anamnesis, pemeriksaan fisik, dan temuan radiologis akan membantu dokter untuk menegakkan diagnosis dan memberi terapi yang tepat untuk pasien. 3
1
BAB II STATUS PASIEN
PASIEN 1
IDENTIFIKASI Nama
: Ny. H
Umur
: 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat
: Dalam Kota Palembang
Agama
: Islam
MRS Tanggal : 21 Oktober 2014 (21.50 WIB)
ANAMNESA (Autoanamnesa, tanggal 21 Oktober 2014) Penderita dirawat di P2 IGD RSMH karena mengalami pusing berputar yang dipengaruhi oleh posisi kepala. ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami pusing berputar. Pasien merasa bahwa lingkungan berputar terhadap dirinya. Pasien mengatakan bahwa keluhannya dicetuskan oleh perubahan posisi kepala, seperti saat berdiri setelah duduk, atau berbaring, yang terutama terjadi saat kepala bergerak ke arah kanan. Keluhan terjadi selama beberapa menit, dan hilang timbul. Keluhan mereda jika pasien menggerakkan kepalanya ke posisi sebelum keluhan timbul. Mual (+), muntah (-), telinga berdenging (-), gangguan pendengaran (-), keluar cairan dari telinga (-) , kejang (-), penurunan kesadaran (-), kelemahan sesisi tubuh (-), bicara pelo (-), mulut mengot (-), gangguan sensibilitas (-). Pasien tidak mengeluhkan pandangan ganda atau kelemahan pada mata. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan atau memahami dalam bahasa lisan, tulisan, maupun isyarat. Pasien menderita hipertensi yang terkontrol sejak 8 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat demam. Tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga. Tidak ada riwayat mendengar suara berdenging di telinga, atau perasaan penuh di telinga,
2
3
yang disertai dengan penurunan fungsi pendengaran. Tidak ada riwayat trauma kepala. Tidak ada riwayat pemakaian jangka panjang dari obat-obatan seperti streptomisin, gentamisin, kuinin, atau obat-obatan anti-neoplastik. Keluhan ini diderita untuk pertama kalinya.
PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: 15 (E4M6V5)
Suhu Badan
: 36,5ºC
Nadi
: 76 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Tinggi Badan
: 155 cm
Berat Badan
: 60 kg
Gizi
: Cukup
STATUS INTERNUS Jantung
: HR = 76 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
: Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)
Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Anggota Gerak
: Lihat status neurologikus
Genitalia
: Tidak ada kelainan
STATUS PSKIATRIKUS Sikap
: Wajar, kooperatif
Ekspresi Muka : Wajar
Perhatian
: Ada
Kontak Psikis
: Ada
4
STATUS NEUROLOGIKUS
Kepala Bentuk
: Brachiocephali
Deformitas
: (-)
Ukuran
: Normal
Fraktur
: (-)
Simetris
: Simetris
Nyeri fraktur
: (-)
Hematom : (-)
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
Tumor
Pulsasi
: (-)
: (-)
Leher Sikap
: Lurus
Deformitas
: (-)
Tortikolis
: (-)
Tumor
: (-)
Kaku kuduk
: (-)
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
Saraf-saraf otak N. Olfaktorius Penciuman
Kanan Tidak ada kelainan
Kiri Tidak ada kelainan
Anosmia
(-)
(-)
Hyposmia
(-)
(-)
Parosmia
(-)
(-)
N. Opticus Visus
Kanan
Kiri
6/6
6/6
Anopsia
(-)
(-)
Hemianopsia
(-)
(-)
Fundus oculi -
Papil edema
tidak diperiksa
tidak diperiksa
-
Papil atrofi
tidak diperiksa
tidak diperiksa
-
Perdarahan retina
tidak diperiksa
tidak diperiksa
5
Nn. Occulomotorius, Trochlearis, dan Abducens
Kanan
Kiri
Diplopia
(-)
(-)
Celah mata
(-)
(-)
Ptosis
(-)
(-)
Sikap bola mata -
Strabismus
(-)
(-)
-
Exophtalmus
(-)
(-)
-
Enophtalmus
(-)
(-)
-
Deviasi konjugae
(-)
(-)
Gerakan bola mata
baik ke segala arah
baik ke segala arah
Pupil -
Bentuknya
-
Besarnya
-
Isokori/anisokor
bulat
bulat
Ø 3 mm
Ø 3 mm isokor
Refleks cahaya -
Langsung
(+)
(+)
-
Konsensuil
(+)
(+)
-
Akomodasi
(+)
(+)
Kanan
Kiri
N. Trigeminus Motorik -
Menggigit
-
Trismus
-
Refleks kornea
tidak ada kelainan tidak ada
tidak ada kelainan tidak ada
(+)
(+)
Sensorik -
Dahi
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
-
Pipi
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
-
Dagu
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
6
N. Facialis
Kanan
Kiri
simetris
simetris
lagoftalmus (-)
lagoftalmus (-)
Motorik -
Mengerutkan dahi
-
Menutup mata
-
Menyeringai
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
-
Plica nasolabialis
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
- Istirahat
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
- Berbicara/bersiul
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
Bentuk Muka
Sensorik -
2/3 depan lidah
tidak ada kelainan
Otonom - Salivasi
tidak ada kelainan
- Lakrimasi
tidak ada kelainan
Chvostek’s sign
N. Vestibulocochlearis
(-)
(-)
Kanan
Kiri
Suara bisikan
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
Detik arloji
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
Tes Weber
tidak ada lateralisasi
tidak ada lateralisasi
Tes Rinne
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
Dix-Hallpike Nistagmus
(+)
(-)
(+) horizontal
(+) horizontal
Nn. Glossopharingeus dan Vagus Arcus pharingeus Uvula
Kanan
Kiri
simetris
simetris tidak ada kelainan
Gangguan menelan
disfagia (-)
Suara serak/sengau
disfonia (-)
Denyut jantung
normal
7
Refleks -
Muntah
(+)
-
Batuk
(+)
-
Okulokardiak
(+)
Sensorik -
1/3 belakang lidah
N. Accessorius Mengangkat bahu
tidak ada kelainan
Kanan
Kiri
simetris
simetris
Memutar kepala
tidak ada kelainan
N. Hypoglossus Mengulur lidah
tidak ada deviasi
Fasikulasi
(-)
Atrofi papil
(-)
Disartria
(-)
Fungsi Motorik Lengan
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
cukup
Kekuatan
5
5
normal
normal
Tonus Refleks fisiologis -
Biceps
normal
normal
-
Triceps
normal
normal
-
Radius
normal
normal
-
Ulna
normal
normal
Refleks patologis -
Hoffman Ttromner
(-)
(-)
-
Leri
(-)
(-).
-
Meyer
(-)
(-)
8
Trofik
eutrofik
eutrofik
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
cukup
Kekuatan
5
5
Tungkai
Tonus
normal
normal
Klonus -
Paha
(-)
(-)
-
Kaki
(-)
(-)
Refleks fisiologis -
KPR
normal
normal
-
APR
normal
normal
Refleks patologis -
Babinsky
(-)
(-)
-
Chaddock
(-)
(-)
-
Oppenheim
(-)
(-)
-
Gordon
(-)
(-)
-
Schaeffer
(-)
(-)
-
Rossolimo
(-)
(-)
-
Mendel-Beckhterew
(-)
(-)
Fungsi Sensorik Tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif Miksi
: Tidak ada kelainan
Defekasi
: Tidak ada kelainan
Kolumna Vertebralis Kyphosis
: (-)
Lordosis
: (-)
9
Gibbus
: (-)
Deformitas
: (-)
Tumor
: (-)
Meningocele
: (-)
Hematoma
: (-)
Nyeri ketok
: (-)
Gejala Rangsang Meningeal Kaku kuduk
: (-)
Kerniq
: (-)
Lasseque
: (-)
Brudzinsky - Neck
: (-)
-
Cheek
: (-)
-
Symphisis : (-)
-
Leg I
: (-)
-
Leg II
: (-)
Gait dan Keseimbangan Ataxia
: (-)
Romberg
: (+)
Hemiplegic
: (-)
Dyemsetria
: (-)
Scissor
: (-)
- Jari-jari
: normal
Propulsion
: (-)
- Jari-hidung
: normal
Histeric
: (-)
- Lutut-tumit
: normal
Limping
: (-)
Rebound phenomena : (-)
Steppage
: (-)
Dysdiadochokinesis : (-)
Astasia-Abasia : (-)
Trunk Ataxia
: (-)
Limb Ataxia
: (-)
10
Gerakan Abnormal Tremor
: (-)
Chorea
: (-)
Athetosis
: (-)
Ballismus
: (-)
Dystoni
: (-)
Myocloni
: (-)
Fungsi Luhur Afasia motorik : (-) Afasia sensorik : (-) Apraksia
: (-)
Agrafia
: (-)
Alexia
: (-)
Afasia nominal : (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan
RESUME IDENTIFIKASI Ny. H/45 tahun/perempuan/tinggal dalam Kota Palembang/Islam/MRS tanggal 21 Oktober 2014.
ANAMNESA Penderita dirawat di P2 IGD RSMH karena mengalami pusing berputar yang dipengaruhi oleh posisi kepala. ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita mengalami pusing berputar. Pasien merasa bahwa lingkungan berputar terhadap dirinya. Pasien mengatakan bahwa keluhannya dicetuskan oleh perubahan posisi kepala, seperti saat berdiri setelah duduk, atau berbaring, yang terutama terjadi saat kepala
11
bergerak ke arah kanan. Keluhan terjadi selama beberapa menit, dan hilang timbul. Keluhan mereda jika pasien menggerakkan kepalanya ke posisi sebelum keluhan timbul. Mual (+), muntah (-), telinga berdenging (-), gangguan pendengaran (-), keluar cairan dari telinga (-) , kejang (-), penurunan kesadaran (-), kelemahan sesisi tubuh (-), bicara pelo (-), mulut mengot (-), gangguan sensibilitas (-). Pasien tidak mengeluhkan pandangan ganda atau kelemahan pada mata. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan atau memahami dalam bahasa lisan, tulisan, maupun isyarat. Pasien menderita hipertensi yang terkontrol sejak 8 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat demam. Tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga. Tidak ada riwayat mendengar suara berdenging di telinga, atau perasaan penuh di telinga, yang disertai dengan penurunan fungsi pendengaran. Tidak ada riwayat trauma kepala. Tidak ada riwayat pemakaian jangka panjang dari obat-obatan seperti streptomisin, gentamisin, kuinin, atau obat-obatan anti-neoplastik. Keluhan ini diderita untuk pertama kalinya.
PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS Sense
: 15 (E4M6V5)
Suhu Badan
: 36,5ºC
Nadi
: 76 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Gizi
: Cukup
STATUS NEUROLOGIKUS Nn. Cranialis : N. III
: Pupil bulat, isokor, Ø 3 mm/Ø 3 mm, refleks cahaya +/+
N. VII
: Dahi simetris, lagoftalmus (-), plica nasolabialis simetris
N. VIII : Nistagmus (+) horizontal, Dix-Hallpike (+) ke arah kanan N. XII
: Deviasi lidah (-), fasikulasi (-), atropi lidah (-), disatria (-)
12
Fungsi motorik
Lengan Kanan
Lengan Kiri
Tungkai Kanan
Tungkai Kiri
Gerakan
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Kekuatan
5
5
5
5
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
(-)
Tonus Klonus Refleks fisiologis
Normal
Normal
Normal
Normal
Refleks Patologis
(-)
(-)
(-)
(-)
Fungsi Sensorik
: tidak ada kelainan
Fungsi Luhur
: tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif
: tidak ada kelainan
GRM
: (-)
Gerakan abnormal
: (-)
Gait dan Keseimbangan
: Roomberg (+), Dysmetria (-), Dysdiadochokinesis (-)
DIAGNOSA DIAGNOSA KLINIK
: Benign Postural Paroksismal Vertigo (BPPV)
DIAGNOSA TOPIK
: Kanalis semisirkularis kanan
DIAGNOSA ETIOLOGI
: Idiopatik
PENGOBATAN Tirah baring Manuver Epley dan Semont Latihan Brand-Daroff Betahistine Mesylate 3 x 12 mg tablet Dimenhydrinate 3 x 50 mg tablet Vitamin B1, B6, B12 3 x 1 tablet
13
PROGNOSA Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
ANALISIS KASUS Diagnosis banding Diagnosis Klinik: 1. Vertigo Lesi Perifer 2. Vertigo Lesi Sentral
1. Lesi Perifer
Gajala pada pasien adalah:
-
Onset tiba-tiba.
-
Onset tiba-tiba
-
Pusing berputar berat.
-
Pusing berputar hebat.
-
Mual dan muntah hebat.
-
Mual (+), muntah (-).
-
Pusing tergantung pada perubahan
-
Perubahan posisi mencetuskan
-
posisi dan pergerakan kepala.
pusing, diperparah dengan
Pada manuver Dix-Hallpike
menggerakkan kepala ke kanan.
nystagmus (+) dengan arah
-
Nystagmus (+) pada manuver
horizontal, latensi (+), fatigabel (+),
Dix-Hallpike ke arah kanan,
habituasi (+).
dengan arah horizontal, latensi (+), fatiabel (+), habituasi (+).
Kemungkinan lesi perifer tidak dapat disingkirkan.
2. Lesi Sentral -
-
-
Gajala pada pasien adalah:
Pusing berputar, biasanya terjadi
-
Onset tiba-tiba
perlahan-lahan, dan bertambah berat.
-
Pusing berputar hebat.
Pusing mentap dalam beberapa hari
-
Mual (+), muntah (-).
hingga beberapa minggu (permanen).
-
Perubahan posisi mencetuskan
Pusing tidak bergantung pada
pusing, diperparah dengan
perubahan posisi dan gerakan kepala.
menggerakkan kepala ke kanan.
- Nystagmus (+) dengan arah vertikal
-
Nystagmus (+) pada manuver
14
-
-
atau rotatoar, fatigabel (-), latensi (-),
Dix-Hallpike ke arah kanan,
habituasi (-).
dengan arah horizontal, latensi
Disertai dengan kelainan batang otak:
(+), fatiabel (+), habituasi (+).
diplopia, disartria, disfagia, difonia.
-
Tidak ada gejala batang otak.
Disertai dengan kelaianan serebellum:
-
Tidak ada gejala kelaianan
kelaianan koordinasi, kesulitan dan
serebellum.
gemetaran saat melakukan aktivitas. Kemungkinan lesi sentral dapat disingkirkan.
Diagnosis banding berdasarkan etiologi: 1. Penyakit Meniere 2. Vestibularis neuritis 3. Pengobatan 4. Infeksi telinga 5. Trauma kepala 6. Idiopatik
1. Penyakit Meniere
Gajala pada pasien adalah:
-
-
-
Pusing berputar episodik, kehilangan
Pasien merasakan pusing berputar
pendengaran, bunyi berdenging di
tanpa tinnitus, tanpa kehilangan
telinga (tinnitus), dan sensasi penuh
pendengaran, dan tanpa rasa penuh
pada telinga yang terkena.
di telinga.
Vertigo, tinnitus, dan sensasi penuh
-
Serangan pusing berputar berat dan
pada telinga dapat hilang timbul
hilang timbul, tergantung gerakan
sejalan dengan kehilangan
kepala.
pendengaran, yang dapat menetap atau sembuh tanpa pengobatan. Kemungkinan etiologi Penyakit Meniere dapat disangkal.
15
2. Vestibularis neuritis
Gajala pada pasien adalah:
-
Onset pusnig berputar tiba-tiba.
-
Pusing berputar tiba-tiba.
-
Mual dan muntah
-
Mual (+), muntah (-).
-
Keluhan timbul dan diperparah oleh
-
Keluhan timbul pada pergerakan
pergerakan kepala, namun tidak
kepala ke kanan.
tergantung pada posisi kepala. -
-
Gangguan pendengaran.
Tidak terdapat gangguan pendengaran.
- Nyeri mastoid disertai demam tinggi.
-
- Nystagmus dengan arah multipel,
Tidak terdapat nyeri mastoid maupun demam tinggi.
fatigabel (-).
- Nystagmus (+) ke arah kanan, fatigabel (+).
Kemungkinan etiologi Penyakit Meniere dapat disangkal.
3. Medikasi (ototoksisitas)
Gajala pada pasien adalah:
-
-
Terdapat riwayat penggunaan jangka
Tidak terdapat riwayat
panjang streptomisin, kuninin dan
penggunaan jangka panjang
anti-neoplasma.
streptomisin, kuninin dan antineoplasma.
Kemungkinan etiologi ototoksisitas dapat disangkal.
4. Infeksi telinga (otitis media)
Gajala pada pasien adalah:
-
-
Terdapat riwayat keluar cairan
Tidak terdapat riwayat keluar cairan
berbau dari telinga. -
Terdapat riwayat rasa penuh di
berbau dari telinga. -
Tidak terdapat riwayat rasa penuh
telinga.
di telinga.
Kemungkinan etiologi infeksi telinga dapat disangkal.
5. Trauma kepala
Gajala pada pasien adalah:
-
-
Terdapat riwayat trauma kepala
Tidak ada riwayat trauma kepala.
Kemungkinan etiologi cedera kepala dapat disangkal.
16
PASIEN 2
IDENTIFIKASI Nama
: Ny. I
Umur
: 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat
: Dalam Kota
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pedagang
MRS Tanggal : 15 September 2014
ANAMNESA (Autoanamnesa, tanggal 21 Oktober 2014) Penderita dirawat di bagian neurologi RSMH karena keluhan pusing berputar yang dirasakan terus menerus. ± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita mulai mengalami pusing berputar yang dirasakan terus menerus. Keluhan pusing diperparah oleh perubahan posisi tiba-tiba, seperti saat berdiri setelah duduk, berbaring, atau menggerakkan kepala. Pusing tidak bergantung pada posisi gerakan kepala. Jika pasien berdiri atau duduk, cenderung akan jatuh ke sisi kiri. Mual (+), muntah (-), telinga berdenging (-), gangguan pendengaran (-), keluar cairan dari telinga (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-), kelemahan tubuh (+) sebelah kanan dan kiri, bicara pelo (-), mulut mengot (-), gangguan sensibilitas (-). Keluhan ini disertai kelemahan lengan dan tungkai sisi kanan dan kiri yang terjadi perlahan-lahan sejak ± 9 bulan sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan dimulai dari sisi tubuh kanan, kemudian sisi tubuh kiri. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan atau memahami dalam bahasa lisan, tulisan, maupun isyarat. Penderita memiliki riwayat vertigo dan operasi tumor serebellum pada tahun 2003, setelah operasi penderita mengalami kebutaan pada mata kanan. Tumor diangkat total, dan pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Pada tahun 2006, pasien menjalani operasi pemasangan selang VP-shunt pada tahun. Pada tahun 2009, tumor serebellum kembali tumbuh dan penderita menjalani operasi pengangkatan tumor sekali lagi. Tumor diangkat total sekali lagi,
17
kemudian penderita dapat beraktivitas seperti biasa. Penderita tidak memiliki riwayat hipertensi. Tidak ada riwayat demam. Tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga. Tidak ada riwayat mendengar suara berdenging di telinga, atau perasaan penuh di telinga, yang disertai dengan penurunan fungsi pendengaran. Tidak ada riwayat trauma kepala. Tidak ada riwayat pemakaian jangka panjang dari obatobatan seperti streptomisin, gentamisin, kuinin, atau obat-obatan antineoplastik. Penyakit ini diderita untuk ketiga kalinya, yang pertama pada tahun 2003, kemudian pada tahun 2009. Pada setiap kejadian penyakit, dilakukan pengangkatan total dari tumor.
PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: 15 (E4M6V5)
Suhu Badan
: 36,4ºC
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Tinggi Badan
: 160 cm
Berat Badan
: 65 kg
Gizi
: Cukup
STATUS INTERNUS Jantung
: HR = 84 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru
: Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)
Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
Anggota Gerak
: Lihat status neurologikus
Genitalia
: Tidak ada kelainan
18
STATUS PSKIATRIKUS Sikap
: Wajar, kooperatif
Ekspresi Muka : Wajar
Perhatian
: Ada
Kontak Psikis
: Ada
STATUS NEUROLOGIKUS
Kepala Bentuk
: Brachiocephali
Deformitas
: (-)
Ukuran
: Normal
Fraktur
: (-)
Simetris
: Simetris
Nyeri fraktur
: (-)
Hematom : (-)
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
Tumor
Pulsasi
: (-)
: (-)
Leher Sikap
: Lurus
Deformitas
: (-)
Tortikolis
: (-)
Tumor
: (-)
Kaku kuduk
: (-)
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
Saraf-saraf otak N. Olfaktorius Penciuman
Kanan Tidak ada kelainan
Kiri Tidak ada kelainan
Anosmia
(-)
(-)
Hyposmia
(-)
(-)
Parosmia
(-)
(-)
N. Opticus Visus
Kanan
Kiri
NLP
6/6
Anopsia
(+)
(-)
Hemianopsia
(-)
(-)
19
Fundus oculi -
Papil edema
tidak diperiksa
tidak diperiksa
-
Papil atrofi
tidak diperiksa
tidak diperiksa
-
Perdarahan retina
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Nn. Occulomotorius, Trochlearis, dan Abducens
Kanan
Kiri
Diplopia
(-)
(-)
Celah mata
(-)
(-)
Ptosis
(-)
(-)
Sikap bola mata -
Strabismus
(-)
(-)
-
Exophtalmus
(-)
(-)
-
Enophtalmus
(-)
(-)
-
Deviasi konjugae
(-)
(-)
Gerakan bola mata
baik ke segala arah
baik ke segala arah
Pupil -
Bentuknya
-
Besarnya
-
Isokori/anisokor
bulat
bulat
Ø 3 mm
Ø 3 mm isokor
Refleks cahaya -
Langsung
(-)
(+)
-
Konsensuil
(+)
(-)
-
Akomodasi
(-)
(+)
N. Trigeminus
Kanan
Kiri
Motorik -
Menggigit
-
Trismus
-
Refleks kornea
tidak ada kelainan tidak ada (+)
tidak ada kelainan tidak ada (+)
20
Sensorik -
Dahi
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
-
Pipi
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
-
Dagu
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
N. Facialis
Kanan
Kiri
simetris
simetris
lagoftalmus (-)
lagoftalmus (-)
Motorik -
Mengerutkan dahi
-
Menutup mata
-
Menyeringai
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
-
Plica nasolabialis
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
- Istirahat
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
- Berbicara/bersiul
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
Bentuk Muka
Sensorik -
2/3 depan lidah
tidak ada kelainan
Otonom - Salivasi
tidak ada kelainan
- Lakrimasi
tidak ada kelainan
Chvostek’s sign
N. Vestibulocochlearis
(-)
Kanan
(-)
Kiri
Suara bisikan
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
Detik arloji
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
Tes Weber
tidak ada lateralisasi
tidak ada lateralisasi
Tes Rinne
tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
Nistagmus
(+) horizontal
(+) horizontal
21
Nn. Glossopharingeus dan Vagus Arcus pharingeus
Kanan
Kiri
simetris
Uvula
simetris tidak ada kelainan
Gangguan menelan
disfagia (-)
Suara serak/sengau
disfonia (-)
Denyut jantung
normal
Refleks -
Muntah
(+)
-
Batuk
(+)
-
Okulokardiak
(+)
Sensorik -
1/3 belakang lidah
N. Accessorius Mengangkat bahu
tidak ada kelainan
Kanan
Kiri
simetris
simetris
Memutar kepala
tidak ada kelainan
N. Hypoglossus Mengulur lidah
tidak ada deviasi
Fasikulasi
(-)
Atrofi papil
(-)
Disartria
(-)
Fungsi Motorik Lengan
Kanan
Kiri
Gerakan
kurang
kurang
Kekuatan
4+
4+
Tonus
↑
↑
22
Refleks fisiologis -
Biceps
↑
↑
-
Triceps
↑
↑
-
Radius
↑
↑
-
Ulna
↑
↑
Refleks patologis -
Hoffman Ttromner
(-)
(-)
-
Leri
(-)
(-).
-
Meyer
(-)
(-)
Trofik
eutrofik
eutrofik
Kanan
Kiri
Gerakan
kurang
kurang
Kekuatan
4+
4+
Tonus
↑
↑
Tungkai
Klonus -
Paha
(-)
(-)
-
Kaki
(-)
(-)
Refleks fisiologis -
KPR
↑
↑
-
APR
↑
↑
Refleks patologis -
Babinsky
(-)
(-)
-
Chaddock
(-)
(-)
-
Oppenheim
(-)
(-)
-
Gordon
(-)
(-)
-
Schaeffer
(-)
(-)
-
Rossolimo
(-)
(-)
-
Mendel-Beckhterew
(-)
(-)
23
Fungsi Sensorik Tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif Miksi
: Tidak ada kelainan
Defekasi
: Tidak ada kelainan
Kolumna Vertebralis Kyphosis
: (-)
Lordosis
: (-)
Gibbus
: (-)
Deformitas
: (-)
Tumor
: (-)
Meningocele
: (-)
Hematoma
: (-)
Nyeri ketok
: (-)
Gejala Rangsang Meningeal Kaku kuduk
: (-)
Kerniq
: (-)
Lasseque
: (-)
Brudzinsky - Neck
: (-)
-
Cheek
: (-)
-
Symphisis : (-)
-
Leg I
: (-)
-
Leg II
: (-)
24
Gait dan Keseimbangan Ataxia
: (+)
Romberg
: belum dapat dinilai
Hemiplegic
: (-)
Dyemsetria
: (+)
Scissor
: (-)
- Jari-jari
: terganggu
Propulsion
: (-)
- Jari-hidung
: terganggu
Histeric
: (-)
- Lutut-tumit
: terganggu
Limping
: (-)
Rebound phenomena : (-)
Steppage
: (-)
Dysdiadochokinesis : (-)
Astasia-Abasia : (-)
Trunk Ataxia
: (-)
Limb Ataxia
: (+)
Gerakan Abnormal Tremor
: (+) intentional tremor
Chorea
: (-)
Athetosis
: (-)
Ballismus
: (-)
Dystoni
: (-)
Myocloni
: (-)
Fungsi Luhur Afasia motorik : (-) Afasia sensorik : (-) Apraksia
: (-)
Agrafia
: (-)
Alexia
: (-)
Afasia nominal : (-)
25
PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM (24 OKTOBER 2014)
DARAH RUTIN Hb
: 11,6 g/dl
BSS
: 113 mg/dl
Eritrosit
: 4.170.000/mm3
PT
: 13,7 detik
Ht
: 34 vol%
APPT
: 111.200 detik
Leukosit
: 15.100/mm3
Fibrinogen
: 249 mg/dl
Diff count
: 0/0/0/83/12/5 %
D-dimer
: 0,32 μg/dl
DARAH KIMIA pH
: 7,481
pCO2
: 45,8 mmHg
pO2
: 181,6 mmHg
HCO3
: 34,5 mmol/L
HATI
GINJAL
Protein Total : 6,1 gr/dl
Ureum
: 20 mg/dl
Albumin
: 3,9 gr/dl
Kreatinin
: 0,46 mg/dl
Globulin
: 2,2 gr/dl
ELEKTROLIT Calsium (Ca)
: 8,9 mg/dl
Phospor
: 2,8 mg/dl
Magnesium (Mg) : 2,06 mEq/L Natrium (Na)
: 141 mEq/L
Kalium (K)
: 3,4 mEq/L
Klorida (Cl)
: 105 mmol/L
26
PEMERIKSAAN CT-SCAN (10 SEPTEMBER 2014)
Pada pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras, potongan axial, slice thickness 3-7 mm dengan brain dan bone window didapatkan: -
Tampak massa sedikit hyperdens, dengan ukuran 5 cm x 4 cm terletak di fossa posterior dan menempel pada dinding dalam os occipitalis kanan/kiri.
-
Tampak erosi os occipitalis di samping massa.
-
Ventrikel IV terdorong.
-
Midline structure terdorong ke kiri lebih 1 cm.
27
Kesan: Meningioma di fossa posterior kanan terus ke tengah disertai erosi os occipitalis dextra dan tengah. Hidrocephalus (-), karena sudah terpasang VPshunt.
PEMERIKSAAN MRI (20 SEPTEMBER 2014)
28
Brain MRI potongan axial, coronal, sagital, T1, T2, FLAIR, slice thickness 7 mm, interval 8 mm, pre dan post kontras Gadolinium DTPA intravena: -
Tampak lesi hiperdens pada cerebellum kanan.
-
Pada pemberian kontras media, tampak lesi menyerap kontras.
-
Ventrikel IV tampak tedorong ke arah kiri.
-
Tidak ada tanda-tanda midline deviasi.
-
Ventrikel lateralis tidak tampak melebar.
-
Ventrikel II normal.
-
Sela tursika parasela tidak tampak lesi.
-
Sinus maxillaris paranasal tak tampak kelainan.
Kesan: Massa pada cerebellum.
RESUME IDENTIFIKASI Ny. I/43 tahun/perempuan/tinggal dalam Kota Palembang/Islam/MRS tanggal 15 September 2014.
ANAMNESA (Autoanamnesa, tanggal 21 Oktober 2014) Penderita dirawat di bagian neurologi RSMH karena keluhan pusing berputar yang dirasakan terus menerus. ± 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita mulai mengalami pusing berputar yang dirasakan terus menerus. Keluhan pusing diperparah oleh perubahan posisi tiba-tiba, seperti saat berdiri setelah duduk, berbaring, atau menggerakkan kepala. Pusing tidak bergantung pada posisi gerakan kepala. Jika pasien berdiri atau duduk, cenderung akan jatuh ke sisi kiri. Mual (+), muntah (-), telinga berdenging (-), gangguan pendengaran (-), keluar cairan dari telinga (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-), kelemahan tubuh (+) sebelah kanan dan kiri, bicara pelo (-), mulut mengot (-), gangguan sensibilitas (-). Keluhan ini disertai kelemahan lengan dan tungkai sisi kanan dan kiri yang terjadi perlahan-lahan sejak ± 9 bulan sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan dimulai dari sisi tubuh
29
kanan, kemudian sisi tubuh kiri. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam mengungkapkan atau memahami dalam bahasa lisan, tulisan, maupun isyarat. Penderita memiliki riwayat vertigo dan operasi tumor serebellum pada tahun 2003, setelah operasi penderita mengalami kebutaan pada mata kanan. Tumor diangkat total, dan pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Pada tahun 2006, pasien menjalani operasi pemasangan selang VP-shunt pada tahun. Pada tahun 2009, tumor serebellum kembali tumbuh dan penderita menjalani operasi pengangkatan tumor sekali lagi. Tumor diangkat total sekali lagi, kemudian penderita dapat beraktivitas seperti biasa. Penderita tidak memiliki riwayat hipertensi. Tidak ada riwayat demam. Tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga. Tidak ada riwayat mendengar suara berdenging di telinga, atau perasaan penuh di telinga, yang disertai dengan penurunan fungsi pendengaran. Tidak ada riwayat trauma kepala. Tidak ada riwayat pemakaian jangka panjang dari obatobatan seperti streptomisin, gentamisin, kuinin, atau obat-obatan antineoplastik. Penyakit ini diderita untuk ketiga kalinya, yang pertama pada tahun 2003, kemudian pada tahun 2009. Pada setiap kejadian penyakit, dilakukan pengangkatan total dari tumor.
PEMERIKSAAN FISIK STATUS GENERALIS Sense
: 15 (E4M6V5)
Suhu Badan
: 36,4ºC
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan
: 22 x/menit
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Gizi
: Cukup
30
STATUS NEUROLOGIKUS Nn. Cranialis : N. II
: VOD NLP, VOS 6/6
N. III
: Pupil bulat, isokor, Ø 3 mm/Ø 3 mm, refleks cahaya langsung (-/+), refleks cahaya konsensuil (+/-)
N. VII
: Dahi simetris, lagoftalmus (-), plica nasolabialis simetris
N. VIII : Nistagmus (+) horizontal N. XII
: Deviasi lidah (-), fasikulasi (-), atropi lidah (-), disatria (-)
Fungsi motorik
Lengan Kanan
Lengan Kiri
Tungkai Kanan
Tungkai Kiri
Gerakan
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang
Kekuatan
4+
4+
4+
4+
↑
↑
↑
↑
(-)
(-)
Tonus Klonus Refleks fisiologis
↑
↑
↑
↑
Refleks Patologis
(-)
(-)
(-)
(-)
Fungsi Sensorik
: tidak ada kelainan
Fungsi Luhur
: tidak ada kelainan
Fungsi Vegetatif
: tidak ada kelainan
GRM
: (-)
Gerakan abnormal
: Intensional tremor (+)
Gait dan Keseimbangan
: Roomberg belum dapat dinilai, Dysmetria (+), Dysdiadochokinesis (-), Limb ataxia (+)
DIAGNOSA DIAGNOSA KLINIK
: Vertigo Sentral + Hemiparese Duplex Spastik
DIAGNOSA TOPIK
: Serebellum
DIAGNOSA ETIOLOGI
: SOL Intrakranial
31
PENGOBATAN Tirah baring O2 3L/menit via kanul IVFD RL gtt XX/menit Betahistine Mesylate 3 x 6 mg tablet Flunarizine 1 x 10 mg tablet Injeksi Vit. B1, B6, B12 1 x 3 mg ampul IM Pengangkatan Tumor Serebellum
PROGNOSA Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
ANALISIS KASUS Diagnosis banding Diagnosis Klinik:
1. Vertigo Lesi Sentral 2. Vertigo Lesi Perifer
1. Lesi Sentral -
Pusing berputar, biasanya terjadi
Gajala pada pasien adalah: -
perlahan-lahan, dan bertambah berat. -
-
perlahan-lahan semakin berat.
Pusing mentap dalam beberapa hari
-
Tanpa mual dan muntah.
hingga beberapa minggu (permanen).
-
Perubahan posisi tidak
Pusing tidak bergantung pada
mencetuskan pusing, namun
perubahan posisi dan gerakan kepala.
diperparah dengan pergerakan
- Nystagmus (+) dengan arah vertikal atau rotatoar, fatigabel (-), latensi (-),
-
Pusing berputar yang menetap,
kepala secara cepat. -
Nystagmus (+) dengan arah
habituasi (-).
horizontal, fatigabel (-), latensi (-),
Disertai dengan kelainan batang otak:
habituasi (-).
diplopia, disartria, disfagia, difonia.
32
-
Disertai dengan kelaianan
-
serebellum: kelaianan koordinasi, kesulitan dan gemetaran saat
Tidak ditemukan kelainan batang otak.
-
melakukan aktivitas.
Terdapat gangguan koordinasi, tangan gemetar setelah melakukan aktivitas.
Kemungkinan lesi perifer tidak dapat disingkirkan.
2. Lesi Perifer
Gajala pada pasien adalah:
-
Onset tiba-tiba.
-
Pusing berputar berat.
perlahan-lahan semakin berat,
-
Mual dan muntah hebat.
menetap.
-
Pusing tergantung pada perubahan
-
Tanpa mual dan muntah.
posisi dan pergerakan kepala.
-
Perubahan posisi tidak
-
-
Pusing berputar dengan onset
Pada manuver Dix-Hallpike
mencetuskan pusing, namun
nystagmus (+) dengan arah
diperparah dengan pergerakan
horizontal, latensi (+), fatigabel (+),
kepala secara cepat.
habituasi (+).
-
Nystagmus (+) arah horizontal, fatigabel (-), latensi (-), habituasi (-).
Kemungkinan lesi perifer dapat disingkirkan.
Diagnosis Topik Serebellum Dextra dan Diagnosis Etiologi SOL Intrakranial: Berdasarkan gejala klinis, yaitu terdapat defisit pada cerebellum berupa koordinasi, tangan gemetar setelah melakukan aktivitas. Diagnosis diperkuat oleh hasil CT-Scan dan MRI yang menyatakan bahwa terdapat massa pada serebellum kanan yang mendesak ke tengah.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Alat Keseimbangan Tubuh
2.1.1.Anatomi Alat Keseimbangan
Telinga merupakan salah satu organ keseimbangan disamping dipengaruhi mata dan alat perasa pada tendon dalam. Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu sistem vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. Sistem vestibular meliputi labirin (aparatus vestibularis), nervus vestibularis dan vestibular sentral. Labirin terletak dalam pars petrosa os temporalis dan dibagi atas koklea (alat pendengaran) dan aparatus vestibularis (alat keseimbangan). Labirin yang merupakan seri saluran, terdiri atas labirin membran yang berisi endolimfe dan labirin tulang berisi perilimfe, dimana kedua cairan ini mempunyai komposisi kimia berbeda dan tidak saling berhubungan. 4
Gambar 1. Organ pendengaran dan keseimbangan
33
4
34
Aparatus vestibularis terdiri atas satu pasang organ otolith dan tiga pasang kanalis semisirkularis. Otolith terbagi atas sepasang kantong yang disebut sakulus dan utrikulus. Sakulus dan utrikulus masing-masing mempunyai suatu penebalan atau makula sebagai mekanoreseptor khusus. Makula terdiri dari sel-sel rambut dan sel penyokong. Kanalis semisirkularis adalah saluran labirin tulang yang berisi perilimfe, sedang duktus semisirkularis adalah saluran labirin selaput berisi endolimfe. Ketiga duktus semisirkularis terletak saling tegak lurus. 4 Sistem vestibular terdiri dari labirin, bagian vestibular nervus kranialis kedelapan (nervus vestibularis bagian dari nervus vestibulokokhlearis), dan nuklei vestibularis di bagian otak, dengan koneksi sentralnya. Labirin terletak di dalam bagian petrosus os tempolaris dan terdiri dari utrikulus, sakulus, dan tiga kanalis semisirkularis. Labirin membranosa terpisah dari labirin tulang oleh rongga kecil yang terisi dengan perilimfe, organ membranosa itu sendiri berisi endolimfe. Urtikulus, sakulus, dan bagian kanalis semisirkularis yang melebar (ampula) mengandung
organ
reseptor
yang
berfungsi
untuk
mempertahankan
keseimbangan.4 Tiga kanalis semisirkularis terletak di bidang yang berbeda. Kanalis semisirkularis lateral terletak di bidang horizontal, dan dua kanalis semisirkularis lainnya tegak lurus dengannya dan satu sama lain. Kanalis semisirkularis posterior sejajar dengan aksis os petrosus, sedangkan kanalis semisirkularis anterior tegak lurus dengannya. Karena aksis os petrosus terletak pada sudut 45 0 terhadap garis tengah, kanalis semisirkularis anterior satu telinga pararel dengan kanalis semisirkularis posterior telinga sisi lainnya, dan kebalikannya. Kedua kanalis semisirkularis lateralis terletak di bidang yang sama (bidang horizontal). Masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis berhubungan dengan utrikulus. Setiap kanalis semisirkularis melebar pada salah satu ujungnya untuk membentuk ampula, yang berisi organ reseptor sistem vestibular, krista ampularis. Rambut-rambut sensorik krista tertanam pada salah satu ujung massa gelatinosa yang memanjang yang disebut kupula, yang tidak mengandung otolit. Pergerakan endolimfe di kanalis semisirkularis menstimulasi rambut-rambut sensorik krista, yang dengan demikian, merupakan reseptor kinetik (reseptor pergerakan).
4
35
Gambar 2. Krista ampularis
Utrikulus dan sakulus mengandung organ reseptor lainnya, makula utrikularis dan makula sakularis. Makula utrikulus terletak di dasar utrikulus paralel dengan dasar tengkorak, dan makula sakularis terletak secara vertikal di dinding medial sakulus. Sel-sel rambut makula tertanam di membrana gelatinosa yang mengandung kristal kalsium karbonat, disebut statolit. Kristal tersebut ditopang oleh sel-sel penunjang.
4
Gambar 3. Makula Utrikulus dan Sakularis
Reseptor ini menghantarkan implus statik, yang menunjukkan posisi kepala terhadap ruangan, ke batang otak. Struktur ini juga memberikan pengaruh pada tonus otot. Impuls yang berasal dari reseptor labirin membentuk bagian aferen lengkung refleks yang berfungsi untuk mengkoordinasikan otot ekstra okular, leher, dan tubuh sehingga keseimbangan tetap terjaga pada setiap posisi dan setiap jenis pergerakan kepala.4
36
Stasiun berikutnya untuk transmisi implus di sistem vestibular adalah nervus vestibulokokhlearis. Ganglion vestibulare terletak di kanalis auditorius internus mengandung sel-sel bipolar yang prosesus perifernya menerima input dari sel resptor di organ vestibular, dan yang proseus sentral membentuk nervus vestibularis. Nervus ini bergabung dengan nervus kokhlearis, yang kemudian melintasi
kanalis
auditorius
internus,
menmbus
ruang
subarakhnoid
di
cerebellopontine angle, dan masuk ke batang otak di taut pontomedularis. Serabut-serabutnya kemudian melanjutkan ke nukleus vestibularis, yang terletak di dasar ventrikel keempat. 4 Kompleks nuklear vestibularis terbentuk oleh : 4 1. Nukleus vestibularis superior (Bekhterev) 2. Nukleus vestibularis lateralis (Deiters) 3. Nukleus vestibularis medialis (Schwalbe) 4. Nukleus vestibularis inferior (Roller)
Gambar 4. Kompleks nuklear vestibularis dan hubungan sentralnya. (A) Komponen nulkeus vestibularism (B) Hubungan sentral masing-masing komponen nukleus vestibularis
37
2.1.2.Fisiologi Alat Keseimbangan
Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler yang punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil konstibusinya adalah propioseptik.2 Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin membrane yang terdapat didalam vestibilum labirin tulang. Labirin kinetic terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Didalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.5 Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfe didalam labirin dan selanjutnya silia sel rambut menekuk. Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk kedalam sel yang menyebabkan implus sensoris melal ui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong kearah yang berlawanan, maka terjadilah hiperpolarisasi.5 Organ vestibuler berfungsi sebagai transuder yang mengubah energy mekanik akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfe didalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan sudut. 5 Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada tubuh yang bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mula dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat.5
38
2.2. Vertigo
2.2.1.Definisi Vertigo
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar. Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan lemas
disebabkan
oleh
berkurangnya
perfusi
cerebral),
light-headness,
disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri). 1 Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. 3
2.2.2.Epidemiologi
Vertigo merupakan gejala yang sering didapatkan pada individu dengan prevalensi sebesar 7%. Beberapa studi telah mencoba untuk menyelidiki epidemiologi dizziness, yang meliputi vertigo dan non vestibular dizziness. Dizziness telah ditemukan menjadi keluhan yang paling sering diutarakan oleh pasien, yaitu sebesar 20-30% dari populasi umum. Dari keempat jenis dizziness vertigo merupakan yang paling sering yaitu sekitar 54%. Pada sebuah studi mengemukakan vertigo lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (2:1), sekitar 88% pasien mengalami episode rekuren. 1 Frekuensi di Amerika Serikat, sekitar 500.000 orang menderita stroke setiap tahunnya. Dari stroke yang terjadi, 85% merupakan stroke iskemik, dan 1,5% diantaranya terjadi di serebelum. Rasio stroke iskemik serebelum dibandingkan dengan stroke perdarahan serebelum adalah 3-5:1. Sebanyak 10% dari pasien infark serebelum, hanya memiliki gejala vertigo dan ketidakseimbangan. Insidens sklerosis multiple berkisar diantara 10-80/100.000 per tahun. Sekitar 3000 kasus neuroma akustik didiagnosis setiap tahun di Amerika Serikat. 1
39
Jenis kelamin pada insidens penyakit cerebrovaskular sedikit lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Dalam satu seri pasien dengan infark serebelum, rasio antara penderita pria dibandingkan wanita adalah 2:1. Sklerosis multiple dua kali lebih banyak pada wanita dibandingkan pria. Vertigo sentral biasanya diderita oleh populasi berusia tua karena adanya faktor
resiko
yang
berkaitan,
diantaranya
hipetensi,
diabetes
melitus,
atherosclerosis, dan stroke. Rata-rata pasien dengan infark serebelum berusia 65 tahun, dengan setengah dari kasus terjadi pada mereka yang berusia 60-80 tahun. Dalam satu seri, pasien dengan hematoma serebelum rata-rata berusia 70 tahun. Cedera vaskular dan infark di sirkulasi posterior dapat menyebabkan kerusakan yang permanen dan kecacatan. Pemulihan seperti yang terjadi pada vertigo perifer akut tidak dapat diharapkan pada vertigo sentral. Dalam satu seri, infark serebelum memiliki tingkat kematian sebesar 7% dan 17% dengan distribusi arteri superior sereberal dan arteri posterior inferior serebelar. Infark di daerah yang disuplai oleh arteri posterior inferior sereberal sering terkait dengan efek massa dan penekanan batang otak dan ventrikel ke empat, oleh karena itu, membutuhkan manajemen medis dan bedah saraf yang agresif. Dalam satu rangkaian 94 pasien, 20 diantaranya datang dengan Glasgow Coma Scale (GCS) 8 yang mengindikasikan adanya penurunan kesadaran yang signifikan. Tingkat kematian pasien lainnya, yaitu yang GCSnya lebih dari 8, adalah 20%. Neuroma akustik memiliki tingkat kematian yang rendah jika dapat didiagnosis dengan cepat. Tumor dapat diangkat t anpa mengganggu N VII, namun gangguan pendengaran unilateral dapat terjadi
2.2.3.Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
40
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. 5 Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum dari vertigo: 6 1. Keadaan lingkungan : mabuk darat, mabuk laut. 2. Obat-obatan : alkohol, gentamisin. 3. Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional 4. infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere. 5. peradangan saraf vestibuler, herpes zoster. 6. Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya. 7. Kelainan sirkularis : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak (transient ischemic attack ) pada arteri vertebral dan arteri basiler. Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII sampai ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo serta lokasi lesi:7
Labirin, telinga dalam -
vertigo posisional paroksisimal benigna
- pasca trauma - penyakit menierre -
labirinitis (viral, bakteri)
-
toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
-
oklusi peredaran darah di labirin
-
fistula labirin
41
Saraf otak ke VIII -
neuritis iskemik (misalnya pada DM)
-
infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
-
neuritis vestibular
-
neuroma akustikus
-
tumor lain di sudut serebelo-pontin
Telinga luar dan tengah -
Otitis media
-
Tumor
Sentral
Supratentorial - Trauma - Epilepsi
Infratentorial
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin. Sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan de ngan vertigo. 8
42
2.2.4.Klasifikasi
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).7 1. Fisiologik : ketinggian, mabuk udara. Vertigo fisiologik adalah keadaan vertigo yang ditimbulkan oleh stimulasi dari sekitar penderita, dimana sistem vestibulum, mata, dan somatosensorik berfungsi baik. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain : a.
Mabuk gerakan (motion sickness) Mabuk gerakan ini akan ditekan bila dari pandangan sekitar (visual surround) berlawanan dengan gerakan tubuh yang sebenarnya. Mabuk gerakan akan sangat bila sekitar individu bergerak searah dengan gerakan badan. Keadaan yang memperovokasi antara lain duduk di jok belakang mobil, atau membaca waktu mobil bergerak.
b.
Mabuk ruang angkasa ( space sickness) Mabuk ruang angkasa adalah fungsi dari keadaan tanpa berat (weightlessness). Pada keadaan ini terdapat suatu gangguan dari keseimbangan antara kanalis semisirkularis dan otolit.
c.
Vertigo ketinggian (height vertigo) Adalah uatu instabilitas subjektif dari keseimbangan postural dan lokomotor oleh karena induksi visual, disertai rasa takut jatuh, dang gejala-gejala vegetatif.
2. Patologik : Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi: 2 a. Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum b. Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII) Kata kunci untuk vertigo yang berasal dari sentral adalah gejala atau tanda batang otak lainnya atau tanda onset akut misalnya sakit kepala tuli dan temuan neurologis lainnya misalnya trigeminal sensory loss pada infark arteri cebellar
43
postero inferior. Pada pasien seperti ini perlu cepat dirujuk dan diinvestigasi. Red flag pada pasien dengan vertigo meliputi :7
Sakit kepala
Gejala neurologis
Tanda neurologis
Penting juga untuk mengklasifikasikan vertigo menjadi akut dan kronik. Vertigo akut biasanya memiliki mekanisme yang tunggal sedangkan vertigo kronik memiliki mekanisme multifaktorial. Dizziness yang kronik lebih sering terjadi pada usia tua karena insiden penyakit komorbid yang lebih besar.
7
Tabel 1. Perbedaan umum Vertigo perifer dan Vertigo sentral Ciri-ciri
Lesi
Vertigo perifer
Vertigo sentral
Sistem vestibuler (telinga dalam,
Sistem vertebrobasiler dan
saraf perifer)
gangguan vaskular (otak, batang otak, serebelum)
Penyebab
Vertigo posisional paroksismal
iskemik batang otak,
jinak (BPPV), penyakit meniere,
vertebrobasiler insufisiensi,
neuronitis vestibuler, labirintis,
neoplasma, migren basiler
neuroma akustik, trauma Gejala gangguan
Tidak ada
SSP
Diantaranya: diplopia, parestesi, gangguan sensibilitas dan fungsi motorik, disartria, gangguan serebelar
Masa laten
3-40 detik
Tidak ada
Habituasi
Ya
Tidak
Fatigabel
Ya
Tidak
Berat
Ringan
Intensitas vertigo
44
Telinga
Kadang-kadang
Tidak ada
+
-
berdenging dan atau tuli Nistagmus spontan
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan fungsi motorik, rasa lemah.5 Vertigo perifer memiliki beberapa episode berdasarkan lama waktu berlangsungnya serangan vertigo :9 a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan. b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit gawat darurat. Pada penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
45
Tabel 2. klinis vertigo vestibular, perifer dan sentral Perifer
Sentral
Mendadak
Lambat
Berat
Ringan
Pengaruh gerakan kepala
(+)
(-)
Gejala otonom
(++)
(-)
Gangguan pendengaran
(+)
(-)
Bangkitan vertigo Derajat vertigo
Selain itu kita bisa membedakan vertigo sentral dan perifer berdasarkan nystagmus. Nystagmus adalah gerakan bola mata yang sifatnya involunter, bolak balik, ritmis, dengan frekuensi tertentu. Nystagmus merupakan bentuk reaksi dari refleks vestibulo oculer terhadap aksi tertentu. Nystagmus bisa bersifat fisiologis atau patologis dan manifes secara spontan atau dengan rangsangan alat bantu seperti test kalori, tabung berputar, kursi berputar, kedudukan bola mata posisi netral atau menyimpang atau test posisional atau gerakan kepala.
Tabel 3. Membedakan nystagmus sentral dan perifer adalah sebagai berikut : No.
Nystagmus 1. Arah
Vertigo Sentral
Vertigo Perifer
Berubah-ubah
Horizontal / horizontal rotatoar
2. Sifat
Unilateral / bilateral
Bilateral
3. Test Posisional
-
Latensi
Singkat
Lebih lama
-
Durasi
Lama
Singkat
-
Intensitas
Sedang
Larut/sedang
-
Sifat
Susah ditimbulkan
Mudah ditimbulkan
Dominasi arah
Sering ditemukan
4. Test dengan rangsang (kursi putar, irigasi telinga)
jarang ditemukan
46
5. Fiksasi mata
Tidak terpengaruh
Terhambat
Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu :
Vertigo spontan Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan endolimfa yang meninggi. Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah ke jurusan lirikan kedua bola mata.
Vertigo posisi Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena perangsangan pada kupula kanalis semisirkularis oleh debris atau pada kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis semisirkularis.
Vertigo kalori Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.7
2.2.5.Gejala Klinis
Gejala klinis pasien dengan dizziness dan vertigo dapat berupa gejala primer, sekunder ataupun gejala non spesifik. Gejala primer diakibatkan oleh gangguan pada sensorium. Gejala primer berupa vertigo, impulsion, oscilopsia, ataxia, gejala pendengaran. Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputar. Vertigo dapat horizontal, vertical atau rotasi. Vertigo horizontal merupa tipe yang paling
47
sering, disebabkan oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien biasanya merasakan
sensasi pergerakan dari sisi yang yang
berlawanan dengan komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika sementara biasanya disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya berasal dari dar i sentral sentr al dan disertai diserta i dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau ke atas. Vertigo rotasi merupakan jenis yang paling jarang ditemukan. Jika sementara biasnaya disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh sentral dan biasanya disertai dengan rotator nistagmus.
10
Impulsi diartikan sebagai sensasi berpindah, biasanya dideskrepsikan sebagai sensais didorong atau diangkat. Sensasi impulse mengindikasi disfungsi apparatus otolitik pada telinga dalam atau proses sentral sinyal otolit
10
Oscilopsia ilusi pergerakan dunia yang dirovokasi dengan pergerakan kepala. Pasien dengan bilateral vestibular loss akan takut untuk membuka kedua matanya. Sedangkan pasien dnegan unilateral vestibular loss akan mengeluh dunia seakan berputar ketika pasien menoleh pada sisi telinga yang mengalami gangguan. 10 Ataksia adalah ketidakstabilan berjalan, biasanya universal pada pasien dengan vertigo otologik dan sentral. 11 Gejala pendengaran biasanya berupa tinnitus, pengurangan pendengaran atau distorsi dan sensasi penuh di telinga. 12 Gejala sekunder meliputi mual, gejala otonom, kelelahan, sakit kepala, dan sensiivitas visual.10 Gejala nonspesifik berupa giddiness dan light headness. Istilah ini tidak terlalu memiliki makna pada penggunaan biasanya. Jarang digunakan pada pasien dengan disfungsi telinga namun sering digunakan pada pasien vertigo yang berhubungan dengan dengan masalah medik.
10
Suatu informasi penting yang didapatkan dari anamnesis dapat digunakan untuk membedakan perifer atau sentral meliputi:2 Karekteristk
dizziness
Perlu ditanyakan mengenai sensasi yang dirasakan pasien apakah sensasi berputar, atau sensasi non spesifik seperti giddiness seperti giddiness atau liht li ht headness, atau hanya suatu perasaan yang berbeda (kebingungan).
48
Keparahan
Keparahan dari suatu vertigo juga dapat membantu, misalnya: pada acute vestibular neuritis, gejala awal biasanya parah namun berkurang dalam beberapa hari kedepan. Pada Ménière’s disease, disease, pada awalnya keparahan biasanya meningkat dan kemudian berkurang setelahnya. Sedangakan pasien mengeluh vertigo ynag menetap dan konstan mungkin memilki penyebab psikologis.3 Onset dan durasi vertigo
Durasi tiap episode memiliki nilai diagnostic yang signifikan, semakin lama durasi vertigo maka kemungkinan kearah vertigo sentral menjadi lebih besar. Vertigo perifer umumnya memilki onset akut dibandingkan vertigo sentral kecuali pada cerebrovascular attack. attack. Perbedaan onset dan durasi masing-masing penyebab vertigo dapat dilihat pada table 4.
2
Vertigo sentral biasanya berkembang bertahap (kecuali pada vertigo sentral yang yang berasal dari vascular misalnya CVA). Lesi sentral biasanya menyebabkan tanda neurologis tambahan selain vertigonya, menyebabkan ketidakseimbangan yang parah, nystagmus murni vertical, horizontal atau torsional dan tidak dapat dihambat dihambat oleh fiksasi mata pada objek.
Tabel 4. Perbedaan Durasi gejala untuk berbagai Penyebab verigo Durasi episode
Kemungkinan Diagnosis
Beberapa detik
Peripheral cause: unilateral loss of vestibular function; late stages of acute vestibular neuronitis
Detik sampai menit
Benign paroxysmal positional vertigo; perilymphatic fistula
Beberapa menit
Posterior transient ischemic attack;
sampai satu jam
perilymphatic fistula
49
Beberapa jam
Ménière’s disease; perilymphatic fistula from trauma or surgery; migraine; acoustic neuroma
Beberapa hari
Early acute vestibular neuronitis*; stroke; migraine; multiple sclerosis
Beberapa minggu
Psychogenic
Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada vertigo vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan posisi, penyebab yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus yang baru pada saluran pernapasan atas kemungkinan berhubungan dnegan dnegan acute vestibular neutritis atau acute labyrhinti. Faktor yang mencetuskan migraine dapat menyebabkan vertigo jika pasien vertigo bersamaan dengan migraine. migraine. Vertigo dapat disebabkan oleh fistula perilimfatik. Fistula perimfatik dapat disebabkan oleh trauma trauma baik
langsung ataupun barotraumas, mengejan, mengejan,
bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga ke bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik. Adanya fenomena Tullio’s ( nistagmus nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara bising pada frekuensi tertentu) mengarah kepada penyebab perifer. Stres psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang stress psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis tidak cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun.
3
Tabel 5. Perbandingan Faktor Pencetus dari masing-masing penyebab Vertigo Faktor pencetus
Kemungkinan diagnosis
Perubahan posisi
Acute labyrinthitis; benign positional paroxysmal vertigo;
kepala
cerebellopontine angle tumor; multiple sclerosis; perilymphatic fistula
50
Acute vestibular neuronitis; CVD (stroke atau TIA);
Episode spontan
Ménière’s disease; migraine; multiple sclerosis Acute vestibular neuronitis
Infeksi Viral Saluran Napas Atas
Stress
Psychiatric or psychological causes; migraine
Immunosuppressi
Herpes zoster oticus
Perubahan pada
Perilymphatic fistula
tekanan telinga, trauma kepala, suara berdenging
Gejala Penyerta
Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah dan gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab vertigo. Kebanyakan penyebab vertigo dengan gangguan pendengaran berasal dari perifer, kecuali pada penyakit serebrovaskular yang mengenai arteri auditorius interna atau arteri anterior inferior cebellar. Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi akut telinga tengah, penyakit invasive pada
tulang temporal, atau iritasi meningeal.
Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual pada acute vestibular neuronitis dan pada meniere disease yang parah dan BPPV. Pada vertigo sentral mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala neurologis berupa kelemahan, disarthria, gangguan penglihatan dan pendengaran, parestesia, penurunan kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada fungsi sensori dan motoris lebih mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral misalnya
penyakit cerebrovascular, neoplasma, atau multiple
sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan gejala lain yang berhubungan dengan
migraine misalnya sakit kepala yang tipikal
51
(throbbing, unilateral, kadnag disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan fonofobia. 21-35 persen pasien dengan migraine mengeluhkan vertigo.
3
Tabel 6. Gejala penyerta untuk berbagai penyebab vertigo Gejala Sensasi penuh di
Kemungikanan diagnosis Acoustic neuroma; Ménière’s disease
telinga
Nyeri telinga atau mastoid
Kelemahan wajah
Temuan defisit neurologis fokal
Acoustic neuroma; acute middle ear disease (e.g., otitis media, herpes zoster oticus)
Acoustic neuroma; herpes zoster oticus
Cerebellopontine angle tumor; cerebrovascular disease; multiple sclerosis (especially findings not explained by single neurologic lesion)
Sakit kepala
Acoustic neuroma; migraine
Tuli
Ménière’s disease; perilymphatic fistula; acoustic neuroma; cholesteatoma; otosclerosis; transient ischemic attack or stroke involving anterior inferior cerebellar artery; herpes zoster oticus
52
Acute vestibular neuronitis (usually moderate); Imbalans
cerebellopontine angle tumor (usually severe)
Peripheral or central vertigo
Nistagmus Migraine
Fonofobia, fotofobia Acute labyrinthitis; acoustic neuroma; Ménière’s disease Tinnitus
2.2.6.Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat (pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan proprioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N.III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik. Reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. 9 Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
53
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.12 Ada
beberapa
teori
yang
berusaha
menerangkan
kejadian
ketidakseimbangan tubuh: 1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation) Teori
ini
berdasarkan
menyebabkan
hiperemi
asumsi
bahwa
rangsang
kanalis
semisirkularis
yang
berlebihan
sehingga
fungsinya
terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah. 2. Teori konflik sensorik Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab. 3. Teori neural mismatch Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
54
4. Teori otonomik Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan. 5. Teori neurohumoral Diantaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori serotonin
(Lucat)
yang
masing-masing
menekankan
peranan
neurotransmiter tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo. 6. Teori sinaps Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya
aktivitas
sistim
saraf
parasimpatik.
Teori
ini
dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
2.3. Pemeriksaan Fisik Pada vertigo
2.3.1.Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologic meliputi : pemeriksaan nervus cranialis untuk mencari tanda paralisis nervus, tuli sensorineural, nistagmus. 2 Nistagmus vertical 80% sensitive untuk lesi nucleus vestibular atau vermis cerebellar. Nistagmus horizontal yang spontan dengan atau tanpa nistagmus rotator konsisten dengan acute vestibular neuronitis.
55
2.3.2. Gai t
test
1. Romberg’s sign Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat digunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitive untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih serius dari dizziness ( tidak hanya terbatas pada vertigo) misalnya drug related vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event 3. Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
Gambar 5. Uji Romberg
2. Heel-to- toe walking test
56
Pasien disuruh berjalan dalam garis lurus, dengan ujung tumit kaki yang di depan menyentuh ujung jari kaki yang di belakang. Tes ini dimulai dengan mata terbuka, kemudian mata tertutup. Jika pasien gagal mempertahankan posisi tubuh lurus saat berjalan, maka dikatakan hasil tes positif. 3.
Unterberger's stepping test 1 Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan mata tertutup, jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada sisi tersebut.2 Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama 1 menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram, kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
Gambar 6. Uji Unterberger 4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany) Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
57
Gambar 7. Uji Tunjuk Barany
2.3.3. Pemeriksaan untuk menentukan letak lesi di sentral atau perifer.
Dix-Hallpike Manuever Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral. Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul
setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue). Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
Gambar 8. Manuver Dix-Hallpike
58
2.3.4. Tes Hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur tersebut menginduksi terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus terjadi setelah hiperventilasi menandakan adanya tumor pada nervus VIII. 5
2.3.5. Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimfe). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah s uhu badan) air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik. Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung dicatat. Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites. Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita sedemikian 5 mL air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik.
59
Bila ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi. Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif atau tidak berfungsi. Pemeriksaan ini juga dapat ditinjau dengan melakukan : 1. Elektronistagmogram Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif. 2. Posturografi Dalam
mempertahankan
mempunyai
peranan
keseimbangan
penting:
terdapat
3
unsur
yang
visual,
vestibular,
dan
sistem
somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap: 1. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam keadaan biasa (normal) 2. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa dengan tes romberg) 3. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan ia berdiri pada tempat yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan. 4. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang. Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari badan bagian bawah dapat diganggu. 5. mata ditutup dan tempat berpijak digoyang. 6. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak digoyang. Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau/tidak akurat) sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input (informasi).
60
2.3.6. Fungsi Pendengaran
a. Tes garpu tala: Rinne, Weber, Swabach. Untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif b. Audiometri: Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone Decay.
2.3.7. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan kepala dan leher meliputi : 1. pemeriksaan membrane timpani untuk menemukan vesikel (misalnya herpes zoster auticus (Ramsay Hunt Syndrome)) atau kolesteaatoma (Sura et Newell, 2010). 2. Hennebert sign ( vertigo atau nistagmus yang terjadi ketika mendorong tragus dan meatus akustikus eksternus
pada siis yang bermasalah)
mengindikasikan fistula perikimfatik.2 3. Valsava maneuver (exhalasi dengan mulut dan hidung ditutup untuk meningkat tekanan melawan tuba eusthacius dan telinga dalam) dapat menyebabkan vertigo pada pasien dengan fistula perilimfatik atau dehiscence kanalis semisirkularis anterior. Namun nilai diagnostic berdasarkan klinis ini masih terbatas. 3 4. Head impulses test Pasien duduk tegak dengan mata terfiksasi pada objek sejauh 3 m dan diinstruksikan untuk tetap melihat objek ketika pemeriksa menolehkan kepala pasien. Dimulai dengan pemeriksa menolehkan kepala pasien ke salah satu sisi pelan-pelan setelah itu pemeriksa menolehkan kepala pasien sisi lainnya horizontal 20 o dengan cepat. Pada orang yang normal tidak ada saccades mengindikasikan pandangan mereka terfiksasi di objek. Jika ada sakade setelahnya maka mengindikasikan bahwa terdapat lesi pada vestibular perifer pada siis itu (Allen, 2008).
61
Gambar 9. Head impulses test
2.3.8.Pemeriksaan Cardiovascular
Perubahan orthostatic pada tekanan darah sistolik (misalnya turun 20 mmHg atau lebih) dan nadi (misalnya meningkat 10 denyutan per menit) pada pasien dengan vertigo dapat menentukan masalah dehidrasi dan disfungsi otonom.
2.4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis. Tes audiologik tidak selalu diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien mengeluhkan gangguan pendengaran. Namun jika diagnosis tidak jelas maka dapat dilakukan audiometric pada semua pasien meskipun tidak mengelhkan gangguan pendengaran. Vestibular testing tidak dilakukan pada semua pasieen dengan keluhan dizziness. Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, fungsi thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen pasien. 11 Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada faktor resiko untuk terjadinya
62
CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan integritas batang otak, cerebellum, dan periventrikular white matter, dan kompleks nervus VIII.11
2.5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 2040% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien.
2.6. Diagnosis Banding
Dianosis banding dari vertigo dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 7. Diagnosis Banding Vertigo Vertigo dengan tuli
Vertigo tanpa tuli
Vertigo dengan tanda intracranial
Meniere disease
Vestibular neuritis
Tumor Cerebellopontine angle
Labyrinthitis
Benign positional
Vertebrobasilar insufficiency
vertigo
dan thromboembolism
Acute vestiblar
Tumor otak
dysfunction
Misalnya, epyndimoma atau
Labyrinthine trauma
metastasis pada ventrikel keempat Acoustic neuroma
Medication induced
Migraine
vertigo e.g aminoglycosides Acute cochleovestibular dysfunction
Cervical spondylosis
Multiple sklerosis
63
Syphilis (rare)
Following flexion-
Aura epileptic attack-terutama
extension injury
temporal lobe epilepsy Obat-obatan- misalnya, phenytoin, barbiturate Syringobulosa
2.7. Penatalaksanaan Vertigo
2.7.1.Prinsip umum medikasi terapi Vertigo
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan: a. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti kholinergik ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat anti vertigo. Efek samping yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat efek samping ini memberikan dampak yang positif. Beberapa antihistamin yang digunakan adalah : 1. Betahistin Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa mual, dan kadang menimbulkan kemerahan pada kulit. - Betahistin Mesylate (Merislon) Dengan dosis 6 mg – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
64
- Betahistin di Hcl (Betaserc) Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 ta blet dibagi dalam beberapa dosis. 2. Dimenhidrinat (Dramamine) Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping ialah mengantuk. 3. Difhenhidramin Hcl (Benadryl) Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk. b. Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui. - Cinnarizine (Stugerone) Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa lelah, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan kemerahan di kulit. c. Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo. - Promethazine (Phenergan)
65
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg, 4 kali sehari per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping ekstrapiramidal lebih sedikit dibanding obat Fenotiazine lainnya. - Khlorpromazine (Largactil) Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi (mengantuk). d. Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin. - Efedrin Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup. e. Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur. - Lorazepam Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg - Diazepam Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg. f. Obat Anti Kholinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo. - Skopolamin
66
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
2.7.2.Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.12 Tujuan latihan ialah : 1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun. 2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata. 3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan Contoh latihan : 1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup. 2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring). 3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. 4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup. 5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah). 6. Jalan menaiki dan menuruni lereng. 7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
67
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada objek yang diam.
2.7.3. Latihan Brand-Darrof
Ada berbagai macam latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof .12
Gambar 10. Gerakan Brand-Darrof
Keterangan Gambar: 1. Ambil posisi duduk. 3. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk. 4. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali. 5. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.
2.8 Kesimpulan
1. Telinga merupakan salah satu organ keseimbangan disamping dipengaruhi mata dan alat perasa pada tendon dalam. 2. Terdapat tiga sistem yang mengelola pengaturan keseimbangan tubuh yaitu sistem vestibular, sistem proprioseptik, dan sistem optik. 3. Vertigo adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa berputar ataupun mela yang.
68
4. Prevalensi vertigo pada individu sebesar 7%. 20-30% populasi umum mengalami dizzines dengan keluhan Vertigo sebesar 54%. Vertigo ditemukan lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki (2:1). 5. Vertigo dapat disebabkan oleh keadaan lingkungan kita berada, obatobatan, endapan dalam kanalis semisirkularis, infeksi telinga dalam, peradangan saraf vestibuler, trauma kepala, tumor otak, gangguan sistem peredaran darah. 6. Vertigo diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu vertigo sentral dan vertigo perifer. Vertigo Sentral diakibatkan oleh kelainan pada batang batang otak atau cerebellum, sedangkan Vertigo Perifer disebabkan oleh kelainan pada telinga dalam atau nervus cranialis vestibulocochlear (N. VIII). 7. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan
meliputi pemeriksaan neurologis,
pemeriksaan kepala dan leher serta system cardiovascular untuk menegakkan diagnosa dan mengetahui letak lesi atau penyebab vertigo. Pemeriksaan dan pengobatan vertigo harus sesuai dengan keadaan serta keluhan pasien. Pilihan terapi dapat menggunakan pengobatan simptomatik dan dapat pula ditambah dengan terapi fisik dengan lama pengobatan yang bervariasi.
View more...
Comments