Laporan Kasus Ulkus Kornea
September 22, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Kasus Ulkus Kornea...
Description
LAPORAN KASUS I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Agama Tgl. Masuk RS
II.
: : : : : : :
Ny.S 71 Tahun Perempuan Purwodadi RT.04/03, Purworejo. Petani Islam 17 Maret 2010
ANAMNESIS
Tanggal : 17 Maret 2010 2010 a.
Keluhan Utama
: Mata kanan nyeri dan nrocos
b.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan mata kanan nyeri dan nrocos setelah kemasukan biji padi sekitar 2 minggu yang lalu. Mata kanan terasa sakit jika terkena sinar, Penglihatan menurun dan sulit membuka kelopak mata. Mata kanan juga dirasa sering pegal-pegal, kepala sering terasa pusing sebelah. Pasien sudah berobat ke mantra terdekat 1 hari setelah kejadian dan diberi obat tetes serta salep mata. c.
Riwayat Penyakit Dahulu
·
Riwayat penyakit serupa
·
Riwayat Penggunaan Lensa Kontak : disangkal
·
Riwayat Hipertensi
: dibenarkan
·
Riwayat DM
: disangkal
·
Riwayat Alergi
: disangkal
d.
: disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
·
Riwayat penyakit serupa : disangkal
·
Riwayat Hipertensi
: dibenarkan
·
Riwayat DM
: disangkal
·
Riwayat Alergi
: disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIK
·
Kesimpulan Anamnesis :
Pada kasus ini terjadi trauma fisik pada mata kanan, proses trauma telah mengakibatkan ulserasi pada lapisan kornea ·
Kesan Umum :
Pasien kesakitan, berjalan dengan dituntun.
A.
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Pemeriksaan Visus jauh Refraksi Koreksi
OD OS 1/300 1/60 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus dekat
Tidak dilakukan
B. TD
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN OBJEKTIF : 190/100 mmHg
RR
: 24x/mnt
N : 88x/mnt
t
Pemeriksaan 1. Sekitar mata Supercilia
OD
OS
Normal
Normal
Asimetris Terbatas 2 mm Normal Normal
Normal Bebas 8 mm Normal Normal
Normal Normal Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Normal Normal Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Simetris
Simetris
Normal Normal
Normal Normal
2.
Kelopak mata Pasangan Gerakan Lebar rima Tepi kelopak Margointermarginalis 3. Apparatus lakrimalis Sekitar gld lakrimalis Sekitar saccus lakrim Uji fluresin Uji rerurgitasi 4. Bola mata Pasangan
Gerakan Ukuran
: afebris
5. 6.
7.
Tekanan bola mata Konjungtiva K. Palpebra sup K. palpebra inf K. Fornik K. Bulbi
Normal
Normal
Blefarospasme Normal Normal Injeksi konjunctiva
Normal Normal Normal Normal
•
Sulit dinilai Sulit dinilai
Normal Normal
Sclera Episklera 8. Kornea Ukuran Kecembungan Permukaan
Normal Normal Cembung Cembung Ulkus dg infiltrate (+),Rata, licin arna putih abu-abu, neovaskularisasi(-) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Hipopion
Uji fluresin placido 9. Camera oculi anterior Ukuran kedalaman
Isi 10. Iris Warna Gambaran 11. Pupil Ukuran Bentuk Tempat Tepi Reflek direk Reflek indirek 12. Lensa Ada/tidak ada
Dalam ernih
Keruh Sulit dinilai Sulit dinilai
coklat radier
Sulit dinilai Sulit dinilai Central Sulit dinilai Sulit dinilai Sulit dinilai
3 mm bulat central rata (+) (+)
Ada
ada
Sulit dinilai central (-) Tidak dilakukan normal baik
keruh Central (+) Tidak dilakukan Normal Baik
Kejernihan Letak Warna kekeruhan 13. Korpus vitreum 14. TIO 15. PS/PW
OS
OD
C.
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
·
AL
: 8,77
·
RBC
: 3,57
·
Hb
: 10,2
·
Hct
: 32,7
·
PLT
: 348
·
GDS
: 107
·
Ureum
·
Creatinin
D.
: 50 : 1,04
DIAGNOSIS
:
OD
: Ulkus kornea et causa trauma benda asing (padi)
OS
: Katarak Senilis Matur
E.
TERAPI
Kausal
: - Cefotaxim inj
- Ciprofloxacin
ʃ 2 dd inj I
ʃ 2 dd tab I I
- Genoin
ʃ 6 dd OD OD
- Cendotropin
ʃ 6 dd OD OD
Simptomatik
: - Metilprednisolon ʃ 2-0-0 2-0-0
Subjektif
: Rawat inap
Obyektif
: edukasi
-
Menganjurkan memakai pelindung mata
Hindari terkena air untuk sementara waktu, jika mata terasa kering gunakan tetes mata pelumas untuk menjaga mata tetap lembab -
Lebih banyak istirahat dan makan makanan yang bergizi
-
Jika menggunakan kontak lensa, selalu dibersihkan sebelum memakai
F.
PROGNOSIS
Ad visam
: Dubia ad malam
Ad sanam
: Dubia ad malam
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad kosmetikam
: Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Latar Belakang
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan ganguan penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. 1 Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2
Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit mata. Dimana mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Hal ini dapat diakibatkan oleh penyakit atau kelainan mata dan trauma mata. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga penatalaksanaan yang tepat akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan. II.
Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1
Gambar 1. Anatomi Kornea Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel Ø Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Ø Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdo terdorong rong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. barrier. Ø Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadany kepadanya. a. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Ø Epitel berasal dari ectoderm permukaan. 2.
Membran Bowman
Ø Terletak dibawah membrana basal epitel k kornea ornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Ø Lapis ini tidak mempunyai mempunyai daya regenerasi. 3.
Jaringan Stroma
Ø Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadangkadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4.
Membran Descement
Ø Merupakan membrana aselular dan merupakan batas batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Ø Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempu mempunyai nyai tebal 40 µm. 5.
Endotel
Ø Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 mm. Endotel 4 melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan. 4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1 III.
Definisi Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. s troma. IV.
Faktor Pencetus
Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya sistem barier epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti : a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan saluran lakrimal) b. Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena trauma, penggunaan lensa kontak, luka bakar bakar pada muka c.
Kelainan lokal pada kornea:
-
Edema kornea kronik
-
Keratitis exposure (pada lagoftalmos, anestesi umum, koma)
-
Keratitis karena defisiensi vitamin A
-
Keratitis neuroparalitik
-
Keratitis superficialis virus
d.
Kelainan sistemik
-
Malnutrisi
-
Alkoholisme
-
Sindrom Steven-Johnson
-
Sindrom defisiensi imun (AIDS, SLE)
e.
Obat-obatan penurun sistem imun
-
Kortikosteroid
-
Obat anestesi local
V.
Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya s eratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5 Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah timbullah ulkus kornea.6 Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1 Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.5 VI.
Etiologi
a. Infeksi Infeksi Bakteri : P. : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella spesies Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P infeksi P aeruginosa. aeruginosa. § Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides. § Infeksi virus Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
§ Acanthamoeba Acanthamoeba adalah protozoa hidup hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar. b. Noninfeksi te rgantung PH. Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea. § Radiasi atau suhu Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan merusak epitel kornea. § Sindrom Sjorgen Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein. § Defisiensi vitamin A Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh. § Obat-obatan Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif. § Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma. trauma. § Pajanan (exposure) § Neurotropik
c.
Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
§ Granulomatosa wagener § Rheumathoid arthritis
Klasifikasi
VII.
Untuk ketepatan penanganan, ulkus kornea dibedakan menjadi: a. Ulkus Kornea Kornea Superfisial Superfisial : Ulkus Ulkus stafilokokus, Ulkus fungi, fungi, Ulkus Herpes Simplex, Ulkus marginal b. Profunda : Ulkus Streptokokus, Streptokokus, Ulkus Pneumokokus, Pneumokokus, Ulkus Pseudomonas, Ulkus Ulkus Herpes Zoster, Ulkus Acanthamoeba, Ulkus Mooren, Ring Ulcer.
VIII.Manifestasi VIII.Manifes tasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa : Gejala Subjektif
§ Eritema kelopak mata dan konjungtiva § Sekret mukopurulen § Merasa ada benda asing di mata § Pandangan kabur § Bintik putih pd kornea pd lokasi ulkus ulkus § Mata berair § Silau § Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
IX.
Injeksi siliar Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat Hipopion
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi khusus. Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya hilangnya jaringan kornea. kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti : § Ketajaman penglihatan § Tes air mata § Pemeriksaan slit-lamp Pemeriksaan slit-lamp § Respon reflek pupil
§ Pewarnaan kornea kornea dengan dengan zat fluoresensi. zat fluoresensi. § Goresan ulkus untuk untuk analisa atau kultur (pulasan (pulasan gram, giemsa atau KOH) Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa. X.
PENGOBATAN ULKUS KORNEA SECARA UMUM
Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya bakteri dan mengurangi reaksi radang. 1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang sekecil apapu harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
2.
Pemberian sikloplegika
Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2 minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut : -
Sedatif, menghilangkan rasa sakit
-
Dekongestif, menurunkan tanda radang
Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpunya m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan lumpunya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru. 3.
Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva. 4.
Bedah (keratoplasti)
Indikasi keratoplasti -
Dengan pengobatan tidak sembuh
-
Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan
-
Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi
Ada dua jenis keratoplasti yaitu: -
Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuhnya. Donor lebih muda lebih
disukai keratoplasti penetrans; terdapat hubungan langsung antara umur dengan kesehatanuntuk dan jumlah sel endotel. Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil segerea setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam. Media penyimpan modern memungkinkan penyimpanan lebih lam. Tudung korneo sklera yang disimpan dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan sampai 6 minggu. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari ketebalan kornea. Untuk korneoplasti lamelar kornea itu dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es selama beberapa minggu; sel endotel tidak penting untuk prosedur ini.
XI.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea. Penanganan Komplikasi
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan, berikan sulfas atropin, antibiotik dan balut yang kuat. Segera masuk ke tempat tidur dan jangan melakukan gerakangerakan. Bila perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka padanya dilakukan : -
Iridektomi dari iris yang prolaps
-
Iris direposisi
-
Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjunctiva
-
Beri sulfas atropin dan salep antibiotik
-
Balut yang kuat
Bila terjadinya prolaps iris telah berlangsung lama, obati seperti ulkus biasa, tetapi prolaps irisnya dibiarkan saja sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Vaughan D.2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika : Jakarta.
2.
Anonimous. 2007. Ulkus Kornea. Dikutip dari dari www.medicastore.com. www.medicastore.com.
3. Suharjo, Fatah widido.2007. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari dari www.tempo.co.id www.tempo.co.id.. 4.
Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu 2004. Ilmu Penyakit Mata, Mata, Edisi ketiga FKUI : Jakarta.
5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia.2002. Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Mahasis wa Kedokteran, edisi ke2. ke2 . Penerbit Sagung Seto: Jakarta. 6.
Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari dari www.HealthCare.com. www.HealthCare.com. 2007-04-14
7.
Anonimus, Corneal Ulcer. Dikutip dari dari www.wikipedia.org www.wikipedia.org
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Ulkus+Kornea http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Ulkus+Kornea
View more...
Comments