Laporan Kasus Ulkus Kornea
August 8, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Kasus Ulkus Kornea...
Description
DAFTAR ISI
BAB I ILUSTRASI KASUS
1.1 Identitas Pasien
1
1.2 Anamnesis
2
1.3 Pemeriksaan Fisik
4
1.4 Resume
7
1.5 Diagnosis
8
1.6 Diagnosis Banding
8
1.7 Tata Laksana
9
1.8 Prognosis
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
11
2.3 Ulkus Kornea 2.3.1 Definisi
12
2.3.2 Anatomi
14
2.3.3 Etiologi
15
2.3.4 Patofisiologi
16
2.3.5 Epidemiologi
17
2.3.6 Manifestasi Klinis
18
2.3.7 Tahap Ulkus Kornea
19
2.3.8 Diagnosis
20
2.3.9 Komplikasi 2.3.10Tatalaksana
21 22
2.3.11Pencegahan
23
2.3.12 Prognosis
24
BAB III ANALISA KASUS
25
DAFTAR PUSTAKA
28
I
BAB I ILUSTRASI KASUS 1.1. Identitas Pasien
Nama
: Bapak A
Jenis Kelamin: Laki-laki Usia
: 57 tahun
Tanggal lahir : 13 februari 1964 Pekerjaan
: Pensiun
1.2. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 8 Juni 2021.
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan mata merah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan merah pada mata sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Mata yang merah hanya pada mata kanan saja. Pasien mengaku bahwa merah awalnya timbul saat Ia berkebun dan matanya tidak sengaja tertusuk oleh daun bambu. Selain itu, pasien juga bahwa penglihatannya juga menjadi buram. Penglihatan buram bur am dirasakan terutama setelah tertusuk daun bambu dan semakin lama semakin buram. Pasien mengatakan bahwa juga terasa nyeri pada mata kanannya. Nyeri juga timbul setelah matanya tertusuk daun bambu, dan sebelumnya tidak ada terasa nyeri. Pasien mengaku bahwa rasa nyeri terasa terus menerus dan tidak membaik, namun nyeri diakui tidak menjalar ke bagian lain. Skala nyeri yang dirasakan pasien adalah 7/10. Pasien mengaku nyeri sangat mengganggu aktivitas sehari-harinya .Pasien juga mengeluhkan rasa gatal pada mata kanan. kanan . Pasien juga mengaku pada matanya jadi timbul putih-putih putih-pu tih di mata. Pada awal setelah tertusuk dengan daun bambu putih-putih putih-pu tih itu tidak seketika timbul, namun setelah beberapa waktu baru terlihat saat pasien melihat dirinya di depan cermin. Selain itu, pasien juga mengakui bahwa mata kanannya merah yang timbul bersamaan dengan nyeri yang dirasakan. Pasien sudah -1
menggunakan obat tetes berupa xytrol selama 3 hari, namun keluhan tidak dirasakan membaik. Pasien menyangkal adanya keluhan sensasi benda asing pada mata, nyeri kepala, mual maupun muntah, dan demam.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya. Pasien mengaku bahwa b ahwa Ia memiliki penyakit Diabetes mellitus dengan GDS terakhir 300 mg/dl. Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit lain seperti darah tinggi, penyakit jantung, keganasan, asma, glaukoma, riwayat penyakit pada sistem imun seperti Tuberculosis, Systemic Lupus Erythematosus maupun rheumatoid arthritis. Pasien sebelumnya belum pernah melakukan operasi pada bagian matanya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal adanya anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa yang dirasakan pasien saat ini. Keluarga pasien tidak memiliki riwayat riway at penyakit diabetes mellitus darah tinggi, penyakit jantung, keganasan maupun riwayat alergi.
Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak menggunakan kacamata dan pasien juga menyangkal adanya riwayat penggunaan lensa kontak sebelumnya. Pasien mengaku bahwa Ia menjaga kebersihan matanya dengan baik dan memiliki kebiasaan untuk membersihkan tangannya terlebih dahulu sebelum menyentuh mata. Pasien juga mengaku bahwa Ia rajin mencuci muka dan juga tidak lupa untuk membersihkan bagian kelopak matanya. Pasien tidak pernah menggunakan alat rias pada matanya. matanya.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien saat ini tinggal bersama istrinya dan merupakan pasien dengan tingkat sosial ekonomi menengah. Pasien mengaku bahwa Ia tinggal di rumahnya sendiri dan kebersihan rumahnya terjaga dengan baik.
-2
1.3.Pemeriksaan Fisik Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang sedang
• Kesadaran : Compos mentis mentis • Tekanan Darah : 120/80 120/80 • Nadi : 82x/menit 82x/menit • Laju Nafas : 18x/menit 18x/menit • Suhu : 36,5°C 36,5°C Status Oftalmologis Oculi Dextra (OD)
Oculi Sinistra (OS)
Inspeksi
1/300
Visus
6/6
-
Koreksi
-
-
Adisi
-
-
Kacamata
-
Tidak terdapat nyeri
Gerak Bola Mata
Tidak terdapat nyeri
-3
Ortoforia
Nistagmus Hirschberg test
Ortoforia
Palpebra Superior Tidak ada
Edema
Tidak ada
+
Hiperemis
Tidak ada
Entropion
Tidak ada
Ektropion
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Proptosis
Tidak ada
Tidak ada
Trichiasis
Tidak ada
Tidak ada
Massa
Tidak ada
Palpebra Inferior Tidak ada +
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Hiperemis
Tidak ada
Entropion Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Ektropion Blefarospasme
Tidak ada Tidak ada
-4
Tidak ada
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Proptosis
Tidak ada
Tidak ada
Trichiasis
Tidak ada
Tidak ada
Massa
Tidak ada
Konjungtiva Bulbi
Mixed
Injeksi
Tidak ada
Tidak ada
Massa
Tidak ada
Sekret
+ mukopurulen
Tidak ada
Tidak ada
Jaringan Fibrovascular
Tidak ada
Tidak ada
Pseudomembran
Tidak ada
Konjungtiva Tarsal Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Tidak ada
Pseudomembran
Tidak ada
Tidak ada
Sekret
Tidak ada
Kornea Keruh
Kejernihan
Jernih
Tidak ada
Massa
Tidak ada
-5
Tidak ada
Sikatriks
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tes Fluorescein
Ada
Infiltrat
Ada, defek bergaung berwarna putih kekuningan di sentral berukuran 6mmx4mm dengan batas tegas
Tidak dilakukan Tidak Ada
Ulkus
Tidak ada
Kedalaman
Dalam
COA
Dalam
Tidak ada
Hifema
Tidak ada
Hipopion
Sebanyak ⅛ COA COA
Tidak ada
Pupil
Sulit dievaluasi
Ukuran
3 mm
Sulit dievaluasi
Bentuk
Bulat
Sulit dievaluasi
Batas
Tegas
Sulit dievaluasi
Refleks Cahaya
+
Langsung Sulit dievaluasi
Refleks Cahaya Tidak Langsung
+
-6
Sulit dievaluasi
RAPD Iris
Coklat
Warna
Tidak ada
Sinekia
Coklat
Tidak ada
COP Sulit dievaluasi
Kejernihan
Jernih
Lensa
Sulit dievaluasi
Kejernihan
Sulit dievaluasi
Shadow Test
Jernih
-
Vitreous
Sulit dievaluasi
Kejernihan
Jernih
Sulit dievaluasi
Floaters
Tidak ada
Sulit dievaluasi
Perdarahan
Tidak ada
Fundus
-7
Sulit dievaluasi
Refleks Fundus
Positif
Sulit dievaluasi
Warna Papil
Jingga
Sulit dievaluasi
Bentuk Papil
Jelas
Sulit dievaluasi
Cup Disc Ratio
0.3
Sulit dievaluasi
Rasio Arteri : Vena
2:3
Sulit dievaluasi
Makula Lutea
Jernih, Refleks (+)
TIO
Sama dengan pemeriksa
Normal
Palpasi
Tonometri Digital
Sama dengan pemeriksa
Normal
Tes Konfrontasi
Sama dengan pemeriksa
Lapang Pandang
Sama dengan pemeriksa
Tes Ishihara (Buta Warna)
Normal
-8
1.4. Resume Pasien laki-laki berusi 57 tahun datang dengan keluhan mata merah pada mata kanan sejak 4
hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan adanya penglihatan buram, rasa gatal, dan rasa nyeri pada mata kanan. Skala nyeri yang pasien rasakan 7/10. Keluhan muncul setelah mata kanan pasien tertusuk daun bambu saat sedang berkebun di halaman belakang rumahnya. Pasien mengaku telah menggunakan obat tetes mata sendiri yaitu xytrol sejak 3 hari SMRS. Setelah menggunakan obat tetes tersebut, pasien merasa semakin hari penglihatan menjadi semakin buram dan timbul putih putih pada mata. Pasien mengaku memiliki riwayat diabetes mellitus dengan GDS terakhir 300mg/dl. Pada pemeriksaan fisik mata kanan ditemukan adanya penurunan visus 1/300, hiperemis pada palpebra, injeksi dan d an sekret mukopurulen mukopuru len pada konjungtiva bulbi. Kornea tampak keruh, dengan infiltrat dan ulkus berwarna putih kekuningan di sentral berukuran 4x6mm dengan batas tegas. Ditemukan juga hipopion pada COA dan adanya penurunan lapang pandang. 1.5. Diagnosis Ulkus Kornea Cum Hipopion OD Emetropia OS Presbiopia ODS •
•
•
1.6. Diagnosis Banding ● Etiologi ( Bakteri dd/ Jamur dd/Virus dd/ Protozoa) ● Uveitis anterior Glaukoma akut Keratitis Endoftalmitis •
•
•
1.7. Tata Laksana Ulkus Kornea ● Terapi Non medikamentosa o Edukasi
• • •
•
Rujuk Sp.M Edukasi pasien untuk menjaga kebersihan mata Edukasi pasien untuk tidak menyentuh atau menggosok mata Edukasi pasien untuk tidak mencuci mata dengan cairan yang tidak steril
-9
●
Terapi Medikamentosa o Antibiotik Broad Spectrum (amoxicillin 500 mg 3x1) o Simptomatik: Atropine sulfate 1% eye drop → 1 tetes 3x /hari /hari Natrium Diklofenak peroral → → 2 x 50mg /hari Acetazolamide peroral → 2 x 250 mg /hari /h ari KCL peroral → 1 x 1 tab /hari /hari
●
Terapi pembedahan o Debridemen Ulkus o Transplantasi kornea
1.8. Prognosis
Ad vitam Ad functionam Ad sanationam Ad cosmeticam
: dubia : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad malam
- 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1
Definisi1 Ulkus kornea didefinisikan sebagai hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Umumnya didahului oleh infeksi maupun inflamasi dan berhubungan dengan hiperemia mata.
2.3.2
Anatomi 2,3 Kornea adalah struktur komplek avaskular yang mempunyai peran sebagai protektif, bertanggung jawab pada ¾ optik kekuatan mata. Ukuran diameter kornea adalah sekitar 11 - 12 mm (diameter horizontal 12mm dan diameter vertikal 11mm). Ketebalan kornea bagian tengah adalah 0,52 mm dan bagian perifer adalah 0,6 mm. ⅓ bagian tengah dikenal sebagai zona optik. Indeks bias kornea adalah 1,37. Kekuatan dioptri kornea kira kira +43 hingga +45D.2 a.
Struktur kornea
Kornea terdiri dari 5 lapisan struktur yaitu,
•
Lapisan epitelium berlapis gepeng dan tidak berkeratin, terdiri dari
•
Satu
lapisan
sel
basal
kolumnar
yang
menempel
pada
hemidesmosomes membran basal di bawahnya
Dua hingga tiga strata sel ‘sayap’ ‘sayap’
Dua lapisan sel permukaan skuamosa
Luas permukaan sel terluar bertambah luas dikarenakan microplica
•
•
•
dan mikrovili yang memfasilitasi perlekatan dari tear film dan musin. Setelah beberapa hari sel superfisial akan terlepas ke dalam tear film
•
Sel induk kornea terletak di limbus korneosklera dan kemungkinan juga terdapat di palisade vogt. Kekurangan sel ini dapat
- 11
menyebabkan kerusakan epitel kronis dan konjungtivalisasi dimana terjadinya ketidakstabilan epitel, vaskularisasi dan munculnya sel goblet. Sel ini sangat penting pelindung, mencegah jaringan konjungtiva tumbuh ke kornea
•
Lapisan bowman, lapisan superfisial aselular dari stroma dan di bentuk b entuk oleh serat kolagen
•
Lapisan stroma, membentuk 90% dari ketebalan kornea. Lapisan ini diatur oleh lapisan fibril kolagen yang berorientasi teratur dan dipertahankan oleh substansi dasar proteoglikan (kondroitin sulfat dan keratan sulfat) dan diselingi oleh fibroblas termodifikasi (keratosit). Jika stroma cedera dapat meninggalkan bekas luka namun tidak dapat beregenerasi
•
Membran descemet, lembaran diskrit yang terdiri dari fibrin kolagen yang berbeda dari kolagen stroma. Membran terdiri dari zona berpita anterior yang berdeposit di dalam dan zona tidak berpita posterior yang terletak pada
sepanjang endothelium. Membran ini mempunyai potensi po tensi regeneratif Lapisan endotelium, terdiri dari satu lapisan sel poligonal. Sel - sel endotel
•
mempertahankan deturgesensi kornea dengan memompa cairan berlebih keluar dari stroma. Kepadatan sel muda berkisaran 3000 sel/mm . Jumlah 2
sel ini akan berkurang sekitar 0,6%/tahun dan sel sekitar akan berkompensasi memperbesar untuk mengisi ruang. Sel ini tidak dapat beregenerasi.
- 12
Gambar 1.1 Struktur lapisan anatomi kornea 4 b. Nutrisi Kornea ada struktur avaskular, sehingga kornea menerima nutrisi berasal dari 1. Pembuluh darah perilimbal, pembuluh darah siliaris anterior menginvasi bagian perifer kornea (limbus) sekitar sekitar 1 mm 2. Akuous humor, mensuplai glukosa dan nutrisi lain melalui proses difusi transport sederhana atau aktif 3. Oksigen dari udara atmosfer melalui tear film c. Suplai saraf Suplai saraf retina hanya saraf sensorik, berasal dari saraf kranialis trigeminal divisi opftalmik melalui cabang nasosiliari
- 13
2.3.3
Etiologi Berdasakan etiologinya ulkus kornea dibagi menjadi infeksi dan non infeksi :
Infeksi5
•
Infeksi Bakteri : Merupakan penyebab tersering ulkus kornea. Bermula ketika terjadi peradangan pada kornea yang kemudian menyebabkan masuknya bakteri kedalam bola mata. Kerusakan dari kornea tersebut dapat terjadi akibat abrasi kornea, pemakaian lensa kontak, dan trauma pada bola mata. Selain itu terdapat beberapa hal lain yang memungkinkan terjadinya ulkus kornea adalah diabetes, riwayat operasi mata sebelumnya, penyakit mata kronis, dan pekerjaan agricultural. Penyebab paling umum yang memungkinkan memungk inkan terjadinya ulkus kornea
adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus koagulase negatif , Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, dan Staphylococcus fusarium . Pada
kasus ini pasien memiliki diabetes yang merupakan salah satu faktor resiko yang memungkinkan terjadinya ulkus kornea •
Infeksi Virus : virus herpes simpleks cukup sering dijumpai biasanya b iasanya terjadi secara unilateral dan merupakan penyebab kebutaan kornea di negara maju. Selain itu adalah virus herpes zoster dan cytomegalovirus.
•
Infeksi Jamur : Mencakup 5 – 5 – 10% 10% dari semua infeksi kornea. Infeksi jamur pada umumnya terjadi pada cuaca yang hangat dan lembab dan pada umumnya infeksi jamur tersebut ditimbulkan oleh oleh adanya trauma pada bola mata serta riwayat trauma trauma dengan paparan terhadap material tumbuh-tumbuhan. Jamur yang umum menyebabkan terjadinya ulkus kornea adalah aspergilus, fusarium, scedosporium apiospernum, phaeohypmycetes, dan candida albicans.
•
Protozoa : Protozoa yang umumnya menyebabkan timbulnya ulkus kornea adalah acanthamoeba, kuman ini terutama hidup pada tanah dan air . Infeksi kornea oleh acanthamoeba menyebabkan keratitis dan ulkus kornea yang paling sering terjadi
pada pengguna lensa kontak. Non- Infeksi 5,6,7
- 14
•
Trauma mekanik : Terjadi abrasi dan menjadi predisposisi untuk infeksi mikroorganisme. Pada kasus ini mata pasien tertusuk daun bambu saat sedang berkebun hal ini yang menyebabkan kemungkinan akibat kontak langsung dengan daun tersebut menyebabkan infeksi pada kornea pasien yang berujung pada mata merah terasa
gatal dan nyeri, penurunan visus, munculnya hipopion pada ⅛ mata serta ulkus kornea berukuran 6x4mm.8
•
Obat-obatan : contohnya kortikosteroid, antiviral (trifluridin) dan antibiotik spektrum sedang / luas seperti gentamisin, neomisin, tobramisin. Pengawet pada obat tetes (Benzalkonium klorida dan thimerosal) juga bersifat toksik pada kornea. Dalam kasus ini pasien menggunakan xytrol yang dibeli di warung selama 3 hari. Xytrol merupakan obat tetes mata yang mengandung kombinasi Dexamethasone Neomycin sulphate dan Polymyxin B sulphate. Terapi kortikosteroid pada peradangan kornea masih kontroversi. Menurut beberapa penelitian kortikosteroid menurunkan kemampuan cornea’s
host
fenses de fenses
dalam melawan patogen penyebab infeksi sehingga
mengakibatkan proliferasi organisme lebih mdudah. Neurotropik : Terjadi karena disfungsi nervus trigeminal akibat trauma, bedah, tumor,
•
inflamasi, atau lainnya, sehingga menyebabkan anestesia kornea dan hilangnya refleks berkedip. Dapat hanya berupa edema epitel sampai dengan ulkus kornea.
•
Penyakit sistemik : Penyakit sistemik dapat menyebabkan peripheral ulcerative keratitis (PUK) dan ulkus mooren (PUK stadium lanjut). Penyebab paling sering adalah rheumatoid arthritis, sekitar 50%. Penyebab dari manifestasi pada mata adalah terjadi deposisi
kompleks imun di membran basement endotel kapiler limbus, yang mirip dengan kapiler glomerulus ginjal, sehingga terjadi reaksi imunologis.
Trauma kimia : Terdiri atas trauma asam dan basa.
Kelainan kelopak mata : entropion, ektropion, bell’s palsy, palsy, lagoftalmos. Kelainan-kelainan
•
•
ini akan menyebabkan kekeringan pada kornea dan dapat menjadi predisposisi terhadap trauma minor. 2.3.4
Patofisiologi 11,15 Ulkus kornea diawali dengan adanya keratitis atau inflamasi pada pada bagian kornea. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada epitelial kornea dan masuknya patogen yang
- 15
dapat menginvasi dan proliferasi di korneal stroma. Kerusakan dari epitel dapat terjadi terjadi akibat penggunaan lensa kontak, abrasi kornea dan trauma okular. Patogen bakteri menggunakan glycocalyx untuk menempel pada lapisan epitel dan menginvasi lapisan stroma. stroma. Bakteri ini akan melepaskan proteases yang specifik specifik seperti matrix metalloproteinases untuk menghancurkan lebih lanjut lapisan epitel dan stroma
kornea. Sekresinya sitokin, sel inflamasi (PMN, dan sit sitokin okin INF) dari superfisi superfisial al dan profunda limbal vessels juga akan mengakibatkan korneal nekrosis, timbulnya infiltrat dan pengelupasan epitel.
Patogen jamur juga dapat masuk kornea melalui kerusakan epitel setelah trauma atau benda asing. Respons inflamasi inflamasi yang terjadi lebih lambat dibanding infeksi bakteri. Jamur akan mensekresi mensekresi enzim proteolitik, proteolitik, antigen dan toksin yang akan memfasilitasi penetrasi stroma lebih dalam dan menembus membran Descemet, sehingga mencapai kamera okuli anterior. Hal ini akan menghasilkan menghasilkan terbentuknya fungus-exudate-iris mass mas s yang akan menutupi area pupil. Ulkus kornea yang disebabkan oleh virus terjadi melalui cabang terminal divisi oftalmika nervus trigeminal. Inflamasi pada saraf ini akan
mengakibatkan nyeri
neurogenik. Virus dapat dapat bereplikasi di epitel kornea dan menghasilkan lesi lesi meninggi yang membentuk keratitis pungtata superfisial. Epitel ini akan kelupas dan akhirnya membentuk membentuk ulserasi stroma. Ulkus kornea memiliki memiliki tiga perjalanan penyakit, penyakit, yaitu progresif, regresi atau membentuk jaringan parut. parut. Pada proses kornea yang progresif dapat terlihat infiltrasi sel leukosit dan limfosit limfosit yang memakan bakteri atau jaringan nekrotik yang terbentuk. Pembentukan jaringan parut terdapat epitel, jaringan kolagen baru dan fibroblas. Jaringan Jaringan parut terbentuk karena ulkus sudah menyebar sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma jika ulkus yang timbul timbul kecil dan superfisial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi akan menjadi bersih kembali. Kornea avaskular dan mempunyai banyak serabut saraf, karena memiliki banyak serabut saraf, lesi lesi pada kornea yang superfisial superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa nyeri dan fotofobia. Rasa Rasa nyeri ini akan diperberat jika adanya gesekan pal palpebra pebra pada kornea.
- 16
2.3.5 Epidemiologi 9,10,11,12 Ulkus kornea dipercaya sebagai penyebab utama kebutaan kornea, terutama pada negara berkembang, dengan angka penderita mencapai 1,5 sampai 2 juta orang secara global setiap tahunnya. Ulkus kornea dapat mengenai seluruh golongan usia, namun lebih sering pada individu yang mengenakan lensa kontak. Pada penelitian di California, ditemukan angka tertinggi kejadian ulkus kornea karena bakteri pada wanita berusia 25 34 tahun (insiden 60,3/100.000). Dalam penelitian juga mengemukakan bahwa insidensi ulkus kornea yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien afakia dapat mencapai 52 kasus per 10.000 pengguna setiap tahunnya. Sedangkan infeksi okular akibat herpes diestimasikan sekitar 5 - 20 kasus per 1000 populasi per tahun di negara berkembang dan HSV-1 merupakan 95% penyebab
dari kasus tersebut. Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur cukup jarang ditemukan, namun jika terjadi, angka kejadiannya lebih tinggi pada pria yang bekerja outdoor . Ulkus kornea akibat jamur lebih sering ditemukan di negara berkembang dan insidensinya insidensinya bervariasi tergantung pada iklim negara tersebut Pada negara topis dan subtropis, keratitis keratitis fungal dapat mencapai 50% dari seluruh kasus infeksi pada keratitis . 2.3.6
Manifestasi Klinis 3 Ulkus kornea merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok mata merah dengan visus menurun. Selain kedua keluhan tersebut, pasien juga akan mengeluh akan adanya nyeri. Rasa nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri yang sangat hebat akibat stimulasi pada nervus pada permukaan kornea. Namun dalam beberapa kasus juga ditemukan nyeri yang tidak begitu hebat. Terkadang keluhan fotofobia atau sensitivitas berlebih terhadap cahaya juga dapat dikeluhkan oleh pasien, disertai keluhan lain seperti adanya sensasi benda asing pada mata dan lakrimasi. Injeksi konjungtiva dan siliar juga dapat ditemukan pada pasien. Hipopion dapat ditemukan pada ulkus kornea yang advanced .
- 17
Gambar 1.2 Kiri: Ulkus kornea / Kanan: Ulkus kornea dengan hipopion
2.3.7
Tahap ulkus kornea3 Terdapat 3 tahap ulkus kornea
1. Tahap progresif
Terdapat zona abu - abu yang di infiltrasi oleh polimorf
Terdapat nekrosis lokal dan pengelupasan sequestrum
Ulkus berbentuk seperti piring dengan bagian tengah cekung dan tepi
•
•
•
menjorok dikarenakan edema Tahap regresif
2.
Materi -materi sisa akan terbuang dan edema mulai mereda
Dasar dan tepi ulkus halus dan transparan
•
•
3.
Tahap penyembuhan
Pembuluh darah superfisial tumbuh dari limbus di dekat ulkus
Terjadi pembentukan jaringan fibrosa yang mengisi celah tersebut
Susunan serabut jaringan yang tidak beraturan menghasilkan opasitas,
•
•
•
dikarenakan serat yang baru membiaskan cahaya secara tidak teratur
•
Dikarenakan membran bowman tidak dapat beregenerasi, jika terdapat kerusakan opasitas maka kerusakannya permanen
- 18
Gambar 1.3 Tahap ulkus kornea
2.3.8
Diagnosis Ulkus kornea ditegakkan melalui dilakukannya anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan slit lamp dan lainnya. Pada anamnesis ditemukan pasien dengan gejala berupa mata merah yang disertai penurunan visus atau penurunan tajam penglihatan. Nyeri juga merupakan salah salah satu keluhan utama yang dapat ditem ditemukan ukan pada pasien dengan ulkus kornea. Penting untuk ditanyakan mengenai awal mula timbulnya gejala-gejala tersebut, apakah ada peristiwa tertentu yang mencetuskan seperti trauma, dan penting juga untuk ditanyakan sejak kapan keluhan tersebut dirasakan oleh pasien. Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan ulkus kornea juga perlu ditanyakan, apakah terasa nyeri hebat atau sebaliknya. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan berupa fotofobia, lakrimasi, dan sensasi benda asing pada mata juga perlu ditanyakan pada pasien dan apakah hal tersebut timbul bersamaan dengan keluhan mata merah dan penurunan visusnya. - 19
Setelah menanyakan gejala-gejala, perlu juga menggali mengenai faktor risiko terjadinya ulkus pada pasien. Apakah pasien memiliki kebiasaan untuk menggunakan lensa kontak, jika ya perlu digali lebih lagi bagaimana cara pasien menyimpan lensa kontak dan seberapa sering Ia mengganti lensa kontak. Selain itu, perlu ditanyakan mengenai riwayat trauma dalam beberapa waktu lalu dan apakah pasien memiliki riwayat tindakan bedah pada bagian mata. Untuk dapat menyingkirkan diagnosis banding juga perlu ditanyakan apakah pasien memiliki riwayat paparan terhadap virus herpes, riwayat konsumsi obat steroid, riwayat penyakit diabetes, penyakit autoimun. Tidak kalah penting juga untuk menanyakan bagaimana cara c ara pasien membersihkan matanya dan juga apakah Ia memakai riasan pada mata. Pemeriksaan fisik mata diawali dengan inspeksi luar pada mata apakah ada kemerahan, edema, lalu apakah ditemukannya injeksi konjungtiva maupun siliar, apakah adanya sekret keluar dari mata dan apakah ada terlihat lakrimasi. Pada kornea sendiri dilihat apakah adanya kekeruhan, hipopion, benda asing, dan juga infiltrat. Pemeriksaan visus, pemeriksaan lapang pandang, pemeriksaan refleks cahaya pada pupil baik langsung maupun tidak langsung juga dilakukan. Selanjutnya perlu untuk dilihat juga tekanan intraokuler pada pasien. Setelah itu, dilakukan juga pemeriksaan dengan slit-lamp dengan tujuan untuk melihat apakah adanya kekeruhan, infiltrat pada kornea. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan dengan metode uji fluoresin yang bertujuan untuk melihat apakah ada kerusakan kornea dan kebocoran pada humor akues di bagian anterior mata. Jika terdapat kerusakan pada epitel dari kornea, uji ini akan
menampakkan warna hijau saat disinari dengan sinar biru pada kornea.
2.3.9
Komplikasi 13,14
Komplikasi yang sering timbul pada ulkus kornea berupa : 1. Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu singkat 2. Perforasi kornea dapat berlanjut menjadi Endoftalmitis dan Panoftalmitis Perforasi kornea akibat adanya kerusakan epitel, sehingga leukosit dan kelenjar lakrimal memproduksi protease yang menyebabkan lisis atau penipisan dari jaringan stroma sehingga hanya tersisa membran descemet yang menjaga integritas bola mata. Keadaan ini dikenal dengan istilah descemetocele. Karena terjadi penipisan terhadap lapisan yang - 20
menjaga integritas bola mata, maka trauma minor atau sedikit regangan dapat menyebabkan terjadinya ruptur atau perforasi kornea. 3.
Prolaps iris Jika proses ulserasi yang dialami pasien berlanjut maka ulserasi dapat mencapai membran descemet dan menyebabkan membran descemet mengeras dan membengkak, sehingga cairan aqueous humor keluar, tekanan intraokuler menurun dan terjadi prolaps iris.
4.
Sikatrik kornea
5.
Glaukoma sekunder
6.
Katarak
2.5.10 Tata Laksana 15,16,17,18 Ulkus kornea memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi. Tujuan penatalaksanaan ulkus kornea adalah eradikasi penyebab dari ulkus kornea, menekan reaksi peradangan sehingga tidak memperberat destruksi pada kornea, mempercepat penyembuhan defek epitel, mengatasi komplikasi serta memperbaiki ketajaman penglihatan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian terapi yang tepat dan cepat sesuai dengan kultur serta hasil uji sensitivitas mikroorganisme penyebab. Semua pasien dengan ulkus kornea harus dilakukan pengamatan selama 12-24 jam. Secara keseluruhan tatalaksana yang dapat diberikan dapat dikategorikan menjadi :
•
Terapi non medikamentosa
Menjaga kebersihan, mengistirahatkan mata, mengurangi paparan debu, matahari, dan angin, serta meminta pasien untuk tidak menggosok atau memegang mata dengan tangan yang kotor, terutama meminta pasien untuk tidak mencucikan matanya dengan cairan tidak steril karena akan meningkatkan prevalensi infeksi.
View more...
Comments